You are on page 1of 37

)(Fiqih Jumat



(HR. Ibnu Majah No. 1083. Ahmad No. 15547, Ath Thabarani dalam Al
Mujam Al Kabir No. 4511, Al Baihaqi dalam Syuabul Iman No. 2973,
Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf No. 817, Al Bazzar No. 3738.
)Dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami No. 2279


(Aktifitas Yang Dianjurkan)

Membaca Surat Al Kahfi

(HR. Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 5792, Al Hakim dalam Al Mustadrak
No. 3392, katanya: shahih. Dishahihkan pula oleh Syaikh Al Albani dalam
Shahihul Jami No. 6470)

(HR. An Nasai dalam As Sunan Al Kubra No. 19788, Al Baihaqi dalam As Sunan Al
Kubra No. 2446, Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 2072, katanya: shahih
sesuai syarat Imam Muslim. Imam Al Haitsami mengatakan: para perawinya
adalah perawi shahih. Lihat MajmaAz Zawaid, No. 11145)

Mandi, berhias, nyisir, minyak wangi, siwak






)(HR. Bukhari No. 883

(HR. Ahmad No. 16397. Syaikh Syuaib Al Arnauth mentatakan: shahih. Tahqiq
)Musnad Ahmad No. 16397

Bersegera Ke Mesjid







)(HR. Bukhari No. 881 dan Muslim No. 850


(Aktifitas Di Mesjid)
Tahiyatul Masjid




(HR. Bukhari No. 931)


Tidak Melangkahi Bahu Orang lain

(HR. Abu Daud No. 1118, An Nasai dalam As Sunan Al Kubra No. 1704,
Ibnul Jarud dalam Al Muntaqa No. 294, Ibnu Khuzaimah No. 1811,
Ath Thabarani dalam Musnad Asy Syamiyin No. 1954. Syaikh Al
Azhami mengatakan: shahih. Lihat Shahih Ibnu Khuzaimah No. 1811,
Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 1061, katanya: shahih sesuai syarat
Muslim. Disepakati oleh Imam Adz Dzahabi )

Berpindah Tempat Jika Ngantuk

(HR. Abu Daud No. 1119. At Tirmidzi No. 526, katanya: hasan shahih.
Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami No. 809)
- Membaca Al Quran
- Shalat Sunah Mutlak


)(Shalat Jumat
Hukumnya:

:
(
).

)(Syaikh Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, 1/302

Dari Abu Hurairah:

)(HR.Bukhari No. 876

Wajib buat siapa?


(Fiqhus Sunah, 1/302)
Tidak wajib bagi siapa?
- budak, wanita, anak-anak, orang sakit




(HR. Abu Daud No. 1067, Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 1062, katanya: shahih
sesuai syarat Muslim, disepakati Adz Dzahabi. AL Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra
No. 5368. Al Hafizh Ibnu Hajar: dishahihkan oleh lebih dari satu ulama. Lihat
Talkhish Al Habir No. 650. Ibnul Mulqin: hadits ini shahih. Lihat Badrul Munir,
4/636)

-Musafir. Berkata Syaikh Sayyid Sabiq:


:

)(Fiqhus Sunnah, 1/303

-Orang dalam keadaan takut dipenjara karena dikejar hutang , atau


dikejar penguasa zalim.

)(Ibid
Dalil:

(HR. Ibnu Majah No. 793. Ath Thabarani dalam Al Kabir No. 12265.
)Dishahihkan Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami No. 6300

Ibnu Abbas Radhiallahu Anhu ditanya apakah udzur itu?, beliau


menjawab:

Takut dan sakit. (HR. Abu Daud No. 551, para ulama
mendhaifkan hadits ini seperti Al Hafizh Ibnu Hajar, Syaikh Al Albani,
dll)
- Udzur apa pun yang membuat bolehnya meninggalkan shalat
berjamaah, menjadi tidak wajib shalat Jumat.

(Fiqhus Sunnah, 1/303)




)(HR. Bukhari No. 901
Semua ini tidak wajib shalat wajib, tetapi tetap wajib shalat zuhur.
Tetapi, boleh saja shalat Jumat, dan gugurlah kewajiban zuhurnya.

Syaikh Sayyid Sabiq berkata:




Semuanya tidak diawajibkan shalat jumat, yang diwajibkan buat mereka
adalah shalat zhuhur. Dan, barang siapa diantara mereka ikut shalat jumat,
maka shalatnya sah dan gugurlah kewajiban shalat zhuhur. Dahulu para
wanita hadir di masjid pada zaman Rasulullsh Shallallahu Alaihi wa Sallam
dan shalat jumat bersamanya. (Fiqhus Sunnah, 1/303. Darul Kitab Al
Arabi)


(Syarat-Syarat Shalat Jumat)

Syarat-syarat sahnya shalat jumat adalah SAMA dengan


shalat lainnya.
Namun, ada syarat tambahan yakni WAJIB dilakukan
berjamaah. Sesuai hadits:




(HR. Abu Daud No. 1067, Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 1062, katanya: shahih
sesuai syarat Muslim, disepakati Adz Dzahabi. AL Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra
No. 5368. Al Hafizh Ibnu Hajar: dishahihkan oleh lebih dari satu ulama. Lihat
Talkhish Al Habir No. 650. Ibnul Mulqin: hadits ini shahih. Lihat Badrul Munir,
4/636)

Jika tidak berjamaah maka tidak sah, jika masbuq, dan jamaah sudah selesai,
maka dia mengganti dengan shalat zhuhur saja.

Walaupun berdua sudah cukup


:
(HR. Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 7957, Ad Daruquthni, 1/280, Ath
Thabarani dalam Al Awsath No. 6624)
Hadits ini didhaifkan para ulama. Lihat Raudhatul Muhadditsin No. 3786, lihat
juga At Talkhish Al Habir No.1348.
Tetapi dikuatkan oleh beberapa riwayat lainnya. Imam Bukhari dalam Bab Itsnan
Famaa Fauqahumaa Jamaaah:

(HR. Bukhari No. 658)

Dari hadits di atas, maka para ulama kita mengatakan tak ada batasan
minimal jumlah orang yang ikut shalat berjamaah. Ini adalah
pendapat yang lebih kuat. Sebab tak ada dalil yang shahih yang
menyebutkan jumlah minimal peserta shalat Jumat.Asy Syaikh Sayyid
Sabiq berkata, Shalat Jumat adalah sah sekalipun hanya disertai dua
orang atau lebih.
Imam Asy Syaukani berkata: Menurut ijma (kesepakatan) shalatshalat lainnya sudah cukup dikatakan berjamaah dengan diikuti dua
orang saja. Adapun pun shalat Jumat termasuk di dalamnya.
Imam Abdul Haq mengatakan: Tidak ada keterangan dari hadits
tentang jumlah pengikutnya. Imam As Suyuthi juga mengatakan
tidak dijumpai satu hadits pun tentang mengenai jumlah. Inilah
pendapat yang diikuti oleh Imam Ath Thabari, Dawuq Azh Zhahiri,
Ibrahim An Nakhai, Ibnu Hazm. (Fiqhus Sunnah, Jilid.1, Hal. 257 .
Darul Fikri, Beirut- Libanon)


)(Imam Shalat Jumat
Yang paling berhak jadi Imam:

)(HR. Muslim No. 673

Yang Tidak Boleh Jadi Imam:


-Orang yang selalu Udzur, misal selalu kencing dan kentut
-Orang yang telah kafir, misal orang yang mengikuti aliran sesat
yang sudah pada taraf kafir, seperti Inkar Sunnah, Ahmadiyah,
dll.

Yang Makruh Menjadi Imam yakni Ahli Maksiat,Ahli Bidah:

(HR. Abu Daud No. 481, Ibnu Hibban No. 1636. Dishahihkan Syaikh Al Albani
)dalam Shahih At Targhib wat Tarhib No. 288

Imam Yang Dibenci Oleh Kaumnya, karena Alasan Agama:

)(HR. Ibnu Majah, No. 970. Abu Daud No. 607

Imam At Tirmidzi berkata, Jelas, bahwa orang yang dibenci kaumnya makruh menjadi
Imam, namun jika yang dibenci adalah bukan orang zalim, maka dosanya ditanggung
)yang membencinya. (Fiqhus Sunnah, jilid. 1, Hal. 242

Yang Dianjurkan Bagi Imam:

- Mengingatkan Jamaah untuk merapatkan dan meluruskan shaf.

(HR. Bukhari No. 723)

- Menyederhanakan Shalat (Tidak panjang, tidak pendek)

(HR. Ibnu Majah No. 1106, An Nasai dalam As Sunan Al Kubra No. 1789,
Ath Thabarani dalam Al Kabir No. 2021, Ahmad No. 20949. Syaikh Syuaib Al
Arnauth mengatakan: shahih lighairih. Lihat Tahqiq Musnad Ahmad No.
20949)
Rasulullah mencontohkan bahwa beliau membaca surat Al Jumuah dan Al
Munafiqun secar utuh, serta Al Ala dan Al Ghasyiah secara utuh. (Imam Ibnul
Qayyim, Zaadul Maad, Juz. 1, Hal. 203)

Panjang atau pendeknya shalat adalah relatif, bisa jadi bagi sebagian orang
membaca surat Al Ghasyiah adalah ringan, karena mungkin bacaannya bagus.
Tetapi ada orang lain yang menganggap membaca At Tin saja sudah panjang,
mungkin karena bacannya tidak bagus
- Memutar Badan Setelah Salam, ke kanan atau ke kiri:





(HR.At Tirmidzi, No 301, katanya: hasan. Ibnu Majah No. 929. Syaikh Al Albani
mengatakan: hasan shahih. Shahih wa Dhaif Sunan At Tirmidzi No. 301)

-Hendaknya Mendoakan Mamum

(HR. Abu Daud No. 91, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih wa Dhaif
Sunan Abi Daud No. 91)


(Khutbah Jumat)
Hukumnya wajib menurut Jumhur ulama, tetapi bukan termasuk rukun sahnya
shalat Jumat. Maksudnya, jika ada jamaah yang ketinggalan khutbah, hanya
ikut shalatnya, maka dia tetap sha shalatnya. Bahkan walau dia tertinggal satu
rakaat, juga tetap sah. Inilah pendapat Imam Syafii, Imam Malik, dan
Muhammad bin Hasan. Dalilnya:

(HR. Bukhari No. 580)


Ada pun Imam Abu Hanifah dan Imam Abu Yusuf, mengatakan walaupun dia ikut
ketika duduk tasyahud, juga tetap sah, sebagaimana shalat lainnya.
Ada pula yang mengatakan khutbah Jumat hanyalah sunah seperti Imam Hasan al
Bashri, Imam Daud Azh Zhahiri, Imam Haramain, dan Imam Asy Syaukani.


(Tata Caranya)
1.

Mengucapkan salam sempurna ketika sudah naik mimbar.


Dalilnya:


(HR. Ibnu Majah No. 1109, Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No.
481, Syaikh Al Albani mengatakan: shahih. Lihat Shahihul Jami
No. 4745) ada tambahan:

:
(HR. Abdurrazzaq dalam Al Mushannaf No. 5281)

2. Adzan

(HR.An Nasai dalam As Sunan Al Kubra No. No. 1701, Ahmad No. 15716. Syaikh
)Syuaib Al Arnauth: shahih. Lihat Tahqiq Musnad Ahmad No. 15716
Pada zaman Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, Abu Bakar dan Umar, adzan
dilakukan hanya sekali, waktu zaman Utsman dua kali.




)(HR. Bukhari, No 912

Fatwa Lajnah Daimah Saudi Arabia tentang Azan dua kali ketika
shalat Jumat: Itu adalah ijma sukuti!
Lajnah Daimah mengatakan:
Telah shahih dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, bahwa
dia bersabda: Peganglah oleh kalian sunahku dan sunah al
khulafa ar rasyidin setelahku yang mendapat petunjuk,
pegang teguhlah dan gigitlah dengan geraham kalian. (Al
Hadits) Adzan pada hari Jumat pada awalnya dilakukan ketika
imam sudah naik mimbar, ini terjadi pada zaman Nabi
Shallallahu Alaihi wa Sallam, Abu Bakar, dan Umar
Radhiallahu Anhuma. Lalu, ketika masa kekhilafahan Utsman
dan penduduk sudah banyak, Utsman memerintahkan adzan
pertama pada hari Jumat -hingga sekarang- dan itu bukanlah
bidah sebab itu merupakan bagian dari perintah mengikuti
sunah al khulafa ar rasyidin.

Dasar hal ini adalah riwayat dari Al Bukhari, An Nasai, At Tirmidzi, Ibnu
Majah, dan Abu Daud, dan ini lafazh darinya, dari Ibnu Syihab: telah
mengabarkan aku As Saib bin Yazid, bahwa pada hari Jumat adzan pertama
kali dilakukan saat imam duduk di atas mimbar , ini terjadi pada masa Nabi
Shallallahu Alaihi wa Sallam, Abu Bakar dan Umar Radhiallahu Anhuma.
Lalu pada masa Khalifah Utsman manusia semakin banyak, dia
memerintahkan adzan ketiga pada hari Jumat. Maka, dilakukan adzan di
Zaura dan telah tetaplah perintah itu. Al Qasthalani telah memberikan
komentar terhadap hadits ini dalam Syarah (penjelasan)nya terhadap
Shahih Bukhari , bahwa adzan tersebut dilakukan ketika waktu sudah
masuk. Hal ini dinamakan adzan ketiga karena sebagai adzan tambahan
atas adzan ketika imam naik mimbar dan iqamat untuk shalat. Secara
mutlak iqamat adalah adzan, karena pada keduanya menghimpun adanya
pemberitahuan shalat. Adzan ini terjadi pada saat kaum muslimin banyak
jumlahnya, tambahan azan tersebut merupakan ijtihad, dan disepakati oleh
semua sahabat, mereka mendiamkannya dan tidak mengingkarinya. Maka
hal ini menjadi ijma sukuti. Wabillahit tawfiq.
Al Lajnah Ad Daimah. (Fatawa Islamiyah, 1/667. Disusun oleh
Muhammad bin Abdil Aziz Al Musnid)

3. Berdiri

(HR. Muslim No. 862)


4. Memulai dengan pujian kepada Allah Taala

(HR. Abu Daud No. 4840, yang seperti ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah No. 1894, Al
Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 5559, Ad Daruquthni, Kitabus Shalah No. 1, Ibnu
Hibban No. 1, Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf, 6/263, semua dengan lafaz: fa huwa
aqtha. Namun ini pun juga dhaif. Lantaran kedhaifan Ibnu Abdirrahman Al Muafiri Al
Mishri, yang telah didhaifkan para ulama seperti Ibnu Main, Abu Zurah, An Nasai, Abu
Hatim, dll. Syaikh Al Albani mendhaifkan semuanya dalam berbagai kitabnya, seperti
Dhaiful Jami No. 4216, Tahqiq Misykah Al Mashabih No. 3151, Dhaif At Targhib wat
Tarhib No. 958, dan lainnya. Sedangkan Imam Abu Thayyib Syamsul Azhim Abadi
mengatakan riwayat ini hasan, baik diriwayatkan secara maushul dan mursal, dan yang
maushul (bersambung) sanadnya jayyid (baik). Lihat Aunul Mabud, 13/130).

5. Bersyahadat





(HR. Ahmad No. 8018. Syaikh Syuaib Al Arnauth mengatakan:
isnadnya qawwiy. Lihat Tahqiq Musnad Ahmad No. 8018)

Contoh Bacaan Pembuka Khutbah dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam:



{
}

{
}

(Bacaan pembuka khutbah ini, diriwayatkan oleh Imam At Tirmidzi No. 1105, Imam
Abu Daud No. 2118, Imam Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 1360, Imam An
Nasai dalam As Sunan Al Kubra No. 5528, Imam Ath Thabarani Al Mujam Al Kabir
No. 10079, Ahmad No. 4115, Hadits ini dikatakan hasan oleh Imam At Tirmidzi. (Sunan
At Tirmidzi No. 1105), dishahihkan oleh Syaikh Syuaib Al Arnauth. (Tahqiq Musnad
Ahmad No. 4115), Syaikh Al Albani juga menshahihkan hadits ini. (Shahih wa Dhaif
Sunan Abi Daud No. 2118)
Kalimat pembuka ini dipakai ketika Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam khutbah haji
wada, oleh karenanya dikenal dengan Khutbatul Hajjah. Tetapi, pembukaan seperti ini
juga dianjurkan pada khutbah-khutbah lainnya, termasuk khutbah Jumat

Imam Al Baihaqi menceritakan sebagai berikut:


Berkata Syubah: Aku bertanya kepada Abu Ishaq, apakah bacaan ini pada
khutbah nikah atau selainnya? Beliau menjawab: Pada setiap hajat
(kebutuhan). (Lihat As Sunan Al Kubra No. 13604)
6. Membaca Shalawat (Dianjurkan/sunnah)



(HR. Abu Daud No. 1047, Ibnu Majah No. 1636. Dishahihkan oleh Imam
An Nawawi, Imam Ibnu Khuzaimah, Imam Ibnu Hajar, dll)

7. Membaca Ayat










(HR. Ibnu Majah No. 1106, An Nasai dalam As Sunan Al Kubra No. 1789,
Ath Thabarani dalam Al Kabir No. 2021, Ahmad No. 20949. Syaikh Syuaib
Al Arnauth mengatakan: shahih lighairih. Lihat Tahqiq Musnad Ahmad No.
20949)

Renungan
Imam Shiddiq Hasan Khan berkata:

Ketahuilah, bahwa khutbah yang disyariatkan adalah yang biasa


dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa sallam, yaitu
memberikan kabar gembira dan menakut-nakuti manusia. Inilah
hakikat yang menjadi jiwa sebuah khutbah yang karenanya khutbah
menjadi disyariatkan. Adapun yang disyaratkan berupa membaca
Alhamdulillah, shalawat kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,
membaca ayat Al Quran, maka semuanya itu adalah perkara di luar
tujuan umum disyariatkannya khutbah. Telah disepakati bahwa halhal seperti ini (membaca hamdalah, shalawat, dan membaca ayat,
pen) dalam khutbah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
tidaklah menunjukkan bahwa hal itu menjadi syarat yang wajib
dilakukan. Tidak ragu lagi bagi orang yang objektif (munshif), bahwa
tujuan utama dari khutbah adalah nasihatnya, bukan apa yang
dibaca sebelumnya baik itu Alhamdulillah dan shalawat kepada
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Telah menjadi tradisi orang Arab yang terus menerus, bahwa jika
salah seorang di antara mereka berdiri untuk pidato mereka akan
memuji Allah Taala dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan
memang betapa baik dan utama hal itu. Tetapi itu bukanlah
tujuannya, tujuannya adalah apa yang diuraikan setelahnya. Jika ada
yang mengatakan bahwa tujuan orang berpidato dalam sebuah acara
adalah hanya mengutarakan Alhamdulillah dan Shalawat, maka hal
ini tidak bisa diterima, dan setiap yang berpikiran sehat akan
menolaknya.
Jadi, jika telah dipahami bahwa jika orang sudah menyampaikan
nasihat dalam khutbah Jumat, dan itu sudah dilakukan oleh khatib,
maka dia telah cukup disebut telah menjalankan perintah. Hanya saja
jika dia mendahuluinya dengan membaca puji-pujian kepada Allah
Taala dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, serta mengaitkan
pembahasannya dengan membaca ayat-ayat Al Quran, maka itu lebih
sempurna dan lebih baik. (Imam Shiddiq Hasan Khan, Ar Raudhah
An Nadiyah, 1/137)

8. Menyampaikan Khutbah, dengan semangat dan serius.

(HR. Muslim No. 867)

9. Hendaknya mengulas Khutbah dengan bahasa yang mudah


dimengerti jelas dan pada pokok masalah. Imam An Nawawi
berkata: Khutbah disunahkan dengan kata-kata yang fasih dan
lancar, tersusun dan teratur rapi, mudah dimengerti jangan terlalu
tinggi, dan bertele-tele, atau melantur sebab hal itu tidak berbekas
dihati. Seharusnya Khathib memilih kata-kata yang mudah, singkat
dan berisi. (Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, 1/311 )

10. Cara Nabi Menutup Khutbah:

:
:

(HR. Al Fakihani, Akhbarul Makkah, Juz. 4, Hal. 474, No. 1731)
11. Lalu duduk. Ketika duduk tak ada riwayat bahwa Rasulullah berdoa saat itu.
Namun, sebagian ulama salaf mengatakan saat itu adalah saat istijabahnya doa.

12. Khutbah Kedua, dibuka sama dengan khutbah pertama. Boleh dengan
pembukaan yang lebih pendek, misalnya: Hamdan katsiiran toyyiban mubarakan
fiih .... Atau lainnya, dan shalawat kepada nabi.
Sebagian Ulama seperti Asy Syaikh Nashiruddin al Albani mengatakan bidah
hukumnya khutbah kedua, tanpa ada khutbah, alias langsung berdoa. Maka,
hendaknya sebelum berdoa kita simpulkan dahulu apa yang pada khutbah pertama
kita bahas.

13. Doa, minimal doa untuk kaum muslimin baik yang masih hidup dan
sudah mati. Dengan didahului, tahmid,shalawat, dan doa.
Berdoa bukan dengan dengan mengangkat kedua tangan tapi menunjuk
dengan jari telunjuk kanan ke atas.




(HR. Muslim No. 874)

Catatan:
Kebiasaan membaca Innalllaha yamurukum bil adli wal ihsan
dst, tidak dikenal pada masa Rasulullah dan empat khalifah,
bacaan tersebut, tetapi baru dikenal pada masa Umar bin Abdul
Aziz.

Sehingga, boleh-boleh saja dibaca, dengan syarat jangan dianggap


kewajiban atau sunah Nabi, sebab tak ada satu pun riwayat yang
menyebutkan hal itu dilakukan oleh Rasulullah dan sahabat.
Wallahu Alam


Persiapan Khutbah
Memilih tema:
yang hangat (aktual dan faktual)
Dibutuhkan masyarakat
(utamakan masalah tauhid, kabar gembi dan ancaman, surga dan neraka,
ukhuwah, jihad, dll)
2. Bagi yang terbiasa pakai teks, buatlah konsep yang sederhana, dengan
membubuhkan dalil-dalil Al Quran dan As Sunnah yang Shahih. Hendaknya
kita memiliki persiapan berbagai buku dan kumpulan hadits shahih (Bukhari
dan Muslim)
3. Menyiapkan fisik dan mental yang prima, bersuara lantang dan tampil penuh
percaya diri. Ingat! khutbah Jumat sangat efektif dalam mempengaruhi
pandangan manusia, walau Anda berkhutbah lama, tetapi isinya menarik,
Jamaah akan sangat menikmati.
4. Tentunya tidak lupa menyiapkan pakaian yang layak dan wani-wangian, supaya
menambah wibawa bagi khatib.
5. Bila perlu belajar retorika, intonasi, gerak wajah, supaya kita juga memiliki
bahasa tubuh yang sesuai dengan tema pembahasan. Bagaimana wajah
serius, wajah sedih, wajah semangat, wajah prihatin dll
1.

You might also like