Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Al-Quran banyak menyebutkan tentang potensi tumbuh-tumbuhan untuk
dimanfaatkan oleh manusia. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam ayat 99
surat Al-Anam.
%! !.9 ! !>>! , ,!, . `: !>>! .> _
!',> !,2. 9 !-=L % > ,!s .9 !9
!,.:` s ,:.` `L <| . | . - | 39 )9 ``
Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan
dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari
tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman
yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang kurma mengurai
tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan
pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah
buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi
orang-orang yang beriman"(QS.Al-Anam/06: 99).
Dalam surat An-Nahl ayat 11, Allah Swt. juga menjelaskan mengenai
tumbuh-tumbuhan yang dapat dijadikan obat bagi manusia.
,` /39 , _9 .9 9 s{ 2 ,:9 | 9
)9 `6.
Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun,
korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
memikirkan (QS. An-Nahl/16: 11).
Pada ayat di atas, Allah menjelaskan bahwa Dia yang telah menciptakan
tumbuh-tumbuhan dengan berbagai macam bentuk, warna, sifat khusus, rasa dan
bau. Tumbuh tumbuhan tersebut dimanfaatkan untuk manusia dan hewan. Allah
menciptakan alam semesta beserta isinya tidak diciptakan dengan sia-sia akan
tetapi memiliki fungsi masing masing (Rossidy, 2008).
Rasulullah saw. pernah bersabda dalam sebuah hadits Bukhari mengenai
khasiat dari jintan hitam (Al-Albani, 2008):
.
.
Dari Abu Hurairah RA bahwa dia mendengar Rasulullah
bersabda,Sesungguhnya biji hitam itu mengandung obat untuk segala penyakit,
kecuali sam. Sam adalah kematian dan biji hitam adalah syuniz.
Biji Nigella sativa L., disebut black cumin di Eropa dan disebut jintan
hitam di Indonesia. Jintan hitam telah digunakan oleh para penduduk selama lebih
dari 3000 tahun dan dilaporkan sebagai obat dari segala macam penyakit.
Jintan hitam di pandang mampu mengobati segala penyakit. Hal tersebut
didasarkan pada sumber baik dari hadits shahih maupun berdasarkan penelitian-
penelitian ilmiah yang sudah dilakukan oleh banyak ilmuwan bidang kedokteran
di berbagai macam negara. Berdasarkan dari hasil-hasil penelitian ilmuwan
bidang kedokteran diantaranya menyimpulkan bahwa jintan hitam mengandung
lebih dari 100 komponen kimia alami yang sangat diperlukan tubuh. Berdasarkan
Study of Oil Black Seed on Humans oleh peneliti dari Amerika, jintan hitam
terbukti memiliki efek antihistamin, antioksidan, antibiotik, antimikroba dan
penghambat bronchitis (Hilman, 2005).
Saat ini ditemukan bahwa radikal bebas berperan dalam terjadinya
berbagai penyakit. Hal ini dikarenakan radikal bebas adalah spesi kimia yang
memiliki pasangan elektron bebas di kulit terluar sehingga sangat reaktif dan
mampu bereaksi dengan protein, lipid, karbohidrat, atau DNA. Reaksi antara
radikal bebas dan molekul itu berujung pada timbulnya suatu penyakit (Sofia,
2005).
Antioksidan sintetik seperti Butil Hidroksil Anisol (BHA), Butil Hidroksi
Toluen (BHT), dan Tert-Butil Hidroquinon (TBHQ) telah digunakan secara luas
sebagai penghambat oksidasi lipid. Meskipun demikian, antioksidan sintetik
bukan merupakan pilihan utama karena memiliki sifat toksik. Hal tersebut yang
menyebabkan banyaknya penelitian yang ingin lebih mengeksplorasi senyawa
antioksidan alami khususnya pada buah-buahan dan sayuran (Rababah et.al., 2004
dalam Rohman et.al., 2005), salah satunya adalah jintan hitam.
Senyawa utama yang terdapat dalam jintan hitam adalah thymoquinon
(TQ), dihidrothymoquinon (DTQ), thymol (THY) dan carvacrol yang bersifat non
polar. Senyawa-senyawa tersebut bersifat sebagai antioksidan. Pelarut-pelarut
yang biasa digunakan untuk mengekstrak senyawa-senyawa non polar tersebut
adalah n-heksana, kloroform, dan petroleum eter.
Penelitian Burits, et.al. (2000) menyebutkan bahwa jintan hitam, Nigella
sativa mengandung essential oil yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan.
Hasil penentuan aktivitas antioksidan jintan hitam dengan menggunakan DPPH
(1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) yang dimurnikan dengan KLT menunjukkan bahwa
kandungan thymoquinone, carvacrol, t-anethole dan 4-terpineol dapat
menghambat aktivitas radikal.
Studi penentuan asam lemak, -tokoferol dan aktivitas antioksidan ekstrak
minyak Nigella sativa juga telah dilakukan oleh Al-Naqeeb, et.al. (2009) yaitu
dengan menggunakan berbagai variasi pelarut: n-heksana, petroleum eter dan
kloroform : methanol ( 2:1 ). Asam lemak dianalisis menggunakan GC dan -
tokoferol dianalisis menggunakan HPLC, sedangkan penentuan aktivitas
antioksidan menggunakan metode FTC (Ferri Tiosianat) dan TBA (Thiobarbituric
Acid). Pengujian dengan menggunakan kedua metode tersebut menunjukkan
bahwa masing-masing ekstrak memiliki aktivitas antioksidan. Hasil pengujian
aktivitas antioksidan tidak memberikan perbedaan yang signifikan diantara kedua
metode.
Selain mengandung senyawa non polar, jintan hitam juga mengandung
senyawa polar. Senyawa polar yang terkandung dalam jintan hitam juga
berpotensi sebagai antioksidan. Namun, senyawa polar tersebut belum diteliti
secara mendetail sehingga belum diketahui golongan senyawa yang berperan
sebagai antioksidan.
Penelitian Thippeswamy dan Naidu (2005) membahas tentang potensi
antioksidan dari berbagai varietas cumin yang terdiri dari cumin (Cuminum
cyminum), black cumin (Nigella sativa) dan bitter cumin (Cuminum nigrum)
dengan menggunakan pelarut aquadest dan methanol 80%. Potensi antioksidan
ditentukan dengan metode DPPH, total fenol dan uji peroksidasi lipid. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa ketiga jenis varietas cumin tersebut memiliki
potensi antioksidan. Bitter cumin memiliki potensi antioksidan tertinggi yang
diikuti dengan cumin dan black cumin.
Hendrik (2009) disebutkan bahwa ekstrak alkohol yang terkandung pada
jintan hitam dilaporkan dapat menghambat tingginya hidrogen peroksida pada
mikrosom sel hati mencit. Ekstrak jintan hitam dapat memberikan melindungi
tubuh dari kerusakan radikal bebas dibandingkan dengan senyawa antioksidan
sintetik.
Berdasarkan penelitian tersebut, diketahui bahwa ekstrak alkohol jintan
hitam yang memiliki sifat polar berpotensi sebagai antioksidan. Pemanfaatan
ekstrak polar dapat ditelaah lebih lanjut dengan pengujian aktivitas
antioksidannya dan identifikasi senyawa aktif yang terkandung di dalamnya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana aktivitas antioksidan fraksi etanol dari jintan hitam (Nigella sativa,
L.) menggunakan metode DPPH, FTC dan TBA?
2. Apa saja kandungan golongan senyawa antioksidan dalam fraksi etanol dari
jintan hitam (Nigella sativa, L.)?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah
1. Mengetahui aktivitas antioksidan fraksi etanol dari jintan hitam (Nigella
sativa, L.) menggunakan metode DPPH, FTC dan TBA.
2. Mengetahui kandungan golongan senyawa antioksidan dalam fraksi etanol
jintan hitam (Nigella sativa, L.).
1.4 Batasan Masalah
1. Sampel yang digunakan adalah jintan hitam (Nigella sativa, L.) yang berasal
dari Pusat Penelitian Tanaman Materia Medika, kota Batu, Malang.
2. Fraksi etanol diperoleh dari hasil maserasi dan partisi.
3. Metode yang digunakan adalah DPPH, FTC dan TBA.
4. Uji fitokimia yang digunakan meliputi uji terpenoid, uji flavonoid, uji saponin,
uji tanin dan uji alkaloid.
1.5 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya
adalah sebagai berikut:
a) Memberikan informasi kepada para saintis bahwa tidak hanya fraksi nonpolar
jintan hitam yang memiliki potensi sebagai antioksidan, tapi juga fraksi polar.
b) Memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat mengenai pemanfaatan
jintan hitam sebagai antioksidan alami yang diperoleh dari fraksi etanol.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Jintan Hitam dalam Pespektif Islam
Kajian terhadap ayat ayat Al-Quran yang berkaitan dengan ilmu
pengetahuan telah banyak dilakukan. Satu diantaranya menjelaskan khasiat
tumbuh tumbuhan untuk mencegah atau mengobati berbagai jenis penyakit.
Pembuktian terhadap ayat - ayat tersebut pun telah banyak dilakukan dan hasilnya
sangatlah menakjubkan. Tak sedikit tumbuh tumbuhan yang terbukti memiliki
potensi yang luar biasa. Eksplorasi yang lebih mendalam mulai dilakukan untuk
mendapatkan khasiat lain dari berbagai tumbuhan.
Dalam dunia tumbuh tumbuhan terdapat berbagai jenis tumbuhan yang
berbeda beda. Keragaman jenis tersebut menjadikan tumbuhan memiliki
berbagai potensi yang berbeda satu sama lain. Seperti yang dijelaskan pada ayat
dibawah ini.
%! !.9 ! !>>! , ,!, . `: !>>! .> _
!',> !,2. 9 !-=L % > ,!s .9 !9
!,.:` s ,:.` `L <| . | . - | 39 )9 ``
Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan
dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari
tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman
yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai
tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan
pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah
buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi
orang-orang yang beriman"(QS.Al-Anam/06: 99).
Firman Allah SWT dalam surat Al-Anam ayat 99 yang artinya ...Kami
menumbuhkan darinya kebun-kebun kurma, zaitun dan delima, ada yang serupa
dan tidak serupa...menjelaskan bahwa Allah menciptakan beragam jenis buah.
Setiap jenis buah memiliki rasa dan harum tersendiri meskipun semuanya tumbuh
di tanah yang sama. Selain itu, buah-buahan dan sayur-sayuran juga merupakan
sumber-sumber vitamin dan nutrisi essensial yang melimpah. Allah SWT
menutup surat Al-Anam ayat 99 dengan firman-Nya ...sesungguhnya pada
demikian itu, terdapat tanda-tanda yang nyata bagi orang-orang yang beriman,..
karena orang-orang yang beriman itu hidup, bekerja, berfikir dan memahami
sehingga untuk mendapatkan bukti dari ayat tersebut yang dapat menunjukkan
kepada mereka kepada perbuatan mengesakan Allah SWT (Al-Jazairi, 2007).
Ayat di atas juga mengingatkan kepada kita tentang adanya tanda-tanda
kekuasaan Allah SWT dalam dunia tumbuh-tumbuhan yang memang penuh
dengan tanda-tanda yang menunjukkkan keagungan dan keperkasaan-Nya. Semua
jenis tumbuhan makan dan tumbuh dari sinar, karbon, hidrogen, nitrogen,
fosforus, sulfur, kalium, kalsium, magnesium, dan besi. Meskipun makanannya
sama, tanah menumbuhkan apel yang manis, colocynth yang pahit, kapas yang
lembut, kaktus yang berduri, gandum, barley, jeruk, kurma, anggur, buah ara,
zaitun dan delima. Demikianlah, dalam tanah yang sama, unsur makanan yang
sama, dan air yang sama, biji-biji yang sangat kecil itu menumbuhkan ribuan jenis
tumbuhan dan buah-buahan dengan aneka ragam bentuk, warna, bau, dan rasa
(Pasya, 2004).
Allah Swt. berfirman dalam surat Al-Anam ayat 141.
%! !: > :- s :'- 9 _9 !=. ` .9
!9 !,:.` s ,:.` =2 . | . . )> ! .>
. | > .9
Dan dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak
berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya,
zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya).
makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan
tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir
miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang yang berlebih-lebihan(QS. Al-Anam/06: 114).
Ayat ini menjelaskan bahwa hanya Allah SWT yang menciptakan pohon
kurma dalam keadaaan yang bermacam-macam ras, bentuk dan aromanya. Allah
SWT menciptakan buah-buahan seperti zaitun, dan delima dalam beberapa segi
yang lain seperti rasanya meskipun semua tumbuh diatas tanah yang sama dan
disiram dengan air yang sama (Shihab, 2001). Aidh Al-Qarni (2008) menjelaskan
bahwa Allah SWT semata yang menciptakan kebun-kebun yang luas dan taman-
taman yang menghijau yang terdiri dari berbagai jenis pohon. Di antaranya ada
yang tumbuh tinggi menjulang seperti kurma, tanaman pertanian, zaitun dan
delima, namun di antaranya ada pula yang tidak tumbuh tinggi.
Jintan hitam (Nigella sativa, L.) merupakan tanaman tertua yang
digunakan sebagai pengobatan dalam sejarah manusia. Bahwa pada zaman nabi
ada istilah yang dikenal dengan Thibbun Nabawi, yang berarti pengobatan yang
dilakukan berdasarkan pada hadits-hadits nabi. Banyak sekali hadits-hadits yang
menyebutkan bahwa Nabi pada zamannya banyak menggunakan berbagai macam
tumbuhan sebagi pengobatan. Salah satu tanaman yang direkomendasikan adalah
biji habbatussauda atau yang kita kenal dengan biji jintan hitam (Nigella sativa
Linn.).
Sebagaimana Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Ibnu
Majah berikut (Al-Albani, 2008):
.
.
Dari Abu Hurairah RA bahwa dia mendengar Rasulullah
bersabda,Sesungguhnya biji hitam itu mengandung obat untuk segala penyakit,
kecuali sam. Sam adalah kematian dan biji hitam adalah syuniz.
Khasiat jintan hitam juga dijelaskan dalam Hadits berikut (Al-Albani, 2006):
.
.
"Ibnu Abu Umar dan Said bin Abdurrahman Al Makhzumi menceritakan kepada
kami, keduanya berkata, Sufyan menceritakan kepada kami, dari Zuhri, dari Abu
Salamah, dari Abu Hurairah, bahwa Nabi SAW bersabda, Makanlah
habbatussauda ini. Sesungguhnya ia mengandung obat dari berbagai (jenis)
penyakit, kecuali kematian.
Hadits di atas menjelaskan bahwa jintan hitam merupakan obat herbal
yang dapat menyembuh berbagai macam penyakit. Saat ini, banyak penelitian
yang telah membuktikan keampuhan dari jintan hitam. Salah satunya adalah jintan
hitam sebagai antioksidan. Antioksidan merupakan suatu senyawa yang dapat
menghambat kerja radikal bebas. Radikal bebas sendiri merupakan suatu senyawa
yang dapat menyebabkan berbagai penyakit degeneratif. Penggunaan jintan hitam
dapat menghambat kerja dari radikal bebas yang membahayakan kesehatan tubuh.
2.2 Jintan Hitam (Nigella sativa, L.) dalam Perspektif Sains
Tanaman jintan hitam (Nigella sativa, L.) adalah termasuk tanaman
familia Ranunculaceae. Jintan hitam tumbuh liar sampai pada ketinggian 1100
meter dari permukaan laut. Biji jintan hitam berbentuk kerucut berwarna
kehitaman yang dihasilkan oleh tanaman berbatang lembut berbunga kuning.
Jintan hitam beraroma yang sangat menyengat dan rasanya pahit, memiliki tinggi
30-35 cm, yang bercabang dan melingkar pada bagian atasnya, berambut memiliki
bunga-bunga berwarna putih kebiruan dan dipenuhi juga dengan dedaunan (daun
pada bagian bawah lebih kecil daripada bagian atasnya) (Savitri, 2008).
Klasifikasi tanaman jintan hitam (Nigella sativa, L.) adalah sebagai
berikut (Savitri, 2008):
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Ranunculales
Famili : Ranunculaceae
Genus : Nigella
Spesies : Nigella sativa Linn
Gambar 2.1 Jintan Hitam (Nigella sativa, L.)
2.2.1 Khasiat dan Kegunaan
Biji jintan hitam pada umumnya digunakan pada pengobatan tradisional,
seperti diuretik, antihipertensi, memperbaiki proses pencernaan, antidiare,
stimulan nafsu makan, analgesik, antibakteri dan digunakan untuk penyakit kulit.
Jinten hitam juga telah dilakukan studi untuk aktivitas biologi dan
memperlihatkan untuk antidiabetes, antikanker, imunomodulator, antimikroba,
anti-inflamasi, spasmolitik, bronchodilatot, hepatoprotektif, pelindung ginjal, dan
antioksidan. (Gillani, et.al., 2004). Jurnal lain menyebutkan bahwa jintan hitam
juga dapat berfungsi sebagai immune stimulant, antihistamin, hypoglycemic,
choleretic, dan antipiretik (Al-Ali, et.al., 2008).
Berdasarkan penelitian Zaher, et.al. (2008), mengenai observasi efek
biologi dari jintan hitam (Nigella sativa) dan teh hijau (Camellia sinensis)
menyatakan bahwa jintan hitam berpotensi sebagai antiviral, antikanker, anti-
angiogenic dan antioksidan. Pengujian aktivitas antioksidan dengan menggunakan
metode DPPH, penangkapan radikal NO (nitric oxide) dan uji peroksidasi lipid.
Hasilnya menunjukkan bahwa jintan hitam dan teh hijau berpotensi sebagai
antioksidan.
Musa, et.al. (2004) menyatakan bahwa ekstrak etanol jintan hitam
berpotensi sebagai antitumor. Selain itu, jintan hitam dapat digunakan sebagai
antimalaria menurut penelitian Abdulelah, et.al. (2007). Penelitian Ali, et.al.
(2007), melaporkan bahwa jintan hitam memiliki potensi sebagai antimikotik dan
antimikroba. Jintan hitam sebagai antimikroba juga dilakukan oleh Arici, et.al.
(2005).
2.2.2 Komponen Kimia Jintan Hitam
Komposisi kimia dalam jintan hitam antara lain asam amino (leucine,
valine, lysine, threonine, phenylalanine, isoleucine, histidine, methionine,
glutamic, acid, arginine, aspartic acid, glycine, proline, serine, alanine, tryrosine,
cystine), mineral (K, P, Na, Fe, Zn, Ca, Mg, Mn dan Co), asam lemak (myristic,
myristoleic, palmitic, palmitoleic, stearic, oleic, limoleic, arachidic, linolenic,
eicosadienoic, lignoceric, asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh) (Al-
Jassir, 1992). Biji jintan hitam mengandung thymoquinone (TQ),
hydrothymoquinone, plythymoquinone, nigellicine, nigellidine, nigellimine-N-
oxide, thymol, carvacrol dan alpha-hedrin (Al-Ali, et.al, 2008). Kandungan jintan
hitam yang lain adalah dithymoquinone, thymohydroquinone, oxy-coumarin, 6-
methoxy coumarin dan 7-hidroxy-coumarin, steryl-glucoside dan tannins
(Randhawa, 2008). Selain itu, jintan hitam juga mengandung gula reduksi,
alkaloid, asam organik, saponin, resin, melanthin. Melanthigin, abu, air,
terpenoids, alpipatic alcohol, unsaturated --hidroxy ketone, sterol, and ester
(Gilani, et.al., 2004).
Biji jintan hitam mengandung karbohidrat, protein dan lemak cukup besar
berdasarkan penelitian Sultan, et.al. (2009). Penelitian tersebut melaporkan bahwa
jintan hitam mengandung mineral utama yaitu potassium, kalsium, fosfor dan
magnesium, selain itu juga mengandung sodium, besi, mangan, seng dan tembaga.
Jintan hitam mengandung fixed oil dengan polyunsaturated fatty acid sebesar
60,171,53%, asam lemak jenuh sebesar 16,640,91% dan monosaturated fatty
acid sebesar 22,470,59%. Kandungan karotenoid dan tokoferol sebesar
450,6616,21 mg/kg dalam minyak, sedangkan kandungan thymoquinone
201,3113,17 mg/kg dalam biji. Sebagai pembanding, dianalisis pula essential oil
dan diketahui bahwa jintan hitam mengandung thymoquinone,
dihydrotymoquinone, p-cymene, carvacrol, -thujene, thymol, -pinene, -pinene
dan t-anethole sebagai komposisi utamanya. Selanjutnya, pengujian aktivitas
antioksidan dilakukan secara in vitro menggunakan metode peroksidasi lipid dan
DPPH. Penghambatan radikal bebas pada fixed oil dan essential oil dengan
metode peroksidasi lipid yaitu sebesar 25,62% dan 92,56%, sedangkan
penghambatan radikal bebas dengan metode DPPH yaitu 32,32% dan 80,25%.
Hasil tersebut mengindikasikan bahwa fixed dan essential oil pada jintan hitam
mengandung banyak senyawa fitokimia dan memiliki kemampuan untuk melawan
berbagai penyakit hyperglycemia dan hypercholesterolemia.
Penelitian lain yang membahas mengenai komposisi jintan hitam
dilakukan oleh Nickavar, et.al. (2005). Nickavar meneliti komposisi kimia fixed
dan volatile oil pada jintan hitam (Nigella sativa, L.) dari Iran. Penentuan
komposisi kimia tersebut menggunakan instrumen GC-MS. Hasil analisis
menunjukkan bahwa dalam jintan hitam mengandung 8 senyawa fixed oil (99,5%)
dan 32 senyawa volatile oil (86,7%) yang telah diidentifikasi. Kandungan asam
lemak pada fixed oil antara lain asam linoleat (55,6%), asam oleat (23,4%) dan
asam palmitat (12,5%). Senyawa utama volatile oil yaitu trans-anethole (38,3%),
p-cymene (14,8%), limonene (4,3%) dan carvone (4,0%).
M.Burits et.al., (2000), dalam penelitiannya mengektrak jintan hitam
menggunakan pelarut pelarut non polar, seperti petroleum eter (PE) dan n-
heksana. Hasil penentuan aktivitas antioksidan jintan hitam dengan menggunakan
DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) yang dimurnikan dengan KLT menunjukkan
bahwa kandungan thymoquinone, carvacrol, t-anethole dan 4-terpineol dapat
menghambat aktivitas radikal. Adapun nilai EC
50
yang dihasilkan dari beberapa
senyawa, disajikan pada Tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Nilai EC
50
senyawa dalam ekstrak non polar jintan hitam
No. Senyawa EC
50
1 Essential oil 460,0
2 Thymoquinone 211,0
3 Carvacrole 28,8
Sumber: M.Burits dan F.Bucar (2000).
2.3 Ekstraksi Jintan Hitam
Ekstraksi adalah proses pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu
campuran homogen menggunakan pelarut cair atau solven sebagai separating
agent, dimana antara 2 pelarut tersebut tidak saling campur (Nur, et.al., 1989) .
Prinsip dasar dari ekstraksi yaitu pemisahan berdasarkan perbedaan kelarutan.
Tujuan dari ekstraksi yaitu untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam
sampel (Dinda, 2008). Dalam ilmu kimia terdapat berbagai macam ekstraksi.
Adapun dalam penelitian ini hanya digunakan dua jenis ekstraksi yaitu ekstraksi
maserasi dan ekstraksi cair cair (partisi).
2.3.1 Ekstraksi Maserasi
Secara umum ekstrak senyawa metabolit sekunder dari seluruh bagian
tumbuhan seperti bunga, buah, daun, kulit batang dan akar dengan proses
maserasi menggunakan pelarut organik polar (Leny, 2006).
Maserasi merupakan proses perendaman sampel dalam pelarut organik
yang digunakan pada temperatur ruangan. Penekanan utama pada maserasi adalah
tersedianya waktu kontak yang cukup antara pelarut dan jaringan yang akan
diekstraksi (Guether, 1987). Proses ini sangat mengguntungkan dalam isolasi
bahan alam karena dalam perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan
dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan diluar sel
sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam
pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena dapat diatur lama
perendaman yang dilakukan. Pemilihan pelarut untuk proses maserasi akan
memberikan efektifitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan bahan alam
dalam pelarut tersebut (Leny, 2006).
Faktor-faktor yang mempengaruhi ekstraksi adalah:
1. Ukuran Bahan
Bahan yang akan diekstrak sebaiknya memiliki luas permukaan yang besar
untuk mempermudah kontak antara bahan dengan pelarut sehingga ekstraksi
berlansung dengan baik (Hukmah, 2007). Kehalusan bubuk yang sesuai akan
menghasilkan ekstraksi yang sempurna dalam waktu yang singkat (Guether,
1987).
2. Lama dan Suhu Ekstraksi
Ekstraksi akan berlangsung cepat dilakukan pada suhu yang tinggi, tetapi
hal ini dapat mengakibatkan beberapa komponen yang yang terdapat dalam
rempah-rempah akan mengalami kerusakan (Hijaz, 2009). Ekstraksi yang baik
dilakukan pada kisaran suhu 20 C sampai 80 C tetapi suhu yang digunakan harus
di bawah titik didih pelarut yang digunakan. Semakin lama waktu ekstraksi,
kesempatan untuk bersentuhan semakin besar sehingga hasil ekstraksi semakin
bertambah banyak (Hukmah, 2007).
3. Jenis dan Konsentrasi Pelarut
Menurut Hukmah (2007), ada dua pertimbangan dalam memilih jenis
pelarut yaitu pelarut harus mempunyai daya larut yang tinggi, pelarut tidak
berbahaya dan beracun. Pelarut yang paling aman adalah etanol.
2.3.2 Ekstraksi Cair Cair (Partisi)
Ada berbagai jenis metode pemisahan, ekstraksi pelarut atau disebut juga
ekstraksi cair cair merupakan metode pemisahan yang paling baik dan populer.
Alasan utamanya adalah pemisahan ini dapat dilakukan dengan baik dalam skala
mikro maupun makro. Selain itu, alat yang digunakan tergolong sederhana
(Khopkar, 2003).
Ekstraksi cair-cair merupakan pemisahan komponen kimia di antara 2 fase
pelarut (dalam hal ini pelarut organik dan air) yang tidak saling bercampur,
dimana sebagian komponen larut pada fase pertama dan sebagian larut pada fase
kedua. Selanjutnya, kedua fase yang mengandung zat terdispersi dilakukan
pengocokan beberapa kali dan didiamkan hingga terjadi pemisahan secara
sempurna serta terbentuk 2 lapisan fase cair. Senyawa kimia akan terpisah ke
dalam kedua fase tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan
perbandingan konsentrasi yang tetap (Dinda, 2008).
Ektraksi cair-cair dilakukan untuk mendapatkan suatu senyawa dalam
campuran berfase cair dengan pelarut lain yang fasenya cair (Veloso, 2008).
Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan
tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur, seperti benzena dan
kloroform (Khopkar, 2003). Alat yang digunakan adalah corong pisah.
Adapun faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis
pelarut yang sesuai adalah sebagai berikut (Shofyan, 2010):
1) Harga konstanta distribusi tinggi untuk gugus yang bersangkutan dan
konstanta distribusi rendah untuk gugus pengotor lainnya.
2) Kelarutan pelarut organik rendah dalam air
3) Viskositas kecil dan tidak membentuk emulsi dengan air.
4) Tidak mudah terbakar dan tidak bersifat racun.
5) Mudah melepas kembali gugus yang terlarut didalamnya untuk keperluan
analisis lebih lanjut.
Kesempurnaan ekstraksi tergantung pada banyaknya ekstraksi yang
dilakukan. Hasil yang baik diperoleh apabila jumlah ekstraksi yang dilakukan
berulang ulang dengan penambahan jumlah pelarut sedikit demi sedikit
(Khopkar, 2003).
2.4 Radikal Bebas
Radikal bebas adalah atom atau molekul apa saja yang memiliki satu atau
lebih atom tak berpasangan. Karena jumlah elektron ganjil, maka tidak semua
elektron dapat berpasangan. Meskipun suatu radikal tidak bermuatan positif atau
negatif, spesi semacam ini sangat reaktif karena adanya elektron yang tidak
berpasangan. Suatu radikal bebas dijumpai sebagai zat antara yang tak dapat
diisolasi usia pendek, sangat reaktif dan berenergi tinggi (Fessenden dan
Fessenden, 1997).
Untuk mencapai kestabilan atom atau molekul, radikal bebas akan bereaksi
dengan molekul disekitarnya untuk memperoleh pasangan elektron. Reaksi ini
akan berlangsung terus-menerus dalam tubuh dan bila tidak dapat dihentikan akan
menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker, jantung , katarak, penuaan dini,
serta penyakit degeneratif lainnya (Anayani, et.al, 2003).
Terdapat dua macam radikal bebas yaitu ROS (Reactive Oxygen Species)
dan RNS (Reactive Nitrogen Species). Beberapa jenis radikal bebas yang
termasuk dalam ROS (Reactive Oxygen Species) adalah radikal superoksida (O
2
-
), radikal hidroksil (
, ROO
) yang terbentuk
pada reaksi tersebut relatif stabil dan tidak mempunyai cukup energi untuk dapat
bereaksi dengan molekul lipid lain membentuk radikal lipid baru (Gordon, 1990
dalam Trilaksani, 2003).
Inisiasi : R
+ AH RH + A
Radikal lipid
Propagasi : ROO
+ AH ROOH + A
Gambar 2.2 Reaksi penghambatan antioksidan primer terhadap radikal lipid
(Gordon, 1990).
Interaksi antara radikal-radikal antioksidan dapat membentuk produk non
radikal (Hamilton, 1983). Menurut Gordon (1990) laju oksidasi dipengaruhi oleh
konsentrasi antioksidan yang ditambahkan. Pada konsentrasi tinggi, aktivitas
antioksidan grup fenolik sering lenyap sehingga terjadi perubahan sifat yang
semula antioksidan menjadi prooksidan. Pengaruh jumlah konsentrasi pada laju
oksidasi tergantung pada struktur antioksidan, kondisi dan sampel yang diuji.
AH + O
2
A + HOO
AH + ROOH RO + H
2
O + A
Gambar 2.3 Antioksidan bertindak sebagai prooksidan pada konsentrasi tinggi
(Gordon, 1990).
Pada umumnya, antioksidan mengandung struktur inti yang sama yaitu
mengandung cincin benzena tidak jenuh disertai gugus hidroksil atau gugus
amino. Antioksidan digolongkan atas fenol, amin dan amino-fenol (Cahyadi,
2006).
Antioksidan dapat berperan sebagai inhibitor atau pemecah peroksida.
Pada umumnya antioksidan dapat menghentikan rantai reaksi oksidasi dengan
berbagai cara adalah sebagai berikut: (1) dengan memberikan elektron pada
radikal peroksi, (2) dengan memberikan atom hidrogen pada radikal peroksi, (3)
dengan adisi pada radikal peroksi sebelum atau sesudah terjadi oksidasi parsial,
(4) dengan metode lain yang belum diketahui dan memungkinkan yang berkaitan
dengan radikal hidrokarbon bukannya radikal peroksi (Cahyadi, 2006).
Fungsi antioksidan digunakan untuk melindungi komponen-komponen
makanan yang bersifat tidak jenuh (mempunyai ikatan rangkap), terutama lemak
dan minyak. Meskipun demikian antioksidan dapat pula digunakan untuk
melindungi komponen-komponen lain seperti vitamin dan pigmen, yang juga
banyak mengandung ikatan rangkap di dalam strukturnya. Antioksidan efektif
dapat mengurangi ketengikan oksidatif dan polimerisasi tetapi tidak
mempengaruhi hidrolisis. Penggunaan antioksidan secara berlebihan
menyebabkan lemah otot, mual-mual, pusing, dan kehilangan kesadaran,
sedangkan penggunaan dosis rendah secara terus-menerus menyebabkan tumor,
kandung kemih, kanker sekitar lambung dan kanker paru-paru (Cahyadi, 2006).
2.5.1 Mekanisme Kerja Antioksidan
Berdasarkan mekanisme kerjanya, antioksidan digolongkan menjadi tiga
kelompok, yaitu antioksidan primer, sekunder, dan tersier (Winarsi, 2007).
a. Antioksidan Primer
Antioksidan primer meliputi enzim superoksida dismutase (SOD), katalase,
dan glutation peroksidase (GSH-Px). Antioksidan primer disebut juga antioksidan
enzimatis. Suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan primer, apabila dapat
mendonorkan atom hidrogen secara cepat kepada senyawa radikal, kemudian
senyawa radikal yang terbentuk segera berubah menjadi senyawa yang lebih stabil
sedangkan radikal antioksidan (A
Dari Manshur, dari Khalid bin Saad, dia berkata: Kami keluar dan bersama
kami Ghalib bin Abjar, lalu dia menderita sakit di perjalanan. Kami pun datang
ke Madinah sementara dia masih sakit. Lalu Ibnu Abi Atiq menjenguknya dan
berkata kepada kami, Hendaklah kamu menggunakan habbatussauda, ambillah
lima atau tujuh bulir lalu dihaluskan, setelah itu diteteskan di hidungnya
beberapa tetes minyak di sisi ini dan di sisi ini. Sesungguhnya Aisyah RA
menceritakan kepadaku bahwa dia mendengar Nabi SAW bersabda,
Sesungguhya habbatussauda adalah obat semua penyakit kecuali as-saam. Aku
berkata,Apakah As-Saam itu? Beliau bersabda,Kematian.
Hadits di atas menjelaskan bahwa habbatussauda merupakan obat dari
segala penyakit, kecuali kematian. Dengan kata lain, Nabi Saw. menganjurkan
manusia untuk menggunakan habbatussauda dalam menyembuhkan berbagai
penyakit.
Dalam tahun tahun terakhir telah dilakukan banyak riset dan penelitian
ilmiah untuk memastikan dan membuktikan khasiat habbatussauda dalam
menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Beberapa hasil studi yang sudah
dipublikasikan dan berkembang pesat di sebagian negara negara di dunia, dan
masih akan terus berlanjut, diantaranya menyebutkan bahwa habbatussauda
memiliki efek farmakologis sebagai antioksidan.
Pada penelitian ini, habbatussauda diteliti efek farmakologisnya sebagai
antioksidan. Fraksi polar jintan hitam yang diekstrak dengan etanol menunjukkan
kemampuan dalam menghambat radikal bebas. Persentase aktivitas antioksidan
ektrak jintan hitam dengan menggunakan DPPH adalah sebesar 22,483% dengan
nilai EC
50
sebesar 2743,59. Pengujian antioksidan juga dilakukan dengan
menggunakan metode FTC dan TBA.
Penelitian lain menyebutkan bahwa habbatussauda memiliki potensi yang
lain yaitu sebagai antiviral, antikanker, anti-angiogenic, antimikotik, antimikroba,
antimalaria, immune stimulant, antihistamin, hypoglycemic, choleretic, antipiretik
dan sebagainya. Habbatussauda mengandung lebih dari 100 komponen kimia
alami yang bermanfaat dan sangat diperlukan tubuh. Hal inilah yang menjadikan
habbatussauda memiliki berbagai macam khasiat.
Berdasarkan uraian diatas diketahui bahwa ayat ayat yang terdapat
dalam Al-Quran maupun Hadits terbukti secara ilmiah. Al-quran dan Hadits
yang diturunkan 14 abad lalu telah berbicara mengenai pemanfaatan
habbatussauda sebagai tumbuhan herbal yang dapat mengobati berbagai penyakit.
Kini, dunia sains telah mampu membuktikan kebenaran mukjizat ayat ayat
secara rinci dan apa apa yang ditetapkan dalam sunah nabi, serta relevansinya
dengan dunia pengetahuan modern (Muhammad, 2007).
Ayat demi ayat membuktikan kemukjizatan Al-Quran dan Hadits guna
meyakinkan dan menambah keimanan kita. Dikuatkan pula oleh studi dan
penelitian ilmiah yang menyatakan bahwa tidak mungkin semua itu ada tanpa
adanya kekuatan Allah Yang Maha Pencipta, lalu dibuktikan dengan kenabian dan
risalah Nabi Muhammad Saw.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Pengukuran aktivitas antioksidan pada sampel digunakan 3 macam metode
yaitu DPPH, FTC dan TBA. Adapun nilai aktivitas antioksidan masing
masing metode adalah sebagai berikut.
Metode DPPH diperoleh aktivitas antioksidan sebesar 22,483% dengan
nilai EC
50
2743,59.
Metode FTC dan TBA memberikan nilai aktivitas antioksidan yang tidak
valid.
2. Hasil identifikasi kandungan golongan senyawa antioksidan menunjukkan
bahwa fraksi polar jintan hitam (Nigella sativa, L.) mengandung flavonoid,
tanin dan alkaloid.
5.2 Saran
Adapun saran dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Pada penelitian ini, pengujian aktivitas antioksidan dengan menggunakan FTC
dan TBA kurang memberikan hasil yang bagus. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pengujian aktivitas antioksidan fraksi polar jintan hitam dengan
menggunakan metode lain, seperti ORAC, FRAP, ABTS, dan sebagainya.
2. Pada pengukuran aktivitas antioksidan dengan metode FTC disarankan untuk
memperhatikan waktu inkubasi karena pada jam ke-0 sudah terjadi oksidasi
secara maksimal.
3. Perlu dilakukan pengujian fraksi polar jintan hitam dengan bioaktivitas yang
lain.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulelah, H.A.A. dan Zainal Abidin, B.A.H. 2007. In vivo Anti-Malarial Test
of Nigella sativa (Black Seed) Different Extracts. American Journal of
Pharmacology and Toxicology, Vol. 2 (2): 46-50. ISSN: 1557-4962.
Al-Albani, M.N. 2006. Shahih Sunan At-Tirmidzi. Terjemahan Fachrurazi.
Jakarta: Pustaka Azzam.
. 2008. Mukhtashar Shahih Muslim. Terjemahan Elly Lathifah.
Jakarta: Gema Insani.
Al-Ali, A., Abdul, A.A., Mohammad, A.R., dan Nisar, A.S. 2008. Oral and
Intraperitoneal LD
50
of Thymoquinone, An Active Principle of Nigella
sativa, in Mice and Rats. Journal Ayub Medical College Abbottabad, Vol.
20 (2).
Al-Asqalani, I.H. dan Al-Imam Al-Hafizh. Fathul Baari Syarah Shahih Al
Bukhari. Terjemahan Amiruddin. Jakarta: Pustaka Azzam.
Al-Jassir, M.S. 1992. Chemical Composition and Microflora of Black Cumin
(Nigella sativa, L.) seeds growing in Saudi Arabia. Department of Science
and Technology. College of Agriculture and Food Sciences. King Faisal
University, Vol. 45: 239-242.
Al-Jazairi, A.B. 2007. Tafsir Al-Quran Al-Aisar, Jilid II. Terjemahan M.Azhari
Hatim dan Abdurrahim Mukti. Jakarta: Darus Sunnah Press.
Al-Naqeeb, G., Maznah, I. dan Adel, S.A. 2009. Fatty Acid Profile, -Tocopherol
Content and Total Antioxidant Activity of oil Extracted from Nigella sativa
Seeds. International Journal of Pharmachology. Vol 5 (4): 244-250.
Al-Qarni, A. 2008. Tafsir Muyasar, Jilid I. Terjemahan Tim Qisthi Press. Jakarta:
Qisthi Press.
. 2008. Tafsir Muyasar, Jilid III. Terjemahan Tim Qisthi Press.
Jakarta: Qisthi Press.
Ali, O., Gamze, B., dan Tugba, A. 2007. Antimitotic and Antibacterial Effect of
The Nigella sativa L. Seed. Caryologia, Vol. 60 (3): 270-272.
Arici, M., Osman, S. dan Umit, G. 2005. Antibacterial Effect of Turkish black
Cumin (Nigella sativa, L.) Oils. Grasas Y Aceites. Vol. 56 (4): 259-262.
Ayoola, G.A., H.A.B. Coker, S.A. Adesegun, A.A. Adepoju-Bello, K. Obaweya,
E.C. Ezennia, dan T.O. Atangbayila. 2008. Phytochemical Screening and
Antioxidant Activities of Some Selected Medicinal Plants Used for Malaria
Therapy in Southwestern Nigeria. Tropical Journal of Pharmaceutical
Research, Vol. 7 (3): 1019-1024.
Bennion. 1980. The Science of Food. John Willey & Sons. New York.
Best, B. 2006. General Antioxidant Actions. www.benbest.com
/nutrceut/Antioxidant.html. Diakses tanggal 14 Maret 2009.
Burits, M dan F. Bucar. 2000. Antioxidant Activity of Nigella sativa Essential Oil.
Phytother Res, 14: 323-328.
Cahyadi. W. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Makanan.
Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
Cai, Y.Z., Sun M. dan Corke H. 2003. Antioxidant Activity of Betalains from
Plants of the Amaranthaceae. ournal Agriculture Food Chem. Vol. 51
(8). ISSN: 2288 - 2294.
Darmawan, A., Andini, S., Sofa, F. dan Nina, A. 2006. Uji Aktivitas Antioksidan dan
Toksisitas Ekstral Metanol Beberapa Jenis Benalu. Pusat Penelitian Kimia.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Kawasan PUSPIPTEK Tangerang.
Jurnal Kimia Indonesia, Vol. 1 (I) : 1-4.
Dinda. 2008. Ekstraksi. http:www.mediafarma.com/ekstraksi. Diakses pada
tanggal 16 Juni 2010.
Effendi. 2006. Teori VSEPR, Kepolaran dan Gaya Antarmolekul Edisi 2. Malang:
Bayu Media.
Favier, A.E. 1982. Biological Indicators of Oxidative Stress in Humans. Trace
Elements and Free Radicals in Oxidative Disease. Champaign Illiois.
Fessenden dan Fessenden. 1997. Kimia Organik Edisi Ketiga. Diterjemahkan oleh
Alyosius Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: Erlangga.
Halimah, N. 2010. Uji Fitokimia dan Uji Toksisitas Ekstrak Tanaman Anting-
Anting (Acalypha indica Linn) Terhadap Larva Udang (Artemia salina
Leach). Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang: Jurusan Kimia Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Gilani, A.H.,Qaiser, J. dan Muhammad, A.U.K. 2004. A Review of Medicinal and
Pharmacological activities of Nigella sativa. Pakistan Journal of
Biological Science, Vol. 7 (4): 441-451. ISSN: 1028-8880.
Guether, E. 1987. Minyak Atsiri. Jakarta: Universitas Jakarta.
Guller, T., O.N. Ertas, M. Kizil, B. Dalkilic dan M. Ciftci. 2007. Effect of Dietary
Supplemental Black Cumin Seeds on Antioxidant Activity in Broilers.
Medycyna Wet, Vol. 63 (9).
Hanani, E., Abdul, M. dan Ryany, S. 2005. Identifikasi Senyawa Antioksidan
Dalam spons Callyspongia sp Dari Kepulauan Seribu. Majalah Ilmu
Kefarmasian, Vol. II (3) :127-133. ISSN: 1693-9883.
Harnita, A.N.I. 2009. Uji Penangkapan Radikal Hidroksil Oleh Fraksi Air dari
Ekstrak The Hitam dan Vitamin C Secara In Vitro Dengan Metode
Deoksiribosa. Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Harborne, J. 1996. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Cetakan Kedua. Penerjemah: Padmawinata, K. dan I. Soediro.
Bandung: Penerbit ITB.
Hayati, E.K. 2008. Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Bahan Alam. Malang: UIN
Press.
Hendrik. 2009. Habbatus Sauda. Tibbun Nabawiy Untuk Mencegah dan
Mengobati Berbagai Penyakit. Solo: Pustaka Iltizam.
Hijaz, M.N. 2009. Uji Aktivitas Antioksidan Karaginan Dalam Alga Merah Jenis
Euchema spinosum dan Gracillia verrucosa. Skripsi Tidak Diterbitkan.
Malang: Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi,UIN.
Hilman, I. 2005. Mengambil Hikmah dari Habbatussauda. Majalah Natural Edisi
01 Januari 2005, hal. 30.
Hudson, B.J.F. 1990. Food Antioxidant. London: Elsievier Applied Science.
Hukmah, S. 2008. Aktivitas Antioksidan Katekin dari Teh Hijau (Camellia
Sinensis O.K. Var. Assamica (mast)) Hasil Ekstraksi Dengan Variasi
Pelarut dan Suhu. Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang: Jurusan Kimia
Fakultas Sains dan Teknologi,UIN.
Jiun, L.T. 2007. Kajian Perbandingan Aktiviti Pengoksidaan Lipid Secara In-
Vitro bagi Ekstrak Mimosa pigra dan Aplikasi Esktrak Sebagai
Antioksidan dalam Pemakanan Tilapia.
http://community.um.ac.id/showthread.php?72483-Ekstraksi-Pelarut.
Universitas Sains Malaysia.
Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Kunchandy, E. dan Rao, M.N.A. 1990. Oxygen Radical Scavenging Activity of
Curcumin. International Journal. Pharm., Vol. 58: 237-240.
Lenny, S. 2006. Senyawa Flavonoida, Fenil Propanoida dan Alkaloida. Sumut:
USU Respository. http://library.usu.ac.id/download/fmipa/06003488.pdf-
senyawa. Tanggal akses 5 Mei 2010.
Lutfillah, M. 2008. Karakterisasi Senyawa Alkaloid Hasil Isolasi dari Kulit
Batang Angset (Spathoda campanulata Beauv) serta Uji Aktivitasnya
Sebagai Antibakteri secara In-Vitro. Skripsi tidak diterbitkan. Jurusan
Kimia FMIPA UNIBRAW. Malang.
Marliana, S.D., V. Suryanti dan Suyono. 2005. The Phytochemical Screenings an
Thin Layer Chromatography Analysis of Chemical Compounds in Ethanol
Extract of Labu Siam (Sechium edule Jacq. Swartz.). Jurusan Biologi.
Fakultas MIPA Universitas Negeri Surakarta. Jurnal Biofarmasi, Vol. 3
(1): 26-31. ISSN: 1693 2242.
Molyneux, P. 2003. The Use of The Stable Free Radical Diphenylpicryhydrazyl
(DPPH). For Estimating Antioxidant Activity. Songklanakarin
J.Sci.Technol. 26 (2): 211-219.
Muhammad, M.H.M. 2007. Mukjizat Kedokteran Nabi. Berobat dengan Rempah
dan Buah Buahan. Jakarta: Qultum Media.
Mulyono. 2006. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Jakarta: Bumi Aksara.
Munim, A., Negishi, O. Dan Ozawa, T. 2003. Antioxidative Compounds From
Crotalaria sessiliflora, Biosci. Biotechnol. Biochem, Vol. 67 (2); 410-414.
Musa, D., Nihat, D., Hatice, G., Gulruh, U. Dan Muharrem, B. 2004. Antitumor
Activity of An Ethanol Extract of Nigella sativa Seeds. Biologia,
Bratislava. Vol 59 (6): 735-740.
Naphade, S.S., S.S. Khadabadi, S.L. Deore, N.S. Jagtap dan S.P. Hadka. 2009.
Antioxidant Activity of Different Extract of Plant Tricholepis Gaberrima
DC (Ateraceae). Goverment Collage of Pharmachy and Phytochemistry
Deparment. International Journal of Pharmatech Research. Vol.1. No.3.
ISSN: 0974-4304.
Nickavar, B., Faraz, M., Katayoun, J., dan Mohammad, A.R.A. 2003. Chemical
Composition of Fixed and Volatile Oils of Nigella sativa L. from Iran.
Department of Pharmacognosy. School of Pharmacy. Shaheed Beheshti
University of Medical Science.
Parwata, I.M.O.A., Wiwik, S.R. dan Raditya, Y. 2009. Isolasi dan Uji Antiradikal
Bebas Minyak Atsiri Pada Daun Sirih (Piper betle, Linn) Secara
Spektroskopi Ultra Violet-Tampak. Jurnal Kimia. Vol. 3 (1): 7-13. ISSN:
1907-9850.
Pasya, A.F. 2004. Dimensi Sains dan Al-Qur'an Menggali Ilmu Pengetahuan dari
Al-Qur'an. Solo: Penerbit Tiga Serangkai.
Poedjiadi, A. 2007. Dasar Dasar Biokimia. Jakata: UI Press.
Prakash, A. Rieglhof, F., dan Miller E. 2001. Medallion Laboratories: Analytical
Progress. Antioxidant Activity. www.terranostrachocholate.com
/file/Comparative_and_General _Antioxidant_information.pdf. Diakses
tanggal 14 Maret 2009.
Pratt, D.E. 1992. Natural Antioxidant From Plant Material. Editor: M.T Huang,
C.T. Ho dan C.Y. Lee. Phenolic Compounds in Food and Their Effects on
Health Human America Society. Washington DC.
Randhawa, M.A. 2008. Black Seed, Nigella Sativa, Deserves More Attention.
http://www.ayubmed.edu.pk/JAMC/past/20-2/Editorial.pdf. Journal Ayub
Med Coll Abbottabad, Vol. 20 (2).
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB.
Rohdiana, D. dan Tantan, W. 2006. Aktivitas Antioksidan Beberapa Klon Teh
Unggulan. Jurusan Teknologi Pangan Universitas Pasudan. Universitas
Pasudan.
Rohman, A., Sugeng, R. dan Diah, U. 2005. Antioxidant Activities, Total Phenolic
and Falvonoid Contents of Ethyl Acetate Extrct of Mengkudu (Morinda
citrifolia, L.) Fruit and Its Fractions. Fakultas Farmasi. Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Rossidy, I. 2008. Fenomena Flora dan Fauna dalam Perspektif Al-Quran.
Malang: UIN Press.
Runadi, D.2007. Isolasi dan Identifikasi Alkaloid dari Herba Komprey
(Symphytum officinale, L.). Fakultas Farmasi. Universitas
Padjadjaran.Jatinagor.
Rusdi. 1990. Tetumbuhan Sebagai Sumber Bahan Obat. Padang: Pusat Penelitian
Universitas Andalas.
Sastrohamidjojo, H. 2007. Kromatografi. Yogyakarta: Liberty.
Savitri, E.S. 2008. Rahasia Tumbuhan Berkhasiat Obat Perspektif Islam. Malang:
UIN Press.
Shihab, Q. 2002. Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur'an,
Vol. 10. Jakarta: Penerbit Lentera Hati.
Shofyan. 2010. Ekstraksi Pelarut.
http://community.um.ac.id/showthread.php?72483-Ekstraksi-Pelarut.
Diakses pada tanggal 3 Juli 2010.
Soeksmanto, A., Yatri, H. dan Partomuan, S. 2006. Kandungan Antioksidan Pada
Beberapa bagian Tanaman Mahkota Dewa, Phaleria macrocarpa (Scheff)
Boerl. (Thymelaceae). Pusat Penelitian Bioteknologi. Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia. Fakultas Farmasi. Universitas Pancasila. Jakarta.
Biodiversitas, Vol.8 (2) : 92-95. ISSN: 1412-033X.
Sofia, D. 2005. Antioksidan dan Radikal Bebas. http://www.chem-is-
try.org/artikel_kimia/berita/antioksidan_dan_radikal_bebas/. Diakses
tanggal 8 Juni 2009.
Sultan, M.T., Masood, S.B., Faqir, M.A., Amer, J., Saeed, A., dan Muhammad, N.
2009. Nutritional Profile of Indigenous Cultivar of Black Cumin Seeds and
Antioxidant Potential of Its Fixed and Essential Oil. Pakistan Journal
Botani, Vol. 41(3): 1321-1330.
Svehla. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.
Edisi Kelima. Penerjemah: Setiono, L. dan A.H. Pudjaatmaka. Jakarta:
PT. Kalman Media Pusaka.
Trilaksani, W. 2003. Antioksidan Jenis, Sumber. Mekanisme Kerja dan Peran
Terhadap Kesehatan. http://fa.lib.itb.ac.id/go.php?id=jbptitbfa-gdl-s2-
1992-marlina-63.ITB. Diakses tanggal 26 Oktober 2009.
Tahir, I. 2008. Arti Penting Kalibrasi pada Proses Pengukuran Analitik. Aplikasi
pada Penggunaan pHmeter dan Spektrofotometer UV-Vis. Laboratorium
FMIPA Kimia Dasar UGM.
Tokur, B., Koray, K. dan Deniz A. 2006. Comparison of Two Thiobarbituric Acid
(TBA) Method for Monitoring Lipid Oxidation in Fish. Journal of Fisheries
and Aquatic Sciences, Vol. 23. Issue (3-4): 331-334. ISSN 1300 -1590.
Veloso, B. 2008. Pengenalan Alat Laboratorium. Laboratorium Kimia Dasar
FMIPA UGM. Diakses pada tanggal 16 Juni 2010.
Wahyudi, A. 2006. Pengaruh Penambahan Kurkumin Dari Rimpang Temu Giring
Pada Aktivitas Antioksidan Asam Askorbat Dengan Metode FTC.
Laboratorium Kimia Organik. Jurusan Kimia. Institut Teknologi Sepuluh
Nopember. Kampus ITS Keputih. Surabaya. Akta Kimindo, Vol. 2 No. 1
Oktober 2006: 37 40.
Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Potensi dan Aplikasinya
Dalam Kesehatan. Yogyakarta: Kanisius.
Wulandari, R.R. 2009. Uji Aktivitas Penangkapan Radikal Bebas DPPH Analog
Kurkumin Siklik dan N-Heterosiklik Monoketon. Skripsi Tidak
Diterbitkan. Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Zaher, K.S., W.M. Ahmed dan Sakina, N.Z. 2008. Observations on the Biological
Effects of Black Cumin Seed (Nigella sativa) dan Green Tea (Camellia
sinensis). Global Veterinaria, Vol. 2 (4): 198-204. ISSN 1992-6197.
Zheng, W. dan Wang S.Y. 2001. Antoxidant Activity and Phenolic Compounds in
Selected Herbs. Journal Agriculture Food Chem. Vol 49 (11). ISSN: 5165
5170.