You are on page 1of 10

BED SITE TEACHING CLINICAL SCIENCE REPORT DIARE

Disusun oleh: WINA NUR HANISAH BT ABD. NASIR 1301-1211-3050

Preseptor:

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2011

I. KETERANGAN UMUM Pasien Nama : An. R Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 4 bulan 20 hari (lahir tangal: 6 Juni 2011) Tanggal masuk RSHS : 24 Oktober 2011 Tanggal pemeriksaan : 26 Oktober 2011 II. ANAMNESIS (Heteroanamnesa dari ibu pasien) Keluhan utama : Mencret Sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mencret 4-5 kali sehari. Mencret disertai muntah sebanyak 2 kali sehari. Mencret berwarna hijau kekuningan, tidak berlendir dan tiada darah. Muntah berupa cairan dari susu yang diminum. Selama mencret pasien tampak lebih rewel dan terlihat haus sehingga banyak menetek. Pasien mendapatkan cairan dari ASI dan susu formula. Keluhan mencret disertai dengan panas badan dan batuk/pilek. Keluhan kemerahan disekitar dubur,nyeri perut dan perut terasa kembung disangkal. Keluhan mencret tidak disertai sesak nafas,kejang atau penurunan kesadaran. Riwayat alergi makanan/obat disangkal. Riwayat memakan makanan tertentu yang mungkin menyebabkan mencret disangkal. Riwayat alergi terhadap susu tertentu disangkal. Pasien sebelumnya menderita penyakit serupa sejak 2 bulan yang lalu dan pernah berobat sebanyak 8 kali. Setelah berobat, pasien membaik kira-kira seminggu, kemudian kembali mendapat keluhan yang sama. Pasien diberi obat Oralit, Paracetamol dan Zinc tablet. Sumber air minum keluarga didapatkan dari sumur terbuka dan jarak sumur ke jamban adalah 10 meter. Riwayat menderita penyakit serupa sebelumnya disangkal. Riwayat penyakit serupa dalam keluarga tidak ada. Riwayat penyakit serupa dalam lingkungan disangkal. Anamnesis Makanan 0-4 bulan 20 hari : ASI dan susu formula Riwayat Imunisasi Imunisasi BCG DPT Polio Chotypa Morbili Dasar + Ulangan

III. PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum Kesadaran Status gizi Berat badan Panjang badan Lingkar kepala Tanda Vital Tekanan darah : Nadi=HR=80 x/menit, isi cukup Respirasi=54x/menit, abdominothorakal Suhu= 37.9 C Kepala Ubun-ubun besar tidak cekung Kelopak mata tidak cekung Konjungtiva tidak anemis Sklera tidak ikterik Air Mata : (-)/(-) Sekret telinga : (-)/(-) Mukosa mulut dan Lidah kering Faring : Tonsil T1-T1 tenang, tidak hiperemis Leher KGB tidak teraba, retraksi supra sternal (-) Thoraks Bentuk dan gerak simetris Retraksi interkostal : (-) Cor Iktus kordis tak tampak, Bunyi jantung murni regular Pulmo Sonor, VBS normal, kiri=kanan Ronkhi (-/-) Wheezing (-/-) Abdomen Lembut, datar, turgor cukup (cubitan kulit kembali dengan cepat) Hepar tidak teraba Lien tak teraba Bising usus (+) Ekstremitas : Komposmentis : baik : 5.7 kg : 59cm : 47.2 cm

Akral hangat Capillary refill kurang dari 2 detik Lain-lain Perianal Rash : Tidak ada IV. DIAGNOSA BANDING Diare persisten (berat) (non disentrik) ec rotavirus dengan dehidrasi ringan sedang Diare persisten (non disentrik) ec Enterotoksigenik Escherichia Coli dengan dehidrasi ringan sedang V. DIAGNOSA KERJA Diare persisten (berat) (non disentrik) ec rotavirus dengan dehidrasi ringan sedang VI. VII. USUL PEMERIKSAAN ELISA Kultur feses Klinites PENATALAKSANAAN

Terapi umum - Istirahat yang cukup - Mengurangi susu formula dalam diet untuk sementara dan beri ASI lebih sering, lebih lama. - Penyuluhan kepada ibu tentang cara-cara pemberian cairan yang benar - Penyuluhan kepada ibu tentang kebersihan diri dan lingkungan Terapi khusus - Dalam 3 jam I diberikan ORS sebanyak 75 cc/kg BB (427,5 cc) - Lanjutkan pemberian ASI - Parasetamol. Diberikan jika panas VIII. PROGNOSIS Quo Ad Vitam : Quo Ad Functionam : Ad bonam Ad bonam

PEMBAHASAN Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan/tanpa darah dan/atau lender dalam tinja.. Jenis diare adalah: 1. Diare cair akut Diare yang terjadi secara akut dan berlangsung kurang dari 14 hari (bahkan kebanyakan kurang dari 7 hari), dengan pengeluaran tinja yang lunak atau cair yang sering dan tanpa darah. 2. Disentri Adalah diare yang disertai dengan darah dalam tinja. 3. Diare persisten Diare yang awalnya bersifat akut namun kemudian berlangsung lebih dari 14 hari. Episode ini dapat dimulai sebagai diare cair atau disentri. Pada pasien ini didapatkan data bahwa diare berlangsung sejak 2 bulan yang lalu sehingga onsetnya adalah persisten, Pada anamnesa dan pemeriksaan feses diketahui pula bahwa tidak terdapat lendir ataupun eritrosit pada tinja sehingga diagnosa mengarah pada diare tipe

non disenterik.
Patofisiologi diare antara lain: 1. Diare sekresi, disebabkan oleh: a. Infeksi bakteri, virus, parasit b. Hiperperistaltik usus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan pedas, terlalu asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa, dingin. Alergi dan sebagainya. c. Defisiensi Imun terutama SIgA (Secretory Immunoglobulin A) yang mengakibatkan terjadinya berlipatgandanya bakteri/ flora usus. 2. Diare osmotik, disebabkan oleh: a. Malabsorbsi makanan (Karbohidrat, vitamin, dan mineral) b. KKP (Kekurangan Kalori protein) c. BBLR (Bayi berat badan lahir rendah) 3. Diare Invasif, disebabkan oleh

Invasi mikroorganisme ke dalam usus sehingga menimbulkan kerusakan pada mukosa usus. Diare invasif disebabkan oleh : virus (biasanya diarenya tidak berdarah), bakteri (biasanya menyebabkan diare berdarah), dan parasit Etiologi tersering dari diare akut pada anak-anak di Negara berkembang adalah: Rotavirus, Escherichia coli enterotoksigenik,Shigella, Campylobacter jejuni, dan Cryptosporodium. Rotavirus Rotavirus adalah penyebab terpenting diare yang berat dan mengancam kehidupan anak umur kurang dari 2 tahun di seluruh dunia. Hampir semua anak terinfeksi paling tidak sekali sebelum berumur 2 thaun, dan infeksi ulangan sering terjadi. Biasanya hanya infeksi rotavirus pertama kali yang menyebabkan penyakit bermakna. Sekitar sepertiga anak umur kurang dari 2 tahun pernah mengalami episode diare karena rotavirus. Rotavirus kemungkinan menyebar melalui kontak langsung. Rotavirus berkembang biak dalam epitel vili usus halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan vili. Hilangnya sel-sel vili yang secara normal mempunyai fungsi absorbsi dan penggantian sementara oleh sel kripta yang belum matang, menyebabkan usus mensekresi air dan elektrolit. Kerusakan vili juga dapat dihubungkan dengan hilangnya enzin disakaridase, sehingga terutama laktosa tidak terabsorbsi. Escherichia coli enterotoksigenik Toksin bakteri dapat menyebabkanb sekresi yang menghambat fungsi sel epitel. Toksin ini mengurangi absorbsi natrium melalui vili dan mungkin meningkatkan sekresi chloride (Cl-) dari kripta yang menyebabkan sekresi air dan elektrolit. Shigella dan Campylobacter Keduanya dapat menyebabkan diare berdarah melalui invasi dan perusakan epitel mukosa. Cryptosporodium Merupakan parasit usus yang menyebabkan diare pada bayi, pasien imunodefisiensi dan beberapa binatang piaraan. Di Negara berkembang infesi ini sering terjadi dan kebanyakan terjadi pada tahun pertama kehidupan. Infeksi berlangsung secara asimptomatik, dan tidak berat, kecuali pada pasien imunodefisiensi seperti malnutrisi berat atau AIDS. Parasit ini menempel pada usus halus dan menyebabkan pemendekan vili yang menyebabkan diare. Pada anamnesa telah ditanyakan mengenai kemungkinan alergi makanan, keracunan makanan, alergi susu yang kesemuanya (-). Keadaan nutrisi pasien saat ini tergolong pada KEP 1. Sehingga kemungkinan pasien mengalami diare karena adanya suatu infeksi. Dari

beberapa penyebab infeksi yang tersering dan mungkin terjadi pada pasien ini adalah infeksi

Rotavirus dan Escherichia coli enterotoksigenik


Rotavirus Gejala klinis: -mual dan muntah -panas -sakit E.coli enterotoksigenik E.coli Enteroinvasif Salmonella Shigella V.cholera

Dari permulaan + Tenesmus

Kadang

+ Tenesmus Kolik

+ + Tenesmus Kolik Pusing Bakterimia, Toksemia sistemik Sedikit

Jarang + Tenesmus Kolik Pusing Kejang

Jarang Kolik

-gejala lain Sifat tinja: -volume

Disternsi abdomen

Hipotensi

Sedang 10x Berair Jarang Hijau kuning -

Banyak

Sedikit

Sedikit

sangat banyak terus menerus berair flek Amis -

frekuensi konsistensi -mukus -darah -bau -warna -leukosit -sifat lain

Sering Berair + Bau tinja Tidak berwarna

Sering Kental + + Tidak spesifik Hijau

Sering Berlendir + Kadang Bau telur busuk Hijau

Sering sekali Kental Sering Sering Tak berbau Hijau

+ -

+ -

+ -

Tinja :air cucian beras

Komplikasi pada diare antara lain. 1. Kehilangan air (dehidrasi) Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak daripada pemasukan air (input), merupakan penyebab kematian pada diare. Pemeriksaan Keadaan Umum Mata Air mata Mulut dan lidah Rasa Haus A Baik, sadar Normal Ada Basah Minum biasa B Gelisah, rewel* Cekung Tidak ada Kering Haus, banyak* C Lesu, tidak sadar* Sangat cekung dan kering Tidak ada Kering minum Malas minum/tidak bisa minum*

Periksa turgor kulit Derajat dehidrasi

Kembali cepat TANPA DEHIDRASI

Kembali lambat*

Terapi

Rencana terapi A

Kembali sangat lambat* DEHIDRASI DEHIDRASI BERAT RINGAN-SEDANG Bila ada satu tanda* Bila ada satu tanda* ditambah 1 tanda ditambah 1 tanda lain lain Rencana terapi B Rencana terapi C

Pada pasien ini didapatkan tanda bintang ( * ) 1. Gelisah, rewel 2. Haus, minum banyak Sehingga masuk kepada kategori dehidrasi ringan-sedang. Dari berat kehilangan berat badan kita juga dapat mengklasifikasikan derajat dehidrasi dengan persentase: a. Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5% b. Dehidrasi ringan, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%-5% c. Dehidrasi sedang, bila terjadi penurunan berat badan 5%-10% d. Dehidrasi berat, bila terjadi penurunan berat badan 10% 2. Gangguan keseimbangan asam-basa (metabolik asidosis) Metabolik asidosis ini terjadi karena: a. Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja b. Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh. c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler. Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernapasan Kuszmaull.

3. Hipoglikemia Pada anak-anak dengan gizi baik/cukup, hipoglikemia ini jarang terjadi, lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita KEP. Hal ini terjadi karena : a. Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu b. Adanya gangguan absorbsi glukosa. Gejala hipoglikemia dapat muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai 40 mg% pada bayi dan 50 mg% pada anak-anak. Gejala hipoglikemia tersebut berupa : lemas, apatis, peka rangsang, tremor, pucat, berkeringat, syok, kejang sampai koma (Haroen N.,dkk). 4. Gangguan gizi Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena : a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan/atau muntahnya akan bertambah berat. b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran. c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik (Haroen N.,dkk) 5. Gangguan sirkulasi Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan sirkulasi darah berupa rejatan (shock) hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia dan asidosis bertambah berat. Kemudian dapat mengakibatkan perdarahan di otak yang menimbulkan turunnya kesadaran (soporokomatusa) dan bila tidak segera ditangani pasien dapat meninggal (Haroen N.,dkk). Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah rencana terapi B untuk dehidrasi ringan sedang: Jumlah oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama: Oralit yang diberikan dihitung dengan menghitung dengan mengalikan Berat Badan pasien (kg) dengan 75 ml

Bila berat badan anak tidak diketahui dan atau untuk memudahkan di lapangan, berikan oralit paling sedikit sesuai table di bawah: UMUR Jumlah oralit < 1 TAHUN 300 ml 1-5 TAHUN 600 ml >5 TAHUN 1.200 ml DEWASA 2.400

i. Bila anak menginginkanbanyak oralit, berikanlah ii. Dorong ibu untuk meneruskan ASI iii. Untuk bayi di bawah 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100-200 ml air masak selama masa ini. Prognosis pada pasien ini adalah: Quo ad vitam : Ad bonam, karena keadaan umum pasien masih tampak baik, pasien cepat dibawa ke dokter, cepat didiagnosa , dan cepat mendapatkan terapi sehingga keadaan tidak bertambah buruk yang dapat mengakibatkan kematian. Quo ad functionam : Ad bonam, karena hingga akhir perawatan tidak didapatkan gangguan/komplikasi serius lainnya yang dapat mengganggu fungsi organ.

You might also like