You are on page 1of 5

DERMATITIS STASIS

Dermatitis statis adalah dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena (hipertensi vena) tungkai bawah. Epidemiologi : Umur penderita biasanya dewasa tua Pria lebih banyak dibanding wanita Etiologi : gangguan aliran darah vena Etiopatogenesis : (terdapat beberapa hipotesis) 1. Meningkatnya tekanan hidrostatik dalam sistem vena sehingga terjadi kebocoran fibrinogen masuk kedalam dermis. Fibrinogen yang berada diluar pembuluh darah itu berploriferasi membentuk fibrin perikapiler dan interstinum, sehingga akan menghalangi difus oksigen dan makanan yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup kulit. Lalu terjadilah kematian sel. 2. Keluarnya molekul makro kedalam dermis, akibat hipertensi vena/ kerusakan kapiler, akan merangkap growth factor dan substansi stimulator lain/homeostatik. Sehingga tidak mampu mempertahankan integritas jaringan dan proses perbaikan bila terjadi luka akibat trauma yang ringan. 3. Akibat hipertensi vena, menyebabkan perbedaan tekanan antara sistem arteri dan vena menurun, menyebabkan aliran darah dalam kapiler antara sistem tersebut berkurang. Sehingga agregasi eritrosit dan sumbatan leukosit dalam kapiler dan menyebabkan iskemia. Gambaran klinis : tekanan vena meningkat pada tunkai bawah menyebabkan pelebaran vena, varises, edema. Kemudian lama-kelamaan kulit akan berwarna merah kehitaman dan timbul purpura (karena ekstravasasi sel darah merah

kedalam dermis). Kelainan dimulai dipermukaan tungkai bawah bagian medial lateral. Meluas hingga kebawah lutut. Terjadi eritema, skuama, kadang eksudasi, dan gatal. Jika lama kelamaan, kulit menjadi tebal dan fibrotik 1/3 tungkai bawah. Histopatologi Epidermis : tampak hiperkeratosis, akantosis Dermis : vasodilatasi ujung-ujung pembuluh darah dan sebukan hemosiderin dalam dermis dan sel-sel polinukleus. Pemeriksaan penunjang : venografi untuk melihat sumbatan Komplikasi : ulkus, infeksi sekunder misalnya selulitis. Diagnosis banding : Dermatitis kontak, dermatitis numularis, dan penyakit schamberg. Pengobatan : a. Untuk edema : tungkai dinaikan pada saat tidur atau duduk. Diangkat keatas permukan jantung selama 30 menit. b. Memakai kaos kaki penyangga varises atau pembalut elastis c. Eksudat dikompres dan setelah kering diberi krim kortikosteroid d. Antibiotik sistemik untuk infeksi sekunder Prognosis : baik apabila faktor penyumbat dapat dihilangkan

DERMATITIS AUTOSENSITISASI
DEFINISI Dermatitis autosensitisasi ialah dermatitis akut yang timbul pada tempat jauh dari fokus inflamasi lokal, sedangkan penyebabnya tidak berhubungan langsung dengan penyebab fokus inflamasi tersebut. GAMBARAN KLINIS Autosensitisasi umumnya dalam bentuk erupsi vesikular akut dan luas, sering berhubungan dengan ekzem kronis di tungkai bawah ( dermatitis stasis) dengan atau tanpa ulkus. Dapat pula terjadi pada dermatitis lain,aplikasi bahan kimia yang bersifat iritan, maupun sensitizer, dan radiasi ion, juga karena angry back (excited skin) syndrome. Kelainan muncul 1 sampai beberapa minggu setelah terjadinya peradangan lokal pertama (biasanya dermatitis pada tungkai bawah ), berupa erupsi akut yang tersebar simetris, sangat gatal, terdiri atas eritema, papul dan vesikel. Erupsi tersebut menngenai lengan bawah, paha, tungkai bawah, batang tubuh, muka, tangan , leher dan kaki (sesuai dengan urutan kekerapan kejadian). Bila mengenai telapak tangan, menyerupai pomfoliks. Kelainan ini baru menghilang, bila penyakit utamanya disembuhkan. DIAGNOSIS Diagnosis dermatitis autosensitisasi adalah ekslusif, yaitu bila tidak dapat dibuktikan bahwa suatu kelainan berupa erupsi akut papulovesikel yang tersebar (setelah adanya fokus inflammasi di suatu tempat) bukan disebabkan oleh dermatitis kontak alergi sekunder dan atau infeksi sekunder oleh bakteri, jamur, virus atau parasit. PENGOBATAN Pengobatan ditujukan kepada penyakit awal yang memicu timbulnya dermatitis autosensitisasi. Bila lesi basah, di kompres. Dapat diberikan kortikosteroid sistemik, bila lesi cukup berat, dan topikal, bila kelainan kulitnya ringan. Untuk mengurangi rasa gatal dapat diberikan antihistamin, atau antipruritus topikal. Bila ada infeksi sekunder diberi antibiotik per oral.

You might also like