You are on page 1of 16

PT.

TATA GUNA PATRIA

USULAN TEKNIS

BAB III METODOLOGI


3.1. PEMILIHAN LOKASI BANGUNAN Dari peta RBI dan Peta Geologi Regional dapat ditentukan lokasi-lokasi alternatif PLTM dengan acuan sbb : 1. Perkiraan luas DPS, semakin luas DPS maka Debit semakin besar 2. Secara topografi lokasi rencana bendung tersebut dekat dengan terjunan (hubungannya dengan Pemilihan tipe bangunan, head dan jalur waterway) 3. Lokasi rencana bangunan (bendung, waterway dan rumah turbin) diusahakan tidak berada (melewati) pada daerah pemukiman atau sawah irigasi karena biaya pembebasan tanah akan mahal, rawan konflik. 4. Lokasi rencana bangunan (bendung, waterway dan rumah turbin) dekat dengan jalan akses dan pemukiman (terdapat jalur transmisi dan distribusi listrik eksisting) karena biaya konstruksi (dan investasi) murah. Apabila pada suatu jalur sungai terdapat bendung atau bendungan, maka lokasi rencana bangunan PLTM bisa diletakkan di hulu bangunan tersebut karena ketersediaan air lebih terjamin 3.2. ANALISIS HIDROLOGI A. Perhitungan Debit Andalan (Low Flow Analysis) Analsis ketersediaan air adalah dengan membandingkan kebutuhan air total termasuk kebutuhan air untuk PLTM dengan ketersedian air. Setelah dibandingkan akan didapat kelebihan atau defisit air pada setiap bulannya, baik pada saat ini ataupun waktu yang akan datang. Secara umum dapat debit andalan dinyatakan data aliran sungai/ curah hujan dengan debit andalan 80% dan 90% agar PLTM dapat berfungsi dengan baik
Pre Feasibility Study PLTM Maiting 1, Toraja Utara, Sulawesi Selatan

III - 1

PT. TATA GUNA PATRIA

USULAN TEKNIS

termasuk pada musim kemarau seperti bulan Juni, Agustus, dan September yang terjadi defisit air. Analisis debit andalan bertujuan untuk mendapatkan potensi sumber ai yang berkaitan dengan rencana pembangunan PLTM. Perhitungan debit andalan dihitung berdasarkan metoda rasional menggunakan data hujan bulanan dengan koefisien limpasan (C) disesuaikan dengan kondisi tutupan lahan pada DAS lokasi rencana PLTM. Dari hasil hitungan debit bulanan dapat disusun Flow Duration Curve yang dapat digunakan untuk menentukan debit andalan 90% atau Q90% sebagai debit rencana pembangkit tenaga listrik.

Gambar 3.1 Contoh Flow Duration Curve B. Analisis Hujan Rancangan Analisis hujan rancangan merupakan input untuk analisis debit banjir rancangan, untuk keperluan perencanaan konstruksi bangunan PLTM. Adapun tahapan analisis hujan rancangan meliputi: 1 Data hujan Data hujan yang digunakan dalam analisis hujan rancangan adalah data hujan harian maksimum tahunan dari stasiun yang mewakili Daerah Aliran Sungai yang ditinjau. Panjang data minimal 20 tahun terakhir 2 Uji Konsistensi Data Sebelum data hujan ini dipakai terlebih dahulu harus melewati pengujian untuk kekonsistenan data tersebut. Metode yang digunakan adalah Metode RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums) (Buishand,1982). Pengujian konsistensi dengan menggunakan data dari stasiun itu sendiri yaitu
Pre Feasibility Study PLTM Maiting 1, Toraja Utara, Sulawesi Selatan

III - 2

PT. TATA GUNA PATRIA

USULAN TEKNIS

pengujian dengan komulatif penyimpangan terhadap nilai rata-rata dibagi dengan akar komulatif rerata penyimpangan kuadrat terhadap nilai reratanya. 3 Uji Homogenitas Data Homogenitas data hujan dibandingkan dengan catatan hujan dari stasiun terdekat. Tujuan uji ini untuk mengetahui dan memperbaikai kesalahan pengamatan data yang tidak homogen akibat perubahan posisi atau cara pemasangan alat ukur yang tidak baik. Data yang digunakan dalam uji ini adalah data hujan tahunan. Pemeriksaan homogenitas data biasa menggunakan metode kurva massa ganda (double mass curve) 4 Pengisian Data yang Hilang Stasiun hujan kadang-kadang tidak bekerja dengan baik atau rusak sehingga dalam beberapa periode data hujan tidak dapat terekam atau hasilnya meragukan. Data yang hilang tersebut dapat diperkirakan dengan metode pendekatan dengan menggunakan data hujan dari stasiun terdekat. 5 Hujan Rerata Daerah Apabila suatu DAS terwakili oleh beberapa stasiun hujan, maka akan dicari hujan rerata daerah. Hujan rerata daerah akan dihitung dengan beberpa metode yang ada yaitu: metode poligon thiessen, rerata aritmatik atau dengan metode isyohiet. Apabila hanya diwakili oleh satu stasiun maka harus diadakan koreksi dengan faktor reduksi daerah. 6 Analisis Frekuensi Kala ulang (return period) didefinisikan sebagai waktu hipotetik di mana hujan atau debit dengan suatu besaran tertentu akan disamai atau dilampaui sekali dalam jangka waktu tersebut. Analisis frekuensi ini didasarkan pada sifat statistik data yang tersedia untuk memperoleh probabilitas besaran hujan (debit) di masa yang akan datang. (a) Model Distribusi Peluang Untuk memperkirakan besarnya debit banjir dengan kala ulang tertentu, terlebih dahulu data-data hujan didekatkan dengan suatu model distribusi peluang, agar dalam memperkiraan besarnya debit banjir tidak sampai jauh melenceng dari kenyataan banjir yang terjadi.
Pre Feasibility Study PLTM Maiting 1, Toraja Utara, Sulawesi Selatan

III - 3

PT. TATA GUNA PATRIA

USULAN TEKNIS

Distribusi teoritis yang biasa dipakai diantaranya: Distribusi Normal, Log Normal, Gumbell dan Log Pearson Type III. Distribusi Log Pearson Tipe III banyak digunakan dalam analisis hidrologi, terutama dalam analisis data maksimum (banjir) dan minimum (debit minimum) dengan nilai ekstrim. Bentuk Distribusi Log Pearson Tipe III merupakan hasil transformasi dari Distribusi Pearson Tipe III dengan mengganti variat menjadi nilai logaritmik. Bentuk kumulatif dari Distribusi Log Pearson Tipe III dengan nilai variatnya X, apabila digambarkan pada kertas peluang logaritmik (logarithmic probability paper) akan merupakan model matematika persamaan garis lurus. Persamaan garis lurusnya adalah : Y = Y + k S dimana: Y = nilai logaritmik dari X nilai rata-rata Y deviasi standar Y karakteristik dari Distribusi Log Pearson Tipe III

Y = S k = =

Prosedur untuk menentukan kurva distribusi Log Pearson Tipe III, adalah (Soewarno, 1995:142): 1) Tentukan logaritma dari semua variat X 2) Menghitung harga logaritma rata-rata log X = log Xi , n = jumlah data n

3) Menghitung nilai deviasi standar dari log X Slog X log X log X 2 i = n 1

4) Menghitung harga koefisien kemencengan

Pre Feasibility Study PLTM Maiting 1, Toraja Utara, Sulawesi Selatan

III - 4

PT. TATA GUNA PATRIA

USULAN TEKNIS

CS =

n log X i log X ( n 1) ( n 2 ) Slog X 3

5) Diperoleh rumus log X = log X + k Slog X 6) Menghitung antilog dari logaritma X untuk mendapatkan nilai X yang diharapkan terjadi pada tingkat peluang atau periode ulang tertentu sesuai dengan nilai CS-nya. (b) Uji Kesesuaian Pemilihan Distribusi Untuk menentukan kesesuaian distribusi frekuensi dari sampel data terhadap fungsi distribusi peluang yang diperkirakan dapat mewakili distribusi frekuensi tersebut diperlukan pengujian parameter. Pengujian tersebut dapat dilakukan diantaranya dengan: 1) Uji Chi Kuadrat Uji Chi Kuadrat dimaksudkan untuk menentukan apakah persamaan distribusi peluang yang telah dipilih dapat mewakili dari distribusi statistik sampel data yang dianalisis. Pengambilan keputusan uji ini menggunakan parameter 2, oleh karena itu disebut dengan Uji Chi Kuadrat. Parameter 2, dapat dihitung dengan rumus (Soewarno, 1995,194): h
2

i =1

( Oi E i ) 2
Ei

dimana: h2 G Oi Ei = = = = parameter chi kuadrat terhitung jumlah sub kelompok jumlah pengamatan pada sub kelompok ke i jumlah nilai teoritis pada sub kelompok ke i

Parameter h2 merupakan variabel acak. Peluang untuk mencapai nilai h2 sama atau lebih besar daripada nilai chi kuadrat yang

Pre Feasibility Study PLTM Maiting 1, Toraja Utara, Sulawesi Selatan

III - 5

PT. TATA GUNA PATRIA

USULAN TEKNIS

sebenarnya (2). Adapun prosedur dari Uji Chi Kuadrat adalah sebagai berikut: Urutkan data pengamatan (dari kecil ke besar, atau sebaliknya) Kelompokkan data menjadi G sub kelompok Jumlahkan data pengamatan sebesar Oi tiap-tiap sub kelompok Jumlahkan data dari persamaan distribusi yang digunakan sebesar Ei Tiap-tiap sub kelompok hitung nilai

( Oi E i ) 2
Ei

Jumlahkan

seluruh

sub

kelompok

( Oi E i ) 2
Ei

untuk

menentukan nilai chi kuadrat hitung Tentukan derajat kebebasan dk = G R 1 (nilai R = 2, untuk distribusi normal dan binomial, dan nilai R = 1 untuk distribusi poisson) Interpretasi hasinya adalah apabila h2 < 2 dari tabel, maka persamaan distribusi teoritis yang digunakan dapat diterima. 2) Uji Smirnov-Kolmogorov Uji Smirnov-Kolmogorov sering juga disebut uji kecocokan non parametrik (non parametric test), karena pengujiannya tidak menggunakan fungsi distribusi tertentu. Prosedurnya adalah sebagai berikut:

Pre Feasibility Study PLTM Maiting 1, Toraja Utara, Sulawesi Selatan

III - 6

PT. TATA GUNA PATRIA

USULAN TEKNIS

Urutkan data pengamatan (dari kecil ke besar atau sebaliknya) Tentukan nilai masing-masing peluang teoritis dari hasil penggambaran data

Dari kedua nilai peluang tersebut tentukan selisih terbesar antara peluang pengamatan dengan peluang teoritis. D = maksimum [P(Xm)-P(Xm)]

Berdasarkan tabel nilai kritis (Smirnov-Kolmogorov test) tentukan harga D0

Interpretasi hasinya adalah apabila D < D0 maka distribusi teoritis yang digunakan untuk menentukan persamaan distribusi dapat diterima. Pada penggunaan Uji Smirnov-Kolmogorov, meskipun manggunakan perhitungan matematis namun kesimpulan hanya berdasarkan bagian tertentu (sebuah variat) yang mempunyai penyimpangan terbesar, sedangkan Uji Chi Kuadrat menguji penyimpangan distribusi data pengamatan dengan mengukur secara matematis kedekatan antara data pengamatan dengan seluruh bagian garis persamaan distribusi teoritisnya (garis lurus ataupun garis lengkungnya). Dengan demikian Uji Chi Kuadrat lebih teliti dibandingankan dengan Uji Smirnov-Kolmogorov. 7 Intensitas Curah Hujan Dalam menentukan debit banjir rencana, perlu didapatkan harga suatu intensitas curah hujan. Intensitas curah hujan adalah ketinggian yang terjadi pada suatu kurun waktu dimana air tersebut berkonsentrasi. Analisis intensitas curah hujan ini dapat diproses dari data curah hujan yang telah terjadi di masa lampau. Intensitas curah hujan dinotasikan dengan huruf I dengan satuan (mm/jam), yang artinya tinggi curah hujan yang terjadi sekian mm dalam kurun waktu per jam. Intensitas curah hujan menurut Mononobe dapat dirumuskan sebagai berikut:

Pre Feasibility Study PLTM Maiting 1, Toraja Utara, Sulawesi Selatan

III - 7

PT. TATA GUNA PATRIA

USULAN TEKNIS

I =

R 24 24 3 24 t

dimana: I = intensitas curah hujan (mm/jam) t = lama curah hujan (jam) R24 = curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm) Perhitungan curah hujan jam-jaman untuk rata-rata DAS adalah sebagai berikuts. Jam ke = 1, I = R 24 24 3 = 24 1 R 24 24 3 = 24 2 R 24 24 3 = 24 3 R 24 24 3 = 24 4 R 24 24 3 = 24 5
2 2 2 2 2

0.35R24

Jam ke = 2, I =

0.22R24

Jam ke = 3, I =

0.17R24

Jam ke = 4, I =

0.14R24

Jam ke = 5, I =

0.12R24

C. Analisis Banjir Rancangan Banjir rancangan merupakan suatu banjir dengan kala ulang tertentu. Debit banjir rancangan tersebut akan digunakan untuk menentukan kapasitas terusan/kanal dan merencanakan bangunan pengendalian banjir. Besar kala ulang yang akan digunakan dalam perencanaan bangunan pengendali banjir tertuang dalam kriteria perencanaan bangunan pengendalian banjir. HEC-HMS Hydrologic Modelling System adalah program komputer yang dikembangkan oleh US. Army Corps. of Engineers. Program ini merupakan versi yang lebih baru dari program HEC-1. Sistem model hidrologi dengan program HEC-HMS didesain untuk mensimulasikan proses presipitasi-limpasan
Pre Feasibility Study PLTM Maiting 1, Toraja Utara, Sulawesi Selatan

III - 8

PT. TATA GUNA PATRIA

USULAN TEKNIS

dari sistem aliran. Program ini didesain agar dapat diaplikasikan dalam area tertentu untuk menyelesaikan masalah hidrologi. Hidrograf yang dihasilkan dapat dipakai secara langsung atau sebagai penghubung dengan perangkat lunak lain dalam studi ketersediaan air, drainase perkotaan, perkiraan aliran, disain bangunan air, prakiraan kerusakan akibat banjir dan sistem operasi. Program ini terintegrasi dengan sistem database, pemasukan dan perhitungan data yang masuk hingga bagian penjabaran dan pengambaran hasil yang didapat. Data dapat dimasukkan secara manual maupun melalui DSS (Data Storage System). Program HEC-HMS terdiri dari tiga komponen yaitu model basin, model hidrologi dan kontrol spesifikasi. Keluaran hasil yang didapat dapat berupa hidrograf limpasan dalam suatu sistem hidrologi DAS. Teori dasar proses limpasan pada program HEC-HMS, disederhanakan dari proses limpasan yang sebenarnya yang terjadi di alam. Namun pendekatan tersebut sudah cukup mewakili proses yang terjadi di alam. Ketiga komponen dalam HEC-HMS tersebut saling mendukung satu sama lain untuk tujuan simulasi. Model Basin yang berisikan parameter dan data jaringan yang terhubung dengan elemen hidrologi. Termasuk juga sub-elemen dalam subbasin seperti routing reach (batasan jangkauan), junction (simpangan), reservoir (simpanan air), source (sumber), sink (kehilangan) dan diversion (alihan).

Pre Feasibility Study PLTM Maiting 1, Toraja Utara, Sulawesi Selatan

III - 9

PT. TATA GUNA PATRIA

USULAN TEKNIS

Gambar 3.2 Hubungan Antara Masing-Masing Komponen

Model Meteorologi yang terdiri dari data meteorologi seperti curah hujan dan lain-lain. Sementara itu spesifikasi kontrol yang bertugas menetapkan waktu simulasi dan berbagai kontrol hitungan lainnya. Tampilan awal pada HEC-HMS seperti pada Gambar 3, dari tampilan ini terlihat tiga komponen utama, salah satunya ialah komponen basin yang terlihat pada gambar di bawah ini. Seperti yang telah diuraikan pada perkenalan model hidrologi HEC-HMS di atas, pada model ini dikenal tiga komponen utama yaitu Komponen model basin, meteorologi dan kontrol spesifikasi. Hubungan antar komponen tersebut dapat dilihat pada gambar 2.2. dan rincian masing-masing komponen dijabarkan di bawah ini

Gambar 3.3 Tampilan Awal HEC HMS.

Pre Feasibility Study PLTM Maiting 1, Toraja Utara, Sulawesi Selatan

III - 10

PT. TATA GUNA PATRIA

USULAN TEKNIS

3.3. ANALISIS GEOLOGI Dilaksanakan pemetaan geologi pada lokasi saluran, penstock dan powerhouse Penyelidikan geologi ini meliputi pengambilan sample tanah dan pekerjaan di laboratorium yang berupa pelaksanaan uji sample tanah, pasir dan batu.

3.4. PERENCANAAN DESAIN DASAR BANGUNAN UTAMA Desain dasar bangunan utama PLTM dimaksudkan untuk

menghitung/memperkirakan bentuk serta dimensi dari bangunan-bangunan utama yang meliputi : 1. Pekerjaan Sipil Bendung (Weir), Bangunan Pengambilan (Intake), Kantong Lumpur (Desand), Saluran Pembawa (Water Way), Bak Penenang (Headpond), Pipa sesat (Penstock), Rumah Pembangkit (Power House), Saluran Pembuangan Akhir (Tail Race), Jalan Masuk (Acces Road), Rumah operator (kantor). 2. Pekerjaan Elektromekanik Turbine, Generator, Power Transformator, Switchgear, Sistem Kontrol, Fasilitas Pembantu. Perencanaan dasar ini dibuat untuk mendapatkan besaran volume pekerjaan dan perkiraan biaya konstruksi, sehingga secara garis besar hasil perhitunganperhitungan sudah dapat dipergunakan untuk melakukan evaluasi terhadap PLTM, baik teknis maupun ekonomis. Dalam studi Pra Studi Kelayakan ini, beberapa kriteria desain, asumsi dan referensi yang digunakan dalam studi ini selalu disebutkan untuk memudahkan pengecekan. A. Penentuan Tipe Bendung Pada umumnya, pemilihan tipe bendungan didasarkan pada ketersediaan material di sekitar lokasi
Pre Feasibility Study PLTM Maiting 1, Toraja Utara, Sulawesi Selatan

III - 11

PT. TATA GUNA PATRIA

USULAN TEKNIS

Tinggi bendung berdasarkan kebutuhan daya listrik yang direncanakan Kondisi batuan pondasi dan abutment dari kajian dan penyelidikan geologi

Fungsi bendungan (PLTA)


B.

Bangunan Pengambilan (intake) Bangunan pengambil dibuat sebelah kanan aliran sungai dengan arah tegak lurus terhadap as aliran sungai (as memanjang bendung) Dimensi bangunan pengambilan dihitung dengan rumus sebagai berikut : Q = V.A ; V = 2gz ; A = b.y Dimana : Q V A g z b y = debit desain = kecepatan pengambilan = luas penampang basah sebelah hilir pintu pengambilan = koefisien konstruksi tergantung dari bentuk bukaan dan bentuk mercu intake = percepatan gravitasi (9.81 m/dt2) = kehilangan energi = bukaan lebar = tinggi air di hilir di atas mercu intake

C.

Saluran Pembawa (Waterway) Biasanya saluran pembawa direncanakan berbentuk segi empat atau trapesium yang dibentuk dari dari pasangan batu atau beton dengan mempertimbangkan kecepatan aliran rencana yang melewati saluran tersebut.

D. Desain dasar Penstock


a.

Diameter Pipa Pesat Diameter pipa pesat dihitung dengan menggunakan rumus : Q=A.V
2

A = Q/V

A = 1/4D = 0.7857 D2 D = (Q/0.7857 V)1/2


b.

Tebal Pipa pesat Tebal pipa pesat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Pre Feasibility Study PLTM Maiting 1, Toraja Utara, Sulawesi Selatan

III - 12

PT. TATA GUNA PATRIA

USULAN TEKNIS

t = (D+800)/400 dimana : t = Tebal pipa pesat, mm D = Diameter pipa sesat, mm E. Pemilihan Tipe Turbin Jenis turbin yang umum digunakan antara lain : Kaplan, Cross flow, Francis dan Pelton. Adapun pemilihan tipe turbin tersebut didasarkan pada tinggi tekan (head), debit dan daya yang direncanakan. 3.5. HARGA SATUAN DALAM DESAIN DASAR Harga komponen induk (civil work, galian) diambil dari harga satuan dari Bappeda/ Dinas PU setempat, dan pekerjaan Mechanical-Electrical (Penstock, Turbin & Generator) harus ditanyakan dari fabrikan setempat, termasuk biaya kirimnya.

3.6. ANALISIS FINANSIAL Analisa ini dilakukan dengan paradigma INVESTOR, interest, pajak, cost of money semasa konstruksi, EIRR, ROR dan ROI dihitung sesuai peraturan pemerintah tentang Penyediaan Listrik Swasta. A. Penentuan Manfaat Pembangunan PLTM Untuk keperluan analisis ekonomi, manfaat pembangunan PLTM biasanya hanya dihitung dari tangible dan direct benefit dengan mengetahui biaya pembangunan PLTM sehingga analisis benefit-cost dapat dilakukan. Manfaat sekunder (secondary benefit) biasanya tidak diperhitungkan dalam analisis ekonomi suatu pembangunan PLTM karena pengaruhnya kecil dan sulit untuk menentukannya akan tetapi setiap pembangunan PLTM pasti mempunyai manfaat tambahan tidak langsung. Kajian ekonomi pembangunan PLTM akan menghasilkan kajian tentang dampak pembangunan PLTM, penentuan biaya dan manfaat pembangunan PLTM. Analisis ini diperlukan untuk mengkaji kepentingan pembangunan PLTM ini dengan dampaknya pada ekonomi kawasan dimana PLTM tersebut dibangun, dampaknya tidak langsung dalam meningkatkan kegiatan ekonomi
Pre Feasibility Study PLTM Maiting 1, Toraja Utara, Sulawesi Selatan

III - 13

PT. TATA GUNA PATRIA

USULAN TEKNIS

lainnya, seperti pada penyediaan lapangan kerja, pajak, pendapatan daerah, dan keuntungan lain tidak langsung seperti peningkatan sumber daya manusia, sedangkan kajian dalam aspek sosial adalah untuk mengetahui perubahan tingkat hidup masyarakat sebelum dan sesudah pembangunan PLTM dibangun. B. Analisis Benefit dan Cost Dalam pembangunan PLTM, pembahasan dalam diarahkan pada lokasi yangn mempunyai manfaat (benefit) yang sama tetapi dengan biaya (cost) yang berbeda. Pembangunan PLTM dipilih yang mempunyai annual cost atau present value yang terendah. Dalam keadaan dimana terdapat benefit yang berbeda, maka pemilihan pembangunan PLTM berdasarkan analisis untuk kedua parameter tersebut (benefit dan cost) sehingga akan didapatkan alternatif yang terbaik. Analisis benefitcost tersebut dapat dilakukan beberapa cara yaitu: 1. BenefitCost Ratio (B/C) Benefit cost ratio (B/C) merupakan suatu analisa pemilihan pembangunan PLTM yang biasa dilakukan karena mudah, yaitu perbandingan antara benefit dengan cost. Kalau nilainya < 1 maka pembangunan PLTM tidak layak secara ekonomis, sedang kalau > 1, berarti pembangunan PLTM tersebut feasible. Kalau B/C = 1, dikatakan pembangunan PLTM tersebut marginal (tidak rugi dan tidak untung). 2. Net Benefit (B C) Metode kedua dalam pemilihan alternative dengan parameter benefitcost adalah net benefit (benefit neto). Net benefit adalah jumlah benefit dikurangi jumlah cost. Untuk benefit dan cost yang konstan maka net benefit tahunan adalah selisih dari kedua parameter ini, sedangkan untuk benefit dan cost yang tidak konstan, selisihnya perlu dihitung berdasarkan atas present value atau future value pada waktu yang sama. Pengurangan benefit dengan biaya OP tidak mempengaruhi net benefit. 3. Internal Rate of Return (IRR) Internal rate of return merupakan parameter ketiga dalam pemilihan alternatif pembangunan PLTM. IRR adalah bunga bank dimana total cost sama
Pre Feasibility Study PLTM Maiting 1, Toraja Utara, Sulawesi Selatan

III - 14

PT. TATA GUNA PATRIA

USULAN TEKNIS

dengan total benefit. Kalau benefit dan cost konstan maka IRR adalah bunga bank dimana biaya tahunan sama dengan benefit tahunan. IRR menunjukkan kemampuan suatu pembangunan PLTM untuk menghasilkan pengembalian atau tingkat keuntungan yang dapat dicapai pembangunan PLTM tersebut. Suatu pembangunan PLTM dinyatakan layak untuk dibangun jika IRR > suku bunga yang umum berlaku. 3.7. URUTAN KEGIATAN 1. Pengumpulan Data (Studi Awal, Sosial Ekonomi, Potensi Pengembangan) 2. Kondisi Site a. Administrasi, Geografi b. Topografi (peta tersedia, kondisi kontur tanah, titik tetap, poligon, waterpass, detail situasi, peta as bendung, CS & LS, hitungan, gambar) c. Geologi (investigasi, regional, geologi teknik, kondisi gempa) d. Hidrologi (cuaca, klimatologi, tata guna lahan, data debit, evapotranspirasi, curah hujan, debit andalan, debit banjir, sedimen)
e. f.

Material Konstruksi (galian-timbunan, material inti, pasir & gravel, batuan) Jalan access

3. Aspek Lingkungan a. Metodologi b. Kondisi eksisting lokasi dan sosial budaya c. Areal yang berpotensi masalah 4. Kondisi Tenaga Listrik Eksisting a. Organisasi perusahaan listrik
b. c. 5.

Sistem dan ketersediaan listrik yang sudah ada/ present Kebutuhan/ demand listrik kedepan Studi perbandingan alternative plan (metode, tata letak, tipe dam)

Formulasi Plan
a.

b. Tata guna air di down stream, terutama air baku c. Pemakaian listrik secara optimum (operasi tampungan, titik berat pakai) 6. Desain Dasar Konstruksi
a.

Civil work utama (pengelak aliran, bendung, intake, pengarah, kantong


III - 15

Pre Feasibility Study PLTM Maiting 1, Toraja Utara, Sulawesi Selatan

PT. TATA GUNA PATRIA

USULAN TEKNIS

pasir, waterway, bak penenang, powerhouse & switchyard, tail race, acces road, rumah operator)
b. c.

Metal work (gate, stoplog, trashrack & valve, pipa pesat) Electrical-mechanical work (turbin, generator kit, outdoor switchgear, transmision (kabel, trafo, tiang))

7. Konstruksi Plan a. Model konstruksi b. Pekerjaan persiapan c. Pekerjaan sipil 8. Estimasi Biaya Konstruksi dan Analisa Finansial a. Biaya investasi (biaya langsung/ tidak, estimasi biaya proyek) b. Jadwal pelaksanaan
c.

Analisa Finansial (operasi-pemeliharaan, usia guna, alokasi dana & skedul, cash flow, interest, pajak, EIRR)

d. Kesimpulan Kelayakan Proyek 9. Pembuatan Laporan a. Pendahuluan b. Antara c. Akhir (Kesimpulan dan Rekomendasi) d. Pendukung

Pre Feasibility Study PLTM Maiting 1, Toraja Utara, Sulawesi Selatan

III - 16

You might also like