You are on page 1of 19

TUGAS AKHIR PENGHANTAR ILMU PENDIDIKAN

LINGKUNGAN PENDIDIKAN, ALIRAN ALIRAN PENDIDIKAN SERTA ASAS DAN KAITANNYA TERHADAP PERKEMBANGAN MASYARAKAT
Dosen Pengampu : Sungkowo Edi Mulyono & Muarifuddin

Disusun Oleh : DIMAZ SYAHRIZAL RAMADHAN 5101411041

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dapat diartikan dari berbagai sudut pandang, yaitu: pendidikan berwujud sebagai suatu sistem, artinya pendidikan dipandang sebagai keseluruhan gagasan terpadu yang mengatur saha-usaha sadar untuk membina seseorang mencapai harkat kemanusiaannya secara utuh, pendidikan berwujud sebagai suatu proses, artinya pendidikan dipandang sebagai pelaksanaan usaha-usaha untuk mencapai tujuan tertentu dalam rangka mencapai harkat kemanusiaan seseorang secara utuh, dan pendidikan berwujud sebagai hasil, artinya pendidikan dipandang sebagai sesuatu yang telah dicapai atau dimiliki seseorang setelah proses pendidikan berlangsung. Kegiatan pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan yang setua dengan usia manusia. Artinya sejak adanya manusia telah ada usaha-usaha pendidikan, dalam rangka memberi kemampuan kepada peserta didik untuk dapat hidup secara mandiri di dalam masyarakat. Sistem pendidikan yang dianut oleh setiap negara akan mewarnai operasionalisasi pendidikannya, baik menyangkut isi, bentuk, struktur kurikulum, maupun komponen pokok pendidikan yang lain. Tampaknya terdapat adanya korelasi antara sistem pendidikan dengan tingkat kemajuan dan kebudayaan suatu kelompok manusia atau suatu bangsa. Makin tinggi kebudayaan suatu bangsa, makin tinggi dan makin kompleks, proses pendidikan yang terdapat pada bangsa yang bersangkutan. Upaya pendidikan sebagai suatu sistem, dengan demikian akan selalu relevan (gayut) pada landasan yang digunakan dalam proses pendidikan. Landasan pendidikan pada hakikatnya adalah dasar-dasar, titik pijak yang melandasi operasionalisasi sistem pendidikan. Landasan pendidikan secara umum menyangkut: (1) landasan filosofis, (2) landasan sosiologis, (3) landasan kultural, (4) landasan psikologis, dan (5) landasan ilmiah dan teknologis.tahankan hidupnya, mengembangkan dirinya, dan secara bersama-sama membangun masyarakatnya. Melalui sistem pendidikan nasional, setiap rakyat Indonesia pada dasarnya harus mampu menghayati nilai-nilai budaya Indonesia dan bertindak

sesuai dengan nilai-nilai itu secara kreatif serta dapat meningkatkan kemampuan memperoleh dan menciptakan pekerjaan melalui bermacam-macam kemungkinan. Asas-asas pelaksanaan pendidikan nasional pada hakikatnya adalah fundamen (dasar) yang menjiwai dan mewarnai pelaksanaan pendidikan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Dari kesebelas asas-asas pelaksanaan pendidikan nasional menurut rumusan KPPN tersebut di atas, yang dijadikan acuan dalam pelaksanaan pendidikan yang dibahas secara khusus di sini, adalah: 1) asas tut wuri handayani, dan 2) asas pendidikan seumur hidup yang berintikan belajar seumur hidup. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, penulis membatasi diri dengan hanya mengkaji masalah-masalah sebagai berikut: 1. Seperti apa Lingkungan Pendidikan pada umumnya? 2. Seperti apa Aliran Aliran pendidikan Dari masa ke masa ? 3. Apa Kaitannya Antara Pendidikan Dan Perkembangan Masyarakat ? 4. Bagaimana Asas-asas Pendidikan? C. Tujuan Penulisan Berdasarkan latar belakang di atas dapat dibuat tujuan masalah sebagai berikut: 1. Menjelaskan Lingkungan Pendidikan Pada Umumunya 2. Menjelaskan Tentang Perkembangan Aliran Aliran Pendidikan 3. Menjelaskan Hubungan Antara pendidikan dan prkrmbangan masyarakat 4. Menjelaskan Tentang Asas Asas Pendidikan

BAB II PEMBAHASAN A. LINGKUNGAN PENDIDIKAN Lingkungan pendidikan merupakan lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan yang merupakan bagian dari lingkungan sosial. Lingkungan pendidikan dibagi menjadi tiga yaitu: 1. LINGKUNGAN KELUARGA Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama karena manusia pertama kalinya memperoleh pendidikan di lingkungan ini sebelum mengenal lingkungan yang lain. Selain itu manusia mengalami proses pendidikan sejak lahir bahkan sejak dalam kandungan. Pendidikan keluarga dapat dibagi menjadi dua yaitu: - pendidikan prenatal (pendidikan dalam kandungan) - pendidikan postnatal (pendidikan setelah lahir) Dasar tanggung jawab keluarga terhadap pendidikan meliputi: -Motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orangtua dengan anaknya. -Motivasi kewajiban moral orangtua terhadap anak. -Tanggung jawab sosial sebagai bagian dari keluarga. 2. LINGKUNGAN SEKOLAH Karena perkembangan peradaban manusia, orang tidak mampu lagi untuk mendidik anaknya. Pada masyarakat yang semakin komplek, anak perlu persiapan khusus untuk mencapai masa dewasa. Persiapan ini perlu waktu, tempat dan proses yang khusus. Dengan demikian orang perlu lembaga tertentu untuk menggantikan sebagian fungsinya sebagai pendidik. Lembaga ini disebut sekolah. Dasar tanggung jawab sekolah akan pendidikan meliputi: - tanggung jawab formal kelembagaan - tanggung jawab keilmuan

- tanggung jawab fungsional 3. LINGKUNGAN MASYARAKAT Ada 5 pranata sosial (social institutions) yang terdapat di dalam lingkungan sosial yaitu: - pranata pendidikan = bertugas dalam upaya sosialisasi - pranata ekonomi = bertugas mengatur upaya pemenuhan kemakmuran - pranata politik = bertugas menciptakan integritas dan stabilitas masyarakat - pranata teknologi = bertugas menciptakan teknik untuk mempermudah manusia - pranata moral dan etika = bertugas mengurusi nilai dan penyikapan dalam pergaulan masyarakat HUBUNGAN SEKOLAH DENGAN MASYARAKAT 1. HUBUNGAN TRANSAKSIONAL ANTARA SEKOLAH DAN MASYARAKAT * Sekolah sebagai partner masyarakat dalam melakukan fungsi pendidikan. * Sekolah sebagai produsen yang melayani pesanan-pesanan pendidikan dari masyarakat. Caranya: - aktivitas kurikuler para siswa (mengumpulkan bahan pengajaran dari masyarakat, kegiatan pengabdian pada masyarakat, magang, dsb) - aktivitas para guru (kunjungan ke rumah siswa, dll) - kegiatan ekstrakurikuler (melakukan kegiatan ekstrakurikuler dengan melibatkan masyarakat) - kunjungan orangtua/anggota masyarakat ke sekolah (saat kenaikan kelas, ultah sekolah, dsb) - melalui media massa (publikasi mengenai kegiatan sekolah lewat televisi, dsb)

2. HUBUNGAN TRANSMISIF DAN TRANSFORMASIF Hubungan transmisif terjadi manakala sekolah berperan sebagai pewarisan kebudayaan. Hubungan transformasif terjadi manakala sekolah berperan sebagai agen pembaharu dalam kebudayaan masyarakat. Caranya: - Reproduksi budaya: Siswa diajarkan untuk menggali unsur-unsur budaya yang telah ada dalam masyarakatnya. - Difusi kebudayaan : Siswa diajarkan agar dapat menyebarluaskan unsur-unsur yang dinilai positif dan belum berkembang dalam masyarakatnya. - Berpikir kreatif : Berpikir alternatif, berani tampil beda. B. ALIRAN PENDIDIKAN ALIRAN KLASIK 1. Aliran empirisme (aliran optimisme) Aliran ini dimotori oleh John Locke. Aliran empirisme mengutamakan perkembangan manusia dari segi empirik yang secara eksternal dapat diamati dan mengabaikan pembawaan sebagai sisi internal manusia. Dengan kata lain pengalaman adalah sumber pengetahuan, sedangkan pembawaaan yang berupa bakat tidak diakui. Manusia dilahirkan dalam keadaan kosong, sehingga pendidikan memiliki peran penting yang dapat menentukan keberadaan anak. Aliran ini melihat keberhasilan seseorang hanya dari pengalaman (pendidikan) yang diperolehnya, bukan dari kemampuan dasar yang merupakan pembawaan lahir. 2. Aliran nativisme (aliran pesimistik) Tokoh aliran ini adalah Arthur Schoupenhauer. Aliran nativisme menyatakan bahwa perkembangan seseorang merupakan produk dari pembawaan yang berupa bakat. Bakat yang merupakan pembawaan seseorang akan menentukan nasibnya. Aliran ini merupakan kebalikan dari aliran empirisme. Orang yang berbakat tidak baik akan tetap tidak baik, sehingga tidak perlu dididik untuk

menjadi baik. Orang yang berbakat baik akan tetap baik dan tidak perlu dididik, karena ia tidak mungkin akan terjerumus menjadi tidak baik. 3. Aliran naturalisme Aliran ini dipelopori oleh J.J. Rousseau. Aliran naturalisme menyatakan bahwa semua anak yang dilahirkan pada dasarnya dalam keadaan baik. Anak menjadi rusak atau tidak baik karena campur tangan manusia (masyarakat). Pendidikan hanya memiliki kewajiban untuk memberikan kesempatan kepada anak untuk tumbuh dengan sendirinya. Pendidikan hendaknya diserahkan kepada alam. Dalam mendidik seorang anak hendaknya dikembalikan kepada alam agar pembawaan yang baik tersebut tidak dirusak oleh pendidik. 4. Aliran konvergensi Aliran ini dipelopori oleh William Stern. Aliran ini menyatakan bahwa bakat, pembawaan dan lingkungan atau pengalamanlah yang menentukan pembentukan pribadi seseorang. Pendidikan dijadikan sebagai penolong kepada anak untuk mengembangkan potensinya. Yang membatasi hasil pendidikan anak adalah pembawan dan lingkungannya. Aliran ini lebih realitis, sehingga banyak diikuti oleh pakar pendidikan. GERAKAN-GERAKAN BARU DALAM PENDIDIKAN 1. Pembelajaran alam sekitar Dalam pendidikan alam sekitar ditanamkan pemahaman, apresiasi, pemanfaatan lingkungan alami dan sumber-sumber pengetahuan di luar sekolah yang semuanya penting bagi perkembangan peserta didik sehingga peserta didik akan mendapatkan kecakapan dan kesanggupan baru dalam menghadapi dunia nyata. Melali penjelajahan alam yang dlakukan, maka peserta didik akan menghayati secara langsung tentang keadaan alam sekitar, belajar sambil mengerjakan sesuatu dengan serta merta memanfaatkan waktu senggangnya. 2. Pengajaran pusat perhatian (Centres Dinteret) Ditemukan oleh Ovide Decroly. Pengajaran disusun menurut pusat perhatian anak. Dari pusat perhatian ini kemudian diambil pelajaran-pelajaran lain. Dalam pengajaran ini anak selalu bekerja sendiri tanpa ditolong dan dilayani. 3. Sekolah kerja Dikembangkan oleh George Kerschenteiner. Menurut dia, bentuk sekolah untuk menjadi warga negara yang baik yaitu mendidik anak agar pekerjaannya tidak merugikan masyarakat dan justru memajukannya. Oleh karena itu sekolah

wajib menyiapkan peserta didik untuk suatu pekerjaan. Pekerjaan tersebut hendaknya juga untuk kepentingan negara. Jadi yang menjadi pusat tujuan pengajaran adalah kerja untuk menatap masa depan. 4. Pengajaran proyek Dikembangkan oleh W.H. Kilpatrick. Ia menanamkan pengajaran proyek sebagai satu kesatuan tugas yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan dikerjakan bersama-sama dengan kawan-kawannya. Menurut Kilpatrick, dengan tetap duduk di bangku masing-masing, maka pembentukan watak para peserta didik tidak dapat terlaksana. ALIRAN POKOK PENDIDIKAN DI INDONESIA 1. Taman Siswa Taman Siswa didirikan pada tanggal 3 Juli 1922 oleh Ki Hadjar Dewantara. Taman Siswa memiliki asas-asas sebagai berikut: - Asas merdeka untuk mengatur dirinya sendiri - Asas kebudayaan (kebudayaan Indonesia) - Asas kerakyatan - Asas kekuatan sendiri (berdikari) - Asas berhamba kepada anak Taman Siswa memiliki dasar-dasar pendidikan yang disebut Panca Dharma, yaitu: - Kemanusiaan=> Cinta kasih terhada sesama manusia dan semua mahkluk ciptaan Tuhan. - Kodrat hidup=> Untuk pemeliharaan dan kemajuan hidup sehingga manusia hidup selamat dan bahagia. - Kebangsaan=> Tidak boleh menyombongkan bangsa sendiri, tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum. - Kebudayaan=> Kebudayaan nasional harus tetap dipelihara. - Kemerdekaan/kebebasan=> Apabila anak tidak diberikan kemerdekaan maka akan menghambat kemajuannya. Ki Hadjar Dewantara juga mengajarkan semboyan kepada pendidik yaitu: * Ing ngarsa sung tuladha=> Memberikan teladan kepada peserta didik ketika berada di depan. * Ing madya mangun karsa=> Membangun semangat kepada peserta didik ketika berada di tengah.

* Tut wuri handayani=> Mengarahkan peserta didik agar tidak salah bertindak ketika berada di belakang. 2. INS (Indonesiche Nederlansce School) Merupakan sekolah yang didirikan oleh Mohammad Syafei di Kayutanam (Padang Panjang, Sumbar). Sekolah ini mempunyai rencana pelajaran dan metode sendiri yang hampir mirip dengan Sekolah Kerjanya Kershensteiner. Syafei berpendapat bahwa dengan belajar sendiri watak peserta didik akan terbentuk dan di kemudian hari dapat tumbuh menjadi orang dewasa yang merdeka, tidak hanya dengan jalan menghafal saja di sekolah. C. PENDIDIKAN DAN PERKEMBANGAN MASYARAKAT DESKRIPSI DINAMIKA MASYARAKAT INDONESIA Dilihat dari perspektif pendidikan, dalam masyarakat ada empat sumber masalah, yaitu: - Rendahnya kesadaran multikultural. - Penafsiran otonomi daerah yang masih lemah. - Kurangnya sikap kreatif dan produktif. - Rendahnya kesadaran moral dan hukum. Di pihak lain, konstruk masyarakat masa depan yang ditenggarai secara kuat oleh semangat Bhineka Tunggal Ika yang benar, sistem sosial yang mengakar pada masyarakat, ekonomi berorientasi pasar dengan perspektif global, serta perlunya moralitas hukum yang dijunjung tinggi. Keempat hal tersebut mengiindikasikan orientasi pembangunan yang mengutamakan kepentingan mayoritas yang berimplikasi pada perlunya peningkatan SDM, peningkatan aktivitas sektor ekonomi, pengembangan kreativitas dan produktivitas, dan pengembangan hati nurani. Masyarakat Indonesia baru adalah masyarakat yang harus memiliki karakteristik tersebut yang ditandai dengan menyatunya kepentingan masyarakat, dengan kepentingan negara, tentu saja untuk mewujudkan Masyarakat Indonesia Baru yang demikian sangat diperlukan strategi yang tepat untuk menyentuh aspek struktural dan aspek kultural dan dinamika proses perkembangan masyarakat. Dalam perkembangan global, pendidikan sangat berperan untuk mewujudkan Masyarakat Indonesia Baru. Visi pendidikan nasional adalah pendidikan yang

mengutamakan kemandirian dan keunggulan yang menghasilkan kemajuan dan kesejahteraan yang berdasarkan nilai-nilai universal dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Sedangkan menurut GBHN tahun 1999, misi pendidikan nasional lima tahun mendatang adalah: Terwujudnya sistem dan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu guna memperteguh ahklak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, berdisiplin dan bertanggungjawab, memiliki keterampilan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mengembangkan mutu manusia Indonesia. Misi tersebut dibagi menjadi 3 yaitu: 1. Misi jangka pendek: - Penuntasan program pendidikan yang terganggu oleh krisis yakni wajib belajar 9 tahun yang bermutu. - Pengembangan kapasitas kelembagaan pendidikan. - Pengembangan program yang mengarah pada penguatan Iptek. 2. Misi jangka menengah: - Memantapkan dan mengembangkan dan melembagakan secara berkelanjutan apa yang telah dirintis dalam misi jangka pendek. - Perbaikan aspek kelembagaan dan manajerial. - Pemberdayaan masyarakat dan sistem pendidikan. - Perbaikan substansi yang terkandung dalam sistem pendidikan nasional. 3. Misi jangka panjang: - Pembudayaan dan pemberdayaan sistem baru dengan iklim serta proses pendidikan yang demokratis. - Memperdulikan mutu yang ditempatkan dalam perspektif global. PERKIRAAN PERKEMBANGAN MASYARAKAT MASA DEPAN Istilah Masyarakat Indonesia Baru merupakan suatu masyarakat yang dicitacitakan bangsa Indonesia setelah era reformasi. Ada juga yang menggunakan istilah Masyarakat Madani atau Civil Society. Masyarakat Indonesia mempunyai ciri-ciri yang khas, berdasarkan ciri-ciri khas tersebut akan dibangun Masyarakat Madani Indonesia. Untuk mewujudkan Masyarakat Indonesia Baru ada komponon-komponen dasar yang dibutuhkan, yaitu: - Kebutuhan untuk terus menguasai lingkungannya.

- Kebutuhan untuk berkomunikasi baik dengan sesamanya maupun dengan tradisi dan masa lalunya. - Kebutuhan untuk lepas dari berbagai lingkungan yang menghambat aktualisasi dirinya. Prinsip-prinsip yang harus dilakukan untuk mewujudkan masyarakat yang dicitacitakan tersebut adalah: 1. Prinsip mengembangkan dan menegakkan kedaulatan rakyat. 2. Prinsip mengembangkan dan menegakkan hukum dan keadilan. 3. Prinsip mengembangkan kemajuan Iptek. 4. Prinsip mengembangkan pluralisme masyarakat. 5. Prinsip mengembangkan masyarakat berwawasan lingkungan. 6. Prinsip mengembangkan masyarakat berketuhanan Yang Maha Esa. D. ASAS-ASAS PENDIDIKAN Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran untuk menjadi dasar atu tumpuan berfikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Telah dikemukakan berbagai asas tersebut dengan pengkajian berbagai dimensi hakikat menusia keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagaman). Pandangan tentang hakikat manusia merupakan tumpuan berfikir utama yang sangat penting dalam pendidikan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah bahwa manusia itu dapat dididik dan dapat mendidik diri sendiri (Umar Tirtarahardja, 2008:117).Pendidikan di Indonesia terdapat sejumlah asas yang member arah dalam merancang dalam melaksanakan pendidikan. Asas asas itu bersumber baik dari kecenderungan umum pendidikan didunia meupun yang bersumber dari pemikiran dan pengalaman sepanjang sejarah upaya pendidikan di Indonesia. Asas-asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas belajar sepanjang hayat, dan asas kemanidirian dalam belajar. Uraian dari masing-masing asas yaitu sebagai berikut. a. Asas Tut Wuri Handayani Asas Tut Wuri Handayani ini termasuk salah satu asas dari system among yang dikembangkan oleh Ki hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional) telah merumuskan pengelolaan situasi belajar dan mengajar

dengan asas pengendalian yang terkenal dengan ajarannya Tut Wuri Handayani. Ajaran ini secara lengkap berbunyi : Ing ngarso sung tulodo Ing madyo mangun karso Tut wuri handayani Artinya: Jika didepan menjadi teladan Jika ditengah membangkitkan hasrat untuk belajar Jika dibelakang member dorongan dan pengawasan Seperti diketahui Perguruan Nasional taman siswa yang lahir pada tanggal 3 Juli 1922 berdiri diatas tujuh asas yang merupakan asas perjuangan untuk menghadapi Pemerintah Kolonial belanda serta sekaligus untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan sifat yang nasional dan demokrasi. Ketujuh asas tersebut yang secara singkat disebut Asas 1922 yaitu sebagai berikut : Bahwa setiap orang mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri dengan mengingat tertibnya persatuan dalam perikehidupan umum. Bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah, yang dalam arti lahir dan batin dapat memerdekakan diri. Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri. Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada seluruh rakyat Bahwa untuk mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuhpenuhnya lahir maupun batin hendaknya diusahakan dengan kekuatan sendiri, dan menolak bantuan apapun dan dari siapapun yang mengikat baik berupa ikatan lahir maupun ikatan batin.

Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan.

Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir dan batin untuk mengorbankan segala kepentingan pribadi demi keselamatan dan kebahagiaan anak-anak.

Maksud tut wuri handayani adalah sebagai pendidik hendaknya mampu menyalurkan dan mengarahkan perilaku dan segala tindakan sisiwa untuk mencapai tujuan pendidikan yang dirancang. Implikasi dari penerapan asas ini dalam pendidikan adalah sebagai berikut : o Seorang pendidik diharapkan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan ide dan prakarsa yang berkaitan dengan mata pelajaran yang diajarkan. o Seorang pendidik berusaha melibatkan mental siswa yang maksimal didalam mengaktualisasikan pengalaman belajar, upaya melibatkan siswa seperti ini yang sering dikenal dengan cara belajar siswa aktif (CBSA) o Peranan pendidik hanyalah bertugas mengarahkan siswa, sebagai fisilitator, moitivator dan pembimbing dalam rangka mencapai tujuan belajar. o Dalam proses belajar mengajar dan dilakukan siswa secara bebas tetapi

terkendali,interaksi

pendidik

mencerminkan

hubungan

manusiawi serta merangsang berfikir siswa, memanfaatkan bermacammacam sumber, kegiatan belajar yang dilakukan siswa bervariasi, tetapi tetap dibawah bimbingan guri. Asas Tut Wuri handayani merupakan inti dari asas pertama yang menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sndiri dengan mengingat tertibnyan persatuan dalam perikehidupan umum. Dari asasnya yang pertama ini jelas bahwa tujuan yang hendak dicapi oleh Taman Siswa adalah kehidupan yang tertib dan damai.

b. Asas Pendidikan Seumur Hidup Pendidikan seumur hidup adalah sebuah sistem konsep-konsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajar mengajar yang berlangsung dalam keserutuhan kehidupan manusia. Pokok pikiran dalam pendidikan seumur hidup ialah bahwa setiap individu harus memperoleh kesempatan yang tersusun baik dan sistematis untuk mendapatkan pengajaran, studi dan belajar kapan pun selama hidupnya. Prinsip-prinsip dasar yang terkandung dalam konsep pendidikan seumur hidup diant aranya adalah : a. Asas belajar sepanjang hayat artinya peranan manusia untuk mendidik dan mengembangkan diri sendiri secara wajar melalui proses belajar tanpa akhir merupakan kewajiban kodrati. b. Lingkungan pendidikan meliputi : 1) Lingkungan keluarga 2) Lingkungan sekolah 3) Lingkungan masyarakat c. Lembaga penanggung jawab pendidikan terdiri dari : o Lembaga pendidikan keluarga o Lembaga pendidikan sekolah o Lembaga pendidikan masyarakat Beberapa alasan yang mendukung perlunya pendidikan seumur hidup, yaitu : 1) Pendidikan seumur hidup akan meningkatkan pemerataan dalam layanan pendidikan, sekaligus dianggap penting untuk menghadapi structural social yang mengalami perubahan dan dapat memperbaiki kualitas hidup. 2) Alasan berdasarkan pertimbangan ekonomi, artinya pendidikan

perkembangan ekonomi dsan perbaikan kualitas kehidupan berkaitan sangat erat. 3) Factor social dan perubahan peranan keluarga

4) Perubahan

teknologi,

perkembangan

teknologi

menyebabkan

meningkatnya informasi, berubahnya sifat pekerjaan, makin menonjolnya nilai-nilai keduniawian dan materialism serta makin menurunnya nilainilai spiritual dan kebudayaan. 5) Factor pekerjaan, artinya lapangan pekerjaan pada masa mnendatang secaraotomatis akan akan berbeda dengan apa yang ada sekarang. 6) Kebutuhan orang dewasa, orang dewasa sekarang telah mempunyai pengalaman mengenai akibat perubahan yang cepat dalam kehidupan pekerjaan. 7) Kebutuhan kanak-kanak, makin meningkatnya perhatian orang tua terhadap perlunya pendidikan bagianak-anak usia pra sekolah. Ada beberapa istilah lainyang dipakai untuk menunjuk konsep pendidikan seumur hidup yang perlu diketahui. Istilah-istilah tersebut tidak selalu cocok untuk menunjuk pada pengertian pendidikan seumur hidup, istilah-istilah tersebut antara lain : o Adult education suatu istilah yang menunjuk suatu bentuk program pendidikan bagi orang dewasa yang bersifat terminaldan

remendial, terutama bagi yang buta huruf dan kurang mendapatkan kesempatan pendidikan. o Out of school education suatu istilah yang menunjuk suatu bentuk program pendidikan diluar pendidikan formal (sekolah) yang coraknya vocasional dan diperuntukkan bagi para pemuda. o Recurrent education menunjuk keseluruhan proses pendidikan yang terjadi setelah seorang mengakhiri pendidikannnya disekolah o Continuing education istilah ini menunjuk program-program pendidikan yang pada hakikatnyabersifat vokasional dan secara formal accredited.

c. Pendidikan Bagi Semua (Education for All)

Penerapan deklarasi dunia tentang pendidikan bagi semua, dilakukan dengan memperhatikan cakupan-cakupan yang menmjadi pusat sasaran yaitu o Perluasan pendidikan anak dan bernagai kegiatan pengembangannya termasuk upaya mengikutsertakan keluarga masyarakat terutama untuk anak-anak miskin yang tidak beruntung dan yang menyandang kelainan fisik atau mental. o Pendidikan dasar semesta diupayakan melalui program-program

pendidikan dasar Sembilan tahun (jalur pendidikan sekolah) atau program kejar paket A dan B(jalur pendidikan luar sekolah) o Memberantas buta huruf dengan penekanansasaran pada kaum wanita, sehingga menguranghiu perbedaan yang ada sekarang ini antara tingkat buta huruf pria dan wanita. o Peningkatan mutu pendidikan dasar dan latihan ketrampilan yang diarahkan pada peningkatan kesejahteraan kesempatan mendapatkan lapangan kerja dan meningkatkan produktifitas kerja bagi semua kelomp[ok sasaran warga belajar. o Peningkatan minat baca bagi seluruh lapisan masyarakat dalam kaitannya dengan upaya mencerdaskan kehidupn bangsa dan meningkatkan peran serta didalam kegiatan pembangunan. 4. Asas Kemandirian dalam Belajar Baik asas tut wuri handayani maupun belajar sepanjang hayat secara langsung erat kaitannya dengan asas kemandirian dalam belajar. Asas tut wuri handayani pada prinsipnya bertolak dari asumsi kemampuan siswa untuk mandiri, termasuk mandiri dalam belajar. Dalam kegiatan belajar-mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu siap untuk ulur tangan apabila diperlukan. Selanjutnya, asas belajar sepanjanghayat hanya dapat diwujudkan apabila didasarkan pada asumsi bahwa peserta didik mau dan mampu mandiri dalam belajar, karena adalah tidak mungkin seseorang belajar sepanjang hayatnya apabila selalu tergantung dari bantuan guru ataupun orang lain.Perwujudan asas

kemandirian dalafhj fcelajar akan menempatkan guru dalam peran utama sebagai fasilitator tian motivator, di samping peran-peran lain: Informator,

organisator,,&ebagainya. Sebagai fasilitator, guru diharapkan menyediakan dan manJMfyr berbagai sumber belajar sedemikian sehingga memudahkan peserta didik berinteraksi dengan sumber-sumber tersebut. Sedang sebagai motivator, guru mengupayakan timbulnya prakarsa peserta didik untuk memanfaatkan sumber belajar itu. Pengembangan kemandirian dalam belajar ini seyogianya dimulai dalam kegiatanintrakurikuler, yang dikembangkan dan dimantapkan selanjutnya dalam kegiatan kokurikuler dan ekstra-kurikuler. Atau, untuk latar perguruan tinggi: Dimulai dalamkegiatan tatap muka, dan dikembangkan dan dimantapkan dalam kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri. Kegiatan tatap muka atau intrakurikuler terutama berfungsi membentuk konsep-konsep dasar dan cara-cara pemanfaatan berbagai sumber belajar, yang akan menjadi dasar pengembangan kemandirian dalam belajar di dalam bentukbentuk kegiatan terstruktur dan mandiri, atau kegiatan ko-dan ekstrakurikuler itu. Terdapat beberapa strategi belajar-mengajar dan atau kegiatan belajar-mengajar yang dapat memberi peluang pengembangankemandirian dalam belajar. Cara belajar siswa aktif (CBSA) merupakan salah satu pendekatan yang memberi peluang itu, karena siswa dituntut mengambil prakarsa dan atau memikul tanggung jawab tertentu dalam belajar-mengajar di sekolah, umpamanya melalui lembaga kerja. Di samping itu, beberapa jenis kegiatan belajar mandiri akan sangat bermanfaat dalam mengembangkan kemandirian dalam belajar itu, seperti belajar melalui modul, paket belajar, pengajaran berprogram, dan sebagainya. Keseluruhan upaya itu akan dapat terlaksana dengan semestinya apabila setiap lembaga pendidikan, utamanya sekolah, didukung oleh suatu pusat sumber belajar (PSB) yang memadai. Seperti diketahuv, PSB itu memberi peluang tersedianya berbagai jenis sumber belajar, di samping bahan pustaka di perpustakaan, seperti rekaman elektronik, ruang-ruang belajar (tutorial) sebagai mitra kelas, dan sebagainya. Dengan dukungan PSB itu asas kemandirian dalam belajar akan lebih dimantapkan dan dikembangkan.

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN

1. Pendidikan dapat diartikan dari berbagai sudut pandang, yaitu: pendidikan berwujud sebagai suatu sistem, artinya pendidikan dipandang sebagai keseluruhan gagasan terpadu yang mengatur sahausaha sadar untuk membina seseorang mencapai harkat

kemanusiaannya secara utuh, pendidikan berwujud sebagai suatu proses, artinya pendidikan dipandang sebagai pelaksanaan usaha-usaha untuk mencapai tujuan tertentu dalam rangka mencapai harkat kemanusiaan seseorang secara utuh, dan pendidikan berwujud sebagai hasil, artinya pendidikan dipandang sebagai sesuatu yang telah dicapai atau dimiliki seseorang setelah proses pendidikan berlangsung. 2. Beberapa landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofis, sosiologis, dan kultural, yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan untuk menjemput masa depan.

B. Kritik dan Saran

Sebagai instrumen yang paling efektif dalam mengembangkan dan memaksimalkan potensi menuju wujud manusia yang berkualitas, maka pendidikan tidak bisa dibiarkan berjalan secara apa adanya. Pendidikan akan ideal manakala adanya perencanaan yang matang dan dilaksanakan berdasarkan beberapa prinsip yakni; terpadu (integral), seimbang, membentuk manusia seutuhnya, selalu berkaitan dengan agama, terbuka, menjaga perbedaan individual, dan prinsip-prinsip berlangsung sepanjang hayat, serta evaluasi tiada henti. Bentuk evaluasi yang efektif adalah bentuk efaluasi otentik, yakni evaluasi dalam bentuk perilaku peserta didik dalam menerapkan apa yang dipelajari dalam kehidupan nyata.

DAFTAR PUSTAKA

1. Tittarahardja,Umar dan SL.La Sulo.2005.Penghantar Pendidikan.Jakarta : Rineka Cipta 2. Pidarta,Made.Landasan Kependidikan.Jakarta : Rineka Cipta.1997 3. Hasbullah.Dasar-dasar Ilmu Pendidikan,Edisi Revisi 5.Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada.2006 4. Indira,Permanasari.Pendidikan Dasar Gratis Sudah saatnya Dibelakukan.www.kompas.com/Ditulis oleh : SYAMSUL BAHRI Program Studi : S-2 Teknologi Pendidikan UNMUL ,Samarinda. 5. Munib, Achmad. 2009. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Unnes Press

You might also like