You are on page 1of 24

LATAR BELAKANG Pertumbuhan penduduk dan aktvitas pembangunan yang tinggi, serta adanya eksploitasi sumberdaya alam secara

intensif dan berlebihan, memberikan peringatan kepada kita untuk menyusun suatu strategi yang lebih baik dalam mengelola sumberdaya alam air. Karena kita tahu sendiri air merupakan salah satu unsur yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia maupun mahkluk hidup lainnya Strategi ini harus diproyeksikan terhadap matra waktu berjangka pendek dan berjangka panjang. Peningkatan jumlah penduduk cenderung meningkatkan permintaan akan sumber daya air, dilain pihak yang terjadi justru sebaliknya, yakni air menjadi sumber daya yang keberadaannya semakin tak berketentuan. Indonesia merupakan negara tropis karena sebagian besar wilayahnya mempunyai curah hujan yang cukup tinggi. Meskipun potensi curah hujan cukup tinggi, namun pada kenyataannya besarnya aliran mantap (base flow) yang terjadi secara kontinyu setiap tahun, hanya sekitar 25 30% dari aliran permukaan total. Sementara itu, pertumbuhan penduduk dan peningkatan pendapatan akan memacu pertumbuhan sektor-sektor lainnya (termasuk sektor industri). Pertumbuhan tersebut memerlukan tersedianya air tawar dalam jumlah yang cukup besar, baik untuk irigasi, untuk mencukupi kebutuhan hidup, pembangkit listrik, kebutuhan industri, dan lain-lain, sedangkan ketersediaan sumberdaya air relatif tetap. Pertumbuhan industri yang kurang terencana akan menghasilkan buangan air limbah ke sungai, sehingga dikhawatirkan tingkat pencemaran air terutama di sungai-sungai utama akan meningkat bila upaya pengendaliannya tidak memadai. Kerusakan hutan, alih fungsi lahan melalui perambahan kawasan hutan, perluasan kawasan budidaya, dan permukiman serta industri dapat merusak ekosistem dan kesetimbangan daur/siklus lingkungan, termasuk diantaranya siklus hidrologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengurangan luas hutan dari 36% menjadi 25%, 15% dan 0% akan menaikkan puncak banjir berturut-turut 12,7%, 58,7% dan 90,4%, dan meningkatkan laju erosi sebesar 10%, 60% dan 90%. Melihat persoalan di atas, maka pengelolaan, pelestarian dan penanggulangan serta pengamanan sumber air baku harus dilakukan. Pemanfaatan

sumber-sumber air harus mengikuti perhitungan dan kaidah-kaidah yang berlaku. Oleh karena itulah maka dibuat beberapa parameter untuk standar air bersih. Air bersih memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, terutama untuk pemenuhan kebutuhan pokok hidupnya seperti minum, mandi, mencuci dan kebutuhan lainnya. Air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari harus memenuhi persyaratan kesehatan. Jenis air minum meliputi air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga, air yang didistribusikan melalui tangki air, air kemasan dan air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang disajikan kepada masyarakat. Dalam beberapa peraturan disebutkan bahwa baik air bersih ataupun air minum harus memenuhi persyaratan fisik, kimia, mikrobiologi, dan radioaktif. Tujuan utama penyediaan air bersih adalah untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi penduduk saat ini dan masa yang akan datang. Dengan adanya pertambahan penduduk dari tahun ketahun serta peningkatan sosial ekonomi masyarakat, maka akan meningkat pula pemakaian air bersih. Sehingga perlu adanya pendekatan perencanaan dengan memperhatikan pertambahan penduduk serta kegiatan sosial ekonomi di masa yang akan datang, untuk selanjutnya diperkirakan kebutuhan air bersihnya berdasarkan standar kebutuhan air untuk masyarakat setempat PARAMETER KUALITAS AIR Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas yang diinginkan sesuai fungsi peruntukannya untuk menjamin agar kualitas air tetap dalam kondisis alamiahnya. Berikut faktor penentu parameter kualiatas air: a. Parameter Fisik: Parameter fisik menyatakan kondisi fisik air atau keberadaan bahan yang dapat diamati secara visual/kasat mata. 1. Suhu / Temperatur(oC) Penyebab : temperatur ambien, buangan industri, kanopi hutan yang hilang Dampak : mempengaruhi spesies biologis, kelarutan dan reaksi kimia, viskositas air Pengukuran : termometer

2. Konduktivitas (s/cm) Konduktivitas diukur dengan menggunakan konduktiviti-meter 3. Kekeruhan / Turbiditas Penyebab : erosi material koloid : tanah liat, pecahan batuan, oksida logam dari tanah, fiber sayuran, mikroorganisme Dampak : air keruh, sedimen (bila jumlahnya yang banyak) Perhitungan: photometrical dengan alat turbidimeter 4. warna Penyebab : a. Kontak air dengan organik debris : daun, rumput, kayu, tanin, asam humus. b. Besi : air kemerahan, Mangan : air kecoklatan c. Buangan industri tekstil, dyes, pulp & paper, makanan, bahan kimia, pertambangan, penyulingan. Dampak : tidak estetik, tidak bisa dipakai untuk proses industri misal kertas, tekstil, plastik, dsb; mengurangi keefektifan klorin sebagai desinfektan Pengukuran : perbandingan dengan standar warna 5. Rasa dan Bau Penyebab : mineral, logam, garam dari tanah, produk akhir dari reaksi biologis, kandungan air limbah Misal bahan alkaline penyebab rasa pahit, garam logam penyebab asin dan pahit, bahan inorganik penyebab bau. Dampak : tidak estetis, bahkan karsinogen Pengukuran : kromatografi, treshold odor number (TON) 6. Suspended Solid Penyebab : partikel organik dan anorganik, minyak, lemak. Dampak : tidak estetis, beberapa penyebab penyakit. Pengukuran : gravimetri (sampel diuapkan dan ditimbang residunya 7. TSS (mg/L) (TSS) diukur dengan cara kertas saring dialiri 100 ml akuades dan dimasukkan dalam oven pada suhu 105oC selama 1 jam. Kemudian dimasukkan dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang (a gram). Kertas saring tersebut

dialiri 250 ml contoh air dan dimasukkan dalam oven pada suhu 1050C selama 1 jam, dimasukkan desikator selama 15 menit dan ditimbang (b gram). TSS (mg / L) = (b - a)x (1) b. Parameter Kimia: Parameter kimia menyatakan kandungan unsur/senyawa kimia dalam air. 1. pH air Menunjukkan kadar asam atau basa dala suatu larutan melalui konsentrasi ion hydrogen (H+) Ph sangat penting sebagai parameter kualitas air karena ia mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air. Pengukuran: - Kolorimetri dengan kertas PH sebagai indikator (tidak menunjukkan nilai tetapi petunjuk perubahan nilai PH) - Potensiometri dengan PH meter 2. Nutrien / hara 3. Kesadahan Kesadahan merupakan petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa apabila dicampur dengan sabun. Pada air berkesadahan rendah, air akan dapat membentuk busa apabila dicampur dengan sabun, sedangkan pada air berkesadahan tinggi tidak akan terbentuk busa. Disamping itu, kesadahan juga merupakan petunjuk yang penting dalam hubungannya dengan usaha untuk memanipulasi nilai pH. 4. DO (mg/L) 5. KMnO4 (mg/L) 6. Bahan Organik (BOD, COD, TOC) Kandungan bahan organik (TOM) diukur dengan cara 100 ml contoh air ditambah 10 ml larutan KMnO4 0,1 N dan 10 ml larutan H2SO4 pekat, kemudian dipanaskan sampai mendidih dan dibiarkan mendidih selama 10 menit. Suhu diatur antara 40-60oC dan dititrasi dengan larutan asam oksalat 0,1 N sampai tidak berwarna dan dicatat volumenya. Larutan tersebut kemudian dititrasi dengan larutan KMnO4 0,1 N sampai berwarna merah muda dan dicatat volume KMnO4 7. Mineral atau Logam

Logam tersebut antara lain: Hg, Ag, Pb, Cu, Zn, Cd, Cr, Mn, Ca, Sb, Al, Ba, Bi, Co, Mg, Se, Si, Ni, Ti, V, As, Au, Fe, K, La, Li, Mo dan Na. . Pencemaran nitrat "Contohnya, pencemaran nitrat yang disebabkan penggunaan pupuk nitrogen (urea) pada pertanian. Bila sering terminum hingga ambang batas yang ditentukan akan menyebabkan methaemoglobinameia, yaitu penyakit yang mengubah hemoglobin di dalam darah menjadi methaemoglobin, sehingga darah kekurangan oksigen. Flourida (F) Senyawa kimia ini secara alami ada pada air dalam berbagai konsentrasi. Pada kosentrasi kecil (1,5 mg/l) akan bermanfaat pada kesehatan gigi. Namun bila lebih dari 2 mg/l, akan menyebabkan kerusakan gigi (gigi bercak-bercak). "Bila lebih besar lagi 3-6 mg/l menyebabkan kerusakan pada tulang. Dosis fluorida di dalam air maksimal 0,8 mg/l," jelasnya. Air Raksa Yaitu logam berat berunsur racun bagi tubuh. Limbah merkurium akibat industri pernah menimbulkan korban jiwa pada kasus Minamata, Jepang (1950). Kadmium (Cd) Air minum biasanya mengandung kadmium (Cd) dengan kosentrasi 1 ug atau kadang-kadang mencapai 5 ug. WHO telah mengeluarkan rekomendasi, kadar Cd dalam air minum sebesar 0,01 mg/l sedangkan Peraturan Pemerintah No. 20/1990 kadar maksimum Cd dalam air minum sebesar 0,005 mg/l. Selenium Biasanya ditemukan di daerah seleniferous (tadah hujan). Di daerah semacam itu kandungan selenium dalam air tanah (sumur) ataupun permukaan bisa tinggi. WHO menetapkan kadar selenium pada air minum sebesar 0,01 mg/l sedangkan Peraturan Pemerintah No. 20/1990 merekomendasikan kadar selenium yang diperbolehkan sebesar 0,001 mg/l. Melenyapkan Bakteri dan Logam Berat Untuk mengatasi kondisi air tanah yang tercemar dan terhindar dari dampak buruk logam dan bakteri, seperti E-coli, Arie Herlambang, peneliti air dari

BPPT memberikan beberapa langkah untuk mendapatkan air bersih bebas kuman dan logam, yaitu : Untuk sumur terbuka, salah satu cara mengatasi bakteri dengan kaporit dalam jumlah tepat. Untuk satu sumur cukup dengan satu sendok makan, bekteri di dalam sumur sudah mati. Untuk sumur pompa, kaporit sebagai desinfektan dapat diberikan di bak penampungan. Selain sebagai desinfektan, pada daerah berkadar besi dan mangan yang tinggi, kaporit juga berfungsi untuk mengoksidasi logam yang terkandung dalam air. Biasanya air akan berwarna merah atau kekuning-kuningan tanda telah terjadi oksidasi. Biarkan saja sebentar agar mengendap. Setelah itu baru disaring. Untuk lebih menggumpalkan endapan, bisa juga menambahkan tawas, kemudian diaduk satu arah. Biarkan selama lima belas menit, endapan masih melayang-layang akan menggumpal dan lebih mudah disaring. Kadar kaporit yang digunakan, jangan sampai berbau menyengat. Karena bila memasuki paru bisa terjadi oksidasi, dan berefek karsinogen. Selain itu kaporit yang berlebihan juga bisa membunuh mikroorganisme baik dalam tubuh. c. Parameter Mikrobiologi Parameter mikrobiologis menyatakan kandungan mikroorganisme dalam air. Berdasarkan hasil pengukuran atau pengujian, air sungai dapat dinyatakan dalam kondisi baik atau cemar. Sebagai acuan dalam menyatakan kondisi tersebut adalah baku mutu air, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001. 1. Bakteri Salah satu indikator kualitas mikrobiologi untuk air bersih maupun air minum adalah kelompok Bakteri Ciliform (Total Coli atau E. Coli / Fecal Coli). Terdeteksinya bakteri total Coli dalam air mengindikasikan bahwa air tersebut tercemar oleh kotoran manusia dan hewan. Sedangkan Fecal Coli merupakan indikator yang lebih spesifik yaitu mengindikasikan adanya kontaminasi

kotoran manusia. Peraturan mengenai kualitas air bersih dan air minum dilihat dari kandungan bakteriologinya adalah sebagai berikut. Kualitas Mikrobiologi Total Coli Fecal Coli a. b. Air Bersih (Permenkes 416/1990) 10 0 Virus Kolera Penyebab penyakit kolera. Penularan melalui air, makanan dan oleh lalat. Salmonella typhi Air Minum (Kepmenkes 907/2002) 0 0

Penyebab penyakit demam typhoid. Penularan melalui air, makanan. c. Sighella dysentriae Penyebab penyakit disentri basiler.

Penularan melalui air dengan cara focal oral. Juga melalui kontak. dengan susu, makanan dengan bantuan lalat 2. Virus Penyebab penyakit hepatitis infektiosa Penularan melalui air, susu, makanan. Standar Kualitas Air Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416/Men.kes/Per/IX/1990

No A. 1 2 3 4 5 B. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 18 19 20 21 22 23 24 25 Ket :

Parameter Fisika Bau TDS Kekeruhan TSS Suhu Air Kimia Air Raksa (Hg)* Arsen (As)* Besi (Fe) Flourida (F ) Kadmium (Cd)* Kesadahan (CaCO3) Klorida (Cl ) +6 Kromium (Cr )* Mangan (Mn) Natrium (Na) Nitrat (NO3 ) Nitrit (NO2 ) Perak (Ag) pH Selenium (Se)* Seng (Zn) Sianida (CN)* Sulfat (SO4) Timbal (Pb)* Deterjen Zat Organik (KMnO4) Minyak & Lemak * Zat Kimia Beracun
-

Satuan

Kadar Maksimum Gol A Gol B Tak Berbau 1500 25 O Suhu Udara + 3 C

mg/l NTU mg/l O C

1500 25 Suhu Udara + 3 C


O

mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l

0.001 0.05 1 1.5 0.005 500 600 0.05 0.5 200 10

0.001 0.05 5 1.5 0.01 500 600 0.05 0.5 10 1 0.05 6.5 - 8.5 0.01 5 0.05 400 0.1 0.5 10 -

mg/l 1 mg/l 0.05 6.5 - 9.0 mg/l 0.01 mg/l 15 mg/l 0.1 mg/l 400 mg/l 0.05 mg/l 0.5 mg/l 10 mg/l - = Tidak Ada Satuan

Pencemaran Air
Sumber Pencemaran Air Banyak penyebab pencemaran air tetapi secara umum dapat dikategorikan sebagai sumber kontaminan langsung dan tidak langsung. Sumber langsung meliputi efluen yang keluar dari industri, TPA (tempat Pembuangan Akhir Sampah), dan sebagainya. Sumber tidak langsung yaitu kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, air tanah, atau atmosfer berupa hujan. Tanah dan air tanah mengandung mengandung sisa dari aktivitas pertanian seperti pupuk dan pestisida. Kontaminan dari atmosfer juga berasal dari aktivitas manusia yaitu pencemaran udara yang menghasilkan hujan asam. Pencemar Pencemar air dapat diklasifikasikan sebagai organik, anorganik, radioaktif, dan

asam/basa. Saat ini hampir 10 juta zat kimia telah dikenal manusia, dan hampir 100.000 zat kimia telah digunakan secara komersial. Kebanyakan sisa zat kimia tersebut dibuang ke badan air atau air tanah. Pestisida, deterjen, PCBs, dan PCPs (polychlorinated phenols), adalah salah satu contohnya. Pestisida dgunakan di pertanian, kehutanan dan rumah tangga. PCB, walaupun telah jarang digunakan di alat-alat baru, masih terdapat di alat-alat elektronik lama sebagai insulator, PCP dapat ditemukan sebagai pengawet kayu, dan deterjen digunakan secara luas sebagai zat pembersih di rumah tangga. Dampak Pencemaran Air Pencemaran air berdampak luas, misalnya dapat meracuni sumber air minum, meracuni makanan hewan, ketidakseimbangan ekosistem sungai dan danau, pengrusakan hutan akibat hujan asam, dan sebagainya. Di badan air, sungai dan danau, nitrogen dan fosfat (dari kegiatan pertanian) telah menyebabkan pertumbuhan tanaman air yang di luar kendali (eutrofikasi berlebihan). Ledakan pertumbuhan ini menyebabkan oksigen, yang seharusnya digunakan bersama oleh seluruh hewan/tumbuhan air, menjadi berkurang. Ketika tanaman air tersebut mati, dekomposisi mereka menyedot lebih banyak oksigen. Sebagai akibatnya, ikan akan mati, dan aktivitas bakteri menurun. Langkah Penyelesaian Dalam keseharian kita, kita dapat mengurangi pencemaran air, dengan cara mengurangi jumlah sampah yang kita produksi setiap hari (minimize), mendaur ulang (recycle), mendaur pakai (reuse). Kita pun perlu memperhatikan bahan kimia yang kita buang dari rumah kita. Karena saat ini kita telah menjadi "masyarakat kimia", yang menggunakan ratusan jenis zat kimia dalam keseharian kita, seperti mencuci, memasak, membersihkan rumah, memupuk tanaman, dan sebagainya. Menjadi konsumen yang bertanggung jawab merupakan tindakan yang bijaksana. Sebagai contoh, kritis terhadap barang yang dikonsumsi, apakah nantinya akan menjadi sumber pencemar yang persisten, eksplosif, korosif dan beracun, atau degradable (dapat didegradasi) alam? Apakah barang yang kita konsumsi nantinya

dapat meracuni manusia, hewan, dan tumbuhan, aman bagi mahluk hidup dan lingkungan? Teknologi dapat kita gunakan untuk mengatasi pencemaran air. Instalasi pengolahan air bersih, instalasi pengolahan air limbah, yang dioperasikan dan dipelihara baik, mampu menghilangkan substansi beracun dari air yang tercemar. Walaupun demikian, langkah pencegahan tentunya lebih efektif dan bijaksana.

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 907/MENKES/SK/VII/2002 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PENGAWASAN KUALITAS AIR MINUM MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu dilaksanakan berbagai upaya kesehatan termasuk pengawasan kualitas air minum yang dikonsumsi oleh masyarakat; b. bahwa agar air minum yang di konsumsi masyarakat tidak menimbulkan gangguan kesehatan perlu menetapkan persyaratan kesehatan kualitas air minum; c. bahwa sehubungan dengan huruf a dan b tersebut diatas, perlu ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum; Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3273); 2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3469); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495); 4. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3821); 5. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 Tentang Tata Pengaturan Air (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3225); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3838);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Pemerintah Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); 9. Peraturan Peme, rintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara 4190); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4161); 11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang Organisasi can Tata Kerja Departemen Kesehatan; MEMUTUSKAN: Menetapkan: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PENGAWASAN KUALITAS AIR MINUM. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan : 1. Air Minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung di minum. 2. Sampel Air adalah air yang diambil sebagai contoh yang digunakan untuk keperluan pemeriksaan laboratorium. 3. Pengelola Penyediaan Air Minum adalah Badan Usaha yang mengelola air minum untuk keperluan masyarakat. 4. Dinas Kesehatan adalah Diras Kesehatan Kabupaten/Kota. BAB II RUANG LINGKUP DAN PERSYARATAN (1) Jenis air minum meliputi : a. Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga; b. Air yang didistribusikan melalui tangki air; c. Air kemasan; d. Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang disajikan kepada masyarakat; harus memenuhi syarat kualitas air minum. (2) Persyaratan kualitas air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi persyaratan bakteriologis, kimiawi, radioaktif dan fisik. (3) Persyaratan kualitas air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran I Keputusan ini. BAB III PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 3 Menteri Kesehatan melakukan pembinaan teknis terhadap segala kegiatan yang berhubungan dengan penyelenggaraan persyaratan kualitas air minum. Pasal 4 (1) Pengawasan kualitas air minum dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melalui kegiatan: a. Inspeksi sanitasi dan pengambilan sampel air termasuk air pada sumber air baku, proses produksi, jaringan distribusi, dan air minum isi ulang dan air minum dalam kemasan. b. Pemeriksaan air dilakukan di tempat/di lapangan dan atau di laboratorium.

c. Analisis hasil pemeriksaan laboratorium dan pengamatan lapangan. d. Memberi rekomendasi untuk mengatasi masalah yang ditemui dari hasil kegiatan a, b, c yang ditujukan kepada pengelola penyediaan air minum. e. Tindak lanjut upaya penanggulangan/perbaikan dilakukan oleh pengelola penyediaan air minum. f. Penyuluhan kepada masyarakat. (2) Hasil pengawasan sebagaimana dimaksud ayat (1) wajib dilaporkan secara berkala oleh Kepala Dinas kepada Bupati/Wali Kota. (3) Tata cara penyelenggara pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) sebagaimana tercantum pada Lampiran II Keputusan ini. Pasal 5 (1) Dalam pelaksanaan pengawasan kualitas air minum, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat menentukan parameter kualitas air yang akan diperiksa, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi daerah tangkapan air, instalasi pengolahan air dan jaringan perpipaan. (2) Pemilihan parameter sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah dilakukan pemeriksaan kondisi awal kualitas air minum dengan mengacu pada Lampiran II Keputusan ini. Pasal 6 Pemeriksaan sampel air minum dilaksanakan di laboratorium pemeriksaan kualitas air yang ditunjuk oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. Pasal 7 (1) Dalam keadaan khusus/darurat dibawah pengawasan Pemerintah Kabupaten/Kota, apabila terjadi penyimpangan dari syarat-syarat kualitas air minum yang ditetapkan dibolehkan sepanjang tidak membahayakan kesehatan. (2) Keadaan khusus/darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu suatu kondisi yang tidak seperti keadaan biasanya, dimana telah terjadi sesuatu diluar keadaan normal misalnya banjir, gempa bumi, kekeringan dan sejenisnya. Pasal 8 Pemerintah Kabupaten/Kota daiam melakukan pengawasan dapat mengikut sertakan instansi terkait, asosiasi pengelola air minum, lembaga swadaya masyarakat dan organisasi profesi yang terkait. Pasal 9 (1) Pengelola penyediaan air minum harus : (a) menjamin air minum yang diproduksinya memenuhi syarat kesehatan, dengan melaksanakan pemeriksaan secara berkala terhadap kualitas air yang diproduksi mulai dari : - pemeriksaan instalasi pengolahan air; - pemeriksaan pada jaringan pipa distribusi; - pemeriksaan pada pipa sambungan ke konsumen; - pemeriksaan pada proses isi ulang dan kemasan. (b) melakukan pengamanan terhadap sumber air baku yang dikelolanya dari segala bentuk pencemaran peraturan perundangan yang berlaku. (2) Kegiatan pengawasan oleh pengelola sebagaimana di maksuokan pada ayat (1) di laksanakan sesuai pedoman sebagaimana terlampir dalam Lampiran III Keputusan ini. BAB IV PEMBIYAAAN Pasal 10

Pembiayaan pemeriksaan sampel air minum sebagaimana dimaksudkan dalam Keputusan ini dibebankan kepada pihak pengelola air minum, pemerintah maupun swasta dan masyarakat, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB V SANKSI Pasal 11 Setiap Pengelola Penyediaan Air Minum yang melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dalam Keputusan ini yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan masyarakat dan merugikan kepentingan umum dapat dikenakan sanksi administratif dan/ atau sanksi pidana berdasarkan peraturan yang berlaku. BAB VI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 12 Semua pengelola Penyediaan Air Minum yang telah ada harus menyesuaikan dengan ketentuan yang diatur dalam Keputusan ini selambat-lambatnya dalam waktu 2 (dua) tahun setelah ditetapkannya Keputusan ini. Pasal 13 Ketentuan pelaksanaan Keputusan Menteri Kesehatan ini, ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Daerah. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 14 Dengan ditetapkannya Keputusan ini, maka Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/MENKES/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air, sepanjang menyangkut air minum dinyatakan tidak berlaku lagi.

Lampiran I KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI Nomor : 907/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal : 29 Juli 2002 PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM

1. BAKTERIOLOGIS Parameter 1 a. Air Minum E.Coli atau fecal coli Satuan 2 Jumlah per 100 ml sampel Kadar Maksimum yang Keterangan diperbolehkan 3 4 0

b. Air yang masuk sistem distribusi E.Coli atau fecal coli Jumlah per 100 ml sampel Total Bakteri Coliform Jumlah per 100 ml sampel c. Air pada sistem distribusi E.Coli atau fecal coli Jumlah per 100 ml sampel Total Bakteri Coliform Jumlah per 100 ml sampel

0 0

0 0

2. KIMIAWI 2.1. Bahan kimia yang memiliki pengaruh langsung pada kesehatan. A. Bahan Anorganik Kadar Maksimum yang Parameter Satuan Keterangan diperbolehkan 1 2 3 4 Antimon (mg/liter) 0.005 Air Raksa (mg/liter) 0.001 Arsenic (mg/liter) 0.01 Barium (mg/liter) 0.7 Boron (mg/liter) 0,3 Kadmium (mg/liter) 0,003 Kromium (Valensi 6) (mg/liter) 0,05 Tembaga (mg/liter) 2 Sianida (mg/liter) 0.07 Fluorida (mg/liter) 1,5 Timbal (mg/liter) 0.01 Molybdenum (mg/liter) 0.07 Nikel (mg/liter) 0.02 Nitrat( sebagai N03) (mg/liter) 50 Nitrit( sebagai NO 2 ) (mg/liter) 3 Selenium (mg/liter) 0.01

B. Bahan Organik Parameter 1 Chlorinated alkanes Carbon tetrachloride Dichloromethane 1,2-dichloroethane 1,1,1-trichloroethane Chlorinated ethenes Vinyl chloride 1,1-dichloroethene 1,2-dichloroethene Trichloroethene Tetrachloroethene Aromatic hydrocarbons Benzene Toluene Xylenes Benzo[a]pyrne Chlorinated benzenes Monochlorobenzene 1,2-dichlorobenzene 1,4-dichlorobenzene Trichlorobenzenes (togal) Lain-lain Di(2-ethyl hexy)adipate Di(2-ethylhexyl) phthalate Acrylamide Epichlorohydrin Hexachlorobutadiene Edetic acid (EDTA) Tributyltin oxide Satuan 2 (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) Kadar Maksimum yang Keterangan diperbolehkan 3 4 2 20 30 2000 5 30 50 70 40 10 700 500 0,7 300 1000 300 20 80 8 0,5 0,4 0,6 200 10

C. Pestisida Parameter 1 Alachlor Satuan 2 (g/liter) Kadar Maksimum yang Keterangan diperbolehkan 3 4 20

Parameter 1 Aldicarb Aldrin/dieldrin Atrazine Bentazone Carbofuran Chlordane Chlorotoluron DDT 1,2-dibromo 3-chloropropane 2,4-D 1,2-dichloropropane 1,3-dichloropropene Heptachlor and Heptachlor epoxide Hexachlorobenzene Isoproturon Lindane MCPA Methoxychlor Metolachlor Molinate Pendimethalin Pentachlorophenol Permethrin Propanil Pyridate Simazine Trifluralin Chlorophenoxy Herbicides selain 2,4D dan MCPA 2,4-DB Dichlorprop Fenoprop Mecoprop 2,4,5-T

Satuan 2 (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter)

Kadar Maksimum yang Keterangan diperbolehkan 3 4 10 0,03 2 30 5 0,2 30 2 1 30 20 20 0,03 1 9 2 2 20 10 6 20 9 20 20 100 2 20

90 100 9 10 9

D. Desinfektan dan hasil sampingannya

Parameter 1 Monochloramine Chlorine Bromate Chlorite Chlorophenol 2,4,6-trichlorophenol Formaldehyde Trihalomethanes Bromoform Dibromochloromethane Bromodichloromethane Chloroform Chlorinated acetic acids Dichloroacetic acid Trichloroacetic acid Chloral hydrate (trichloroacetaldehyde) Halogenated acetonitriles Dichloroacetonitrile Dibromoacetonitrile Trichloracetonitrile Cyanogen chloride (sebagai CN)

Satuan 2 (mg/liter) (mg/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter) (g/liter)

Kadar Maksimum Keterangan yang diperbolehkan 3 4 3 5 25 200 200 900 100 100 60 200 50 100 10 90 100 1 70

2.2 Bahan Kimia yang kemungkinan dapat menimbulkan keluhan pada konsumen A. Bahan Anorganik Kadar Maksimum yang Parameter Satuan Keterangan diperbolehkan 1 2 3 4 Ammonia mg/l 1,5 Alumunium mg/l 0,2 Klorida mg/l 250 Tembaga mg/l 1 Kesadahan mg/l 500 Hidrogen Sulfida mg/l 0.05 Besi mg/l 0.3 Mangan mg/l 0.1 pH 6,5-8,5 Sodium mg/l 200 Sulfat mg/l 250 Total zat padat terlarut mg/l 1000 Seng mg/l 3 B. Bahan Organik, Desinfektan dan hasil sampingannya

Parameter

Satuan

1 2 Organik Toluene (g/l) Xylene (g/l) Ethylbenzene (g/l) Styrene (g/l) Monochlorobenzene (g/l) 1,2-dichlorobenzene (g/l) 1,4-dichlorobenzene (g/l) Trichloorbenzenes (total) (g/l) Deterjen (g/l) Desinfektan dan hasil sampingannya Chlorine (g/l) 2-chlorophenol (g/l) 2,4-dichlorophenol (g/l) 2,4,6-trichlorophenol (g/l) 3. RADIOAKTIFITAS Parameter 1 Gross alpha activity Gross beta activity 4. FISIK Parameter 1 Parameter Fisik Warna Rasa dan bau Satuan 2 TCU _ Satuan 2 (Bq/liter) (Bq/liter)

Kadar Maksimum yang Keterangan diperbolehkan 3 4 24-170 20-1800 2-200 4-2600 10-120 1 -10 0,3-30 5-50 50 600-1000 0.1 -10 0,3-40 2-300

Kadar Maksimum yang Keterangan diperbolehkan 3 4 0,1 1

Kadar Maksimum yang Keterangan diperbolehkan 3 4 15 _ tidak berbau dan berasa

Temperatur C Suhu udara 3`C Kekeruhan NTU 5 MENTERI KESEHATAN R1, ttd. Dr. ACHMAD SUJUDI Lampiran II KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI Nomor :907/Menkes/SK/VII/2002 Tanggal : 29 Juli 2002 TATA CARA PELAKSANAAN PENGAWASAN KUALITAS AIR MINUM Dalam rangka memenuhi persyaratan kualitas air minum sebagaimana tercantum pada pasal 2 Keputusan ini, maka perlu dilaksanakan kegiatan pengawasan kualitas

air minum yang diselenggarakan secara terus menerus dan berkesinambungan agar air yang digunakan oleh penduduk dari penyediaan air minum yang ada, terjamin kualitasnya, sesuai dengan persyaratan kualitas air minum yang tercantum dalam Keputusan ini. Pengawasan kualitas air minum dalam hal ini meliputi : 1. Air minum yang diproduksi oleh suatu perusahaan, baik pemerintah maupun swasta yang didistribusikan ke masyarakat dengan sistem perpipaan. 2. Air minum yang diproduksi oleh suatu perusahaan, baik pemerintah maupun swasta, didistribusikan kepada masyarakat dengan kemasan dan atau isi ulang. Kegiatan pengawasan ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, yang meiputi: 1) Pengamatan lapangan atau inspeksi sanitasi : Pada air minum perpipaan maupun air minum kemasan, dilakukan pada seluruh unit pengolahan air minum, mulai dari sumber air baku, instalasi pengolahan, proses pengemasan bagi air minum kemasan, dan jaringan distribusi sampai dengan sambungan rumah bagi air minum perpipaan. 2) Pengambilan sampel : Jumlah, frekuensi, dan titik sampel air minum harus dilaksanakan sesuai kebutuhan, dengan ketentuan minimal sebagai berikut : a) Untuk Penyediaan Air Minum Perpipaan : (1) Pemeriksaan kualitas bakteriogi : Jumlah minimal sampel air minum perpipaan pada jaringan distribusi adalah : Penduduk yang dilayani Jumlah minimal sampel per bulan < 5000 jiwa 1 sampel 5000 s/d 10.000 jiwa 1 sampel per 5000 jiwa > 100.000 jiwa 1 sampel per 10.000 jiwa, ditambah 10 sampel tambahan (2) Pemeriksaan kualitas kimiawi : Jumlah sampel air minum perpipaan pada jaringan distribusi minimal 10% dari jumlah sampel untuk pemeriksaan bakteriologi. (3) Titik pengambilan sampel air: Harus dipilih sedemikian rupa sehingga mewakili secara keseluruhan dari sistem penyediaan air minum tersebut, termasuk sampel air baku. (4) Pada saat pengambilan sampel, sisa khlor pada sampel air minimal 0,2mg/I, jika bahan khlor digunakan sebagai desinfektan. b) Untuk Penyediaan Air Minum Kemasan dan atau Isi Ulang Jumlah dan frekuensi sampel air minum harus dilaksanakan sesuai kebutuhan dengan ketentuan minimal sebagai berikut: (1) Pemeriksaan kualitas Bakteriologi : Jumlah minimal sampel air minum pada penyediaan air minum kemasan dan atau isi ulang adalah sebagai berikut: - Air baku diperiksa minimal satu sampel tiga bulan sekali; - Air yang siap dimasukkan kedalam kemasan/botol isi ulang, minimal satu sampel sebulan sekali. - Air dalam kemasan minimal dua sampel sebulan sekali (2) Pemeriksaan kualitas kimiawi: Jumlah minimal sampel air minum adalah sebagai berikut: - Air baku diperiksa minimal satu sampel tiga bulan sekali

- Air yang siap dimasukkan kedalam kemasan/botol isi ulang minimal satu sampel sebulan sekali. - Air dalam kemasan minimal satu sampel sebulan sekali (3) Pemeriksaan kualitas air minum: Dilakukan di lapangan, dan di Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, atau laboratorium lainnya yang ditunjuk. (4) Hasil pemeriksaan laboratorium harus disampaikan kepada pemakai jasa, selambat-lambatnya 7 hari untuk pemeriksaan mikrobiologik dan 10 hari untuk pemeriksaan kualitas kimiawi. (5) Pengambilan dan pemeriksaan sampel air minum dapat dilakukan sewaktuwaktu bila diperlukan karena adanya dugaan terjadinya pencemaran air minum yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan atau kejadian luar biasa pada para konsumen. (6) Parameter kualitas air yang diperiksa : Dalam rangka pengawasan kualitas air minum secara rutin yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, maka parameter kualitas air minimal yang harus diperiksa di Laboratorium adalah sebagai berikut : - Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan: a) Parameter Mikrobilogi : 1) E. Coli 2) Total Bakteri Koliform b) Kimia an-organik 1) Arsen 5) Nitrit, (Sebagai NO Z) 2) Fluorida 6) Nitrat, (Sebagai N03) 3) Kromium (Valensi 6) 7) Sianida 4) Kadmium 8) Selenium Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan : a) Parameter Fisik : 1) Bau 4) Kekeruhan 2) Warna 5) Rasa 3) Total zat padat terlarut (TDS) 6) Suhu b) Parameter Kimiawi: 1) Aluminium 7) Seng 2) Besi 8) Sulfat 3) Kesadahan 9) Tembaga 4) Khlorida 10) Sisa Khlor 5) Mangan 11) Amonia 6) PH (7) Parameter kualitas air minum lainnya selain dari parameter yang tersebut pada lampiran II ini, dapat dilakukan pemeriksaan bila diperlukan, terutama karena adanya indikasi pencemaran oleh bahan tersebut. (8) Pada awal beroperasinya suatu sistem penyediaan air minum, jumlah para meter yang diperiksa minimal seperti yang tercantum pada Lampiran II point c.4, untuk pemeriksaan selanjutnya dilakukan sesuai dengan ketentuan pengambilan sampel pada angka 2 butir a dan b Keputusan ini. (9) Bila parameter yang teracantum dalam Lampiran II ini tidak dapat diperiksa di laboratorium kabupaten/kota, maka pemeriksaannya dapat dirujuk ke laboratorium propinsi atau laboratorium yang ditunjuk sebagai laboratorium rujukan.

(10) Bahan kimia yang diperbolehkan digunakan untuk pengolahan air, termasuk bahan kimia tambahan lainnya hanya boleh digunakan setelah mendapatkan rekomendasi dari Dinas Kesehatan setempat. (11) Hasil pengawasan kualitas air wajib dilaporkan secara berkala oleh Kepala Dinas Kesehatan setempat kepada Pemerintah Kabupaten/Kota setempat secara rutin, minimal setiap 3 (tiga) bulan sekali, dan apabila terjadi kejadian luar biasa karena terjadinya penurunan kualitas air minum dari penyediaan air minum fersebut maka pelaporannya wajib langsung dilakukan, dengan tembusan kepada Dinas Kesehatan Propinsi dan Direktur JenderaL. Lampiran III KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI Nomor :907/Menkes/SK/VII/2002 Tanggal : 29 Juli 2002 PELAKSANAAN PENGAWASAN INTERNAL KUALITAS AIR OLEH PENGELOLA PENYEDIAAN AIR MINUM Untuk menjamin kualitas air minum yang diproduksi memenuhi persyaratan, Pengelola Air Minum dengan sistem perpipaan wajib mengadakan pengawasan internal terhadap kualitas air yang diproduksinya, sesuai dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Untuk produksi air minum sebesar : <200.000 M3/Tahun/Unit produksi: Pada setiap reservoir (Tandon Air) dilakukan pemeriksaan parameter: - Sisa Khlor dilakukan minimal satu kali sehari - pH, dilakukan minimal satu kali per minggu - Daya hantar Listrik (DHL), Alkalinitas, kesadahan Total, COz Agresif, dan Suhu, dilakukan minimal satu kali per minggu - Besi dan Mangan, dilakukan minimal satu kali per bulan bila menjadi masalah Pada jaringan pipa distribusi dilakukan pemeriksaan parameter: - Sisa Khlor, minimal satu kali sehari, pada outlet reservoir dan konsumen terjauh, sisa khlor > 0.2 mg/l - pH, minimal satu kali perminggu - Daya Hantar Listrik (DHL), minimal satu kali perbulan. - Kekeruhan, minimal satu kali perminggu. - Total Bakteri Coliforms/E. Coli, minimal satu bulan sekali pada outlet reservoir dan konsumen terjauh. 2. Untuk produksi air minum sebesar : >200.000 M3/Tahun/Unit produksi : Pada setiap reservoir (Tandon Air)/Stasiun Khlorinasi(1) (3)(1) (3) dilakukan pemeriksaan parameter: - Sisa Khlor dilakukan minimal satu kali sehari - pH, Daya hantar Lisrik (DHL), Alkalinitas, kesadahan Total, COz Agresif, dan Suhu, dilakukan minimal satu kali perminggu - Besi dan Mangan, dilakukan minimal satu kali sebulan bila menjadi masalah. Pada jaringan pipa distribusi dilakukan pemeriksaan parameter: - Sisa Khlor/ORP(2) , pada outlet reservoir sampai dengan konsumen terjauh, sisa khlor > 0,2 mg/I, dilakukan pemeriksaan sebanyak satu sampel per 15.000 M3 produksi air minum. - Total Bakteri Coliforms/E.Coli, dilakukan pemeriksaan sebanyak satu sampel per 15.000 M3 produksi air minum

- pH, Daya Hantar Listrik (DHL), Kekeruhan, dilakukan pemeriksaan sebanyak satu sampel per 15.00 M3 produksi air minum. 3. Kualitas Air Baku : Pemeriksaan kualitas air baku air minum dilakukan minimal dua kali per tahun, meliputi parameter : - Total Bakteri Coliforms/E.Coli - pH, DO, Bahan Organik , Alkalinitas, Kesadahan Total, COZ agresif, Suhu, DHL. - Besi dan Mangan, dilakukan bila menjadi masalah. Langkah-langkah menjamin kualitas air minum oleh pengelola penyediaan air minum melalui sistem perpipaan, diantaranya a) Memperbaiki dan menjaga kualitas air sesuai petunjuk yang diberikan Dinas Kesehatan berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. b) Melakukan pemeliharaan jaringan perpipaan dari kebocoran dan melakukan usaha-usaha untuk mengatasi korosifitas air di dalam jaringan perpipaan secara rutin. c) Membantu petugas Dinas Kesehatan setempat dalam pelaksanaan pengawasan kualitas air dengan memberi kemudahan petugas memasuki tempat-tempat dimana tugas pengawasan kualitas air diiaksanakan. d) Mencatat hasil pemeriksaan setiap sampel air, meliputi tempat pengambilan sampel (permukiman, jalan, nomor rumah, titik sampling), waktu pengambilan, hasil analisa pemeriksaan laboratorium termasuk metode yang dipakai, dan penyimpangan parameter. e) Mengirimkan duplikat pencatatan kepada Dinas Kesehatan setempat. Dokumen ini harus disimpan arsipnya untuk masa selama minimal 5 tahun. MENTERI KESEHATAN RI, ttd. Dr. ACHMAD SUJUDI (1) Untuk memastikan efisiensi proses khlorinasi sebelum didistribusikan. (3) Berlaku jika khlor dipakai sebagai desinfektan, jika tidak sampel khlor bebas diganti menjadi tambahan Fecal/Total coli. (2) Untuk pemeriksaan rutin sisa Khlor dapat digantikan sebagian dengan pengukuran ORP, hanya jika telah terbukti terdapat hubungan antara sisa Chlor dan ORP dan secara rutin dikalibrasi, menurut sumber airnya PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 12 Tahun 2002 TENTANG PENGAWASAN KUALITAS AIR 2002 BAB III SYARAT-SYARAT Pasal 3 (01) Kualitas air harus memenuhi syarat-syarat kesehatan yang meliputi persyaratan fisika, kimia, bakteriologi dan radioaktif. (02) Persyaratan Kualitas Air sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 4 (01) Air yang wajib diperiksakan ke Laboratorium adalah: a. Air yang dikelola oleh perusahaan air minum

b. Air yang dikelola oleh perusahaan produksi air minum c. Air yang digunakan untuk kegiatan ekonomis (Tempat-Tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan dan Minuman) (02) Air yang belum tercantum pada ayat (1) pasal ini akan ditetapkan lebih lanjut oleh Walikota. (03) Kualitas air harus memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan Fisika, Kimia, Bakteriologi dan Radioaktif. a. Kualitas air yang dimaksud sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan. b. Jumlah parameter yang perlu diperiksa di laboratorium sesuai dengan kemampuan dan fasilitas yang tersedia, terdiri dari: 1). Air Minum / Air Bersih (a). Parameter yang berhubungan dengan kesehatan secara langsung: 1. Bakteriologi : 1.1. Coliform Total 1.2. Coliform Tinja 2. Kimia An-Organik: 2.1. Arsen 2.5. Kromium, Valensi 6 2.2. Nitrit, sebagai N 2.6. Selenium 2.3. Fluorida 2.7. Nitrat, sebagai N 2.4. Sianida 2.8. Kadmium 3. Kimia Organik : Zat Organik (KMnO4) (b). Parameter yang berhubungan secara tidak langsung dengan kesehatan: 1. Fisika 1.1. Bau 1.2. Warna 1.3. Jumlah zat padat terlarut (Total Dissolvid Solid) 1.4. Kekeruhan 1.5. Rasa 1.6. Suhu 2. Kimia An-Organik: 2.1. Alumunium 2.6. Sulfat 2.2. pH 2.7. Khlorida 2.3. Besi 2.8. Tembaga 2.4. Seng 2.9. Mangan 2.5. Kesadahan 2). Kolam renang (a). Bakteriologi : 1. Jumlah kuman 2. Total coli (b). Kimia :

1. Aluminium 2. Kebasaan (CaCO3) 3. Oksigen Terabsorsi (O2) 4. pH 5. Sisa Khlor 6. Tembaga (c). Fisika 1. Bau 2. Benda Terapung 3. Kejernihan 3). Pemandian Umum: (a). Bakteriologi : Total Coli (b). Kimia : 1. Deterjen 2. Oksigen terlarut (O2) 3. pH (c). Fisika : 1. Bau 2. Kejerniha 3. Minyak. c. Pemeriksaan kualitas air sebagaimana dimaksud dalam butir b, dilakukan secara bertahap dan terus ditingkatkan sehingga tercapai pelaksanaan pemeriksaan sesuai ketentuan dimaksud butir a. d. Parameter yang tidak dapat diperiksa pada butir b dirujuk ke laboratorium yang lebih tinggi tingkat kemampuannya sesuai dengan kebutuhan. Pasal 5 Disamping melayani sebagaimana dimaksud pada pasal 4 ayat (1), Dinas/Instansi, swasta dan masyarakat umum juga dapat memanfaatkan jasa laboratorium tersebut dengan dipungut biaya pemeriksaan.

You might also like