You are on page 1of 3

BIOGRAFI ROSULULLOH MUHAMMAD SAW

Oleh: Diana Mujahidah

Seorang bayi laki-laki lahir dari rahim wanita bernama Aminah pada hari Senin malam, 12 Rabiul awal, yakni pada tahun di mana Abraham al-Asyram berusaha menyerang Makkah dan menghancurkan Kabah. Wanita itu telah ditinggal mati oleh suaminya, Abdullah, saat bayi tersebut berada dalam kandungan. Kelahiran bayi tersebut disambut dengan suka cita oleh keluarga bani Hasyim. Lalu bayi tersebut diberi nama Muhammad. Sejak lahir, Muhammad telah menunjukkan kelebihan yang khusus. Kehidupannya yang dimulai dengan keyatiman karena ayahnya telah meninggal dunia sebelum beliau lahir, penuh dengan kesusahan. Kesusahan inilah yang menempa diri Muhammad dan mempersiapkannya untuk menjadi manusia besar dan pemuka bagi seluruh umat sepanjang zaman. Empat tahun, Muhammad hidup terpisah dari sang ibu, Aminah binti Wahb dan tinggal di tengah keluarga Halimah as-Sa'diyah. Setelah berumur empat tahun dengan berat hati, Halimah melepas Muhammad dan mengembalikannya kepada sang ibu. Dua tahun kemudian, Aminah wafat, dan Muhammad diasuh oleh kakeknya, Abdul Muththalib yang amat mencintai dan menghormatinya. Abdul Mutthalib yang juga pemuka kaum Quraisy telah meramalkan bahwa cucunya ini kelak akan menjadi pemimpin besar bagi umat manusia. Karena itulah, kakek tua yang amat berwibawa ini menghormati dan mencintai Muhammad lebih dari cucunya yang lain. Diriwayatkan bahwa suatu hari Muhammad duduk di tempat yang dikhususkan untuk Abdul Mutthalib. Orang-orang bangkit untuk melarangnya, tetapi Abdul Mutthalib mengatakan bahwa Muhammad sangat layak untuk duduk ditempat itu. Namun keteduhan payung Abdul Mutthalib tidak berumur panjang. Menginjak usia delapan tahun, Muhammad harus merelakan kepergian kakeknya itu. Akhirnya Muhammad tinggl dan diasuh oleh Abu Thalib pamannya yang mencintainya lebih dari anak-anak sendiri. Di rumah Abu Thalib inilah, beliau tumbuh hingga menginjak usia remaja remaja. Saat berusia 12 tahun, Muhammad ikut menyertai pamannya pergi ke Syam untuk berniaga. Sudah menjadi kebiasaan kafilah dagang dari Mekah untuk singgah beristirahat di tempat pendeta Buhaira. Kafilah Abu Thalib pun singgah di sana. Pendeta Buhaira menyambut kedatangan kafilah itu dengan tangan terbuka. Namun sang pendeta merasa ada keanehan. Kepada Abu Thalib dia mengatakan bahwa dirinya menyaksikan sesuatu yang menakjubkan di kafilah ini. Abu Thalib yang tidak mengetahui apa maksud sang pendeta menyatakan bahwa dirinya tidak merasakan adanya keanehan. Hanya saja dia meninggalkan kemenakannya yang bernama Muhammad di dalam kemah. Mendengar hal itu, Buhaira meminta Abu Thailb untuk membawa Muhammad masuk ke rumahnya. Melihat remaja tampan dan sopan itu, Buhaira meminta izin Abu Thalib untuk mengajaknya berbicara secara khusus. Sang pendeta membawa Muhammad ke tempatnya. Gerak-gerik, tutur kata dan jengkal demi jengkal tubuh Muhammad diperhatikannya. Selanjutnya Buhaira memanggil Abu Thalib dan berkata, "Wahai Abu Thalib, kelak kemenakanmu ini akan diangkat menjadi nabi. Dialah nabi yang dinanti-nantikan kedatangannya. Karena itu, bawalah dia kembali ke Mekah dan

jangan biarkan kaum Yahudi di negeri Syam menyakitinya." Sesuai dengan anjuran pendeta Buhaira, Abu Thalib membawa Muhammad kembali ke Mekah. Kejujuran Muhammad tak diragukan lagi oleh kaum Quraisy sehingga ia dijuluki Al-Amin. Karena kejujurannya itu juga pada usianya yang ke-25 seorang wanita kaya raya dan terhormat bernama Khadijah meminta dinikahi. Di Hira, Muhammad menemukan ketenangan tersendiri yang tidak ia dapatkan di Mekah. Beliau sering pergi ke sana untuk menyendiri. Akhirnya, pada suatu hari ketika usianya menginjak 40 tahun, saat berada di dalam gua hira, Muhammad mendengar suara yang mengajaknya untuk membaca. Untuk pertama kalinya, Muhammad menerima ayat yang turun dari Allah swt. Iqra bismi rabbikalladzi khalaq, Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Ayat ini adalah yang pertama kalinya turun kepada Muhammad yang menandai kenabiannya. Setelah itu, Rosululloh Muhammad SAW menyebarluaskan ajaran agama yang benar ini kepada sekitarnya, dimulai dari orang-orang terdekat beliau. Tidak sedikit rintangan yang dihadapinya, bahkan sering kali kafir Quraisy menyiksa beliau dan pengikutnya. Tahun sepuluh kenabian, setelah bani Hasyim keluar dari syib Abu Thalib dan terlepas dari pemboikotan, Abu Thalib dan Khadijah binti Khuwailid, paman dan istri Nabi yang selama ini menjadi pelindung dan pembela risalah kenabian, meninggal dunia. Wafatnya kedua manusia agung ini menjadi pukulan berat bagi Nabi. Betapa tidak, di saat kaum Quresy berniat membunuh beliau, Abu Thalib siap berkorban untuk melindungi Rasulullah. Di saat kaum kafir memboikot Nabi secara ekonomi, Khadijah menginfakkan seluruh hartanya untuk perjuangan Islam. Tahun 10 kenabian disebut oleh Rasulullah sebagai amul huzn yang berarti tahun kesedihan karena kepergian dua insan pembela risalah kenabian. Untuk mengobati kesedihan Rosululloh, Alloh memberikan hiburan berupa perjalanan bernama Isro Miroj. Perjalanan tersebut hanya memakan waktu semalam atas izin Alloh. Dalam perjalanan itu Rosululloh mendapat perintah sholat 5 waktu. Nabi SAW pergi ke kota Thaif untuk mengajak warga di kota itu kepada agama Islam. Tetapi warga Thaif menyambut Nabi dengan lemparan batu dan cacian. Akibat kekurangajaran warga Thaif, malaikat Jibril mendatangi Rasulullah dan meminta izin untuk menghukum mereka. Tetapi nabi yang oleh Allah disebut sebagai orang yang penyayang ini menolak sambial mengatakan, "Ya Allah ampunilah kaumnya, karena mereka tidak mengetahui kebenaran yang aku bawa." Kaum muslimin di kota Mekah, khususnya mereka yang berasal dari kalangan budak atau orangorang yang memiliki kedudukan sosial rendah, mendapat perlakuan buruk dari kaum kafir Quresy. Tidak sedikit dari mereka yang disiksa dan ada pula yang dibunuh. Kondisi ini sangat menyulitkan umat Islam. Akhirnya, untuk melepaskan diri dari penderitaan dan untuk menjaga agar umat yang baru terbentuk tidak bisa dihancurkan, Rasulullah SAW diperintahkan oleh Alloh untuk berhijrah ke negeri Habasyah bersama umatnya. Di negeri itulah islam berkembang dan berbuah manis. Setelah 10 tahun meninggalkan kota Mekah, Rosululloh kembali berusaha menaklukkan kota kelahirannya tersebut. Peristiwa tersebut dinamakan Fathul Makkah.

Ketika fajar pada hari senin 12 Rabiul Awal tahun ke-11 Hijriah, orang-orang telah selesai sholat dengan diimami oleh Abu Bakar, tiba-tiba kain penutup di kamar Aisyah terbuka dan Rasulullah saw pun muncul dari baliknya lalu sambil tersenyum memandang mereka. Karena mengira Rasulullah saw telah sembuh dari sakitnya, maka setelah menunaikan sholat orang-orang pun bergegas meninggalkan masjid. Tetapi itu adalah pandangan perpisahan beliau kepada para sahabatnya. Rasulullah saw ke kamar Aisyah lalu berbaring seraya menyandarkan kepalanya di dada Aisyah menghadapi sakratul maut. Maka tersiarlah kabar berita kematian Rasulullah saw di tengah masyarakat.

You might also like