Professional Documents
Culture Documents
Amiruddin Syam
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Jalan A. Yani No. 70, Bogor 16161
ABSTRAK
Upaya pemerintah dalam memperbaiki pengelolaan lahan kering di daerah aliran sungai (DAS) bagian hulu telah
dilakukan melalui berbagai proyek. Proyek tersebut bertujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan dan
pendapatan petani, serta untuk mendorong partisipasi petani dalam pelestarian sumber daya tanah dan air. Hasil
kajian menunjukkan bahwa sistem usaha tani konservasi teras bangku dan teras gulud dapat meningkatkan
produktivitas usaha tani dan pendapatan petani, serta dapat menurunkan laju erosi. Tingkat adopsi teknologi
secara parsial cukup tinggi, khususnya teknologi pola tanam, varietas unggul, budi daya tanaman pakan dan usaha
ternak, serta upaya tindakan konservasi tanah secara vegetatif. Hasil tersebut diduga karena evaluasi dan analisis
alternatif sistem konservasi belum memberikan informasi yang komprehensif. Untuk mengadopsi paket teknologi
secara utuh, para petani mengalami kesulitan karena beberapa kendala seperti keterbatasan modal dan tenaga kerja
keluarga. Implikasi kebijakan pada tahapan perbaikan teknologi dan formulasi kebijakan perlu memperhatikan
upaya untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam pelestarian sumber daya tanah dan air. Pada tahap awal,
pemerintah berperan untuk meningkatkan sumber daya manusia dan subsidi, dan pada tahap pengembangan untuk
mendorong pihak swasta agar berinvestasi di lahan tersebut.
Kata kunci: Lahan kering, pengelolaan daerah aliran sungai, pengelolaan lahan
ABSTRACT
Dry land management at upstream part of watershed area
Government efforts in improving management of dry land in upstream part of a watershed area have been carried
out through some projects. The general objectives of the projects were to increase land productivity, and farmers’
income, and to support farmers’ participation in land and water resource conservation. The results of the
assessment showed that application of bench terrace and bund terrace could increase crop productivity and
farmers’ income, and decrease erosion rate. The level of technology adoption was partially high enough, especially
cropping pattern, improved variety, fodder crop culture, animal husbandry, and vegetative land conservation. The
results were assumed because the evaluation and analysis of conservation system were based on limited information.
Some constraints inhibitted farmers in adopting the complete package of technology one capital and family labor.
Technology improvement and policy formulation should stressed on the community participation in implementing
land and water resource conservation. In early stage, the government needs to improve quality of human resources
and through the provision of subsidy. At the development stage, government needs to encourage private sector in
dry land investment.
Keywords: Uplands, watershed management, land management
model D, hasil panen lebih mengandalkan model C, dan 5,20 t/ha/tahun untuk Pemanfaatan Tanaman Tahunan
pada tanaman tahunan (buah-buahan model D (Tim Survei Tanah DAS Brantas
dan kayu-kayuan), sehingga selama 1988). Sembiring et al. (1991) mengemuka- Tanaman tahunan mempunyai peran
tanaman tersebut belum menghasilkan, kan bahwa penurunan erosi sampai penting dalam meningkatkan pendapatan
tingkat produktivitas usaha taninya pada ambang laju erosi terjadi pada dua petani lahan kering di DAS. Setiap ting-
masih rendah, bahkan lebih rendah model introduksi, yaitu model B sebesar kat kelerengan, tebal solum dan kepekaan
dibandingkan dengan model petani. 3,20 t/ha/tahun pada 1990/91 dan model tanah terhadap erosi membutuhkan
Setelah tahun ketiga, pendapatan C yang mencapai 6,40 t/ ha/tahun pada keberadaan tanaman tahunan dengan
usaha tani dari model B dan C semakin 1990/91. Pada dua model lainnya (A dan proporsi 25–100% (Proyek Penelitian
meningkat dan stabil, sedangkan pada D), erosi telah menurun tetapi masih di Penyelamatan Hutan, Tanah, dan Air
model petani relatif tetap. Sebaliknya atas ambang laju erosi, yaitu berturut- 1987).
pendapatan bersih model D setiap tahun turut 20,20 dan 11,40 t/ha/tahun. Pe- Namun, petani umumnya kurang
berfluktuasi, karena hasil panen masih nurunan erosi ini diduga karena kondisi menyadari manfaat tanaman tersebut
bergantung pada tanaman kayu-kayuan teras yang semakin mantap, tanaman sehingga motivasi mereka untuk me-
dan ternak kambing. penguat teras dan tanaman tahunan ngembangkan tanaman tahunan relatif
Batas ambang laju erosi setiap model sudah berkembang, serta pengelolaan kecil. Sebagai contoh, di Desa Sumber-
usaha tani konservasi sebesar 10,60 t/ha/ tanaman dan lahan yang semakin baik. Ini kembar dan Srimulyo (DAS Brantas),
tahun untuk model A, 10,50 t/ha/tahun terlihat dari nilai crops practice (CP) yang tanaman tahunan yang ditanam kurang
untuk model B, 8,40 t/ha/tahun untuk semakin kecil. mendapat perawatan sehingga banyak
Model A
Pendapatan kotor (Rp 000) 1.127 589,50 855,70 794 851,50 914,20 855,50
Total biaya (Rp 000) 608,80 226,90 232,50 322,20 245 234,50 311,70
Pendapatan bersih (Rp 000) 519 362,60 623,20 471,80 606,50 679,70 543,80
Tingkat erosi (t/ha/tahun) − 22 25,90 19,70 21,70 20,20 21,90
(0,0447) (0,0135)
Model B
Pendapatan kotor (Rp 000) 2.257,70 1.056,60 1.976,90 1.495,50 2.102,50 2.019 1.818
Total biaya (Rp 000) 1.789,70 633,20 675,90 548,30 684,20 554,60 814,30
Pendapatan bersih (Rp 000) 468 423,40 1.301 947,20 1418,30 1464,40 1.003,70
Tingkat erosi (t/ha/tahun) 324 15,50 10,40 3,80 3,30 3,20 7,20
(0,0214) (0,0035)
Model C
Pendapatan kotor (Rp 000) 1.562,80 996,70 1.616,20 1.149,10 2180,80 2030,50 1.589,40
Total biaya (Rp 000) 1.211,40 662,90 525,40 434,90 646,80 597,40 679,80
Pendapatan bersih (Rp 000) 351,40 373,80 1.090,80 714,20 1.534 1433,10 909,60
Tingkat erosi (t/ha/tahun) − 17,10 19,60 6,80 6,30 6,40 10,10
(0,0236) (0,0007)
Model D
Pendapatan kotor (Rp 000) 221,50 156,40 105 669 195,50 622,80 328,40
Total biaya (Rp 000) 256 58,80 60,50 201,50 105 174,50 142,70
Pendapatan bersih (Rp 000) -34,50 97,60 44,50 167,50 90,50 448,30 185,70
Tingkat erosi (t/ha/tahun) − 9,10 32,50 12 13,20 11,40 13,50
(0,0013) (0,0001)
yang mati (Proyek Penelitian Penyelamat- struktur teknik konservasi belum dihitung yang akan dialami jika diterapkan suatu
an Hutan, Tanah, dan Air 1988). Penelitian sebagai pengeluaran. tindakan konservasi. Ketiga, manfaat
di Desa Kates menunjukkan bahwa Analisis proyek seharusnya dapat investasi penerapan teknologi konservasi
keengganan petani untuk memelihara menjangkau periode manfaat ekonomi diperoleh dengan mengurangi nilai kini
tanaman tahunan selain jeruk disebab- secara penuh, seperti diuraikan oleh Lutz (net present value) biaya dan manfaat
kan oleh ketidaktahuan petani akan peran et al. (1994) dan Current et al. (1995). Akan tanpa dan dengan teknologi konservasi.
tanaman tersebut (Proyek Penelitian lebih sempurna bila dianalisis dari dua Selanjutnya, manfaat dan biaya marginal
Penyelamatan Hutan, Tanah, dan Air sisi, yaitu manfaat bagi masyarakat dan dapat dihitung dan diperbandingkan satu
1989). Di beberapa daerah, tanaman individu petani. Namun, dari sisi petani sama lain.
tahunan terutama jeruk berkembang saja sudah cukup memadai karena: 1)
cukup pesat, seperti di Desa Sumberejo pengambilan keputusan penggunaan
(Blitar) dan Desa Kates (Tulungagung) lahan dilakukan oleh petani (bukan oleh
(Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan, pemerintah) berdasarkan tujuan, manfaat PROSPEK PENGEMBANGAN
Tanah, dan Air 1988). yang dapat diperoleh dan kendala yang USAHA TANI KONSERVASI
Model analisis di atas kurang dihadapi, dan 2) penggunaan lahan
LAHAN KERING
memadai untuk tanaman buah-buahan umumnya tergantung pada sifat-sifat
atau pada model/sistem usaha tani lain biofisik spesifik lokasi yang bervariasi
yang mempunyai komponen tanaman walaupun dalam luasan yang kecil. Prospek Pengembangan
tahunan yang mempunyai nilai ekonomi, Analisis proyek perlu dilakukan
seperti kayu, getah, pupuk kompos, dan mengikuti prinsip berikut ini. Pertama, Adnyana dan Manwan (1993) menge-
makanan ternak (Syam et al. 1993). Periode pengaruh erosi terhadap produktivitas mukakan bahwa pengembangan usaha
evaluasi P3HTA selama 6 tahun belum berbeda-beda pada setiap titik waktu tani terpadu berkelanjutan ditentukan
menggambarkan nilai ekonomi sepenuh- (misalnya satu tahun) selama periode oleh empat faktor utama, yaitu: 1) komit-
nya dari tanaman tahunan, karena dalam yang diinginkan. Data setiap titik waktu men kebijakan dan program pemerintah;
periode tersebut, baru 2–3 tahun tanaman tersebut kemudian dipakai untuk men- 2) dukungan eksternal (penyuluhan,
tahunan memberikan manfaat. Berkaitan duga manfaat tiap tahun. Kedua, peng- kredit, subsidi, pemasaran, serta ke-
dengan itu, nilai investasi untuk membuat hitungan tersebut diulangi untuk kondisi lembagaan dan unsur pelayanan lainnya);