You are on page 1of 15

1.

ASUHAN ANTENATAL
Arthur T. Evans dan H. Willette Le Hew
Dalam Manual of Obstetrics Edisi ke VII, 2007

(diterjemahkan oleh : Judi J Endjun)

KATA KUNCI

 Asuhan antenatal dilakukan sebagai upaya mencegah dan manajemen aktif


masalah medis akut yang terjadi pada ibu dan janin.
 Kemajuan teknologi saat ini telah memungkinkan janin dianggap sebagai pasien
yang berdiri sendiri (terpisah dari ibunya).
 Pendidikan terhadap pasien tentang kehamilan sama pentingnya dengan
tatalaksana medik selama asuhan antenatal.

LATAR BELAKANG

 Asuhan antenatal adalah unik :


o Pada saat yang sama menangani dua individu yang saling tergantung
(ibu dan janin)
o Hanyak sedikit pihak asuransi yang memberikan jamin kesehatan untuk
program pencegahan dan saat ini lebih banyak yang membayar sendiri

 Terdapat banyak komponen dalam asuhan antenatal :


1. Tentukan adanya kehamilan dan berapa usia gestasinya pada trimester
pertama, hal ini akan menentukan lebih tepat kapan perkiraan tanggal
persalinan.
2. Lakukan anamnesis dengan cermat dan menyeluruh serta lakukan
pemeriksaan fisik dan laboratorium pendukung yang diperlukan.
3. Lakukan asuhan antenatal secara teratur bersamaan dengan pemberian
pendidikan bagi pasien.
4. Pemeriksaan berkala selama kehamilan oleh tenaga kesehatan dapat
mengatasi masalah medis akut dan mendiagnosis penyulit kehamilan.

 Semua informasi harus dicatat secara tepat dan baik pada rekam medis dan
dapat dipelajari oleh kelompok yang ikut menangani pasien tersebut.
Pergunakan grafik (tabel) standar dalam tatalaksana pasien karena dengan
standarisasi ini dapat mencegah penatalaksanaan yang tidak tepat atau
berlebihan

DIAGNOSIS KEHAMILAN DAN KETEPATAN USIA GESTASI

 Diagnosis adanya kehamilan dan penentuan usia gestasi yang tepat pada
trimester pertama penting dalam mencegah penyulit-penyulit medis, partus
preterm, atau kehamilan post-term.
 Diagnosis kehamilan didasarkan atas keluhan pasien (presumptive signs) dan
tanda-tanda mungkin kehamilan (probable signs) :
Asuhan Antenatal

o Keluhan pasien adalah sesuatu yang dinyatakan dan diyakininya bahwa


dirinya hamil
o Tanda mungkin kehamilan adalah hasil pemeriksaan oleh tenaga
kesehatan yang menunjukkan sangat mungkin pasien tersebut hamil.
o Catatan : keluhan dan tanda-tanda tersebut tidak membedakan apakah
kehamilan intra atau ekstrauterin (kehamilan ektopik).

Keluhan Pasien (Presumptive Signs)

 Amenorea sering merupakan tanda awal kehamilan. Harus diingat bahwa


keterlambatan datangnya haid dapat disebabkan oleh faktor lain misalnya siklus
anovulasi, stres, penyakit kronik, atau laktasi.
 Tanda subyektif dan keluhan-keluhan pada trimester pertama dapat berupa
payudara terasa nyeri dan membesar, perubahan pada kulit, mual, muntah,
sering berkemih, dan mudah lelah.
 Antara usia gestasi 12 – 20 minggu pasien akan merasakan pembesaran perut
dan gerakan janin.

Tanda Mungkin Kehamilan (Probable signs)

 Pembesaran uterus
 Tanda Hegar : isthmus uteri teraba lunak
 Tanda Chadwick : vagina dan serviks tampak membiru (sianosis)
 Uji kehamilan :
o Uji kehamilan dari urin yang ada saat ini sudah sangat peka dan dapat
positif dalam waktu 1 minggu setelah implantasi embrio atau dalam
beberapa hari setelah terlambat haid. Urin pertama saat bangun tidur
merupakan bahan pemeriksaan yang mengandung kadar hormon hCG
tertinggi.
o Pemeriksaan radioimmunoassay (RIA) kadar subunit beta human
chorionic gonadotropin (hCG) dalam serum ibu dapat mendeteksi adanya
kehamilan beberapa hari setelah implantasi embrio (atau bahkan
sebelum terjadinya keterlambatan haid). Kadar tertinggi hCG terjadi pada
usia kehamilan 60 – 70 hari, kemudian akan menurun.
o Uji tersebut tidak dapat membedakan adanya penyakit trofoblas
(misalnya kehamilan mola atau khoriokarsinoma) dengan kehamilan
normal.
o Pemeriksaan biologis (bioassay) yang dahulu pernah dilakukan, misalnya
uji lucut progesteron (progesterone withdrawal) saat ini tidak dilakukan
lagi. Jangan memberikan sediaan progestin pada wanita yang diduga
akan hamil karena zat tersebut mempunyai potensi (meskipun jarang)
menyebabkan kelainan kongenital (terutama defek ekstremitas).

Tanda Pasti Kehamilan (Positive Diagnostic signs)

 DJJ dapat terdeteksi dengan teknik Doppler paling awal pada usia gestasi 9 – 10
minggu berdasarkan HPHT. Fetoskop nonelektronik dapat mendeteksi DJJ pada
kehamilan 18 – 20 minggu sejak HPHT.
 Gerak janin (“quickening”) pertama kali dapat dirasakan oleh pasien pada usia
gestasi sekitar 16 – 18 minggu. Gerak tersebut merupakan tanda kesejahteraan

JJE-20080202 2
Asuhan Antenatal

janin. Pergerakan usus ibu seringkali menyerupai gerak janin dan hal ini dapat
menyebabkan kesalahan persepsi pasien.
 Pemeriksaan USG dapat menentukan kantong gestasi intrauterin pada
kehamilan 5 – 6 minggu dan dapat melihat ekho janin disertai gerak dan aktivitas
jantung pada kehamilan 6 – 8 minggu. USG transvaginal dapat mengukur lebih
awal dan lebih tepat. Usia janin dapat ditentukan melalui pengukuran CRL,
jumlah janin juga dapat diketahui. Pengukuran janin antara usia gestasi 8 – 14
minggu, termasuk diameter biparietal (DBP) dan panjang femur (PF) dapat
dipakai untuk menentukan usia gestasi secara tepat. Pada trimester kedua
dilakukan evaluasi anatomi janin, lokasi plasenta, dan volume cairan amnion.
Hingga saat ini tidak ada bukti yang menunjukkan paparan USG berdampak
negatif terhadap perkembangan janin manusia.

Prakiraan Waktu Persalinan

 Rata-rata lama kehamilan berdasarkan HPHT adalah 280 hari atau 40 minggu.
 Rumus Naegele dapat dipakai untuk menentukan tanggal prakiraan persalinan
(TPP) :
o Tanggal HPHT ditambah 7 dan kemudian bulannya dikurangi 3
o Penyimpangan dari hasil perhitungan ini dapat disebabkan oleh beberapa
keadaan (misalnya haid tidak teratur atau lama atau diketahui hanya satu
kali paparan seksual).
o Bila tanggal HPHT tidak diketahui atau pada pemeriksaan pertama usia
gestasi tidak sesuai dengan ukuran uterus, maka harus dilakukan
pemeriksaan USG untuk menetapkan TPP.

PEMERIKSAAN

Setelah dibuat diagnosis adanya kehamilan, lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik
secara lengkap. Tujuan utama dari pemeriksaan ini adalah membangun rasa saling
percaya dan hubungan kerja yang baik antara pasien dengan tim tenaga kesehatan.

Anamnesis

 Riwayat haid dan kontrasepsi :


o Riwayat haid yang teratur dan dapat dipercaya merupakan faktor
terpenting dalam memprakirakan tanggal persalinan yang tepat.
o Pasien dengan riwayat memakai pil KB dapat mengalami amenorea
postpil (postpill amenorrhea) sehingga perhitungan kapan prakiraan
tanggal persalinan menjadi salah.
o Pada akseptor KB yang mempergunakan AKDR (alat kontrasepsi dalam
rahim) harus dipastikan apakah telah dilepas, masih ada, atau tidak
diketahui keberadaannya.

 Riwayat ginekologi : perlu dicari dan dicatat riwayat infeksi ginekologi atau
pernah mengalami masalah ginekologi lainnya.

 Riwayat obstetri :
o Riwayat obstetri dicatat tentang graviditas dan paritas. Graviditas adalah
jumlah keseluruhan kehamilan yang pernah dialaminya. Paritas
digambarkan sebagai empat keadaan berikut : persalinan aterm,

JJE-20080202 3
Asuhan Antenatal

persalinan preterm, abortus (spontan atau elektif), dan jumlah anak


hidup.
o Data rinci persalinan yang lalu harus dicatat, misalnya lama dan
karakteristik persalinan, cara partus, komplikasi, keadaan bayi, dan berat
bayi. Abortus berulang pada trimester pertama, atau kegagalan
kehamilan pada trimester kedua dapat menunjukkan kemungkinan
adanya kelainan genetik atau inkompetensia serviks.
o Rekomendasi untuk rencana persalinan pada pasien dengan bekas
seksio sesarea sudah dapat diinformasikan pada waktu ini.

 Riwayat medis dan operasi serta riwayat perawatan di rumah sakit :


o Diagnosa atau masalah medis yang telah ada penting dalam menilai
risiko dan perencanaan tatalaksana pasien.
o Riwayat operasi dan perawatan di rumah sakit harus disingkirkan atau
dievaluasi.

 Cari kemungkinan terjadinya paparan terhadap lingkungan, obat-obatan yang


dikonsumsi pada trimester pertama, reaksi terhadap obat, pemakaian obat-
obatan terlarang dan terdaftar, riwayat alergi, dan pemakaian DES
(diethylstilbestrol).

 Riwayat penyakit keluarga, penyakit keturunan, cacat bawaan, dan kehamilan


ganda.

 Faktor sosial :
o Harus dievaluasi dengan baik keadaan rumah, dukungan keluarga dan
sosial, dan kemungkinan kekerasan fisik dan psikhis serta perencanaan
rujukan yang tepat bila diperlukan.
o Tidak mudah untuk memperoleh riwayat pemakaian obat atau zat
tertentu. Pemakaian zat tidak terlarang seperti rokok dan alkohol ataupun
pemakaian zat/obat terlarang, sudah tersebar di seluruh kelompok sosial
dan ras. Semua zat berbahaya tersebut mempunyai dampak merugikan
bagi proses perkembangan janin dan luaran perinatal.

 Evaluasi ulang organ tubuh yang berkaitan dengan kehamilan : mual, muntah,
nyeri perut, konstipasi, sakit kepala, serangan-serangan sinkop, perdarahan atau
pengeluaran sekret per vaginam, disuria atau sering berkemih, edema, varises,
dan hemoroid.

Pemeriksaan Fisik

 Pemeriksaan fisik lengkap dengan perhatian khusus pada sistem organ yang
berkaitan dengan temuan pada anamnesis.
o Tinggi badan, berat badan, tekanan darah, nadi, funduskopi, kelenjar
thiroid, kelenjar getah bening, paru, jantung, payudara dan abdomen,
serta tinggi fundus uteri, DJJ, ekstremitas, dan penapisan neurologis
dasar.
o Evaluasi temuan normal dan patologi kehamilan yang mungkin terjadi
melalui pemeriksaan fisik yang baik dan benar.

JJE-20080202 4
Asuhan Antenatal

 Pemeriksaan pelvik :
o Genitalia eksterna : cari bukti-bukti adanya cidera obstetri yang lalu.
o Vagina : akibat pengaruh hormonal, sekresi serviks meningkat sehingga
pH vagina meningkat, akibatnya terjadi perubahan flora bakteri vagina.
Tidak diperlukan terapi kecuali telah ditemukan infeksi spesifik (lihat
pembahasan berikut pada bab ini yang membahas Lesi dan Infeksi yang
sering terjadi). Penapisan vaginosis bakterial harus dilakukan pada
pasien berisiko tinggi terhadap persalinan preterm.
o Serviks : pemeriksaan Pap’s smear dan kultur gonorea dilakukan secara
rutin kecuali Pap’s smearnya baru dilakukan. Kultur klamidia hanya
dilakukan pada populasi risiko tinggi.
• Pelunakan dan eversio (ektropion) serviks merupakan keadaan
normal.
• Kista Nabothi tidak mempunyai dampak risiko.
• Dilatasi ostium uteri eksternum sering terdapat pada multipara
dan ini merupakan keadaan normal (benign) atau tidak
berbahaya. Bila terjadi pendataran dan pembukaan ostium uteri
internum merupakan keadaan abnormal, kecuali pada kehamilan
mendekati aterm, dan dapat merupakan tanda partus preterm
atau inkompetensia serviks.
• Abnormalitas morfologi serviks (ridges, hood atau collar), atau
adenosis vagina dapat mengindikasikan riwayat paparan DES
intrauterin. Wanita tersebut memiliki insidensi inkompetensia
serviks dan partus preterm yang lebih tinggi dan harus dilakukan
pemeriksaan dengan seksama.

o Uterus : penentuan usia gestasi berdasarkan pemeriksaan uterus pada


trimester pertama merupakan hal penting yang harus dilakukan.
• Uterus normal tidak hamil berbatas tegas, smooth, dan berukuran
sekitar 3 x 4 x 7 cm. Hingga kehamilan 5 – 6 minggu sejak HPHT
atau 4 minggu pasca konsepsi perubahan uterus dalam hal
konsistensi atau ukuran belum jelas benar.
• Usia gestasi dari HPHT dihitung berdasarkan volume (misalnya 8
minggu berukuran dua kali ukuran uterus normal; 10 minggu
berukuran tiga kali uterus normal; 12 minggu berukuran 4 kali
uterus normal). Pada kehamilan 12 minggu, uterus telah mengisi
rongga panggul sehingga fundus uteri dapat teraba setinggi
simfisis pubis. Pada kehamilan 16 minggu uterus terletak pada
pertengahan simfisis pubis dan umbilikus. Pada kehamilan 20
minggu, tinggi fundus uteri mencapai umbilikus. Setelah itu,
terdapat korelasi yang tidak akurat dalam penentuan usia gestasi
(Rumus McDonald) berdasarkan jarak dalam sentimeter antara
tinggi fundus uteri ke simfisis pubis.
• Bila setelah dilakukan sedikit koreksi terhadap faktor obesitas
dan variasi bentuk tubuh ukuran uterus berbeda ≥ 3 minggu dari
HPHT, cari kemungkinan adanya kehamilan ganda, mola
hidatidosa, miomata uteri, anomali uterus, massa di adneksa, atau
akibat kesalahan penentuan tanggal HPHT. Dalam keadaan ini,
pemeriksaan USG merupakan alat bantu diagnostik terbaik.

JJE-20080202 5
Asuhan Antenatal

• Bila besar uterus lebih kecil dari yang seharusnya dapat


mengindikasikan adanya ketidaktepatan HPHT, oligohidramnion,
atau pertumbuhan janin terhambat.

 Adneksa sulit dinilai karena kedua tuba dan ovarium ikut terangkat ke luar
rongga panggul bersamaan dengan uterus yang semakin membesar. Setiap
kecurigaan adanya massa harus dilanjutkan dengan pemeriksaan USG.

 Pelvimetri klinis dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan bimanual awal


penilaian kapasitas panggul secara umum untuk perencanaan partus per
vaginam.
o Interpretasi pelvimetri klinis memerlukan pengalaman, dan pada
dasarnya tetap tidak akurat meskipun dilakukan oleh seorang pakar
berpengalaman.
o Meskipun pelvimetri klinis masih dilakukan, dalam tatanan
pemeriksaan obstetri saat ini, pemeriksaan tersebut memberikan
terlalu banyak kesalahan positif dan kesalahan negatif (false-positive
and false-negative) dalam pengambilan keputusan klinis.
o Pelvimetri tomografi terkomputerisasi (CT) telah menggantikan
pelvimetri radiologi tradisional dalam penentuan ukuran panggul.
Pada keadaan tertentu, pelvimetri CT dapat memberikan data yang
lebih obyektif dalam pengambilan keputusan klinis, misalnya
perencanaan partus per vaginam janin dengan presentasi bokong.

Pemeriksaan Laboratorium

Adanya riwayat penyakit atau kelainan lain disamping uji penapisan rutin harus
ditindaklanjuti dengan mencari penyebabnya, sesuai dengan indikasi pemeriksaan.
 Pemeriksaan penapisan rutin awal terdiri dari pemeriksaan darah lengkap,
golongan darah dan Rhesus, penapisan antibodi, urin analisa dan kultur, uji
serologis terhadap sifilis, titer rubella, Pap’s smear, kultur gonorea dari serviks,
dan penapisan antigen permukaan hepatitis-B. Kultur klamidia dari serviks hanya
dilakukan pada kelompok berisiko tinggi.

 Streptokokus Grup-B (SGB) (Lihat Bab 23) :


o Penapisan SGB bukan merupakan indikasi pemeriksaan pada trimester
pertama ataupun berdasarkan faktor risiko.
o Semua wanita hamil harus melakukan uji penapisan SGB pada
kehamilan 35 – 37 minggu yaitu kultur dari apusan daerah rektum dan
vagina sepertiga bawah. Bila hasilnya positif, terapi antibiotika sesuai
hasil kultur, selama proses persalinan.
o Pasien dengan persalinan preterm, ketuban pecah preterm, atau demam
saat persalinan dimana tidak ada data hasil kultur, harus dilakukan kultur
dari rektum dan vagina dan diberi terapi untuk SGB sambil menunggu
hasil kultur.

 Uji Penapisan Khusus :


o Uji penapisan HIV dilakukan setelah pemberian penjelasan yang
memadai dan ada persetujuan tindak medik dari pasien. Uji ini dianjurkan
bagi semua wanita hamil, terutama pada populasi risiko tinggi.

JJE-20080202 6
Asuhan Antenatal

o Elektroforesis hemoglobin dilakukan untuk mengidentifikasi


hemoglobinopati pada wanita kelompok tertentu (spesifik) :
• Hemoglobin Sickle pada wanita Amerika-Afrika
• Thalassemia-Beta pada pasangan dari daerah Mediteranea
• Thalassemia-Alfa dari daerah Asia

o Analisis status pembawa (carrier) penyakit Tay-Sachs pada pasangan


Yahudi (Jewish).
o Kultur virus Herpes untuk penapisan tidak dianjurkan. Kultur mungkin
berguna apabila terdapat lesi aktif Herpes, dan peranannya tidak besar
dalam memprediksi risiko terhadap janin.
o Penapisan toksikologi urin dan darah dilakukan pada pemakai zat
berbahaya dan keadaan tertentu.
o Penapisan USG rutin pada janin tidak dianjurkan sebagai baku
pemeriksaan pada kehamilan tanpa penyulit kecuali atas indikasi medis.
Walaupun demikian, kebanyakan dokter menganggap pemeriksaan USG
obstetri merupakan bagian penting dalam evaluasi dan asuhan antenatal
bagi setiap wanita hamil. Memang, hampir semua wanita hamil minimal
menunjukkan adanya satu indikasi untuk pemeriksaan USG.
o Penapisan Sindroma Down dianjurkan pada kehamilan 10 – 14 minggu
memakai kombinasi pemeriksaan analisis serum, yaitu uji PAPP-A
(pregnancy associated plasma protein-A), dan β-hCG bebas (free β-
hCG), dan pemeriksaan USG untuk menilai NT (nuchal translucency).

 Uji Penapisan Midtrimester :


o Penilaian terhadap risiko sindroma Down, trisomi 18 dan 13, defek
tabung saraf terbuka, defek dinding ventral, dan kelainan lainnya yang
lebih jarang dapat dilakukan melalui pemeriksaan penapisan “tiga” atau
“empat” buah uji (triple or quad screens). Pemeriksaan ini merupakan
analisis kombinasi dari kandungan zat dalam serum sehingga dapat lebih
untuk memperkirakan nilai risikonya dibanding nilai diagnosis. Uji empat
buah (The Quad screen) saat ini lebih disukai karena kombinasi
pemeriksaan serum ibu α-fetoprotein (MS-AFP), β-hCG, estriol dan
inhibin A memberikan hasil sensitivitas yang lebih besar. Pengambilan
darah dilakukan pada kehamilan 15 – 20 minggu (lebih baik pada
kehamilan 16 – 18 minggu). Hasil abnormal harus ditindaklanjuti dengan
pemeriksaan USG dan amniosentesis.
o Pada kehamilan 24 – 28 minggu dilakukan penapisan diabetes mellitus
gestasional (DMG) melalui pemeriksaan glukosa 1 jam (pemeriksaan
glukosa 1 jam setelah pemberian 50 gram glukosa per oral).
• Kadar glukosa 1 jam > 140 mg per dl adalah abnormal dan
memerlukan pemeriksaan lebih lanjut berupa uji toleransi glukosa
3 jam dengan pembebanan 100 gram glukosa.
• Pendekatan penapisan universal dapat dipergunakan pada semua
wanita hamil yang telah ditapis.
• Alternatif lain, skema penapisan dapat dipergunakan untuk
menyingkirkan wanita hamil berisiko rendah terkena DMG bila
semua kriteria berikut ini terpenuhi :
 Usia < 25 tahun.
 Bukan anggota dari kelompok ras atau etnis dengan angka
kejadian DMG yang tinggi.

JJE-20080202 7
Asuhan Antenatal

 Indeks masa tubuh < 25.


 Tidak ada riwayat gangguan toleransi glukosa.
 Tidak ada riwayat obstetri buruk yang berkaitan dengan
DMG
 Tidak ada riwayat diabetes pada keluarga generasi
pertama.

• Wanita hamil dengan risiko tinggi terkena DMG (misalnya riwayat


terkena DMG atau janin makrosomia) harus dilakukan uji
penapisan glukosa pada kehamilan awal.

o Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit ulang dilakukan pada


kehamilan 26 – 30 minggu untuk menentukan apakah perlu dilakukan
penambahan zat besi.
o Pemeriksaan serologis ulang terhadap sifilis dianjurkan pada kelompok
risiko tinggi saat kehamilan 28 – 32 minggu.
o Pada kehamilan 28 – 30 minggu dilakukan penapisan antibodi pada
wanita hamil dengan Rhesus Negatif dan dilakukan pemberian
imunoglobulin RHo (D) (RhoGAM).
o Penapisan ulang terhadap gonorea dan klamidia pada trimester ketiga
hanya bagi kelompok risiko tinggi.

TERAPI KELAINAN DAN INFEKSI YANG UMUM TERJADI YANG MUNGKIN


MEMENGARUHI PEMERIKSAAN PANGGUL

Abses Kelenjar Bartholini

 Di daerah lateral introitus vagina tampak massa kistik, kemerahan, dan nyeri, hal
ini menunjukkan adanya infeksi dan obstruksi kelenjar Bartholini.
 Penatalaksanaan terdiri dari sitz baths, analgetika, dan bila sudah terdapat
abses lakukan insisi dan drainase. Pembentukan kista dapat disebabkan oleh
resolusi parsialis (inkomplet) dari abses. Bila abses ini berulang, setelah masa
nifas dapat dipertimbangkan untuk melakukan marsupialisasi.

Kondiloma Akuminata

 Lesi kondiloma berbentuk datar atau polipoid, hiperkeratosis, terdapat di daerah


vulva atau perineum, vagina, atau serviks, dan disebabkan oleh infeksi virus
papilloma manusia (human papilloma virus/HPV). Beberapa tipe virus lainnya
berkaitan dengan terjadinya displasia dan karsinoma epithelial.
 Kehamilan dapat menstimulasi lesi tersebut sehingga menjadi mudah berdarah.
Seksio sesarea jarang dilakukan kecuali untuk mencegah kerusakan vagina
yang luas pada waktu persalinan.
 Juga sangat sedikit data tentang risiko papiloma laring akibat penularan HPV
kepada bayi. Cara transmisi belum diketahui, dan saat ini belum ada
kesepakatan (konsensus) tentang manfaat proteksi seksio sesarea versus partus
per vaginam terhadap neonatus.
 Pengobatan pada wanita hamil lebih sulit. Pemberian larutan podophilin, asam
trikhloroasetat (trichloroacetic acid = TCA), 5-Fluorourasil (5-FU), dan terapi
imunologi harus dihindari. Krioterapi (cryotherapy), elektrokauterisasi

JJE-20080202 8
Asuhan Antenatal

(electrocauterization), atau laser dapat dipergunakan untuk penanganan lesi


eksternal.

Infeksi Virus Herpes Simpleks

 Ciri lesi Herpes adalah vesikel berukuran kecil, nyeri, terletak superfisial,
kemerahan dan membentuk ulkus.
 Pengobatan bersifat simptomatik. Pemberian antivirus seperti asiklovir,
amsiklovir, valasiklovir belum diakui, tetapi penggunaannya telah dilaporkan.
Setiap terapi harus berdasarkan pertimbangan untung rugi secara individu.
 Bila terdapat lesi pada saat partus atau ketuban pecah, lakukan seksio sesarea.

Vulvovaginitas Jamur

 Infeksi jamur (juga dikenal sebagai kandida atau ragi) memiliki ciri umum berupa
sekret vagina yang menggumpal, berwarna putih, dan terasa gatal. Struktur
hipha dapat dilihat pada sediaan basah.
 Wanita hamil yang menderita infeksi ini dapat diterapi secara aman dengan
nistatin atau mikonazol nitrat berbentuk krim atau supositoria dalam dosis biasa.
Pemberian flukonazol (Diflucan) hanya pada keadaan mengancam jiwa.

Infeksi Trikhomonas Vaginalis

 Pada infeksi ini sering ditemukan keluhan berupa vulva atau vagina terasa gatal
atau terbakar disertai sekret berbau dan berbuih. Diagnosis dibuat berdasarkan
ditemukannya trikhomonas pada sediaan basah.
 Metronidazol (Flagyl) merupakan obat terpilih tetapi kontraindikasi pada trimester
pertama karena kemungkinan terdapat efek teratogen. Klotrimazol bentuk
supositoria (sekali setiap malam selama tujuh hari) telah dipakai dalam
pengobatan, dengan perbaikan keluhan dan angka kesembuhannya mencapai
70%, tetapi dosisnya tidak boleh melebihi 2 gram. Pasangan seksual juga harus
diterapi.

Vaginosis Bakterial

 Dikenal juga sebagai infeksi Gardnerella vaginalis atau Haemophilus vaginalis,


vaginosis bakterialis menghasilkan sekret vagina yang berbau, berwarna putih
hingga abu-abu dan sedikit gatal. Ciri khas pada sediaan basah adalah
ditemukannya clue cells disertai keluarnya amine pada sediaan yang diberi
kalium hidroksida.
 Pilihan terapi saat ini adalah metronidazol tetapi penggunaannya pada
kehamilan terbatas, seperti pada pembahasan di atas. Dapat diberikan 500 mg
ampisilin selama 7 hari. Pada trimester kedua dan ketiga dapat diberikan
metronidazol, 2 x 500 mg per oral selama 5 – 7 hari. Manfaat terapi rutin pada
pasangan seksual belum terbukti berguna.
 Meskipun belum pasti, beberapa penelitian menemukan hubungan antara
vaginosis vagina dengan risiko partus preterm.

Infeksi Neisseria gonorea

JJE-20080202 9
Asuhan Antenatal

 Keluhan dapat berupa disuria, rasa terbakar, atau hanya mengeluh keluarnya
cairan dari vagina atau serviks. Kebanyakan pasien asimptomatik. Pada
pemeriksaan mikroskopik ditemukan diplokokus gram negatif intraselular, tetapi
harus dibuktikan dengan kultur kuman.
 Terapi dapat diberikan sesuai protokol umumnya, akan tetapi tetrasiklin tidak
boleh diberikan pada wanita hamil. Pasangan seksual harus diobati dan baru
dikatakan sembuh apabila dari hasil kultur tidak ditemukan kuman.
 Dianjurkan untuk juga memberikan terapi terhadap infeksi klamidia karena
tingginya angka kejadian infeksi tersebut bersamaan dengan infeksi gonorea
pada wanita (lihat pembahasan berikut).

Infeksi Klamidia trakhomatis

 Keluhan yang ditimbulkan oleh parasit intraselular ini bervariasi dari


asimptomatik hingga servisitis, pengeluaran cairan, dan rasa tidak nyaman.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil kultur khusus; pada beberapa tempat
dapat dilakukan pemeriksaan dengan hasil yang lebih cepat.
 Infeksi dapat mengenai neonatus dalam bentuk konyungtivitis atau pneumonia.
 Beri eritromisisn 4 x 250 mg – 500 mg per oral, selama 10 – 14 hari. Tetrasiklin
efektif dalam pengobatan klamidia, tetapi kontraindikasi bagi wanita hamil.
 Pasangan seksual harus diterapi, dan harus dilakukan kultur pasca terapi untuk
menyatakan kesembuhannya.

KOMPLIKASI-KOMPLIKASI

Penilaian Risiko

Penilaian risiko merupakan salah satu faktor terpenting dalam asuhan antenatal. Hal ini
merupakan keadaan yang harus selalu diperhatikan dan mencakup segala aspek medis,
sosial, dan ekonomi pasien. Pemilahan kehamilan atas risiko rendah atau tinggi
menciptakan tatalaksana dan persiapan khusus dalam asuhan antenatal.
 Risiko rendah mengimplikasikan harapan luaran yang baik, menempatkan fokus
asuhan antenatal pada upaya mempertahankan kesehatan dan masalah sosial
dibanding manajemen masalah medis spesifik.
 Risiko tinggi menunjukkan perlunya dilakukan pemeriksaan yang lebih
berkualitas, asuhan khusus, dan rujukan yang tepatguna. Harus dikenali dan
ditatalaksana dengan baik faktor-faktor yang menyebabkan risiko tinggi, yaitu :
o Riwayat penyakit terdahulu.
o Penyulit pada kehamilan terdahulu, misalnya kematian perinatal,
prematuritas, pertumbuhan janin terhambat, malformasi, penyulit
plasenta, dan perdarahan pada ibu.
o Gizi buruk.
o Timbulnya komplikasi dapat merubah kehamilan risiko rendah menjadi
kehamilan risiko tinggi.

Pemeriksaan (Rujukan) Genetik

 Kelainan kongenital dan penyakit pada janin merupakan penyebab utama


morbiditas dan mortalitas perinatal.
 Indikasi pemeriksaan (rujukan) genetik adalah :
o Pada saat prakiraan tanggal persalinan, usia ibu > 35 tahun

JJE-20080202 10
Asuhan Antenatal

o Riwayat kelainan kongenital atau penyakit keturunan pada keluarga


o Gangguan pertumbuhan atau keterbelakangan mental pada anak
terdahulu
o Penyakit keturunan yang berkaitan dengan suku bangsa (etnis)
o Pemakai atau terpapar zat teratogen
o Abortus berulang ≥ 3 kali yang terjadi berturut-turut.

ASUHAN ANTENATAL BERIKUTNYA

Pemeriksaan antenatal yang teratur memungkinkan untuk dapat dilakukannya evaluasi


secara berkala dan dapat diyakini bahwa kehamilan tersebut berjalan normal.
 Jadwal pemeriksaan antenatal pada kehamilan risiko rendah adalah setiap bulan
sampai kehamilan 32 minggu, setiap 2 minggu sampai kehamilan 36 minggu,
dan kemudian setiap minggu hingga partus.
 Pemeriksaan standar pada setiap asuhan antenatal adalah berat badan ibu,
tekanan darah, ukuran uterus (tinggi fundus uteri), auskultasi DJJ, dan evaluasi
adanya edema, proteinuria, dan glukosuria. Pemantauan gerak janin ditanyakan
setelah kehamilan 18 – 20 minggu. Pada akhir kehamilan harus dipastikan apa
yang menjadi presentasi janin.
 Lakukan pendidikan yang memadai bagi pasien pada setiap kunjungan antenatal
berkaitan dengan usia gestasi janin.
 Semua data asuhan antenatal harus dicatat pada rekam medis baku (standar).

PANDUAN BAGI PASIEN

 Nutrisi : diperlukan pendekatan secara umum (common sense approach) karena


banyaknya keterbatasan dalam pemahaman kebutuhan nutrisi pada kehamilan.
o Dianjurkan memakan makanan utama, cukup minum (terutama air),
tambahkan makanan berserat, dan pastikan kecukupan kalsium.
o Pada wanita dengan berat badan sebelum hamil normal, penambahan
berat badan normal selama kehamilan adalah 10 – 12 kg. Hal ini
seringkali dicapai melalui makanan diet seimbang yang mengandung 60
– 80 gram protein, kalori ≥ 2400, rendah gula dan lemak, tinggi serat, dan
paling sedikit perharinya minum 3 gelas susu atau produk susu. Wanita
dengan gizi kurang berisiko tinggi mengalami pertumbuhan janin
terhambat dan memerlukan penambahan berat badan yang lebih banyak
dibanding wanita normal. Penambahan berat badan yang berlebih atau
sudah obesitas sebelum hamil (> 90 kg), pada beberapa kasus
meningkatkan risiko makrosomia. Keadaan ini merupakan faktor risiko
bermakna terjadinya trauma lahir pada neonatus dan seksio sesaera.
o Tidak diperlukan pemberian rutin vitamin prenatal. Secara praktis, semua
asupan makanan yang mengandung cukup kalori dengan pertambahan
berat badan selama hamil yang sesuai, sudah menggambarkan
kecukupan mineral. Hanya ada dua kekecualian yaitu :
• Pemberian asam folat sebelum pembuahan (prakonsepsi) dan
selama trimester pertama telah terbukti menurunkan kejadian
defek tabung saraf (neural tube defect) pada janin.
• Pemberian tambahan zat besi dianjurkan setelah kehamilan 28
minggu karena peningkatan kebutuhan zat besi pada akhir
kehamilan sulit dipenuhi dengan makan seperti biasa.

JJE-20080202 11
Asuhan Antenatal

 Bekerja selama hamil : kebanyakan wanita hamil dapat bekerja dengan aman
tanpa komplikasi hingga kehamilan aterm.
o Harus dilakukan pendekatan yang tidak kaku (fleksibel) karena wanita
hamil memiliki kekurangan toleransi terhadap panas, kelembaban, polusi
lingkungan, berdiri dalam waktu lama, dan mengangkat benda berat.
o Pada keadaan berikut, wanita hamil tidak dianjurkan bekerja, yaitu
riwayat dua kali partus preterm, inkompetensia serviks, kematian janin
sekunder terhadap abnormalitas uterus, penyakit jantung derajat lebih
dari dua, sindroma Marfan, hemoglobinopathi, diabetes disertai
retinopathi atau gangguan ginjal, perdarahan pada trimester ketiga,
ketuban pecah preterm, atau kehamilan ganda setelah usia gestasi 28
minggu.

 Olahraga : bila tidak ada faktor penyulit, wanita hamil dianjurkan untuk
melakukan olahraga.
o Anjuran berolahraga harus disesuaikan dengan aktivitas pasien sebelum
hamil dan kesehatan fisik saat hamil. Atlit terlatih dapat melanjutkan
olahraganya seperti biasa tetapi harus menghindari terjadinya
peningkatan suhu tubuh atau dehidrasi.
o Jenis olahraga pada trimester ketiga harus bervariasi, hal ini untuk
menghindari beban berlebihan pada sendi lutut dan kaki. Jalan kaki,
berenang, senam hamil dapat diadaptasi untuk memenuhi kebutuhan
kebanyakan wanita hamil.

 Merokok harus dihentikan selama kehamilan.


o Penting untuk memberi penjelasan kepada pasien tentang bahaya
merokok bagi wanita hamil dan anjuran untuk menghentikannya serta
kesediannya dicatat pada rekam medis.
o Bahaya merokok bagi wanita hamil antara lain :
• Berat badan lahir rendah (BBLR)
• Partus preterm
• Abortus spontan
• Lahir mati
• Crib death (kematian bayi tiba-tiba yang tidak diketahui
penyebabnya)
• Kelainan bawaan
• Peningkatan gangguan nafas pada neonatus

o Merokok lebih dari 10 batang per hari bermakna menyebabkan bayi


berat lahir rendah.
o Pendidikan bagi pasien penting dilakukan karena banyak wanita tidak
mengetahu beratnya risiko merokok. Wanita hamil yang ingin
menghentikan merokok harus didukung oleh program atau sistem
penghentian nikotin disertai konseling atau rujukan kepada kelompok
yang biasa menangani hal tersebut.

 Konsumsi alkohol harus dihentikan pada kehamilan, termasuk pada acara sosial
dan minum hanya sekali-kali saja.
o Terdapat hubungan linear (garis lurus) antara konsumsi alkohol dengan
kerusakan janin, hal ini dapat menjelaskan kenapa meskipun hanya

JJE-20080202 12
Asuhan Antenatal

sedikit paparan janin terhadap alkohol pada acara minum sosial atau
minum hanya sekali-kali saja dapat menimbulkan kerusakan pada janin.
o Sindroma janin alkohol (SJA) terjadi akibat paparan alkohol yang lama
(kronik).
• Risiko SJA pada alkoholisme kronik adalah 20 – 40%.
• Varian SJA dapat terjadi pada peminum sosial persisten atau
peminum berlebihan
• Gejala SJA dicirikan sebagai pola abnormalitas fisik termasuk
pertumbuhan janin terhambat dan keterbelakangan mental. Hal ini
merupakan sebab penting dari pertumbuhan janin yang buruk dan
abnormalitas perkembangan janin.
• SJA terdiri dari :
 Malformasi jantung
 Anomali susunan saraf pusat, misalnya mikrosefalus dan
defek tabung saraf
 Mikrognathia, labio/palato skizis dan abnormalitas fasial
lainnya.
 Abnormalitas skeletal dan trunkus termasuk hernia
diafragmatika
 Malformasi genitourinarius

 Pemakaian sabuk pengaman saat berkendaraan pada wanita hamil sama seperti
wanita tidak hamil : bagian sabuk pengaman bagian bawah (di daerah
pangkuan) dikenakan secara pas pada posisi rendah menyilang tulang panggul;
pita bagian bahu dikenakan melewati bahu menuju bagian bawah lengan kontra
leteral, dengan kelonggaran yang cukup, kira-kira terdapat jarak sebesar tinju
tangan antara pita sabuk pengaman dengan sternum.

 Hubungan seksual : pada pasien tanpa penyulit, tidak ada pembatasan dalam
melakukan hubungan seksual. Sepanjang kegiatan tersebut nyaman dan dapat
diterima, dapat dilanjutkan kecuali timbul penyulit kehamilan (misalnya
perdarahan yang tidak terdiagnosis, partus preterm, plasenta praevia, ketuban
pecah). Pasien harus diingatkan secara khusus tentang bahaya meniupkan
udara bertekanan saat melakukan seks orogenital disebabkan adanya laporan
kejadian stroke atau kematian tiba-tiba pada wanita hamil yang melakukan hal
tersebut.

 Gerak janin pada umumnya dapat dirasakan oleh wanita hamil pada usia gestasi
18 – 20 minggu
o Secara alamiah gerak janin terjadi secara siklik dan bervariasi normal
dalam hal frekuensi dan intensitas sepanjang hari.
o Adanya gerakan janin menunjukkan janin dalam keadaan sejahtera.
o Hilangnya gerak janin atau sangat berkurangnya gerak janin seringkali
menimbulkan kekhawatiran pada ibu tetapi hal ini bukan petanda spesifik
untuk menyatakan janin dalam bahaya. Sangat spesifik, keadaan
tersebut berkaitan dengan siklus tidur janin.
o Hilangnya gerakan janin yang berkepanjangan paling baik dievaluasi
dengan test tanpa beban (non stress test/NST) dan disertai pemeriksaan
tambahan profil biofisik dengan USG.

 Tanda-tanda partus preterm

JJE-20080202 13
Asuhan Antenatal

o Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa kegiatan pendidikan bagi


pasien dapat meningkatkan deteksi dini gejala awal partus preterm.
Pengenalan dini tanda-tanda awal partus preterm oleh pasien
memungkinkan pasien segera mencari pertolongan pada tenaga medis.

o Creasy dll (1) memberikan catatan tanda bahaya partus preterm :


• Merasakan bayi ”menonjol seperti bola” selama lebih dari 30 detik
dan timbulnya lebih dari empat kali dalam satu jam.
• Timbul kontraksi atau nyeri intermiten atau sensasi diantara kedua
puting susu dan lutut lebih dari 30 detik dan berulang ≥ 4 kali
dalam satu jam.
• Sensasi seperti datang haid, terjadi secara intermiten.
• Perubahan sekresi vagina, termasuk keluarnya darah.
• Gangguan pencernaan atau diare.

 Keluhan-keluhan yang sering terjadi merupakan bagian yang penting dari suatu
kehamilan. Setelah pemeriksaan untuk menyingkirkan kondisi patologi yang
serius, pengobatan dapat ditujukan langsung untuk mengurangi keluhan.
o Sakit kepala dan punggung. Pemberian asetamninofen (Tylenol), 325 –
650 mg setiap 3 – 4 jam seringkali sudah cukup. Golongan narkotika
ringan seperti kodein hanya diberikan bila sakit kepala berat atau migrain
yang tidak sembuh dengan pengobatan biasa. Pemakaian aspirin harus
dihindari selama kehamilan (2).
o Mual dan muntah :
• Mual muntah pagi hari (morning sickness) pada trimester pertama
dapat diberi terapi simptomatik dan keluhannya dapat dikurangi
dengan cara sering makan tetapi sedikit, dan hindari makanan
yang pedas dan berminyak.
• Keluhan yang berat dan menetap mungkin memerlukan rawat
inap dan pemberian cairan intravena. Beberapa antiemesis
seperti promethazin (Phenergan), difenhidramin (Benadryl), dan
beberapa antihistamin (2) aman dipergunakan oleh wanita hamil
dan tidak ditemukan hubungannya dengan cacat bawaan.
• Bendectin, suatu antinausea tradisional bagi wanita hamil telah
ditarik dari pasaran oleh pabrik pembuatnya, tetapi sediaan lain
yang mirip telah tersedia yaitu piridoksin (vitamin B6) dan Unisom.

o Konstipasi :
• Dianjurkan memakan makanan berserat tinggi, banyak minum
dan olahraga teratur. Pelunak tinja seperti docusate sodium
(Colace) atau psyllium hydrophilic mucilloid (Metamucil) mungkin
bermanfaat.
• Laksansia ringan hanya dipergunakan terbatas dan bila cara
lainnya telah gagal.

o Varises : Dianjurkan memakai stoking penyangga dan meninggikan kaki.

o Informasi penting lainnya yang harus diketahui pasien


• Kapan dan kemana harus berkonsultasi apabila ingin bertanya
atau terdapat masalah
• Ketersediaan kelas kursus persalinan

JJE-20080202 14
Asuhan Antenatal

• Tanda-tanda awal persalinan


• Pilihan penghilang nyeri obstetri
• Indikasi seksio sesarea
• Keselamatan di rumah
• Asuhan dan pemberian makan bayi, termasuk pemberian ASI
• Jalur untuk pendidikan masyarakat / konsumen (misalnya produk-
produk keamanan untuk bayi, furnitur, tempat duduk di mobil)
• Konseling keluarga berencana

PENDIDIKAN PASIEN

 Asuhan antenatal yang efektif memerlukan pendidikan pasien.


 Salah satu keberhasilan utama dari asuhan antenatal adalah mengajak serta
pasien untuk ikut bertanggung jawab melalui partisipasi aktif pada rencana
asuhan antenatalnya.
 Bila menginginkan wanita dapat memilih dengan efektif, mereka memerlukan
informasi yang memadai tentang kehamilan dan asuhan antenatal sebelum
menjadi hamil.
 Keinginan wanita untuk dapat lebih berperan dalam pengontrolan proses
melahirkan. Untuk mencapai kontrol tersebut, mereka memerlukan informasi
yang spesifik dan diskusi interaktif dengan petugas kesehatan.
 Status ekonomi dan sistem pendukung setiap wanita harus dipelajari dan
menjadi bagian dalam perencanaan asuhan antenatal

Kepustakaan
1. Creasy RK, Gummer BA, Liggins GC. System for predicting spontaneous preterm
birth. Obstet Gynecol 1980;55:692-695.
2. Briggs GG, Freeman RK, et al. Drugs in pregnancy and lactation. 7th ed.
Philadelphia:Lippincott Williams & Wilkins; 2005.

Buku Bacaan Terpilih yang Dianjurkan


Gilstrap LC, Oh W, eds. Guidelines for prenatal care. 5th ed. Chicago: American
Academy of Pediatrics and the American College of Obstetricians and Gynecologist;
2002.

Cummingham FG, Gant NF, Leveno KJ, et al., eds. Williams obstetrics. 21st ed. New
York:McGraw-Hill; 2001.

Cefalo RC, Moos MK, eds. Preconceptional health care, a practical guide. 2nd ed. St.
Louis: Mosby; 1995.

JJE-20080202 15

You might also like