You are on page 1of 85

BAB 1

PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Diperkirakan sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis. Pada tahun 1995, diperkirakan 9 juta pasien TB baru dan 3 juta kematian akibat TB di seluruh Indonesia. Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB di dunia, terjadi di negara-negara berkembang. Demikian juga kematian wanita akibat TB lebih banyak dibandingkan kematian karena kehamilan, persalinan dan nifas. Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis ( 15-50 tahun). TB dewasa akan kehilangan kerjanya 3-4 bulan. Hal ini berakibat kehilangan pendapatan rumah tangganya 20-30%. Selain ekonomi, TB juga memberikan dampak buruk secara sosial, yaitu dikucilkan. Penanggulangan TB merupakan masuk salah satu program Millennium Development Goals yang disetujui 191 Negara yang diharapkan tercapai pada 2015. Pada tahun 2009 diperkirakan 9,4 juta kasus baru TB di dunia dan 1,7 juta meninggal (termasuk 380.000 orang dengan HIV), membuat TB menjadi penyakit infeksi pembunuh no saut di dunia. Di Indonesia pada tahun 2009 telah terjadi 61.000 kematian akibat TB atau 27 per 100.000 penduduk. Sedangkan kasus baru dengan BTA positif sebanyak 169.213 orang. Sedangkan kasus TB relaps sebanyak 3.710 orang Kinerja puskesmas diukur tingkat keberhasilannya dengan membandingkan hasil kegiatan yang ada di puskesmas dengan target yang ditetapkan dalam Tandar Pelayanan Masyarakat (SPM). Berdasarkan data yang didapatkan dari SPM pada bulan Januari-Maret 2012 yaitu cakupan untuk wilayah kerja Puskesmas salaman tentang penemuan kasus TB BTA (+) adalah 19,06% sedangkan target yang berasal dari Dinas Kesehtan Kabupaten Magelang adalah 70%. Dari SPM ini sudah diketahui bahwa penemuan kasus TB BTA (+) di wilayah desa Ngadirejo Dusun Rejosari Kecamatan Salaman kabupaten magelang belum memenuhi target dari dinas kesehatan. Karena hal ini lah maka dirasa masih perlu dibahas permasalahan

tentang penemuan kasus TB BTA (+), karena cakupan wilayah kerja Puskesmas salaman belum memenuhi target. Di desa Kebonrejo penemuan kasus TB BTA (+) pada bulan Januarifebruari 2012 adalah tidak ditemukan pasien, padahal seharusnya dua pasien. Sehingga cakupan penemuan kasus TB dengan BTA positif adalah 0,254%. Oleh karena itu masih rendah nya penemuan kasus TB dengan BTA positif di Desa Ngadirejo dusun Rejosari harus ditindak lanjut dan dicari penyebabnya. I.2. Rumusan Masalah Berdasarkan data yang dimiliki Puskesmas Salaman di bulan Januari-Maret tahun 2012 hanya ditemukan 1 pasien TB dengan BTA positif di Desa Ngadirejo Dusun Rejosari. Untuk itu dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Mencari penyebab dari penemuan kasus TB dengan BTA positif yang tidak sesuai target 2. Mencari alterntif pemecahan dari penyebab masalah tersebut 3. Menyusun rencana kegiatan untuk memecahkan permasalahan tersebut I.3 Tujuan Penulisan Tujuan Umum Mengetahui dan mengevaluasi penemuan kasus TB dengan BTA positif di Desa Ngadirejo dusun rejosari pada bulan Januari-Maret 2012 Tujuan Khusus
1. Mendeskripsikan data umum ( demografi, geografi, lingkungan,

pendidikan, pekerjaan) di wilayah Desa Ngadirejo


2. Mengetahui hasil pencapaian penemuan kasus TB dengan BTA positif

di desa Ngadirejo dusun Rejosari pada bulan Januari-Maret 2012 3. Mengetahui proses penemuan kasus TB dengan BTA positif

4. Mampu mencari penyebab kurangnya penemuan kasus TB dengan BTA

posirif di Desa Ngadirejo Dusun Rejosari bulan Januari-Maret 2012


5. Mampu menganalisa penyelesaian masalah dan upaya kegiatan

Puskesmas Salaman dengan menggunakan metode fish bone.


6. Mampu membuat rencana kegiatan untuk menyelesaikan penyebab

masalah penemuan kasus TB dengan BTA positif. 7. Mampu membuat suatu kesimpulan saran dari hasil analisa yang didapat. I.4. Manfaat 1. Bagi penulis a. b. Menambah pengetahuan penulis tentang TBC Menambah pengetahuan penulis tentang penyebab dan pemecahan masalah rendahnya penemuan kasus TB dengan BTA positif. 2. Bagi Puskesmas dan Petugas Kesehatan Sebagai evaluasi kinerja petugas Puskesmas maupun petugas kesehatan di Desa Ngadirejo Dusun Rejosari sehingga dapat meningkatkan pelayanan dan meningkatkan cakupan penemuan kasus TB dengan BTA positif.
3. Bagi Warga Desa Ngadirejo Dusun Rejosari

Menambah pengetahuan masyarakat mengenai penyakit TBC Memahami tentang gejala-gejala dan tindak lanjut terhadap penyakit TBC

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia Penanggulangan Tuberkulosis (TB/TBC) di Indonesia sudah berlangsung sejak zaman penjajahan Belnda namun terbatas pada kelompok tertentu. Setelah perang kemerdekaan, TB ditangulangi melalui Balai Pengobatan Paru-Paru (BP-4). Sejak tahun 1969 penanggulangan dilakukan secara nasional melalui puskesmas. Pada tahun 1995, program penanggulangan TB mulai menerapkan strategi DOTS dan dilaksanakan di Puskesmas secara bertahap. Sejak tahun 2000 strategi DOTS dilaksanakansecara nasional di seluruh Unit Pelayanan Puskesmas terutama Puskesmas yang diintegrasikan dalam pelayanan kesehatan dasar. Visi penanggulangan TB di Indonesia adalah masyarakat yang mandiri dalam hidup sehat dimana tuberculosis tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. Sedangkan misinya adalah menjamin bahwa setiap pasien TB mempunyai akses terhadap pelayanan yang bermutu, untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian karena TB, menurunkan resiko penularan TB dan mengurangi dampak social dan konomi akibat TB. Target program penanggulangan TB adalah tercapainya penemuan pasien baru TB BTA positif paling sedikit 70% dari perkiraan dan menyembuhkan 85% dari semua pasien tersebut dan memperytahankanya. Target ini diharapkan dapat menurunkan tingkat prevalensi dan kematian akibat TB hingga separuhnya pada tahub 2010 dibanding tahun 1990, dan mencapai tujuan Millennium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015. Strategi DOTS ( Directly Observed Treatment Short-course) terdiri 5 kunci:
1. Dukungan politik para pimpinan wilayah di setiap jenjang

Dengan keterlibatan pimpinan wilayah, TB akan menjadi salah satu prioritas utama dalam program kesehatan, dan akan tersedia dana yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan strategi DOTS.

2. Mikroskop

Mikroskop merupakan komponen utama untuk mendiagnosa penyakit TB melalui pemeriksaan dahak lansung pada penderita tersangka TB.
3. Pengawas Minum Obat (PMO)

PMO ini yang akan ikut mengawasi penderita minum seluruh obatnya. Keberadaan PMO ini untuk memastikan bahwa penderita betul minum obatnya dan bisa diharapkan akan sembuh pada masa akhir pengobatannya. PMO haruslah orang yang dikenal dan dipercaya oleh penderita maupun oleh petugas kesehatan. Mereka bisa petugas kesehatan sendiri, keluarga, tokoh masyarakat maupun tokoh agama.
4. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dan pelaporan ini merupakan bagian dari sistem survailans penyakit TB. Dengan rekam medik yang dicatat dengan baik dan benar akan bisa dipantau kemajuan pengobatan penderita, pemeriksaan follow up, sehingga akhirnya penderita dinyatakan sembuh atau selesai pengobatannya.
5. Panduan OAT jangka pendek

Panduan OAT jangka pendek yang benar, termasuk dosis dan jangka waktu pengobatan yang tepat sangat penting dalam keberhasilan pengobatan penderita. Kelangsungan persediaan panduan OAT jangka pendek harus selalu terjamin. II.2. Tatalaksana Pasien tubekulosis Penatalaksanaan TB meliputi penemuan pasien dan pengobatan yang dikelola dengan menggunakan strategi DOTS. Tujuan utama pengobatan pasien TB adalah menurunkan angka kematian dan kesakitan serta mencegah penularan dengan cara menyembuhkan pasien. Penatalaksanaan penyakit TB merupakan bagian dari surveilans penyakit, tidak sekedar memastikan pasien menelan obat sampai dinyatakan sembuh, tetapi juga berkaitan dengan pengelolaan sarana bantu yang dibutuhkan, petugas yang terkait, pencatatan, pelaporan, evaluasi kegiatan dan rencana tindak lanjutnya.

Adapun strategi penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dengan promosi aktif. Penjaringan tersangka pasien dilakukan di unit pelayanan kesehatan, didukung dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat. Kemudian pemeriksaan terhadap kontak pasien TB, terutama mereka yang BTA positif dan pada keluarga anak yang menderita TB yang menunjukan gejala sama, harus diperiksa dahaknya.5 Adapun masa tunas (masa inkubasi) penyakit tuberkulosa paru adalah mulai dari terinfeksi sampai pada lesi primer muncul,sedangkan waktunya berkisar 4-12 minggu untuk tuberculosis paru. 6 Gejala klinis pasien TB adalah batuk berdahak selama 2 - 3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan, yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak napas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala-gejala tersebut di atas dapat dijumpai pula pada penyakit paru lain seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kangker paru, dan lain-lain. Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke UPK dengan gejala tersebut di atas dianggap sebagai seorang tersangka pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.7 Pemeriksaan mikroskopis dahak merupakan salah satu cara yang paling efisien untuk mengidentifikasi penderita TBC. Penderita dengan sediaan positif sepuluh kali lebih infeksius dibandingkan dengan penderita sediaan negatif. Tujuan pemeriksaan mikroskopis dahak adalah menegakkan diagnosis TBC, menentukan tingkat penularan, memantau kemajuan pengobatan, menentukan terjadinya kegagalan pada akhir pengobatan.7 Pengumpulan dahak dilakukan tiga kali, yaitu sewaktu hari-1, pagi hari-2, dan sewaktu hari-2. Sewaktu hari-1 kumpulkan spesimen pertama pada saat penderita berkunjung ke klinik. Beri pot dahak pada saat penderita pulang untuk keperluan pengumpulan dahak pada pagi hari berikutnya. Pagi hari-2 penderita mengumpulkan dahak pada pagi hari kedua segera setelah bangun tidur dan bawa

ke klinik. Sewaktu hari-2 kumpulkan spesimen ke tiga di klinik pada saat penderita kembali ke klinik pada hari ke dua dengan membawa dahak pagi. Spesimen dikumpulkan di luar ruangan agar percikan droplet yang infeksius dapat mengalami pengenceran di tempat terbuka yang baik ventilasinya.7 Selain pengumpulan dahak dapat juga dilakukan pemeriksaan biakan untuk identifikasi M. Tuberculosis pada penanggulangan TB khususnya untuk mengetahui apakah pasien yang bersangkutan masih peka terhadap obat anti tuberkulosis yang digunakan. Selama fasilitas memungkinkan, biakan dan identifikasi kuman serta bila dibutuhkan tes resistensi dapat dimanfaatkan dalam beberapa situasi, yaitu pasien TB yang masuk dalam tipe pasien kronis, pasien TB ekstraparu dan pasien TB anak, petugas kesehatan yang menangani pasien dengan kekebalan ganda. Adapun pemeriksaan tes resistensi yang hanya dilakukan di laboratorium yang mampu melaksanakan biakan, identifikasi kuman serta tes resistensi sesuai standar internasional, dan telah mendapatkan pemantapan mutu oleh laboratorium supranasional TB.7 Selain itu ada pemeriksaan foto thoraks dimana indikasinya adalah hanya satu dari tiga spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini pemeriksaan foto thoraks dapat diperlukan untuk mendiagnosis TB paru BTA positif. Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT. Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang memerlukan penanganan khusus seperti pneumothoraks dan pleuritis eksudativa.6,7

Gambar 1. Alur diagnosis TB paru Adapun klasifikasi tuberkulosis paru berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis. TB paru dibagi atas: a. Tuberkulosis paru BTA (+) adalah: - Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif. - Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan radiologik menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif. - Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan positif.

b. Tuberkulosis paru BTA (-) - Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinik dan kelainan radiologik menunjukkan tuberkulosis aktif.

- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M. Tuberculosis positif. Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe pasien yaitu:5 1. Kasus baru Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan. 2. Kasus kambuh (relaps) Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif. Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologik dicurigai lesi aktif / perburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan beberapa kemungkinan: Infeksi non TB (pneumonia, bronkiektasis, dll) Dalam hal ini berikan dahulu antibiotik selama 2 minggu, kemudian dievaluasi Infeksi jamur TB paru kambuh

3. Kasus defaulted atau drop out

Adalah pasien yang tidak mengambil obat 2 bulan berturut - turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai. 4. Kasus gagal Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan). Adalah pasien dengan hasil BTA negatif gambaran radiologik positif menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan. 5. Kasus kronik / persisten Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai pengobatan ulang kategori 2 dengan pengawasan yang baik.

6. Kasus Bekas TB:


-

Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan gambaran radiologik paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto serial menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung.

Pada kasus dengan gambaran radiologik meragukan dan telah mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto toraks ulang tidak ada perubahan gambaran radiologik.

Klasifikasi berdasarkan organ yang terkena dibagi menjadi dua, yaitu tuberkulosis paru dan tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis ekstra paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, kelenjar getah bening, selaput otak, perikard, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin dan lain-lain. Diagnosis sebaiknya didasarkan atas kultur positif atau patologi anatomi. Untuk kasus - kasus yang tidak dapat dilakukan pengambilan spesimen maka diperlukan bukti klinis yang kuat dan konsisten dengan TB ekstra paru aktif. Setelah diagnosis tentunya dilakukan pengobatan dengan OAT. Macam macam obat OAT adalah:5 1. Isoniazid ( H ) Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh 90 % populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Obat ini sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif yaitu kuman yang sedang berkembang. Dosis harian yang dianjurkan 5 mg/kgBB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 10 mg/kg BB. 2. Rifampisin (R) Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman semi dormant (persisten) yang tidak dapat dibunuh oleh isoniazid. Dosis 10mg/kg BB diberikan sama untuk mengobatan harian maupun intermiten 3 kali seminggu.
3. Pirazinamid (Z)

10

Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam. Dosis harian yang dianjurkan 25 mg/kg BB ,sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35 mg/kg BB.
4. Streptomisin (S)

Bersifat bakterisid . Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis yang sama penderita berumur sampai 60 tahun dosisnya 0,75 gr/hari sedangkan unuk berumur 60 tahun atau lebih diberikan 0,50 gr/hari. 5. Etambutol (E) Bersifat sebagai bakteriostatik. Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis 30 mg/kg/BB. Pada prinsipnya obat TBC diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya semua kuman (termasuk kuman persisten) dapat dibunuh. Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan sebagai dosis tunggal, sebaiknya pada saat perut kosong. Apabila paduan obat yang digunakan tidak adekuat (jenis, dosis dan jangka waktu pengobatan), kuman TBC akan berkembang menjadi kuman kebal obat (resisten). Untuk menjamin kepatuhan penderita menelan obat, pengobatan perlu dilakukan dengan pengawasan langsung (DOT/Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Minum Obat (PMO). Pengobatan TBC diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan.5 1. Tahap Intensif Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT, terutama rifampisin. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita TBC BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) pada akhir pengobatan intensif.4 Tahap intensif sekitar 2 3 bulan.5 2. Tahap Lanjutan

11

Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama yaitu 4 atau 7 bulan. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten (dormant) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.5 WHO dan IUATLD (Internatioal Union Against Tuberculosis and Lung Disease) merekomendasikan paduan OAT Standar yaitu:5 Kategori 1: 2HRZE / 4 H3R3 5H3R3E3 2HRZE / 4 HR 5HRE 2HRZE / 6 HE -2HRZES / HRZE / Kategori 2: -2HRZES / HRZE /

Kategori 3: Program Nasional Penanggulangan TBC di Indonesia menggunakan paduan OAT: Kategori 1 : 2 HRZE / 4H3R3 2HRZ / 4H3R3 -2 HRZ / 4 HR -2HRZ / 6 HE

Tahap intensif terdiri dari Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z) dan Etambutol (E). Obat-obat tersebut diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZE). Kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari isoniazid (H) dan Rifampisin (R) diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan (4 H3R3). Obat ini diberikan untuk penderita baru TBC Paru BTA Positif, penderita TBC Paru BTA negatif Rontgen positif yang sakit berat dan penderita TBC Ekstra Paru berat.5 Kategori 2 : 2HRZES / HRZE / 5H3R3E3

Tahap intensif diberikan selama 3 bulan yang terdiri dari 2 bulan dengan Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), dan Etambutol (E) setiap hari.

12

Setelah itu diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang diberikan tiga kali dalam seminggu. Perlu diperhatikan bahwa suntikan streptomisin diberikan setelah penderita selesai menelan obat. Obat ini diberikan untuk penderita kambuh (relaps), penderita gagal (failure), penderita dengan pengobatan setelah lalai (after default).5 Kategori 3 : 2 HRZ / 4H3R3

Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZ) diteruskan dengan tahap lanjutan terdiri dari HR selama 4 bulan diberikan 3 kali seminggu (4H3R3). Obat ini diberikan untuk penderita baru BTA negatif dan rontgen positif sakit ringan, penderita ekstra paru ringan yaitu TBC kelenjar limfe (limfadenitis), pleuritis eksudativa unilateral TBC kulit, TBC tulang (kecuali tulang belakang) sendi dan kelenjar adrenal.5
-

Disamping ketiga kategori ini disediakan paduan obat sisipan (HRZE). Bila

pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA positif dengan kategori 1 atau penderita BTA positif pengobatan ulang dengan kategori 2 hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif diberikan obat sisipan (HRZE) setiap hari selama 1 bulan. 4 Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket kombinasi dosis tetap dengan tujuan agar dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas obat dan mengurangi efek samping, mencegah penggunaan obat tunggal sehingga menurunkan risiko terjadinya resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep, jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien. Tabel 1. Dosis obat yang dipakai di Indonesia.5 Obat Dosis (mg/kgBB/hari) Rifampisin INH 8-12 4-6 BB<40 Kg 300 150 BB 40-60 BB>60 Kg Dosis Kg 450 300 600 450 (Mg) 600 300 Max

13

Pirazinamid Etambutol Streptomisin

20-30 15-20 15-18

750 750 Sesuai BB

1000 1000 750

1500 1500 1000

1000

Tabel 2. Dosis paduan obat OAT kombinasi dosis tetap kategori 1: 2(HRZE)/4(HR)3. Berat badan Tahap intensif tiap hari selama 56 hari RHZE (150/75/400/275) 30-37 kg 38-54 kg 55-70 kg 71 kg 2 tablet 4 KDT 3 tablet 4 KDT 4 tablet 4 KDT 5 tablet 4 KDT Tahap lanjutan 3 kali seminggu selama 16 minggu RH(150/150) 2 tablet 2KDT 3 tablet 2KDT 4 tablet 2KDT 5 tablet 2KDT

14

II.3. Urutan Dalam Siklus Pemecahan Masalah

Gambar 2. Kerangka Pemecahan Masalah a. Identifikasi masalah Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin dicapai, menetapkan indikator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja. Kemudian mempelajari keadaan yang terjadi dengan menghitung atau mengukur hasil pencapaian. Yang terakhir membandingkan antara keadaan nyata yang terjadi, dengan keadaan tertentu yang diinginka atau indikator tertentu yang sudah ditetapkan b. Penentuan penyebab masalah Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan dengan curah pendapat. Penentuan penyebab kepustakaan dengan curah pendapat. Penentuan penyebab masalah dilakukan dengan menggunakan fishbone. Hal ini hendaknya jangan menyimpang dari masalah tersebut. c. Memilih penyebab yang paling mungkin Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih sari sebab-sebab yang didukung oleh data atau konfirmasi dan pengamatan

d. Menentukan alternatif pemecahan masalah Sering kali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari penyebab yang sudah diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas, maka dapat langsung pada alternatif pemecahan masalah. e. Penetapan pemecahan masalah terpilih

15

Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan pemilihan pemecahan terpilih. Apabila Kualitatif untuk menentukan/memilih pemecahan terbaik f. Penyusunan rencana penerapan Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA ( Plan Of Action atau Rencana Kegiatan). g. Monitoring dan evaluasi Ada dua segi prmntauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan masalah yang sedang dilakanakan sudah diterapkan dengan baik dan menyangkut masalah itu sendiri, apakah permasalahan sudah dapat dipecahkan. II.4. Analisis Masalah Dalam menganalisis masalah digunakan metode pendekatan sistem untuk mencari kemungkinan penyebab dan menyusun pendekatan-pendekatan masalah. Dari pendekatan sistem ini dapat di telusuri hal-hal yang mungkin menyebabkan munculnya permasalahan di desa Kebonrejo Dusun Kateki, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang. Adapun sistem yang diutarakan di sini adalah sistem terbuka pelayanan kesehatan yang dijabarkan sebagai berikut Gambar 3. Analisis Penyebab Masalah dengan Pendekatan Sistem
INPUT
Man, Money, .IKMethod, Material, Machine

PROSES P1,P2,P3

OUT PUT Cakupan Program

OUT COME

LINGKUNGAN

Masalah yang timbul terdapat pada output dimana hasil kegiatan tidak sesuai dengan standar minimal. Hal yang penting pada upaya pemecahan masalah adalah kegiatan dalam rangka pemecahan masalah harus sesuai dengan penyebab

Fisik, Kependudukan, Sosial Budaya, Sosial Ekonomi, Kebijakan

16

masalah tersebut, berdasarkan pendekatan system masalah dapat terjadi pada input maupun proses. II. 5. Penentuan Pemecahan Masalah dengan Kriteria Matriks Menggunakan Rumus MxlxV/C. Setelah menemukan alternative pemecahan ,masalah, maka selanjutnya dilakukan penentuan prioritas alternative pemecahan masalah yang dapat dilakukan dengan menggunakan criteria matriks MxlxV/C. Berikut ini proses penentuan prioritas alternative pemecahan masalah dengan menggunakan kriteria matriks: 1. Magnitude(M) adalah besarnya penyebab masalah dari pemecahan masalah yang dapat diselesaikan. Makin besar (banyak) penyebab masalah yang dapat diselesaikan dengan pemecahan masalah, semakin efektif. 2. Importancy (I) adalah pentingnya cara pemecahan masalah, makin penting cara penyelesaian dalam mengatasi penyebab masalah, maka semakin efektif. 3. Vulnerability (V) adalah sensitifitas cara penyelesaian masalah. Makin sensitif bentuk penyelesaian masalah, maka semakin efektif 4. Cost adalah perkiraan besarnya biaya yang diperlukan untuk meakukan pemecahan masalah. Masing-masing masalah diberi nilai 1-5. Bila makin magnitude makan nilainya makin besar, mendekati 5. Begitu juga dalam melakukan penilaian pada criteria I dan V.

17

II.6. Penilaian Skor Kuesioner Pengetahuan dan Perilaku

Penilaian pada pengisian kuesioner pengetahuan tentang penyakit TB memakai pembagian kriteria nilai sebagai berikut, dimana dari total pertanyaan yang dicantumkan, bila responden dapat menjawab benar lebih dari 70%, maka dianggap baik pengetahuannya, sedangkan apabila < 70% dianggap kurang baik pengetahuannya. Kemudian, dengan kuesioner perilaku, berupa pilihan ganda dan dipilih jawaban sesuai dengan kehidupan responden di masyarakat. Kesadaran akan lingkungan sekitar dan Peran tenaga kesehatan dalam menjalani penangangan penyakit TBC

Penilaian Skor minimal 80% B= Baik (>80%) K=Kurang ( <80 %)

18

BAB III KERANGKA PENELITIAN III.1. Kerangka Teori INPUT Man : Koordinator TB, bidan desa, kader desa, dokter, analis laboratorium Money : Dana dari pemerintah pusat Method : Cara mendiagnosis TBC sudah ada ketetapan algoritma

PROSES -pemeriksaan pasien dengan suspek TB -Pemeriksaan dahak di laboratorium -Penyuluhan -Kunjungan rumah -Pembuatan laporan bulanan

LINGKUNGAN Orang orang di sekitar penderita (keluarga/saudara/tetangga) yang kontak dengan penderita) dan linkungan sekitar

Pasien TB dengan BTA positif

Cakupan penemuan kasus TB BTA (+) Desa Kebonrejo Dusun Kateki

Pengetahuan masyarakat tentang gejala TB

Peran Tenaga Kesehatan

Penularan Penyakit TB Pemeriksaan Laboratorium 19

Gambar 4. Kerangka Teori

III.2. Kerangka Konsep Pengetahuan masyarakat tentang gejala TB

Penularan penyakit TB

Pemeriksaan Laboratorium

Cakupan P2M (penemuan kasus TB BTA (+))

Prosedur penegakan diagnosis TB dan Pengobatan

Kunjungan aktif (ke rumah penderita)

20

Gambar 5. Kerangka Konsep

BAB IV METODE PENELITIAN

Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 10 Mei - 11 Mei 2012. Jenis data yang diambil adalah:
1. Data Primer, diperoleh melalui daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah

disusun sebelumnya sesuai tujuan survey yang dilakukan. Kemudian pertanyaan tersebut ditujukan kepada Pasien Supspect TB paru dan pasien TB paru dengan BTA (+) Serta Masyarakat di desa Ngadirejo Dusun Rejosari Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang. Responen diambil jumlah 20 orang penduduk, dimana data primer juga diambil dari hasil wawancara terhadap bidan desa, dan kader desa.
2. Data sekunder diperoleh dari laporan yang ada di petugas koordinator

program TBC dan Petugas Laboratorium Puskesmas Salaman.

IV.1. Batasan Judul Pada wilayah Puskesmas Salaman periode Januari-Maret 2012 hanya dapatkan 1 kasus baru TB BTA (+) di desa Ngadirejo Dusun Rejosari. Sehingga di wilayah Desa Ngadirejo Dusun Rejosari Kecamatan Salaman Kebupaten Magelang didapatkan cakupan penemuan kasus baru TB BTA (+) sebesar 0,254%. Oleh karena itu, penulis memilih judul Evaluasi dan Rencana Peningkatan Cakupan Penemuan Kasus TB Dengan BTA (+) Di Desa Kebonrejo Dusun Kateki Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang, Evaluasi Manajemen Pelayanan

21

Kesehatan Puskesmas Salaman Januari-Februari 2012 mempunyai batasan pengertian judul sebagai berikut: a. Rencana Kerangka sesuatu yang akan dikerjakan b. Peningkatan Usaha memajukan suatu rencana c. Cakupan Cakupan adalah merupakan suatu total hasil kegiatan yang dilakukan perbulan yang kemudian dibandingkan dengan sasaran yang telah ditetapkan. d. Penemuan kasus TB BTA(+) Penemuan kasus TB BTA (+) adalah semua pasien TB paru dengan BTA positif yang sudah terdata oleh puskesmas e. Pasien TB BTA (+) Pasien TB BTA (+) adalah pasien yang telah didiagnosa penyakit TB paru, berdasarkan sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif.

f. Desa Ngadirejo Dusun Rejosari adalah salah satu desa yang terletak di

Kecamatan Salaman g. Kecamatan Salaman Kecamatan Salaman adalah satu Kabupaten yang berada di propinsi Jawa Tengah h. Kabupaten Magelang

22

Kabupaten Magelang adalah suatu kabupaten yang berada di propinsi Jawa Tengah i. Evaluasi adalah proses penilaian yang sistematis mencakup pemberian nilai, atribut,apresiasi, dan pengenalan permasalahan serta pemberian solusi-solusi atas permasalahan yang ditemukan. j. Manajemen Manajemen adalah penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. k. Program Program adalah rancangan mengenai asas serta usaha yang akan dijalankan l. Puskesmas Salaman Puskesmas Salaman adalah puskesmas di Kecamatan Salaman
m. Periode Januari-Februari 2012

Periode Januari-Maret 2012 adalah periode waktu yang digunakan melakukan evaluasi mengenai cakupan penemuan kasus TB BTA (+). IV.2. Batasan Operasional
a. Periode kegiatan berlangsung selama 1 bulan, yaitu bulan April 2012.

b. Pengetahuan adalah penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga). c. Kesadaran adalah suatu tingkat kesiagaan individu terhadap stimulus internal maupun eksternal. Yaitu terhadap peristiwa-peristiwa, lingkungan dan sensasi tubuh, memori dan pikiran.
d. Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam

gerakan atau sikap, tidak saja badan atau ucapan.

23

e. Sasaran adalah pasien TB paru dengan BTA positif di wilayah Desa

Ngadirejo Dusun Rejosari Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang.


f. Cakupan adalah presentase hasil perbandingan antara jumlah pasien TB

paru dengan jumlah sasaran pasien TB paru dengan BTA positif yang sudah dikali dengan jumlah penduduk Desa Ngadirejo Dusun Rejosari Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang. IV.3. Ruang Lingkup Ruang lingkup pengkajian yang dilakukan meliputi:
a. Lingkup lokasi: Wilayah Desa Ngadirejo Dusun Rejosari Kecamatan

Salaman Kabupaten Magelang


b. Lingkup waktu: April 2012 c. Lingkup sasaran: Jumlah pasien TB paru dengan BTA positif di desa

Ngadirejo Dusun Rejosari Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang, Program puskesmas P2M. d. Lingkup metode: wawancara, kuesioner, pencatatan dan pengamatan.
e. Lingkup materi: evaluasi penemuan kasus TB BTA (+) di wilayah desa

Ngadirejo Dusun Rejosari Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang.

IV.4. Batasan Masalah Batasan masalah ditujukan untuk mempermudah pengalaman agar lebih terarah, jelas dan tidak menyimpang dari permasalahn yang ada. Maka dalam hal ini hanya dibatasi mengenai tinjauan belum tercapainya target cakupan penemuan kasus TB BTA (+) di Desa Ngadirejo Dusun Rejosari Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang periode Januari-Maret 2012. IV.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

24

Kriteria Inklusi dalam laporan ini adalan pasien TB paru dengan BTA positif di Desa Ngadirejo Dusun Rejosari, beserta dengan keluarga pasien yang tinggal di rumah pasien dan warga yang tinggal berdekatan dengan rumah pasien dan sering kontak dengan pasien, dengan jarak kira-kira kurang 50 meter dari rumah pasien, dan sudah tinggal lebih dari 6 bulan, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang. Kriteria eksklusi adalah warga yang tinggal di desa Ngadirejo Dusun Rejosari, di sekitar rumah pasien, namun rumah warga tersebut memiliki jarak lebih dari 50 meter dari rumah pasien, dan tinggal kurang dari 2 bulan.

BAB V DATA UMUM DESA NGADIREJO V. 1. Keadaan Geografis V. 1. 1. Letak wilayah Desa Kebonrejo terletak di wilayah Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, provinsi Jawa Tengah. Terdapat 9 dusun di desa Kebonrejo, yaitu

25

dusun Kateki, Tanggulangin, Dilem, Bongasan, Mandiran, Kebonkliwon, Kemasan, Krandan dan Demangan. Pelaksanaan kegiatan intervensi dilakukan di Dusun Kateki. V. 1. 2. Batas wilayah Wilayah desa Kebonrejo dibatasi oleh: Sebelah utara Sebelah Timur Sebelah Selatan Sebelah Barat : Desa Banjarharjo : Desa Sidomulyo : Desa Salaman : Desa Jebeng Sari

V. 1. 3. Luas Wilayah Luas wilayah Desa Kebonrejo 552,24 Ha. V. 2. Keadaan Demografi

V. 2. 1. Jumlah Penduduk Jumlah penduduk desa Kebonrejo pada tahun 2011 adalah 5638 jiwa. Jumlah KK sebanyak 1541.

V. 2. 2. Data Penduduk Daftar tabel dibawah ini memberikan gambaran jumlah penduduk Desa Kebonrejo menurut dusun, jenis kelamin dan peserta jamkesmas. Tabel 3. Jumlah penduduk Desa Kebonrejo menurut pada dusun tahun 2011 Jumlah Jiwa KK

26

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kateki

Dusun 863 726 1.072 285 398 1.147 357 397 393 5.638 230 218 287 83 115 288 91 113 116 1.541

Tanggulangin Dilem Bongasan Mandiran Kebonkliwon Kemasan Krandan Demangan Jumlah

(Sumber : Balai Desa Kebonrejo) Berdasarkan tabel di atas, dusun dengan jumlah KK dan jumlah penduduk terbanyak adalah dusun Kebonkliwon, yaitu 288 kk dengan 1147 penduduk.

Tabel 4. Jumlah Penduduk Desa Kebonrejo menurut jenis kelamin tahun 2011

27

Jenis Kelamin NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Dusun Kateki Tanggulangin Dilem Bongasan Mandiran Kebonkliwon Kemasan Krandan Demangan Jumlah Laki-laki 436 349 539 144 196 576 168 194 197 2.794 Perempuan 427 377 533 141 202 571 189 203 196 2.844

28

(Sumber : Balai Desa Kebonrejo) Berdasarkan tabel di atas jumlah penduduk laki laki dan perempuan terbanyak ada pada dusun Kebonkliwon.

V.3 Fasilitas umum Tabel 6. Fasilitas umum pada desa Ngadirejo

NO 1.

TEMPAT IBADAH

WC

BALAI DESA 1

SEKOLAH

MASJID MUSHOLLA UMUM 12 10 -

(Sumber : Balai Desa Ngadirejo)

Tabel 7. Sarana Kesehatan di Desa Ngadirejo


NO 1 2 3 4 5 SARANA/PETUGAS PKD PUSTU POSYANDU POSYANDU LANSIA BIDAN JUMLAH 1 Buah 1 Buah 6 Buah 2 Buah 1 Orang KETERANGAN Gedung Sendiri Gedung Sendiri Gedung Pinjam Gedung Pinjam Menempati Rumah Dinas

29

(Sumber : Balai Desa Ngadirejo)

4.DATA UMUM DUSUN REJOSARI V.4. Keadaan Geografis V. 4. 1. Letak wilayah Dusun Rejosari terletak di wilayah Desa Ngadirejo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, provinsi Jawa Tengah. V. 4. 2. Luas Wilayah Luas wilayah Dusun Rejosari 21.38 Ha. V. 5. Keadaan Demografi V. 5. 2. Jumlah Penduduk Jumlah penduduk dusun Rejosari tahun 2011 adalah 238 jiwa. V. 5. 3. Data Penduduk Penduduk dusun Rejosari sebanyak 238 jiwa, terdiri dari 67 KK, 109 laki laki dan 129 perempuan. Mayoritas beragama Islam. (Sumber : Balai Desa Ngadirejo). B. PROFIL PUSKESMAS SALAMAN Tabel 8. Tenaga Kerja di Wilayah Kerja Puskesmas Salaman No Kategori Tenaga Jumlah

30

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

Kepala Puskesmas Kasubag TU Dokter Spesialis Dalam/Anak/Bedah/Obsgyn Dokter umum Dokter gigi Bidan desa PNS / PTT Bidan Puskesmas / bersalin Perawat PNS / THL Pelaksana Keperawatan Perawat Gigi Administrasi Kesehatan

1 1 1/1/-/1 2 7/3 2/4 17 / 8 5 2 2 1 1 1 1 3 1/1 1/1 1 1/1/2

12. Promosi Kesehatan 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. Perekam Medis Nutrisionis Sanitarian Pranata Labkes Apoteker / Ass.Apoteker Radiografi / Pelaksana Teknisi Elektromedis

20. Pengadministrasian Umum 21. Pengadministrasi Pelayanan Umum (KIA/Obat/loket) 22. Verifikator Keuangan 23. Pengadministrasi Kepegawaian 24. Pengadministrasi Perlengkapan 25. Petugas Kebersihan 26. Pramu Kantor 27. Penjaga Kantor (PNS / THL)

3 1 1 2 4/2

31

28. Pengemudi (PNS / THL) 29. Tenaga Dapur/THL/Kontrak 30. 31. Tukang Kebun PNS/Kontrak/Wiyata Bakti Petugas Cuci THL

1/1 1/5 2/ 1/ 1 1 4 108

32. Cleaning Service Total

Sumber : Tenaga Kerja di Puskesmas Salaman I tahun 2012 C. HASIL SURVEI DAN PENGAMATAN Pada hari Rabu-Kamis tanggal 10 Mei-11 Mei 2012 telah dilakukan wawancara dan pengisian kuesioner terhadap 20 responden yang bertempat tinggal disekitar pasien TB dengan BTA positif dan juga tetangga yang rumahnya berdekatan dengan pasien TB paru dengan BTA positif Serta Beberapa warga dusun Rejosari. Wawancara juga dilakukan kepada dokter, petugas labiratorium, koordinator TBC di Puskesmas Salaman, dan bidan serta kader desa Ngadirejo Dusun Rejosari. Selain Itu pengambilan sampel pasien suspect TBC kedalam pot sebanyak 9 Suspect untuk diperiksakan kelaboratorium Hasil wawancara dengan bidan dan kader desa Orang yang berperan adalah bidan desa dan kader desa. Pasien tidak dikenakan biaya karena bisa memakai JAMKESMAS atau JAMKESDA. Bila ada tersangka TB, orang tersebut akan dikunjungi oleh kader atau bidan desa, namun pot dahak tersebut dikembalikan ke puskesmas rujukan mikroskopis untuk diperiksa. Pot dahak dapat juga dikembalikan oleh pasien sendiri atau oleh bidan. Jika hasil pemeriksaan dahak ternyata didapatkan BTA positif maka dilakukan pengobatan TB. Ditemukannya tersangka TB hanya ketika di Puskesmas, dimana pasien datang sendiri untuk berobat karena batuk lama yang tidak kunjung sembuh. Posyandu diadakan namun hanya untuk lansia dan balita, namun tidak ditemukan penderita TB karena kurangnya kesadaran daripada penduduk untuk ke Posyandu.

32

Hasil Wawancara dengan Koordinator TBC Orang yang berperan dalam penemuan kasus TB dengan BTA positif adalah semua tenaga kesehatan (dokter, perawat, bidan), petugas laboratorium dan kader. Jika di Puskesmas induk dokter dibantu perawat sedangkan di Posyandu lansia, bidan dibantu oleh kader. Dan, yang tidak boleh dilupakan juga adalah petugas laboratorium yang sudah mengikuti pelatihan menjadi penting dalam menemukan BTA positif. Dana yang dibutuhkan untuk penemuan kasus TB dengan BTA positif semuanya gratis ditanggung pemerintah pusat. Dana Untuk penyediaan mikroskop, reagen untuk pemeriksaan BTA dan perlalatan laboratorium lainnya disediakan oleh Dinkes Kabupaten Magelang. Selain laboratorium, diperlukan pula penyediaan obatnya, namun tidak ada dana untuk promosi kesehatan mengenai TBC. Cara mendiagnosis TB dengan BTA positif mengikuti cara yang dibuat pemerintah. Jika perlu melakukan foto rontgen dapat dirujuk ke RSU Tidar. Bisa juga puskesmas induk mendapat pasien pindahan dari rumah sakit karena alasan letaknya yang lebih dekat dengan rumah sakit melainkan di puskesmas induk. Hasil wawancara dengan petugas laboratorium Petugas laboratorium adalah lulusan D3 yang sudah pernah mengikuti

pelatihan mengenai TB. Suatu sampel dikatakan BTA positif jika ditemukan 10 -99 BTA dalam 100 lapang pandang. Jika ditemukan lebih dari 10 BTA dalam satu lapang pandang berarti 3+. Sebelum dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu ada pencatatan di TB 05, yaitu formulir permohonan TB dicatat di TB 04. Cara memeriksa BTA adalah dengan membuat hapusan terlebih dahulu dengan menggunakan tangkai aplikator, setelah itu dilakukan pengecatan di rak dengan carbol fuchsin, ditunggu 5-6 menit kemudian dibersihkan dengan air, lalu digenang dengan methylene blue selama 30 detik lalu dibersihkan dengan air laboratorium TB untuk pemeriksaan dahak. Semua pasien suspek TB dicatat di TB 06. Sedangkan pasien

33

mengalir, kemudian dikeringkan di atas rak. Setelah kering, diperiksa di bawah mikroskop. Sampel dahak seharusnya diperiksa sesegera mungkin setelah menerima sampel. Sampel dahak yang dipakai yaitu yang tidak terkena cahaya matahari. Kebutuhan untuk pemeriksaan BTA selama ini terpenuhi dengan baik, namun terdapat kekurangan alat yaitu alat untuk tempat mengeringkan preparat. Tabel 9. Standar Pengambilan Dahak Tersangka TB Paru Ya Man Analis Material Pot mulut lebar penampang 6 cm atau lebih dengan tutup Buku, alat tulis Meja kursi Label Masker Jas lab Proses Pengambilan spesimen dahak harus 3 kali yaitu sewaktu, pagi dan Tidak

sewaktu Dahak yang baik harus 3-5 cc, kental purulen bukan ludah Prosedur pengambilan dahak Petugas menjelaskan kepada penderita mengenai pentingnya pemeriksaan dahak dan pemeriksaan dahak ulang Petugas menjelaskan cara batuk yang benar untuk mendapatkan dahak yang baik Petugas menyiapkan alat-alat dan bahan Petugas memberi label yang memuat identitas penderita pada dinding pot Petugas membuka pot dahak, membukakan tutupnya dan memberikan pot pada penderita Petugas memakai masker Petugas berdiri di belakang penderita serta meminta penderita memegang pot ke dekat bibirnya dan dibatukkan ke dalam pot Petugas menutup pot dengan erat Petugas mencuci tangan dengan sabun dan air

Dalam pengambilan sampel dahak petugas laboratorium lebih sering membebaskan pasien sendiri untuk membuang dahaknya ke pot dahak. Walaupun

34

petugas laboratorium mengerti standar pengambilan dahak tersangka TB paru. Yang kurang dari standar tersebut adalah prosedur pengambilan dahak. Pada prosedur pengambilan dahak petugas laboratorium terkadang lupa menjelaskan ke pasien pentingnya pemeriksaan dahak dan pemeriksaan dahak ulang sehingga kadang pasien tidak balik lagi. Untuk keamanan diri sendiri, petugas sudah menggunakan masker. Akan tetapi tidak menggunakan jas laboratorium ketika sedang mememeriksa dahak. Petugas lab mengatakan masih membutuhkan rak untuk mewarnai preparat belum ada. Petugas laboratorium dalam pemeriksaan BTA dari sampel yang baru dikirim terkadang tidak langsung diperiksa atau difiksasi sehingga dapat mempengaruhi hasil. Hasil Sampel Pasien Suspect TBC Dari hasil sampel yang diperiksa pada tanggal 10 Mei-11 Mei 2012, Pasein suspect TBC sebanyak 9 orang dan setelah diperiksa oleh petugas laboratorium puskesmas salaman pada tanggal 11 Mei didapakan Pasien BTA(+) tidak ditemukannya BTA(+) dan masih tidak memenuhi dari target yang ingin dicapai. Hasil wawancara dengan dokter Yang berperan dalam penemuan kasus TB dengan BTA positif, tergantung tempatnya. Jika di puskesmas dokter dibantu perawat dan petugas laboratorium. Sedangkan di desa yang berperan bidan desa dibantu kader. Namun bidan desa tidak mempunyai wewenang untuk mendiagnosis TBC sehingga peran bidan hanya melaporkan dan membawa pasien ke puskesmas untuk berobat. Kader di desa berperan melaporkan jika menemukan warga yang mempunyai gejala - gejala TBC. Cara mendiagnosis TBC sesuai dengan algoritma yang ditetapkan pemerintah. Jika melakukan penyuluhan yang paling penting disuluh adalah gejala TBC karena dengan mengetahui gejalanya dapat mendeteksi lebih dini kasus TB. Pasien TB sebaiknya ditemukan di puskesmas atau minimal sarana kesehatan yang didukung pemeriksaan laboratorium untuk BTA. Untuk dokter, tidak ada sanksi jika penemuan kasus TB tidak memenuhi target. Dokter belum pernah mengikuti pelatihan mengenai TB bersama tenaga

35

kesehatan lainnya. Pelatihan TB tersebut tidak dilakukan setahun sekali, namun tergantung jadwal yang ditentukan oleh Departemen Kesehatan. Tabel 10. Standar Deteksi Penderita TB Paru Ya Man Dokter Material Stetoskop Tensimeter Termometer Senter Timbangan badan Ruang pemeriksaan Meja Kursi Tempat tidur Prosedur pemeriksaan Petugas menanyakan identitas penderita (nama, umur, jenis Tidak

kelamin, alamat, pekerjaan) Petugas menanyakan apakah ada riwayat batuk terus-menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih Petugas menanyakan apakah dahak bercampur darah Petugas menanyakan apakah ada sesak napas Petugas menanyakan apakah ada nyeri dada Petugas menanyakan apakah badan terasa lemas Petugas menanyakan apakah nafsu makan menurun Petugas menanyakan apakah berat badan menurun Petugas menanyakan apakah ada berkeringat di malam hari Petugas menanyakan apakah ada demam meriang lebih dari 1 bulan Petugas menanyakan apakah ada riwayat kontak dengan penderita kontak TB Petugas menimbang berat badan Petugas melakukan pemeriksaan tanda vital (keadaan umum, TD, Nadi, suhu, pernapasan) Petugas melakukan pemeriksaan fisik pada paru-paru (inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi) Petugas merujuk ke laboratorium untuk pemeriksaan dahak jika penderita termasuk tersangka TB paru

36

Hasil Survei Pengetahuan, Perilaku, Sosial Ekonomi,Tenaga Kesehatan, dan Liangkungan di wilayah Desa Kebonrejo Dusun Kateki Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang. Tabel 11. Rekapitulasi Hasil Kuesioner Pengetahuan Penyakit TB No 1 2 RESPONDEN
1 Apakah anda tahu tentang flek paru? Apakah anda 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 PERSENTASE (%)

PERTANYAAN

T T T T T T T

95%

mengetahui gejala gejala flek paru

T T Y T T T T

95%

3 4

Apakah flek paru itu berbahaya? Apakah flek paru dapat disembuhkan?

Y Y Y Y Y Y
cara

Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y T Y Y

Y Y T

Y Y T

Y Y T

Y T T

Y Y T

Y Y Y

Y Y T

Y Y T

T Y Y

T T T

90% 90% 55%

5 6

Apakah flek paru menular? Bagaimana penularannya a. b. Lewat makanan Lewat kontak kulit

c.

Lewat kotoran atau air seni

d.

Melalui dahak,

V V

V V V V V V V V

100%

udara Apakah anda mengetahui cara mencegah tertular flek paru?

Y Y

Y T Y T Y T Y T

35%

Apakah anda tahu berapa lama pengobatan flek paru?

37

a. b. c.

2 bulan 4 bulan 6 bulan

V V T 6 S T 6

V V V V V V V V T T T T T T Y T 6 4 7 4 6 3 7 4 K

V T 5 S

V T 4 K

V T 3 K

V T 2 K

V T 7 B

V T 5 S

V T 4 K

V T 3 K

V T 4 K

V T 2 K

100% 5%

Apakah anda tahu obat flek paru gratis dari pemerintah?

TINGKAT PENGETAHUAN

KETERANGAN

S S K B K S K B

15%

Keterangan : Penilaian Benar : 1 Salah : 0

Skoring:

7-9 5-6 <5

: Baik : Sedang : Kurang

Pengetahuan mengenai penyakit TBC dari 9 soal yang diberikan cukup rendah. Soal - soal tersebut hanya cukup dijawab dengan benar atau salah. Dari 20 responden yang ikut menjawab, didapatkan masih adanya sebagian penduduk Desa Ngadirejo Dusun Rejosari yang memiliki pengetahuan tentang penyakit TBC hanya sekitar 15% dan ini menunjukan tingkat pengetahuan masyarakat dusun Rejosari masih minimal mengetauhi tentang TBC. Penilaian tersebut berdasarkan hasil penjumlahan kuesioner pada masing-masing pertanyaan dengan kategori baik jika minimal nilai total penjumlahan hasil kuesioner 80 %, sedangkan jika hasil nilai total penjumlahan kuesioner di bawah 80 %, maka dikategorikan kurang. Tabel 12. Rekapitulasi Hasil Kuesioner Perilaku Responden No
PERTANYAAN

RESPONDEN
38

PERSENTAS

E (%)

1 1
Jika anda sakit anda kemanakah biasa berobat? a. b. c. d. Bidan Mantri Dokter Dukun

1 0

1 1

1 2

1 3

1 4

1 5

16

1 7

1 8

1 9

20

V V

V V V V V V V V

100%

Jika batuk lebih dari 2 minggu apa yang lakukan? a. Biarkan saja anda

b.

Beli obat di warung

c.

Ke des

bidan

d.

Ke puskesmas

V V

V V V V V V V V

100%

e.

Ke

dokter

praktek swasta

Jika batuk lebih dari 2 minggu apa yang dilakukan a. Didiamkan saja sendiri nanti sembuh

b.

Beli obat di warung

39

c.

Ke desa

bidan

d.

Ke puskesmas

V V

V V V V V V V V

100%

e.

Ke

dokter

praktek swasta

Jika ada tetangga/ teman/ orang di saudara/ rumah

yang batuk lebih dari 2 minggu apa yang dilakukan a) Menjauhi karena takut menular b) Melaporkan ke kader c) Menyuruh berobat bidan atau ke desa ke

V V

V V V V V V V V

100%

puskesmas d) Diam saja

Apakah anda biasa makan dengan gizi seimbang? a) Ya

V V

30%

b)

Tidak

PERILAKU

V V B B

V V V V V V V B B B B B B B B

V B B

V B

V B B

V B

V B B B B 100%

Keterangan : Penilaian Benar : 1 Skoring: 3-5 >3 : Baik : Kurang

40

Salah : 0 Perilaku responden dari 5 soal yang diberikan Baik. Soal - soal tersebut diberikan pemilihan mengenai pemahaman apabila responden sakit/mengetahui tentang TBC apa yang akan dilakukan. Dari 20 responden yang ikut menjawab, didapatkan Seluruh penduduk Desa Ngadirejo Dusun Rejosari yang memiliki perilaku mengenai akan pentingnya kesehatan sangat baik. Penilaian tersebut berdasarkan hasil penjumlahan kuesioner pada masing-masing pertanyaan dengan kategori baik jika minimal nilai total penjumlahan hasil kuesioner 80 %, sedangkan jika hasil nilai total penjumlahan kuesioner di bawah 80 %, maka dikategorikan kurang. dan seluruh responden menjawab dengan baik dengan persentase 100%. Tabel 13. Rekapitulasi Hasil Kuesioner Sosial Ekonomi Responden No 1 RESPONDEN
1 jumlah penghasilan bulan per 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 PERSENTASE (%)

PERTANYAAN

C K

K K K K K K K K

90%

Pekerjaan

C K SOSIAL EKONOMI C K

K K K K K K K K K K K K K K K K

K K

K K

K K

K K

K K

K K

K K

K K

C C

K K

90%

10%

Dari hasil yang didapatkan sebagian besar masyarakat desa Ngadirejo dusun Rejosari merupakan masyarakat menengah kebawah. Dari hasil survey 90% masyarakat memiliki penghasilan < 500 ribu rupiah perbulan dan sisanya hanyalah 500.000-1.000.000 rupiah berkisar 10% Tabel 14. Rekapitulasi Hasil Kuesioner Tenaga Kesehatan No 1 RESPONDEN
1 Sewaktu anda sakit, apakah anda 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 PERSENTASE (%)

PERTANYAAN

Y Y

Y Y Y Y Y Y Y Y

100%

41

memeriksakan kesehatan anda ketenaga kesehatan? Apakah tenaga kesehatan memberikan penjelasan mengenai pengobatan tbc? Apakah didaerah anda sering diadakan penyuluhan mengenai tbc? Apabila anda sakit batuk-batuk > 2 minggu, Apakah tenaga kesehatan menyarankan pemeriksaan dahak? Bila dilakukan pemeriksaan dahak, Apakah petugas kesehatan menjelaskan cara pengambilan dahak kedalam wadah/botol?

Y T

T T T T T T T T

100%

T T

T T T T T T T T

100%

Y Y

Y Y Y Y Y Y Y Y

100%

Y T

Y Y T T T T T T

45%

TENAGA KESEHATAN

4 B

3 K

3 K

3 K

3 K

3 K

2 K

2 K

2 K

4 B

2 K 10%

KETERANGAN

K K K K K K K K K

Keterangan : Penilaian Benar : 1 Salah : 0

t Skoring:

4-5 <4

: Baik : Kurang

Dari Hasil survey didapatkan bahwa peran aktif tenaga kesehatan dalam penemuan kasus BTA (+) masih sangat rendah dikarenakan dari hasil survey persentase yang diperoleh hanyalah 10%,ini masih kurang dari 80% yang diharapkan

42

Tabel 15. Rekapitulasi Hasil Kuesioner Lingkungan No 1 2 RESPONDEN


1 Apakah rumah anda mempunyai langit-langit? Apakah rumah anda mempunyai pencahayaan yang cukup? 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 PERSENTASE (%)

PERTANYAAN

Y Y

Y Y Y Y Y Y Y Y

100%

T T

Y Y Y Y Y T T Y

70% 50%

3 4

Apakah jenis lantai dirumah anda? Apakah rumah anda mempunyai jendela kamar tidur? Apakah rumah anda mempunyai

T T

Y Y Y T T T Y T

T Y

Y T T T Y Y Y Y

45% 100%

5 6

Y Y

Y Y Y Y Y Y Y Y

ventilasi? Apakah di rumah anda terdapat sarana pembuangan sampah. Bagaimana kebersihan lingkungan sekitar anda? Apakah ada orang disekeliling anda yang batuk-batuk

T T

T T T T T T T T

T 10%

Y T

Y T Y Y T T T T

50%

T T 3 S 3

T T T Y T T T T 6 5 5 5 4 2 3 4 S

T 5 S

T 5 S 7-8 <7

T 5 S

T 5 S

T 5 S

T 3 S

T 3 S

T 3 S

T 7 B

T 3 S

5%

lama? KEADAAN LINGKUNGAN

KETERANGAN

S S S S S S S S

5%

Keterangan : Penilaian Benar : 1 Salah : 0

Skoring:

: Baik (B) : Buruk (S)

Dari Hasil yang didapatkan Lingkungan di Desa Ngadirejo Dusun Rejosari,dari rumah dan daerah sekitarnya masih kurang yang diharapkan,dikarena masih

43

dibawah 80% dari yang diharapkan. Sehinggga merupakan tempat/media yang bagus untuk perkembangan bakteri 1. M. Subhan 2. Aji 3. Yusuf 4. Muhtarom
5. Nur fatmawati 6. Supini

7. Mardiah 8. Ilyas 9. Siti Nurzaidah 10. Muchtar 11. Zainah 12. Murniati 13. Sakinem 14. Ahmadi 15. Suryati 16. Sulimroni
17. Muhsinun

18. Sudirman 19. Kasim 20. Zuariah

44

Cakupan kasus TB dengan BTA positif di Desa Ngadirejo Dusun Rejosari adalah 0 % dan dari survei didapatkan di tetangga/ teman ada 45% yang menderita batuk lebih dari dua minggu, berarti suspek TB tinggal menunggu pemeriksaan lebih lanjut. Sementara itu, 55% di rumah tidak ada yang mengalami batuk. Melihat perilaku jika mengalami batuk lebih dari 2 minggu ternyata dari hasil survei 100% lebih memilih berobat ke Puskesmas. Selain itu, dari hasil survei mengenai sikap warga jika menemukan orang yang batuk lebih dari 2 minggu didapatkan 100% menyuruh berobat ke Puskesmas untuk diperiksa. Ini menjadi modal untuk menemukan kasus TB dengan BTA positif. Tujuan menanyakan pertama kali mendengar tentang TBC untuk mengetahui lewat mana sebaiknya penyuluhan mengenai TBC dilakukan. Dari hasil survey, 95% dominan warga sadar dan mengetahui apabila sakit harus kemana, Sedangkan 5% yang lain hanya mendiamkan saja. Karena pengetahuan yang rendah maka yang ditakutkan dari TB paru pun lebih banyak yang tidak tahu. ANALISIS PENYEBAB MASALAH Identifikasi Masalah Identifikasi masalah ini dilakukan menggunakan SPM Puskesmas Salaman cakupan penemuan kasus TB dengan BTA positif bulan Januari-Maret 2012 adalah 19,06 % padahal target yang ditetapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang adalah 70%. Sementara itu, di Desa Ngadirejo Dusun Rejosari penemuan kasus baru TB dengan BTA positif dari bulan Januarri-Maret 2012 adalah 1 Orang. Dan, cakupan penemuan kasus TB dengan BTA positif di Desa Ngadirejo Dusun Rejosari adalah 0,254 %. Oleh karena itu, penemuan kasus TB dengan BTA positif di Desa Ngadirejo Dusun Rejosari masih jauh dari target. Hasil Cakupan Penemuan Kasus TB BTA (+) dan suspek TB paru di Desa Ngadirejo Dusun Rejosari Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang Besar Cakupan (penemuan kasus BTA (+)) = 1,07x Jumlah penduduk Dusun Rejosari 1000

45

= 1,07 x238 1000 = 0,254%

Besar cakupan (suspek TB Paru)

10,7x 863 1000

=10,7 x863 1000 = 9,2 %

V.6. Analisis Hasil Survei Penemuan Kasus TB dengan BTA Positif di Wilayah Desa Ngadirejo Dusun Rejosari Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang Hasil survei yang dilakukan pada tanggal 10 Mei 11 Mei 2012 kepada 20 responden, berisikan pertanyaan tentang pengetahuan penyakit TBC, perilaku, Sosial Ekonomi, Tenaga kesehatan dan lingkungan sekitar di masyarakat. Dan, dari hasil survei kepada 20 responden yang tinggal satu rumah dan berdekatan dengan pasien TB BTA(+) dapat Pengetahuan masyarat didesa Ngadirejo Dusun Rejosari masih memiliki pengetahuan yang rendah mengenai TBC. V.7. Analisis Penyebab Masalah dengan Pendekatan Sistem. V.7.1 KERANGKA PIKIR MASALAH Masalah adalah suatu kesenjangan antara keadaan yang diharapkan dengan keadaan yang dihasilkan atau didapatkan, sehingga menimbulkan rasa tidak puas dan keinginan untuk memecahkannya. Suatu masalah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. Menyatakan hubungan dua atau lebih variabel
46

2. 3.

Dapat diukur Dapat diatasi Dengan demikian untuk memutuskan adanya masalah diperlukan tiga

syarat yang harus terpenuhi, yaitu: 1. Adanya kesenjangan 2. Adanya rasa tidak puas 3. Adanya rasa tanggung jawab untuk menanggulangi masalah tersebut Pemecahan masalah sebaiknya dilakukan berurutan sesuai dengan siklus berikut ini :

1. Identifikasi Masalah

8.Monitoring dan evaluasi

2. Penentuan proritas masalah

7. Penentuan rencana penerapan 6. Penetapan pemecahan masalah terpilih

3. Penentuan penyebab masalah

4. Memilih penyebab yang paling mungkin

5. Menentukan alternatif pemecahan masalah

Gambar 6. Siklus Pemecahan Masalah


1. Identifikasi/ Inventarisasi masalah

Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan dan yang ingin dicapai, kemudian menetapkan indikator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja. Untuk hal ini digunakan format atau blanko SPM.Setelah itu membandingkan antara hasil kegiatan pelaksanaan pelayanan kesehatan dengan sasaran dan target yang sudah ditentukan.

47

2. Penentuan prioritas masalah

Untuk mengetahui permasalahan, dapat dilakukan berbagai cara. Diantaranya melakukan penelitian, mempelajari laporan, dan berdiskusi dengan para ahli.Metode yang kami gunakan adalah metode Hanlon. 3. Penentuan penyebab masalah Analisis penyebab masalah merupakan kegiatan untuk mengaitkan masalah dengan faktor-faktor penyebabnya. Beberapa metode untuk menganalisis penyebab masalah antara lain fish bone analysis system (diagram tulang ikan), analisis sistem, pendekatan H.L.Blum, analisis epidemiologi, dan pohon masalah. Dalam hal ini, Kami menggunakan metode fish bone analysis. 4. Memilih penyebab yang paling mungkin Bertujuan untuk mengurangi faktor-faktor penyebab yang ada, antara lain dengan cara:
a. menetapkan tujuan dan sasaran b. mencari alternatif pemecahan masalah

Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab-sebab yang didukung oleh data atau konfirmasi. 5. Menentukan alternatif pemecahan masalah Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari penyebab yang sudah diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka dapat langsung pada alternatif pemecahan. 6. Penetapan pemecahan masalah terpilih Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan pemilihan pemecahan terpilih. Apabila diketemukan beberapa alternatif maka digunakan Hanlon kualitatif untuk menentukan atau memilih pemecahan terbaik.

48

7. Penyusunan rencana penerapan Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan of Action atau Rencana Kegiatan). 8. Monitoring dan evaluasi Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan masalah yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan menyangkut masalah itu sendiri, apakah permasalahan sudah dapat dipecahkan. V.7.2 ANALISIS PENYEBAB MASALAH Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan dengan curah pendapat. Untuk membantu menentukan kemungkinan penyebab masalah dapat dipergunakan diagram fish bone. Metode ini berdasarkan pada kerangka pendekatan sistem, seperti yang tampak pada gambar di bawah ini :

INPUT MAN MONEY METHODE MACHINE MATERIAL

MASALA H P1 P3 P2 LINGKUNGAN 49

PROSES

Gambar 7. Diagram Fish Bone INVENTARISASI PENYEBAB MASALAH Terdapat beberapa hal yang mendasari timbulnya kesenjangan antara target hasil yang ditetapkan dengan hasil nyata yang dicapai dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu metode yang digunakan untuk menentukan penyebab masalah adalah dengan membuat diagram fish bone dengan menggunakan data yang telah diolah selama satu tahun terakhir. Cara menganalisis penyebab masalah digunakan pendekatan sistem yang meliputi input, proses, output, outcome, serta environment. Sehingga dapat ditemukan dan disimpulkan hal-hal yang menyebabkan munculnya permasalahan. Dari pendekatan sistem di atas dapat ditelusuri hal - hal yang mungkin menyebabkan munculnya permasalahan kurangnya cakupan dan pencapaian dari penemuan kasus TB dengan BTA positif pada Desa Ngadirejo Dusun Rejosari wilayah Puskesmas Salaman Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang. Tabel 16. Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah Rendahnya Penemuan Kasus TB Dengan BTA Positif di Desa Ngadirejo Dusun Rejosari Ditinjau dari Faktor Input INPUT Man KELEBIHAN Tersedianya tenaga kesehatan (dokter, bidan, perawat dan petugas laboratorium) dan koordinator program yang kompeten untuk mendeteksi penderita TB paru Tenaga kesehatan yang kompeten dalam melakukan KEKURANGAN Kurang optimalnya pemberdayaan bidan desa dan kader kesehatan desa dalam memberikan penyuluhan tentang TB paru serta dalam menjaring pasien suspek TB paru Kurang Kedisiplinan
50

pendeteksian TB paru tersebar merata, tidak hanya di puskesmas, tetapi juga di Posyandu, Pustu. Terdapat memberikan umum puskesmas Analis di laboratorium dokter yang pelayanan

petugas laboratorium dalam melakukan pemeriksaan BTA Pengetahuan kader kesehatan yang lain, belum diketahui pengetahuannya mengenai penyakit TBC.

kesehatan di balai pengobatan

Money

Tersedianya dana dari

Kurangnya dana khusus untuk transportasi petugas kesehatan dalam rangka kunjungan rumah Dana untuk penyuluhan mengenai TBC tidak ada.

Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang untuk kasus TB Paru, mulai dari penemuan kasus, pemeriksaan sputum BTA, dan pengobatan Tersedianya anggaran Tersedianya dana yang untuk pelatihan kader. cukup dari pemerintah pusat untuk laboratorium, pelatihan petugas kesehatan dan Method pengobatan TBC Terdapat alur diagnosis TB paru dalam penjaringan suspek TB paru Adanya kegiatan aktif dari petugas kesehatan untuk melakukan kegiatan kunjungan rumah dalam kegiatan pemeriksaan kontak 1 keluarga Adanya kegiatan

Cara pengumpulan dahak yang kurang tepat. Kurangnya kerjasama dengan pihak swasta (dokter praktik swasta, poliklinik swasta, dan bidan praktek swasta) dalam penjaringan TB Paru

51

pasif yang dilakukan oleh puskesmas dengan melakukan pelayanan di tempat (penjaringan dan monitoring selama dan pasca pengobatan) Sudah ada standar pengambilan dahak Sudah ada standar mendeteksi TB paru di balai pengobatan Material umum. Tersedianya posyandu, pustu, dan Puskesmas yang merujuk pasien suspek TB paru ke puskesmas Tersedianya laboratorium sebagai sarana untuk pemeriksaan dahak pasien Machine suspek TB paru Tersedianya alat untuk melakukan pemeriksaan fisik (stetoskop) Tersedianya alat alat laboratorium untuk melakukan pemeriksaan sampel dahak (pot dahak, objek glass, pipet, reagen pewarna, lampu spiritus, mikroskop, dll) Tersedianya form laboratorium untuk pencatatan hasil pemeriksaan Kurangnya pemeliharaan alat alat di laboratorium untuk pemeriksaan BTA. Belum tersedia rak khusus untuk mewarnai preparat. Kurangnya poster dan leaflet di tempat tempat umum untuk sosialisasi penyakit TB paru.

52

laboratorium Tersedianya buku register pemeriksaan BTA. Tersedianya pamflet mengenai TB paru di laboratorium. Tersedianya sarana rontgen Formulir untuk pencatatan TB dengan BTA positif

Tabel 17. Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah Rendahnya Penemuan Kasus TB Dengan BTA Positif di Desa Ngadirejo Dusun Rejosari Ditinjau dari Faktor Proses dan Lingkungan PROSES P1 KELEBIHAN Terdapatnya target penjaringan jumlah pasien suspek TB di Puskesmas dan Pustu Tersedianya alat untuk pemeriksaan fisik untuk pemeriksaan pasien di Puskesmas, pustu. Balai pengobatan umum di puskesmas buka dari Senin - Sabtu, kecuali hari libur. Pengobatan di posyandu lansia yang diselenggarakan satu kali dalam sebulan.
Pemeriksaan BTA di

KEKURANGAN Kurangnya peran aktif kader untuk membantu petugas kesehatan dalam penemuan aktif suspek TB. Tidak ada kerjasama antara puskesmas dengan lembaga kesehatan lain. Tidak ada jadwal khusus untuk penyuluhan TBC. Jadwal untuk kunjungan rumah ada. ke pasien TB dengan BTA positif tidak

53

laboratorium puskesmas Salaman I selama jam kerja dari hari Senin - Sabtu dari jam 08.00 - 12.00. Penyuluhan mengenai TBC Kunjungan rumah ke pasien TB dengan BTA positif. P2 Petugas kesehatan (bidan, dokter dan perawat) di BP umum melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik kepada pasien tersangka TB dan melakukan rujukan ke laboratorium untuk melakukan pemeriksaan dahak. Petugas kesehatan di pustu, posyandu memberikan anjuran untuk melakukan pemeriksaan dahak ke puskesmas pada pasien suspek TB yang ditemukan. Pasien mendapatkan pot dahak dan pengarahan cara mengeluarkan dahak dari petugas laboratorium dan obat GG dari dokter jika dahak sulit keluar. Alat, bahan dan Kurangnya pengetahuan TB paru pada kader kader kesehatan di desa desa. Kurangnya penggalian informasi yang lebih dalam mengenai riwayat penyakit dan riwayat pengobatan, pada pasien suspek TB yang diperiksa di Pustu. Jumlah penyuluhan TB paru masih kurang.
Ketika pengambilan

dahak kurangnya penjelasan kepada pasien sehingga kemungkinan pasien tidak kembali lagi menjadi besar.. Ketika banyak pasien yang datang berobat, seringkali prosedur

54

pemeriksa sudah cukup kompeten. Pemeriksaan untuk mendeteksi TB paru sudah ada standar untuk penderita TB paru. Balai pengobatan umum, Pustu dan posyandu lansia selalu ada sesuai jadwal. Laboratorium siap melakukan pemeriksaan BTA.

pemeriksaan untuk penderita TB paru kurang dilaksanakan, membuat pasien yang seharusnya didiagnosis TB paru bisa menjadi tidak terdeteksi. Analis di laboratorium terkadang tidak langsung memeriksa BTA, sehingga sampel yang seharusnya segera diperiksa dapat menjadi rusak.

P3

Terdapatnya laporan mengenai jumlah pasien suspek TB di puskesmas, didapatkan dari pendataan pasien suspek TB dari BP umum dan pasien suspek TB yang dilakukan pemeriksaan BTA di laboratorium. Adanya pemetaan / pencatatan pasien suspek TB berdasarkan desa asal tempat tinggal. Terdapat pengawasan dari Dinkes Kabupaten setiap 3 bulan, terhadap preparat dahak yang dikerjakan di Laboratorium Puskesmas Salaman 1. Preparat tersebut

Tidak adanya pencatatan dan pendataan terhadap pasien suspek TB paru yang memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan swasta (bidan, dokter praktek swasta, poliklinik)

55

sekaligus juga dikirim ke Dinkes Provinsi oleh Dinkes Kabupaten. Laporan program P2M TB paru dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten tiap 3 bulan sekali, disertai dengan data pencapaian program. Evaluasi program 6 bulan 1 tahun sekali. Lingkungan Terjangkaunya sarana pelayanan kesehatan dari wilayah tempat tinggal masyarakat. Masyarakat jika sakit memilih berobat ke tenaga kesehatan terdekat dari pada ke dukun. Antar tetangga saling mengenal dan tahu keadaan tetangganya. Warga menyadari kepentingannya bila batukbatuk, segera berobat ke puskesmas. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit TB paru Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan keluhan batuknya dan memeriksakan dahaknya ke laboratorium. Pasien tersangka TB tidak dapat mengeluarkan dahak, karena kurang pengetahuan tentang cara pengeluaran dahak. Masyarakat banyak tidak mengetahui obat TB gratis Masyarakat menganggap TB tidak berbahaya

56

V.8. Daftar Penyebab Masalah Setelah dilakukan analisis penyebab masalah, didapatkan daftar penyebab masalah sebagai berikut : 1. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit TB paru 2. Kurang optimalnya pemberdayaan bidan desa dan kader kesehatan desa dalam memberikan penyuluhan tentang TB paru serta dalam menjaring pasien suspek TB paru 3. Kurangnya peran aktif kader untuk membantu petugas kesehatan dalam penemuan aktif suspek TB 4. Kurangnya pengetahuan TB paru pada kader kader kesehatan di desa desa. 5. Analis di laboratorium terkadang menunda memeriksa BTA, sehingga sampel yang seharusnya segera diperiksa dapat menjadi rusak. 6. Kualitas Reagen yang kurang baik
7. Kurang terampilnya petugas laboratorium dalam melakukan pemeriksaan

BTA 8. Kurangnya pemeliharaan alat alat di laboratorium untuk pemeriksaan BTA.


9. Petugas laboratorium sudah lama tidak mengikuti Pelatihan pemeriksaan

mikroskopis dahak (tidak mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi terbaru). 10. Kurangnya dana khusus untuk penyuluhan TBC 11. Cara pengumpulan dahak yang kurang tepat. 12. Kurangnya kerjasama dengan pihak swasta (dokter praktik swasta, poliklinik swasta, dan bidan praktek swasta) dalam penjaringan TB Paru. 13. Kurangnya poster dan leaflet di tempat tempat umum untuk sosialisasi penyakit TB paru. 14. Jumlah penyuluhan TB paru masih kurang.
57

15. Kurangnya penggalian informasi yang lebih dalam mengenai riwayat penyakit dan riwayat pengobatan, pada pasien suspek TB yang diperiksa di Pustu. 16. Kurangnya penjelasan kepada pasien sehingga kemungkinan pasien tidak kembali lagi menjadi besar. 17. Seringkali prosedur pemeriksaan untuk penderita TB paru kurang dilaksanakan, membuat pasien yang seharusnya didiagnosis TB paru bisa menjadi tidak terdeteksi.
18. Ada sebagian pasien tersangka TB tidak dapat mengeluarkan dahak, karena

kurang pengetahuan tentang cara pengeluaran dahak. 19. Masyarakat banyak tidak mengetahui obat TB gratis
20. Ada sebagian Masyarakat menganggap TB tidak berbahaya

21. Jadwal untuk kunjungan rumah ke pasien TB dengan BTA positif tidak ada. 22. Ada sebagian Masyarakat banyak mengetahui obat TB gratis V.9. Penyebab Masalah yang Paling Mungkin Setelah dilakukan konfirmasi kepada bagian koordinator TBC, bidan Desa Desa Ngadirejo Dusun Rejosari, dokter serta survei responden (yang bertempat tinggal dengan pasien TB paru BTA (+) atau yang rumahnya berdekatan dengan pasien dan juga kader di Dusun Kateki) Serta Pemantauan Laboratorium, maka didapatkan penyebab masalah yang paling mungkin yaitu: 1. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit TB paru 2. Kurangnya pengetahuan TB paru pada kader kader kesehatan di desa desa. 3. Seringkali prosedur pemeriksaan untuk penderita TB paru kurang dilaksanakan, membuat pasien yang seharusnya didiagnosis TB paru bisa menjadi tidak terdeteksi. 4. Kurangnya kerjasama dengan pihak swasta (dokter praktik swasta, poliklinik swasta, dan bidan praktek swasta) dalam penjaringan TB Paru. 5. Ada sebagian Pasien tersangka TB tidak dapat mengeluarkan dahak,Sehingga Kualitas dahak yang didapatkan kurang baik
58

6. 7.

Cara pengumpulan dahak yang kurang tepat Analis di laboratorium terkadang menunda melakukan pemeriksaan BTA, sehingga sampel yang seharusnya segera diperiksa dapat menjadi rusak. 8. Jadwal untuk kunjungan rumah ke pasien TB dengan BTA positif tidak ada. 9. Tidak ada jadwal khusus untuk penyuluhan TBC. 10. Kurangnya dana khusus untuk penyuluhan TBC

59

METHOD

INPUT
MATERIAL
Kurang tersedia tempat khusus untuk kegiatan penyuluhan.

Cara pengumpulan dahak yang kurang tepat. Kurangnya kerjasama dengan pihak swasta dan lintas sektor.

Gambar 7. Diagram FishBone Cakupan Penemuan BTA(+)

MAN Kurang optimalnya pemberdayaan bidan desa dan kader kesehatan desa dalam memberikan penyuluhan tentang TB paru serta dalam menjaring pasien suspek TB paru Kurang terampilnya petugas laboratorium dalam melakukan pemeriksaan BTA Terkadang kader kesehatan menganggap yang bertugas hanya kader TBC.

MACHINE Kurangnya pemeliharaan alat-alat di laboratorium untuk pemeriksaan BTA. Kurangnya poster dan leaflet di tempat-tempat umum untuk sosialisasi penyakit TB paru. MONEY Kurangnya dana khusus untuk penyuluhan TBC

DIAGRAM FISH BONE

Cakupan penemuan kasus TB BTA(+) (Case Detection Rate) di Desa Kebonrejo Dusun kateki adaIah sebesar 0,92% dari target dinkes sebesar 70%

P1
Kurangnya peran aktif kader
Tidak ada jadwal khusus untuk penyuluhan TBC. jadwal untuk kunjungan rumah ke pasien TB dengan BTA positif tidak ada.

P2 Kurangnya pengetahuan TB paru pada kader kader. Ketika pengambilan dahak kurangnya penjelasan kepada pasien sehingga kemungkinan pasien tidak kembali lagi menjadi besar Jumlah penyuluhan TB paru masih kurang. Seringkali prosedur pemeriksaan untuk penderita TB paru kurang dilaksanakan, membuat pasien yang seharusnya didiagnosis TB paru bisa menjadi tidak terdeteksi.

LINGKUNGAN
Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit TB paru Pasien tersangka TB tidak dapat mengeluarkan dahak, karena kurang pengetahuan tentang cara pengeluaran dahak. Ada sebagian Masyarakat banyak tidak mengetahui obat TB gratis Ada sebagian Masyarakat menganggap TB tidak berbahaya

Jumlah penyuluhan TB paru masih kurang.

P3

PROSE S

Tidak adanya pencatatan dan pendataan terhadap pasien suspek TB paru yang memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan swasta (bidan, dokter praktek swasta, poliklinik)

60

BAB VI ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

VI.1. Analisis Altrenatif Pemecahan Masalah Selain diperoleh daftar penyebab masalah, dilakukan langkah selanjutnya yaitu dibuat alternative pemecahan masalah. Berikut ini alternatif pemecahan masalah: Tabel 18. Alternatif Pemecahan Masalah No. 1. Penyebab Masalah Kurangnya pengetahuan masyarakat Alternatif Pemecahan Masalah Penyuluhan di balai desa, sekolah atau tempat umum lainnya. Mengusahakan dan meningkatkan kerjasama antara P2M TB Paru dan bagian promkes, kesling, antara lain dengan bersama-sama melakukan inspeksi sanitasi lingkungan, kunjungan rumah pada keluarga dengan kontak TB (+). 2. Kurangnya pengetahuan TB paru pada kader kader kesehatan di desa desa. Sosialisasi tentang penyakit TB paru dalam bentuk poster dan leaflet. Pelatihan bidan desa, tenaga kesehatan serta kader mengenai penjaringan suspek TB paru secara 3. Seringkali prosedur pemeriksaan untuk penderita TB paru kurang dilaksanakan, membuat terdeteksi. pasien yang seharusnya didiagnosis TB paru bisa menjadi tidak aktif. Standar untuk mendeteksi penderita TB paru diperbesar dan ditempel di balai pengobatan umum (di tempat praktek dokter) sehingga dokter menjadi ingat selalu dan pasien dapat melakukan koreksi.
61

mengenai penyakit TB paru

Dokter muda diberi tugas observasi dokter dalam menjalankan standar mendeteksi penderita TB paru. Membangun kerjasama dengan pihak swasta (dokter praktik swasta, poliklinik swasta, dan bidan praktek swasta)

4.

Kurangnya kerjasama dengan petugas kesehatan lain (selain petugas puskesmas) dalam penjaringan TB Paru

5.

Ada sebagian Pasien tersangka TB tidak dapat baik mengeluarkan dahak,Sehingga Kualitas dahak yang didapatkan kurang

Memberikan informasi cari pengambilan dahak kepada pasien suspect TBC

Petugas kesehatan memberikan obat GG sehingga dahak mudah dikeluarkan

6.

Cara pengumpulan dahak yang kurang tepat

Pelatihan bidan desa, tenaga kesehatan serta kader mengenai penjaringan suspek TB paru secara aktif. Penyuluhan di balai desa, sekolah atau tempat umum lainnya. Di depan loket dan laboratorium ditempel tulisan berisi tentang dahak yang diberikan ke petugas laboratorium harus segera diperiksa. Dokter muda diberi tugas observasi petugas laboratorium. Adanya edukasi untuk pasien pentingnya pemeriksaan dahak.

7.

Analis

di

laboratorium

terkadang

menunda pemeriksaan BTA, sehingga sampel yang seharusnya segera diperiksa dapat menjadi rusak.

8.

Jadwal untuk kunjungan rumah ke pasien TB dengan BTA positif tidak ada.

Dibuat jadwal kunjungan rumah ke pasien TB dengan BTA positif yang pelaksanaannya dapat dilaksanakan oleh koordinator TBC langsung jika

62

memungkinkan

atau

kerja

sama

dengan bidan desa setempat atau dengan kader TBC atau dengan 9. Tidak ada jadwal khusus untuk penyuluhan TBC.

dokter muda. Jadwal penyuluhan dapat mengikuti jadwal posyandu lansia, kelas ibu, posyandu balita, atau dapat juga mengikuti jadwal arisan dimana penduduk desa berkumpul.

10 Dana untuk penyuluhan mengenai TBC . tidak ada

Mencari sponsor dimana ditawarkan kepada sponsor tersebut setelah penyuluhan dapat mempresentasikan produknya.

VI.2 Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah 1.Kurangnya pengetahuan TB paru pada kader kader kesehatan di desa desa. 1.Penyuluhan di balai desa, sekolah atau tempat umum lainnya 2.Mengusahakan dan meningkatkan kerjasama antara P2M TB Paru dan bagian promkes, kesling,
63 antara lain dengan bersama-sama melakukan

inspeksi sanitasi lingkungan, kunjungan rumah pada keluarga dengan kontak TB (+).

2.Seringkali prosedur pemeriksaan untuk penderita TB paru kurang dilaksanakan, membuat pasien yang seharusnya 3.Kurangnya kerjasama dengan petugas kesehatan lain (selain petugas puskesmas) dalam penjaringan TB Paru 4.Ada sebagian Pasien tersangka TB tidak dapat mengeluarkan dahak,Sehingga Kualitas dahak yang didapatkan kurang baik 5.Cara pengumpulan dahak yang kurang tepat 6.Analis di laboratorium terkadang tidak langsung memeriksa BTA, sehingga sampel yang seharusnya segera diperiksa dapat menjadi rusak. 7.Jadwal untuk kunjungan rumah ke pasien TB dengan BTA positif tidak ada. 8.Tidak ada jadwal khusus untuk penyuluhan TBC. 9.Dana untuk penyuluhan mengenai TBC tidak ada 10. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit TB paru 8.Petugas kesehatan memberikan obat GG sehingga dahak mudah dikeluarkan
9.Di depan loket dan laboratorium ditempel tulisan berisi tentang dahak yang diberikan ke petugas laboratorium harus segera diperiksa

3.Pelatihan bidan desa, tenaga kesehatan serta kader mengenai penjaringan suspek TB paru secara aktif 4.Sosialisasi tentang penyakit TB paru dalam bentuk poster dan leaflet
5.Dokter muda diberi tugas observasi dokter dalam menjalankan standar mendeteksi penderita TB paru
6.Membangun kerjasama dengan pihak swasta (dokter praktik swasta, poliklinik swasta, dan bidan praktek swasta)

7.Memberikan informasi cari pengambilan dahak kepada pasien suspect TBC

10.Jadwal penyuluhan dapat mengikuti jadwal posyandu lansia, kelas ibu, posyandu balita, atau dapat juga mengikuti jadwal arisan dimana penduduk desa berkumpul.
11.Dibuat jadwal kunjungan rumah ke pasien TB dengan BTA positif yang pelaksanaannya dapat dilaksanakan oleh koordinator TBC langsung jika memungkinkan atau kerja sama dengan bidan desa

12.Mencari sponsor dimana ditawarkan kepada sponsor tersebut setelah penyuluhan dapat mempresentasikan produknya. VI.3. Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah Penggabungan alternatif pemecahan masalah ini adalah : 1. Penyuluhan di balai desa, sekolah atau tempat umum lainnya

64

2. Mengusahakan dan meningkatkan kerjasama antara P2M TB Paru dan bagian promkes, kesling, antara lain dengan bersama-sama melakukan inspeksi sanitasi lingkungan, kunjungan rumah pada keluarga dengan kontak TB (+). 3. Sosialisasi tentang penyakit TB paru dalam bentuk poster dan leaflet 4. Dokter muda diberi tugas observasi dokter dalam menjalankan standar mendeteksi penderita TB paru 5. Memberikan informasi cari pengambilan dahak kepada pasien suspect TBC 6. Petugas kesehatan memberikan obat GG sehingga dahak mudah dikeluarkan 7. Pelatihan bidan desa, tenaga kesehatan serta kader mengenai penjaringan suspek TB paru secara aktif
8.

Membangun kerjasama dengan pihak swasta (dokter praktik swasta, poliklinik swasta, dan bidan praktek swasta) Di depan loket dan laboratorium ditempel tulisan berisi tentang dahak yang diberikan ke petugas laboratorium harus segera diperiksa posyandu balita, atau dapat juga mengikuti jadwal arisan dimana penduduk desa berkumpul.

9.

10. Jadwal penyuluhan dapat mengikuti jadwal posyandu lansia, kelas ibu,

11. Dibuat jadwal kunjungan rumah ke pasien TB dengan BTA positif yang pelaksanaannya dapat dilaksanakan oleh koordinator TBC langsung jika memungkinkan atau kerja sama dengan bidan desa setempat atau dengan kader TBC atau dengan dokter muda.
12. Mencari sponsor dimana ditawarkan kepada sponsor tersebut setelah

penyuluhan dapat mempresentasikan produknya.

VI.4. Penentuan Pemecahan Masalah VI.4.1 Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah

65

Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya dilakukan penetuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan metode Matriks:
MxIxV C

Keterangan: Magnitude (m) Artinya besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan, semakin besar atau banyak penyebab masalah dapat diselesaikan maka akan semakin efektif. Importancy (i) Artinya pentingnya penyelesaian masalah, semakin penting cara penyelesaian dalam mengatasi penyebab masalah maka akan semakin efektif. Vunerability (v) Artinya sensitifitas cara penyelesaian masalah, semakin sensitif maka akan semakin efektif. Skor untuk (magnitude, importancy dan vunerability): 1. 2. 3. 4. 5. Sangat kurang efektif Kurang efektif Cukup efektif Efektif Sangat efektif

Cost (c) Artinya biaya.

66

Skor untuk (cost): 1. Bila biaya atau sumber daya yang digunakan semakin kecil. 2. Bila biaya atau sumber daya yang digunakan kurang besar 3. Bila biaya atau sumber daya yang digunakan cukup besar 4. Bila biaya atau sumber daya yang digunakan besar 5. Bila biaya atau sumber daya yang digunakan semakin atau sangat besar. Tabel 19. Hasil Akhir Penentuan Pemecahan Masalah Nilai NO Penyelesaian masalah Kriteria Hasil Akhir Urutan

M I V C (M.I.V)/C 1 Penyuluhan di balai desa, sekolah atau tempat umum lainnya Mengusahakan dan meningkatkan 4 4 3 2 24 II

kerjasama antara P2M TB Paru dan bagian promkes, kesling, antara lain dengan bersama-sama melakukan inspeksi sanitasi lingkungan, 3 kunjungan rumah pada keluarga dengan kontak TB (+). Sosialisasi tentang penyakit TB paru dalam bentuk poster dan leaflet 4 4 4 4 16 III

VI

Dokter muda diberi tugas observasi dokter dalam menjalankan standar mendeteksi penderita TB paru Memberikan informasi cari pengambilan dahak kepada pasien suspect TBC

4 4

4 4

3 3

1 4

48 12

I V

Petugas kesehatan memberikan obat GG sehingga dahak mudah dikeluarkan

67

Pelatihan bidan desa, tenaga kesehatan serta kader mengenai penjaringan suspek TB paru secara aktif Membangun kerjasama dengan pihak swasta (dokter praktik swasta, poliklinik swasta, dan bidan praktek swasta) Di depan loket dan laboratorium ditempel tulisan berisi tentang dahak yang diberikan ke petugas laboratorium harus segera diperiksa Jadwal penyuluhan dapat mengikuti jadwal posyandu lansia, kelas ibu, posyandu balita, atau dapat juga mengikuti jadwal arisan dimana penduduk desa berkumpul. Dibuat jadwal kunjungan rumah ke pasien TB dengan BTA positif yang pelaksanaannya dapat dilaksanakan oleh koordinator TBC langsung jika memungkinkan atau kerja sama dengan bidan desa setempat atau dengan kader TBC atau dengan dokter muda. Mencari sponsor dimana ditawarkan kepada sponsor tersebut setelah penyuluhan dapat mempresentasikan produknya.

16

IV

XII

VII

10

VIII

11

IX

12

XI

Dari hasil metode (m.i.v)/c yang dilakukan, didapatkan urutan prioritas penyelesaian masalah yang paling efektif dan efisien yaitu 1. Memberikan informasi cari pengambilan dahak kepada pasien suspect TBC

68

2. Penyuluhan di balai desa, sekolah atau tempat umum lainnya 3. Mengusahakan dan meningkatkan kerjasama antara P2M TB Paru dan bagian promkes, kesling, antara lain dengan bersama-sama melakukan inspeksi sanitasi lingkungan, kunjungan rumah pada keluarga dengan kontak TB (+). 4. Pelatihan bidan desa, tenaga kesehatan serta kader mengenai penjaringan suspek TB paru secara aktif 5. Petugas kesehatan memberikan obat GG sehingga dahak mudah dikeluarkan 6. Sosialisasi tentang penyakit TB paru dalam bentuk poster dan leaflet 7. Di depan loket dan laboratorium ditempel tulisan berisi tentang dahak yang diberikan ke petugas laboratorium harus segera diperiksa
8. Jadwal penyuluhan dapat mengikuti jadwal posyandu lansia, kelas ibu,

posyandu balita, atau dapat juga mengikuti jadwal arisan dimana penduduk desa berkumpul. 9. Dibuat jadwal kunjungan rumah ke pasien TB dengan BTA positif yang pelaksanaannya dapat dilaksanakan oleh koordinator TBC langsung jika memungkinkan atau kerja sama dengan bidan desa setempat atau dengan kader TBC atau dengan dokter muda. 10. Dokter muda diberi tugas observasi dokter dalam menjalankan standar mendeteksi penderita TB paru
11. Mencari sponsor dimana ditawarkan kepada sponsor tersebut setelah

penyuluhan dapat mempresentasikan produknya. 12. Membangun kerjasama dengan pihak swasta (dokter praktik swasta, poliklinik swasta, dan bidan praktek swasta)

Strategi Pemecahan Masalah Berdasarkan skor kriteria matriks yang dilakukan, diambil 3 urutan prioritas pemecahan masalah yang paling efektif dan efisien sebagai berikut: Strategi Pemecahan Masalah

69

Tabel 20. Strategi Pemecahan masalah dan rencana kegiatan No. 1. Strategi Pemecahan Masalah Memberikan suspect TBC informasi cara Kegiatan Penyuluhan kepada masyarakat cara menempatkan dahak kedalam pot serta informasi mengenasi TBC Pelatihan kepada tenaga kesehatan cara pemberian informasi dan pengambilan sample dahak pasien suspect TBC Penyebaran poster berserta pam flet disetiap sudut dusun agar mudah terbaca Penempelan poster beserta pam flet diruangan laboratorium dan puskesmas

pengambilan dahak kepada pasien

Pembuatan jadwal tertulis yang harus diberikan Pembuatan jadwal pelatihan untuk tenaga kesehatan Pelaksanaan penyuluhan dan pelatihan sesuai jadwal. Evaluasi pencapaian program. Penetapan target frekuensi penyuluhan yang harus dilakukan setiap bulan Perencanaan jadwal penyuluhan, yang

2. Penyuluhan di balai desa, sekolah atau tempat umum lainnya

70

disesuaikan dengan acara pertemuan di dusun setempat. Pembuatan jadwal tertulis mengenai topik penyuluhan yang harus diberikan Pelaksanaan penyuluhan sesuai jadwal. 3. Mengusahakan dan meningkatkan kerjasama antara P2M TB Paru dan bagian promkes, kesling, antara lain dengan bersama-sama melakukan inspeksi sanitasi lingkungan, kunjungan rumah pada keluarga dengan kontak TB (+). Evaluasi pencapaian program Rapat koordinasi antara P2M TB paru, Promkes dan Kesling. 4. Pelatihan bidan desa, tenaga kesehatan serta kader yang mengenai penjaringan suspek TB paru secara aktif. Penentuan rencana Penentuan jadwal Pelaksanaan kegiatan. Evaluasi pencapaian kegiatan beserta sasarannya. kegiatan.

program tiap awal tahun. Penetapan target pelatihan. Perencanaan jadwal Pelaksanaan pelatihan Evaluasi pencapaian pelatihan.

pelatihan.

VI.5. Plan of Action Dalam Plan of Action akan disajikan perencanaan kegiatan pemecahan masalah penemuan kasus TB dengan BTA positif.

71

Tabel 21. Plan of Action (POA) Pemecahan Masalah Penemuan Kasus TB dengan BTA positif di Desa Kebonrejo Dusun Kateki

No . 1.

Kegiatan
a.Pelatihan pengambilan dahak petugas kesehatan b.Penyuluhan mengenai pengambilan dahak pada masyarakat untuk

Tujuan
a.Meningkatk an kopetensi tenaga kesehatan mengenai pengambilan dahak b.Pemahama n masyarakat cara mengambil dahak dengan tepat sehingga kualitas dahak yang didapatkan baik Meningkatka n pengetahuan

Sasar an
petuga s keseha tan dan laborat orium serta seluruh masyar akat

Lokasi
a.Aula Puskesmas salaman b.Balai desa,sekolah,tem pat ibadah dan tempat-tempat pertemuan warga

Pelaksa na
Pihak puskesm as

Waktu
Setiap satu bulan, disesuaikan dengan waktu kegiatan pada masingmasing lokasi sasaran

Dana
Dana operasional puskesmas

Metode
Pelatihan, Penyuluhan, edukasi, diskusi dan tanya jawab

Tolok ukur Proses


Terlaksananya pelatihan dan penyuluhan setiap satu bulan

Hasil
-Bertambahnya kopetensi tenaga kesehatan mengenai pengambilan sample dahak -Meningkatnya pemahaman masyarat mengenai pengambilan dahak sehingga kualitas dahak yang didapat baik -Jumlah cakupan penemuan kasus TB paru BTA (+) meningkat

2.

Penyuluhan di balai desa, sekolah atau

Seluru h masyar

balai desa, sekolah, tempat ibadah dan

Dokter, Bidan desa

Setiap satu bulan, disesuaikan

Dana operasional puskesmas

Penyuluhan, edukasi, diskusi dan tanya jawab

Terlaksananya penyuluhan setiap satu bulan

Bertambahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang

72

tempat umum lainnya

masyarakat tentang penyakit TB paru.

akat

tempat-tempat pertemuan warga

dengan waktu kegiatan pada masingmasing lokasi sasaran Setiap bulan

pentingnya pemeriksaan kesehatan dan skrining awal TB paru -Jumlah cakupan penemuan kasus TB paru BTA (+) meningkat

3.

Mengusahaka n dan meningkatkan kerjasama antara P2M TB paru dan bagian Promkes serta Kesling, antara lain dengan bersama sama melakukan inspeksi

Meningkatka n penemuan kasus TB dengan BTA (+)

Seluru h masyar akat

Rumah penduduk

Petugas P2M TB paru, Petugas promkes, petugas kesling

Dana operasional puskesmas

Inspeksi sanitasi lingkungan, kunjungan rumah pada keluarga dengan kontak TB (+)

-Inspeksi sanitasi lingkungan setiap satu bulan - kunjungan rumah pada keluarga dengan kontak TB (+) setiap bulan

-Bertambahnya jumlah cakupan penemuan kasus TB paru BTA (+)

73

sanitasi lingkungan, kunjungan rumah pada keluarga dengan kontak TB (+) .

4.

Pelatihan bidan desa, tenaga kesehatan serta kader yang mengenai penjaringan suspek TB paru secara aktif.

Meningkatka n kemampuan dan pengetahuan tentang penjaringan TB

Bidan desa, tenaga keseha tan dan kader yang terlibat dalam penjari ngan

Puskesmas

Kepala puskesm as, dokter

Setiap enam bulan

Dana operasional puskesmas

Seminar dan workshop

Terlaksananya pelatihan setiap enam bulan

-Bertambahnya kemampuan dan pengetahuan mengenai penjaringan TB sesuai dengan perkembangan teknologi terbaru

74

VI.6. GANN Chart Tabel 22. Gann Chart April 1 2 3 4 1 Mei 2 3 4 1 Juni 2 3 4 1 Juli 2 3 4 1 Agustus 2 3 4

No. 1. 2. 3.

Kegiatan Memberikan informasi cara pengambilan dahak kepada pasien suspect TBC Penyuluhan di balai desa, sekolah atau tempat umum lainnya Mengusahakan dan meningkatkan

kerjasama antara P2M TB Paru dan bagian promkes, kesling, antara lain dengan bersama-sama melakukan inspeksi sanitasi lingkungan, kunjungan rumah pada keluarga dengan kontak TB (+).

4.

Pelatihan bidan desa, tenaga kesehatan serta kader yang mengenai penjaringan suspek TB paru secara aktif.

75

No. 1. 2.

Kegiatan Memberikan informasi cara pengambilan dahak kepada pasien suspect TBC Standar untuk mendeteksi penderita TB paru diperbesar dan ditempel di balai pengobatan umum (di tempat praktek dokter) sehingga dokter menjadi ingat selalu dan pasien dapat melakukan koreksi Penyuluhan di balai desa, sekolah atau tempat umum lainnya Pelatihan bidan desa, tenaga kesehatan serta kader yang mengenai penjaringan suspek TB paru secara aktif.

September 1 2 3 4 1

Oktober 2 3 4 1

November 2 3 4 1

Desember 2 3 4

3. 4.

76

BAB VII PENUTUP VII.1. Kesimpulan Kurangnya cakupan penemuan kasus TB dengan BTA positif di Desa Ngadirejo Dusun Rejosari dipengaruhi banyak faktor. Salah satu yang terpenting adalah kurangnya pengetahuan masyarakat Desa Ngadirejo Dusun Rejosari mengenai penyakit TBC. Maka dari itu penyuluhan menjadi sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai TBC,Selain itu peran penting tenaga kesehatan mengenai penjaringan suspect TBC dan pengambilan semple, serta pemeriksaan dahak sesuai dengan standar.

VII.2. Saran Karena TB ini masalah nasional, maka kerja sama lintas program dan sektor harus digalangkan. Untuk di Desa Ngadirejo Dusun Rejosari misalnya, penggalangkan kerja sama dengan kepala desa, kepala dusun, bidan dan kader dalam menemukan kasus TB dengan BTA positif. Minimal setiap menemukan warganya yang batuk lebih dari dua minggu, dilaporkan ke bidan desa atau puskesmas. Kemudian kepala desa juga mendorong warganya untuk mengikuti kegiatan di posyandu. Selain itu pemeriksaan sample dahak penderita TBC harus dilakukan sesuai dengan standar agar pada pemeriksaan tidak terdapatnya false negative pada sample suspect TBC.

77

DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Tuberkulosis Secara Global. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi kedua. 2008. hal. 37.
2. WHO. Tuberculosis. Dapat ditemukan di

http://www.who.int/topics/millennium_development_goals/diseases/en/inde x.html. diakses tanggal 1 April 2012.


3. WHO. Indonesia. Tuberculosis Profile. Dapat ditemukan di

www.WHO.int/tb/data. diakses tanggal 1 April 2012. 4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Penanggulangan Tuberkulosis Di Indonesia. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi kedua. 2008. hal. 8-12. 5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Tatalaksana Pasien Tuberkulosis. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi kedua. 2008. hal. 13-37.
6. Patifisiologi, Diagnosis dn Klasifikasi TB. Dapat ditemukan

di :http://staff.ui.ac.id/internal/0107050183/material/PATO_DIAG_KLAS.pdf. Diakses tanggal 1 April 2012.


7. Penanggulangan TBC dengan Strategi DOTS. Dapat ditemukan di :

http://fildza.wordpress.com/2008/04/24/penanggulangan-tbc-denganstrategi-dots/ 8. Lumb R, Yamin G dan Bastian I. Pengumpulan Dahak. Editor: Elly T. Diagnosis Tuberkulosis Secara Laboratorium Dengan Pemeriksaan Mikroskopis Dahak. Australia: Institute of Medical and Veterinary Science. 2004. hal. 8-11.

78

LAMPIRAN

79

LEMBAR KUESIONER Desa Ngadirejo Dusun Rejosari Identitas Nama Umur Jenis kelamin Alamat Status pernikahan Pendidikan Pekerjaan Tempat pekerjaan TINGKAT PENGETAHUAN TBC 1. Apakah anda tahu tentang flek paru? a. Ya b. Tidak 2. Apakah anda mengetahui gejala gejala flek paru? a. Ya b. Tidak 3. Apakah flek paru itu berbahaya? a. Ya b. Tidak 4. Apakah flek paru dapat disembuhkan? : : : : : : :

80

a. Ya b. Tidak

5. Apakah flek paru menular? a. Ya b. Tidak 6. Bagaimana cara penularannya? a. Lewat makanan b. Lewat kontak kulit c. Lewat kotoran atau air seni d. Melalui dahak, udara 7. Apakah anda mengetahui cara mencegah tertular flek paru? a. Ya b. Tidak 8. Apakah anda tahu berapa lama pengobatan flek paru? a. 2 bulan b. 4 bulan c. 6 bulan 9. Apakah anda tahu obat flek paru gratis dari pemerintah? a. Ya b. Tidak

81

PERILAKU 1. Jika anda sakit kemanakah anda biasa berobat? a. Bidan b. Mantri c. Dokter d. Dukun

2. Jika batuk lebih dari 2 minggu apa yang anda lakukan?

a. Biarkan saja b. Beli obat di warung c. Ke bidan desa d. Ke puskesmas


e. Ke dokter praktek swasta

3. Jika batuk lebih dari 2 minggu apa yang dilakukan a. Didiamkan saja nanti sembuh sendiri b. Beli obat di warung c. Ke bidan desa d. Ke puskesmas e. Ke dokter praktek swasta

82

4. Jika ada tetangga/ teman/ saudara/ orang di rumah yang batuk lebih dari 2 minggu apa yang dilakukan a. Menjauhi karena takut menular b. Melaporkan ke kader c. Menyuruh berobat ke bidan desa atau ke puskesmas d. Diam saja 5. Apakah anda biasa makan dengan gizi seimbang? a. Ya b. Tidak

SOSIAL EKONOMI 1. jumlah penghasilan per bulan a) kurang dari 500.000 b) 500.000 1.000.000
c) lebih dari 1.000.000

2. Pekerjaan :

TENAGA KESEHATAN 1. Sewaktu anda sakit, apakah anda memeriksakan kesehatan anda ketenaga kesehatan? a) Ya b) Tidak 2. Apakah tenaga kesehatan memberikan penjelasan mengenai pengobatan tbc? a) Ya b) Tidak

83

3. Apakah didaerah anda sering diadakan penyuluhan mengenai tbc? a) Ya b) Tidak 4. Apabila anda sakit batuk-batuk > 2 minggu, Apakah tenaga kesehatan menyarankan pemeriksaan dahak? a) Ya b) Tidak 5. Bila dilakukan pemeriksaan dahak, Apakah petugas kesehatan menjelaskan cara pengambilan dahak kedalam wadah/botol? a) Ya b) Tidak

LINGKUNGAN 1. Apakah rumah anda mempunyai langit-langit? a) Ya b) Tidak 2. Apakah rumah anda mempunyai pencahayaan yang cukup? a) Ya b) Tidak 3. Apakah jenis lantai dirumah anda? a) Tanah,Tidak kedap air.
b) Seluruh Lantai kedap air.

4. Apakah rumah anda mempunyai jendela kamar tidur? a) Tidak ada b) Ada 5. Apakah rumah anda mempunyai ventilasi? a) Ya b) Tidak
6. Apakah di rumah anda terdapat sarana pembuangan sampah.

84

a) Ya b) Tidak 7. Bagaimana kebersihan lingkungan sekitar anda? a) Bersih b) Tidak bersih 8. Apakah ada orang disekeliling anda yang batuk-batuk lama? a) Ya b) Tidak

85

You might also like