You are on page 1of 15

Pengertian Upah Minimum

Upah Minimum adalah suatu standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pekerja di dalam lingkungan usaha atau kerjanya. Karena pemenuhan kebutuhan yang layak di setiap propinsi berbeda-beda, maka disebut Upah Minimum Propinsi. Menurut Permen no.1 Th. 1999 Pasal 1 ayat 1, Upah Minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap. Upah ini berlaku bagi mereka yang lajang dan memiliki pengalaman kerja 0-1 tahun, berfungsi sebagai jaring pengaman, ditetapkan melalui Keputusan Gubernur berdasarkan rekomendasi dari Dewan Pengupahan dan berlaku selama 1 tahun berjalan. Apabila kita merujuk ke Pasal 94 Undang-Undang (UU) no.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap, maka besarnya upah pokok sedikit-dikitnya 75 % dari jumlah upah pokok dan tunjangan tetap. Definisi tunjangan tetap disini adalah tunjangan yang pembayarannya dilakukan secara teratur dan tidak dikaitkan dengan kehadiran atau pencapaian prestasi kerja contohnya : tunjangan jabatan, tunjangan komunikasi, tunjangan keluarga, tunjangan keahlian/profesi. Beda halnya dengan tunjangan makan dan transportasi, tunjangan itu bersifat tidak tetap karena penghitungannya berdasarkan kehadiran atau performa kerja. Beberapa dasar pertimbangan dari penetapan upah minimum Sebagai jaring pengaman agar nilai upah tidak melorot dibawah kebutuhan hidup minimum. Sebagai wujud pelaksanaan Pancasila, UUD 45 dan GBHN secara nyata. Agar hasil pembangunan tidak hanya dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat yang memiliki kesempatan, tetapi perlu menjangkau sebagian terbesar masyarakat berpenghasilan rendah dan keluarganya. Sebagai satu upaya pemerataan pendapatan dan proses penumbuhan kelas menengah Kepastian hukum bagi perlindungan atas hak hak dasar Buruh dan keluarganya sebagai warga negara Indonesia. Merupakan indikator perkembangan ekonomi Pendapatan Perkapita. Banyaknya angkatan kerja, perusahaan dan serikat buruh/pekerja di Indonesia. Upah Minimum berlaku di 33 propinsi dan kurang lebih 340 kabupaten/kotamadya di Indonesia. Berdasarkan data tahun 2008, terdapat 176.986 perusahaan sektor formal (punya legalitas seperti PT,CV) tercatat memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), di tahun 2011 diperkirakan meningkat menjadi

197.000 yang tercatat. Data Statistik tahun 2010, menunjukan angkatan kerja mencapai 116 juta; dengan jumlah penduduk yang bekerja mencapai 107,41 juta jiwa dan sisanya 8,96 juta jiwa merupakan pengangguran terbuka. Dari 107,41 juta jumlah penduduk yang bekerja terdapat 33,96 juta orang yang bekerja dibawah 35 jam/minggu yang dikategorikan sebagai setengah menganggur. Berdasarkan data terakhir tahun 2008, tercatat 3.405.615 jumlah anggota Serikat Pekerja (yang terdaftar, sesuai Kepmenaker No.16/ 2001 tentang Pencatatan Serikat Buruh/Pekerja). Sedang bila melihat jumlah total anggota Serikat Pekerja terdapat 1.092.832 lagi anggota Serikat Pekerja yang tidak terdaftar. Bila dilihat dari tingkat keanggotaan Serikat Pekerja, maka densitas serikat di Indonesia hanya mencapai 5 10% dari jumlah pekerja. Instansi yang bertanggung jawab memperbaiki Upah Minimum Dewan Pengupahan bertanggung jawab melakukan kajian studi mengenai Upah Minimum yang nantinya akan diserahkan kepada Gubernur, Walikota/Bupati masing-masing daerah. Dewan Pengupahan sendiri terdiri dari 3 unsur, yaitu Pemerintah, Pengusaha dan Serikat Pekerja. Dewan Pengupahan Propinsi untuk upah minimum tingkat Propinsi. Dewan Pengupahan Kabupaten/Kotamadya untuk tingkat Kabupaten/Kotamadya Sumber: Indonesia. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja. Indonesia. Keputusan Menteri No.1 tahun 1999 Indonesia. Keputusan Menteri Tenaga Kerja no.16 tahun 2001 Wawancara dengan anggota Dewan Pengupahan Nasional Markus Sidauruk. KSBSI Indonesia

Standar Kebutuhan Hidup Layak (KHL)


Sebelumnya menetapkan Upah Minimum Propinsi, Dewan Pengupahan yang terdiri dari perwakilan serikat pekerja, pengusaha, pemerintah, dan pihak netral dari akademisi akan melakukan survey Kebutuhan Hidup Layak (KHL). Tetapi apa yang dimaksud survey KHL, komponen kebutuhan hidup apa yang disurvey dan mekanisme standarisasi KHL hingga menjadi penetapan Upah Minimum. Mari kita bahas bersama! Apa yang dimaksud dengan Kebutuhan Hidup Layak (KHL)? Kebutuhan Hidup Layak yang selanjutnya disingkat KHL adalah standar kebutuhan yang harus dipenuhi oleh seorang pekerja/buruh lajang untuk dapat hidup layak baik secara fisik, non fisik dan sosial, untuk kebutuhan 1 (satu) bulan. Sejak diluncurkannya UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pemerintah menetapkan standar KHL sebagai dasar dalam penetapan Upah Minimum seperti yang diatur dalam pasal 88 ayat 4. Adakah Peraturan yang mengatur mengenai Kebutuhan Hidup Layak? Peraturan mengenai KHL, diatur dalam UU No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pembahasan lebih dalam mengenai ketentuan KHL, diatur dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 17 tahun 2005 tentang Komponen dan Pentahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak. Komponen apa saja yang termasuk dalam standar KHL? Standar KHL terdiri dari beberapa komponen yaitu : Makanan & Minuman (11 items) Sandang (9 items) Perumahan (19 items) Pendidikan (1 item) Kesehatan (3 items) Transportasi (1 item) Rekreasi dan Tabungan (2 item)

Selengkapnya mengenai komponen-komponen standar Kebutuhan Hidup Layak (KHL) :

No

Komponen

Kualitas/Kriteria

Jumlah Kebutuhan

I MAKANAN DAN MINUMAN 1. Beras Sedang 2. Sumber Protein : a. Daging b. Ikan Segar c. Telur Ayam 3. Kacang-kacangan : tempe/tahu 4. Susu bubuk 5. Gula pasir 6. Minyak goreng 7. Sayuran 8. Buah-buahan (setara pisang/pepaya) 9. Karbohidrat lain (setara tepung terigu) 10. Teh atau Kopi 11. Bumbu-bumbuan JUMLAH II SANDANG 12. Celana panjang/ Rok 13. Kemeja lengan pendek/blouse 14. Kaos oblong/ BH 15. Celana dalam 16. Sarung/kain panjang 17. Sepatu 18. Sandal jepit 19. Handuk mandi 20. Perlengkapan ibadah JUMLAH III PERUMAHAN 21. Sewa kamar 22.Dipan/ tempat tidur 23. Kasur dan Bantal 24. Sprei dan sarung bantal 25. Meja dan kursi 26. Lemari pakaian 27. Sapu 28. Perlengkapan makan a. Piring makan b. Gelas minum Polos Polos 3/12 buah 3/12 buah Sederhana No.3 polos Busa Katun 1 meja/4 kursi Kayu sedang Ijuk sedang 1 bulan 1/48 buah 1/48 buah 2/12 set 1/48 set 1/48 buah 2/12 buah Katun/sedang Setara katun Sedang Sedang Sedang Kulit sintetis Karet 100cm x 60 cm Sajadah, mukena 6/12 potong 6/12 potong 6/12 potong 6/12 potong 1/12 helai 2/12 pasang 2/12 pasang 2/12 potong 1/12 paket Sedang Baik Telur ayam ras Baik Sedang Sedang Curah Baik Baik Sedang Celup/Sachet Nilai 1 s/d 10 0.75 kg 1.2 kg 1 kg 4.5 kg 0.9 kg 3 kg 2 kg 7.2 kg 7.5 kg 3 kg 4 Dus isi 25 = 75 gr 15% Sedang 10 kg

c. Sendok garpu 29. Ceret aluminium 30. Wajan aluminium 31. Panci aluminium 32. Sendok masak 33. Kompor minyak tanah 34. Minyak tanah 35. Ember plastik 36. Listrik 37. Bola lampu pijar/neon 38. Air Bersih 39. Sabun cuci IV PENDIDIKAN 40. Bacaan/radio JUMLAH V KESEHATAN 41. Sarana Kesehatan a. Pasta gigi b. Sabun mandi c. Sikat gigi d. Shampo e. Pembalut atau alat cukur 42. Obat anti nyamuk 43. Potong rambut JUMLAH VI TRANSPORTASI 44. Transportasi kerja dan lainnya JUMLAH VII REKREASI DAN TABUNGAN 45. Rekreasi 46. Tabungan JUMLAH

Sedang Ukuran 25 cm Ukuran 32 cm Ukuran 32 cm Alumunium 16 sumbu Eceran Isi 20 liter 450 watt 25 watt/15 watt Standar PAM Cream/deterjen Tabloid/4 band

3/12 pasang 1/24 buah 1/24 buah 2/12 buah 1/12 buah 1/24 buah 10 liter 2/12 buah 1 bulan 6/12 (3/12) buah 2 meter kubik 1.5 kg 4 buah/ (1/48)

80 gram 80 gram Produk lokal Produk lokal Isi 10 Bakar Di tukang cukur/salon

1 tube 2 buah 3/12 buah 1 botol 100 ml 1 dus/set 3 dus 6/12 kali

Angkutan umum

30 hari (PP)

Daerah sekitar (2% dari nilai 1 s/d 45)

2/12 kali

Bagaimana mekanisme proses penetapann Upah Minimum berdasarkan standar KHL?

Ketua Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota membentuk tim survey yang

anggotanya terdiri dari unsur tripartit: perwakilan serikat pekerja, pengusaha, pemerintah, dan pihak netral dari akademisi. Standar KHL ditetapkan dalam Kepmen No. 17 tahun 2005, berdasarkan standar tersebut, tim

survey Dewan Pengupahan melakukan survey harga untuk menentukan nilai harga KHL yang nantinya akan diserahkan kepada Gubernur Provinsi masing-masing. Survey dilakukan setiap satu bulan sekali dari bulan Januari s/d September , sedang untuk bulan

Oktober s/d Desember dilakukan prediksi dengan membuat metode least square. Hasil survey tiap bulan tersebut kemudian diambil rata-ratanya untuk mendapat nilai KHL. Nilai KHL ini akan digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam penetapan upah

minimum yang berlaku bagi pekerja/buruh dengan masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun. Upah bagi pekerja dengan masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih dirundingkan secara bipartit antara pekerja atau serikat pekerja dengan pengusaha di perusahaan yang bersangkutan. Berdasarkan nilai harga survey tersebut, Dewan Pengupahan juga mempertimbangkan factor lain :

produktivitas, pertumbuhan ekonomi, usaha yang paling tidak mampu, kondisi pasar kerja dan saran/pertimbangan dari Dewan Pengupahan Provinsi/Kabupaten/Kotamadya. Gubernur nantinya akan menetapkan besaran nilai upah minimum. Penetapan Upah Minimum ini

dilakukan 60 hari sebelum tanggal berlakunya yaitu setiap tanggal 1 Januari. Sumber : Indonesia. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 17 tahun 2005 tentang Komponen dan Pentahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak. Sidauruk, Markus (2011). Kebijakan Pengupahan di Indonesia. Jakarta

Upah Minimum Propinsi 2012


Upah Minimum Provinsi Tahun 2012 Upah Minimum Provinsi (UMP) untuk tahun 2012 telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota/Daerah di setiap tingkat pemerintahan (Propinsi, Kabupaten/Kotamadya) dibantu oleh rekomendasi dari Dewan Pengupahan yang sebelumnya telah melakukan proses survey Kebutuhan Hidup Layak (KHL). Secara nasional, UMP tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 3% hingga 19% dibandingkan Upah Minimum Provinsi (UMP) tahun 2012 Berikut adalah rincian Upah Minimum Propinsi (UMP) di 33 provinsi di seluruh Indonesia. NO. PROVINSI 2011 (dalam Rupiah 2012 (dalam Rupiah KHL (dalam Rupiah) KETERANGAN SK.GUBERNUR SK No.76 Tahun 2011 Tanggal SK 22 Desember 2011 17 November 2011 26 Oktober 2011 01 November 2011 12 Desember 2011 29 November 2011 24 Oktober 2011 21 November 2011 31 Oktober 2011 29 Desember 2011 24 November 2011 28 November

Nanggroe Aceh D. Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung

1,350,000 1,400,000

2 3 4

1,035,500 1,200,000 1,035,028 1,055,000 1,150,000 1,153,456 1,120,000 1,238,000 1,312,888

188.44/988/KPTS/2011 SK Gub Nomor 840 - 479 - 2011 Sk No.48 Tahun 2011

975,000

1,015,000

SK No.554 Tahun 2011

6 7 8 9 10

1,028,000 1,142,500 1,143,576 5621/Kp.Gub/DISSOSNAKERTRANS/2011 1,048,440 1,195,220 1,311,000 SK No.757/KPTS/DISNAKERTRANS/2011 1,024,000 1,110,000 1,540,330 815,000 855,000 930,000 975,000 884,289 SK No.188.44/965.a/TK.T/2011 S.33.a.XIV tahun 2011 SK.Gub. G/757/III.05/HK/2011 SK Gub. 561/KEP.1540-BANGSOS/2011 (UMK se-JABAR) SK No.117 tahun 2011

11 12

Jawa Barat Dki Jakarta

732,000

1,290,000 1,529,150

2011 13 14 Banten Jawa Tengah Yogyakarta 1,000,000 1,042,000 1,108,000 675,000 561/Kep.828-Huk/2011 561.4/73/2011 (UMK Se-JATENG) 28 Oktober 2011 18 November 2011 23 November 2011 20 November 2011 21 November 2011 14 Desember 2011 18 November 2011 17 Oktober 2011 21 Oktober 2011 10 Agustus 2011 15 November 2011 24 Oktober 2011 2 Desember 2011 14 November 2011 12 Desember 2011 31 Oktober 2011 1 November 2011 9 November

15

808,000

892,660

862,391

No. 289/KEP/2011 Per.Gub. Nomor 81 Tahun 2011 (UMK SeJATIM) Per Gub. No.106 Tahun 2011

16

Jawa Timur

705,000

17

Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Maluku Maluku Utara Gorontalo Sulawesi Utara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan

890,000

967,500

1,130,779

18

950,000

1,000,000

SK Nomor.658 Tahun 2011

19 20 21 22 23 24 25 26

850,000 802,500

925,000 900,000

1,164,204

SK No.239/KEP/HK/2011 SK Gub. Nomor.506 /KESSOS/ 2011 188.44/0548/KUM/2011 26 TaHUN 2011 SK Gub. No.561/K.723/2011 409 Tahun 2011 SK No.259/PKTS/MU/2011 SK No. 315/12/XI/2011

1,126,000 1,225,000 1,227,000 1,134,580 1,327,459 1,720,414 1,084,000 1,177,000 1,531,458 900,000 889,350 762,500 975,000 960,498 837,500 1,739,000 1,903,311 1,099,222

27 28 29 30

1,050,000 1,250,000 930,000 827,500 1,032,300 1,232,820 885,000 900,000

PerGub No.29 Tahun 2011 PerGub No.44 Tahun 2011 561/242/DISNAKERTRANS-G.ST/2011 SK Gub.No.3553/XI Tahun 2011

1,100,000 1,200,000 1,161,395

2011 31 32 33 Sulawesi Barat Papua Papua Barat 1,006,000 1,127,000 1,403,000 1,515,000 1,410,000 1,450,000 1,800,000 SK Gub No. 409 Tahun 2011 Proses Gubernur 561/155/X/2011 8 Desember 2011 31 Oktober 2011 19 Oktober 2011

Keterangan :

1. 2.
3.

Provinsi Jawa Tengah tidak menetapkan UMP Provinsi Jawa Barat tidak menetapkan UMP Provinsi Jawa Timur tidak menetapkan UMP

Sumber Direktorat Jendral Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Tanya Jawab

Upah Minimum sesuai Hukum

Adakah sebuah legislasi yang terpisah bagi upah minimum di negara anda?

Kita hanya memiliki satu legislasi tentang Upah Minimum (UM) sebagaimana diatur dalam UU No 13/2003 tentang Ketenagakerjaan, pasal 88, 89 dan 90. Sementara, peraturan khusus tentang Upah minimum sendiri sebagai aturan pelaksana dari UU tersebut belum di keluarkan. Tetapi mengacu kepada peraturan Menteri sebelumnya No 226/2000 tentang Upah Minimum dijelaskan bahwa upah minimum dapat ditetapkan baik di tingkat Propinsi dan Kabupaten. Kedua UM tersebut ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan masukkan Dewan pengupahan Propinsi untuk Upah Minimum Propinsi (UMP) dan berdasarkan masukan Dewan Pengupahan Kabupaten/Kotamadya dan atau Bupati/Walikota untuk Upah Minimum Kabupaten/kota (UMKab/Kota). Biasaya Gubernur menetapkan UM ini setiap setahunnya melalui Surat Keputusan Gubernur. Ya, berdasarkan peraturan upah minimum yang ada terdapat beberapa jenis Upah Minimum baik ditingkat propinisi maupun kabupaten/kotamadya. Pada Tingkat Propinsi di mungkinkan nya Upah Minimum Propinsi (UMP) dan Upah Minimum Sectoral Propinsi (UMSP), sedang ditingkat Kabupaten/Kotamadya di mungkinkan adanya Upah Minimum Kabupaten/Kotamadya (UMK) dan Upah Minimum Sektoral Kabupaten/Kotamadya (UMSK). Tetapi pada prinsipnya, hanya satu jenis ketentuan upah minimum yang berlaku bagi seorang pekerja dan hal itu tergantung dari jenis sektor dan kabupaten/kotamadya di mana mereka bekerja. Sebagai contoh, Jika seorang bekerja dalam suatu kabupaten di suatu propinsi, tetapi di kabupaten tersebut belum menetapkan UMK maka yang berlaku padanya adalah UMP. Jika seandainya UMK sudah ada di kapubaten di mana mereka bekerja, maka upah minimum yang berlaku adalah UMK. Seandainya lagi jika pekerja tersebut bekerja di sektor garment dan di kabupaten tersebut telah di tetapkan UM Sektoral Kabupaten (UMSK) maka Upah Minimum yang digunakan adalah Upah Minimum Sektoral Kabupaten didaerah tersebut. Di Indonesia, upah minimum ditetapkan di tingkat Propinsi (di Indonesia sebagai pengganti wilayah adalah propinsi). Berdasarkan Pasal 89 UU 13/2003, setiap wilayah diberikan hak untuk menetapkan kebijakan Upah minimum mereka sendiri baik di tingkat propinsi dan tingkat Kabupaten/kotamadya. Upah Minimum Sektoral/Propinsi ditetapkan di beberapa propinsi atas dasar kesepakatan antara organisasi pengusaha dan organisasi sektoral pekerja. Upah Minimum sektoral di tingkat Propinsi dan kabupaten/kotamadya adalah hasil perundingan antara pengusaha dan serikat pekerja dan ditetapkan oleh Gubernur . Di beberapa kota tertentu terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan Medan; Upah minimum juga ditetapkan berdasarkan jenis pekerjaan. Upah Minimum dihitung berdasarkan bulan, namun bagi para pekerja harian upah minimum dapat dibayar berdasarkan hitungan harian atau mingguan Upah minimum di hitung dengan ketentuan 40 jam/minggu. Hal ini di dasarkan pada UU 13/2003 Pasal 77 ayat (2) yang menjelaskan sbb: a). 7 jam per hari and 40 jam perminggu untuk selama 6 hari kerja dalam 1 minggu atau b). 8 jam per hari dan 40 jam per minggu untuk selama 5 hari kerja dalam 1 minggu.

Apakah hanya ada satu atau beberapa upah minimum yang ditetapkan melalui Undang-undang?

Jika Ya, di tingkat mana upah minimum tersebut ditetapkan?

Atas dasar apa Upah Minimum dihitung? Jika upah minimum di dasarkan mingguan/bulanan, apakah hal itu didasarkan jumlah jam kerja yang tetap ?

Apakah perwakilan lembaga pemerintah, pengusaha dan atas Serikat Buruh/Pekerja terlibat dalam penetapan upah minimum (jika mungkin diterapkan per provinsi)

Gubernur setiap propinsi menetapkan tingkat upah minimum berdasarkan rekomendasi dan usulan dari Dewan Pengupahan Propinsi untuk penetapan Upah Minimum Propinsi dan dari Bupati/Walikota dan atau Dewan Pengupahan Kabupaten/Kota untuk penetapan upah Minimum Kabupaten/kota. Rekomendasi dan usulan upah minimum tersebut di dasarkan hasil survey dan rapat dewan pengupahan. Dewan pengupahan ini terdiri dari Perwakilan organisasi pemerintah, pengusaha dan buruh/pekerja. Badan Pusat Statistik, Badan Perencanaan Daerah, Dinas Tenaga Kerja, Dinas Perindustrian, Dinas Perdagangan, Pertanian, Kehutanan dan Dinas Perhubungan di tingkat wilayah, APINDO (Assosiasi Pengusaha Indoensia) dan 3 Konfederasi Serikat Pekerja yang dilibatkan adalah K-SBSI, K-SPSI and KSPI (termasuk di dalamnya federasi/serikat pekerja yang beraffiliasi ke salah satu dari 3 konfederasi tadi). Akademisi dan Ahli juga dilibatkan dalam dewan pengupahan di Indonesia Penyesuaian di lakukan oleh Gubernur setalah mendapatkan masukkan dari Dewan Pengupahan (Perwakilan Serikat Buruh, pengusaha dan Pemerintah) baik di tingkat propinsi untuk Upah Minimum Propinsi (UMP) dan Dewan Pengupahan kabupaten/Kotamadya untuk Upah Minimum Kabupaten/Kota Madya (UMK)

Bagaimana penyesuaian Upah Minimum diputuskan?

Semua komponen adalah komponen tetap sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri No 17/MEN/VIII/2005 . KomponenApa saja komponen-komponen Upah komponen ini meliputi; Makanan & Minuman, Perumahan, Minimum di Indonesia? Sandang, Pendidikan, Kessehatan, Transportasi, Rekreasi & Tabungan Berdasarkan sejarahnya, Komponen Upah Minimum telah diperbaharui sebanyak 2 jali. Biasanya diperbaharui setiap 10 tahun sekali. Komponen Tetap tersebut diperbaharui berdasarkan masukan yang diterima dari Dewan Pengupahan Nasional dan kemudian di putuskan/ditetapkan oleh Presiden/Menteri Tenaga Kerja Terdapat 6 faktor yang menjadi penentu tingkat upah minimum 1).Kebutuhan hidup minimum pekerja 2). Indeks harga konsumen 3). Kemampuan, perkembangan dan kelangsungan perusahaan 4). Tingkat Upah yg berlaku di masyarakat 5). Tingkat perkembangan perekonomian dan pendapatan perkapita 6). Tingkat/Kondisi Pasar kerja. Informasi terhadap standar kebutuhan hidup di peroleh melalui survey yang dilaksanakan setiap bulan oleh dewan pengupahan. Kota Rp 232.989; Desa Rp 192.354

Seberapa sering komponen tetap Upah Minimum diperbaharui?

Apa yang menjadi patokan dasar perhitungan Upah minimum?

Berapa batas kemiskinan nasional? (dalam Rp)

Seberapa sering batas kemiskinan di Setiap tahun perbaharui? Kapan batas kemiskinan terakhir di perbaharui? (tahun, bulan) Berapa persentase besaran Upah Minimum terhadap batas garis kemiskinan saat ini? Berapa besar pelaksanaan Upah Maret 2010 Upah Minimum Nasional/Garis Kemiskinan 30% pelaksanaan Upah minimum dalam angkatan kerja adalah

Minimum dalam angkatan kerja national (hanya yang mendapatkan upah)?

sebagai berikut : a). Dibawah 30% - biasanya mereka yang bekerja dengan status tidak tetap (pekerja harian, kontrak); b). 35% dari mereka bekerja di sektor swasta; c). Diatas 35% sebagian dari mereka adalah pekerja di sektor pemerintah dengan status pekerja tetap Pengaduan Upah minimum diatur melalui pengawas ketenagakerjaan atau Serikat Pekerja. Berdasarkan ketentuan Pasal 176 pengawas ketenagakerjaan mengawasi pelaksanaan upah minimum . Serikat Buruh juga bisa memastikan pelaksanaan upah minimum. Berdasarkan UU 13/2003 pasal 185 ayat 1) Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal Pasal 90 ayat (1) dikenakan sanksi denda paling sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah). Berdasarkan UU 13/2003 pasal 185 ayat 1) Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal Pasal 90 ayat (1) dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun. Berdasarkan pasal 90 ayat (2) Bagi pengusaha yang tidak mampu membayar upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 (tentang upah minimum) idapat dilakukan penangguhan. Penangguhan pelaksanaan upah minimum bagi perusahaan yang tidak mampu dimaksudkan untuk membebaskan perusahaan yang bersangkutan melaksanakan upah minimum yang berlaku dalam kurun waktu tertentu. Apabila penangguhan tersebut berakhir maka perusahaan yang bersangkutan wajib melaksanakan upah minimum yang berlaku pada saat itu tetapi tidak wajib membayar pemenuhan ketentuan upah minimum yang berlaku pada waktu diberikan penangguhan. Hal ini tergantung atas laporan pengaduan yang dikirimkan ke pihak pemerintah Tidak, perwakilan Pengusaha dan/atau Serikat Buruh tidak terlibat dalam prosedur penanganan pengaduan sebab upah minimum ditetapkan oleh pemerintah (gubernur) Pekerja bisa mengadu kepada Pengusaha atau Managemen perusahaan atau Lembaga Swadaya Masyarakat. Berdasarkan pasal 136 ayat (1) mereka perlu duduk bersama mencari kesepakatan. Terdapat sebuah penyelesaian melalui penyelesaian perselisihan hubungan industrial dan pengadilan perburuhan terkait dengan pengaduan. Pasal 136 Ayat (2) atau mengadu kepada LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)

Bagaimana pengaduan Upah Minimum diatur?

Sanksi hukum apa yang diterapkan berkenaan dengan pengaduan?

Apa sanksi sering di terapkan? Apakah perwakilan Serikat Buruh dan/atau Pengusaha terlibat dalam Prosedur Pengaduan? Kepada Siapa/Dimana pekerja dapat mengadu, Jika mereka merasa mendapatkan upah dibawah Upah Minimum?

Ada perbedaan ketentuan hukum antara seorang karyawan (pekerja/buruh) dalam hubungan kerja dengan Direksi (cq. anggota Direksi) dalam hubungan hukum korporasi (corporate law). Walaupun menurut Prof. Iman Soepomo, karyawan dan anggota Direksi semuanya (sama-sama) merupakan tenaga kerja (Hukum Perburuhan/XVIII, 2001, hal. 3, lihat juga pasal 1 angka 2 UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan).

Sayangnya pertanyaan Saudara tidak menjelaskan lebih jauh, anggota Direksi BUMN apa yang Saudara maksudkan. Apakah Perusahaan Perseroan (PT/Persero) atau Perusahaan Umum (Perum). Tapi asumsi kami, -dalam hal ini- mungkin yang Saudara maksud adalah anggota Direksi BUMN berbentuk PT/Persero. Terkait dengan itu, maka pada prinsipnya tidak ada perbedaan ketentuan antara anggota Direksi PT/Persero BUMN dengan anggota Direksi pada Perseroan Terbatas pada umumnya (PT biasa, besloten vennootschap), termasuk perseroan terbatas terbuka (PT Tbk,openbaar vennootschap) (baca pasal 11 dan penjelasannya UU No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara). Jika seorang karyawan bekerja dalam hubungan kerja (berdasarkan perjanjian kerja), maka tentunya tunduk pada UU Ketenagakerjaan, yakni UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan peraturan-peraturan pelaksanaannya (labour law). Sedangkan, seorang anggota Direksi yang bekerja dalam hubungan hukum korporasi (berdasarkan anggaran dasar, article of incorporation) tunduk pada UU Perseroan Terbatas cq. UU No. 40 Tahun 2003 jo UU Nomor 19 Tahun 2003 (corporate law). Dengan demikian, dari sudut pandang hukum, terdapat beberapa perbedaan antara karyawan dengananggota Direksi, yakni -antara lain-: 1. hubungan hukum antara seorang karyawan dengan manajemen perusahaan (yang disebut denganhubungan kerja) adalah hubungan atasan-bawahan (dientsverhouding) atau hubungan yang bersifatsub-ordinasi (atasan kepada bawahan). Sedangkan, hubungan hukum antara anggota Direksi dengan owners atau RUPS adalah hubungan kepercayaan (fiduciary duties) dan pemberian amanat (legal mandatory), atau hubungan yang bersifat ko-ordinasi (partnership), tidak ada atasan-bawahan. 2. Pada hubungan atasan-bawahan, ada unsur-unsur yang merupakan ciri hubungan kerja -yang tidak ada atau berbeda pada hubungan partnership (kesetaraan)-, yakni: adanya pekerjaan danperintah (prestasi) serta adanya upah (kontra prestasi) (lihat pasal 1 angka 15 UU No. 13/2003). Penjelasannya, sebagai berikut : - Pekerjaan yang dimaksudkan dalam hubungan kerja adalah pekerjaan yang telah ditentukan spesifikasinya dan lokasi (tempat kerja)-nya, bahkan ditentukan syarat jabatan atau spesialisasinya (lihat pasal 54 ayat [1] huruf c dan huruf d jo pasal 52 ayat [1] huruf c UU No. 13/2003). Sedangkan, anggota Direksi tidak ditentukan (spesifik) pekerjaannya, akan tetapi secara general harus mengurus semua pekerjaan yang diamanatkan kepadanya -termasuk mewakili perseroan-, baik di dalam maupun di luar pengadilan (lihat pasal 98 ayat [1] UU No. 40 Tahun 2007). - Yang dimaksud perintah dalam hubungan kerja adalah perintah yang tidak menimbulkantanggung jawab langsung (vicarious liability) (lihat pasal 1 angka 14 jo angka 4 UU No. 13/2003). Sedangkan perintah (pemberian amanat/kepercayaan) pada hubungan hukum korporasi (partnership) adalah perintah dengan tanggung-jawab langsung (strict liability) (lihatpasal 97 ayat [1] dan ayat [3] UU No. 40 Tahun 2007); - Pada hubungan kerja, pembayaran upah karyawan adalah merupakan imbalan dari pengusahasesuai perjanjian kerja atau peraturan perundang-undangan -sebagai contra prestasiatas suatu pekerjaan yang telah ditentukan (lihat pasal 1 angka 30 jo pasal 90 ayat [1] dan pasal 91 ayat [1] jo pasal 89 ayat [1] UU No. 13/2003). Sedangkan, gaji anggota Direksi adalah merupakan pembayaran yang ditetapkan oleh RUPS sesuai dengan anggaran dasar (tanpa harus mengindahkan peraturan perundang-undangan mengenai pengupahan) yang merupakankontra prestasi atas amanat tugas/wewenang yang diemban sebagai pemegang legal mandatory (lihat pasal 96 ayat [1] UU No. 40/2007);

3. Hak-hak yang diberikan oleh undang-undang kepada karyawan, tidak dengan sendirinya berlaku terhadap anggota Direksi. Misalnya, hak yang terkait dengan kebijakan pengupahan, hakpesangon, hak cuti tahunan, cuti hamil dan melahirkan atau cuti gugur-kandung (bagi karyawati), serta hak-hak lainnya yang timbul dari UU No. 13/2003. Kecuali -telah- diperjanjikan dan/atau diamanatkan (secara tegas dan tertulis) dalam anggaran dasar untuk memberikan -atau memberlakukan beberapa/sebagian ketentuan- hak-hak dimaksud. 4. Mekanisme penyelesaian perselisihan (permasalahan) antara seorang karyawan denganmanagmenet perusahaan, dilakukan secara berjenjang- melalui mekanisme lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial (termasuk Pengadilan Hubungan Industrial). Sedangkan, penyelesaian perselisihan antara anggota Direksi dengan RUPS atau organ perseroan lainnya, termasuk masalah conflict of interest, diselesaikan melalui mekanisme beracara diperadilan umum atau mekanisme yang diperjanjikan/diatur tersendiri (privatrecht). Sehubungan dengan ketentuan tersebut di atas, dan terkait dengan pertanyaan Saudara, apabila ada seorang karyawan yang diangkat menjadi anggota Direksi (termasuk anggota Direksi PT/Persero), maka -dengan demikian- terjadi perubahan ketentuan / status domein- hukum dari UU Ketenagakerjaan (UU No/13/2003) berubah dan beralih menjadi berlaku- ketentuan UU Perseroan Terbatas (UU No.40/2007 jo UU No.19/2003). Oleh karena itu, untuk mengantisipasi terjadinya permasalahan di kemudian hari karena adanya perbedaan domain- hukum tersebut, dan untuk meniadakan atau mengurangi permasalahan kekacauan- hubungan hukum, maka apabila seseorang karyawan diangkat menjadi anggota Direksi (termasuk anggota Dewan Komisaris), maka seyogyanya diselesaikan dulu semua hak-hak yang bersangkutan sebagai karyawan melalui perundingan (termasuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi dengannya atau mungkin berpotensi- timbul di kemudian hari) berkenaan dengan hubungan kerja dimaksud. Artinya, karyawan yang bersangkutan terlebih dahulu di-PHK (atau istilah Saudara: diberhentikan, baik sementara atau dipensiunkan) dan dipenuhi hak-haknya berkenaan dengan hubungan kerja, baru kemudian diangkat menjadi anggota Direksi yang nota benedomain hukumnya dan mekanisme penyelesaian perselisihannya berbeda. Demikian penjelasan kami, semoga dapat menambah wawasan Saudara. Dasar hukum: 1. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan 2. Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara 3. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

You might also like