You are on page 1of 13

BANDUNG DENTISTRY 9 Interdiciplinary Approach of Preventive Dentistry to Improve Clinical Dental Practice Bandung, June 15th 16th, 2012

PERAN MENYUSUI ASI DAN IMPLIKASI PENYAPIHAN DINI TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK ORAL ANAK
Ali Taqwim1, Wasilah Yahya2, Putri Kharisma Dewi3
1

Kedokteran Gigi, FKIK Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah, Indonesia 2 Program Studi Kedokteran Gigi, Institut Ilmu Kesehatan Kediri, Jawa Timur, Indonesia 3 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember, Jember, Indonesia

Korespondensi: Email: dentistalit@yahoo.co.id, Kedokteran Gigi Universitas Jenderal Soedirman, Jl. Dr Soeparno Karangwangkal, Purwokerto 53123, Jawa Tengah. Faks (0281) 621966

ABSTRACT The World Health Organization urges member states to support exclusive breasfeeding for the first 6 month as a global public health recommendation and to provide safe and appropriate complementary foods, with continued breasfeeding for up to 2 years or more. Benefit of breasfeeding besides the nutritional, immunological, emotional and socioeconomic, also have positive effects in craniofacial and oral motor growth and development. The important sucking mechanism during breasfeeding helps the speech organs and the development of breathing, chewing, swallowing and articulation of speech sound. Early weaning may lead to a proper oral motor development rupture, which may cause negative consequences to swallowing, breathing and speaking activities as well as malocclusion, oral breathing and oral motor disorders. Keywords: breastfeeding, early weaning, oral motor development, malocclusion ABSTRAK Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendesak negara-negara anggotanya untuk mendukung gerakan menyusui ASI ekslusif selama 6 bulan pertama sebagai rekomendasi kesehatan masyarakat global dan untuk menyediakan makanan pelengkap yang aman dan sesuai, dengan melanjutkan menyusui ASI selama 2 tahun atau lebih. Manfaat menyusui ASI selain kandungan nutrisi, imunitas, emosional dan sosio-ekonomi, ternyata juga berdampak positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial dan motorik oral bayi. Menyusui ASI penting dalam membantu perkembangan organ-organ bicara dan perkembangan organ-organ pernafasan, pengunyahan, penelanan dan artikulasi suara. Penyapihan dini dapat menyebabkan perkembangan motorik oral terganggu yang menyebabkan konsekuensi negatif terhadap proses penelanan, pernafasan dan bicara, seperti halnya terjadinya maloklusi, gangguan pernafasan oral serta gangguan motorik oral. PENDAHULUAN Kata kunci: menyusui ASI, penyapihan dini, perkembangan motorik oral, maloklusi

Taqwim et al., 2012; Bandung Dentistry 9 | 1

BANDUNG DENTISTRY 9 Interdiciplinary Approach of Preventive Dentistry to Improve Clinical Dental Practice Bandung, June 15th 16th, 2012

Angka kematian bayi (AKB) sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup menjadi salah satu dari delapan target Millenium Development Goals (MDGs) yang mesti dicapai hingga tahun 2015. AKB di Indonesia pada tahun 2000 sebesar 35 per 1.000 kelahiran hidup, angka ini lebih tinggi dibanding dengan negara-negara di Asia Tenggara. Tingginya AKB di Indonesia, disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah rendahnya pemberian air susu ibu (ASI) segera setelah bayi lahir (inisiasi ASI) dan pemberian ASI ekslusif. Inisiasi ASI dan pemberian ASI ekslusif berperan penting dalam mengurangi angka kematian bayi di Indonesia, hingga diharapkan target MDGs pada tahun 2015 dapat tercapai.1 World Health Organization (WHO) mendefinisikan ASI ekslusif yaitu pemberian ASI secara ekslusif pada bayi sejak lahir sampai dengan bayi berumur 6 bulan dan dianjurkan sampai anak berusia 2 tahun dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai.2 ASI sangat sesuai dengan kondisi dan kebutuhan tubuh bayi yang diperkaya dengan zat kekebalan dan anti infeksi, serta menentukan kelancaran tahap awal tumbuh kembang seorang anak. Menurut Neiva et al. (2003), selain kandungan gizinya, manfaat menyusui ASI ternyata dapat membantu perkembangan organ-organ bicara terhadap pergerakannya, kekuatannya dan perkembangan organ-organ pernafasan, pengunyahan, penelanan, dan artikulasi suara serta mengurangi kebiasaan buruk pada rongga mulut dan beberapa kelainan berbicara.3 Terdapat kebiasaan pada anak yang dapat menyebabkan maloklusi. Kebiasaan menghisap jari umumnya merupakan kebiasaan kebiasaan buruk pada anak yang tidak mendapatkan ASI.4

Taqwim et al., 2012; Bandung Dentistry 9 | 2

BANDUNG DENTISTRY 9 Interdiciplinary Approach of Preventive Dentistry to Improve Clinical Dental Practice Bandung, June 15th 16th, 2012

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, penyusuan yang ideal secara ekslusif adalah selama 6 bulan hingga 2 tahun. Secara normal proses penyapihan tetap terjadi karena kebutuhan bayi akan ASI sedikit demi sedikit akan berkurang sehingga produksi ASI juga berkurang. Namun, banyak para ibu dengan berbagai alasan melakukan penyapihan yang terlalu awal, sehingga dapat berakibat buruk bagi perkembangan motorik oralnya dikarenakan ketiadaan fisiologi mengisap ASI.3,5,6 Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis ingin mengkaji tentang peran menyusui ASI dan implikasi penyapihan dini terhadap perkembangan motorik oral anak. TINJAUAN PUSTAKA Air Susu Ibu (ASI) ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang sekresinya dari kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bayinya. ASI merupakan makanan alamiah pertama dan utama bagi bayi sehingga pertumbuhannya optimal.7,8 ASI mengandung antibodi yang dapat melindungi bayi selama 5-6 bulan pertama, seperti immunoglobulin, lisosim, komplemen C3 dan C4 dan laktoferin. Setelah dilakukan penelitian oleh berbagai ahli, ternyata tidak ada yang bisa menyamakan komposisi yang terkandung di dalam ASI. Komposisinya paling aman untuk kesiapan fungsi dan kondisi saluran pencernaan bayi. Melalui tatalaksana menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal cukup memenuhi kebutuhan pertumbuhan bayi normal sampai usia 6 bulan.2,8,9

Taqwim et al., 2012; Bandung Dentistry 9 | 3

BANDUNG DENTISTRY 9 Interdiciplinary Approach of Preventive Dentistry to Improve Clinical Dental Practice Bandung, June 15th 16th, 2012

World Health Organization (WHO), United Nations Children's Fund (UNICEF)

dan

organisasi kesehatan lainnya merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama. Setelah bayi berumur 6 bulan, ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun.8 Dua tahun pertama merupakanthe golden age bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf. Makanan-makanan tiruan untuk bayi yang diramu menggunakan tehnologi masa kini tidak mampu menandingi keunggulan makanan ajaib ini.10 Menyusui ASI Menyusui adalah suatu proses pemberian makanan berupa air susu dari ibu kepada bayi. Bayi mempunyai refleks mengisap dan menelan air susu. Ketepatan posisi mulut bayi pada payudara ibu, frenulum yang normal, dan masuknya air susu merupakan faktor yang menentukan keberhasilan dalam proses menyusui.11 Proses terjadinya pengeluaran ASI dimulai atau dirangsang oleh isapan mulut bayi pada puting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar pitutari anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama yang mengandalkan pengeluaran air susu.7 Bayi yang normal dilengkapi dengan beberapa refleks yang mempermudah proses menyusui. Tiga refleks intrinsik yang diperlukan untuk keberhasilan menyusui adalah sebagai berikut: (a) refleks mencari puting (rooting reflex) yaitu apabila bibir bayi disentuh ia akan membuka mulut dan berusaha untuk mencari puting untuk menetek. Lidah keluar dan melengkung

Taqwim et al., 2012; Bandung Dentistry 9 | 4

BANDUNG DENTISTRY 9 Interdiciplinary Approach of Preventive Dentistry to Improve Clinical Dental Practice Bandung, June 15th 16th, 2012

menangkap puting dan areola; (b) refleks menghisap (sucking reflex) yaitu sewaktu aerola dipegang maka akan terpicu refleks menghisap, pergerakan lidah dan mandibula. Selama menghisap lidah melakukan tiga jenis pergerakan berupa pergerakan anteriposterior, pergerakan kanulisasi dan pergerakan peristaltik; (c) refleks menelan (swallowing reflex) yaitu segera mulut bayi penuh dengan ASI, ia akan menelan masuk ke lambung.3,12 Perkembangan Motorik Oral Perkembangan motorik oral direfleksikan pada perkembangan dentokraniofasial,

pertumbuhan tulang dan gigi geligi. Pada tahun 1959, Picard mengamati bahwa menyusui dapat memicu terjadinya perkembangan mandibula, yaitu dengan cara memperkuat otot-otot rahang. Bosma juga mendukung penelitian sebelumnya, yaitu pada tahun 1963, yang menunjukkkan, lidah, bibir bawah dan mandibula bergerak. Gerakan menyusui yang kuat mendorong perkembangan mandibula, sedangkan penggunaan susu botol dapat menghambat pembentukan otot-otot rahang yang kuat.13 Gigi dan struktur lainnya yang mengalami tekanan oleh gaya yang berasal dari otot-otot wajah dan lidah selama fungsi mengisap, mengunyah, menelan dan bernafas

mengindikasikan adanya hubungan antara perkembangan gigi-geligi dan aktivitas otot-otot. Kekuatan otot-otot yang sesuai akan mempengaruhi perkembangan motorik oral secara normal. Gangguan motorik oral berhubungan dengan keterlibatan bernafas, mengunyah dan fungsi menelan serta mungkin berhubungan dengan masalah lainnya. Gangguan ini mungkin

Taqwim et al., 2012; Bandung Dentistry 9 | 5

BANDUNG DENTISTRY 9 Interdiciplinary Approach of Preventive Dentistry to Improve Clinical Dental Practice Bandung, June 15th 16th, 2012

diperoleh dari penggunaan botol susu dan kebiasaan mengisap yang bukan makanan sehingga terjadi perubahan bentuk pernafasan dan maloklusi.3,12 Maloklusi Maloklusi merupakan keadaan yang menyimpang dari oklusi normal yang meliputi ketidakteraturan gigi-gigi seperti berjejal, protrusif, malposisi atau hubungan yang tidak harmonis dengan gigi lawannya. Keadaan gigi yang tidak harmonis mempengaruhi estetika dan penampilan seseorang serta mengganggu fungsi pengunyahan, penelanan, ataupun bicara.14 Maloklusi terjadi apabila terdapat kondisi-kondisi seperti posisi gigi adalah sedemikian rupa sehingga membentuk mekanisme refleks gigi yang menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak mulut, gigi yang berjejal atau tidak teratur yang bisa merupakan pemicu bagi terjadinya penyakit periodontal, serta posisi gigi-gigi yang menghalangi bicara.15 Maloklusi gigi berkaitan dengan ketidakseimbangan motorik oral, yang cukup sering terjadi pada penggunaan botol dan mengisap yang bukan makanan. Seringkali diperhatikan kebiasaan oral yang merugikan adalah mengisap alat-alat dan jari yang memainkan peranan penting di dalam etiologi maloklusi. Mengisap bukan makanan berhubungn erat dengan maloklusi, khususnya cross bite posterior, cross bite anterior dan protrusi gigi.3,12 Banyak peneliti mempercayai bahwa mengisap ASI dan faktor lingkungan lainnya akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan struktur rongga mulut dan wajah karena berhubungan dengan aktivitas otot. Peneliti lain berpendapat bahwa faktor yang paling kuat untuk terjadinya maloklusi adalah karena pengaruh genetik.16

Taqwim et al., 2012; Bandung Dentistry 9 | 6

BANDUNG DENTISTRY 9 Interdiciplinary Approach of Preventive Dentistry to Improve Clinical Dental Practice Bandung, June 15th 16th, 2012

PEMBAHASAN Peran Penting Menyusui ASI bagi Perkembangan Motorik Oral Anak Menyusui ASI dapat mengembangkan aktivitas otot-otot wajah. Bayi yang menyusu dengan botol hanya menggunakan otot-otot buksinator dan orbikularis pada mulut tanpa adanya stimulasi terhadap otot-otot yang lain seperti otot-otot pterigoid lateral, maseter, temporal, geniohioid dan milohioid. Kerja yang berlebihan otot-otot orbikularis mempengaruhi pertumbuhan kraniofasial, memicu terjadinya penyempitan lengkung gigi, mengurangi ruang untuk gigi dan lidah. Selain itu menyusu dengan botol tidak membutuhkan pergerakan mandibula ke depan dan ke belakang sehingga dapat menghalangi pertumbuhan mandibula.12 Proses menyusui dapat memicu terjadinya perkembangan mandibula, yaitu dengan cara memperkuat otot-otot rahang. Pada saat menyusui maka lidah, bibir bawah dan mandibula bayi akan bergerak. Gerakan lidah saat menyusui lebih besar dari pada saat menghisap susu botol. Gerakan menyusui yang kuat mendorong perkembangan mandibula, sedangkan penggunaan susu botol dapat menghambat pembentukan oto-otot rahang yang kuat.13 Selama menyusui, bentuk puting-payudara ditentukan oleh geometri internal dari mulut bayi. Akan tetapi, dot buatan sudah terbentuk dengan bentuk tertentu, dan terbuat dari bahan kaku dari jaringan payudara. Oleh karena itu, tekanan yang lebih besar akan diberikan pada dot buatan daripada yang diterapkan pada puting-payudara. Tekanan ini dihasilkan terutama oleh otot-otot mulut. Struktur rongga mulut berkembang melalui pergerakan mengisap yang

Taqwim et al., 2012; Bandung Dentistry 9 | 7

BANDUNG DENTISTRY 9 Interdiciplinary Approach of Preventive Dentistry to Improve Clinical Dental Practice Bandung, June 15th 16th, 2012

menyebabkan absorbsi bantalan mengisap, pertumbuhan mandibula dan penambahan ruang intraoral.13 Salah satu keuntungan menyusui adalah membuat gigi anak tumbuh rapih dan teratur. Penelitian yang dilakukan pada 1.130 balita (usia 3-5 tahun) untuk mengetahui dampak dari tipe pemberikan makanan dan aktivitas menghisap yang tidak tepat terhadap pertumbuhan gigi yang kurang baik. Aktivitas menghisap yang kurang baik (menghisap botol) memberikan dampak yang substansial pada kerusakan gigi atau oklusi gigi pada anak.17 Terjadinya posterior cross bite pada gigi anak lebih banyak ditemukan pada anak-anak yang menggunakan botol susu serta anak-anak yang suka mengempeng. Persentase terkena cross bite pada anak ASI yang menyusu langsung 13% lebih kecil dibandingkan mereka yang menyusu dari botol. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa semakin awal bayi menyusu dari botol dua kali lebih besar besar terkena risiko maloklusi atau kerusakan pada gigi dibandingkan bayi yang menyusu langsung atau tidak menyusu dari botol.17 Penelitian longitudinal yang dilakukan oleh Davies dan Bell membuktikan hubungan yang signifikan antara anak-anak yang menyusu dengan botol dan adanya maloklusi dalam arah anteroposterior, serta menyatakan bahwa menyusui dengan ASI mengurangi resiko masalahmasalah tersebut.3 Impikasi Penyapihan Dini pada Perkembangan Motorik Oral Anak Penyapihan adalah proses penghentian penyusuan ASI. Penyapihan yang terlalu dini yang dilakukan para ibu dengan berbagai alasan dapat memberikan efek yang buruk terhadap

Taqwim et al., 2012; Bandung Dentistry 9 | 8

BANDUNG DENTISTRY 9 Interdiciplinary Approach of Preventive Dentistry to Improve Clinical Dental Practice Bandung, June 15th 16th, 2012

perkembangan motorik oral. Beberapa efek penyapihan dini tersebut adalah terjadinya maloklusi, gangguan pernafasan oral serta gangguan motorik oral.3,12 Efek penyapihan dini tersebut dapat memicu perubahan bentuk dan kekuatan organ-organ bicara dan disebabkan ketiadaan fisiologi mengisap ASI. Pada bayi yang menyusu dengan botol, kebiasaan ini secara tidak langsung mempengaruhi perkembangan motorik oral dan kraniofasial, juga terhadap pertumbuhan tulang. Adanya kebiasaan oral mempengaruhi kegagalan dalam menyusu dan konsekuensinya mungkin menyebabkan penyapihan dini atau sebaliknya penyapihan dini menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan anak untuk mengisap yang tidak bergizi seperti mengisap ibu jari dan penggunaan botol yang dapat menghasilkan maloklusi.3,12 Penelitian Peres et al. (2007), menyebutkan bahwa kemunginan terjadinya open bite anterior dan crossbite posterior akan meningkat seiring dengan berkurangnya waktu menyusui.16 Luz et al. (2006) meneliti tentang lama menyusui dengan kemungkinan terjadinya retrusi mandibula, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa waktu menyusui kurang dari 6 bulan, resiko terjadinya maloklusi lebih besar dibanding yang menyusui lebih lama atau lebih dari 6 bulan.18 Penelitian yang dilakukan Viggiano et al. (2004) pada 1.130 balita (usia 3-5 tahun) menunjukkan persentase terkena cross bite pada anak ASI yang menyusu langsung 13% lebih kecil dibandingkan mereka yang menyusu dari botol. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa semakin awal bayi menyusu dari botol dua kali lebih besar besar terkena resiko maloklusi

Taqwim et al., 2012; Bandung Dentistry 9 | 9

BANDUNG DENTISTRY 9 Interdiciplinary Approach of Preventive Dentistry to Improve Clinical Dental Practice Bandung, June 15th 16th, 2012

atau kerusakan pada gigi dibandingkan bayi yang menyusu langsung/tidak menyusu dari botol.17 Terdapat kebiasaan pada anak yang dapat menyebabkan maloklusi. Kebiasaan menghisap jari khususnya kebiasaan menghisap ibu jari umumnya merupakan kebiasaan kebiasaan buruk pada anak yang tidak mendapatkan ASI.4 Keparahan kelainan gigi dan rahang akibat menghisap jari tergantung dari durasi, frekuensi dan intensitas kebiasaan menghisap jari. Faktor durasi kebiasaan menghisap jari lebih memegang peranan penting.14,15 Studi yang dilakukan oleh Larsson menyimpulkan bahwa mengisap jari berkepanjangan dapat menyebabkan terjadinya open bite anterior, protrusi rahang atas dan pemanjangan lengkung rahang atas. Selain itu, beberapa penelitian menemukan hubungan positif antara penggunaan susu botol dan maloklusi. Bentuk maloklusi yang digambarkan mencakup cross bite, pemendekan lengkung rahang, lebih rendah tinggi wajah anterior, open bite dan menjulurakan lidah kedepan saat menelan.19 Selain maloklusi, pengaruh negatif akibat penyapihan dini adalah bernafas melalui mulut. Bayi yang menyusui mempertahankan posisi istirahat dari penutupan bibir dan pernafasan hidung. Jika terjadi penyapihan dini yang paling sering terlihat adalah bibir bayi setengah terbuka yang memfasilitasi pernafasan oral.3,12 Akibat dari pernafasan oral ini juga akan bisa menyebabkan atau memperparah maloklusi.20 Anak-anak yang disusui secara alamiah pada bulan pertama kelahiran kemungkinan besar bernafas dari hidung, begitu berkurangnya waktu menyusu ASI maka akan menjadi salah satu faktor yang memberi kontribusi terjadinya

Taqwim et al., 2012; Bandung Dentistry 9 | 10

BANDUNG DENTISTRY 9 Interdiciplinary Approach of Preventive Dentistry to Improve Clinical Dental Practice Bandung, June 15th 16th, 2012

pernafasan oral atau oronasal. Penelitian yang dilakukan oleh Leite et al. yang menganalisis 100 anak-anak berusia antara 2 dan 11 tahun membuktikan bahwa botol susu merupakan salah satu penyebab pernafasan oral sebesar 40%.3,12 Gangguan motorik oral juga terganggu akibat penyapihan dini. The American SpeechLanguage-Hearing Association (ASHA) mendefinisikan perubahan ini sebagai gangguan miofungsional oral, dimana termasuk bagian anterior lidah yang abnormal dan labial yang tidak kompeten, hal ini mungkin termasuk gangguan bahasa.3,12 Menurut penelitian Chaimay (2011), mengisap ASI dapat mengurangi atau mempercepat waktu untuk mengekspresikan kata pertama sekitar 2%, menyusui mendukung perangsangan otot lidah yang mendorong kekuatannya dan konsekuensinya menghasilkan suara yang benar. Anak yang tidak menyusui atau disapih terlalu awal 34% memperlihatkan perubahan artikulasi bahasa dan 30% terjadi gangguan menelan.21 ASI eksklusif mendukung mengisap normal dan mencampur makanan menginduksi gangguan mengisap yang mana memicu ketidakefisienan dari bentuk motorik oral anak.3,12 SIMPULAN Berdasarkan telaah berbagai literatur di atas, maka dapat disimpulkan bahwa menyusui ASI berperan dalam mengembangkan aktivitas otot-otot wajah, memicu terjadinya perkembangan mandibula, mempercepat waktu untuk mengekspresikan kata pertama dan mendukung otot lidah menghasilkan suara yang benar. Penyapihan yang terlalu dini dapat memberikan efek

Taqwim et al., 2012; Bandung Dentistry 9 | 11

BANDUNG DENTISTRY 9 Interdiciplinary Approach of Preventive Dentistry to Improve Clinical Dental Practice Bandung, June 15th 16th, 2012

yang buruk terhadap perkembangan motorik oral berupa terjadinya maloklusi, gangguan pernafasan oral serta gangguan motorik oral.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Wahyu, GG. 2008. Inisiasi Dini ASI dan Pencapaian MDGs. Available at http:// http://pestagagasan.blogspot.com/2008/12/inisiasi-dini-asi-dan-pencapaian-mdgs.html. [20 Mei 2011]. Motor Development. Journal Pediatric (Rio J). 79(1):7-12.

2. Neiva FCB, Cattoni DM, Ramos J, Issler H. 2003. Early Weaning:Implications to Oral 3.

Riyanti E, Saptarini R. Maloklusi pada Anak Akibat Tidak Mendapatkan ASI (Malocclusions in Non Breastfed Children). 2011. Available at http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2010/06/maloklusi_pada_anak_akibat_tida k_mendapatkan_asi.pdf. [20 April 2011]. Orthod Dentofacial Orthop. 93: 149-52.

4. Meyers A. 1988. Bottle-feeding and Malocclusion: is There an Association? Am J 5.

Degano MP. 1993. Breastfeeding and Oral Health: A Primer for Dental Practitioner. NY State Dent J. 59: 30-2. Available at http://repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/3726/1/fkm-arifin4.pdf. [28 April 2011].

6. Siregar A. 2004. Pemberian ASI Ekslusif dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.

7. Hikmawati I. 2008. Faktor - Faktor Risiko Kegagalan Pemberian ASI selama Dua

Bulan. Semarang: Universitas Diponegoro.


8. Roesli U. 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya. 9. Luthfiyyah. D, 2011. Perspektif Islam (Alquran) Terhadap Kebijakan World Health

Organization (WHO) Tentang Air Susu Ibu (Asi). Available http://atikaluthfiyyah.blogspot.com/2011/03/perspektif-islam-alquran-terhadap.html. Maret 2011].

at [8

Taqwim et al., 2012; Bandung Dentistry 9 | 12

BANDUNG DENTISTRY 9 Interdiciplinary Approach of Preventive Dentistry to Improve Clinical Dental Practice Bandung, June 15th 16th, 2012

10. Daigle M. Breastfeeding. Avabaleil at http://en.Wikipedia.org/wiki/Breastfeeding. [12

Mei 2011].
11. Bahirrah S. 2009. Implikasi Penyapihan Dini terhadap Perkembangan Motorik Oral.

Dentika Dental Journal. 14(1): 98-101.


12. Palmer B.1998. The Influence of Breastfeeding on the Development of the Oral Cavity:

A Commentary. Journal of Human Lactation. 14(2): 93-98. 13. Proffit RW. Fields HW. Sarver DM. 1993. Contemporary orthodontic. Fourth edition. Missouri: Mosby Inc. 14. Foster TD. 1997. Buku ajar ortodonsi. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC.
15. Peres KG, Barro AJD, Peres MA, Victor CG.. 2007. Effects of Breastfeeding and

Sucking Habits on Malocclusion in a Birth Cohort Study. http://www.scielo.br/pdf/rsp/v41n3/5683.pdf. [20 April 2011].
16. Yahya,

Available at Available at

H. 2005. Cairan Ajaib: Air Susu Ibu. http://www.harunyahya.com/indo/artikel/082.htm. [10 Mei 2011].

17. Viggiano D, Fasano D, Monaco G, Strohmenger L. 2004. Breast Feeding, Bottle

Feeding, and Non-nutritive Sucking: Effects on Occlusion in Deciduous Dentition. Arch Dis Child. 89:1121-23.
18. Luz CLF, Garib DG, Arouca R. 2006. Association Between Breastfeeding Duration and

Mandibular Retrusion: a Cross-sectional Study of Children in the Mixed Dentition. American Journal of Orthodontics and Dentofacial Orthopedics. 130(4): 531-34.
19. Sutanto M. 2011. Alasan Medis untuk Tidak Menggunakan Pengganti ASI. Available at

http://aimi-asi.org/2011/02/alasan-medis-pengganti-asi/. [21 April 2011].


20. Suminy D, Zen Y. 2007. Hubungan antara Maloklusi dengan Hambatan Saluran

Pernafasan. Majalah Kedokteran Gigi. 22(1): 32-40.


21. Chaimay B, Ruagdaraganon N, Thinkhamrop B, Thinkhamrop J. 2011. Association

Between Infant Feeding Practices and First Meaningful Words at First Year of Life : A Prospective Cohort Study of Thai Children. Available at http://aph.sagepub.com/content/early/2011/01/19/ 1010539510372540.abstract. [23 April 2011].

Taqwim et al., 2012; Bandung Dentistry 9 | 13

You might also like