You are on page 1of 16

GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH SMA MUHAMMADIYAH 3 TANGERANG Meity Sukmawati Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Penelitian

ini dilakukan di SMA Muhammadiyah 3 Tangerang yang bertujuan untuk mengetahui gambaran gaya kepemimpinan kepala sekolah SMA Muhammadiyah 3 Tangerang, faktor-faktor yang menyebabkan kepemimpinan subjek, cara mengembangkan gaya kepemimpinan subjek. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi kasus dan karakteristik subjek adalah seorang kepala sekolah yang ber jenis kelamin pria . Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan metode wawancara dan observasi maka diperoleh gaya kepemimpinan pada kepala sekolah SMA Muhammadiyah 3 Tangerang adalah gaya kepemimpinan executive dimana memiliki ciri-ciri memberikan semangat yang tinggi kepada bawahan dengan contoh moral yang tinggi, mempertahankan orang lain sesuai dengan sifat masingmasing dan memandang orang sebagai teman kerja yang penting, dapat menjalin hubungan yang baik dengan orang baru dan memandang konflik sebagai hal yang wajar. Faktor-faktor yang menyebabkan gaya kepemimpinan subjek seperti itu adalah adanya keinginan subjek sebagai pemimpin untuk memberikan contoh kepada bawahan agar bawahan dapat meniru apa yang telah subjek lakukan, apabila bawahan memiliki loyalitas kinerja yang baik, maka subjek akan mempertahankan orang tersebut sesuai sifat dan kemampuan masing-masing dan sehingga subjek tidak lagi menganggapnya sebagai bawahan tetapi sebagai teman kerja yang penting. Selain itu faktor lainnya adalah subjek memiliki pengetahuan yang luas, karena saat ini subjek masih meneruskan kuliah S2. Memiliki sifat yang adil dan ramah, karena subjek tidak membedakan bawahan dari sudut manapun, memiliki orientasi masa depan dan memiliki sifat sebagai guru. Cara mengembangkan gaya kepemimpinan subjek adalah subjek memberikan semangat ke bawahannya dengan cara memberikan contoh yang baik, agar bawahan dapat melihat atau meniru apa yang telah subjek lakukan, dapat berkomunikasi yang baik meskipun dengan orang lain dan memandang konflik sebagai suatu hal yang wajar karena dimanapun perbedaan pendapat pasti terjadi, serta subjek mencari solusi yang baik untuk menyelsaikan perbedaan pendapat tersebut Kata Kunci: Kepemimpinan, Gaya Kepemimpinan, Kepala Sekolah

A. LATAR BELAKANG Sejak manusia dilahirkan hingga sepanjang hidupnya, manusia tidak lepas dari suatu kebutuhan yaitu untuk mendapatkan pendidikan. Dewasa ini, masyarakat sering memandang bahwa kualitas sumber daya manusia perlu ditingkatkan, dan di Indonesia pendidikan merupakan salah satu faktor yang harus didukung karena kemajuan suatu bangsa tidak lepas dari kemajuan pendidikannya. Mutu pendidikan akan tercapai apabila komponen yang terdapat dalam meningkatkan mutu pendidikan memenuhi syarat tertentu. Komponen yang berperan dalam peningkatan mutu pendidikan salah satunya adalah tenaga pendidik yang bermutu yaitu yang mampu menjawab tantangan-tantangan dengan cepat dan bertanggung jawab. Tenaga pendidik mempunyai peran yang sangat strategis dalam pembentukan pengetahuan, ketrampilan, dan karakter peserta didik, karena itu tenaga pendidik yang profesional akan melaksanakan tugasnya secara profesional sehingga menghasilkan siswa yang lebih bermutu. Untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas mengajar guru, banyak faktor yang mempengaruhinya, diantaranya adalah kepemimpinan kepala sekolah, karena kepala sekolah merupakan orang yang berperan penting dalam mengatur aktivitas proses belajar mengajar dan kepala sekolah juga bertanggung jawab langsung terhadap pelaksanaan segala jenis dan bentuk peraturan atau tata tertib yang harus dilaksanakan baik oleh guru maupun siswa. SMA Muhammadiyah 3 Tangerang adalah termasuk SMA yang terbilang baru, karena SMA tersebut baru berdiri 9 tahun, meskipun SMA tersebut terbilang baru, akreditasi yang diraih pun sangat baik, karena SMA Muhammadiyah 3 ini sudah menyandang akreditasiA dan pada tahun 2009, siswa SMA Muhamaadiyah 100% lulus Ujian Nasional (UN). Oleh karena itu bagaimana cara kepala sekolah dalam berinteraksi dengan bawahan sangat mempengaruhi akan berhasil atau tidaknya sekolah yang dipimpinnya, serta turut mempengaruhi keteladanan guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Kepala sekolah juga memegang peranan penting karena kepala sekolah bertanggung jawab penuh untuk mengelola dan memberdayakan guruguru agar terus meningkatkan kemampuan kerjanya. Kepemimpinan menurut Young (dalam Kartono, 1998) adalah bentuk dominasi didasari kemampuan pribadi, yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi khusus. Baik buruknya proses pendidikan di suatu sekolah banyak ditentukan oleh gaya kepemimpinan kepala sekolah, sebab kepala sekolah adalah orang yang paling bertanggung jawab atas segala sesuatunya yang sudah, sedang dan yang akan terjadi di sekolah tersebut. Gaya kepemimpinan menurut Tjiptono (dalam Roy, 2009) adalah suatu cara yang digunakan pemimpin dalam berinteraksi dengan bawahannya. Untuk itu bagaimana pola dan metode yang diterapkan kepala sekolah melalui gaya kepemimpinannya akan mempengaruhi para guru dalam mengajar dan murid untuk belajar. Efektivitas mengajar guru akan optimal, jika kepala sekolah dapat mengatur dan membimbing guru-guru secara baik sehingga para guru dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan penuh tanggung jawab, memperhatikan kepentingan dan kesejahteraan bawahannya sehingga tidak ada keluhan dalam menjalankan tugas dan kewajiban sehari-hari, harus menunjukkan kewibawaannya sehari-hari, sehingga dapat diteladani dan dipatuhi oleh para guru maupun siswa. Menetapkan dan sekaligus melaksanakan peraturan-peraturan yang logis dan sistematis, dan dapat diterima oleh semua pihak yang terkait dalam peningkatan efektifitas

mengajar guru. Menurut Reddin (dalam Matutina, dkk 1993) dalam kepemimpinan memiliki 3 pola dasar yaitu unsur tugas, unsur manusia dan unsur hasil yang dicapai. Untuk dapat memperlakukan ketiga unsur tersebut secara seimbang, seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan atau kecakapan dan keterampilan yang diperlukan dalam melaksanakan kepemimpinan. Pengetahuan dan keterampilan ini dapat diperoleh dari pengalaman belajar secara teori ataupun dari pengalaman di dalam praktek selama menjadi pemimpin. Namun secara tidak disadari seorang pemimpin dalam memperlakukan ketiga unsur tersebut dalam rangka menjalankan kepemimpinannya menurut caranya sendiri. Cara atau teknik seorang dalam menjalankan suatu kepemimpinan disebut gaya kepemimpinan. Kepemimpinan dari seorang pemimpin dapat disebabkan oleh sifat-sifat pemimpin itu sendiri. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kepemimpinan salah satunya adalah jenis kelamin dimana pria dan wanita memiliki sifat mendasar yang berbeda, wanita cenderung menggunakan perasaannya dan bertindak lembut, sedangkan pria lebih menggunakan kemampuan berpikir dan bertindak tegas (Anonim, 2008). Kualitas kepemimpinan kepala sekolah sangat signifikan bagi keberhasilan sekolah, karena kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional yang diberi tugas memimpin suatu lembaga sekolah yang menyelenggarakan proses belajar mengajar (Wagiman, 2005). Peranan kepala sekolah dalam rangka mutu pendidikan sangat penting karena dapat mempengaruhi berhasil dan tidaknya mutu pendidikan itu sendiri. Kepala sekolah sebagai tulang punggung mutu pendidikan dituntut untuk bertindak sebagai pembangkit semangat, mendorong, merintis dan memantapkan serta sekaligus sebagai administrator. B. PERTANYAAN PENELITIAN Pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana gambaran gaya kepemimpinan kepala SMA Muhammadiyah 3 Tangerang? 2. Apa faktor-faktor yang menyebabkan gaya kepemimpinan subjek? 3. Bagaimana cara mengembangkan gaya kepemimpinan subjek? C. TUJUAN PENELITIAN Dengan mengacu pada latar belakang masalah maka diperoleh tujuan dalam penulisan ini, yaitu untuk mengetahui gambaran gaya kepemimpinan kepala SMA Muhammadiyah 3 Tangerang, faktor-faktor yang menyebabkan gaya kepemimpinan subjek dan untuk mengetahui cara mengembangkan gaya kepemimpinan subjek.

D. MANFAAT PENELITIAN Hasil penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, antara lain ialah : 1. Manfaat Teoritis Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ragam ilmu psikologi, khususnya dibidang psikologi pendidikan serta memberikan pengetahuan bagi penelitian selanjutnya 2. Manfaat Praktis

Memberikan informasi kepada tenaga pendidik dalam upaya meningkatkan kualitas, mutu serta prestasi pendidikan. Memberikan gambaran kepada kepala sekolah lainnya agar gaya kepemimpinan tidak hanya mementingkan tugas, hubungan yang baik dengan orang lain atau hanya mencapai suatu hasil yang maksimal saja, tetapi ketiganya harus dipentingkan agar hasil yang dicapai pun akan maksimal. E. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Gaya Kepemimpinan Pemimpin menurut Anoraga (1992) adalah seorang yang mempunyai wewenang untuk memerintah orang lain, yang di dalam pekerjaannya untuk mencapai tujuan organisasi memerlukan bantuan orang lain. Menurut Kartono (1998) pemimpin adalah pribadi yang memiliki kecakapan khusus, dengan atau tanpa pengangkatan resmi dapat mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya, untuk melakukan usaha bersama mengarah pada pencapaian sasaran-sasaran tertentu. Setiap pemimpin pada dasarnya memiliki perilaku yang berbeda dalam memimpin para pengikutnya. Perilaku para pemimpin ini secara singkat disebut sebagai gaya kepemimpinan (leadership style). Menurut Sutanto & Stiawan (2000) gaya kepemimpinan adalah sikap dan tindakan yang dilakukan pemimpin dalam menghadapi bawahan. Gaya kepemimpinan merupakan suatu cara pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya yang dinyatakan dalam bentuk pola tingkah laku atau kepribadian (Anonim, 2008). 2. Fungsi Kepemimpian Fungsi kepemimpinan menurut Sukamdiyo (dalam Eman, 2001) adalah: a. Fungsi yang berhubungan dengan tugas (task related) atau pemecahan masalah. Fungsi ini menyangkut pemberian saran, pendapat dan informasi. b. Fungsi yang berhubungan dengan pemeliharaan kelompok (group maintenance) atau sosial. Fungsi ini mencakup segala sesuatu yang dapat membantu kelompok berjalan lebih lancar, persetujuan dengan kelompok lain, serta penengahan perbedaan pendapat. Fungsi kepemimpinan menurut Kartono (1998) adalah memandu, menuntun, membimbing, membangun, memberi motivasi kerja, memberikan pengawasan yang efisien dan membawa pengikutnya kepada sasaran yang dituju. 3. Bentuk Gaya Kepemimpinan Dalam mewujudkan fungsi-fungsi kepemimpinan secara integral, sebagaimana telah dikemukakan terdahulu akan berlangsung aktivitas kepemimpinan. Apabila aktivitas tersebut dipilah-pilah maka akan terlihat gaya kepemimpinannya dengan pola masing-masing. Berdasarkan teori tiga dimensi Reddin (dalam Matutina, dkk, 1993), gaya kepemimpinan memiliki tiga pola dasar. Ketiga pola dasar dalam gaya kepemimpinan tersebut adalah: a. Pemimpin yang memiliki motivasi kuat untuk menyelesaikan tugasnya secara maksimal. Seorang pemimpin yang mempunyai motivasi kuat untuk menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik, maka dilain pihak pemimpin tersebut kurang

memperhatikan hubungan kerjasama dengan bawahannya, demikian juga terhadap tujuan organisasi kurang mendapat perhatian. Gaya kepemimpinan yang demikian disebut task oriented (to). Gaya kepemimpinan yang hanya semata-mata menyelesaikan tugas rutin disebut to+ adalah autocrat, benevolent autocrat, compromiser, executive. Sedangkan gaya kepemimpinan yang termasuk to- adalah deserter, bureaucrat, missionary, developer. b. Pemimpin yang lebih mementingkan hubungan kerjasama baik dengan atasan, bawahan, maupun sesama teman sejawat. Pemimpin yang lebih dominan untuk bekerjasama atau sangat memperhatikan bawahannya dan kurang perhatian terhadap penyelesaian tugas dan pencapaian hasil disebut pemimpin yang bergaya relationship oriented (ro). Ciri-ciri gaya pemimpin tersebut adalah ro+ yaitu pemimpin yang lebih berorientasi terhadap hubungan kerjasama. Gaya kepemimpinan yang termasuk ro+ adalah missionary, developer, compromiser, excutive. Sedangkan ro- adalah deserter, autocrat, dan benevolent autocrat. c. Pemimpin yang mempunyai motif kuat untuk mencapai hasil semaksimal mungkin. Seorang pemimpin yang dimotivasi oleh keinginan untuk berproduksi semaksimal mungkin, akan menjadikan hal tersebut menjadi prioritas utama disebut effectiveness oriented (e+). Gaya kepemimpinan yang termasuk dalam e+ adalah bureaucrat, developer, benevolent autocrat dan excutive sedangkan gaya kepemimpinan yang termasuk dalam e- adalah deserter, missionary, autocrat dan compromiser. Bertitik tolak dari ketiga pola dasar diatas bahwa ciri-ciri masing-masing gaya kepemimpinan tersebut (Menurut Reddin, dalam Matutina,dkk. 1993) adalah: Tabel 2.1 Ciri-Ciri Gaya Kepemimpinan N o Gaya kepemimpin an Ciri-ciri Motivasi untuk menyelesaikan tugas 1 Deserter Menghindarkan diri dari tugas dan kurang menyukai tugas Hubungan kerjasama Suka menyendiri, kurang suka bergaul, mengabaikan

orang lain Mencapai hasil Mencapai hasil minimal dan mudah menyerah apabila mendapatkan kesulitan pada awal (-) 2 Bureaucrat Tidak menyukai tugas, ide-idenya kurang mendorong meningkatkan produksi (-) (-) pelaksanaan tugas (-) Kurang menyukai bermasyarakat dan kurang mengembangkan hubungan dengan bawahan (-) (+) 3 Missionary Melaksanakan tugas dengan santai

(-) 4 Developer Bekerja adalah hal biasa, sama halnya dengan

beristirahat

-Peramah dan murah senyum Bekerja sesuai dengan prosedur yang benar dan taat kepada peraturan organisasi dan pemerintah serta dapat menjalin hubungan yang akrab dengan orang lain, persahabatan melebihi segalagalanya -mencegah terjadi nya pertentangan (+) -percaya penuh pada orang lain untuk dapat bertanggung jawab -hubungan baik kepada orang lain untuk Hasil kurang penting, yang penting hubungan baik dengan orang lain (bawahan)

(-) Mahir dalam menciptakan kondisi

untuk bekerjasama serta kondisi untuk bertanggung jawab

(-) 5 Autocrat Melaksanakan tugas diatas segala-galanya, sehingga bawahan perlu dikontrol, diawasi, kalau perlu dihukum

(+) mengembangkan bakat (+)

(+) -mengacuhkan pergaulan dan kurang mempercayai orang lain -membangkitkan rasa takut bawahan agar bawahan mau bekerja dan pada umumnya orang takut dan kurang menyukai kepadanya (-) (-) 6 Benevolent

Autocrat Membuat orang lain mengerjakan apa yang diinginkan

(+) Pandangan terhadap pekerjaan amat sederhana, pemimpin mengeluarkan perintah, bawahan mengerjakan perintah

Kurang yakin sepenuhnya kepada diri sendiri dalam menangani bawahan

(+) 7 ComproMiser Selalu menilai tugas yang akan (-) Melibatkan bawahan dalam -Memperbaiki keterampilan dengan belajar dari pengalaman dan kesalahan -mengetahui peraturan-peraturan

serta metode-metode dengan baik Tidak pernah mengerjakan sesuatu dikerjakan

(+) pengambilan keputusan

(+) (-) 8 Executive Memberi semangat yang tinggi disertai contoh moral yang tinggi

(+) dengan baik serta mendorong bawahan tetapi tidak sepenuh hati -Mempertahankan orang lain sesuai sifat masingmasing dan memandang orang lain sebagai teman kerja yang penting -pergaulan dengan orang baru sangat baik sehingga menjadi teladan (+)

(+) 4. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kepemimpinan pada Seseorang Memandang konflik sebagai hal yang wajar dan pasti terjadi dalam organisasi dan menyelesaikan semua perbedaan pendapat dengan baik

Menurut Matutina (1993) seorang pemimpin untuk dapat melakukan fungsinya sebagai pemimpin, maka ia harus memiliki sifat-sifat tertentu yang sangat dapat menyebabkan kepemimpinan seseorang, yaitu: a. Berpengetahuan yang luas Seorang pemimpin harus mempunyai pengetahuan yang luas, terutama yang menyangkut hal-hal yang ada hubungannya dengan sifat dan tujuan yang hendak dicapai. b. Mempunyai sifat adil dan ramah Seorang pemimpin harus memiliki sifat adil dan ramah terhadap semua orang (pegawai) tanpa membedakan asal keturunan, daerah seseorang dan menghindarkan suka atau tidak disukai. c. Berorientasi masa kini dan masa depan Dengan perubahan-perubahan dan perkembangan-perkembangan yang terjadi di luar organisasi, maka seorang pemimpin untuk selalu mampu mengantisipasi perubahan yang terjadi sekaligus mengendalikannya secara terus-menerus, mampu memanfaatkan kemampuan yang ada, mempergunakan berbagai macam teknik dan perencanaan yang strategis, mampu menjawab perubahan dengan segala kondisinya yang sedang terjadi dan mungkin yang akan terjadi dengan baik dan akurat d. Memiliki sifat sebagai guru dan efektif Seorang pemimpin harus memiliki sifat sebagai pendidik (guru), sehingga mempunyai moral tinggi yang mampu memberi teladan dan contoh-contoh yang baik kepada pegawainya. e. Memiliki iman yang kuat dan moral yang tinggi Seorang pemimpin harus berani menanggung resiko dari kepemimpinannya, tegas, mau menerima tanggung jawab dan memikulnya serta berinisiatif. B. Kepala Sekolah 1. Pengertian Kepala Sekolah Berdasarkan kamus besar Bahasa Indonesia, kepala sekolah terdiri dari dua kata yang pertama adalah kepala yang dapat diartikan ketua atau orang yang memimpin. Sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk mengajar dan belajar serta tempat memberi dan menerima pelajaran. Seorang kepala sekolah adalah seorang pemimpin yang akan menentukan

langkah-langkah pendidikan yang efektif di lingkungan sekolah (Juairiah, 2006). Sedangkan menurut Wagiman (2005) kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional yang diberi tugas memimpin suatu lembaga sekolah yang menyelenggarakan proses belajar mengajar. 2. Peranan Kepala Sekolah Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional oleh Depdiknas terdapat tujuh peran utama kepala sekolah yaitu, sebagai pendidik, manajer, administrator, penyelia, pemimpin, pencipta iklim kerja dan wirausahawan. Merujuk kepada tujuh peran kepala sekolah sebagaimana disampaikan oleh Depdiknas di atas, di bawah ini akan diuraikan secara ringkas hubungan antara peran kepala sekolah dengan peningkatan kompetensi guru. a. Kepala sekolah sebagai pendidik Kepala sekolah yang menunjukkan komitmen tinggi dan fokus terhadap pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di sekolahnya tentu saja akan sangat memperhatikan tingkat kompetensi yang dimiliki gurunya, sekaligus juga akan senantiasa berusaha memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat secara terus menerus meningkatkan kompetensinya, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan efektif dan efisien. b. Kepala sekolah sebagai manajer Dalam hal ini, kepala sekolah seyogyanya dapat memfasiltasi dan memberikan kesempatan yang luas kepada para guru untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan, baik yang dilaksanakan di sekolah seperti Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) tingkat sekolah, diskusi profesional dan sebagainya atau melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan di luar sekolah, seperti kesempatan melanjutkan pendidikan atau mengikuti berbagai kegiatan pelatihan yang diselenggarakan pihak lain. c. Kepala sekolah sebagai administrator Khususnya berkenaan dengan pengelolaan keuangan, bahwa untuk tercapainya peningkatan kompetensi guru tidak lepas dari faktor biaya. Seberapa besar sekolah dapat mengalokasikan anggaran peningkatan kompetensi guru tentunya akan mempengaruhi terhadap tingkat kompetensi para gurunya. Oleh karena itu kepala sekolah seyogyanya dapat mengalokasikan anggaran yang memadai bagi upaya peningkatan kompetensi guru. d. Kepala sekolah sebagai penyelia Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran (Mulyasa dalam Sudrajat, 2008). e. Kepala sekolah sebagai pemimpin Gaya kepemimpinan kepala sekolah seperti apakah yang dapat menumbuhsuburkan kreativitas sekaligus dapat mendorong terhadap peningkatan kompetensi guru? Dalam teori kepemimpinan setidaknya kita mengenal dua gaya kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan

kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru, seorang kepala sekolah dapat menerapkan kedua gaya kepemimpinan tersebut secara tepat dan fleksibel, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada. Kepemimpinan seseorang sangat berkaitan dengan kepribadian dan kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin dalam sifat-sifat yaitu jujur, percaya diri, tanggung jawab, berani mengambil resiko dan keputusan, berjiwa besar, emosi yang stabil dan teladan. f. Kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan setiap guru lebih termotivasi untuk menunjukkan kinerjanya secara unggul, yang disertai usaha untuk meningkatkan kompetensinya. g. Kepala sekolah sebagai wirausahawan Dalam menerapkan prinsip-prinsip kewirausaan dihubungkan dengan peningkatan kompetensi guru, maka kepala sekolah seyogyanya dapat menciptakan pembaharuan, keunggulan komparatif, serta memanfaatkan berbagai peluang. Kepala sekolah dengan sikap kewirauhasaan yang kuat akan berani melakukan perubahan-perubahan yang inovatif di sekolahnya, termasuk perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran siswa beserta kompetensi gurunya. F. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berbentuk studi kasus yang dilakukan untuk memperoleh pengertian yang mendalam mengenai situasi dan makna sesuatu atau objek yang diteliti. Dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara yaitu teknik wawancara terstruktur dan observasi tidak terlibat (non partisipan). G. SUBJEK PENELITIAN Subjek penelitian ini adalah satu orang subjek dengan berjenis kelamin pria yang menjabat sebagai kepala sekolah dan satu orang significant others. H. HASIL PENELITIAN Gambaran tentang gaya kepemimpinan subjek adalah gaya kepemimpinan executive, yang memiliki ciri-ciri ketika subjek memberikan semangat kepada bawahan, maka subjek juga mencontohkan terlebih dahulu, subjek mempertahankan orang lain sesuai kemampuan dan sifat masing-masing dan memandang bawahan sebagai teman kerja yang penting, subjek juga dapat menjalin hubungan yang baik meskipun dengan orang yang baru, subjek memang konflik sebagai hal yang wajar dan dapat menyelesaikan perbedaan pendapat dengan baik. Faktor yang menyebabkan gaya kepemimpinan subjek seperti itu adalah subjek memberikan semangat yang tinggi dengan mencontohkan moral yang tinggi karena pendidikan yang baik dimulai dari diri kita sendiri, untuk meningkatkan semangat yang tinggi maka sebagai pemimpin harus mencontohkan moral yang tinggi, sehingga dapat menjadi panutan. Subjek mempertahankan orang lain sesuai dengan sifat masing-masing dan memandang orang lain sebagai teman kerja yang penting karena penempatan tugas, pekerjaan yang diberikan kepada orang lain sesuai dengan latar belakang kemampuannya, dan memandang bawahan tidak secara struktural antara atasan dengan bawahan, memandang semua orang berkapasitas sama, hanya tugasnya saja yang berbeda. Faktor yang menyebabkan subjek dapat menjalin hubungan yang baik meskipun dengan orang baru, agar

orang tersebut merasa nyaman, betah berada di lingkungan itu. Faktor yang menyebabkan subjek memandang konflik sebagai suatu yang wajar, karena konflik dimana saja pasti terjadi sehingga subjek mencari solusi yang baik untuk perbedaan pendapat tersebut agar tidak berkepanjangan. Cara mengembangkan gaya kepemimpinan subjek adalah memberi semangat dengan memberikan contoh terlebih dahulu kepada bawahan, cara subjek menjalin hubungan meskipun dengan orang baru tetap baik yaitu tidak membedakan dengan pegawai yang lainnya. Cara subjek mempertahankan orang lain apabila orang tersebut memiliki loyalitas dan kinerja yang baik sesuai dengan kemampuan masing-masing sehingga orang tersebut tidak lagi dianggap sebagai bawahan tetapi sebagai teman kerja yang penting. Cara subjek memandang konflik adalah sebagai hal yang wajar dan dapat menyelesaikan perbedaan pendapat dengan mencari solusi yang baik. I. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti maka saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut: 1. Kepada subjek kiranya dapat: a. Mempertahankan dan meningkatkan gaya kepemimpinan executive untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam peningkatan jumlah siswa. b. Memberi kesempatan kepada guru dan staf administrasi untuk mengikuti workshop atau training yang sesuai tugas atau jabatan, agar pekerjaan yang telah diberikan dapat dikerjakan dengan baik dan tepat. 2. Kepada guru dan staf administrasi disarankan: a. Kerjasama yang baik dalam hubungan sosial selama ini dipertahankan dan ditingkatkan agar prestasi sekolah yang telah didapat tetap terjaga. b. Meningkatkan kedisiplinan dan kualitas pendidikan, agar prestasi siswa tetap dipertahankan.

DAFTAR PUSTAKA Anoraga, P. (1992). Psikologi kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta. Anonim. (2008). Gaya kepemimpinan&kinerja perusahaan. http://www.indofamily.net/index.php?option=com_content&task=view&id= 897&Itemid=39 Ekoytyas. (2008). Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru di SMP KWK XI JAKARTA TIMUR. Diperoleh Juni, 10, 2009, http://one.indoskripsi.com/node/3359 Eman (2001) . Gaya kepemimpinan. http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?submit.x=8&submit.y=9&submit=prev &page=2&qual=high&submitval=prev&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Fem an%2F2001%2Fjiunkpe-ns-s1-2001-31497006-694-produktivitaschapter2.pdf

Heru Basuki, A. M. H. (2006). Penelitian kualitatif untuk ilmu-ilmu kemanusiaan dan budaya. Jakarta: Universitas Gunadarma. Juairiah, S. (2006). Pengaruh gaya kepemimpinan kepala madrasah terhadap motivasi belajar siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kota Blitar. http://umar-chan.com/download/skripsi~ PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH.Pdf. Kartono, K. (1994). Psikologi sosial untuk manajemen, perusahaan, dan industri. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada. Kartono, K. (1998). Pemimpin dan kepemimpinan: Apakah pemimpin abnormal itu?. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada. Matutina, dkk. (1993). Manajemen personalia. Jakartaa: PT.Rineka Cipta. Moleong, L. J. (2006). Metodologi pendekatan kualitatif (edisi revisi). Bandung: PT Remaja Rosdakarya Nawawi & Hadari. (1993). Kepemimpinan yang efektif. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Peorwandari, E.K. (2005). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia. Depok: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikolgi (LPSP3) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Panji. (2008). Hubungan kepemimpinan kepala sekolah dan sikap guru terhadap pekerjaan dengan kompetensi profesional guru (141) http://ilmiahmanajemen.blogspot.com/2008/10/hubungan-kepemimpinankepalasekolah.html

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Kamus besar bahasa indonesia: edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Puspitasari,S. (2006). Kepemimpinan kepala sekolah di TK terhadap efektivitas kerjaguru.http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/HASH0 171.dir/doc.pdf Roy (2009) gaya kepemimpinan. Diperoleh Juni, 16, 2009 http://belajar- kepemimpinan.blogspot.com/2008/09/gayakepemimpinan.html. Sarwono, S.W. (2005). Psikologi sosial: Psikologi kelompok dan psikologi terapan. Jakarta: Balai Pustaka Sudrajat, A. (2008). Kompetensi guru&peran kepala sekolah. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/21/kompetensi-guru-danperan-kepala-sekolah-2/ Sutanto, E.M&Stiawan, B. (2000). Peranan gaya kepemimpinan yang efektif

dalam upaya meningkatkan Semangat dan Kegairahan Kerja Karyawan di Toserba Sinar Mas Sidoarjo Jurnal Manajemen & Kewirausahaan Vol. 2, No. 2, September 2000: 29 43. http://puslit.petra.ac.id/journals/pdf.php?PublishedID=MAN00020203 Tondok, M.S&Andarika, R. (2004). Hubungan Antara Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional dengan Kepuasan Kerja Karyawan. Jurnal PSYCHE Vol. 1 No. 1, Desember 2004. http://psikologi.binadarma.ac.id/jurnal/jurnal_marcel_rita.pdf Usman, H. (2007). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kepala sekolah. Jurnal tenaga kependidikan, Vol. 2 No. 3 Desember 2007 http://www.ziddu.com/download/4077925/FaktorFaktoryangmempengaruhiPerilakuKepalaSe kolah.pdf.html

Wahyosumidjo. (1992). Kepemimpinan dan motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Wagiman, H.A. (2005). Persepsi guru terhadap gaya kepemimpinan kepala sekolah SD Tarakanita Jakarta, http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&src&id=79861)

You might also like