You are on page 1of 11

Struktur Hadits Nabi Hadits Nabi yang lengkap terdiri atas sanad, matan dan Mukharrij sebagaimana contoh

yang dikutib dari kitab al-Mustadrak di bawah ini:1


Dari contoh di atas, terdapat tiga unsur pokok yang terkandung di dalamnya, yaitu sanad, matan dan Mukharrij (rawi terahir yang menghimpun hadits yang diriwayatkannya). 1. Pengertian sanad dan Matan hadits Sanad dari segi bahasa artinya (sandaran, tempat bersandar, yang

menjadi sandaran). Sedangkan menurut istilah ahli hadis, sanad yaitu:

(Jalan yang menyampaikan kepada matan hadis). Contoh :

Al-Hakim, Al-Mustadrak ala al-Shahihaini, Juz I, hal. 444

Artinya: "Dikhabarkan kepada kami oleh Malik yang menerimanya dari Nafi, yang menerimanya dari Abdullah ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah sebagian dari antara kamu membeli barang yang sedang dibeli oleh sebagian yang lainnya. " (Al-Hadis) Dalam hadis tersebut yang dinamakan sanad adalah:

(Dikhabarkan kepada kami oleh Malik yang menerimanya dari nafi yang menerimanya dari Abdullah ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW bersabda:...)
Dari

sisi kebahasaan, sanad bisa berarti sandaran, kaki bukit atau kaki

gunung. Ia juga bisa berarti jalan2.Sedangkan Menurut istilah dapat dirumuskan. Antara lain:

( berita tentang jalan yang dilalui Matan), atau (rangkaian orang-orang yang meriwayatkan,

yang menyampaikan kepada matan hadits ) Dari dua pengertian istilah tersebut dapat disimpulkan bahwa sanad adalah rangkaian perawi yang disebut sebelum matan hadits. Atas dasar pengertian ini maka serentetan nama dalam hadits di depan (riwayat imam al-Hakim), mulai dari Abu Ali al-Husain sampai dengan Abu Ayub al-Anshari adalah di sebut sanad. Dengan demikian, maka urutan sanad hadits di atas adalah sebagai berikut: 1. Abu Ali al-Husain bin Ali sebagai sanad pertama (awal sanad) 2. Ibrahin bin Abi Thalib dan Muhammad bin Ishaq sebagai sanad ke dua 3. Muhammad bin Yahya sebagai sanad ke tiga 4. Muhammad bin Yusuf sebagai sanad ke empat
2

Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadits Ulumuhu wa Mushtalahuhu,(Bairut: Dar al-Fikr, 1981),

hal. 283

5. Al-AwzaI adalah sebagai sanad ke lima 6. Al-Zuhri sebagai sanad ke enam 7. Atho bin Yazid al-Laitsi sebagai sanad ke tujuh 8. Abu Aiyub al-Anshari sebagai sanad ke delapan (ahir sanad) Oleh karena terdapat istilah awal sanad dan ahir sanad, ada juga yang disebut dengan istilah ausat al-sanad. Dalam konteks sanad hadis al-Hakim di depan, maka yang disebut dengan awsat al-sanad adalah seluruh sanad yang berada di atara Abu Ali al-Husain dan Abu Aiyub al-Anshari. Dalam kaitannya dengan istilah perawi (orang yang meriwayatkan hadits), maka yang disebut perawi pertama adalah orang yang menjadi sanad terahir, yang langsung mendengar atau melihat langsung dari Nabi saw. Sedangkan perawi terahirnya adalah Mukharrij, yaitu al-Hakim, bukan sanad pertama (Abu Ali alHusain). Jumlah rangkaian rawi dalam sanad suatu hadits , tidak mesti berjumlah delapan sebagaimana contoh di atas. Tetapi ada yang hanya empat, lima, enam, tujuh atau lebih. Kemudian dalam hubungannya dengan istilah sanad ini dikenal juga istilah Musnad, Musnid dan Isnad. Musnad adalah hadits yang disebut lengkap dengan sanadnya sampai kepada Nabi saw. Pengertian lain tentang Musnad adalah kitab hadits yang disusun berdasarkan sistematika nama perawi pertamanya. Misalnya hadits-hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas diletakkan dalam satu bab. Demikian pula hadits yang diriwayatkan Aisyah diletakkan dalam satu bab. Salah satu contohnya adalah kitab Musnad Ahmad bin Hambal. Sedangkan yang dimaksud dengan Musnid adalah orang yang meriwayatkan hadits lengkap dengan sanadnya. Adapun Isnad artinya menerangkan atau menjelaskan sanad suatu hadits. Ulama hadits menilai sanad suatu hadits sebagai sesuatu yang amat penting. Muhammad bin Sirin menyatakan bahwa sesungguhnya pengetahuan tentang hadits merupakan bagian dari agama, maka perhatikanlah dari siapa kamu mengambil agamamu itu. Bahkan Abdullah bin Mubarak menyatakan bahwa sanad itu bagian dari agama. Sekiranya sanad hadits itu tidak ada , maka niscaya siapa saja akan bebas

menyatakan apa saja yang dikehendakinya. Oleh karena demikian pentingnya kedudukan sanad, maka suatu berita yang dinyatakan sebagai hadits Nabi oleh seseorang, tetapi berita itu tidak memiliki sanad sama sekali, maka berita tersebut oleh ulama hadits tidak dapat disebut sebagai hadits Nabi.3 Dari sudut pandang ilmu sejarah, hadits Nabi itu sesungguhnya merupakan fakta sejarah. Oleh karena itu maka sanad suatu hadits dapat juga disebut sebagai sumber sejarah. Nah di sinilah arti penting suatu sanad. Ia merupakan salah satu factor yang menentukan keabsahan dan akurasi suatu fakta sejarah tersebut. Sedangkan Matan dari segi bahasa artinya punggung jalan (permukaan jalan); atau tanah tinggi yang keras. Bahkan menurut sebagian pakar bahasa arab, arti matan adalah membelah, mengeluarkan, mengikat, Sedangkan menurut istilah ahli hadis, matan yaitu:

(perkataan yang disebut pada akhir sanad, yakni sabda Nabi SAW yang disebut sesudah habis peneyebutan sanad ) .Contonya antara lain adalah

Artinya: " Dari Muhammad yang diterima dari Abu Salamah yang diterimanya dari Abu
Suhudi Ismail, Dr, Metodologi Penelitian Hadits Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992). Hal. 23-24
3

Hurairah. bahwa Rasulullah SAW bersabda; "Seandainya tidak memberatkan terhadap umatku, niscaya aku suruh mereka untuk bersiwak (menggosok gigi) setiap akan melakukan salat. " (Al-Hadis) Adapun yang disebut matan dalam hadis tersebut yaitu:

-
Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa matan itu pada prinsipnya adalah isi atau materi hadits yang di beritakan. Oleh karena itu , matan menjadi amat penting bagi kaum muslimin, sebab ia merupakan materi kajian yang memuat ajaran-ajaran Nabi saw. artinya matan hadits itu merupakan bagian dari ajaran Islam yang dapat dijadikan sebagai petunuk bagi orang yang bertaqwa. 2. Kedudukan sanad Hadits Para ahli hadis sangat hati-hati dalam menerima suatu hadis kecuali apabila mengenal dari siapa mereka menerima setelah benar-benar dapat dipercaya. Pada umumnya riwayat dari golongan sahabat tidak disyaratkan apa-apa untuk diterima periwayatannya. Akan tetapi mereka pun sangat hati-hati dalam menerima hadis . Pada masa Abu bakar r.a. dan Umar r.a. periwayatan hadis diawasi secara ketat dan hati-hati, dan tidak akan diterima jika tidak disaksikan kebenarannya oleh seorang lain. Ali bin Abu Thalib tidak menerima hadis sebelum yang meriwayatkannya disumpah. Meminta seorang saksi kepada perawi, bukanlah merupakan keharusan dan hanya merupakan jalan untuk menguatkan hati dalam menerima yang isi yang diberitakan itu. Jika dirasa tak perlu meminta saksi atau sumpah para perawi, mereka pun menerima periwayatannya.

Adapun meminta seseorang saksi atau menyeluruh perawi untuk bersumpah untuk membenarkan riwayatnya, tidak dipandang sebagai suatu undang-undang umum diterima atau tidaknya periwayatan hadis. Yang diperlukan dalam menerima hadis adalah adanya kepercayaan penuh kepada perawi. Jika sewaktu-waktu ragu tentang riwayatnya, maka perlu didatangkan saksi/keterangan. Kedudukan sanad dalam hadis sangat penting, karena hadis yang diperoleh/ diriwayatkan akan mengikuti siapa yang meriwayatkannya. Dengan sanad suatu periwayatan hadis dapat diketahui mana yang dapat diterima atau ditolak dan mana hadis yang sahih atau tidak, untuk diamalkan. Sanad merupakan jalan yang mulia untuk menetapkan hukum-hukum Islam. Ada beberapa riwayat dan atsar yang menerangkan keutamaan sanad, di antaranya diriwayatkan oleh Muuslim dari Ibnu Sirin, bahwa beliau berkata:

Artinya: "Ilmu ini (hadis ini), idlah agama, karena itu telitilah orang-orang yang kamu mengambil agamamu dari mereka," Abdullah lbnu Mubarak berkata:

Artinya: "Menerangkan sanad hadis, termasuk tugas agama Andaikata tidak diperlukan sanad, tentu siapa saja dapat mengatakan apa yang dikehendakinya. Antara kami

dengan mereka, ialah sanad. Perumpamaan orang yang mencari hukum-hukum agamanya, tanpa memerlukan sanad, adalah seperti orang yang menaiki loteng tanpa tangga." Asy-Syafii berkata.

Artinya: "Perumpamaan orang yang mencari (menerima) hadis tanpa sanad, sama dengan orang yang mengumpulkan kayu bakar di malam hari. " Perhatian terhadap sanad di masa sahabat yaitu dengan menghapal sanadsanad itu dan mereka mempuyai daya ingat yang luar biasa. Dengan adanya perhatian mereka maka sunnah Rasul dapat terpelihara dari tangan-tangan ahli bid'ah dan para pendusta. Karenanya pula imam- imam hadis berusaha pergi dan melawat ke berbagai kota untuk memperoleh sanad yang terdekat dengan Rasul yang dilakukan sanad 'aali Ibn Hazm mengatakan bahwa nukilan orang kepercayaan dari Orang yang dipercaya hingga sampai kepada Nabi SAW. dengan bersambung-sambung perawiperawinya adalah suatu keistimewaan dari Allah khususnya kepada orang-orang Islam. 3. Pengertian Mukharrij Kata mukharrij secara bahasa adalah orang yang mengeluarkan hadits. Sedangkan menurut makna istilah yang dimaksud di sini antara lain adalah orang yang meriwayatkan hadits lengjkap dengan sanadnya, dan telah membukukan/ menghimpun hadits-haditsnya tersebut dalam satu kitab. Dalam konteks contoh di atas adalah Al-Hakim. Contoh lain misalnya Imam al-Bukhari, Imam Muslim, Abu Dawud, Nasai, Turmudzi , Ibnu Majah dan sebagainya.

Apabila kita mengutip matan hadits dari kitab tertentu, misalnya kitab shahih al-Bukhari, kemudian kita mencari matan hadits yang sama di kitab yang lain (misalnya Shahih Muslim) dengan sanad yang berbeda, tetapi dapat bertemu dengan sanad al-Bukhari, maka pekerjaan yang demikian ini disebut istikhraj, atau takhrij. Sedang orang yang melakukan kegiatan tersebut juga dinamakan Mukharrij atau Mustakhrij.Selanjutnya jika usaha Mukharrij tersebut dihimpun dalam satu buku/kitab, maka kitab yang demikian itu dinamakan Kitab Mustakhraj . Contohnya adalah kitab Mustakhraj Abu Nuaim, karya Abu Nuaim, yaitu kitab mustakhraj hadist untuk hadits-hadits yang dimuat dalam kitab Shahih al-Bukhari. Istilah Takhrij juga dapat berarti : menjelaskan bahwa sutu hadist (misalnya hadits tentang perintah bersiwak/gosok gigi) terdapat dalam sutu kitab hadits tertentu. Umpamanya sebagai berikut:


1. 2. Hajji 3. sebanyah 4 tempat 4. sebanyah 3 tempat 5. qiyam al-lail 6. dan iqamat al-shalat Pekerjaan demikian ini juga dapat dinamakan takhrij al-Hadits.dan orang yang melakukan disebut dengan istilah Mukharrij. Selain itu, istilah takhrij juga dapat berarti menerangkan kaadaan perawi, sanad dan derajat hadits yang terdapat dalam suatu kitab yang belum diterangkan Termaktub dalam kitab sunan Ibnu Majah, bab thaharah Termaktub dalam kitab Sunan al-Nasai, bab thaharh dan Termaktub dalam kitab Sunan al-Turmudzi, bab Thaharah Termaktub dalam kitab Sunan Abu Dawud, bab tharah Hadits ini termaktub dalam kitab Shahih al- Bukhari Bab Termaktub dalam kitab Shahih Nuslim, bab Taharah dan al-Wudlu, bab al-jumat, bab a-shoum dan bab al-tamanni

derajatnya, misalnya seperti : Takhriju Ahadits al-Kassyaf, oleh Jamaluddin alHanafi, yaitu kitab yang menerangkan derajat hadits-hadits yang terdapat dalam kitab tafsir al-Kassyaf, karya Al-Zamakhsyari.4 4. Tingkatan Generasi Perawi Hadits Menurut istilah ahli hadits, tingkatan generasi perawi ini disebut thabaqat. Secara tehnis (istilah) thabaqat adalah

(yaitu kaum yang berdekatan atau sebaya dalam usia dan dalam sanad, atau

dalam sanad saja)5. Jadi thabaqat adalah sekelompok perawi yang hidup dalam satu generasi atau satu masa dalam periwayatan hadits. Sedangkan yang dimaksud dengan berdekatan dalan isnad adalah satu (tunggal) guru/ perguruan. Misalnya thabaqat sahabat, thabaqat tabiin, thabaqat tabi tabiin dan seterusnya. Di antara kegunaan mengetahui thabaqat adalah menghindari terjadinya kerancuan dua nama perawi yang sama atau hampir sama. Kitab thabaqat yang popular antara lain, kitab Thabaqat al-Kubra, karya Ibnu Saad; kitab Thabaqat alSyafiiyah, karya Abd. Wahab al-Subki dan lain-lain. MenurutIbnu Hajar al-Atsqalani, thabaqat para perawi sejak generasi sahabat Nabi sampai akhir periwayatan terdapat 12 thabaqat sebagai berikut: 1. 2. Musayyab 3. Sirin 4. 5. Thabaqat dekat pertengahan seperti Ibnu Syihab al-Zuhri Thabaqat yunior (al-shughra) tapi tidak pernah mendengar Thabaqat tabiin pertengahan (al-wustha) seperti Ibnu Thabaqat sahabat dengan berbagai tingkatannya Thabaqat tabiin senior (al-kubra) seperti Said bin

dari sahabat seperti al-Amasy (pernah bertemu sahabat, tapi tidak meriwayatkan hadits darinya)

Lihat penjelasan Syuhudi Ismail, Drs. dalam buku Pengantar Ilmu Hadits,(Bandung: Ankasa, 1991). Hal. 22-23 5 H. Abd. Majin Khon, Dr. Ulumul Hadits (Jakarta: AMZAH, 2008) hal. 109

6. 7. 8. 9. 10. Hambal 11. al-Bukhari 12.

Thabaqat satu generasi dengan tabiin yunior, tapi tidak Thabaqat Tabi Tabiin senior, seperti Malik bin Anas Thabaqat Tabi Tabiin pertengahan, seperti Ibnu Uyainah Thabaqat Tabi Tabiin yunior, seperti Imam al-Syafii Thabaqat murid Tabi Tabiin senior, seperti Ahmad bin Thabaqat murid Tabi Tabiin pertengahan, seperti Imam Thabaqat murid Tabi Tabiin yunior, seperti al-Turmudzi Thabaqat Perawi menurut Ibnu Hajar al-Atsqalani Shahabat Nabi

pernah bertemu dengan sahabat , seperti Ibnu Juraij

Tabiin Senior

Tabiin Pertengahan

Tabiin Dekat Pertengahan

Tabiin Yunior

Satu generasi dg Tabiin yunior,tapi tak pernah bertemu shahabat

Tabi Tabiin senior

Tabi Tabiin Pertengahan

Tabi Tabiin Yunior

Murid Tabi Tabiin Senior

MuridTabi Tabiin Pertengahan Murid Tabi Tabiin Yunior

You might also like