You are on page 1of 26

BAB 2 PENYAJIAN DATA

PENYAJIAN DATA
Pengantar
Ada banyak cara untuk menyajikan data, namun yang paling umum adalah dengan tabel dan atau grafik/diagram. Pada bab 2 ini akan dibahas caracara penyajian data terutama dengan tabel distribusi frekuensi dan grafik. Setelah mempelajari uraian pada bab 2 ini, pembaca diharapkan dapat memperoleh pemahaman tentang : 1. 2. 3. 4. macam-macam tabel macam distribusi frekuensi. cara-cara menyusun tabel distribusi frekuensi. penggunaan tabel distribusi frekuensi penyajian data dengan grafik histogram. penyajian data dengan grafik poligon. cara membuat ogive dengan benar.

5. 6. 7.

10

PENYAJIAN DATA
A. Pengantar
Banyak cara yang dapat digunakan untuk menyajikan data, tetapi yang paling lazim adalah dengan tabel (khususnya tabel distribusi frekuensi) dan grafik. Tabel distribusi frekuensi adalah suatu cara untuk meringkas dan menyusun data hasil penelitian berdasarkan sebaran dan frekuensi nilai-nilai variabel. Tujuan penyusunan distribusi frekuensi adalah agar data tersebut lebih mudah dipahami oleh pembaca. Distribusi frekuensi diperoleh melalui tabulasi, dan selanjutnya disebut tabel distribusi frekuensi. Pada umumnya dikenal dua macam tabel distribusi frekuensi, yaitu tabel distribusi frekuensi tunggal dan tabel distribusi frekuensi bergolong.

B. Tabel Distribusi Frekuensi Tunggal


Hasil tes matematika siswa kelas V SDX adalah sebagai berikut :

7 8 6 4

6 4 6 8

6 7 6 7

5 5 7 7

6 5 5 6

8 5 5 5

7 6 7 5

4 6 7 6

5 6 8 6

5 8 7 5

6 7 7 6

6 6 8 6

7 7 6 7

5 6 6 6

7 6 6 5

6 6 6 7

Melihat sebaran angka-angka tersebut kita tidak memperoleh gambaran apa-apa. Agar kita dapat memperoleh makna dari angka-angka tersebut, maka kita perlu mengatur angka tersebut berdasarkan urutan dan frekuensinya, misalnya seperti tabel 2.1 dibawah ini. Tabel 2.1. : Hasil Tes Matemtaika Siswa Kelas V SDX. Nilai Jari-jari Frekuensi 8 IIII I 6 7 IIII IIII IIII I 16 6 IIII IIII IIII IIII IIII I 26 5 IIII IIII III 13 4 III 3 Jumlah 64 Tabel di atas terdiri dari tiga kolom. Kolom pertama memuat nilai, kolom kedua memuat jari-jari yang diambil dari deretan angka-angka di atas, kolom

11

ketiga memuat salinan jumlah jari-jari (ini disebut frekuensi) dari masing-masing nilai variabel. Dari tabel 2.1. kita dapat memperoleh kesimpulan bahwa nilai tertinggi adalah 8 dan terendah 4. Nilai yang mempunyai frekuensi tertinggi adalah nilai 6, dengan frekuensi 26, disusul kemudian nilai 7 dengan frekuensi 16, dan nilai 5 dengan frekuensi 13, sedang nilai 4 memiliki frekuensi terendah yaitu 3. Tabel 2.1. di atas termasuk tabel yang belum sempurna. Tabel yang sempurna yang disajikan kepada pembaca, tidak lagi memuat kolom jari-jari sehingga jika tabel 2.1. disempurnakan menjadi tabel 2.2. Perlu diperhatikan bahwa adanya dua kolom yaitu kolom nilai dan kolom frekuensi, bukanlah syarat mutlak. Banyaknya kolom sesuai dengan kebutuhan kita, tetapi memang persyaratan tabel harus sekurang-kurangnya terdiri dari dua baris dan dua kolom. Jadi tidak dibenarkan kita membuat tabel hanya terdiri dari satu kolom saja, atau satu baris saja. Tabel 2.2. : Hasil Tes Matematika Siswa Kelas V SDX. Nilai Frekuensi 8 6 7 16 6 26 5 13 4 3 Jumlah 64 Tabel 2.2. di atas, pada kolom nilai, hanya memuat nilai-nilai tunggal, karena itu disebut tabel distribusi frekuensi tunggal. Seandainya kolom nilai tidak memuat nilai-nilai tunggal melainkan kelompok-kelompok nilai, maka tabelnya disebut tabel distribusi frekuensi berkelompok atau bergolong. Perhatikan tabel 2.3. Untuk menentukan apakah data akan disajikan dalam tabel bergolong atau tabel distribusi frekuensi tunggal, yang perlu dicermati adalah apakah kelompok datanya homogen ataukah heterogen, dengan indikator rentangannya (jarak pengukuran) yaitu jarak nilai terendah sampai nilai tertinggi. Jika kelompok datanya homogen dengan R (rentangan kecil) seperti pada tabel 2.2. R = 8 4 = 4 maka tidak perlu dibuat tabel berkelompok. Sebaliknya pada tabel 2.3 R = 34 10 = 24 (cukup panjang) sehingga perlu dibuat tabel berkelompok, sebab

12

jika dibuat tabel distribusi frekuensi tunggal, tabelnya akan menjadi sangat panjang, sehingga tidak efisien, lagi pula menjadi lebih sulit dipahami. Tabel 2.3. : Hasil Tes Motivasi 50 Siswa Kelompok Nilai frekuensi 30 - 34 4 25 - 29 10 20 - 24 21 15 - 19 10 10 - 14 5 Jumlah 50

C. Tabel Distribusi Frekuensi Berkelompok


Seperti telah disinggung di atas, bahwa penyajian data menggunakan tabel distribusi frekuensi berkelompok jika distribusi datanya heterogen. Tujuan dibuatnya tabel distribusi berkelompok ini agar tabel tidak terlalu panjang. Di antara pembaca mungkin ada yang bertanya, berapa ukuran minimal atau panjangnya suatu tabel distribusi frekuensi bergolong? Untuk ini sebenarnya tidak ada ketentuan yang mutlak tetapi biasanya berkisar antara 5 sampai 15 kelas. Dalam tabel berkelompok ada beberapa istilah yang perlu dipahami, yaitu :

a. Interval kelas, yaitu tiap-tiap kelompok nilai variabel. Dalam tabel 2.3. interval
kelas yang paling atas memuat nilai-nilai 30, 31, 32, 33, dan 34, walaupun hanya tertulis 30 34. Demikian juga interval kelas paling bawah, memuat nilai-nilai 10, 11, 12, 13, dan 14, walaupun tertulis 10 14. Interval kelas ini biasanya disingkat dengan sebutan interval atau kelas.

b. Batas kelas, adalah nilai-nilai yang membatasi antara interval kelas yang
satu dengan interval kelas yang lain. Perhatikan nilai 25 dan 29 pada kelas kedua dari atas, nilai 25 membatasi dibagian bawah, dan nilai 29 mambatasi di bagian atas pada interval kelas 25 29 tersebut. Angka 25, 20, 15, 10 dan 30, terletak di sebelah kiri, dan menjadi batas bawah dari kelasnya masing-masing, sedangkan angka di deret kanan, yaitu 34, 29, 24, 19, dan 14 menjadi batas atas dari kelasnya masing-masing.

13

10

14 15

19 20

24 25

29 30

34

Pada lukisan garis bilangan tampak bahwa antara angka 14 15; 19 20; 24 25;dan 29 30 ada sela yang berupa titik-titik bilangan karena itu angka-angka 10, 15, 20, 25 dan 30, dan angka14, 19, 24, 29, dan 34 bukanlah batas yang sesungguhnya, karena di antara tiap rangkai (kelompok) itu ada hubungannya. Misalnya ada individu yang mempunyai sekor motivasi 14,8 tentu tidak berarti ia tidak dianggap sebagai bagian dari 50 siswa tersebut. Oleh karena itu ia harus tetap dapat dimasukkan dalam salah satu interval kelas, dan karena 14,8 dekat dengan kelas 15 19 maka ia harus masuk interval kelas 15 19. lalu bagaimana jika individu lain mempunyai sekor 14,2, masuk ke kelas manakah ia? Untuk menentukannya maka perlu ditentukan batas nyatanya, yaitu suatu titik atau angka yang benar-benar menjadi batas pemisah antara kelas yang satu dengan kelas yang lain. Cara menentukan batas nyata ini adalah menempatkan titik tepat ditengah-tengah diantara batas semu dari dua kelas yang berdekatan. Contoh, batas nyata antara kelas 10 14 dan 15 19 adalah titik yang terletak ditengah-tengah antara jarak 14 dan 15, yatiu 14,5. Dengan cara demikian maka lukisan garisnya dari batas nyatanya menjadi sebagai berikut:

10

14 15

19 20

24 25

29 30 29,5

34 34,5

9,5

14,5

19,5

24,5

Dari lukisan tersebut tampak bahwa titik 14,5 menjadi batas atas dari kelas 10 14, tetapi juga menjadi batas bawah dari kelas 15 19, titik 19,5 menjadi batas atas kelas 15 19, tetapi juga menjadi batas bawah dari kelas 20 24.

c. Lebar kelas atau luas kelas kelas biasanya diberi symbol i atau l. Secara
matematik lebar interval kelas adalah batas atas nyata dikurangi batas bawah nyata dari kelas yang bersangkutan. Kita periksa kelas paling atas mempunyai batas atas nyata 34,5 dan batas bawah nyata 29,5. Kelas di bawahnya yaitu kelas 25 29, mempunyai batas atas nyata 29,5 dan batas

14

bawah nyata 24,5. Dengan demikian lebar kelasnya = 34,5 dikurangi 29,5 atau 29,5 dikurangi 24,5 yaitu = 5.

d. Titik tengah, atau mid point, biasanya diberi symbol huruf X. Titik tengah ini
adalah titikyang tepat berada di tengah-tengah tiap interval kelas. Pada kelas paling atas (30 34) titik tengahnya adalah 32, karena titik 32 tepat berada ditengah-tengah dari kelompok data 30, 31, 32, 33, dan 34. Cara paling mudah menentukan titik tengah ini adalah dengan cara menjumlahkan batas bawah dan batas atas kemudian hasilnya dibagi dua. Atau secara matematik dituliskan X = (bb + ba). Titik tengah kelas paling atas adalah (30 + 34) = 32, titik tengah dari kelas dibawahnya adalah (25 + 29) = 27. Demikian seterusnya.

e. Jumlah kelas adalah banyaknya interval kelas yang digunakan dalam


penyusunan tabel. Jumlah kelas ini diberi symbol k. Pada tabel 2.3 jumlah interval kelasnya ada 5, yaitu interval kelas 10 14; 15 19; 20 24; 25 29; dan 30 34.

f.

Rentangan atau dalam bahasa inggrisnya range of measurement, adalah jarak dari nilai terendah sampai tertinggi. Rentangan ini biasanya diberi symbol R. Secara matematik dirumuskan R = Xt Xr.

D. Langkah-langkah penyusunan table distribusi frekuensi berkelompok


a. Tentukan cacah kasus (n)
b. Tentukan rentangan (R) R = Xt - Xr c. Tentukan jumlah kelas (k) k = 1 + 3,32 log n d. Tentukan lebar interval kelas (i)

i=

R dengan syarat bahwa (k x i) (R + 1). k


memilih selisih (k x i) dan (R + 1) = terkecil.

Dalam menentukan k dan i, memperhatikan : 1.

15

2.

memilih i = bilangan gasal.

e. Menentukan batas bawah interval kelas terendah dan batas atas interval
kelas tertinggi, dengan cara : 1. Jika (k x i) (R + 1) = 0, maka data terendah menjadi batas bawah interval kelas terendah, dan data tertinggi menjadi batas atas interval kelas tertinggi. 2. Jika (k x i) (R + 1) = 1, maka data terendah dijadikan batas bawah interval kelas terendah, dan data tertinggi ditambah satu menjadi batas atas kelas tertinggi. Atau data terendah dikurangi satu menjadi batas bawah kelas terendah dan data tertinggi menjadi batas atas kelas tertinggi. 3. Jika selisih (k x i) dan (R + 1) adalah genap, maka batas bawah kelas terendah dikurangi {(k x i) (R + 1)} dan batas atas interval kelas tertinggi adalah data tertinggi ditambah {(k x i) (R + 1)}. f. Menentukan batas atas dan batas bawah tiap interval kelas. g. Tabulasi frekuensi. h. Menyempurnakan tabel. Misalkan kita memiliki data hasil tes kecemasan dari 50 siswa, sebagai berikut:

12 14 15 17 20 22 23 15 30 40 21 34 42 41 19 21 24 25 37 38 31 18 16 17 23 20 28 35 26 37 32 20 25 41 22 28 33 40 36 28 44 46 25 27 24 30 32 31 28 26
Untuk menyajikan data tersebut dalam tabel bergolong maka ditempuh langkah-langkah : a. Menentukan n = 50

b. Menentukan R = Xt Xr = 46 12 = 34.
c. Menentukan k = 1 + 3,32 log n. = 1 + 3,32 log 50 = 6,64 menjadi 6 kelas atau 7 kelas.

d.

Menentukan i =

R k

1. Jika k = 6, maka :

16

i=

34 = 5,667 dibulatkan menjadi 6 6 34 = 4,857 dibulatkan menjadi 5 7

2. Jika k = 7, maka : i=

Jika k = 6, maka : (k x i) (R + 1) = (6 x 6) (34 + 1) = 1 Jika k = 7, maka : (k x i) (R + 1) = (7 x 5) (34 +1) = 0 Dengan demikian dipilih k = 7 dan i = 5, dengan alasan : 1. (k x i) (R + 1) = 0 (selisih terkecil) 2. i = gasal e. Menentukan batas bawah kelas terendah dan batas atas kelas tertinggi. Karena (k x i) (R + 1) = 0, maka batas bawah kelas terendah = data terendah = 12 dan batas atas kelas tertinggi = data tertinggi = 46.

f.

Menentukan batas atas dan batas bawah tiap interval kelas dengan cara: 1. Batas bawah kelas terendah = 12, batas bawah kelas diatasnya = 12 + i = 12 + 5 = 17, batas bawah kelas diatasnya lagi = 12 + 2i = 12 + 2(5) = 22, untuk kelas diatasnya lagi, batas bawahnya = 12 + 3i, demikian seterusnya. Interval 42 46 37 41 32 36 27 31 22 26 17 21 12 16

46 - i 46 2i 46 3i

12 + 3i 12 + 2i 12 + i 2.

Batas atas kelas tertinggi = 46, batas atas kelas di bawahnya = 465 = 41, batas atas kelas di bawahnya lagi = 46 + 2i = 46 + 2(5) = 36, untuk kelas dibawahnya lagi maka batas atasnya = 46 3i = 46 3(5) = 31. Demikian seterusnya, hingga kelas terendah.

g.

Tabulasi frekuensi.

17

Setelah batas-batas tiap interval ditentukan, selanjutnya perlu dipersiapkan draft tabel yang terdiri dari tiga kolom, yaitu, kolom interval, jari-jari, dan frekuensi. Interval 42 46 37 41 32 36 27 31 22 26 17 21 12 16 Jumlah Jari- jari III IIII II IIII I IIII III IIII IIII II IIII IIII IIII Frekuensi 3 7 6 8 12 9 5 50

h.

Menyempurnakan tabel. Tabel 2.4. : Hasil Kecemasan 50 Siswa Interval 42 46 37 41 32 36 27 31 22 26 17 21 12 16 Jumlah X 44 39 34 29 24 19 14 Frekuensi 3 7 6 8 12 9 5 50

Setelah tabulasi frekuensi selesai dilakukan, selanjutnya menyempurnakan tabel, dengan cara menyalin draft tabel hasil langkah ke g dengan meniadakan kolom jari-jari, dan menambah lain yang dipandang perlu seperti titik tengah ataupun statistik lainnya, dengan demikian tabel yang dimaksudkan menjadi seperti tabel 2.4.

E. Perlatihan 2.1
1. Apa perbedaan antara distribusi frekuensi tunggal dan distribusi frekuensi bergolong ?

18

2. Berikut ini adalah data sekor tes motivasi belajar mahasiswa fakultas psikologi :

35 46 27 45

78 73 43 37

42 24 87 39

23 43 65 54

34 63 86 21

54 74 84 43

65 53 48 65

77 46 75 28

23 27 76 24

34 93 43 54

54 23 34 75

65 54 34 45

76 65 52 81

88 76 64 89

23 34 34 54

Dari data tersebut tentukanlah : a. Cacah kasusnya b. Nilai tertinggi c. Nilai terendah d. Jika dibuat tabel : 1. Berapa jumlah kelasnya? 2. Berapa lebar intervalnya? e. Buatlah tabelnya!

F. Frekuensi Relatif dan Frekuensi Komulatif. 1. Frekuensi Relatif


Dalam distribusi frekuensi disamping mencantumkan frekuensi absolute (frekuensi hasil observasi) yang termuat di kolom frekuensi, sering pula dipandang perlu mencantumkan frekuensi relatif atau frekuensi dalam persen dari masing-masing nilai variabel, sebagai contoh dari tabel 2.4. bila dilengkapi dengan frekuensi relatifnya menjadi tabel 2.5. Tabel 2.5. : Hasil Tes Kecemasan 50 Siswa. Interval X f f% 42 46 44 3 6 37 41 39 7 14 32 36 34 6 12 27 31 39 8 16 22 26 24 12 24 17 21 19 9 18 12 16 14 5 10 Jumlah 50 100

Cara mengisi kolom f% adalah dengan rumus :

19

f%=

f x100 N

Ket. : f = Frekuensi absolute N = Cacah kasus = Jumlah dari kolom f.

Jadi f% dari interval terendah = 10. Itu berasal dari

5 x100 50

2.

Frekuensi Komulatif
Untuk memperoleh pemahaman yang lebih, sering kali diperlukan distribusi frekuensi komulatif. Ada dua macam distribusi frekuensi komulatif, yaitu distribusi frekuensi komulatif meningkat (dari bawah) dan distribusi frekuensi komulatif menurun (dari atas). Untuk mendapatkan frekuensi komulatif meningkat (dari bawah) adalah dengan cara menjumlahkan frekuensi absolute secara berturut-turut dari bawah keatas, sedangkan untuk frekuensi komulatif menurun diperoleh dengan cara sebaliknya, yaitu menjumlahkan kolom frekuensi absolut dari atas secara berturut-turut. Perhatikan tabel 2.6. dan 2.7. dibawah ini: Tabel 2.6. : Hasil Tes Kecemasan 50 Siswa. Interval Frekuensi Frekuensi kumulatif dari bawah 42 46 3 50 37 41 7 47 32 36 6 40 27 31 8 34 22 26 12 26 17 21 9 14 12 16 5 5 Jumlah 50 -

Tabel 2.7. Hasil Tes Kecemasan 50 Siswa. Interval Frekuensi Frekuensi kumulatif dari atas 42 46 3 3 37 41 7 10 32 36 6 16 27 31 8 24

20

22 26 17 21 12 16 Jumlah

12 9 5 50

36 45 50 -

Disamping sangat berguna untuk keperluan penghitungan statistika lebih lanjut, distribusi frekuensi komulatif ini juga sangat membantu kita memperoleh gambaran kasar sementara tentang beberapa individu yang mendapat sekor X ke bawah ataupun ke atas. Dari tabel 2.6. kita dapat mengetahui bahwa yang mendapat sekor 21 ke bawah ada 14 siswa, yang mendapat 31 ke bawah ada 34 siswa, dan yang mendapat 46 ke bawah ada 50 siswa atau semuanya. Dari tabel 2.7. kita dapat mengetahui bahwa yang mendapat sekor 37 keatas ada 10 siswa, dan yang dapat sekor 22 keatas ada 36 siswa. Distrubusi frekuensi komulatif ini dapat juga dinyatakan dalam persen (frekuensi relatif). Tabel 2.8. : Hasil Tes Kecemasan 50 Siswa. Frekuensi Frekuensi Interval frekuensi komulatif komulatif relatif 42 46 3 50 100 37 41 7 47 94 32 36 6 40 80 27 31 8 34 68 22 26 12 26 52 17 21 9 14 28 12 16 5 5 10 Jumlah 50 -

5 x100 = 10 50

G. Perlatihan 2.2
Lengkapilah tabel-tabel dibawah ini dengan bilangan yang sesuai 1. Tabel 2.8.1. Interval 42 46 37 41 32 36 27 31 22 26 17 21 12 16 X f 3 7 6 9 11 9 5 50 f%

21

2. Tabel 2.8.2. Interval 21 23 18 20 15 17 12 14 9 11 68 X f 2 10 15 30 20 3 80 fk menaik fk%

H. Grafik Histogram
Grafik merupakan cara penyajian data yang seringkali digunakan. Dibandingkan dengan tabel, secara visual grafik jauh lebih menarik dan lebih mudah dipahami, walaupun tidak secara detail. Ada banyak macam grafik, tetapi dalam uraian ini hanya akan dibicarakan tiga macam grafik, yang cukup penting, yaitu : Histogram, Poligon, dan Ogive. Histogram atau bar diagram adalah grafik yang berupa kumpulan persegi panjang yang berdiri pada alas sumbu absis, lebar yang proporsional. Fungsi persegi panjang menunjukkan frekuensi dari kelas yang bersangkutan. Langkah-langkah membuat histogram. a. membuat tabel persiapan. b. Membuat sumbu absis dan ordinat dengan perbandingan 3 : 2 atau 10 : 7. c. Membuat skala pada absis dan ordinat. Perskalaan pada sumbu absis tidak harus sama dengan perskalaan pada sumbu ordinat. d. Meletakkan titik batas nyata yang ada pada sumbu absis. e. Mendirikan segi empat-segi empat pada sumbu absis. Fungsi dari segi empat-segi empat tersebut sesuai dengan frekuensi masing-masing kelasnya. f. Memberi nama histogram di bawah histogram tersebut simetris kiri-kanan. Misalkan kita akan membuat histogram dari data hasil tes statistika 80 mahasiswa di bawah ini :

22

68 73 61 66 96 79 65 86

84 79 65 78 78 62 80 67

75 88 75 82 89 67 73 73

82 73 87 75 61 97 57 81

68 60 74 94 75 78 88 72

90 93 62 77 95 85 78 63

62 71 95 69 60 76 62 76

88 59 78 74 79 65 76 75

76 85 63 68 83 71 53 85

93 75 72 60 71 75 74 77

Langkah pertama kita harus menyajikan data tersebut dalam bentuk tabel (sebagai tabel persiapan) seperti tabel 2.9.. Tabel 2.9 : Hasil Tes Statistika 80 Mahasiswa Batas Interval X f Nyata

99,5 92,5 85,5 78,5 71,5 64,5 57,5 50,5


93 99 86 92 79 85 72 78 65 71 58 64 51 57 Jumlah 96 89 82 75 68 61 54 7 7 12 27 13 12 2 80
-

Langkah selanjutnya adalah membuat sumbu absis dan sumbu ordinat, diteruskan dengan penskalaan seperti di pada yang atas grafik kedua sumbu tersebut, dan seterusnya telah sampai ini. disebutkan terbentuk

histogram seperti di bawah

23

30 25 20 15 10 5 0

50,5 57,5 64,5 71,5 78,5 85,5 92,5 99,5


Grafik 2.1 : Histogram Hasil Tes statistika 80 mahasiswa

Pada grafik 2.1. tampak bahwa histogram dibangun di atas batas nyata. Walaupun sekarang dengan kecanggihan program-program computer ada kecenderungan menggunakan titik tengah, namun bagi mahasiswa dianjurkan untuk menggunakan batas nyata walaupun bukan keharusan. Jika dari tabel 2.1 kita buat histogram dengan menggunakan titik tengah nilai variabel, maka akan seperti grafik 2.2.

30 25 20 15 10 5 0 54 61 68 75 82 89 96
Grafik 2.2 : Histogram Hasil Tes statistika 80 mahasiswa

Dengan memperhatikan grafik 2.1. dan 2.2., tampaklah bahwa tidak ada perbedaan prinsipil antara histogram yang dibuat dengan menggunakan batas nyata, dan histogram yang dibuat dengan titik tengah nilai variabel. Demikian juga dalam hal pembuatannya. Histogram dapat dibuat dari distribusi bergolong ataupun distribusi tunggal. Di samping itu histogram juga dapat dibuat dalam berbagai model atapun variasi.

24

Tabel 2.10 : Jumlah Murid di Daerah X menurut Jenjang Sekolah dan Jenis Kelamin JENJANG JUMLAH MURID JUMLAH SEKOLAH LAKI-LAKI PEREMPUAN SMA 275 525 800 SMK 215 285 500 SMP 500 1000 1500 SD 875 1025 1900 TK 515 885 1400 Dari tabel 2.10 tersebut dapat dibuat berbagai macam histogram. Jika hanya diperhatikan jumlah murid, tanpa memperhatikan rincian jenis kelamin, grafiknya merupakan histogram tunggal, seperti grafik 2.3, 2.4, dan 2.5.

2000 1900

1500 1400

1500

1000 800 500 500

0 TK SD SMP SMK SMA Grafik 2.3 : Jumlah Murid di Daerah X Menurut Jenjang Sekolah

TINGKAT SEKOLAH SMA

500

JUMLAH MURID 1000 1500 800

2000

25

SMK SMP SD TK

500 1500 1900 1400

Grafik 2.4 : Jumlah Murid di Daerah X Menurut Jenjang Sekolah

20 00 15 00 10 00 500 0
Grafik 2.5 : Jumlah Murid di Daerah X Menurut Jenjang Sekolah

S MA S MK S MP S D TK

Jika jenis kelamin siswa juga diperhatikan maka grafiknya seperti grafik 3.6, 3.7, 3.8, dan 3.9

1025 1000 1000 P 885 L 875

750

26

500

L 515

L 500 P 285 L 275

P 525

250

L 215

0 TK SD SMP SMK SMA


Grafik 2.6 : Jumlah Murid di Daerah X Menurut Jenis Kelamin dan Jenjang Sekolah

2000

P 1900

1500 P 1400 1000 L 875

1500

P 800 P

500

515

500 L

500 L 215 SMA 275

0 TK SD SMP SMK
Grafik 2.7 : Jumlah Murid di Daerah X Menurut Jenis Kelamin dan Jenjang Sekolah

LAKI-LAKI SMA

PEREMPUAN

SMK

27

SMP

SD

TK

1000

500

500

1000

Grafik 2.8 : Jumlah Murid di Daerah X Menurut Jenis Kelamin dan Jenjang Sekolah

1200 1000 800 600 400 200 0 TK S D S MP S MK S MA


LAK I-LAK I PE E R MPUAN

Grafik 2.9 : Jumlah Murid di Daerah X Menurut Jenis Kelamin dan Jenjang Sekolah

Sekarang dengan kecanggihan teknologi komputer dapat dibuat dengan mudah berbagai macam variasi histogram yang menarik.

I. Poligon
Kalau histogram lazimnya dibuat dengan menggunakan batas nyata, sedang poligon dibuat dengan menggunakan titik tengah. Tetapi fungsi

28

keduanya sama yaitu penyajian data dengan tampilan visual yang lebih menarik dan secara kasar mudah dipahami, walaupun kurang detail. Poligon atau poligon frekuensi dibuat dengan menghubung-hubungkan titik tengah tiap interval kelas secara berturut-turut. Langkah-langkah pembuatan poligon ini sama dengan langkah-langkah pembuatan histogram. Perbedaannya, histogram berupa segi empat-segi empat, sedang poligon berupa titik-titik yang dihubungkan dengan garis. Letak titik-titik tersebut bersesuaian dengan tinggi frekuensi masing-masing nilai variable. Perhatikan grafik 2.10 dan 2.11 yang dibuat berdasarkan tabel 2.10.

Tabel 2.10 : Hasil Tes Statistika 80 Mahasiswa Interval X f 93 99 96 7 86 92 89 7 79 85 82 12 72 78 75 27 65 71 68 13 58 64 61 12 51 57 54 2 Jumlah 80


30 25 20 15 10 5 0 51-57 58-64 65-71 72-78 79-85 86-92 93-99

Grafik 2.10 : Poligon Hasil Tes Statistik 80 Mahasiswa

29

3 0 25 20 1 5 10 5 0 51 -57 5 4 8-6 65 -71 72 -78 79 5 -8

8 2 6-9

9 9 3-9

Grafik 2.11 : Poligon Hasil Tes Statistik 80 Mahasiswa

Perhatikan juga grafik 2.12, 2.13, dan 2.14 yang dibuat berdasarkan tabel 2.10
1200 1000 800 600 400 200 0 TK S D S MP S MK S MA
PEREMPUAN

LAKI-LAKI

Grafik 2.12 : Jumlah Murid di Daerah X Menurut Jenis Kelamin dan Jenjang Sekolah

2000 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 T K S D S MP S MK S MA

PEREMPUAN

LAKI-LAKI

Grafik 2.13 : Jumlah Murid di Daerah X Menurut Jenis Kelamin dan Jenjang Sekolah

30

2000 1500 1000 500 0 T K S D S MP S MK S MA

Grafik 2.14 : Jumlah Murid di Daerah X Menurut Jenjang Sekolah

Catatan : Beberapa poligon dapat dibuat dan ditempatkan bersama-sama, bahkan poligon dapat juga digabung dengan histogram.

J. Berbagai Macam Grafik yang lain


Di samping histogram dan poligon, masih terdapat berbagai macam bentuk grafik yang lain. Perhatikan beberapa contoh di bawah ini.

1200 1000 800 600 400 200 0 TK S S D MP S MK S MA


Grafik 2.15

L I-L I AK AK PE E R MPUAN

LAK AK I-L I

31

T K S D S MP S MK S MA

Grafik 2.16

T K S D S MP S MK S MA

Grafik 2.17

K. Ogive
Ogive tidak lain adalah poligon yang dibuat berdasarkan frekuensi komulatif. Sebagai contoh, dari tabel 2.11 jika dibuat ogivenya, akan seperti grafik 2.18. dibawah ini. Tabel 2.11 : Hasil Tes Statistika 80 Mahasiswa Frekuensi Komulatif Batas Interval f Nyata Menaik Menurun 93 99 86 92 79 85 72 78 65 71 58 64 51 - 57 7 7 12 27 13 12 2 99,5 92,5 85,5 78,5 71,5 64,5 57,5 80 73 66 54 27 14 2 7 14 26 53 66 78 80

32

80

50,5 -

90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 50,5 57,5 64,5 71,5 78,5 85,5 92,5 99,5


Grafik 2.18 : Ogive Hasil Tes Statistika 80 Mahasiswa

Lebih dari k urang dari

L. Perlatihan 2.3
1. Dari suatu pengukuran diperoleh data sebagai berikut : X f 10 4 9 10 8 20 7 22 6 15 5 10 4 4

Buatlah poligon dan histogram dari data tersebut 2. Berikut ini adalah data kinerja dari 60 karyawan bagian pemasaran PT X

15 60 37 16 22 19

12 62 42 45 32 34

20 37 38 55 56 40

25 27 52 66 44 47

29 70 58 49 64 57

30 25 63 31 40 65

40 29 65 35 48 64

50 57 18 43 38 46

55 65 26 53 33 51

45 40 69 61 26 59

Sajikan data tersebut dengan : a. Tabel distribusi frekuensi

33

b. Histogram c. Buat Ogive

34

You might also like