You are on page 1of 11

TUGAS TERSTRUKTUR METODOLOGI PENELITIAN

Di Susun Oleh

HENDRI (G01108124) DEWI RAHAYU (G01108118)

FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA


PONTIANAK 2011

POPULASI BEKANTAN (Nasalis larvatus, Wurmb) DI SEKITAR SUNGAI BATUBARAT DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG PALUNG KABUPATEN KAYONG UTARA KALIMANTAN BARAT
(Bekantan's ( Nasalis larvatus, Wurmb) Population Around Batubarat River In Taman Nasional Gunung Palung Kabupaten Kayong Utara Kalimantan Barat)

Andri Tri Ramadhany


Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura

ABSTRACT
Bekantan constitutes one of type primata endemik Kalimantan that its existence is protected. to the effect this research is subject to be know total individual and population group density bekantan (Nasalisn larvatus, Wurmb) around Batubarat river in TNGP area. In predict population accounted by individuals direct census which be found deep observing band. Method that is utilized is metedo band that done by purposive's ala by follows river path. Base observing result totals bekantan that found on all observing band as much 55,0 individual and 7,333 groups. Analisis's result individual density date bekantan on after 95% among 0,211 - 0,705 number / ha and group density 0,034 - 0,086 groups / ha. Be on pipe 99% individual density 0,045 - 0,871 number / ha and groups 0,017 - 0,103 groups / ha. To foot up bekantan's individual exhaustive acreage on after 95% 9-29 number with agglomerate amount 2-4 groups, be on pipe 99% total individuals 2-35 number and total groups 1-5 groups. Keywords : bekantan (Nasalis larvatus, Wurmb), individual and group density, total individual and group, analisis is water. PENDAHULUAN Bekantan merupakan salah satu jenis primata yang langka dan satwa liar endemik Kalimantan yang keberadaannya dilindungi semenjak zaman kolonial Belanda yaitu pada tahun 1931 melalui Dierenbeschermings ordonantie (UU

Perlindungan Binatang Liar : Staatblad tahun 1931 No. 134) dan

Dierenbeschermings (Peraturan Perlindunga

Verodening Binatang Liar

METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di sekitar Sungai Batubarat dalam kawasan Taman Nasional Gunung Palung Kabupaten

tahun 1931 dan tahun 1935), UU No. 5 Tahun 1990, Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 301/Kpts-II/1991 (10 Juni 1991), Surat No. Keputusan Menteri (8

Kayong Utara Kalimantan Barat. Objek penelitian ini adalah satwa liar Bekantan (Nasalis Larvatus, Wurmb) yang

Kehutanan

882/Kpts-II/1992

September 1992), dan diperkuat dengan peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 mengenai satwa dan tumbuhan yang dilarang untuk dipergunakan secara umum, baik untuk diperdagangkan maupun

ditemukan pada jalur-jalur pengamatan di sekitar Sungai Batubarat dalam kawasan TNGP. Peralatan yang digunakan adalah GPS (Global Positioning System),

dimanfaatkan tanpa izin. Bekantan yang terdapat di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Palung (TNGP) juga tidak luput dari masalah tersebut kerusakan populasi sehingga habitat satwa dengan akan yang adanya

Teropong, Peta lokasi, Meteran, Sampan, Tally sheet, Jam tangan, Kamera digital dan Peralatan tulis. Data primer yang dikumpulkan

berupa data jumlah individu dan jumlah kelompok populasi dari bekantan yang ditemukan pada jalur pengamatan. Data sekunder yang dikumpulkan berupa data keadaan umum lokasi penelitian, keadaan sosial ekonomi masyarakat, studi literature dan browsing di internet. Pengamatan dilakukan dengan

menurunkan mengakibatkan

keberadaannya di alam terancam punah dan dapat menimbulkan migrasi satwa ketempat lain yang dianggap lebih nyaman baik dari segi tempat tinggal maupun kemudahan dalam mendapatkan makanan guna kelangsungan hidupnya. Tujuan utama penelitian ini untuk mengetahui jumlah individu dan kelompok populasi bekantan (Nasalis larvatus,

menggunakan metode jalur yang dilakukan secara sengaja (Purposive) dengan

mengikuti alur sungai. Jalur pengamatan dibuat sebanyak 6 jalur, dengan panjang jalur pengamatan 2000 meter dan lebar 100 meter (50 meter ke kiri dan 50 meter ke kanan). Setiap jalur pengamatan

Wurmb) di sekitar Sungai Batubarat dalam kawasan TNGP Kabupaten Kayong Utara Kalimantan Barat.

dilakukan 3 kali ulangan dengan waktu pengamatan pada pagi hari sekitar jam 05.30 pada saat bekantan berada masih

berada disekitar pohon tempat mereka tidur dan sore hari sekitar jam 16.30 saat bekantan akan mencari pohon untuk tidur atau istirehat. Analisis data dilakukan dengan cara memasukannya dalam tabel dan dihitung jumlah individu dan jumlah kelompok populasi dengan rumus matematis.

Fakultas

Pertanian

Universitas

Tanjungpura Pontianak. HASIL DAN PEMBAHASAN Kepadatan Individu dan Kelompok Bekantan (Nasalis larvatus, Wurmb) Jumlah individu bekantan yang

Analisis air dilakukan dengan mengambil sampel air dan di analisis lebih lanjut di Laboratorium Analisis Lingkungan

terlihat selama penelitian pada masingmasing jalur pengamatan dengan 3 kali ulangan dapat dilihat pada tabel 4 berikut :

Tabel 4. Rata-rata jumlah individu bekantan (Nasalis larvatus, Wurmb) dengan 3 kali ulangan Jalur Pengamatan 1 2 3 4 5 6 I 17 15 8 7 7 Ulangan II 23 14 6 10 8 III 20 6 9 8 7 Jumlah Individu 60 35 23 17 8 22 Rata-rata 20,0 11,667 7,667 5,667 2,667 7,333

Sumber : Hasil Analisis Data (2009)

Berdasarkan tabel 4, di ketahui bahwa rata-rata jumlah individu bekantan yang tertinggi terletak pada jalur 1 sebesar 20,0 dan yang terkecil pada jalur 5 sebesar

2,667. Pada tabel 5 terlihat

rata-rata

jumlah kelompok bekantan yang tertinggi terletak pada jalur 1 sebesar 2,667 dan yang terkecil pada jalur 5 sebesar 0,333.

Tabel 5. Rata-rata jumlah kelompok bekantan (Nasalis larvatus, Wurmb) dengan 3 kali ulangan Jalur Pengamatan 1 2 3 4 5 6 I 2 2 2 2 1 Ulangan II 3 2 1 1 1 III 3 1 1 1 1 Jumlah Kelompok 8 5 3 2 1 3 Rata-rata 2,667 1,667 1,0 0,667 0,333 1,0

Sumber : Hasil Analisis Data (2009)

Berdasarkan

hasil

analisa

data,

selang kepercayaan 95% dan 99% yang dapat di lihat pada tabel 6 berikut :

diperoleh kepadatan individu/Ha untuk masing-masing jalur pengamatan dengan

Tabel 6. Pendugaan selang kepadatan individu bekantan (Nasalis larvatus, Wurmb) per hektar di sekiatar sungai Batubarat No. Jalur 1 2 3 4 5 6 Luas Jalur 20 Ha 20 Ha 20 Ha 20 Ha 20 Ha 20 Ha Kepadatan Individu 1,0 0,583 0,383 0,283 0,133 0,367 Kepadatan Individu/Ha 95 % 99 % 0,211 0,705 0,045 0,871

Sumber : Hasil Analisis Data (2009)

Pada tabel 6 dapat di lihat bahwa pendugaan selang kepadatan individu

Berdasarkan diperoleh

hasil

analisa

data

pendugaan

kepadatan

bekantan/Ha seluruh jalur pengamatan pada selang kepercayaan 95% terletak antara 0,211 ekor/Ha hingga 0,705

kelompok/Ha untuk masing-masing jalur pengamatan dengan selang kepercayaan 95% dan 99% yang masing-masing

ekor/Ha dan pada selang kepercayaan 99% kepadatan individu terletak antara 0,045 ekor/Ha hingga 0,871 ekor/Ha.

nilainya adalah 0,034 ekor/Ha - 0,086 ekor/Ha dan 0,017 ekor/Ha - 0,103 ekor/Ha dapat dilihat pada tabel 7 berikut :

Tabel 7. Pendugaan selang kepadatan kelompok bekantan (Nasalis larvatus, Wurmb) per hektar di sekiatar sungai Batubarat No. Jalur 1 2 3 4 5 6 Luas Jalur 20 Ha 20 Ha 20 Ha 20 Ha 20 Ha 20 Ha Kepadatan Kelompok 0,133 0,083 0,050 0,033 0,016 0,050 Kepadatan Kelompok/Ha 95 % 99 % 0,034 0,086 0,017 0,103

Sumber : Hasil Analisis Data (2009)

Nilai kepadatan suatu individu dan kelompok populasi yang terdapat di dalam suatu kawasan menunjukkan seberapa

besar tingkat daya dukung suatu kawasan mampu mendukung kehidupan satwa

tersebut. Disini ditunjukkan dengan nilai

berapa

angka-angka,

artinya

semakin

bekantan

mencari

daerah

lain

yang

tinggi nilai kepadatan maka semakin tinggi pula daya dukung habitatnya hingga mampu mendukung sejumlah individu dan kelompok untuk dapat hidup dan

dianggap lebih nyaman, baik dari segi tempat tinggal maupun kemudahan dalam mendapatkan makanan guna kelangsungan hidupnya. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan pada jalur 1 dan 2 kepadatan individu dan kelompok bekantan lebih tinggi jika dibandingka dengan jalur-jalur lainnya karena daya dukung habitatnya lebih tinggi dan sumber pakannya juga banyak tersedia. Jumlah Individu dan Kelompok

berkembang biak di dalamnya. Berdasarkan hasil analisa data yang diperoleh, pada selang kepercayaan 95% kepadatan individu bekantan terletak antara 0,211 ekor/Ha 0,705 ekor/Ha dengan kepadatan kelompok antara 0,034 kelompok/Ha 0,086 kelompok/Ha.

Sedangkan untuk selang kepercayaan 99% kepadatan individu antara 0,045 ekor/Ha 0,0871 ekor/Ha denga kepadatan kelompok antara 0,017 kelompok/Ha 0,103 kelompok/Ha. Secara garis besar perbedaan

Bekantan (Nasalis larvatus, Wurmb) Dari data hasil pengamatan pada 6 jalur dapat dilihat bahwa jalur 1 dan 2 lebih banyak dijumpai bekantan dengan rata-rata jumlah individu perjalur sebesar 20,0 ekor dan 11,667 ekor. Data mengenai jumlah individu

kepadatan individu maupun kelompok antara satu daerah dengan daerah lainnya disebabkan oleh daya dukung habitatnya. Khususnya pada lokasi penelitian yaitu di sekitar Sungai Batubarat dalam kawasan TNGP, tingkat kepadatan yang rendah diakibatkan karena daerah disekitarnya mengalami kerusakan. Ada kemungkinan bahwa jumlah yang ada mengalami

untuk seluruh areal penelitian dari hasil data yang diperoleh rerata jumlah individu untuk masing-masing jalur pengamatan serta jumlah individu seluruh areal

penelitian dengan selang kepercayaan 95% dan 99% dengan nilai masing-masing 8,440 ekor/Ha 28,200 ekor/Ha dan 1,800 ekor/Ha 34,840 ekor/Ha, dapat dilihat pada tabel 8 :

penyebaran yang tidak merata akibat terjadinya penebangan hutan secara legal maupun illegal yang menyebabkan

Tabel 8. Pendugaan selang jumlah individu bekantan (Nasalis larvatus, Wurmb) di sekiatar sungai Batubarat No. Jalur 1 2 3 4 5 6 Luas Jalur 20 Ha 20 Ha 20 Ha 20 Ha 20 Ha 20 Ha Jumlah Individu 20,0 11,667 7,667 5,667 2,667 7,333 Jumlah Individu Seluruh Areal 95 % 99 % 8,440 28,200 1,800 34,840

Sumber : Hasil Analisis Data (2009)

Jumlah kelompok yang terbanyak terdapat pada jalur 1 dan 2 dibanding jalurjalur lainnya. Jumlah kelompok areal penelitian pada masing jalur pengamatan

dengan selang keperccayaan 95% dan 99% dengan nilai masing-masing 1,360 kelompok/Ha 3,440 kelompok/Ha dan 0,680 kelompok/Ha 4,120 kelompok/Ha.

Tabel 9. Pendugaan selang jumlah kelompok bekantan (Nasalis larvatus, Wurmb) di sekiatar sungai Batubarat No. Jalur 1 2 3 4 5 6 Luas Jalur 20 Ha 20 Ha 20 Ha 20 Ha 20 Ha 20 Ha Jumlah Kelompok 2,667 1,667 1,0 0,667 0,333 1,0 Jumlah Kelompok Seluruh Areal 95 % 99 % 1,360 3,440 0,680 4,120

Sumber : Hasil Analisis Data (2009)

Jumlah

individu

dan

kelompok

dikarenakan pada jalur tersebut labih banyak dijumpai pohon dengan vegetasi yang rapat sebagai sumber pakan dan juga pohon untuk bermain seperti, dungun (Heriteria alata), kayu ara (Ficus sp), rengas (Gluta rengas) dan putat

populasi sangat berguna untuk mengetahui seberapa besar keberadaan satwa di suatu tempat. Dalam melakukan perhitungan terhadap individu dan kelompok bekantan ini sulit dilakukan, karena satwa tersebut sangat sensitif apabila mendengar atau melihat yang dianggapnya mengancam hidupnya maka akan melarikan diri dan bersembunyi. Pada jalur 1 dan 2 banyak kelompok bekantan yang ditemui, hal itu

(Barringtonia acutangula). Pada jalur 4 dan 5 jumlah kelompok lebih rendah, karena vegetasi kurang serta sumber bahan pakannya kurang dan hanya ada pohon untuk bermain dan beristirehat. Pada jalur

3 dan 6 kerapatan vegetasinya lebih tinggi dari pada jalur 4 dan 5. Untuk berkisar satu 5 kelompok hingga bekantan 12 ekor.

kondisi ketersediaan

lingkungan makanan.

terutama Sumber

makanan menjadi alasan bagi satwa melakukan migrasi dan persaingan yang cukup kuat dalam penguasaan makanan. Selama pengamatan,

antara

Berdasarkan hasil pengamatan, jumlah bekantan pada seluruh jalur pengamatan sebanyak 55,0 ekor dan 7,333 kelompok. Pada selang kepercayaan 95% diperoleh jumlah individu seluruh areal berkisar antara 929 ekor dan jumlah kelompok terletak antara 24 kelompok. Untuk selang kepercayaan 99% diperoleh jumlah individu seluruh areal penelitian berkisar antara 235 ekor dengan jumlah kelompok 15 kelompok. Perbedaan jumlah individu dan kelompok yang ada sangat variasi jumlahnnya tidak tersebar merata, hal ini terlihat pada jalur pengamatan dengan ditemui bekantan dengan jumlah berbedabeda. Jumlah tersebut tentu saja tidak sama antara satu kawasan dengan kawasan lainnya, pada dasarnya tinggi rendahnya dan stabilnya populasi bekantan disuatu daerah dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : a. Keadaan margasatwa, lingkungan sangat hidup mendukung yang ada di dari serta vegetasi, aktivitas c.

bekantan bergerak pada pagi hari sekitar jam 05.30 aktivitas WIB harian untuk yaitu

melakukan

mencari makan, minum dan bermain. Sore hari mulai jam 16.00 WIB, bekantan mulai kembali ke pinggir sungai untuk mencari pohon sebagai tempat beristirehat dan tidur. Interaksi dengan primata lain,

sepanjang pinggir sungai di hutan rawa. Selama penelitian selain

bekantan primata lain juga ditemukan yaitu kera ekor panjang (Macaca fascicularis) kedua primata ini tidak menunjukkan interaksi pertentangan sesamanya, hal ini disebabkan adanya perbedaan relung ekologi. Analisis Air Analisis Laboratorium Fakultas Tanjungpura air dilakukan di

Analisis Pertanian di dapatkan

Lingkungan Universitas nilai-nilai

kestabilan populasi dalamnya makanan, terdiri air

parameter yang dicari. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 10 berikut :

masyarakat disekitarnya. b. Perpindahan margasatwa (Migrasi), terjadinya perpindahan disebabkan

Tabel 10. Hasil analisis pada lokasi penelitian di sekitar Sungai Batubaratdalam kawasan Taman Nasional Gunung Palung No A 1 2 3 B 4 5 6
Sumber

Parameter FISIKA Bau Rasa Warna KIMIA Ph Chlorine (Cl2) Chlorida (Cl-)
: Data Hasil

Alat/Metode Organoleptik Organoleptik Spectro pH-Meter Spectro Spectro


Laboratorium Analisis

Satuan PtCo Mg/l Mg/l


Lingkungan

Hasil Pengukuran Tidak berbau Tidak berasa 172 6,79 0,24 8,99
Fakultas

Maksimal yang Diperbolehkan 69 0,003 600

Pertanian

Untan

(2009)

Air merupakan salah satu faktor habitat yang sangat penting bagi

2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, nilai

kehidupan terutama untuk minum satwa maupun manusia untuk proses

maksimum yang diperbolehkan untuk pH adalah 6 9, untuk chlorine 0,03 mg/l dan untuk chlorida 600 mg/l. KESIMPULAN DAN SARAN Dari 6 jalur pengamatan ternyata jalur 1 dan 2 lebih banyak di jumpai bekantan (Nasalis larvatus, Wurmb), hal ini dikarenakan pada jalur 1 dan 2 banyak terdapat pohon untuk bermain, beristirehat dan sumber makanan. Kepadatan individu bekantan di sekitar Sungai Batubarat dalam kawasan TNGP pada selang

metabolisme dalam tubuh satwa. Kualitas air yang terdapat disekitar Sungai

Batubarat dalam kawasan TNGP dinilai kurang layak untuk dipergunakan, hal ini dikarenakan pada saat penelitian kondisi sungai mengalamai pasang surut sehingga air laut yang terdapat disekitar muara sungai masuk dan bercampur dengan air di sungai Batubarat. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil analisis sampel air baku dari lokasi penelitian di laboratorium yang ditunjukkan di tabel 10 sebagai

kepercayaan 95% terletak antara 0,211 ekor/Ha 0,705 ekor/Ha dengan kepadatan kelompok 0,034 kelompok/Ha 0,086 kelompok/Ha. Sedangkan pada

perbandingannya adalah standar baku mutu air kelas II. Dari hasil analisis air diperoleh hasil pengukuran untuk nilai pH sebesar 6,79, untuk Chlorine sebesar 0,24 mg/l dan untuk chlorida sebesar 8,99 mg/l. berdasarkan standar baku mutu air kelas II yang ditetapkan oleh PP No. 82 Tahun

selang 99% kepadatan individu antara 0,045 ekor/Ha 0,871 ekor/Ha dengan

kepadatan kelompok 0,017 kelompok/Ha 0,103 kelompok/Ha. Jumlah individu bekantan pada

Bismark, M. 1980. Populasi dan Tingkah Laku Bekantan (Nasalis larvatus, Wurmb) di Suaka Margasatwa Tanjung Tengah. Putting Laporan Kalimantan Lembaga

selang kepercayaan 95% terletak antara 9 ekor 29 ekor, dengan jumlah kelompok 24 kelompok. Sedangkan pada selang kepercayaan 99% jumlah individu 235 ekor, dengan jumlah kelompok 15

Penelitian Hutan No. 357. Bogor. Campbell, Reece dan Mitchell. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Erlangga. Jakarta. Departemen Kehutanan. 1990. Undangundang RI No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Jakarta. Emilia. 2006. Jumlah Individu dan Jumlah Kelompok Populasi Bekantan

kelompok. Untuk menjaga agar tidak terjadi penurunan drastis dari populasi bekantan di kawasan TNGP, perlu

dilakukan pelestarian dan perlindungan terhadap jumlah populasi, dikelola dengan baik oleh instansi-instansi terkait dengan mengadakan penyuluhan. Dari hasil analisis air yang dilakukan di Laboratorium Analisis Lingkungan Fakultas Tanjungpura Pertanian Pontianak Universitas menunjukkan

(Nasalis larvatus, Wurmb) di Sekitar Sungai Sumpa Dalam Kawasan Taman Nasional Danau Sentarum Kabupaten Kapuas

bahwa air disekitar Sungai Batubarat dalam kawasan Taman Nasional Gunung Palung tidak dipersyaratkan untuk

Hulu Kalimantan Barat. Skripsi Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Pontianak. Irwanto. 2006. Perencanaan Perbaikan Habitat Satwa Liar Burung Pasca Bencana Alam Gunung Meletus. http://www.geocities.com/irwanto forester/habitat-burung.doc. Desember 2008). (13

dipergunakan sebagai air minum. Untuk pengelolaan dan perlindungan terhadap satwa liar khususnya bekantan di kawasan TNGP perlu dilakukan penelitian ulang beberapa tahun sekali untuk melihat perubahan populasi bekantan. DAFTAR PUSTAKA Alikodra. 1979. Dasar-dasar Pembinaan Margasatwa, Fakultas Kehutanan Institut Pertnian Bogor. Bogor.

Johnson, J. 2005. Intisari Ilmu Mamalia. Erlangga. Jakarta. Lestari, P. 2008. Perilaku Makan Bekantan (Nasalis larvatus, Wurmb) di Sungai Bangkul Kawasan Cagar

Alam

Muara

Kendawangan Barat.

Soendjoto,

M,

A.

2002.

Persebaran

Ketapang Skripsi

Kalimantan Fakultas

Bekantan (Nasalis larvatus) di Kalimantan Selatan dan

Kehutanan Tanjungpura.

Universitas Pontianak.

Permasalahannya.http://tumouttou .net/702 04212/ma soendjoto.htm. (13 Oktober 2008). Supriatna, J. dan Hendras, E. 2000. Panduan Indonesia. Lapangan Yayasan Primata Obor

Mackinnon, K, Hatta, G., Halim, H., dan Mangalik, A. 2000. Seri Ekologi Indonesia Buku III Kalimantan. Prenhallindo. Jakarta. Napitu, J. P., Rahayuningtyas, Ekasari, I., Basuki, T., Basori, A. F., Amri, U., Kurniawan, D. 2007. Taman

Indonesia. Jakarta. Nasioanal Gunung Palung.

http://www.bpkh3.go.id/proplain/ balaitaman/tngp.htm 2009). Tarumingkeng, R, C. 1994. Dinamika Populasi Kuantitatif). (Kajian Pustaka Ekologi Sinar (13 Mei

Konservasi Satwa Liar (Laporan Magang). http://forestindinesia.files.wordpr ess.com/2009/01/satwa-liarkaliurang.pdf. (2 Maret 2009). Rusdianti. 2004. Studi Populasi Bekantan (Nasalis larvatus, Wurmb) di Kawasan Taman Wisata Alam Sungai Liku Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas Kalimantan Barat. Skripsi Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Yuliana.

Harapan dan Universitas Kristen Krida Wacana. Jakarta. Wikipidia. 2008. Bekantan.

http://id.wikipidia.org/wiki/Bekan tan (6 November 2008). 2007. Bekantan Wurmb) Kepadatan (Nasalis Setelah Populasi larvatus, Perambahan

Kalimantan Barat. Pontianak. Said, M., dan D. Kusnandar. 1989. Metode Statistika. Universitas Pontianak. Soemarwoto, O. 1991. Indonesia Dalam Kancah Isu Lingkungan Global. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Fakultas Pertanian

Hutan di Sungai Bangkul Cgar Alam Muara Kendawangan

Tanjungpura.

Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat. Skripsi Fakultas Kehutanan Universitas Pontianak. Tanjungpura.

You might also like