You are on page 1of 27

RANGKUMAN CEO AND ENTREPRENEURIAL FORUM (CEO FORUM)

Mata Kuliah : Kapita Selekta Manajemen Bisnis Dosen : Prof. Dr. Ir. E.Gumbira Said, M.ADev

Oleh : Aprilia Sukmawati P056111061.47

SEKOLAH PASCASARJANA PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN DAN BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 1

SOCIAL BUSINESS ENTERPRISE


(Mengembangkan Agrobisnis Perikanan dan Pemberdayaan Masyarakat Lokal) Narasumber : Drs. Didi Widayadi, MBA CEO Forum10 April 2012 Pendahuluan CEO kali ini mengundang Bapak Didi Widayadi yang merupakan seorang mantan polisi berpangkat Jenderal. Beliau memutuskan untuk pensiun dini dan beralih profesi menjadi pengusaha agribisnis. Hal ini dikarenakan kecintaan Beliau terhadap dunia pertanian. Saat ini Beliau gencar untuk menjalankan bisnis arwananya dengan membangun Telaga Arwana Cibinong. Beliau juga sedang menjalankan bisnis bambu organik di daerah Ciapus, Bogor yang dinamakannya Bambu Bos. Dalam menjalankan kegiatan usaha, Beliau senantiasa menggabungkan kegiatan yang bersifat ekonomi dengan kegiatan yang bersifat sosial. Hal ini dikarenakan Beliau bercita-cita bahwa bisnisnya kelak dapat membawa masyarakat lokal kepada tingkat kehidupan yang lebih baik serta mengembangkan daerah masyarakat tersebut sehingga menjadi daerah maju dan mandiri. Bisnis Telaga Arwana Cibubur Arwana merupakan satwa asli Indonesia yang dilindungi di habitat aslinya. Ikan ini menjadi simbol kesuksesan pemiliknya. Harganya yang mencapai ratusan juta rupiah menjadi tanda bahwa ikan ini tidak bisa dimiliki sembarang orang. Ikan arwana dipandang identik dengan harga diri pemiliknya. Demikian, tidak semua arwana berharga mahal, jenis yang paling mahal adalah Arwana Super Red. Arwana Super Red yang anakannya seukuran 10 cm dapat dijual dengan kisaran harga 2 hingga 10 juta rupiah. Ikan Arwana yang memiliki nama latin Scleropages formosus adalah jenis ikan hias air tawar. Habitatnya banyak ditemukan di pulau Sumatera, Kalimantan dan Papua. Ikan Arwana juga banyak ditemukan di negara-negara Asia Tenggara yang mempunyai sungai air tawar seperti Vietnam, Thailand dan Malaysia. Dahulu ikan arwana dijadikan sebagai komoditi pangan oleh masyarakat Kalimantan karena mudah didapat di sungai-sungai. Hingga tahun 1970-an masih banyak masyarakat Kalimantan yang mengkonsumsi Arwana dengan cara 2

diasinkan. Kini Arwana Super Red memang sangat diminati oleh para penghoby ikan hias air tawar. Bahkan pecinta Arwana dari Jepang, Thailand dan Singapura kerap datang ke Indonesia untuk membeli Super Red dengan harga yang sangat tinggi. Bapak Didi Widayadi mengembangkan agribisnis ikan arwana melalui perusahaannya PT. Telaga Arwana Cibubur yang berdiri di atas lahan seluas kurang lebih 8 hektar yang sekaligus difungsikan sebagai wahana rekreasi dan outbond serta kolam pemancingan. Latar belakang pendidikannya di Institut Pertanian Bogor membuat Beliau sangat memperhatikan kelestarian lingkungan dan menjadikan usahanya sebagai daerah konservasi alami. Beliau menginginkan tempat usahanya tidak hanya berfungsi sebagai lokasi pembiakan Arwana Super Red, namun juga turut menyumbang bagi kelestarian lingkungan hayati, daerah resapan air, dan menjadi penggerak ekonomi bagi masyarakat sekitar. Kini di tangannya, usaha pembiakan Arwana Super Red varian Ultra Light berkembang pesat, dimana sebagai gambaran, ikan Arwana hasil tangkaran dengan ukuran panjang 20-25 cm dihargai 1.500 US dolar. Sementara dalam kolamnya Beliau memiliki ratusan ikan siap jual yang kalau dinominalkan harganya tentu akan membuat kita terhenyak. Bisnis Bambu Bos Bisnis bambu organik yang didirikan oleh Bapak Didi Widayadi dan rekan Beliau Bapak Jajang Agus Sonjaya ini dinamakan Bambu Bos. Ide pendirian Bambu Bos ini muncul ketika Beliau duduk di atas batu besar di pinggir Sungai Ciapus yang rusak karena ditambang batu dan pasirnya selama puluhan tahun. Beliau kemudian berharap bahwa bambu dapat menjadi solusi untuk perbaikan ligkungan yang rusak sekaligus sebagai perbaikan penghidupan bagi masyarakat di sekitarnya. Pemanfaatan bambu oleh Bambubos diikuti dengan upaya-upaya reboisasi, pengelolaan rumpun, dan pemanenan yang ramah lingkungan dengan manajemen hulu-hilir yang mengikuti cara air yang mengalir dari hulu ke hilir, saling terkait secara sitemik, dilakukan partisipatoris bersama masyarakat mitra secara transparan dan akuntabel. Opini 3

Mengembangkan sebuah bisnis sekaligus mengembangkan kemadirian masyarakat lokal bukanlah hal yang mudah. Kendala internal maupun eksternal seringkali ditemui. Kendala dalam merealisasikan suatu usaha seringkali muncul dari masyarakat yang memiliki mentalitas yang instan, dimana menginginkan segalanya serba cepat yang diperparah dengan kurangnya modal. Kurangnya akses informasi, jalur distribusi terkait dengan buruknya infrastruktur dan adanya inkonsistensi hukum juga merupakan kendala yang perlu diperbaiki. Perlu adanya upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi permasalahanpermasalan ini, diantaranya adalah dengan melakukan analisis potensi sumberdaya, mulai dari sumber daya alam, sumber daya manusia, serta potensi sumber daya sosial ekonomi. Pemberian kesempatan bagi warga setempat untuk berpartisipasi perlu dilakukan sehingga masyarakat mempunyai rasa kepemilikan yang dalam terhadap bisnis yang nantinya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerahnya. Dalam mencapai Impian, diperlukan adanya suatu rasa keinginan dan tindakan untuk melakukan perubahan, rasa ikhlas untuk beramal dan nilai kebaikan yang berkelanjutan. Sumber Pustaka : 1. http://bambubos.com/ [diakses pada tanggal 15 Juni 2012] 2. http://telagaarwanacibubur.com/ [diakses pada tanggal 15 Juni 2012]

MENGEMBANGKAN BISNIS WARALABA : 4

Pengalaman Bisnis My Salon Narasumber : Ir. Thomas Lie, MM CEO Forum 24 April 2012 CEO Forum minggu ini mengundang Bapak Thomas Lie. Beliau adalah alumni Fakultas Pertanian IPB yang kini memasuki dunia bisnis kecantikan dengan membuka salon dengan brand My Salon. Nama salon ini sudah tidak asing lagi bagi masyarakat, khususnya wanita ataupun pria yang sangat memperhatikan penampilannya. Salon ini telah berkembang dengan memiliki lebih dari 80 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. Dalam kesempatan kali ini, Beliau tidak banyak membahas mengenai bisnis salon kecantikan yang telah dirilis Beliau sampai berkembang sebagaimana sekarang ini, namun Beliau lebih menuturkan mengenai karakteristik yang seharusnya dimiliki seorang wirausahawan. Beliau juga menuturkan mengenai bagaimana cara mengembangkan potensi yang ada dalam diri ketika kita memiliki cita-cita untuk menjadi seorang wirausahawan. Pemaparan Beliau disertai dengan diskusi aktif bersama para peserta forum. Karakteristik yang seharusnya dimiliki oleh calon maupun seorang wirausahawan ditentukan dari hasil diskusi dengan para peserta CEO Forum. Dari hasil diskusi tersebut, diputuskan bahwa untuk menjadi seorang wirausahawan sukses, setidaknya seseorang harus memiliki lima karakteristik sebagai berikut : 1. Jujur Kejujuran membawa seseorang ke arah sebuah hubungan yang erat dan berkepanjangan. Beliau berujar, ketika kita bersikap jujur, mitra bisnis kita nantinya bukan hanya akan menghargai kita, namun juga mempercayai kita. Kepercayaan dalam bisnis sangat penting agar bisnis dapat berjalan dengan baik secara jangka panjang. Sebaliknya, ketidakjujuran akan membuat mitra bisnis kita menjadi tidak percaya dan kemungkinan sangat kecil untuk kembali menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan. Jadi sesungguhnya, sifat jujur tersebut merupakan aset berharga yang harus dimilki seseorang yang ingin usahanya berjalan terus dan bertahan hingga kapanpun. Beliau mencontohkan, ketika dihadapkan pada suatu kejadian dimana ketika kita dapat mengambil keuntungan lebih dari ketidak-

tahuan pelanggan tentang sesuatu yang sebenarnya merupakan hak dari pelanggan, terdapat dua pilihan dari seorang pengusaha. Pertama, mengambil keuntungan tersebut atau kedua, berterus terang. Jika pilihan adalah yang pertama, maka yang didapatkan adalah keuntungan yang bersifat sejenak dan berkahnya tidak akan bertahan lama, namun jika memutuskan untuk menjalankan pilihan kedua, mungkin memang keuntungan yang didapatkan tidak saat itu juga, namun mitra bisnis akan menjadi lebih percaya dan terus menggunakan jasa atau produk yang ditawarkan dalam jangka panjang. 2. Respect Seorang wirausahawan yang memiliki rasa respect akan senantiasa menghargai apapun yang berkaitan dan mendukung usahanya baik secara langsung maupun tidak langsung. Sikap respect ini dimulai dari menjaga kepercayaan pelanggan, supplier, hingga kualitas dari jasa ataupun produk yang dihasilkan. Jika rasa respect terhadap hal-hal tersebut telah dimiliki, maka seorang wirausahawan tentunya akan menjaga dan menghormati selayaknya hal tersebut adalah bagian dari dirinya. 3. Kreatif Salah satu hal terpenting yang membedakan antara pegawai dengan wirausahawan adalah kreatifitas dan inovasi. Sebagian besar dari jenis pekerjaan yang ada tidak menuntut seseorang untuk memiliki kreatifitas. Hal ini dikarenakan masing-masing karyawan telah ditugaskan sesuai dengan jobdesknya. Masing-masing pekerjaan telah disusun sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Hal terpenting lainnya yang membedakan pegawai dengan wirausahawan adalah membuat keputusan. Seorang wirausaha, baik itu usaha sendiri maupun usaha bersama seringkali dihadapkan dengan suatu permasalahan yang menuntut pengambilan keputusan yang terkait keberlangsungan usahanya. Pengambilan keputusan ini membutuhkan pemikiran yang matang serta kreatifitas, sehingga karakter ini sangat dibutuhkan bagi seorang wirausahawan. 4. Idealis Idealisme terkait erat dengan impian dan cita-cita yang tinggi. Idealis yang dimaksud disini bukan berarti menginginkan segalanya berjalan dengan sempurna, karena hal tersebut tidak mungkin, namun dengan memiliki idealisme yang tinggi, seorang wirausahawan akan memiliki target yang dijadikan sebagai pedoman dalam

menjalankan usahanya sehingga mengerti bagaimana dan kemana arak tujuan melangkah.
5. Networking yang luas

Dalam

menjalankan

suatu

bisnis,

seorang

wirausahawan

tidak

dapat

menjalankannya secara sendiri, melainkan membutuhkan orang lain yang disebut sebagai mitra bisnis dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya. Seorang wirausaha membutuhkan orang lain untuk melengkapi dan bekerjasama agar tujuan bersama dapat tercapai. Bapak Thomas Lie mencontohkan, dalam melaksanakan usaha salon kecantikannya, Beliau tentunya membutuhkan kerjasama dengan tenaga ahli maupun supplier peralatan dan perlengakapan kecantikan. Kerjasama yang terbina dengan baik sampai saat ini dapat terwujud dengan adanya networking yang luas. Networking yang terwujud tidak hanya dengan pihak yang secara langsung berkaitan dengan proses produksi, melainkan juga dengan pihak lain yang mendukung usaha yang dirintis, misalnya, media masa sebagai fungsi pemasaran. Networking yang terbentuk juga harus didukung oleh komunikasi yang baik. Beliau menegaskan bahwa semakin banyak dan luasnya networking yang kita bangun, maka akan semakin banyak pihak yang menyadari keberadaan usaha kita. Hal ini berarti akan semakin lancar dan mulus jalan menuju keberhasilan usaha yang dirintis.

BUILDING A STRONG I-BRAND Narasumber : Amalia E. Maulana, Ph.D. CEO Forum 1 Mei 2012 CEO Forum kali ini menghadirkan Amalia E. Maulana, Ph.D. Beliau merupakan pendiri dan Managing Director Etnomark Consulting, yang berbasis di Jakarta. Beliau merupakan seorang konsultan pemasaran yang menawarkan konsultasi merek, in-house training dan penelitian tentang wawasan konsumen dengan menggunakan etnografi sebagai pendekatan utama. Dalam CEO Forum kali ini, Beliau sekaligus memperkenalkan buku barunya yang berjudul BRANDMATE : Mengubah Just Friends Menjadi Soulmates. BRANDMATE : Mengubah Just Friends Menjadi Soulmates Buku yang berjudul BRANDMATE : Mengubah Just Friends Menjadi Soulmates ini unik karena menggunakan analogi pertemanan untuk mengupas secara tuntas konsep branding. Proses terciptanya seorang sahabat bisa disejajarkan dengan proses terciptanya seorang konsumen yang loyal. Mengkonversi seorang teman biasa menjadi teman sejati membutuhkan waktu dan usaha yang tidak sedikit. Demikian pula dengan menciptakan konsumen yang dekat dengan brand, tidaklah mudah. Semua itu harus direncanakan dan diusahakan oleh pemilik brand. Buku ini menjelaskan proses branding yaitu bagaimana tahapan proses konversi dari teman biasa (konsumen pemula) menjadi sahabat (konsumen loyal).

Gambar 1. Cover Buku Brandmate : Mengubah Just Friend Menjadi Soulmates Ide Ibu Amalia dalam menulis buku Branding Solution berjudul BRANDMATE: Mengubah Just Friends Menjadi Soul Mates ini lahir dari 8

perhatian Beliau yang berprofesi sebagai Brand Consultant. Dalam kesehariannya, Beliau menemui banyak pengambil keputusan di perusahaan yang belum memahami prinsip branding. Seringkali Branding diidentikkan dengan Marketing Communication (Markom). Banyak pengambil keputusan yang mempersepsikan kegiatan Branding sebagai kegiatan Markom, yaitu seputar pembuatan logo, slogan, iklan, event, spanduk dan pameran saja. Padahal, pengertian branding lebih luas, dimana Markom hanya merupakan salah satu dari kegiatan yang dilakukan dalam Branding. Kegiatan branding mencakup bagaimana proses pencapaian cita-cita perusahaan melalui berbagai kegiatan. Dalam branding, kegiatan sentral dimulai dengan melakukan riset secara mendalam, meningkatkan pemahaman dan pengumpulan wawasan yang tajam tentang konsumennya. Banyak perusahaan yang hanya mengandalkan asumsi atau meraba saja bagaimana hubungannya dengan konsumen tanpa terlebih dahulu melakukan riset secara holistik. Salah satu bentuk riset yang perlu dilaksanakan oleh perusahaan adalah melalui studi Etnografi. Etnografi berasal dari kata ethnos yang berarti bangsa dan graphein yang berarti tulisan atau uraian. Berdasarkan asal katanya, etnografi berarti tulisan mengenai suatu bangsa. Burhan Bungin (2008) menyatakan bahwa etnografi merupakan embrio dari antropologi, dimana etnografi lahir dari antropologi yang berarti jika kita berbicara etnografi maka kita tidak lepas dari antropologi. Sedangkan Richards, et.al (1985) menyatakan bahwa etnografi adalah kajian tentang kehidupan dan kebudayaan suatu masyarakat atau etnik, misalnya tentang adat-istiadat, kebiasaan, hukum, seni, religi, bahasa. Tahapan Branding Ibu Amalia menganalogikan branding dengan pertemanan. Menurut Beliau, mengurus brand sama peliknya seperti mengurus pertemanan. Brand yang sukses adalah brand yang diterima oleh konsumen, diminati dan menjadi teman sejati. Tentu hal ini tidak dapat ditangani secara sembarangan. Untuk mengelola sebuah brand agar menjadi teman sejati bagi konsumennya, dibutuhkan seorang manajer brand yang andal. Jika tidak, jangan harap brand Anda diakui sebagai teman sejati bagi orang lain. Prestasi brand tidak cukup hanya diukur dari seberapa banyak yang kenal dan membeli brand tersebut. Kesuksesan meraih konsumen dalam tahap menghitung 9

jumlah pemakai, baru menggambarkan kesuksesan transaksional, bukan relasional. Pada saat transaksi, yang terjadi adalah proses merekrut konsumen menjadi teman biasa saja, atau just friend. Masalahnya, berapa banyak yang akan bertahan untuk membelinya terus-menerus dan tidak berpindah ke brand lain. Beliau juga memaparkan mengenai empat tahapan branding, yaitu : 1. Tahap pertama merupakan proses perkenalan; dimana setiap kata, sikap dan tindakan kita akan dinilai oleh orang lain. Hal ini untuk membentuk sebuah citra diri yang sangat awal dan bersifat permukaan. 2. Memasuki tahap kedua, yang tercipta bukan lagi awareness, melainkan sudah terbentuk pemahaman mengenai siapa kita yang sebenarnya. Proses pemahaman ini bila tidak diantisipasi dengan baik, maka teman-teman baru tersebut bisa memiliki penilaian yang tidak sama dengan siapa diri kita yang sebenarnya. 3. Di tahap ketiga, dibutuhkan usaha dari kedua pihak untuk saling menyukai. Dari pihak kita, harus melakukan penyesuaian yang baik terhadap kebutuhan temanteman baru. Tanpa proses penyesuaian ini, kita akan tetap menjadi sosok yang asing satu sama lain. Ibu Amalia mengakui, tidak semua orang dalam lingkungan baru itu bisa menjadi teman baik, karena mungkin minat dan pemikirannya berbeda, atau sebagian orang menyebutnya chemistry-nya tidak cocok. 4. Tahap terakhir adalah keterikatan secara emosi. Tahapan ini dinilai sebagai tahapan terberat, dimana tahapan ini tidak dapat dilakukan setengah hati. Seorang teman sejati mengerti apa yang disenangi dan tidak disenangi oleh temannya. Dia juga seorang pendengar yang baik, dan selalu ada pada saat dibutuhkan. Tidak menyebarkan berita buruk tentang temannya, bahkan setiap ada kesempatan selalu menceritakan kebaikan-kebaikan temannya. Ibu Amalia menyimpulkan, pertemanan sejati didasari beberapa sikap berikut ini: tidak dibuat-buat (otentik), jujur, berempati, senang menolong, selalu berkomunikasi, dan menciptakan hal-hal baru yang menyenangkan. Pentingnya Personal Branding (I-Brand) Keempat tahapan proses di atas juga dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan pribadi, kita pun perlu membangun brand atau dikenal dengan sebutan I-brand. Pembentukan I-brand tidak ditentukan oleh usia

10

kita saat ini, posisi/jabatan yang kita sandang, maupun kekayaan dan bisnis yang kita miliki. Semua orang, sejatinya perlu menyadari pentingnya membangun Ibrand. Komunikasi mengenai siapa diri kita akan melekat bukan hanya dalam kehidupan nyata, tetapi juga menempel saat kita berada di dunia maya. Setiap kata yang kita tulis di media sosial, misalnya, jejaknya akan terekam di sana. Ibu Amalia menjelaskan, di media sosial I-brand dapat dianalisa dan dicitrakan. Istilah yang digunakan adalah Cyber Presence. Media sosial bagi beliau bak pisau bermata dua, jika kita dapat menggunakannya dengan baik dan bijaksana, maka dapat menjadi alat promosi yang efektif, namun di sisi lain, jika kita kurang berhati-hati, media sosial merupakan ancaman yang berbahaya. Karena itu, tiap kali akan menulis status di Facebook atau melontarkan ocehan di Twitter, kita perlu memikirkannya secara bijak. Sering kali, karena emosi atau sedang tidak mood, seseorang menuliskan sesuatu yang menyinggung atau memicu kemarahan pihak lain. Sebagaimana kegiatan branding pada sebuah produk, keberhasilan I-brand, salah satunya dapat diukur dari berapa banyak jumlah teman sejati yang dimiliki seseorang. Sumber Pustaka :
1. Bungin, Burhan.2008. Penelitian Kualitatif. Kencana, Jakarta. 2. Marzali, Amri.2005. Antropologi dan Pembangunan Indonesia. Kencana,

Jakarta.
3. Maulana E, Amalia. 2012. BRANDMATE Mengubah Just Friends Menjadi

Soulmates. Jakarta : ETNOMARK Consulting.

APPLICATION SUPPLY CHAIN MANAGEMENT IN PT NIPPON INDOSARI CORPINDO Narasumber : Yusuf Hady CEO Forum 8 Mei 2012

11

Industri roti merupakan salah satu jenis industri memerlukan inovasi, efektifitas serta efisiensi dalam menjalankan proses dan aktivitas perusahaan agar mampu menghasilkan produk roti yang bermutu dengan harga yang kompetitif. Dilihat dari persaingan usaha, industri roti merupakan industri yang bersaing secara sempurna, dimana tidak ada barrier bagi perusahaan baru untuk masuk ke dalam industri ini. Perkembangan industri roti ini memiliki potensi yang besar seiring dengan kebutuhan akan jenis makanan yang praktis dan beragam. PT Nippon Indosari Corpindo (PT NIC) didirikan pada tahun 1995 sebagai modal asing dan merupakan perusahaan pertama dan terbesar di Indonesia yang memproduksi roti secara massal dengan merek Sari Roti. Sejak tahun 2007, PT NIC telah menerapkan Supply Chain Management (SCM) atau manajemen rantai pasokan dalam menjalankan aktivitas usahanya dalam rangka mengawasi informasi aliran bahan baku dan aspek keuangan dalam proses produksinya mulai dari pemasok, produsen, distributor, pengecer, hingga kepada konsumen. Dalam pelaksanaannya, PT NIC mengalami tantangan dalam penanganan di bidang operasional, yaitu dalam kegiatan manajemen proses rantai pasok roti yang dimulai dari hulu hingga hilir, mengingat roti merupakan produk yang bersifat perishable (mudah rusak) sehingga memerlukan penanganan yang tepat dalam proses produksi dan distribusinya. Hal ini menuntut PT NIC untuk memiliki keunggulan kompetitif dengan melakukan penataan dan penyempurnaan rantai pasok yang dimulai dari suplier hingga ke konsumen. Manajemen rantai pasok merupakan keputusan yang sangat penting bagi suatu perusahaan karena terkait dengan keberlangsungan usaha secara jangka panjang dan menunjang keberhasilan usahanya. Pertemuan kali ini, Bapak Yusuf Hady yang menjabat sebagai Direktur Operasional PT Nippon Indosari Corpindo (NIC) memberikan pemaparan kepada Mahasiswa MB IPB mengenai penerapan Supply Chain Management (SCM) di PT NIC, khususnya yang terkait dengan SCM di perusahaan yang bergerak dalam bidang agrobisnis. Penerapan Supply Chain Management di PT NIC Strategi yang diterapkan oleh PT NIC agar tetap memiliki daya saing yang kuat dalam bisnis roti massal adalah dengan menerapkan konsep Supply chain 12

management (SCM). SCM sering disebut pula dengan Manajemen Rantai Pasok (MRP). Menurut Pujawan (2005), SCM tersusun dari dua istilah yakni supply chain dan management. Supply Chain diartikan sebagai rantai pasok atau jaringan/jalur pasokan sebuah sumber daya. Sedangkan management diartikan sebagai sebuah tool. Melalui SCM dapat dipelajari mengenai alur tiga hal dalam sebuah perusahaan, yaitu keuangan, infomasi dan sumber daya. SCM juga didefinisikan sebagai kesatuan sistem yang mengintegrasikan pemasok bahan baku, pabrik pengolahan produk, kemudian distributor hingga produk sampai ke tangan konsumen di lokasi yang tepat, jumlah yang tepat, dan pada waktu yang tepat. Kunci utama dari SCM yang baik adalah efisiensi yang menggabungkan empat faktor penting. Pertama adalah kolaborasi antara para pihak sehingga terjadi pertukaran informasi yang tepat. Kedua adalah bagaimana teknologi yang ada menciptakan kesempatan baru dalam mendukung proses produksi yang telah ada sebelumnya. Ketiga adalah proses yang mendukung standarisasi selama proses produksi. Keempat adalah bagaimana berbagai macam fungsi yang ada dioperasikan secara profesional.SCM ini bertujuan untuk membuat seluruh didistribusi sampai inventori bahan baku, bahan dalam proses, serta barang yaitu pemasok (supplier), pengolah (manufaktur), pendistribusi (distributor), pengecer (retail) dan pelanggan (consumer) terintegrasi dengan baik sehingga dapat menjamin keberlanjutan usaha. Dalam bisnis prosesnya, PT NIC menerapkan konsep SCM. Konsep yang ditawarkan oleh PT NIC sebagai produsen dari produk Sari Roti adalah memproduksi roti yang fresh, dimana produk yang sudah jadi langsung didistribusikan dan dikirim ke agen dan distributor sesegera mungkin agar konsumen mendapatkan produk yang fresh sehingga konsumen merasa puas dan menjadi loyal terhadap produknya.

13

Gambar 2. Konsep Supply Chain Management di PT. NIC Brand Sari Roti yang dihasilkan oleh PT NIC saat ini memiliki market share 90% dari pasar produk roti yang diolah secara masal. Namun jika dibandingkan dengan industri roti secara keseluruhan di Indonesia industri roti yang diolah secara masal hanya memiliki 10% dari keseluruhan pasar, kemudian 10% dimiliki oleh industri butik roti, sementara 80% pangsa pasar didominasi oleh industri pengolahan roti skala rumah tangga, dimana terdapat lebih dari 5000 industri skala rumah tangga. Barrier to entry untuk masuk ke dalam industri roti sangat rendah dan peluang bisnis terbuka lebar, sehingga tingkat kompetitif sangat tinggi. PT NIC memiliki keunggulan diantara perusahaan lain yang bergerak di bidang yang sama, diantaranya adalah dengan diaplikasikannya teknologi modern yang diadopsi dari Jepang. Perusahaan ini menerapkan GMP (Good Manufacturing Practice), SSOP (Sanitation Standard Operating Procedure), dan HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point) sehingga produk yang dihasilkan terjamin kualitasnya. SCM yang ada pada PT. NIC mengintegrasikan delapan aspek yang semuanya terjalin secara otomatis. Pertama adalah pembuatan rencana bisnis mulai dari penjualan hingga rencana anggaran, yang diikuti dengan rencana penjualan dan distribusi mulai dari peramalan jumlah produksi dan permintaan. Ketiga adalah rencana produksi meliputi manajemen permintaan dan Management Resource Plan (MRP) kemudian melakukan pelaksanaan Procurement yang meliputi sistem pembelian serta invoice. Kelima adalah proses manufaktur mulai dari permintaan produksi serta manajemen kualitas produksi kemudian sistem penyimpanan (Inventory Management). Ketujuh adalah proses penjualan dan distribusi meliputi kapasitas dan ketepatan pengiriman barang kemudian yang terakhir adalah proses pemantauan dari segi keuangan yang meliputi analisis keuangan dan keuntungan. Kedelapan proses ini terintegrasi secara otomatis sehingga SCM yang ada pada PT. NIC ini berjalan dengan baik dan menjadikan PT. NIC menjadi perusahaan pengolahan roti yang terdepan di Indonesia. Penerapan SCM dalam kegiatan usaha, terutama pada perusahaan agribisnis sangat diperlukan untuk memastikan keberlanjutan usaha dalam jangka 14

panjang untuk memastikan produk yang dihasilkan tepat secara kualitas, tepat jumlah, tepat waktu dan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh konsumen. Sumber Pustaka :
1. Annual Report PT Nippon Indosari Corpindo, Tbk Tahun 2011. 2. Pujawan, Wayan. 2005. Supply Chain Management. Guna Widya. Jakarta.

KREATIVITAS DALAM BISNIS TANAMAN HIAS Merintis dan mengelola Agribisnis Florikultura : Suatu pengalaman Narasumber : Karen Tambayong CEO Forum 22 Mei 2010

15

Berawal dari hobi dan ketertarikan akan keindahan tanaman hias, ibu Karen Tambayong mengawali bisnis florikultura diatas lahan milik orang tuanya sebesar dua Hektar di daerah Cibodas Jawa Barat. Tahun 1994 merupakan tahun saat beliau mulai mengawali usahanya, dimana saat itu beliau baru saja pulang dari menemani suami yang bersekolah di Amerika. Ketika itu beliau hanya ibu rumah tangga biasa yang kegiatan sehari-harinya didominasi di rumah. Sehingga saat itu terbesit suatu keinginan untuk melakukan usaha yang berbasis di rumah. Ibu Karen Tambayong lahir di Surabaya, 24 April 1956. Beliau sangat aktif dalam kepengurusan berbagai organisasi, khususnya yang berhubungan dengan bunga (florikultur). Saat ini Beliau aktif dalam organisasi Asosiasi Bunga Indonesia, Yayasan Bunga Nusantara, Dewan Hortikultura Nasional, Green City International Association Horticulture Producer, Komite Tetap Bidang Pengembangan Pasar Pertanian Kadin, dan pendiri Forum Pangan dan Pertanian Indonesia (FPPI). Beliau mengungkakan bahwa pengetahuannya tentang bunga dan tanaman hias diperoleh setelah aktif berkecimpung di Asosiasi Bunga Indonesia yang didirikan Ny. Bustanil Arifin pada tahun 1980-an. Dalam memulai usahanya, Ibu Karen Tambayong menjual beberapa aset pribadi. Modal awal dari usaha florikultur yang Beliau rintis adalah sebesar Rp. 100 Juta. Dengan dana tersebut, beliau memperkerjakan 20 orang karyawan dengan sistem komitmen. Pada awal dijalankannya usaha, Beliau menghadapi kendala yang sangat berat, sehingga 20 orang karyawan Beliau saat itu rela tidak mendapatkan gaji selama sebulan pertama. Namun, karena keyakinan, kerjasama dan komitmen yang telah dibangun bersama pada awal didirikannya usaha, sedikit demi sedikit keuntungan dari usaha ini terus bertambah. Ibu Karen memang seseorang yang cinta akan produk dalam negeri. Beliau senantiasa memiliki komitmen untuk mengembangkan dan membudidayakan tanaman hias yang berasal dari lokal. Jika pada saat itu sebagian besar dari pengusaha tanaman hias mengimpor bibittanaman hias untuk selanjutnya dibudidayakan di Indonesia, Ibu Karen lebih menyukai untuk membudidayakan dan mengembangkan tanaman hias asli Indonesia. Beliau juga memutuskan untuk meminimalkan impor benih tanamanhias dengan melakukan sendiri penangkaran dan pembesaran bibit. Dalam memilih jenis tanaman hias sebagai komoditas

16

unggulan, Beliau menghindari pemilihan tanaman yang sedang menjadi tren di pasar florikultura dan justru mengembangankan jenis tanaman yang berbeda dari pada yang lain. Tujuan dari strategi ini adalah untuk menciptakan tren sendiri serta tidak tergantung dari produk yang ditawarkan kompetitor lain. Kunci keberhasilan yang dikembangkan oleh ibu Karen Tambayong salah satunya adalah dengan dijalankannya sistem pengembangan usaha florikultur berbasis pemberdayaan masyarakat sekitar. Sistem yang Beliau kembangkan bukanlah suatu sistem kemitraan, melainkan lebih dari itu. Beliau membentuk suatu sistem yang mampu memberikan kesempatan kepada masyarakat setempat untuk berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang dikembangkannya. Dengan ini, masyarakat setempat tidak hanya berkesempatan untuk bekerja, namun juga mampu mewujudkan rasa memiliki dan menumbuhkan kemauan yang kuat dalam menjaga lahan usaha yang menjadi sumber penghasilan masyarakat setempat. Ibu Karen juga secara aktif membangun fasilitas umum di sekitar pemukiman, seperti koperasi, rumah bagi anak asuh, dan pembuatan retaining wall sungai. Program sosial kemasyarakatan ini menjadikan usaha florikultur yang digagas oleh Ibu Karen bukan hanya menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat setempat, namun juga mampu meningkatkan kualitas sosial dan lingkungan masyarakat setempat. Dalam menjalankan usaha tanaman hias, Ibu Karen senantiasa mengedepankan keberlanjutan produksi, dimana dalam sistem budidaya, Beliau menyediakan produk daun potong jadi dan tidak tergantung pada komponen import. Beliau juga senantiasa mengembangkan komoditas yang selama ini tidak dilirik oleh pemain bisnis lain. Salah satu contoh jenis tanaman hias yang tidak dilirik namun dikembangkan dengan baik oleh Beliau adalah komoditas rumput. Dimana sebagian pebisnis hanya melihat peluang usaha dari tanaman berbunga, Ibu Karen memandang komoditas rumput sebagai komoditas yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Komoditas rumput saat ini sangat dibutuhkan oleh pasar untuk dimanfaatkan sebagai komponen pendukung arsitektur landskap dan dapat dimanfaatkan sebagai roof garden dan vertical garden di gedung bertingkat. Keberhasilan usaha yang dirintis oleh Ibu Karen tentunya tidak terlepas dari kegigihan, kerja keras, kemauan yang kuat, passion, dan fokus Beliau pada usaha yang sedang dijalankan. Beliau juga memberikan nasehat bahwasannya untuk

17

menjadi seorang pengusaha sukses, maka kita harus memiliki kemampuan dalam membaca setiap peluang, kreatif, inovatif, dan tidak takut untuk berubah. Sumber Pustaka :
1. http://www.asbindo.org/press/interview-with-karen-tambayong

[diakses

pada

tanggal 15 Juni 2012]

IMPLEMENTASI MANAJEMEN PRODUKSI OPERASI DALAM PENGOLAHAN PRODUK TURUNAN CPO DALAM RANGKA OPTIMALISASI NILAI TAMBAH PRODUK Narasumber : Budiono Muljono CEO Forum 29 Mei 2012

18

Kelapa sawit beserta produk turunannya yaitu CPO (Crude Palm Oil) merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia karena kontribusinya terhadap perolehan devisa, peluang pengembangan pasar, serta penyerapan tenaga kerja. Sejak tahun 2007, Indonesia telah menjadi eksportir CPO nomor satu di dunia yang sebelumnya diduduki oleh Malaysia. Produksi minyak kelapa sawit Indonesia sebesar 57,77 juta ton di tahun 2012 dan diramalkan akan terus mengalami peningkatan produksi di tahun-tahun berikutnya. Ekspor minyak kelapa sawit Indonesia juga menempati peringkat pertama, dengan jumlah ekspor sebesar 40,43 juta ton di tahun 2012. Untuk konsumsi minyak kelapa sawit, Indonesia menempati urutan kedua setelah India. Kelapa sawit adalah salah satu komoditi yang diharapkan mampu memberikan kontribusinya dalam perekonomian yang berasal dari sub-sektor perkebunan. Kelapa sawit merupakan komoditi penting dalam mendorong perekonomian Indonesia. Sebagai penghasil devisa negara kelapa sawit merupakan salah satu komoditi yang memberikan sumbangan yang sangat berarti dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditi minyak sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong Pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan ekspor minyak kelapa sawit. Industri pengolahan minyak kelapa sawit hingga saat ini merupakan industri yang sangat menjanjikan mengingat Indonesia merupakan produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia karena didukung oleh sumber daya alam yang melimpah. Indonesia juga merupakan negara ideal bagi pertumbuhan kelapa sawit karena berada di daerah tropis yang dilewati garis khatulistiwa, dengan tanah yang subur dan curah hujan yang sesuai dengan pertumbuhan kelapa sawit. Ditinjau dari kegunaan kelapa sawit banyak memberikan manfaat bagi manusia yakni kepentingan rumah tangga, kosmetik, makanan industri farmasi maupun industri kimia. Jadi keuntungan untuk berkembang terus dalam pengoperasian industri kelapa sawit tidaklah tertutup bahkan kelapa sawit merupakan suatu prospek yang cerah dimasa mendatang karena pemasaran minyak dan inti kelapa sawit tidak saja dipasarkan di dalam negeri tetapi juga di eksport

19

keluar negeri. Minyak kelapa sawit merupakan minyak yang sehat karena kandungan kolesterolnya yang rendah serta kandungan berbagai jenis vitamin dan adanya zat antioksidan yang bermanfaat sebagai pencegah kanker. PT SMART merupakan salah satu perusahaan berbasis kelapa sawit terbesar di Indonesia yang memiliki komitmen untuk memproduksi kelapa sawit secara berkelanjutan. PT SMART didirikan pada tahun 1962 dan merupakan perkebunan kelapa sawit dengan luas areal terbesar di Indonesia, dengan cakupan total sebesar 139.000 hektar, termasuk perkebunan plasma. PT SMART saat ini mengoperasikan 15 pabrik yang terdiri dari tujuh pabrik pengolahan inti, empat pabrik penghancur dan empat pabrik kilang. PT.SMART melakukan proses bisnis di bidang kelapa sawit secara terintegrasi, mulai dari budidaya melalui perkebunan kelapa sawit yang dikelolanya, pengolahan minyak kelapa sawit menjadi CPO dan produk jadi seperti minyak goreng, margarin, mentega,dan lemak untuk keperluan khusus, sampai dengan memasarkan produknya baik secara lokal maupun ekspor. Kondisi persaingan usaha yang ketat dengan kondisi pasar yang cepat berubah dan semakin tingginya tuntutan konsumen terhadap produk yang lebih berkualitas dan sehat mengharuskan PT SMART melakukan inovasi dan pengembangan proses produksi. Salah satu cara yang dilakukan oleh PT SMART adalah dengan melaksanakan Supply Chain Management (SCM) yang baik. Komponen Supply Chain Management yang menjadi kekuatan PT SMART terletak pada pengelolaan upstream supply system (sistem suplai pada hulu) dan downstream supply system(sistem suplai pada hilir). Upstream supply system yang dilakukan pada PT SMART meliputi aktivitas pembangunan pabrik pengolahan hingga aktivitas penyaluran produk. Sedangkan downstream supply system yang dilakukan PT SMART meliputi dua strategi utama, yakni grand strategy dan operation strategy. Grand strategy yang dijalankan meliputi aktivitas kegiatan operasional yang baik yang dapat terlihat dari biaya yang rendah, on time delivery, serta kualitas dan kuantitas yang terpercaya. Sementara operation strategy meliputi sinkronisasi tempat produksi dengan tempat penjualan dan pemasaran. Tujuan utama dari pelaksanaan downstream strategy adalah untuk menciptakan sistem operasi yang efektif dan efisien. Tujuan ini akan tercapai

20

melalui dukungan dari beberapa komponen penting, yaitu riset dan pengembangan, material yang berkualitas, fasilitas mesin yang memadai, metode yang tepat, sumber daya manusia yang berkualitas, serta dukungan lain seperti Corporate Social Responsibility (CSR) dan sistem teknologi informasi. Dalam melaksanakan sistem Supply Chain Management, PT SMART menerapkan sistem teknologi informasi MySAP Business Suite sejak tahun 1998. Penggunaan teknologi ERP ini mampu meningkatkan efisiensi dan efektifitas aliran proses bisnis mulai dari on farm sampai dengan pemasaran. Bapak Budiono Muljono menyatakan bahwa manfaat signifikan dirasakan oleh PT SMART adalah selalu berhasil memastikan bahwa biaya produksi dan operasional selalu lebih rendah dari harga pasar. PT SMART juga memanfaatkan aplikasi SAP untuk mengatur tingkat persediaan pupuk di masing-masing perkebunan yang terpisahpisah, sehingga produktifitas perkebunan senantiasa terjaga. Sumber Pustaka :
1. Annual Report PT Sinar Mas Agro Resources, Tbk (PT SMART, Tbk) Tahun

2011.

KUNJUNGAN INDUSTRI PT. INDESSO AROMA CEO Forum 31 Mei 2012 Kunjungan industri kali ini dilangsungkan di PT Indesso Aroma yang berlokasi di Cileungsi, Bogor. Perusahaan pengolahan minyak atsiri PT. Indesso (Indonesia Essential Oil) dimulai dari usaha keluarga tahun 1968 dengan menyuling daun cengkeh. Pabrik PT Indesso yang pertama berkedudukan di Purwokerto. Perusahaan mengalami perkembangan dengan mengolah minyak cengkeh yang akan ditransformasi menjadi produk turunannya tersebut. Komitmen pimpinan perusahaan terhadap mutu ditingkatkan dengan merekrut tenaga profesional untuk

21

mengembangkan produk. Selain itu, penggunaan peralatan modern dan peningkatan efisiensi proses dilakukan guna konsisten. menghasilkan produk bermutu tinggi secara

Gambar 2. Pintu Gerbang Pabrik PT Indesso Aroma, Cileungsi, Bogor PT Indesso senantiasa melakukan pembinaan terhadap masyarakat hingga sekarang bertransformasi menjadi industri-industri kecil yang menyuling minyak daun cengkeh yang menjadi bahan baku yang digunakan oleh PT Indesso Aroma. Hubungan antara perusahaan dengan industri kecil tersebut berkembang dalam suasana kekeluargaan dan saling membutuhkan, sehingga berkembang pola bapak asuh. Pabrik PT Indesso Aroma yang dikunjungi adalah pabrik kedua yang berlokasi di Cileungsi, Jawa Barat. Pabrik yang mulai beroperasi pada tahun 2001 ini, dikhususkan untuk memproduksi aromatic chemicals, produk-produk pangan berupa ekstrak alami, dan produk savory dengan teknologi yang lebih modern. PT Indesso dibagi menjadi tiga perusahaan, yaitu PT. Indesso Primatama sebagai holding company, PT Indesso Aroma sebagai Manufacturing Company, dan PT Indesso Niagatama sebagai Trading Company. Sejak Januari 1996, perusahaan dengan komitmennya menerapkan sistem penjaminan mutu melalui sertifikasi ISO 9001. Komitmen menghasilkan produk dengan status Halal direalisasikan dengan diterapkannyaSistim Jaminan Halal yang dimulai sejak 2007. Kepedulian perusahaan akan mutu menjadikan bisnis terus berkembang dan dapat dibuktikan dengan perolehan sertifikat ISO 22000:2005 tentang sistem manajemen keamanan pangan pada 1 Agustus 2008. Pencapaian tersebut mengindikasikan bahwa PT Indesso dapat merambah pasar internasional dengan produknya yang berkualitas, ditunjang dengan sistem rencana mutu, manual mutu dan prosedur 22

mutu yang handal. Dalam menjalankan usahanya, PT Indesso memegang empat falsafah utama, yaitu : prinsip kekeluargaan, profesionalisme, integritas pribadi, dan sumberdaya manusia sebagai aset perusahaan. Lokasi Pabrik II PT. Indesso Aroma yang dibangun pada tahun 2001 terletak di kawasan Cileungsi. Adapun alasan pembangunan tersebut adalah: 1. Lokasi pabrik dekat dengan pelabuhan sehingga lebih mudah dalam pendistribusian produk. 2. Lokasi lebih dekat dengan sumber bahan baku, seperti teh hijau yang sebagian besar berasal dari Puncak, Bogor. 3. Tersedianya lahan yang lebih luas dibandingkan dengan Pabrik I sehingga mendukung peningkatan kapasitas produksi. 4. Lokasi pabrik terletak relatif lebih dekat dari kantor pusat di Jakarta sehingga lebih mudah dalam melakukan komunikasi dan koordinasi perusahaan. PT Indesso Aroma memiliki tiga buah lini produksi, yang terdiri dari lini produksi Aromatic Chemical, lini produksi Ekstrak Alami, dan lini produksi Savatory. Lini produksi Aromatic Chemical digunakan untuk memproduksi berbagai minyak atsiri, seperti minyak nilam, minyak cendana, minyak cengkeh, dan berbagai jenis miyak atsiri lain. Lini produksi Ekstrak Alami digunakan untuk memproduksi berbagai ekstrak teh hijau, ekstrak jahe, ekstrak kopi, dan sebagainya. Sedangkan lini produksi savatory digunakan untuk memproduksi seasoning, yang merupakan bahan campuran yang terdiri dari satu atau lebih rempah-rempah yang ditambahkan ke dalam makanan selama pengolahan atau dalam persiapan, sebelum disajikan untuk memperbaiki perisa alami makanan, sehingga lebih disukai oleh konsumen. PT Indesso Aroma berkomitmen untuk menggunakan bahan baku yang berasal dari lokal. Hal ini bagi PT Indesso Aroma merupakan suatu keunggulan tersendiri. Saat ini PT Indesso Aroma lebih memusatkan pada pasar ekspor untuk produk minyak atsiri. Namun untuk produk ekstrak dan seasoning, PT Indesso Aroma lebih memfokuskan untuk pasar dalam negeri, yaitu ke pabrik-pabrik pengolahan makanan dan minuman seperti PT Indofood. PT Indesso Aroma juga senantiasa menjaga keberlangsungan usaha dengan aktif berpartisipasi dalam berbagai organisasi, seperti The Research Institute of

23

Fragrance Material (RIFM), The European Federation of Essential Oils (EFEO) dan Federasi Eropa Minyak Atsiri (EFEO). Hal ini bagi PT Indesso Aroma sangat penting karena untuk menjalankan pemasaran produk ke luar negeri, suatu perusahaan harus ikut serta dalam berbagai asosiasi atau organisasi sebagai wadah bagi anggotanya untuk saling berbagi pengetahuan dan informasi khususnya mengenai proses pengolahan dan perdagangan.

SUSTAINABILITY PRACTICES IN OIL PALM PLANTATION Narasumber : Ir. Widya Wiryawan, MBA CEO Forum 5 Juni 2012 Subsektor perkebunan yang memegang peranan penting dalam meningkatkan pertumbunan Produk Domestik Bruto (PDB) salah satunya adalah kelapa sawit. Sebagai tanaman penghasil minyak, kelapa sawit merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadisumber penghasil devisa selain minyak bumi dan gas. Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi Indonesia. Cerahnya prospek ke depan komoditas

24

kelapa sawit,

telah

mendorong pemerintah

Indonesia untuk

memacu

pengembangan areal perkebunan kelapa sawit. Indonesia merupakan penyumbang produksi kelapa sawit terbesar di dunia. Bersama dengan Malaysia, Indonesia menyumbang 85% dari total produksi kelapa sawit di seluruh dunia. Kelapa sawit memiliki produktivitas yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan komoditas penghasil minyak nabati lainnya, yaitu dengan rendemen 25% sehingga dapat terlihat bahwa industri ini merupakan industri yang sangat menjajikan. Kelapa sawit juga merupakan komoditas penghasil minyak nabati yang efisien dibandingkan komoditas lainnya seperti komoditas kedelai, rareseed, dan biji bunga matahari. Ekspansi pertumbuhan lahan minyak kelapa sawit relatif lebih rendah dibandingkan dengan komoditas lain, sehingga relatif hemat lahan, dimana dengan tingkat produktivitas yang sama, arealyang digunakan jauh lebih sempit. Perkebunan kelapa sawit seringkali diterpa dengan isu yang tidak baik, terutama yang terkait dengan masalah lingkungan dan sosial. Isu lingkungan utama yang dihadapi perusahaan kelapa sawit salah satunya adalah mengenai isu konversi lahan hutan dan lahan gambut menjadi perkebunan kelapa sawit yang menyebabkan peningkatan emisi gas rumah kaca, selain itu terdapat pula isu-isu mengenai polusi air maupun rusaknya habitat orang hutan. Hal inilah yang menjadi tantangan bagi pelaku usaha perkebunan kelapa sawit. Salah satu perusahaan kelapa sawit terbesar di Indonesia adalah PT Astra Agro Lestari Tbk (AAL). PT AAL merupakan suatu perusahaan yang berbasis bisnis minyak kelapa sawit, karet, teh, kakao, dan minyak sayur. PT AAL dirintis oleh PT Astra Internasional melalui Divisi Agribisnis pada PT Astra International di tahun 1983, dengan memanfaatkan sekitar 2.000 hektar perkebunan singkong yang kemudian dikonversi menjadi perkebunan karet. Pada tahun 1984, dimulai budidaya kelapa sawit melalui akuisisi PT Perkasa Plantations Tunggal, di mana pada saat itu telah berjalan proses pengolahan 15.000 hektar perkebunan kelapa sawit yang berlokasi di Riau. Misi perusahaan adalah untuk menjadi teladan dan berkontribusi kepada pembangunan dan kemakmuran negara. Dalam melaksanakan kegiatan usahanya, PT Astra Agro Lestari Tbk menerapkan sistem pengelolaan yang bersifat ramah

25

lingkungan melalui implementasi Astra Green Company secara konsisten dan berkomitmen dalam program konservasi seperti HCV (High Conservation Value). Komitmen PT AAL diwujudkan melalui diraihnya penghargaan proper-green dari kementrian lingkungan untuk enam anak perusahaannya. Disamping itu, PT Astra Agro Lestari Tbk juga menerapkan zero waste management dan best practice dalam sistem pengelolaan perusahaannya. Isu lingkungan yang seringkali menerpa industri kelapa sawit. Hal ini menuntut perusahaan untuk mengelola perkebunan secara lestari, salah satunya dengan melakukan mekanisme sertifikasi RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil). Dikarenakan bagi PT AAL sistem yang ada pada RSPO memberatkan pihak perkebunan sawit Indonesia karena banyaknya campur tangan LSM lingkungan, PT AAL memutuskan untuk keluar dari keanggotaan RSPO. Saat ini PT AAL bergabung bahkan ikut aktif dalam perumusan sertifikasi Indonesian Sustainability Palm Oil (ISPO). Prinsip dan kriteria dari ISPO ini antara lain adalah dengan mengatur sistem perizinan dan manajemen perkebunan, tanggung jawab sosial dan komunitas hingga peningkatan usaha secara berkelanjutan. PT AAL juga senantiasa melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat khususnya di sekitar kawasan perkebunan melalui program Corporate Social Responsibility (CSR). Program CSR dilaksanakan berdasarkan kebutuhan, spesifikasi, kepercayaan kedua belah pihak, dan partisipasi. Salah satu upaya CSR yang dilakukan adalah melalui pembangunan dan perbaikan posyandu di lingkungan penduduk lokal. PT Astra Agro Lestari Tbk memfokuskan program CSR dengan cara mendesain program CSR yang akan dijalankan bersama dengan masyarakat lokal, hal ini sangat penting untuk menampung kebutuhan masyarakat. Dengan dilaksanakannya community development program, masyarakat lokal akan ikut serta berpatisipasi dalam berbagai jenis kegitan, sehingga ada timbal balik yang saling menguntungkan antara perusahaan dan masyarakat lokal. PT AAL juga ikut berpartisipasi dalam pembangunan fasilitas pendidikan dan agama seperti sekolah, perpustakaan, bus sekolah serta rumah ibadah. Sumber Pustaka :

26

1. Annual Report PT Astra Agro Lestari, Tbk Tahun 2011.

2. Oil World. 2009. Oil World Annual 2009. ISTA Mielke GmbH. Langenberg, Hamburg, Germany.

27

You might also like