You are on page 1of 13

BAB VI BAB VI METODOLOGI PELAKSANAAN METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN PEKERJAAN

6.1

Pendekatan

Metodologi pelaksanaan pekerjaan dalam kegiatan ini akan menjadi dasar penyusunan rencana kerja dan jadwal kegiatan. Dalam rangka untuk mencapai produk yang dihasilkan, yaitu Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan

Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik maka dilakukan pendekatan sebagai berikut:
a. Kajian Peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penataan ruang, kajian laporan kegiatan sebelumnya yaitu Grand Scenario Gerakan Peningkatan Kepedulian dalam Penataan Ruang serta dokumen terkait lainnya; b. Melakukan diskusi dengan berbagai ahli pengembangan wilayah dan stakeholder terkait untuk membahas materi skenario. c. Melakukan kajian dan evaluasi tentang isu atau kondisi, potensi dan kendala serta tantangan dalam melakukan kampanye (pendidikan) publik di bidang penataan ruang. Kajian dan evaluasi tidak hanya mencakup aspek sosial dan budaya, tetapi juga mencakup hukum dan kelembagaan serta pengaruh perkembangan teknologi komunikasi dan informasi serta aspek-aspek lain yang terkait. d. Mengidentifikasi permasalahan penataan ruang di wilayah studi serta melakukan kajian terhadap lesson learned praktek penyelenggaraan penataan ruang di wilayah studi mewakili kawasan sudah berkembang, kawasan yang sedang berkembang dan kawasan pengembangan baru. Dari hasil temuan dapat diketahui permasalahan penataan ruang serta potensi dan kendala dalam melakukan kampanye publik. e. Merumuskan substansi materi bahan kampanye publik serta target group berdasarkan temuan-temuan di daerah studi . f. Dari hasil perumusan tersebut disusun paket skenario film layanan masyarakat. finalisasi film yang menggambarkan proses penyelenggaraan penataan ruang. Kerangka Pendekatan Pekerjaan dapat dilihat pada gambar 6.1. g. Membuat film layanan masyarakat, yang mencakup editing dan penyempurnaan serta

Laporan Pendahuluan

Gambar 6.1 Kerangka Pendekatan


Peraturan Perundangundangan terkait Penataan Ruang

Grand Scenario Gerakan Peningkatan Kepedulian Publik dalam Penataan Ruang

Strategi Komunikasi Masyarakat

Kampanye Publik

Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah

Temuan daerah : - Potensi dan Permasalahan Penataan Ruang - Lesson Learned

- Materi (TOR) - Target group FLM - Jenis Film

Skenario FLM

Film Layanan Masyarakat

6.2

Strategi Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang

Dalam proses komunikasi bahan kampanye lazim disebut pesan (message), sebagaimana tergambar sebagai berikut :

Sender

Encoding

Message Media

Decoding

Receiver

Noise

Feedback

Response

Senders field Of experience

Receivers field Of experience

VI - 2
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

Laporan Pendahuluan

Perumusan pesan (bahan kampanye) disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam Kampanye Publik Penyelenggaraan Penataan Ruang dan disesuaikan dengan khalayak sasaran yang dituju.

6.2.1 Muatan dalam Film Layanan Masyarakat Dalam upaya peningkatan kesadaran dan peran positif masyarakat dalam

penyelenggaraan penataan ruang, masyarakat sangat perlu diberikan informasi, di antaranya tentang: 1) Pengertian Penataan Ruang (UU No.24 Tahun 1992), dimana penyelenggaraan penataan ruang adalah rangkaian proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. 2) Pengertian tata ruang, sebagai wujud struktural pemanfaatan ruang dan pola pemanfaatan ruang, baik yang direncanakan maupun tidak, yang menunjukkan adanya hirarki dan keterkaitan pemanfaatan ruang 3) Empat Prinsip Pokok Penataan Ruang a) Holistik dan Terpadu b) Keseimbangan Kawasan Hulu dan Hilir c) Keterpaduan Penanganan secara Lintas Sektor dan Lintas Wilayah d) Pelibatan Peran Serta Masyarakat mulai tahap Perencanaan, Pemanfaatan, dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang. 4) RTRW merupakan hasil perencanaan tata ruang, sebagai landasan (acuan) pembangunan sektoral; agar terjadi sinergi dan efisiensi pembangunan serta menghindari konflik dan dampak negatif pembangunan, dan memuat: a) Pola pemanfaatan ruang (arahan pemanfaatan kawasan lindung dan budidaya) b) Struktur pemanfaatan ruang (arahan pengembangan sistem permukiman dan sistem prasarana/sarana). 5) Isu-isu penataan ruang terkait dengan pembangunan perumahan dan pemukiman: a) Pemanfaatan lahan perumahan dan permukiman yang mengacu pada RTRW. b) Izin lokasi melebihi kebutuhan nyata. c) Pembangunan perumahan dan permukiman yang belum memberikan rasa keadilan dan keberpihakan pada masyarakat low income
VI - 3
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

belum sepenuhnya

Laporan Pendahuluan

d) Ketidakseimbangan pembangunan desa-kota; berakibat urbanisasi, permukiman kumuh dan masalah sosial. 6) Dampak traumatik. 7) Hak-hak masyarakat dalam penataan ruang (pasal 4 UU No.24 Tahun 1992) a) menikmati manfaat ruang termasuk pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang; b) mengetahui rencana tata ruang; c) berperanserta dalam penataan ruang; d) memperoleh penggantian yang layak. 8) Kewajiban masyarakat dalam penataan ruang (pasal 5 UU No.24 Tahun 1992) a) Berperanserta dalam memelihara kualitas ruang b) Menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan 9) Penataan Ruang dalam Era Otonomi Daerah: a) Penataan ruang merupakan keputusan publik atas dasar konsensus bersama; b) Rencana tata ruang tidak cukup disosialisasikan namun harus dikonsultasikan atau dikomunikasikan; c) Peran Pemerintah sebagai utama pembangunan; d) Peran Pemerintah Pusat yaitu menyiapkan NSPM untuk percepatan desentralisasi penataan ruang ke daerah. Penyiapan bahan Kampanye Publik Penyelenggaraan Penataan Ruang, disiapkan dengan menerapkan 5 prinsip: 1. 2. 3. 4. 5. Sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan (respect); Menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain (empathy); Pesan dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik (audible); Kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan (clarity); Rendah hati (humble); sikap yang penuh melayani (dalam bahasa komunikasi pemasaran Customer First Attitude), sikap menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong dan memandang rendah orang lain, berani
VI - 4
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

penyimpangan

pemanfaatan

ruang

misalnya jiwa,

dapat harta

berupa benda,

gangguan/ancaman

terhadap

perumahan/permukiman:

enabler dan fasilitator, bukan provider atau aktor

Laporan Pendahuluan

mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan yang lebih besar. Dari pembahasan pada bab sebelumnya diharapkan materi paket-paket film mampu menggambarkan reprentasi proses penataan ruang dikaitkan dengan karakteristik atau lokalitas kawasan (seperti kawasan yang sudah berkembang, kawasan yang sedang berkembang dan kawasan pengembangan baru). Dikaitkan dengan hal tersebut alternatif materi dari 3 paket film layanan masyarakat dapat berupa: a. Alternatif dimana porsi antara perencanaan, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang pembobotannya sama besar pada setiap kawasan. b. Alternatif dimana pembobotan proses penataan ruang disesuaikan dengan tingkat pengembangan wilayah. Misalnya untuk kawasan yang sudah berkembang bobot materi pengendalian pemanfaatan ruang yang lebih banyak prosentasenya. c. Alternatif yang merupakan gabungan dari berbagai kawasan dan menggambarkan seluruh kawasan pada satu paket skenario.

6.2.2 Jenis Film Munculnya berbagai permasalahan di dalam proses pembangunan kota-kota di Indonesia, khususnya kota-kota menengah dan kota besar, seringkali diakibatkan oleh kurang dilibatkannya masyarakat di dalam proses pembangunan kota-kota dimaksud, terutama di dalam proses awal yakni pada tahap perencanaan. Akibatnya hasil pembangunan di kotakota menengah dan besar di Indonesia cenderung mengarah untuk menampung kebutuhan sebagian kecil kelompok masyarakat, yang rata-rata berpenghasilan tinggi dan menengah. Sebagian besar kelompok masyarakat berpenghasilan rendah tidak tertampung aspirasinya, pada perencanaan pembangunan kota dan perencanaan pembangunan kawasan. Kota-kota menengah dan besar di Indonesia saat ini menyajikan kondisi dilematik. Di satu sisi pertumbuhan dan pembangunan kota cukup pesat, namun di sisi lain mengakibatkan masyarakat berpenghasilan rendah tersingkir dan semakin miskin (marginal-society). Terjadinya kontradiksi ini akhirnya sering menimbulkan konflik sosial yang mengarah kepada pengrusakan sarana-prasarana fisik perkotaan dan sendi-sendi sosial antar kelompok masyarakat yang sebelumnya sudah cukup kuat dan terpelihara dengan baik. Belajar dari pengalaman yang sama pada negara-negara berkembang lainnya, maka visi kota-kota besar dan menengah di masa depan memerlukan pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat seluas mungkin, sejak awal, yaitu tahap
VI - 5
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

Laporan Pendahuluan

perencanaan. Bagaimana mekanisme keterlibatan peran serta masyarakat di dalam proses penyusunan perencanaan pembangunan kota memerlukan pengkajian secara mendalam. Bertolak dari abstraksi diatas, maka program meningkatkan kembali kepedulian masyarakat dalam bidang penataaan ruang, melalui kegiatan kampaye publik, mendesak untuk segera diselenggarakan dalam bentuk pembuatan Film Layanan Masyarakat dengan durasi 30 menit, yang mana didalamnya akan memperlihatkan berbagai informasi tentang penataan ruang, mulai dari perencanaan, pemanfaatan sampai dengan pengendalian pemanfaatan ruang. Dalam upaya membangun kesadaran serta menggugah peran serta masyarakat dalam bidang penataan ruang, maka diperlukan strategi atau langkah-langkah yang efektif, edukatif serta sugestif. Jika selama ini pola-pola sosialisasi yang pernah dilakukan seringkali kurang dapat diterima masyarakat, karena dirasa terlalu formal (kaku) dan kental dengan nuansa menggurui, sehingga menempatkan masyarakat pada posisi serta kondisi yang serba salah bahkan disalahkan. Maka, sehubungan dengan hal tersebut, sudah sepantasnya pada program Kampanye Publik Peran Serta Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang mengedepankan persoalan-persoalan yang muncul di lingkungan masyarakat, yang mana persoalan-persoalan tersebut merupakan dampak dari adanya ketidak sesuaian dalam rencana penyelenggaraan penataan ruang dengan realitas lapangan yang dihasilkannya. Bertolak dari illustrasi diatas, strategi membangun serta menggugah kesadaran masyarakat tentang program penataan ruang menjadi penting untuk dipertimbangkan langkah-langkahnya. Dan mengingat media audio visual dalam bentuk Video Compact Disk (VCD) sudah bukan barang mewah dan telah memasyarakat, maka proses sosialisasi/kampanye dari program penataan ruang menjadi tepat untuk diselenggarakan melalui media audio visual. Adapun pola penyampaian pesan dari program penataan ruang akan menggunakan kompilasi antara data dan cerita, dimana secara dinamis informasi sekitar penataan ruang akan dikombinasi dengan cerita yang didalamnya mengillustrasikan persoalan-persoalan yang muncul di tengah masyarakat. Sehingga pada akhirnya target pesan yang akan disampaikan, diterima masyarakat secara baik, menarik serta jauh dari pola-pola menggurui. Adapun format dari pola penyampaian pesan tersebut melalui Film Layanan Masyarakat atau Film Docudrama. Film Layanan Masyarakat atau Film Docudrama tentang penataan ruang akan dibuat dengan menggunakan peralatan dengan kualifikasi standar broadcast, sehingga dapat disosialisasikan secara nasional melalui penayangan di media televisi. Disamping itu,
VI - 6
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

Laporan Pendahuluan

dalam pola pembuatan film tersebut akan selalu mempertimbangkan sisi dramatik cerita yang mengemban sejumlah pesan/informasi mengenai pentingnya penataan ruang, juga sisi pengambilan gambarnya (sinematografi). Hal tersebut penting dilakukan, guna menghantar film tersebut hadir bukan merupakan film penyuluhan yang kaku dan serba menggurui, tapi ditonton dan diterima oleh masyarakat sebagai sebuah film yang menarik untuk dilihat, untuk selanjutnya mempengaruhi, menggugah serta mensugesti masyarakat, untuk selanjutnya sadar akan pentingnya penataan ruang, terutama untuk daerah hunian.

6.3

Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan

Pekerjaan ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan. Secara rinci tahapan kegiatan meliputi: A. Tahap Persiapan dan Mobilisasi Pada tahap ini Tim Konsultan akan menyusun rencanan kerja dengan rinci. Kegiatan ini mulai dari konsolidasi internal Tim, perumusan metodologi pekerjaan dan menyusun rencana kerja serta jadual pelaksanaan kegiatan. Setelah menyusun rencana kerja selanjutnya Tim akan menyusun Reseacrh Design. Kegiatan penyusunan ini mulai dari penyusunan matriks pertanyaan-pertanyaan untuk wawancara dan menyusun kebutuhan data sekunder. Akhir tahap ini Tim akan menyusun laporan pendahuluan. Pelaksanaan tahap ini pada akhir waktu bulan pertama.

B. Tahap Studi Literatur Kegiatan ini bertujuan mencari data-data awal yang terdiri dari studi pustaka dari beberapa literatur yang berkaitan dengan kegiatan kampanye publik dalam penataan ruang misalnya grand scenario gerakan peningkatan kepedulian publik dalam penataan ruang, serta isu serta permasalahan peranserta masyarakat dalam proses penataan ruang. Selain itu juga kebijakan penataan ruang wilayah atau kawasan di masing-masing wilayah studi.

VI - 7
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

Laporan Pendahuluan

C. Tahap Survey Pengumpulan Data dan Informasi (Primer) Pengumpulan data sekunder yang berkaitan dengan permasalahan penataan ruang serta lesson learned di wilayah studi. Kegiatan survey ini juga bertujuan memperoleh data-data primer yang lebih terinci. Survey ini dilakuan dengan observasi lebih rinci sekaligus melakukan wawancara dengan berbagai lapisan masyarakat dan pemerintah daerah setempat. Tujuan dari wawancara ini untuk mengumpulkan masukan tentang peran serta masyarakat, permasalahan yang timbul dalam proses penataan ruang, kebutuhan dan harapan dari unsur-unsur terkait serta kondisi dan kemampuan dalam menjalankan proses penataan ruang. Wawancara yang dilakukan dengan 3 (tiga) cara, yakni: a. Wawancara dengan aparat pemerintah daerah yang berwenang dan menangani masalah penataan ruang di daerah dalam hal ini adalah Bappeda, Dinas PU, Dinas Tata Ruang dan instansi lain yang terkait. b. Wawancara tokoh masyarakat maupun organisasi swadaya masyarakat. c. Wawancara dengan masyarakat untuk mengetahui pengertian tentang penataan ruang dan sejauh mana keterlibatan dalam proses penataan ruang. Tim penyusun FLM melakukan beberapa kegiatan pemilihan lokasi.

D. Tahap Kajian Data dan Analisis Tahap selanjutnya adalah tahap kajian data dan analisis, yang merupakan tahapan penyusunan bahan materi dari paket-paket Film Layanan Masyarakat. Beberapa hal yang dianalisis, antara lain: Kajian dan analisis terhadap peraturan perundang-undangan maupun literatur yang berkaitan dengan penataan ruang serta peraturan/literatur lainnya yang berkaitan dalam rangka penyusunan bahan materi Film Layanan Masyarakat. Kajian terhadap data dan informasi yang diperoleh dari hasil temuan di wilayah studi; Kajian terhadap aspek-aspek yang berpengaruh dalam penentuan kriteria yang layak untuk dijadikan bahan materi skenario. Dari hasil kajian dan temuan terhadap kawasan dilakukan analisis terhadap faktorfaktor yang berpengaruh dalam penentuan penyusunan bahan materi (term of

refference).
Dari hasil kajian tersebut dirumuskan langkah-langkah operasional dalam menentukan prioritas dalam menyusun skenario dalam pembuatan Film Layanan Masyarakat.

VI - 8
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

Laporan Pendahuluan

E. Tahap Perumusan Hasil Pekerjaan Pada tahap ini tim konsultan melakukan penyusunan perumusan terhadap hasil kajian dan analisis yang telah dilakukan sebelumnya. Akan disusun 3 materi paket film layanan masyarakat, dimana salah satunya akan dipilih untuk dibuatkan Film Layanan Masyarakat. Pada tahap ini masing-masing tim melakukan penyusunan produk, tim penyusun bahan materi akan melakukan desk job sedangkan tim penyusun FLM melakukan pekerjaan studio. Dalam tahap ini tersusun 2 (dua) produk, yakni : a) b) Bahan materi (term of reference) kampanye publik Draft Film Layanan Masyarakat.

F. Tahap Produksi Film Layanan Masyarakat Tahapan produksi film layanan masyarakat meliputi : Dalam melaksanakan pekerjaan pembuatan film/video dokumenter/semi dokumenter akan menggunakan pola pengambilan gambar yang runtut dalam berbagai frame/angle/scene antara lain: Fullshot (FS), Medium Shot (MS), Medium Close Up (MCU), Close Up (CU). Selanjutnya, dari berbagai scene tersebut akan dirangkai kedalam satu jalinan sinematografis dengan menggunakan sejumlah transisi cutting, dissolving, fade in, fade

out, super impose atau double exposure, dan lain-lain.


Adapun tahapan Tahap I pekerjaan pembuatan film dokumenter/semi dokumenter tersebut

dilakukan dalam 3 (tiga) tahap pekerjaan, yaitu: PRE PRODUCTION Tahap II PRODUCTION Tahap III POST PRODUCTION

PRE PRODUCTION Dalam tahap Pre Production, akan dilakukan sejumlah kegiatan-kegiatan persiapan yang meliputi:

Riset
Menghimpun berbagai data yang diperlukan, yang berkaitan dengan Penyiapan Bahan Kampanye Publik Dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang mulai dari
VI - 9
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

Laporan Pendahuluan

statement/kebijakan pejabat yang berwenang, dalam hal ini Menteri PU, hingga pada data-data lapangan yang penting untuk disosialisasikan kepada sasaran (penentu kebijakan, profesi khusus, umum, dan lain-lain).

Hunting Lokasi
Melakukan kunjungan ke beberapa lokasi guna memperoleh gambaran tentang kondisi georafis dari lokasi-lokasi yang dikunjungi tersebut. Selanjutnya memutuskan lokasi yang paling tepat/memungkinkan sebagai lokasi yang nantinya digunakan sebagai tempat pengambilan gambar/shooting. Tentu saja dengan memperhitungkan bahwa lokasi tersebut memiliki kelengkapan obyek dan bisa mewakili (representatif) kebutuhan yang diperlukan dalam proses pelaksanaan pekerjaan, dalam hal ini pembuatan film/video layanan masyarakat Penyiapan Bahan Kampanye Publik Dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang

Pengembangan Konsep
Setelah sejumlah data yang diperlukan diperoleh dan lokasi pengambilan gambar ditetapkan, maka proses pekerjaan memasuki tahap pembuatan dan pengembangan konsep yang mampu mengakomodir seluruh informasi yang ingin disampaikan dengan pola penyuguhan yang menarik, dinamis dan komunikatif.

Pematangan Konsep
Setelah melalui proses diskusi dan konsultasi yang intensif dengan sejumlah ahli yang memiliki kompetensi di bidang penataan ruang dan setelah mendapat persetujuan dari pihak pengguna (user), maka tersusunlah sebuah kerangka film/video tersebut menjadi sebuah naskah/storyline yang pada selanjutnya digunakan sebagai pedoman dalam proses pengambilan gambar (shooting).

Breakdown & Schedule Pelaksanaan Pekerjaan


Untuk dapat melihat atau mengetahui kebutuhan-kebutuhan apa saja yang diperlukan dalam proses pelaksaan pekerjaan/pengambilan gambar (shooting), maka naskah/storyline yang telah mendapat persetujuan dari pihak pengguna (user), akan dirinci kedalam format breakdown. Dan dari breakdown yang dibuat tersebut akan terlihatlah berapa lokasi yang dibutuhkan, berapa personil dan pendukung yang diperlukan, perlengakapan apa saja yang harus disiapkan, berapa hari yang dijadwalkan, berapa biaya yang digunakan, dan sebagainya.

Casting
Setelah mendapat gambaran jelas dari breakdown yang telah disusun, maka tahap selanjutnya adalah melakukan seleksi terhadap personil dan pendukung yang terlibat,
VI - 10
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

Laporan Pendahuluan

mulai dari personil (crew) hingga pada tokoh/narasumber/artis (talent) yang akan dilibatkan dalam film/video Penyiapan Bahan Kampanye Publik Dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang PRODUKSI Dalam tahap produksi, seluruh personil dan pendukung film/video yang telah dipilih dan telah berada dalam satu ikatan kerja, secara bersama-sama, bahu membahu, melaksanakan proses produksi/pengambilan gambar dengan baik serta selalu berpedoman pada naskah/storyline yang telah disetujui. POST PRODUCTION Ada beberapa tahapan pekerjaan yang harus dilakukan di tahap Post Production, antara lain adalah sebagai berikut:

Proses Offline
Pada tahapan ini, seluruh gambar (shot) hasil pengambilan (shooting) dicapture, sehingga dapat dilihat atau dipilih guna disesuaikan dengan kebutuhan film/video sebagaimana yang telah diuraikan dalam naskah/storyline yang telah disetujui (disepakati). Dari pilihan-pilihan gambar tersebut, secara kasar akan disusun dan disesuaikan dengan kebutuhan narasinya, sehingga susunan tersebut menjadi suatu rangkaian yang secara kasar memberikan gambaran dari film/video yang sedang dipersiapkan.

Presentasi Offline Hasil dari proses offline kemudian dipresentasikan dihadapan pihak pengguna (user). Dan dari presentasi tersebut diharapkan mendapat saran, masukan yang berguna bagi terwujudnya sebuah film/video dokumenter yang baik, menarik, dinamis dan komunikatif.

Revisi Pertama
Seluruh saran dan masukan yang diperoleh dari hasil presentasi offline diterapkan sebagaimana yang diharapkan oleh pihak pengguna (user).

Proses Online
Pada tahapan ini, secara cermat rangkaian gambar yang telah disusun dengan memperhatikan detail screen direction-nya, mulai dari kombinasi shot, pola transisi yang pas dan tepat, hingga pada tuturan irama/alur gambar. Unsur musik sebagai illustrasi dari film/video pun diselaraskan, begitu juga dengan caption-caption dan
VI - 11
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

Laporan Pendahuluan

credit tittle yang ditampilkan, sehingga film/video dokumenter sudah terlihat utuh
dan bisa dinikmati keberadaannya.

Presentasi Online Hasil dari proses online kemudian dipresentasikan kembali dihadapan pihak pengguna
(user). Dan dari presentasi tersebut diharapkan masih mendapat saran, masukan yang berguna bagi terwujudnya sebuah film/video dokumenter yang baik, menarik, dinamis dan komunikatif.

Revisi Kedua
Seluruh saran dan masukan yang diperoleh dari hasil presentasi online diterapkan sebagaimana yang diharapkan oleh pihak pengguna (user).

Mixing & Mastering


Pada proses mixing dilakukan koreksi audio, mulai dari sound effect, musik illustrasi hingga pada audio narasi diselaraskan dan diseimbangkan level volumenya. Sehingga antara musik dan narasi terdengar seimbang dan tidak mendominasi satu dengan lainnya. Kemudian dilakukan proses adjusment pada gambar, agar kualitas gambar akan terlihat semakin prima.

Print & Duplicating


Setelah proses mixing dan mastering dilakukan, film/video Penyiapan Bahan Kampanye Publik Dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang, diprint kedalam CD dengan kualitas master (original) untuk selanjutnya diserahkan kepada pihak pengguna (user).

G. Tahap Konsultasi/Pembahasan Tahap konsultasi/pembahasan terdiri dari: Tahap konsultasi dilakukan dengan tim supervisi dari Ditjen Penataan Ruang Departemen PU; Pembahasan laporan dengan pihak terkait di Ditjen Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum. Mekanisme Pelaksanaan Pekerjaan dapat dilihat pada gambar 6.2.

VI - 12
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

Laporan Pendahuluan

Gambar 6.2 Mekanisme Pelaksanaan Pekerjaan PELAKSAN A TIM KONSULTAN PROSE S


Pengumpulan Data & Informasi
Peraturan Perundangan PU dalam Penataan Ruang

HASIL

DITJEN PENATAAN RUANG

Bahan & Data:

Grand Scenario Dokumen Terkait Lainnya

TIM KONSULTAN

Survei dan Analisa Data


Gambaran Kawasan: Potensi & Permasalahan Penataan Ruang Peransera Masyarakat dalam Penataan Ruang Lesson Learned

TIM KONSULTAN
NO

Rumusan Materi (TOR) FLM Draft Skenario FLM Pembahasan &Persetujua n Y A Skenario FLM

Pre Production Production Pasca Production

Finalisasi: Buku Laporan FLM

VI - 13
Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

You might also like