You are on page 1of 7

Prof. Dr. dr. Marijata, Sp. B.

(K)BD Edited by _uc_

Rabu, 13-0509

Keep Fight !!!

Trauma Abdomen
Prof. Dr. dr. Marijata, Sp.B.(K) BD
Edited by _uc_ & invyruu

Bahan tambahan dari keterangan kuliah Prof. Marijata, Buku Ajar Ilmu Bedah-De Jong & Anatomi Klinik-Snell jilid 2.

TRAUMA
Physic mekanik termis elektrik Chemis Biologis bakteri virus parasit fungsi Psikis

Trauma mekanik timbul karena adanya suatu gerakan dari benda tersebut dan Trauma termis disebabkan oleh suhu. Yang disebabkan oleh suhu panas misalnya Trauma elektrik sperti yang sudah kita pelajari di tutorial scenario 1, akibatnya bisa
ringan seperti tingling sensation hingga fatal seperti kematian akibat cardiac arrest maupun respiratory muscle paralysis. Trauma kimia bisa berasal dari asam kuat ataupun basa kuat yang akan menimbulkan trauma/ luka, contoh: bapaknya waktu itu cerita ada bapak2 blm pernah minum sprite, trus anaknya naruh botol sprite di atas meja padahal isinya itu air aki, jadinya esofagusnya luka dan timbul striktur, sehingga harus dilakukan gastrotomi. menimbulkan luka pada diri kita.

heat stroke dan combustion (luka bakar), suhu dingin misalnya fross bite.

Pada trauma biologi disebabkan o/ karena bakteri, fungi, virus, parasit infeksi. Trauma psikis biasanya akan berhubungan dengan ilmu kedokteran jiwa/ psikiatri.

TRAUMA ABDOMEN
Ada 3 kompartemen dalam abdomen: Intraperitoneal (di dalam rongga peritoneal) Retroperitoneal (di belakang rongga peritoneal) Pelvic (rongga panggul)
Review sedikit nich, peritoneum adalah membrane serosa tipis, terdiri dari: 1. Peritoneum parietale : membatasi dinding abdomen dan rongga pelvis. Bagian ini peka terhadap rangsang nyeri, suhu, raba, & tekanan. 2. Peritoneum visceral : menyelimuti bagian luar organ-organ viscera. Bagian ini dipersarafi oleh saraf otonom & peka terhadap rangsang regangan (over-distensi), tarikan, atau kontraksi yang berlebihan yang menyebabkan iskemia (misalnya pada kolik atau radang). 3. Cavum peritoneum adalah ruangan antara peritoneum parietale & peritoneum viscerale. Peritoneum juga mensekresi sedikit cairan serosa berwarna kuning pucat dan sedikit kental serta mengandung leukosit. Fungsi cairan ini terutama adalah untuk melumasi permukaan peritoneum dan mempermudah gerak bebas antar organ viscera yang biasanya saling bergesekan. Untuk keterangan lebih lanjutnya, silakan teman2 buka Anatomi Klinik Snell.

Intraperitoneal Abdomen atas Diafragma Hepar, lien Gaster, colon transversum

Abdomen bawah Usus halus (ileum), colon transversum

Retroperitoneal Vassa, tractus urogenital (ginjal dextra et sinistra, ureter), pancreas Colon ascenden, descenden
Selain organ-organ di atas, duodenum, vena cava inferior, dan aorta abdominalis juga berada di retroperitoneal.

Pelvic

Restu Fotocopy (0274.7001172) 2nd Bulletin of Trauma & Emergencies Block | MISC05

Prof. Dr. dr. Marijata, Sp. B. (K)BD Edited by _uc_

Rabu, 13-0509

Rectum, vesica urinaria (VU)

Vassa Genitalia

ASSESMENT
Ada cedera? Cedera apa? A.Riwayat a. Auto/ allo anamnesis b. Jenis trauma c. Mekanisme trauma B.Pemeriksaan fisik a. Inspeksi i. jejas b. Palpasi i. Nyeri tekan ii. Nyeri lepas tekan iii. Defans muskuler (cirinya pada pasien yang tidur terlentang, perut teraba keras seperti papan) c. Perkusi i. Pekak hepar hilang

Pada kondisi tertentu, misalnya pada perforasi organ berongga, hepar yang diperkusi tidak pekak lagi, tapi menjadi timpani. Hal ini terjadi karena udara berpindah menuju tempat yang lebih tinggi posisinya, yaitu di bawah diafragma/ sekitar hepar.

ii. Pekak beralih d. Auskultasi i. Suara usus (perhatikan normal/ hiperperistaltik/ penurunan peristaltik/ metallic sound, dsb.) e. RT i. Darah ii. Tonus sfingter iii. Prostat (pada perdarahan abdomen/ pelvis, mungkin dapat ditemukan prostat yang terapung). f. Penis i. Darah pada meatus C. Intubasi a. NGT i. ii. iii. b. Kateter i.

Diagnostic : darah Amylase & lipase Golongan darah Diagnostic : 1. Gross hematuri Gross hematuri mungkin menunjukkan adanya perdarahan pada traktus urinarius 2. Monitor cairan

kurangnya urin yang diproduksi mungkin menujukkan dehidrasi atau gangguan fungsi ginjal

ii. iii.

Terapetik : dekompresi KI : 1. Prostat 2. Darah di metaus 3. Hematoma scrotal

D.Laboratorium a. Darah i. Hb, hmt, Al, Diff.Tell

ii. iii.

Amylase & lipase Gol. darah 2

Restu Fotocopy (0274.7001172) 2nd Bulletin of Trauma & Emergencies Block | MISC05

Prof. Dr. dr. Marijata, Sp. B. (K)BD Edited by _uc_

Rabu, 13-0509

b. Urin i. Urinalisa E. Rontgen a. Foto polos i. Udara bebas ii. Garis psoas hilang iii. Cedera tulang b. Foto kontras i. Urethrografi ii. Cystografi iii. IVP iv. OMD & colon in loop DPL dilakukan pada trauma tumpul maupun penetrating
abdominal injuries lainnya dengan indikasi2 tertentu.

Sebenernya ada 3 teknik DPL, yaitu open, semi-open, &


closed DPL. Prof. Marijata hanya menjelaskan, DPL biasanya dilakukan pake kateter besar dan garam fisiologis ( NaCL 0,9% 1 L), jadi dibuat lubang di bawah umbilikus , lalu kateter dimasukkan di mana terjadi perdarahan (?), buat jahitan supaya cairan gak keluar, ditunggu sampai garam fisiologis dalam plabhot abis, setelah itu plabhot yang udah kosong dtarok dibawah dan ditunggu biar air dalam perut td kembali masuk ke plabhot, nah air yang masuk dalam plabhot ini yang akan dinilai. Kenapa harus NaCl fisiologis bukan aquades/ aqua bides? Karena air/ aquades bersifat hipotonik sehingga akan banyak diserap masuk ke dalam sel darah (eritrosit) akibatnya kalo kita pake aquades maka akan terjadi hemolisis sehingga dapat mengaburkan diagnosis.

F. Pemeriksaan khusus a. DPL (Diagnostic Peritoneal Lavage) Positif bila : 1. Eritosit > 100.000/mm3 2. Leukosit > 500/mm3 3. Terdapat sisa tumbuhan 4. Ditemukan parasit 5. Amylase/ lipase

Interpretasi DPL: 1. Kualitatif (-/+) Dikatakan (+) bila tulisan di bagian dalam kantong infuse (plabhot) dapat terbaca dari depan, dikatakan (-) bila sebaliknya. 2. Kuantitatif Pembacaan secara kuantitatif dlakukan dengan hitung

b.

CT Scan DPL Lebih cepat Lebih besar Semua pasien

Perbedaan WAKTU TRANSPORT SENSITIFITAS SPESIFISITAS KEAMANAN

CT-SCAN Perlu Lebih besar Pasien stabil

Kini, DPL udah mulai jarang digunakan karena semakin luas digunakannya alat penunjang diagnostik lain seperti rotgen, USG, CT-Scan, dsb. CT-scan lebih spesifik daripada DPL karena dapat (dg lebih spesifik) menemukan asal perdarahan dalam abdomen. Namun, CT-scan tidak sesensitif DPL dalam hal menemukan ada tidaknya perdarahan dlm abdomen.

KEHILANGAN DARAH
Tabel di bawah ini menunjukkan lokasi trauma dan kemungkinan (potensi) kehilangan darah.

Tempat Trauma Pelvis Femur Tibia Dada

Potential loss (l) 0,5 3 1-2 0,5 1 >2 3

Restu Fotocopy (0274.7001172) 2nd Bulletin of Trauma & Emergencies Block | MISC05

Prof. Dr. dr. Marijata, Sp. B. (K)BD Edited by _uc_

Rabu, 13-0509

Perut Lengan atas Lengan bawah

>2 0,5 1 0,5 - 1

Kematian Karena Perdarahan


I. Dalam Beberapa Menit I a. Kerusakan organ berat. b. Kerusakan jantung dan vasa-vasa besar. c. Sulit diselamatkan. II. Dalam Bebera Jam I a. Perdarahan hipovolemia. b. Perdarahan ke rongga tengkorak/ pericard (tamponade cordis). c. Kemungkinan Dapat Diselamatkan. III. Dalam Beberapa Minggu a. Sepsis b. MOF (multiple organ failure)

TRAUMA ABDOMEN BERDASARKAN JENIS


1. Tumpul
(de Jong hlm. 93-94) Trauma tumpul kadang tidak memberikan gambaran kelainan yang jelas pada permukaan tubuh, tapi dapat mengakibatkan kontusio atau laserasi organ atau jaringan di bawahnya.

a. Benturan
Benturan benda tumpul pada abdomen dapat menyebabkan cedera organ berongga berupa perforasi atau pada organ padat berupa perdarahan.

b. Gilasan c. Deselerasi terjadinya pengurangan (perlambatan) kecepatan secara mendadak, contohnya pada saat kendaraan melaju
100 km/jam kemudian direm/ berhenti mendadak sehingga penumpang akan tertahan dan juga organ-organ yang bertangkai, sehingga biasanya akibat dari hal tersebut organ sering terlepas dari hilus/ penggantungnya (avulsi).

2. Tajam a. Tusukan

Luka tusuk akibat benda runcing disebut vulnus punctum. Buat review aja, ada jenis luka selain akibat tusukan:

Vulnus Scissum luka sayat akibat benda tajam Luka robek, laserasi atau Vulnus Laceratum merupakan luka yang tepinya tidak rata disebabkan oleh
benda yang permukaannya tidak rata

Ekskoriasi luka lecet pada permukaan kulit akibat gesekan Luka bakar/ combustio akibat panas/ benda kimia, dsb. (de-Jong hlm.92-93) b. Tembakan i. Low velocity,

Contohnya senapan angin.

ii. High velocity, Contohnya senjata api, peluru yang masuk dapat bersarang di tubuh atau keluar, sehingga harus kita
perhatikan titik masuk dan titik ke luar untuk kemudian memperkirakan organ-organ yang kemungkinan rusak akibat perjalanan peluru di dalam tubuh (dieksplorasi).

Restu Fotocopy (0274.7001172) 2nd Bulletin of Trauma & Emergencies Block | MISC05

Prof. Dr. dr. Marijata, Sp. B. (K)BD Edited by _uc_

Rabu, 13-0509

Jalan peluru di dalam tubuh sendiri dapat dibelokkan karena defleksi oleh tulang sampai berputar di
dalam rongga, seperti bila terjadi di thorax atau tenggorokan. Jalan peluru tergantung dari posisi penderita sewaktu terkena tembakan. Kadang luka masuk tidak sesuai dengan luka keluar. Peluru yang mengenai tulang dapat menimbulkan kondisi yang lebih gawat, karena tulang dapat rusak & menjadi peluru sekunder yang menyebabkan kerusakan lebih lanjut. Ketika peluru mengenai jaringan, timbul suatu gelombang kejut yang menyebar dari peluru dengan kecepatan 1.500 m/detik. Kerusakan akibat gelombang kejut menyebabkan kerusakan yang dapat jauh lebih luas daripada yang disebabkan oleh peluru sendiri, termasuk menyebabkan timbulnya rongga sekitar jalur peluru. Lebih lanjut, kejadian ini akan menyebabkan kerusakan, perdarahan & konyaminasi yang luas. Gerakan peluru dapat beragam tergantung jenis laras senapan. Jika peluru melesat berjungkir-balik akan menyebabkan kerusakan lebih luas.

Jenis peluru terutama ada 2, yaitu: Peluru yang berubah bentuk sewaktu ditembakkan (misalnya peluru yang ujungnya terbuat dari logam
lunak seperti timah) menimbulkan kerusakan lokal yang lebih luas & serius.

Peluru yang ujungnya tidak berubah bentuk. Dengan demikian perlu diperhatikan lokasi & posisi tubuh yang terkena tembakan, jenis senapan, serta
jenis peluru. (de-Jong hlm. 93-94)

Trauma tersebut diatas akan menimbulkan gangguan seperti : Perdarahan Perforasi organ berronggaperitonitis
(dapat menyebabkan peritonitis karena jika terjadi perforasi pada organ-organ tesebut maka mikroorganisme yang terdapat didalamnya akan menyebabkan peradangan pada peritoneum, padahal seharusnya mikroorganisme tersebut berfungsi sebagai decomposer makanan.)

TRAUMA ABDOMEN BERDASARKAN ASAL PERDARAHAN


1. Organ Padat a. Intraperitoneal i. Hepar ii. lien 2. Pembuluh Darah a. Retroperitoneal b. c. Messenterium
bagian peritoneum yang menggantungkan usus ke dinding posterior abdomen.

i. ii.

b. Retroperitoneal Pancreas ginjal

Terdapat vena cava inferior, aorta abdominalis, a.v. renalis, dsb.

Omentum

bagian peritoneum yang menggantungkan lambung ke organ lain di sekitarnya. Peritoneum (omentum, messenterium, ligamentum peritoneal) merupakan tempat di mana banyak pembuluh darah menuju organ viscera (Snell).

d. Dinding perut e. Pelvis

AKIBAT PERDARAHAN PADA TRAUMA ABDOMEN


1. Sistemik a. Shock hipovolemik 2. Lokal a. Nyeri perut,

Restu Fotocopy (0274.7001172) 2nd Bulletin of Trauma & Emergencies Block | MISC05

Prof. Dr. dr. Marijata, Sp. B. (K)BD Edited by _uc_

Rabu, 13-0509

Adanya darah di rongga perut dapat menyebabkan rangsangan peritoneum dan nyeri, yang dapat berlanjut menjadi anemia hemoragik dan syok hemoragik jika tidak segera ditangani. Beberap kasus gawat abdomen yang menyebabkan rangsang peritoneum, membuat penderita cenderung tidak bergerak, bernafas dangkal, & menahan batuk untuk menghindari nyeri (de Jong hlm. 191).

b. Pekak beralih/ shifting dullness (tanda-tanda terdapatnya cairan, termasuk darah), c. Rangsangan peritoneal,

i. Nyeri tekan ii. Defens muscular (cirinya pada pasien yang tidur terlentang, perut keras seperti papan) iii. Suara usus menurun 3. Perforasi Organ Berongga
Tanda klinis awal pada perforasi saluran cerna atau saluran lainnya antara lain; perut tampak cekung (awal); tegang; bunyi usus kurang aktif (lanjut); pekak hati hilang; nyeri tekan; & defans muskuler (de Jong hlm. 190). Selanjutnya gejala juga sangat dipengaruhi oleh organ yang mengalami kerusakan.

a. Gaster (terdapat asam lambung yang merupakan iritan kuat), b. Duodenum (berisi cairan pancreas dan empedu), c. Usus halus (berisi makanan yang sudah tercerna, relatif aman karena sudah tidak mengandung enzim-enzim yang berbahaya), d. Colon (berisis sisa makanan yang sudah terdekomposisi oleh mikroorganisme), e. Vesica urinaria (berisi urin, umumnya bersifat asam sehingga dapat mengiritasi organ sekitar. VU
yang kososng terlindung di belakang simfisis pubis, namun VU yang penuh sangat mudah rupture karena tidak sepenuhnya terlindung),

f. Vesica velea (berisi empedu). 4. Tanda-Tanda Peritonitis a. Inspeksi : distensi b. Palpasi : nyeri tekan, nyeri lepas tekan, defans muscular c. Perkusi : pekak hepar menghilang d. Askultasi : peristaltic menurun atau hilang

Tanda klinis lain yang penting: tanda rangsang peritoneum (penderita tidak bergerak, nyeri perut ketika batuk),, mungkin terdapat tanda infeksi umum, dan keadaan umum biasanya menurun (de-Jong hlm. 190).

Waktu timbulnya peritonitis Tanda2 Peritonitis

0 Gaster/duodenum/v.u/v.f

6 colon

11 usus halus

Gaster, duodenum, vu, vf : jika terjadi perforasi akan menyebabkan peritonitis kimia karena asam lambung atau empedu, hal ini dapat berlangsung menjadi peritonitis bacterial. Kolon : akan menimbulkan gejala perforasi setelah 6 jam masa inkubasi bakteri. Usus halus : akan menimbulkan gejala perforasi setalah 12 jam , dikarenakan terjadinya banyak gerakan pada usus halus ketika terjadi prforasi sehingga kontraksi otot tersebut akan menutupi gejala2 perforasi. Pemeriksaan : 1. foto polos abdomen (digunakan untuk mengetahui terjadinya kebocoran dan menentukan ada tidaknya perdarahan gambaran garis psoas hilang ) 2. IVP (dilakukan jika pasien dalam kondisi yang stabil) 3. Uretrosystografi 4. Angiografi

Restu Fotocopy (0274.7001172) 2nd Bulletin of Trauma & Emergencies Block | MISC05

Prof. Dr. dr. Marijata, Sp. B. (K)BD Edited by _uc_

Rabu, 13-0509

5. Bila terdapat tanda jejas : eksplorasi laparotomi 6. Bila tidak terdapat tanda jejas : observasi ketat

PENATALAKSANAAN :
Trauma tumpul : Pemeriksaan awal dan resusitasi : ABC (Airway, Breathing, Circulation) Pemeriksaan lengkap: o Mekanisme trauma/riwayat o Periksa seluruh tubuh: Cedera bagian tubuh yang lain Jejas: dada bawah, perut, pinggang Tanda-tana abdominal Laboratorium o Hb, Hct, AL, diff tell ( Hb menurun berarti terjadi perdarahan, AL meningkat berarti terjadi peritonitis) o AGD (analisa gas darah ) o Elektrolit o Gol.darah o Amylase, lipase ( cedera pancreas) o Urin analisa (cedera ginjal ditunjukkan dengan mikrohematuri ) Trauma tajam : Luka tembak o Ro foto: letak peluru o Eksplorasi laparatomi Luka tusuk o Eksplorasi luka, bila tembus fascia belakang, otot peruteksplorasi laparotomi o Bila ragu2DPL

Mohon maaf kalau ada kekuangan, he8 buat layouter maaf banget telatada sesuatu hal yang gak bisa dijelaskan trus jd telat deh maaap2.. Sekian saja dan terima kasih.

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat, Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi(segala perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (Q.S. Al-Baqoroh (2): 186)

Restu Fotocopy (0274.7001172) 2nd Bulletin of Trauma & Emergencies Block | MISC05

You might also like