You are on page 1of 3

PENINGKATAN TUNJANGAN GAJI PUSTAKAWAN REFERENSI SEBAGAI KONSEKUENSI LOGIS PROFESIONALISME PUSTAKAWAN REFERENSI Oleh Asep Syaefur Rohman

Nim 11130040 ABSTRAK Pustakawan referensi merupakan pustakawan yang melayani kebutuhan pemustaka khus unya untuk keperluan referensi yang bersumber dari koleksi yang sifatnya ilmiah. Penelusuran informasinya tidak semudah pada layanan sirkulasi karena penggunaan koleksinya bagian-perbagian. Untuk menjadi pustakawan referensi yang baik dibut uhkan ilmu pengetahuan yang luas agar proses pencarian informasi bisa mendapatka n informasi yang cepat, tepat, dan memiliki bobot yang tinggi. Pustakawan referensi selain memberikan informasi yang dibutuhkan pemustaka juga bertugas mendampingi dan mengajarkan cara pencarian informasi menggunakan koleks i referensi. Pustakawan referensi juga mempunyai kewajiban menjadi konsultan inf ormasi bagi pemustaka yang masih awam untuk penulisan sebuah karya ilmiah. Berangkat dari kenyataan tersebut, meningkatkan tunjangan gaji pustakawan refere nsi merupakan bentuk konsekuensi logis dari keprofesionalan mereka. Agar ada sem angat untuk terus memberikan pelayanan seoptimal mungkin. Tugas dan kewajiban pu stakawan referensi pada dasarnya hampir memenuhi syarat untuk dikatakan professi onal, hanya pada hal yang tidak melekat pada dirinya seperti asosiasi profesi ya ng masih menghalangi pustakawan profesi dinggap menjadi professional. 1. Pendahuluan Seperti yang kita ketahui bahwa tugas pustakwan referensi sangat berat. Mereka h arus memiliki pengetahuan yang memadai dalam segala bidang, khususnya yang yang menjadi fokus lembaga induk perpustakaannya. Dalam menjalankan profesinya, pusta kawan referensi membutuhkan keahlian khusus karena informasi yang disajikan bera sal dari koleksi khusus. Pustakwan referensi perlu memberi bimbingan cara pencar ian informasi menggunakan koleksi referensi bahkan pada tingkat pendampingan kep ada pemustaka yang akan melakukan penelitian. Keahlian penelusuran informasi ya ng berbobot oleh pustakawan referensi berkaitan dengan luasnya ilmu pengetahuan yang dikuasai oleh pustakawan referensi. Dua hal mendasar inilah yang menjadi al asan harus adanya tunjangan gaji yang lebih tinggi untuk pustakwan referensi ter kait dengan keprofesionalan mereka dalam menjalankan tugasnya yaitu melayani, me ndampingi, membimbing, dan menjadi konsultan informasi untuk pemustaka serta tun tutan tingginya ilmu pengetahuan yang harus mereka kuasai. 1. Pembahasan. Layanan jasa rujukan dalam perpustakaan merupakan salah satu jenis layanan yaang diberikan oleh perpustakaan selain layanan sirkulasai dan layanan penunjang per pustakaan lainya. Jenis koleksi yang menjadi sumber jasa layanan rujukan berbeda dengan koleksi sirkulasi, secara garis besar koleksi atau sumber informasi jasa rujukan merupakan koleksi yang bersifat ilmiah maka sering dianggap literaturre ferensi[1] dan penggunaanya tidak secara keseluruhan, hanya bagian-perbagian kol eksi. Karena koleksi layanan jasa rujukan bersifat ilmiah dan penggunaanya bagian perb agian koleksi, maka perlu pendampingan pustakawan untuk menemukan informasi yang relevan dan berbobot sesuai yang dibutuhkan oleh pemustaka. Dari sinilah muncul keharusan pustakawan referensi menguasai secara teknis cara pencarian informasi , memiliki ilmu pengetahuan yang luas, serta selalu up to date terhadap perkemba ngan ilmu pengetahuan. Secra tidak langsung ini tugas dari pustakawan referensi, dimana mereka diharuskan memfoto copy artikel ilmiah dari terbitan berkala untu k dipublikasikan[2]. Kualifikasi putakawan refernsi yang baik[3] : 1. Latar belakang pengetahuan yang sangat luas mengenai kepustakawanan, khu susnya dalam bidang referensi. 2. Mempunyai sikap yang sabar, ramah, tekun, cermat, dan telaten. 3. Bersikap terbuka dan selalu memberikan batuan kepada para pemakai atau p engguna perpustakaan. 4. Memiliki kemampuan berpikit kritis, kreatif, dan berimajinasi, sehingga mampu memenuhi kebutuhan informasi pengguna secara cepat, tepat, dan akurat.

5. Mengetahui berbagai jenis bahan pustaka yang termasuk dalam kelompok kol eksi referensi dan bagaimanan pula cara penggunaan masing-masingnya.memiliki tan ggung jawab yang luas terhadap profesi dan tugas serta kewajibannya dalam refere nsi. (Soetjipto dan Raflis Kosasi, 1999)[4] menyatakan bahwa profesi itu adalah jabat an yang sesuai dengan pengertian profesi di bawah ini sebagai berikut : 1. Melayani masyarakat, merupakan karier yang akan dilaksanakan sepanjang h ayat. 2. Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu diluar jangkauan khalay ak ramai. 3. Menggunakan hasil penelitian dan aplikasi dari teori ke praktek. 4. Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang 5. Terkendali berdasarkan lisensi buku dan atau mempunyai persyaratan masuk . 6. Otonomi dalam membuat keputusan tentang ruang lingkup kerja tertentu (ti dak diatur oleh orang lain 7. Menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil dan unjuk kerja yang ditampilkan yang berhubung dengan layanan yang diberikan 8.Mempunyai sekumpulan petunjuk kerja yang baku 9.Mempunyai komitmen terhadap jabatan dan klien dengan penekanan terhadap layana n yang akan diberikan. 1. Menggunakan administrator untuk memudahkan profesinya relatif bebas dar i supervisi dalam jabatan 2. Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri 3. Mempunyai asosiasi profesi. 4. Mempunyai kode etik untuk mejelaskan hal-hal yang meragukan atau menyang sikan yang berubungan dengan layanan yang diberikan 5. Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari publik. 6. Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi. Hampir semua syarat untuk bisa dikatakan professional telah melekat pada pustaka wan terutam pustakawan referensi. Keculi hal-hal yang berkaitan dengan luar prib adi pustakwan referensi, misalnya organisasi asosiasi yang sampai sekarang masih dipertanyakan keberadaan dan kinerjanya. Dan poin terakhir tentang status sosia l merupakan implikasi dari peningkatan tunjangan gaji ketika memang pustakawan r eferensi diakui sebagai pekerjaan yang professional. Bahkan dengan perkembangan teknologi saat ini pelayanan referensi bisa dilakukan menggunakan media elektronik yang tersambung dengan jaringan, sehingga pemustak a dapat berkomunikasi tanpa trhalangi ruang dan waktu dengan pustakawan referens i untuk mengkonsultasikan informasi yang dibutuhkanya. Hal inipun menunjukan bah wa pustakawan referensi berusaha memberikan layanan sebaik mungkin kepada pemust aka, dan ini juga merupakan salah satu cirri profesinalisme dalam pekerjaan. Perbedaan karakter pemustaka dalam proses pendampingan juga memerlukan keahlian khusus dam menanganinya. Dalam materi kuliahnya, ( Mariam Agustina, 2012) mengel ompokan pemustaka untuk populasi masyarakat berkebutuhan khusus dibagi menjadi 3 , yaiutu berdasarkan kemajemukan masyarakat,orang cacat, dankelompok orang terte ntu. Jika bukan orang yang terlatih maka proses pendampingan terhadap pemustaka tidak berjalan lancar, karena komunikasi yang mungkin tidak menemukan titik temu antar pemustaka dan pustakawan referensi. 1. Kesimpulan Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa pustakwawan referensi berbeda deng an pustakawan biasa, mereka sudah mendekati syarat sebagai profesioanal terkecua li kendala pada syarat yang tidak melekat pada pribadi pustakawan referensi. Ole h sebab itu kenaikan tunjangan gaji pustakawan referensi merupakan bentuk konsek uensi logis terhadap profesionalisme mereka. Setidaknya walaupun belum dianggap memenuhi syarat profesi tetap harus ada pembedaan tunjangan gaji untuk pustakawa n refernsi, sebagai bentuk penghargaan karena tugas mereka lebih berat dan membu tuhkan ilmu pengetahuan yang luas serta selalu mengikuti perkembangannya agar da pat memberikan layanan yang baik, mendampingi serta menjadi konsultan informasi bagi pemustaka. Memang diperlukan standarisasi untuk pustakawan referensi yang nantinya mendapat

kan tunjangan gaji dan sampai sekarang lembaga yang mempunyai kewenangan tersebu t belum terbentuk, ini merupakan tugas kita untuk mewujudkanya agar ada pengakua n dan penghargaan terhadap pustakawan, khususnya pustakawan referensi. DAFTAR PUSTAKA Martoatmojo,Karmidi.Pelayanan Bahan pustaka.(Jakarta:Universitas terbuka.2009).h al 4.3 Arifin,Mustamir.Pelayanan referensi di Perputakaan. Diakseshttp://perpustakaan-iainradenfatah09.blogspot. Pada Jumat 20 April 2012 p ukul 02.45 WIB Sumarmo Ali. Memahami konsep profesi guru. diakseshttp://blog.elearning.unesa.ac .id. Pada Jumat 20 April 2012 pukul 03.21 WIB Lasa.pengelolaan Terbitan Berkala. (Yogyakarta:kanisius.1994) ________________________________________ [1] Karmidi Martoatmojo.Pelayanan Bahan pustaka.(Jakarta:Universitas terbuka.200 9).hal 4.3 [2]Lasa.pengelolaan Terbitan Berkala. (Yogyakarta:kanisius.1994).hlm 57 [3] Mustamir arifin.Pelayanan referensi di Perputakaan. Diakseshttp://perpustaka an-iainradenfatah09.blogspot. Pada Jumat 20 April 2012 pukul 02.45 WIB [4]Ali sumarmo. Memahami konsep profesi guru. diakseshttp://blog.elearning.unesa .ac.id. Pada Jumat 20 April 2012 pukul 03.21 WIB

You might also like