You are on page 1of 35

BAB VII DEMOKRASI INDONESIA

A. Pendahuluan Bahan pembelajaran dalam kurikulum Pendidikan Tinggi Umum tahun 2005 yang mengacu pada prinsip-prinsip pengembangan kurikulum berbasis kompetensi. Sesuai dengan fungsin PKn untuk mengajak mahasiswa dalam memudahkan menguasai materi pembelajaran, sehingga dapat tercipta suasana KBM yang menarik, dinamis, mahasiswa mampu belajar mandiri yang akhirnya memahami dan menguasai pembelajaran secara tuntas (Mastery Learning). kompetensi Pembelajaran Hasil belajar yang akan dicapai setelah menguasi Bab V adalah Mahasiswa dapat mengerti, memahami tentang demokrasi dan pendidikan demokrasi serta dapat mengembangkan sikap demokratis dalam kehidupannya sehari-hari, kelak setelah menamatkan pendidikannya dari perguruan tinggi umum dapat memiliki keterampilan yang dilandasi oleh jiwa sportif dan demokratis

B. Konsep demokrasi dan Prinsip Demokrasi 1. Arti dan Makna Demokrasi Demokrasi berasal dari kata Yunani demos dan kratos. Demos artinya rakyat, kratos berarti pemerintahan. Jadi, demokrasi, artinya pemerintahan rakyat, yaitu Di dalam The Advancced Learners Dictionary of Current English (Hornby, dkk : 261) dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan democracy adalah : (1) country with principles of government in which all adult citizens share through their ellected representatatives; (2) country with government which encourages and allows rights of citizenship such as freedom of speech, religion, opinion, and association, the assertion of rule of law, majority rule, accompanied by respect for the rights of minorities. (3) society in which there is treatment of each other by citizens as equals. 161 pemerintahan yang rakyatnya memegang peranan yang sangat menentukan.

Dari kutipan pengertian tersebut tampak bahwa kata demokrasi merujuk kepada konsep kehidupan negara atau masyarakat dimana warga negara dewasa turut berpartisipasi dalam pemerintahan melalui wakilnya yang dipilih; pemerintahannya mendorong dan menjamin kemerdekaan berbicara, beragama, berpendapat, berserikat, menegakkan rule of law, adanya pemerintahan mayoritas yang menghormati hak-hak kelompok minoritas; dan masyarakat yang warganegaranya saling memberi peluang yang sama. Istilah demokrasi, pertama kali dipakai di Yunani kuno, khususnya di kota Athena, untuk menunjukkan sistem pemerintahan yang berlaku disana. Kota-kota di daerah Yunani pada waktu itu kecil-kecil. Penduduknya tidak begitu banyak sehingga mudah dikumpulkan oleh pemerintah dalam suatu rapat untuk bermusyawarah. Dalam rapat itu diambil keputusan bersama mengenai garis-garis besar kebijaksanaan pemerintah yang akan dilaksanakan dan segala permasalahan mengenai kemasyarakatan. Karena rakyat itu serta secara langsung, pemerintah itu disebut pemerintahan demokrasi langsung. Pemerintahan demokrasi langsung di Indonesia dapat kita lihat di dalam pemerintahan desa. Kepala desa atau lurah dipilih langsung oleh rakyat desa itu sendiri. Pemilihan kepala desa itu dilakukan secara sederhana sekali. Para calon menggunakan tanda gambar hasil pertanian, seperti padi atau pisang. Rakyat memberikan suara kepada calon masing-masing, yang dipilih dengan memasukkan lidi ke dalam tabung bambu milik calon yang dipilihnya. Calon yang memiliki lidi terbanyaklah yang terpilih menjadi kepala desa. Di samping memilih kepala desa, pada hari-hari tertentu warga desa dikumpulkan oleh kepala desa di balai desa untuk membicarakan masalah yang menyangkut kepentingan bersama. Peristiwa semacam ini dikenal dengan nama musyawarah desa. Dalam perjalanan sejarah, kota-kota terus berkembang dan penduduknya pun tersu bertambah sehingga demokrasi langsung tidak lagi diterapkan karena : a. b. c. Tempat yang dapat menampung seluruh warga kota yang jumlahnya besar tidak mungkin disediakan. Musyawarah yang baik dengan jumlah peserta yang besar tidak mungkin dilaksanakan. Hasil persetujuan secara bulat atau mufakat tidak mungkin tercapai karena sulitnya memungut suara dari semua peserta yang hadir. 162

Bagi negara-negara besar yang penduduknya berjuta-juta, yang tempat tinggalnya bertebaran di beberapa daerah atau kepulauan, penerapan demokrasi langsung juga mengalami kesukaran. untuk memudahkan pelaksanaannya setiap penduduk dalam jumlah tertentu memilih wakilnya untuk duduk dalam suatu badan perwakilan. Wakilwakil rakyat yang duduk dalam badan perwakilan inilah yang kemudian menjalankan demokrasi. Rakyat tetap merupakan pemegang kekuasaan tertinggi. Hal ini disebut demokrasi tidak langsung atau demokrasi perwakilan. Bagi negara-negara modern, demokrasi tidak langsung dilaksanakan karena halhal berikut. a. b. c. Penduduk yang selalu bertambah sehingga suatu musyawarah pada suatu tempat tidak mungkin dilakukan. Masalah yang dihadapi oleh suatu pemerintah makin rumit dan tidak sederhana lagi seperti yang dihadapi oleh pemerintah desa yang tradisional. Setiap warga negara mempunyai kesibukan sendiri-sendiri di dalam mendosens kehidupannya sehingga masalah pemerintahan cukup diserahkan kepada orang yang berminat dan mempunyai keahlian di bidang pemerintahan negara. Istilah demokrasi yang berarti pemerintah rakyat itu, sesudah zaman Yunani Kuno, tidak disebut lagi. Baru setelah meletusnya Revolusi Amerika dan Revolusi Perancis, istilah demokrasi muncul kembali sebagai lawan sistem pemerintahan yang absolut (monarki mutlak), yang menguasai pemerintahan di dunia Barat sebelumnya. Di dalam kenyataannya, demokrasi dalam arti sistem pemerintahan yang baru ini mempunyai arti yang luas sebagai berikut. a. Mula-mula demokrasi berarti politik yang mencakup pengertian tentang pengakuan hak-hak asasi manusia, seperti hak kemerdekaan pers, hak berapat, serta hak memilih dan dipilih untuk bedan-badan perwakilan. b. Kemudian, digunakan istilah demokrasi dalam arti luas, yang selain meliputi sistem politik, juga mencakup sistem ekonomi dan sistem sosial. Dengan demikian, demokrasi dalam arti luas, selain mencakup pengertian demokrasi pemerintahan, juga meliputi demokrasi ekonomi dan sosial. Namun pengertian 163

demokrasi yang paling banyak dibahas dari dahulu sampai sekarang ialah demokrasi pemerintahan. Landasan pokok atau gagasan dasar suatu pemerintah demokrasi ialah pengakuan hakikat manusia, yaitu bahwa pada dasarnya manusia itu mempunyai kemampuan yang sama dalam hubungannya antara yang satu dan yang lain. Berdasarkan gagasan dasar itu, dapat ditarik dua buah asas pokok sebagai berikut. a. Pengakuan partisipasi di dalam pemerintahan. misalnya, pemilihan wakil-wakil rakyat untuk lembaga perwakilan rakyat secara bebas dan rahasia. b. Pengakuan hakikat dan martabat manusia. Misalnya, tindakan Pemerintah untuk melindungi hak-hak asasi manusia demi kepentingan bersama. Sebagai suatu sistem sosial kenegaraan, USIS (1995:6) mengintisarikan demokrasi sebagai sistem yang memiliki 11 (sebelas) pilar atau soko guru, yakni Kedaulatan Rakyat, Pemerintah berdasarkan persetujuan dari yang diperintah, Kekuasaan mayoritas, Hak-hak minoritas, Jaminan Hak Asasi Manusia, Pemilihan yang bebas dan jujur, Persamaan di depan hukum, Proses hukum yang wajar, Pembatasan pemerintahan secara konstitusional , Pluralisme Sosial, Ekonomi dan politik, dan Nilai-nilai toleransi, Pragmatisme, Kerjasama dan mufakat.

2. Jenis-jenis Demokrasi
Pada kegiatan belajar 2 Anda akan diperkenalkan lebih jauh tentang jenis-jenis demokrasi, sehingga Anda akan lebih jelas dimana kedudukan demokrasi langsung/tidak langsung, demokrasi Pancasila, dan seterusnya. a. Demokrasi berdasarkan cara menyampaikan pendapat terbagi kedalam : 1) Demokrasi langsung, dalam demokrasi langsung rakyat diikutsertakan dalam proses pengambilan keputusan untuk menjalankan kebijakan pemerintahan. 2) Demokrasi tidak langsung atau demokrasi perwakilan. Dalam demokrasi ini dijalankan oleh rakyat melalui wakil rakyat yang dipilihnya melalui Pemilu. Rakyat memilih wakilnya untuk membuat keputusan politik

164

Aspirasi rakyat disalurkan melalui wakil-wakil rakyat yang duduk di lembaga perwakilan rakyat. 3) Demokrasi perwakilan dengan sistem pengawasan langsung dari rakyat . Demokrasi ini merupakan campuran anatara demokrasi langsung dengan demokrasi perwakilan. Rakyat memilih wakilnya untuk duduk didalam lembaga perwakilan rakyat, tetapi wakil rakyat dalam menjalankan tugasnya diawasi rakyat melalui referendum dan inisiatif rakyat. Demokrasi ini antara lain dijalankan di Swiss. Tahukah Anda apa yang dimaksud dengan referendum? Yah, Referendum adalah pemungutan suara untuk mengetahui kehendak rakyat secara langsung. Referendum dibagi menjadi tiga macam : (a) referendum wajib Referendum ini dilakukan ketika ada perubahan atau pembentukan norma penting dan mendasar dalam UUD (Konstitusi) atau UU yang sangat politis. UUD atau UU tersebut yang telah dibuat oleh lembaga perwakilan rakyat dapat dilaksanakan setelah mendapat persetujuan rakyat melalui pemungutan suara terbanyak. Jadi referendum ini dilaksanakan untuk meminta persetujuan rakyat terhadap hal yang dianggap sangan penting atau mendasar. (b) referendum tidak wajib Referendum ini dilaksanakan jika dalam waktu tertentu setelah rancangan undang-undang diumumkan, sejumlah rakyat mengusulkan diadakan referendum. Jika dalam waktu tertentu tidak ada permintaan dari rakyat, Rancangan Undang-undang itu dapat menjadi undang-undang yang bersifat tetap. (c) Referendum konsultatif Referendum ini hanya sebatas meminta persetujuan saja, karena rakyat tidak mengerti permasalahannya, pemerintah meminta pertimbangan pada ahli bidang tertentu yang berkaitan dengan permasalahan tersebut. b. Demokrasi berdasarkan titik perhatian atau prioritasnya terdiri dari : 1) Demokrasi formal 165

Demokrasi ini secara hukum menempatkan semua orang dalam kedudukan yang sama dalam bidang politik, tanpa mengurangi kesenjangan ekonomi. Individu diberi kebebasan yang luas, sehingga demokrasi ini disebut juga demokrasi liberal. 2) Demokrasi Material Demokrasi material memandang manusia mempunyai kesamaan dalam bidang sosial-ekonomi, sehingga persamaan bidang politik tidak menjadi prioritas. Demokrasi semacam ini dikembangkan di negara sosialiskomunis. 3) Demokrasi Campuran Demokrasi ini meruapakan campuran dari kedua demokrasi tersebut di atas. Demokrasi ini berupaya menciptakan kesejahteraan seluruh rakyat dengan menempatkan persamaan derajat dan hak setiap orang. c. Berdasarkan Prinsip Idiologi, demokrasi dibagi dalam : 1) Demokrasi liberal Demokrasi ini memberikan kebebasan yang luas pada individu. Campur tangan pemerintah diminimalkan bahkan ditolak. Tindakan sewenangwenang pemerintah terhadap warganya dihindari. Pemerintah bertindak atas dasar konstitusi (hukum dasar) 2) Demokrasi rakyat atau demokrasi proletar Demokrasi ini bertujuan menyejahterakan rakyat. Negara yang dibentuk tidak mengenal perebedaan kelas. persamaan dalam hukum, politik. d. Berdasarkan wewenang dan hubungan antar alat kelengkapan negara 1) Demokrasi sistem parlementer Ciri-ciri pemerintahan parlementer, antara lain ; (a) (b) (c) (d) DPR lebih kuat dari pemerintah. Meneteri bertanggung jawab pada DPR Program kebijaksanaan kabinet dosesuaikan dengan tujuan politik anggota parlemen. Kedudukan kepala negara sebagai simbolm Tidak dapat diganggu gugat. 166 Semua warga negara mempunyai

Dapatkah Anda mencari contoh negara mana yang menganuk demokrasi parlementer ? 2) Demokrasi sistem pemisahan / pembagian kekuasaan (presidensial) Ciri-ciri pemerintahan yang menggunakan sistem presidensial adalah sebagai berikut : (a) (b) (c) (d) (e) Negara dikepalai presiden Kekuasaan eksekutif presiden diajlankan berdasarkan kedaulatan yang dipilih dari dan oleh rakyat melalui badan perwakilan. Presiden mempunyai kekuasaan mengangkat dan memberhentikan menteri. Menteri tidak bertanggung jawab kepada DPR melainkan kepada presiden. Presiden dan DPR mempunyai kedudukan yang sama sebagai lembaga negara, dan tidak dapat saling membubarkan. Dari uraian diatas dapat kita simpulan: 1) Demokrasi berdasarkan cara menyampaikan pendapat terbagi kedalam : (a) Demokrasi langsung (b) Demokrasi tidak langsung atau demokrasi perwakilan (c) Demokrasi perwakilan dengan sistem pengawasan langsung dari rakyat
2) Demokrasi berdasarkan titik perhatian atau prioritasnya terdiri dari :

3) 4)

(a) Demokrasi formal (b) Demokrasi Material . (c) Demokrasi Campuran Berdasarkan Prinsip Idiologi, demokrasi dibagi dalam : (a) demokrasi liberal (b) demokrasi rakyat atau demokrasi proletar Berdasarkan wewenang dan hubungan antar alat kelengkapan negara (a) demokrasi sistem parlementer (b) demokrasi sistem pemisahan / pembagian kekuasaan (presidensial)

3.

Nilai-nilai Demokrasi
Sebenarnya, pengertian pokok demokrasi ialah adanya jaminan hak-hak asasi

manusia dan partisipasi rakyat. Akan tetapi, dalam pertumbuhannya, pengertian pokok itu telah mengalami banyak perubahan, terutama karena faktor politik, ekonomi, sosial, dan 167

kebudayaan. Suatu negara dapat memberikan isi dan sifat kepada demokrasi yang berbeda dari isi dan sifat demokrasi di negara lain. Dengan demikian, bentuk demokrasi negara yang satu akan berbeda dengan bentuk demokrasi negara yang lain dan bentuk demokrasi itu pada suatu masa akan berbeda dari bentuk demokrasi pada satu masa yang lain. Misalnya, bentuk demokrasi pada masa sekarang berbeda dari bentuk demokrasi pada masa UUD RIS tahun 1949 dan masa UUD Sementara tahun 1950. Yang paling utama dalam menentukan berlakunya sistem demokrasi di suatu negara ialah ada atau tidaknya asas-asas demokrasi pada sistem itu, yaitu : a. Pengakuan hak-hak asasi manusia sebagai penghargaan terhadap martabat manusia dengan tidak melupakan kepentingan umum. b. Adanya partisipasi dan dukungan rakyat kepada pemerintah. Jika dukungan rakyat tidak ada, sulitlah dikatakan bahwa pemerintah itu adalah suatu pemerintahan demokrasi. Di dunia barat, demokrasi berkembang di dalam suatu sistem masyarakat yang liberal (bebas, merdeka). Oleh karena itu, lahirlah suatu bentuk demokrasi yang dinamakan demokrasi liberal, yang menjunjung hak-hak asasi manusia setinggi-tingginya, bahkan kadang-kadang di atas kepentingan umum. Sebagai akibat demokrasi liberal ini, lahirlah sistem-sistem pemerintahan yang liberal. Di dalam sistem pemerintahan ini, peranan dan campur tangan pemerintah tidak terlalu banyak di dalam kehidupan masyarakat. karena sistem ini sesuai dengan aspirasi rakyat di dunia Barat, sistem pemerintahan yang liberal ini mendapat dukungan penuh dari rakyat. Atas dasar itu, berikut akan kita bahas bahwa demokrasi didasari oleh beberapa nilai (value). Henry B. Mayo telah mencoba untuk memerinci nilai-nilai ini, dengan catatan tentu saja tidak berarti bahwa setiap masyarakat demokratis semua nilai-nilai ini, melainkan tergantung kepada perkembangan sejarah, aspirasi dan budaya politik masingmasing. Berikut adalah nilai-nilai yang diuatarakan Henry B Mayo : a. b. Menyelesaikana perselisihan dengan damai dan secara melembaga Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dan dalam suatu

masyarakat yang sedang berubah. c. Menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur d. Membatasi pemakaian kekekarasan sampai minimum 168

e. Mengakui dan menganggap wajar adanya keanekaragaman f. Menjamin tegaknya keadilan Dengan demikian, bahwa untuk melaksanakan nilai-nilai demokrasi perlu diselenggarakan beberapa lembaga sebagai berikut : a. b. Pemerintahan yang bertanggung jawab Suatu dewan perwakilan rakyat yanag mewakili golongan-golongan dan kepentingan-kepentingan dalam masyarakat yang dipilih melalui pemilihan umum secara bebas dan rahasia. Dewan ini harus mempunyai fungsi pengawasan terhadap pemerintah tentu saja pengawasan yang konstruktif (kritik membangun) dan sesuai normatif (aturan yanag berlaku) c. Suatu organisasi politik yang mencakup satu atau lebih partai politik. Parpol ini menjalin hubungan yang rutin dan berkesinambungan antara rakyat dengan pemerintah. d. e. Pers dan media massa yang bebas untuk menyatak pendapat. Sistem Peradilan yang bebas untuk menjamin hak-hak azasi dan mempertahankan keadilan. Coba Anda jelaskan bagaimana pelaksanaan nilai-nilai demokrasi di Indonesia ? Coba simak uraian berikut !

Keunggulan Demokrasi
Sebagaimana telah diuraikan ciri-ciri demokrasi antara lain : a. Keputusan diambil berdasarkan suara rakyat atau kehendak rakyat. b. Kebebasan individu dibatasi oleh kepentingan bersama, kepentingan bersama lebih penting daripada kepentingan individu tau golongan. c. kekuasaan merupakan amanat rakyat, segala sesuatu yang dijalankan pemerintah adalah untuk kepentingan rakyat. d. Kedaulatan ada ditangan rakyat, lembaga perwakilan rakyat mempunyai kedudukan penting dalam sistem kekuasaan negara.

169

Setelah Anda menyimak ciri dari demokrasi dan nilai-nilai demokrasi sebagaimana telah diuraikan, coba bandingkan dengan bentuk pemerintahan berikut: Oligarki adalah sistem pemerintahan yang dijalanjan oleh segelintir orang untuk kepentingan orang banyak. Partisipasi rakyat dalam pemerntahan dibatasi atau bahkan ditiadakan dengan dihapusnya lembaga perwakilan rakyat dan keputusannnya tertinggi ada pada tangan segelintir orang tersebut, Anarki adalah pemerintahan yang kekuasaannya tidak jelas, tidak ada peraturan yang benar-benar dapat dipatuhi. Setiap individu bebas menentukan kehendaknya sendirisendiri tanpa aturan yang jelas. Mobokrasi adalah pemerintahan yang dikuasai oleh kelompok orang untuk kepentingan kelompok yang berkuasa, bukan untuk kepentingan rakyat. Biasanya mobokrasi dipimpin oleh sekelompok orang yang mempunyai motivasi yang sama. Diktator ialah kekuasaan yang terpusat pada seseorang yang berkuasa mutlak (otoriter)

Pelaksanaan demokrasi Di Indonesia Beberapa criteria yang harus dimiliki dalam suatu negara yang benar-benar meenggunakan demokrasi sebagai system pemerintahannya, yaitu: 1. Partisipasi rakyat , 2. persamaan di depan hukum, 3. distribusi pendapatan secara adil.. 4. kesempatan pendidikan yang sama. 5. ketersediaan dan keterbukaan informasi. 6. mengindahkan tata krama politik. 7. dan lain-lain. Sejak awal Indonesia menyatakan dirinya demokrasi yang dapat terlihat dalam konstitusi negara, namun dalam perjalanan kenegaraan kita melihat perkembangan demokrasi sebagai berikut:

170

a. Demokrasi Masa Orde Lama ( 1959-1965)


Demokrasi parlementer menonjolkan peranan parlemen serta partai politik. Demokrasi ini berlangsung di dalam negara menggunakan UUD 1945, UUD RIS 1949 dan UUD Sementara 1950, pelaksanaan demokrasi ditandai dengan pemerintahan yang kurang stabil. Demokrasi terpimpin yang menggantikan demokrasi parlementer di dalam banyak aspek menyimpang dari demokrasi konstitusional dan lebih menonjolkan aspek demokrasi rakyat serta dominasi Presiden. Ketatapan MPRS No. III/1963 yang mengangkat Presiden Soekarno seumur hidup semakin memberi peluang melakukan penyimpangan dan penumpukan kekuasaan di tangannya, namun sekaligus menjadi inceran kesempatan pihak komunis mempengaruhi kekuasaan Presiden. Pemilu tahun 1955 dalam kenyataannya tidak dapat memenuhi harapan masyarakat, bahkan kurangnya kestabilan dalam bidang politik, ekonomi, sosial maupun Hankam. Keadaan ini disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: 1) Indonesia 2) Akibat silih bergantinya kabinet, maka Pemerintah tidak mampu menyalurkan dinamika masyarakat ke arah pembangunan terutama pembangunan bidang ekonomi. 3) 4) Sistim liberal berdasarkan UUS 1950 mengakibatkan jatuh bangun Pemilu 1955 ternyata mencerminkan dalam DPR perimbangan sehingga pemerintah tidak stabil. kekuasaan politik yang sebenarnya hidup dalam masyarakat, namun banyak golongan-golongan di daerah-daerah belum terwakili di DPR. 5) Konstituante yang bertugas membentuk UUD yang baru ternyata gagal Atas dasar hal tersebut diatas maka Presiden menyatakan bahwa mengakibatkan keadaan ketatanegaraan yang membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa serta keselamatan negara, maka Presiden mengeluarkan Dekrit pada tanggal 5 Juli 1959. Isi dekrit tersebut adalah sebsagai berikut: i. Membubarkan Konstituante Menetapkan berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlaku lagi UUD 1950. 171 Makin berkuasanya modal-modal raksasa terhadap perekonomian

ii.

ii.

Dibentuknya MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Dasar pemikiran supaya tidak terulang lagi peristiwa di masa lampau, maka pada waktu itu Presiden Sukarno sebagai Kepala Eksekutif menerapkan demokrasi Terpimpin. Demokrasi Terpimpin adalah suatu faham demokrasi yang tidak didasarkan atas faham liberalisme, sosialisme-nasional, fasisme dan komunisme, tetapi suatu faham demokrasi yang didasarkan kepada keinginan-keinginan luhur bangsa Indonesia, seperti yang tercantum dalam Pembukaan UU 1945 yang menuju kepada suatu tujuan masyarakat adil an makmur yang penuh dengan kebahagian material dan spritual sesuai dengan cita-cita Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Namun, pelaksanaan demokrasi Terpimpin itu dalam menyimak dari arti yang sebenarnya. Justru bertentangan dengan Pancasila, yang berlaku adalah keinginan dan ambisi politik pemimpin sendiri. Kebijaksanaan yang menyimpang dari UUD 1945 dalam bidang politik adalah: a) Pembubaran DPR hasil pemilu tahun 1955 melalui Penetapan Presiden No.4 tahun 1960 dengan dibentuk Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR) yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. b) Membentuk MPRS yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. c) Membentuk DPA dan MA dengan penetapan Presiden dan anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. d) Lembaga-lembaga negara, seperti yang disebutkan diatas dipimpin sendiri oleh Presiden. e) Mengangkat Presiden seumur hidup melalui Ketetapan MPRS No. II/MPRS/1963 tan Tap. MPR No.III/MPRS/1963. f) Melalui ketetapan MPRS No. I/MPRS/1963 Manifesto politik dari Presiden dijadikan GBHN. g) Hak budget DPR tidak berjalan karena pemerintah tidak mengajukan RUU APBN untuk mendapatkan persetujuan DPR sebelum berlakunya tahun anggaran yang bersangkutan. Karena DPR tidak menyetujui rancangan APBN yang diajukan Presiden, maka DPR dibubarkan tahun 1960. h) Menteri-menteri diperbolehkan menjabat sebagai Ketua MPRS, DPR-GR, DPA, MA. MPRS dan DPR-GR seharusnya menjadi lembaga perwakilan rakyat yang 172

tugasnya mengawasi jalannya pemerintahan, malah sebaliknya harus tunduk kepada kebijaksanaan Presiden. Ideologi Pancasila pada saat itu dirancang oleh PKI dengan menggantinya ideology Manipol Usdek serta konsep Nasakom. . PKI sedang berusaha untuk menancapkan kekuasaannya dengan membangun komunis internasional dengan RRC. Terbukti dibukanya hubungan poros Jakarta-Peking. Sebagai puncak peristiwa adalah meletuskan Gerakan 30 september 1965 (G30S/PKI), usahanya untuk mengganti ideologi Pancasila dengan ideoologi Marxis. Pada awalnya Sukarno sebagai Presiden mengkritik demokrasi yang dijalan dengan sistem parlementer adalah demokrasi ala Barat , karena nya tidak sesuai dengan budaya Indonesia, Oleh sebab itu demokrasi Indonesia harus bersumber dari rakyat Indonesia sendiri dengan menyebut gotong royong. Muhammat Hatta menyatakan demokrasi asli yang ada dalam budaya Indonesia, hanya terbatas dengan lingkup masyarakat desa, namun kegiatan seluas negara Indonesia ini tidak cukup nilai-nilai budaya demokrasi desa dengan istilah berembuk tau musyawarah. Tetapi harus dilengkapi dengan nilai-nilai demokrasi Barat yang liberal. Kenyataan dalam ketatanegaraan Indonesia Demokrasi Parlementer yang di sebut Bung Karno sebagai demokrasi Barat yang bersifat liberal itu jauh lebih demokrastis daripada demokrasi terpimpin yang dianggap asli dan sesuai dengan kperibadian Indonesia. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa konsep demokrasi justru bernilai dan cita-cita masyarakat beradab karena ia bersifat universal, tidak dibatasi oleh nilai-nilai yang bersifat lokal, yaitu nilai Barat atau nilai asli suatu bangsa.

b. Demokrasi Pancasila Orde Baru (1965-1998)


Berakhirnya pemerintahan Sukarno dalam Orde lama, dimulailah pemerintahan baru yang dikenal dengan Orde Baru, yaitu suatu tatanan kehidupan masyarakat dan pemerintahan yang menuntut dilaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni daan konsekwen . Orde Baru mengambil tugas utamanya penciptaan ketertiban politik dan kemantapan ekonomi. Oleh sebab itu Orde Baru segera mengambil jarak dengan kelompok-kelompok yang kuat orientasi ideologisnya.. Suharto segera menyusun birokrasi yang mendukung kebijaksanaannya. Diciptakan ABRI yang loyal dibawah 173

komandonya. Semua lembaga negara baik supra maupun infra struktur ditentukan kepemimpinan atas dasar loyalitas kepadanya. Orde Baru bertolak belakang dengan Orde Lama dalam hal kebijakan ekonomi. Akan tetapi dalam hal sistem dan kebijakan politik cenderung otoriter dan monopolistic sebagai pelanjut dari rejim Orde Lama. Konsentrasi kekuasaan di tangan pemerintah yang memungkinkan oposisi tidak dapat melakukan kontrol. Pemeintah menganut kebijakan ekonomi campuran sehingga ekonomi nasional meningkat rata-rata 7 persen dari tahun 1969 1980an, tetapi kemudian membuka praktek monopoli, korupsi dan kolusi yang berskala massif antara penguasa dengan pengusaha.. Penyimpangan serta skandal raksasa di bidang ekonomi, seperti kasus Bank Duta, Bapindo dll. Menurut Didik Rachbini pada tahun 1993 sekitar 1 persen penduduk memperoleh 80 persen pendapat nasional sedangkan 99 persen penduduk di tingkat bawah dan menengah menerima 20 persen (Mochtar Pabotinggi. 1995:28-29) Sidang umum MPR tahun 1973 menetapkan Tap. MPR No.IV/MPR/1973 tentang GBHN dalam BAB III menetapkan Pola Umum Pembangunan Jangka Panjang 25-30 tahun. Dalam konsiderannya disebutkan Pembangunan Berkesinambungan. Sidang Umum MPR tahun 1978 menetapkan Tap.MPR No.II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila (P-4). Pemerintah Orde Baru mendirikan lembaga BP-7 yang ditugasi mensosialisasikan P-4 kepada seluruh masyarakat dengan medota indotrinasi dengan sebutan metoda objektif praktis. Pada tahun 1980 melalui rekayasa lahirlah kebulatan tekad rakyat Indonesia yang mengangkat Presiden Suharto sebagai Bapak Pembangunan. Penyelenggaraan pembangunan sebagai ideologi menggunakan Trilogi Pembangunan sebagai nilai instrumentalnya. Tahun 1983 pemerintah mengajukan satu paket yang terdiri 5 Undang-undang Politik tentang: 1. Susunan dan Kedudukan anggota MPR/DPR 2. Pemilihan Umum 3. Kepartaian dan Golkar 4. Organisasi Masyarakat 5. Referendum

174

Kelima paket Undang-undang itu disetujui oleh DPR dengan tujuannya menjaga terpeliharanya kekuasan dan menjaga kelanjutan pembangunan. Perubahan kondisi yang mengglobal mempengaruhi sikap masyarakat dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang menimbulkan sifat individualistic sehingga terbentuk masyarakat marginal dan konglomerasi yang terpusat pada kelompok tertentu yang berdasarkan ekonomi kapitalis dengan dalih kebebasan. Pada kenyataannya Orde Baru telah jauh menyimpang dengan perjuangannya semula, yaitu: a) b) c) Orde Baru dibawah pimpinan Suharto secara ekslisit tidak mengakui 1 Juni sebagai lahirnya Pancasila. Butir-butir P-4 mendidik secara halus ketaatan individu kepada kekuasaan dan tidak ada butir yang mencantumkan kewajiban Negara terhadap rakyatnya. Pengamalan Pancasila dengan membentuk citra pembanguan sebagai ideologi, sehingga rekayasa mendukung Bapak Pembangunan melalui kebulatan tekad rakyat. Asas Tunggal Pancasila Dalam pidato kenegaraan di depan DPR-RI tanggal 16 Agustus 1982, Presiden Suharto mengemukakan gagasannya mengenai penerapan asas tunggal Pancasila atas partai-partai politik. Sesungguhnya gagasan ini bukan gagasan baru karena tahun 1966-67 sudah terdengar gagasan untuk mengasastunggalkan partai-partai politik. Namun, tampaknya keadaan belum memungkinkan. Tujuan menyeragamkan asas partai-partai politik adalah untuk mengurangi seminimal mungkin potensi konflik idiologis yang terkandung dalam partai-partai politik. Berbeda dengan gagasan Bung Karno dalam pidatonya tanggal 1 Juni 1945, bahwa Sukarno mengharapkan agar Pancasila dijadikan dasar filosofis negara Indonesia, tiap golongan hendaknya menerima anjuran filosofis ini dengan catatan bahwa tiap golongan berhak memperjuangkan aspirasinya masing-masing dalam mengisi kemerdekaan (Tim. LIP FISIP-UI. 1998. 39-40). Pola seperti ini masih terlihat dalam UU No.3/1975 tentang Partai Politik dan Golongan Karya, dengan tidak adanya keharusan mencantumkan Pancasila sebagai satu-satunya asas. Namun dengan adanya pidato Presiden Suharto tersebut ada dorongan dengan menjadikan Pancasila sebagai satu175

satunya asas. Hal ini berarti pencantuman asas lain yang sesuai dengan aspirasi, ciri khas dan karakteristik partai politik tidak diperkenalkan lagi. Akhirnya keinginan Presiden Suharto itu terpenuhi dengan merubah UU No.3/1975 dengan UU No.3/1985. Dalam penjelasan undang-undang itu disebutkan bahwa pengertian asas meliputi juga pengertian dasar, landasan. pedoman pokok, yang harus dicantumkan dalam anggaran dasar partai politik. Perbedaan partai hanya dalam bentuk program saja. Asas tunggal Pancasila menurut Deliar Noer berarti mengingkari kebhinnekaan masyarakat yang memang berkembang menurut keyakinan masing-masing. Keyakinan ini biasanya berumber dari agama atau dari fahaman lain. Bahkan asas tunggal Pancasula cenderung kearah sistem partai tunggal, meskipun secara formal ada tiga partai, tetapi secara terselubung sebenarnya hanya ada satu partai. Sistem politik Orde Baru jauh dari demokratis, dapat dilihat dari ciri-cirinya, antaralain dominannya peranan militer, birokratisasi dan sentralisasi pembuatan keputusan politik, pengebirian partai-partai politik, campur tangan pemerintah dalam urusan partai politik, massa mengambang, monolitisasi ideologi negara dan inkorporasi lembaga non-pemerintah. Oleh sebab itu tuntutan kearah demokrasitasi pemerintahan Orde Baru antara lain; keterbukaan sistem politik, budaya politik partisipatif-egalitarian, kepemimpinan politik yang bersemangat kerakyatan, rakyat yang cerdas/terdidikdan kepedulian sosial, partai politik yang tumbuh dari bawah, penghargaan terhadap formalisme dan hukum, masyarakat sipil yang tanggab dan bertanggung jawab dan dukungan dari keukatan asing serta pemihakan kepada golongan mayoritas. Kekuasaan pemerintah yang kuat sehingga melemahkan kedudukan DPR sebagai pengontrol kekuasan Persdien. Usaha-usaha melemahkan kekuasaan DPR itu dapat terlihat pada; (1) Beratnya persyaratan DPR menggunakan hak-haknya, seperti hak interpelasi, angket dll. (2) ancaman Recall yang membayang-bayangi anggota DPR yang bersuara vokal. (3) penyaringan tokoh-tokoh vokal dalam LPU melalui LITSUS yang dikuasi pemerintah. (4) Berkurangnya kepercayaan rakyat kepada DPR karena lemahnya posisinya bila berhadapan dengan pemerintah. (5) pertengahan tahun 1980an sampai akhir Orde Baru semakin semaraknya demonstrasi, mogok buruh, unjuk rasa sebagai upaya menyuarakan berbagai kepentingan dalam masyarakat, sekalipun cara-cara ini dilarang oleh pemerintah Orde Baru melalui undang-undang, namun 176

sebagai pertanda kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap institusi pemerintahan Orde Baru. Fungsi DPR yang lemah juga disebabkan oleh: (1) mengangkat sebahagian anggota DPR dari ABRI sebagai pendukung setia pemerintah Orde Baru. (2) mengontrol Golkar dengan jalan memberi hak veto kepada Dewan Pembina yang diketuai oleh Presiden Suharto. (3) memperkokoh dukungan ABRI dan Birokrasi kepada Golkar secara berlebihan, sehingga mampu memenangkan setiapkali pemilu. (4) mengontrol partai politik (PPP dan PDI) dengan tujuan agar partai itu di pimpin oleh orang-orang yang dekat dengan pemerintah. (5) melaksanakan konsep massa mengambvang sehingga anggota DPR lebih menyuarakan kepentingan partainya (DPPnya) di bandingkan kepentingan masyarakat. (6) peraturan tata tertip DPR mengikat DPR untuk berfungsi. (7) potensi parpol (PPP dan PDI) terkuras kepada penyelesaian konflik, yang pada akhirnya mengundang campur tangan pemerintah dalam konflik intern. (8) dalam Pemilu tahun 1977 dan 1982 pemerintah melemahkan PPP dengan isu-isu Negara Islam dan Komando Jihat, mencurigai ulama-ulama Islam atas kesetiannya kepada Pancasila, pada akhirnya hilangnya oposisi politik Islam terhadap penguasa. (9) asas tunggal Pancasila berakibat sempitnya ruang gerak berbeda pendapat dalam wadah politik. (10) isu-isu terlibatnya G30S/PKI sebagai pemukul oleh pemerintah terhadap tokoh-tokoh PDI pada tahun 1990an, pada saat mana PDI lebih menampakan sebagao oposisi kepada pemerintah. (11) pengontrolan pemerintahan terhadap hak-hak rakyat melalui ancam,an subversif serta ancaman cabut SIUPP bagi media massa. Dalam hal pelaksanaan Pemilu Orde Baru, pemerintah Orde Baru menyatakan bahwa tujuan pemilu pada prakteknya adalah untuk mempertahankan rezim status quo sehingga pemilu memiliki makna: (1) legitimasi terhadap kepemimpinan Orde Baru dibawah pimpinan Suharto. (2) Pemilu dilaksanakan oleh pemrintah dengan memberi keuntungan kepada Golkar, seperti tidak menerima asas jurdil, hari H tidak libur sehingga birokrasi digiring masuk Golkar. (3) pada hasil pemilu protes PPP dan PDI dapat direndam , pemilu memiliki indikasi kecurangan yang sangat mendalam sebagai usaha pembenaran konsep pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Kuatnya kekuatasan presiden, sehingga lembaga-lembaga yang neben dengannya dapat secara tidak langsung dipengaruhi oleg kekuasaan Presiden, seperti 177

pengangkatan ketua-ketua MA, DPA dan BPK oleh Presiden. Otonomi daerah yang sangat kurang, yang bermakna bahwa desentralisasi, dekonsentralisasi dan tugas perbantuan tidak lain adalah bertujuan untuk melaksanakan pembangunan yang telah di tetapkan dalam GBHN (REPELITA).

d. Demokrasi Masa reformasi

Setelah berakhirnya pemerintah Suharto tahun 1998, Indonesia sedang berusaha menuju kepada sistem politik yang demokratis dengan melakukan reformasi struktural yang mendukung berkembangnya pemerintahan demokrasi. Sekalipun kabinet Presiden Habibie telah di beri nama Kabinet Reformasi, namun pemerintahan reformis belum dapat diwujudkan, sekalipun sudah banyak melakukan perobahan-perobahan. Beberapa perobahan yang telah dilakukan oleh Kabinet Habibie sesuai dengan tuntutan reformasi antaralain: (1) membenaskan tahanan politik, (2) memberikan kebebasan berserikat, berkumpul, berpolitik, seperti berdirinya partaipartai secara mudah dan menghidupkan kembali asas kemajemukan partai, di beri hak berdemonstrasi, unjuk rasa dll. (3)adanya kebenasan pers dan media masa, dengan mencabut lembaga SIUPP . (4) mengeluarkan undang-undang Otonomi Daerah dan perimbangan keuangan antara pemerintah Pusat dan Daerah (UU NO. 22/1999 dan UU No.25/1999). (5) memberikan peranan yang luas kerpada DPR untuk mengimbangi kekuasaan pemerintah, seperti ketua-ketua lembaga tinggi negara dipilih oleh DPR. (6) melaksanakan pemilu yang luber dan jurdil tahun 1999 dengan penyelenggaraannya adalah oleh partai-partai (ketuanya dari partai) dan pemerintah, independensi pegawai negeri, hari pencoblosan hari libur, pendaftaran warga negara bersifat aktif. (7) melaksanakan jajak pendapat di TimTim (30 Agustus 1999) sebagai tuntutan masyarakat internasional dan demokratisasi. Namun demikian tuntutan reformasi belum sepenuhnya terwujud oleh pemerintahan reformasi Habibie dengan alasan: (a) terlalu jauh dan dalam penyimbangan Orde Baru sehingga tidaklah mampu bagi pemerintahan Habibie memenuhi tututan kaum reformis, menjadi kesan bahwa pemerintah yang berlaku sekarang adalah suatu pergantian pemerintahan dan bukan sebagai pergantian rezim 178

yang diinginkan agar agenda reformasi dapat terlaksana dengan baik. (b) waktu yang sangat singkat tidaklah cukup memberi perbandingan antara pemerintah Orba dengan reformasi, karena belum terbentuk landasan struktural secara menyeluruh. Sehingga pemerintahan Habibie lebih tepat sebagai pemerintahan transisi menuju pemerintahan reformis. (c) Ketergesa-gesaan persiapan pemilu di mana partai-partai belum cukup melakukan konsolidasi (khususnya partai baru). Hasil pemilu terbukti di menangkan oleh orang-orang yang masih/pernah terlibat dalam rezim Orba secara langsung. Partaipartai reformis tidak mendapat dukungan luas dari para pemilih. Apakah ini suatu pertana reformasi hanyalah tuntutan dari segolongan kecil dari masyarakat Indonesia ? atau kalangan tertentu saja ? prediksi hasil pemilu 1999 akan melahirkan pemerintah unutk sistem politik transisi. Tututan reformasi akan di harapkan dari pemerintahan yang legitimet setelah SU MPR 1999 (Oktober). Sesuatu hal yang sangat penting dibicarakan adalah amandenat UUD 1945. Gagasan ini banyak disuarakan oleh hampir semua pakar politik dan hukum tata negara. Beberapa pertimbangan kenapa UUD 1945 harus diadakan perubahan atau amandement atl: (1) UUD 1945 dimaksudkan untuk sementara (Yamin. 1959:410). (2) UUD 1945 selalu melahirkan pemerintahan otoriter, dengan menumbuhkan figur Presiden yang diktatorial. (3) UUD 1945 kurang memenuhi syarat sebagai aturan main politik yang memadai atau konstitusionalisme, seperti tidak memuat secara ketat substansi HAM dan Pembatasan penguasa negara. Kelemahan UUD 1945 adalah : (a) tidak ada mekanisme Check and Balances, DPA yang tidak efisian dan membebani keuangan negara, Mahkamah Agung harus di perbekali hak menguji UU (Judicial Review). (b) Terlalu banyaknya atribusi kewenangan, seperti Presiden telah mengakumulasikan kekuasaan sebesar-besarnya. Akibatnya produk hukum, khususnya selama Orde Baru menjadi pembenar kehendak perintah. (c) adanya pasal-pasal yang multitafsir, tafsir yang diterima sebagai kebenaran adalah yang dikehendaki oleh Presiden , contoh pasal 7 UUD 1945. (d) terlalu percaya pada semangat orang (penyelenggara), seperti terlihat dalam penjelasan UUD 1945 : yang sangat penting semangat penyelenggara negara Beberapa usulan amandement UUD 1945 (Moh. Mahfud: 1999) atl: (1) kenanggotaan MPR yang terdiri atas perwakilan politik dan territorial dan menghapuskan perwakilan golongan, (2) hak konfirmasi penetapan UU secara sepihak 179

untuk DPR, (3) pembatasan masa jabatan Presiden (sudah dilakukan oleh MPR Reformasi) , (4) pemandirian dan perluasan hak mahkamah Agung, sebagai alternatif pembentukan Mahkamah Konstitusi. (5) Pembubaran DPA dan memperdayakan BPK. Dengan itu perlu menghilangkan tugas tumpang tindih lembaga pegawasan dalam eksekutif, seperti BPKP. Penyimpangan kehidupan bernegara era Orde baru sampai kepada puncaknya dengan muncul Krisis Moneter yang berakibat jatuhnya Suharto yang telah berkuasa selama 32 tahun. Untuk menyelamatkan negara dari kehancuran, maka MPR telah mengeluarkan ketetapannya antara lain: a. b. Ketapan MPR No. VIII/MPR/1998 tentang pencabutan ketetapan MPR tentang referendum. Ketetapan MPR No.X/MPR/1998 tentang Pokok-pokok Reformasi Pembanguan Dalam Rangka Penyelamatan dan Normalisasi Kehidupan Nasional sebagai Haluan Negara. c. d. Tap. MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas KKN. Tap. MPR No. XIII/MPR/1998 tentang Pembatasan Masa Jabatan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia.Tap. MPR No.XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi dalam Rangka Demokrasi Ekomomi. e. f. Tap. MPR No.XVII/MPR/1998 tentang HAM Tap MPR No.XVIII/MPR/1998 tentang pencabutan P-4 dan Penegasan Pancasila sebagai Dasar Negara. Sekalipun MPR telah mengeluarkan ketetapannya, namun permasalahan yang ditinggalkan oleh pemerintahan Orde Baru bukanlah sedikit, sehingga merumitkan bagi pemerintah transisi atau pemerintah era reformasi untuk keluar dari permasalahan tersebut. Maka oleh sebab itu MPR melalui Ketatapan No.V/MPR/2000 telah mengeluarkan ketetapan tentang Pemantapan Persatuan dan Kesatuan Nasional. MPR melalui ketetapan tersebut telah mengidentifikasi masalah yang telah menyebabkan terjadinya krisis yang sangat luas. Faktor-faktor penyebab terjadinya berbagai masalah tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut: 180

a. Nilai-nilai agama dan nilai-nilai budaya bangsa tidak dijadikan sumber etika dalam berbangsa dan bernegara oleh sebagian masyarakat. Hal itu kemudian melahirkan krisis akhlak dan moral yang berupa ketidakadilan , pelanggaran hukum , dan pelanggaran hak asasi manusia. b. Pancasila sebagai ideologi negara ditafsirkan secara sepihak oleh penguasa dan telah disalah gunakan untuk mempertahankan kekuasaan. c. Konflik sosial budaya telah terjadi karena kemajemukan suku , kebudayaan, dan agama yang tidak dikelola dengan baik dan adil oleh pemerintah maupun masyarakat. Hal itu semakin diperburuk oleh pihak pengusaha yang menghidupkan kembali cara-cara menyelenggarakan pemerintahan yang feodalistik dan paternalistik sehingga menimbulkan konflik horizontal yang membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa d. Hukum telah menjadi alat kekuasaan dan pelasanaannya telah diselewengkan sedemikian rupa sehingga bertentangan dengan prinsip keadilan , yaitu persamaan hak warga negara dihadapan hukum. e. Perilaku ekonomi yang berlangsung dengan praktek korupsi ,kolusi, dan nepotisme, serta berpihak pada sekelompok pengusaha besar, telah menyebabkan krisis ekonomi yang berkepanjangan , utang besar yang harus dipikul oleh negara, penggangguran dan kemiskinan yang semakin meningkat, serta kesenjangan sosial ekonomi yang semakin melebar. f. Sistem politik yang otoriter tidak dapat melahirkan pemimpin-pemimpin yang mampu menyerap aspirasi dan memperjuangkan kepentingan masyarakat. g. Peralihan kekuasaan yang sering menimbulkan konflik, pertumpahan darah dan dendam antara kelompok masyarakat terjadi sebagai akibat dari proses demokrasi yang tidak berjalan dengan baik. h. Berlangsungnya pemerintahan yang telah mengabaikan proses demokrasi menyebabkan rakyat tidak dapat menyelurkan aspirasi politiknya sehingga terjadi gejolak politik yang bermuara pada gerakan reformasi yang menuntut kebebasan, kesetaraan dan keadilan. i. Pemerintah yang sentralistis telah menimbulkan kesenjangan dan ketidakadilan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah sehingga timbul konflik vertical dan tuntutan untuk memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. 181

j. Penyalahgunaan kekuasaan sebagai akibat dari lemahnya fungsi pengawasan oleh internal pemerintah dan lembaga perwakilan rakyat, serta terbatasnya pengawasan oleh masyarakat dan media massa pada masa lampau, telah menjadikan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah untuk menyelenggarakan pemerintahan yang bersih dan bertanggung jawab tidak terlaksana. Akibatnya, kepercayaan masyarakat kepada penyelenggara negara menjadi berkurang. k. Pelaksanaan peran sosial politik dalam Dwi Fungsi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dan disalahgunakannya ABRI sebagai alat kekuasaan pada masa Orde Baru telah menyebabkan terjadinya penyimpangan peran Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia yang mengakibatkan tidak berkembangnya kehidupan demokrasi. l. Globalisasi dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya dapat memberikan keuntungan bagi bangsa Indonesia, tetapi jika tidak diwaspadai, dapat memberi dampak negatif terhadap kehidupan berbangsa. Pada masa Era Global, telah tiga kali pergantian Presiden, yaitu Presiden B.J. Habibie dengan Kabinet Reformasi Pembangunan, Presiden Abdurrahman Wahid sebagai Presiden hasil Pemilu tahun 1999 dengan Kabinet Persatuan Nasional, namun Presiden Abdurrahman Wahid diperhentikan oleh MPR karena melanggar haluan negara, kemudian digantikan oleh Presiden Megawati dengan Kabinet Gotong Royong. Pada masa era global ini pembangunan nasional dilaksanakan tidak lagi seperti Orde Baru yang dikenal dengan nama Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita), melainkan dengan nama Program Pembangunan Nasional (Propenas). Propenas yang telah disusun oleh Bappenas, berlaku untuk tahun 2000-2004. Propenas tersebut meliputi berbagai bidang. Setelah pemilihan umum 2004 pembangunan nasional berdasarkan kepada program yang telah disampaikan oleh Presiden / wakil presiden terpilih yang ditawarkan kepada rakyat dalam kampanye pemilihan Presiden, sehingga dengan terpilohnya presiden berarti rakyat telah menyetujui program Presiden terpilih sebagai program pembangunan nasional. Inilah konsekwensi pemilihan presiden secara langsung.

C.

Pendidikan Demokrasi
182

a. Pendidikan Demokrasi dibagi atas tiga bagian: 1) Pendidikan demokrasi secara formal yaitu pendidikan yang melewati tatap muka, diskusi timbal balik, presentasi, studi kasus untuk memberikan gambaran kepada siswa agar supaya mempunyai kemampuan untuk cinta negara dan bangsa. Pendidikan forma biasanya dilakukan di sekolah atau di perguruan tinggi. 2) Pendidikan demokrasi secara informal yaitu pendidikan yang melewati tahap pergaulan di rumah maupun masyarakat, sebagai bentuk aplikasi nilai berdemokrasi sebagai hasil interaksi terhadap lingkungan sekitarnya, langsung dapat dirasakan hasilnya. 3) Pendidikan nonformal yaitu pendidikan melewati tahap di luar lingkungan masyarakat lebih makro dalam berinteraksi sebab pendidikan di luar sekolah mempunyai variable maupun parameter yang signifikan terhadap pembentukan jiwa seseorang. b. Visi Pendidikan Demokrasi Sebagai wahana substantis, pedagogis dan soaial cultural untuk membangun citacita, nilai, konsep, prinsip, sikap dan keterampilan demokrasi dalam diri warga negara melalui pengalaman hidup dan berkehidupan demokrasi dalamberbagai konteks. c. Misi Pendidikan Demokrasi Memfasilitasi warga negara untuk mendapatkan berbagai akses kepada dan menggunakan secara cerdas berbagai sumber informasi tentang demokrasi dalam teori dan praktek untuk berbagai konteks kehidupan. Sehingga memiliki wawasan yang luas dan memadai. Memfasilitasi warga negara untuk dapat melakukan kajian konseptual dan operasional secara cermat, dan bertanggung jawab terhadap berbagai cita-cita, instrumentasi praksis demokrasi guna mendapatkan keyakinan dalam melakukan pengambilan keputusan indivudual dan atau kelompok dalam kehidupannya sehari-hari serta berargumentasi atas keputusannya itu. Memfasilitasi warga negara untuk memperoleh dan memanfaatkan kesempatan berpartisipasi serta cerdas dan bertanggung jawab dalam praksis kehidupan demokrasi di 183

lingkungannya, seperti mengeluarkan pendapat, berkumpul, berserikat, memilih, serta memonitor dan mempengaruhi kebijakan publik. Merujuk dari visi dan misi, strategi dasar pendidikan demokrasi yang dikembangkan strategi pemanfaatan aneka media, sumber belajar berupa kajian interdisipliner, masalah sosial, aksi sosial, dll. Rangkuman Pendidikan demokrasi merupakan suatu proses untuk melaksanakan demokrasi yang benar, sehingga sasaran yang akan dicapai adalah mengajak warga negara, terutama mahaswiswa pada umumnya untuk melaksanakan pendidikan ini secara baik dan benar. Proses semacam ini mempunyai implikasi yang sangat signifikan terhadap cara berdemokrasi yang baik dan benar dengan memperhatikan kaidah-kaidah maupun asas dalam berdemokrasi masyarakat.

Pemilihan Umum di Indonesia

Dalam

negara demokrasi modern atau demokrasi tidak langsung, yang menjalankan

kedaulatan itu adalah wakil-wakil rakyat yang ditentukan sendiri oleh rakyat. Untuk menentukan siapakah yang berwenang mewakili rakyat, dilaksanakanlah pemilihan umum. Pemilihan umum adalah suatu cara memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk di lembaga perwkilan rakyat serta salah satu pelayanan hak-hak asasi warga negara dalam bidang politik. Untuk itu sudah menjadi keharusan bagi pemerintahan demokrasi untuk melaksanakan pemilihan umum dalam waktu-waktu yang telah ditentukan. Dalam pemilihan umum diharapkan wakil-wakil yang dipilih benar-benar mewakili aspirasi, keragaman, kondisi serta keinginan dari rakyat yang memilihnya. Maka oleh sebab itu dalam ilmu politik secara teortis dikenal cara atau sistem memilih wakil rakyat supaya mewakil rakyat yang memilihnya. Terdapat dua cara atau sistem pemilihan umum, yaitu:

184

a. b.

Single-member constituency (satu daerah pemilihan memilih satu wakil, biasanya disebut Sistem Distrik) Multi-member constituency (satu daerah pemilihan memilih beberapa wakil, biasanya dinamakan Sistem Proporsional)

Sistem Distrik Sistem distrik merupakan sistem pemilu yang paling tua dan didasarkan kepada kesatuan geografis, dimana satu kesatuan geografis mempunyai satu wakil di parlemen. Ssistem distrik sering dipakai dalam negara yang mempunyai sistem dwipartai, seperti Inggris serta bekas jajahannya seperti india, malaysia dan Amerika. Namun sistem distrik juga dapat dilaksankan pada suatu negara yang menganut sistem multi partai , sepetti di Malaysia. Disini sistem distrik secara alamiah mendorong partai-parti untuk berkoalisi mulai dari menghadapi pemilu. Sistem distrik mempunyai beberapa keuntungan: 1) kerana kecilnya distrik, maka wakil yang terpilih dapat dikenal oleh penduduk distrik itu, sehingga hubungannya dengan penduduk distrik lebih erat. Wakil tersebut lebih condong utnuk memperjuangkan kepentingan distrik, wakil tersebut lebih independen terhadap partinya karena rakyat lebih memberikan pertimbangan untuk memilih wakil tersebut karena faktor integritas pribadi sang wakil, namun demikian wakil tersebut juga terikat dengan partainya karena dia dipilih oleh rakyat menggunakan fasilitas partainya, sepertti untuk kampanye dll.

2) Sistem ini lebih cenderung kearah koalisi partai-partai karena kursi yang diperebutkan
dalam satu daerah/distrik hanya satu. Sehingga mendorong partai menonjolakan kerja sama dari perbedaan, setidak-tidaknya menjelang pemilu, melalui stembus accoord. 3) Fragmentasi partai atau kecenderungan untuk membentuk partai baru dapat terbendung, malah dapat melakukan penyederhanaan partai secara alamiah tanpa paksaan, bahkan di Inggris dan Aerika Serikat sistem ini menunjang bertahannya sistem dwipartai. 4) Lebih mudah bagi suatu partai untuk mrncapai kedudukan mayoritas dalam parlimen, sehingga tidak perlu diadakan koalisi dengan partai lain, sehingga mendukung stabilitas nasional 185

5) Sistem ini sederhana dan mudah serta murah untuk dilaksanakan Di samping keuntungan dari sistem distrik ini terdapat juga beberapa kelemahannya, yaitu: a. Kurang memperhatikan adanya partai-partai kecil dan golongan minoritas, apalagi golongan tersebut terpencar dalam beberapa distrik. b. Kurang refresentatif, di amna partai yang kalah dalam suatu distrik kehilangan suara yang telah mendukungnya, dengan demikian suara tersebut tidak diperhitungkan lagi, apalagi kalau sejumlah partai yang ikut dalam setiap distrik, maka akan banyak jumlah suara yang hilang, sehingga dianggap kurang adil oelh partai atau golongan yang dirugikan. c. Ada kecenderungan si wakil lebih mementingkan kepentingan daerah pemilihnya ketimbang kepentingan nasional. d. Umumnya kurang efektif bagi suatu masyarakat heterogen. Sistem Proporsional Sistem perwakilan proporsional adalah persentase kursi di DPR di bagi kepada tiap-tiap partai politik, sesuai dengan jumlah suara yang diperolehnya dalam pemilihan umum, khusus di daerah pemilihan. Jadi jumlah kursi yang diperoleh suatu golongan atau partai adalah sesuai dengan jumlah suara yang diperolehnya dalam masyarakat. Untuk keperluan itu ini ditentukan suatu perimbanagn, misalnya 1 (satu wakil) : 400.000 penduduk. Ssistem proporsional ini sering dikombinasikkan dengan beberapa prosedur lain , seperti Sistem Daftar (List System), di mana setiap partai mengajukan daftar calon dan si pemilih memilih satu partai dengan semua calon yang diajukan oleh partai itu untuk bermcamam-macam kursi yang sedang diperebutkan. Ssistem proporsional mempunyai beberapa keuntungan:

1) Sistem

proporsional dianggap lebih demokratis dalam arti lebih egalitarian karena

asas one man one vote dilaksankan secara penuh tanpa ada suara yang hilang. 2) Sistem ini dianggap representatif , karena jumlah kursi partai dalam parlemen sesuai dengan jumlah suara yang diperolehnya dari masyarakat dalam pemilu. Di samping segi-segi politif atau keuntungan tersebut , sistem proporsional juga mempunyai kelemahan, yaitu: 186

a. mempermudah fragmentasi partai (pembentukan partai baru), jika terjadi konflik intern partai anggota yang kecewa cenderung membentuk partai baru, sehingga pelunag untuk bersatu kurang. Bahkan ada kecenderungan paratai bukan diletakan kepada landasan ideologi atau asas, tetepi kepentingan untuk memperebutkan jabatan atau kursi di parlemen. b. Sistem ini lebih memperbesar perbedaan yang ada dibandingkan dengan kerja sama, sehingga ada kecenderungan untuk memperbanyak jumlah partai. Apalagi di alam kebebasan berpolitik sangat terbuka maka jumlah partai tidak dibendung, seperti di Indonesia setelah reformasi 1998.

c.

Siostem ini memberikan peranan atau kekuasaan yang sangat kuat kepada pimpinan partai, karena pimpinan meenentukan orang-orang yang akan dicalon menjadi wakil rakyat. Bahkan ada kecenderungan wakil rakyat lebih menjaga kepentingan dewan pimpinan atau partainya daripaeda kepentingan rakyat. Pada zaman Orde Baru sistem ini dapat digunakan oleh pimpinan partai untuk merecall anggotanya yang vokal atau tidak sejalan dengan haluan partai di parlemen.

d.

Wakil yang dipilih renggang ikatannya dengan warga yang telah memilihnya, karena saat pemiliha uum yang lebih menonjol adalah partainya dan wilayah pemili9han sangat besar (sebesaar propinsi), peranan partai lebih menonjol ketimbang kepribadian sang wakil. Di Indonesia banyak kritikan pada sistem ini dengan sebut rakyat seperti memilih kucing dalam karung., artinya rakyat hanaya memilih tanda gambar peserta pemilu tetapi siapa wakil yang dipilih kurang diketehui rakyat pemilih.

e. Karena banyaknya partai yang bersaing, sehingtga sulit bagi suatu partai untuk meraih mayoritas (50%=1) dalam parlemen. Perbandingan Sistem Proporsional dan Distrik Murni Sistem Unsur 1. Daerah Pemilihan Proporsional Murni 1. Basis wilayah 2. Ukuran besar 2. Wakil Distrik Murni 1.Basis penduduk Ukuran kecil

3. Jumlah daerah pemilihan sedikit Jumlah daerah pemilihan banyak 1. Lebih dari satu daerah pemilihan 1. Hanya satu daerah pemilih 2. Asal wakil bebas 2. Ada ketentuan domisili 187

3. Hubungan melalui partai

dengan

pemilih 3. Hubungan dengan pemilih langsung atau melalui partai 4. Diawasi oleh pemilih 5. Dicalonkan oleh pemilioh atau partai 7. Bertanggung jawab kepada pemilih 1. ada yang hilang 2. mayoritas sederhana 1. Merugikan partai kecil 2. Cenderung bi-partai terhadap 3. Kekuasaan wakil kecil terhadap kepada 6. Pengawasan pemilih kuat

4. Kurang/tidak dikenal 5. Dicalonkan oleh partai 6. Pengawasan pemilih kurang 7. Bertanggung partai 3. Suara 4. Partai 1. tidak ada yang hilang 2. mayoritas mutlak 1. Menguntungkan partai kecil 2. 3. 4. 5. Organisasi pelaksana 6. pemerintahan 2. Sumber: LIPI Pemilihan Umum Pertama 1955 Cenderung multi partai Kekuasaan wakil Organisasi partai setingkat desa Bersifat Otonom Sistem 1. Mengarah pemerintahan koalisi Sentralisasi besar jawab

sampai 4. Organisasi partai setingkat desa Bersifat otonom kepada 1. tidak mengarah kepada

pemerintahan koalisi 2. desentralisasi

Pemilu pertama sejak kemerdekaan indonesia dilaksanakan pada tahun 1955 pada masa pemerintahan Parlementer untuk memilih anggota DPR dan Badan Konstituante. Puluhan partai politik telah mengikuti pemilu, namun terdapat empat partai terbesar yang hampir menguasai kursi yang seimbang, yaitu Masyumi, PNI, NU dan PKI. Keempat partai tersebu telah melambang masyarakat plural Indonesia dengan penampilan ideologi yang bertentangan, sehingga proses menemukan kesepakatan dalam badan Konstituante

188

mengalamai kegagalan dan akhirnya hasil pemilu yang dianggap paling bersih dan jujur serta demokratis kurang mampu menghasilkan keputusan di Konstituante. Peserta Pemilu 1955 (28 Partai)
1. Partai (PNI) 2. Majjelis Syuro Muslimin Nasional Indonesia 10. Partai Sosialis Indonesia (PSI) 11. Ikatan Pendukung Indonesia 21. PIR Wongsonegoro 22. Permai 23. Garindra 24. Persatuan Daya 25. Partai Hazairin 26. Acoma 27. Partai R. Soedjono Prawiro Soedarmo 28. GPPS 20. Baperki 19. Partai Murba

Indonesia (Masyumi) 3. Nahdatul Ulama (NU) Partai Komunis Indonesia (PKI) Partai Serikat Islam Indonesia 6. (PSII) Partai Kristen Indonesia

Kemerdekaan

(IPKI) 12. Partai Islam Perti 13. PRN 14. Partai Buruh 15. PRI 16. PPPRI 17. PRD 18. PRIM

(Parkindo) 7. Partai Khatolik 8. AKUI 9. PPTI

Pemilu Orde Baru (1971, 1977. 1982, 1987, 1992, 1997) Pada masa demokrasi terpimpin Indonesia tidak melaksanakan pemilu, barulah pada masa demokrasi Pancasila Orde Baru tahun 1971 dilaksanakan pemilu kembali dengan peserta 10 Orsospol. Golkar mendapat mayoritas mutlak. Sistem pemilu yang digunakan adalah sistem proporsional dengan stelsel daftar (Perwakilan berimbang dengan stelsel daftar). Pemilu Orde Baru tidak semua anggota DPR di pilih, sebahagian dianggat dari ABRI dan Non-ABRI, namun setelah asas tunggal Pancasila diterapkan hanya dari golongan ABRI saja diangkat, yaitu seperlima dari jumlah anggota DPR. Pemilu masa Orde Baru tidak berjalan secara konpotitif karena pemerintah berkeinginan stabilatas politik dengan dukungan mayoritas DPR/MPR, untuk itu Golkar harus dimenangkan dengan pelbagai cara dalam setiap kali pemilihan umum Orde Baru. Pemilihan umum adalah pemindahan hak dari setiap warga negara kepada kelompok yang akan memerintah atas nama kekuasaan dari rakyat. Agar pemerintah yang 189

berkuasa itu betul-betul menjalankan kekuasaannya sesuai dengan hati nurani rakyat, maka pelaksanaaan pemilihan umum harus berpedoman kepada asas-asas yang telah disepakati bersama. Pada umumnya diberbagai negara menerapkan beberapa asas pemilihan umum, yaitu: Langsung, yaitu warga negara yang sudah berhak memilih dapat ecara langsung memilih partai atau kelompok peserta pemilihan umum tanpa perantara.
b.

a.

Umum, artinya penyerahan hak yang disimbolkan dengan menusuk atau mengundi harus dilandasi oleh pemikiran dan segala konsekwensinya, mengerti apa dan untuk apa pemilihan umum. Maka oleh sebab itu anak-anak, orang gila dan lain-lain atas pertimbangan tertentu tidak diberi hak untuk memilih dalam pemilihan umum. Jadi tidak seluruh warga negara berhak ikut dalam pemilihan umum, melainkan pada umumnya atau mayoritas. Bebas, agar pilihan seseorang itu betul-betul sesuai dengan keinginannya, maka seseorang tidak boleh dipaksa dan ditekan untuk memilih sesuatu. Apabila para pemilih dalam pemilihan umum dipaksa, maka kemungkinan kesetiaannya kepada pemerintah berkurang dan akan menimbulkan gejala-gejala yang kurang menyenangkan dalam masyarakat, seperti kerusuhan, pembrontakan dan lain-lain. Rahasia, pemilihan menyangkut hak-hak yang sangat pribadi, untuk itu apa yang menjadi pilihan seseorang tidak siapapun yang mengetahuinya. Sesuatu yang bersifat pribadi tentu tidak ingin diketahui oleh orang lain. Jujur dan adil, asas ini lebih ditujukan kepada pihak-pihak yang terlibat dalam menyelenggarakan pemilihan umum, seperti petugas pemilihan umum harus jujur dan bersikap adil kepada semua peserta pemilihan umum.

c.

d.

e.

Setelah Pemilu tahun 1971 terjadi penyederhanaan partai politik (PPP,PDI dan Golkar) berakibat PPP dan PDI memulai konflik internnya. Sedangkan Golkar terdapat perebutan pengaruh di antara faksi yang ada. Sementara di DPR terjadi pertentangan pendapat tentang undang-undang politik yang menentapkan format politik Orde Baru. Secara bertahap pemerintah Orde Baru telah kuat dengan itu 190

dikeluarkannya undang-undang partai politik, Pemilu dan Susuduk DPR/D. Dengan itu pimpinan partai telah mulai tergantung kepada pemerintah dan tokoh vokal telah tersingkir. Pancasila dinyatakan sebagai asas tunggal dengan berakibat di larang menggunakan ideologi lain. Kekuasaan pemerintah yang kuat sehingga melemahkan kedudukan DPR sebagai pengontrol kekuasan Persdien. Usaha-usaha melemahkan kekuasaan DPR itu dapat terlihat pada; (1) Beratnbya persyaratan DPR menggunakan hak-haknya, seperti hak interpelasi, angket dll. (2) ancaman Recall yang membayang-bayangi anggota DPR yang bersuara vokal. (3) penyaringan tokoh-tokoh vokal dalam LPU melalui LITSUS yang dikuasi pemerintah. (4) Berkurangnya kepercayaan rakyat kepada DPR karena lemahnya posisinya bila berhadapan dengan pemerintah. (5) pertengahan tahun 1980an sampai akhir Orde Baru semakin semaraknya demonstrasi, mogok buruh, unjuk rasa sebagai upaya menyuarakan berbagai kepentingan dalam masyarakat, sekalipun cara-cara ini dilarang oleh pemerintah Orde Baru melalui undang-undang, namun sebagai pertnada kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap institusi pemerintahan Orde Baru. Fungsi DPR yang lemah juga disebabkan oleh: (1) mengangkat sebahagian anggota DPR dari ABRI sebagai pendukung setia pemerintah Orde Baru. (2) mengontrol Golkar dengan jalan memberi hak veto kepada Dewan Pembina yang diketuai oleh Presiden Suharto. (3) memperkokoh dukungan ABRI dan Birokrasi kepada Golkar secara berlebihan, sehingga mampu memenangkan setiapkali pemilu. (4) mengontrol partai politik (PPP dan PDI) dengan tujuan agar partai itu di pimpin oleh orang-orang yang dekat dengan pemerintah. (5) melaksanakan konsep massa mengambvang sehingga anggota DPR lebih menyuarakan kepentingan partainya (DPPnya) di bandingkan kepentingan masyarakat. (6) peraturan tata tertip DPR mengikat DPR untuk berfungsi. (7) potensi parpol (PPP dan PDI) terkuras kepada penyelesaian konflik, yang pada akhirnya mengundang campur tangan pemerintah dalam konflik intern. (8) dalam Pemilu tahun 1977 dan 1982 pemerintah melemahkan PPP dengan isu-isu Negara Islam dan Komando Jihat, mencurigai ulama-ulama Islam atas kesetiannya kepada Pancasila, pada akhirnya hilangnya oposisi politik Islam terhadap penguasa. (9) asas tunggal Pancasila berakibat sempitnya ruang gerak 191

berbeda pendapat dalam wadah politik. (10) isu-isu terlibatnya G30S/PKI sebagai pemukul oleh pemerintah terhadap tokoh-tokoh PDI pada tahun 1990an, pada saat mana PDI lebih menampakan sebagao oposisi kepada pemerintah. (11) pengontrolan pemerintahan terhadap hak-hak rakyat melalui ancam,an subversif serta ancaman cabut SIUPP bagi media massa. Dalam hal pelaksanaan Pemilu Orde Baru, pemerintah Orde Baru menyatakan bahwa tujuan pemilu pada prakteknya adalah untuk mempertahankan rezim status quo sehingga pemilu memiliki makna: (1) legitimasi terhadap kepemimpinan Orde Baru dibawah pimpinan Suharto. (2) Pemilu dilaksanakan oleh pemrintah dengan memberi keuntungan kepada Golkar, seperti tidak menerima asas jurdil, hari H tidak libur sehingga birokrasi digiring masuk Golkar. (3) pada hasil pemilu protes PPP dan PDI dapat direndam , pemilu memiliki indikasi kecurangan yang sangat mendalam sebagai usaha pembenaran konsep pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Peserta pemilu 1971
Golongan Karya (Golkar) Partai Nasional Indonesia (PNI) Nahdatul Ulama (NU) Partai Katolik Partai Murba Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) Partai Kristen Indonesia (Parkindo) Partai Muslimin Indonesia (Parmusi) Partai Islam Perti 1.

Peserta Pemilu 1977- 1997


Partai Persatuan pembangunan (PPP) (bersirikan Islam) 2. Partai Demokrasi Indonesia (PDI) berscirikan kebangsaan. 3. Golongan Karya (Golkar) bercirikan kekaryaan

Wacana politik akhir tahun 1990an menuntut kearah perubahan sistem pemilu dengan mengemukakan empat preposisi (Eep Saefullah Fatah 1997:27) sebagai berikut: sistem pemilu proporsional telah melahirkan legislatif yang berjarak dengan rakyat, jika sistem proporsional diganti dengan sistem distrik maka akan l;ahir legislatif yang lebih dekat dengan rakyat. Sistem pemilu proporsional telah mengorientasikan para anggota legislatif menjadi wakil partai, sistem distrik akan mengorientasikan para anggota legislatif menjadi wakil rakyat. 192

Perubahan sistem pemilu dari proporsional ke distrik akan melahirkan legislatif

masa depan yang kuat dan fungsional dalam menjalankan fungsinya sebagai pengontol eksekutif Atas dasar tiga pertimbangan itu, maka perubahan sistem pemilu dari proporsional ke distrik di anggap merupakan sebuah jalan perubahan politik secara demokratisasi. Namun setelah reformasi bergulis tahun 1998 ada kecenderungan perpolitikan Indonesia tidak mau merubah sistem pemilu ke sisten distrik, hal tersebut wajar karena akan banyak tokoh politik kabitan yang kualitasnya di pertanyakan akan tersingkir saat pemilu. Elit-elit politik yang opportunis nampak lebih cenderung mendukung sistem proporsional, keinginan ini telah diterima pada pemilu tahun 2004. Inilah dilema politik Indonesia ke arah demokratisasi yang mana kurang didukung oleh kualitas insan politik yang otonom, rasional dan tranparansi. Peserta Pemilu 1999 (48 Partai) Partai yang memiliki suara terbanyak antara lain: 1. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) 2. Partai Golkar 3. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 4. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 5. Partai Amanta Nasional (PAN) 6. Partai Bulan Bintang (PBB) Partai Peserta Pemilu 2004 (28 Partai), yang memiliki suara pemilih terbanyak hdala: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Partai Golkar Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Partai Demokrat (PD) Partai Amanta Nasional (PAN) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Partai Bintang Reformasi (PBR) Partai Damai Sejahtera (PDS) 193

10.

Partai Bulan Bintang (PBB) Peserta Pemilu 2009, adalah 34 partai, yaitu:

1. Partai Hati Nurani Rakyat (HANURA) 2. Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB) 3. Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia 4. Partai Peduli Rakyat Nasional (PPRN) 5. Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) 6. Partai Barisan Nasional (Barnas) 7. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia PKPI) 8. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 9. Partai Amanat Nasional (PAN)

10. Partai Perjuangan Indonesia Baru (PIB) 11. Partau Kedaulatan 12. Partai Persatuan Daerah (PPD) 13. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 14. Partai Pemuda Indonesia (PPI) 15. Partai Nasional Indonesia (PNI) Marhaenisme 16. Partai Demokrasi Pembarua(PDP) 17. Partai Karya Perjuangan (Pakar Pangan) 18. Partai Matahari Bangsa (PMB)

19. Partai penegak Demokrasi Indonesia (PPDI) 20. Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK) 21. Partai Republika Nusantara 22. Partai Pelopor 23. Partai Golkar 24. Partai Persatuan Pembangunan 25. Partai Damai Sejahtera 26. Partai Nasional Benteng Kekaryatan (PNBK) Indonesia 27. Partai Bulan Bintang (PBB)

28. Partai demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) 29. Partai Bintang Reformasi (PBR) 30. Partai Patriot 31. Partai Demokrat 32. Partai Casi Demokrasi Indonesia (PKDI) 33. Partai Indonesia Sejahtera (PIS) 34. Partai kebangkitan Nasional Ulama (PKNU)

D. Latihan
Jawablah pertanyaan berikut ini! 1. Jelaskan pengertian demokrasi ? 2. 3. 4. 5. 6. 7. Bandingkan pelaksanaan demokrasi jaman orde lama, orde baru dan reformasi! Jelaskan perubahan apa sajakah yang sudah dicapai dalam era reformasi ? Jelaskan aspek-aspek apa saja yang terkandung dalam demokrasi Pancasila! Jelaskan hubungan antara demokrasi dengan civil society! Bagaimanakah perbuatan (sikap) yang mencerminkan pelaksanaan nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan kampus? Kiata menengenal dua sistem pemilu. Apakah kelebihan dan kelemahan masing-masing sistem itu, bagamanakah kemungkinan penerapan sistem pemilu yang cocok dengamn kondisi Indonesia ? Jelaskanlah pendapat anda! 194

DAFTAR PUSTAKA
Betham, David, 2000, Demokrasi, Kanisius, Yogyakarta Budiardjo, Miriam, 1986, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta Burns, James Mc-Gregor, 1966, Government By the People, University of California, USA Darji Darmodihardjo, 1995, Santiaji Pancasila, Suatu tinjauan Filosofis, Historis, Yuridis Konstitusional, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Harris Soche, 1985, Supremasi Hukum dan Prinsip Demokrasi di Indonesia, PT Hanindita, Yogyakarta. Kelsen, Hans, or, 1949, General Theory of Law and State. Setiadi, Elly M, 2003, Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Suny Ismail, 1968, Mekanisme Demokrasi Pancasila, Lembaga Pembinaan Hukum Nasional, Jakarta Syahrial Syarbaini, Ph.D. 2002. Pendidikan Kewarganegaraan. Solo. Pabelan. Winataputra, Udin S., 2005, Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi, disampaikan pada Suscadoswar 2005, Dikti, Jakarta Perundangan : UUD 1945, amandemen terakhir UU 31/2002, tentang Partai Politik UU 12/2003, tentang Pemilu DPR,DPRD, DPD UU 22/2003, tentang Susunan kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD UU 23 / 2003, Pemilu Presiden.

195

You might also like