You are on page 1of 7

UTS Estetika Muhammad yusuf Habibi Masa keemasan Renaissance 1350 1660

Kata pengantar
Pertama-tama kami panjatkan puja & Puji syukur atas rahmat & ridho Allah SWT, karena tanpa Rhmat & RidhoNya, kita tidak dapat menyelesaikan tugas UTS ini dengan baik dan selesai tepat waktu. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Pak Nur Hadi selaku dosen pengampu Estetika yang membrikan materi pengerjaan tugas makalah ini. Dalam makalah ini kami menjelaskan tentang masa renaisse atau masa terlahirnya kembali nilai nilai seni. Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui. Maka dari itu kami mohon bimbingan dari teman-teman maupun dosen. Demi tercapainya hasil yang maksimal

Latar belakang Renaissance


Renaissance berasal dari bahasa Perancis yang artinya terlahir kembali, istilah ini mengandung arti bahwa terdapat sesuatu yang pernah ditinggalkan atau dilupakan orang, dan sekarang lahir atau mulai dipergunakan kembali

Renaissance merupakan adalah gerakan dimana orang merasakan kehidupan kembali dari keadaban, manusia kembali pada sumber sumber yang murni bagi pengetahuan dan keindahan, zaman ini juga berarti zaman penekanann otoritasi pemerintah yang mengekang dan mengkontrol semua kegiatan negara, Keindahan renaissance lebih banyak diarahkan pada unsur duniawi, contohnya teori menggambar, arsitektur, dan melakukan percobaan daripada mengindahkan pengetahuan yang dianjurkan oleh agama. Ilmu pengetahuan berhasil mengsempurnakan alat bahan dan bangunan untuk penciptaan karya karya seni, gambar prespektifpun sudah mulai ditemukan, lukisan masih jarang dibuat untuk pribadi, hampir semua karya masih diperuntukkan untuk umat dan gereja.

Perkembangan bidang pertumbuhan dan perdagangan berdampak unculnya kelas baru yaitu golongan pedagang dan pengusaha, kecendrungan raja rajapun beralih dari gereja ke pengusaha, dan untuk menegakkan kewibawan rasja dan bangsawan pun mendirikan bangunan bangunan megah untuk para seniman berkarya,para seniman mulai berkreasi secara bebas, membuat patung diri mereka sendiri, atau lukisan yang menggambarkan suatu peristiwa penting dalam sejarah, Maka timbullah kesenian yang tidak ada hubungannya dengan agama dan tuhan, disebut dengan kesenian profan (tidak sakral) atau sekuler (tidak ada hubungannya dengan religius), para pengusaha kaya melakukan hal yang sama, seni lukis mendapat peluang untuk berkembang (lahan bisnis), dimulai dengan lukisan potret manusia dan kemudian lukisan pemandangan alam sebagai latar belakang yang dipotret untuk kepentingan pengusaha

Humanism Renaissance

Orientasi pemikiran di zaman Renaissance ini dikenal bersifat antroposentris, yaitu segala sesuatu diukur melalui ukuran manusia, bukan lagi Tuhan. Maka, timbul gerakan Humanisme, yaitu gerakan yang ingin mengungkapkan kembali nilai-nilai kemanusiaan.
Dalam zaman Pertengahan, manusia dianggap sebagai citra Tuhan, karena merupakan makhlukNya yang paling dekat dengan Tuhan setelah dikaruniai akal. Tujuan hidup manusia adalah hidup sesuai dengan ajaran dan kehendak Tuhan. Dalam zaman Renaissance manusia dilihat melalui dua pandangan antroposentris, yaitu naturalistis dan individualistis.

Secara naturalistis, manusia dilihat menurut kodratnya sendiri, yang berbeda dengan kodrat binatang. Kodrat manusia adalah sebagai makhluk berakal budi dan berkehendak bebas; berbeda dengan binatang yang hanya mempunyai naluri. Dengan mengembangkan akal budinya, manusia dapat memiliki pengetahuan yang dalam tentang lingkungannya. Dan dengan kehendak bebasnya manusia dapat memilih, mempertimbangkan tindakannya dan mempertanggungjawabkannya. Menurut pandangan individualistis, manusia adalah suatu individu, yaitu unit yang berdiri sendiri, lengkap dalam dirinya sendiri dan karena itu sempurna. Dengan ciri ini manusia memiliki kemampuan untuk menguasai lingkungannya dan untuk selanjutnya menguasai dunia.

Keindahan di masa renaissance


Karya karya mereka bersifat neoaristotelesisme, mereka berusaha menggambar sesuai dengan kenyataan duniawi, dalam hal tersebut para seniman mempelajari anatomi manusia secara ilmiah, menurut Machelangelo apabila seniman menghasilkan karya yang sangat mirip dengan kenyataan alami, hal tersebut berarti sang seniman sedang meniru (mengimitasi) kreatifitas tuhan sehingga seniman harus memusatkan jiwa dan dan dirinya sepenuhnya kepada tuhan untuk mendapatkan inspirasi karya seninya

Ciri keindahan renaissance


adalah melepaskan norma norma perwujudan yang ditentukan oleh raja dan bangsawan yang berkuasa oleh para pendeta, kesenian masih menggunakan tema tema religius tapi seniman mengikuti selera sendiri dalam mengejar keindahan, pada ahir masa renaissance timbul kesenian profen dan kluler, prefeksi dan keutuhan teteap merupakan seni itu dikatakan indah.

Filsuf renaissance dan


Tokoh tokoh renaisans
Bidang seni dan budaya Penjelajahan Albrecht Dhrer (1471-1528) Desiserius Eramus (1466-1536) Donatello Ghirlandaio Hans Holbein (1465-1506) Hans Memling (1430-1495) Hieronymus Bosch (1450-1516) Josquin de Pres (1445-1521) Leonardo da Vinci (1452-1519) Lucas Cranach (1472-1553) Michaelangelo (1475-1564) Perugino (1446-1526) Raphael (1483-1520) Sandro Botticelli (1444-1510) Tiziano Vecelli (1477-1526) Christopher Columbus (1451-1506) Ferdinand Magellan (1480?-1521)

Ilmu pengetahuan Johann Gutenberg (1400-1468) Nicolaus Copernicus (1478-1543) Andreas Vesalius (1514-1564) William Gilbert (1540-1603) Galileo Galilei (1546-1642) Johannes Kepler (1571-1642)

Shaftesbury (1671-1713
Rasa bukan merupakan indra sendiri, tapi merupakan hal yang dwi tunggal, yaitu indra yang dapat digunakan untuk dua fungsi yang berbeda, fungsi pertama dipengaruhi sepenuhnya oleh manusia fungsi satunya anugrah langsung dari tuhan dn tidak bisa dipengaruhi manusia Untuk memperoleh keduanya dibutuhkan keikhlasan budi, tanpa keikhlasan mausia tidak mungkin bisa melakukan penilaian moralitas dan rasa

Hutcheson (1694-1746)
Kemampuan menikmati keindahan berada di dalam diri manusia sendiri, didalam sanubari manusia terkandung dalam beberapa internal sense atau indra indra dalam yaitu indra moralitas, solidaritas, rasa malu, bangga, penasaran dll Indra luar berbeda dengan indra dalam, indra luar menghasilkan presepsi dalam alat fisik, sedangkan indra dalam menghasilkan reaksi batin. Baik indra dalam maupun luar belum ada campur tangan dari pemikiran apapun, reaksi indra dalam bersifat disntrested atau tanpa kepentingan karena tidak ada pertimbangan apapun yang sempat mencampurinya

David Hume (1711-1776)


Sebelum mengetahui keindahan itu, manusia harus memperoleh pengalaman tentang ciri ciri tentang apa itu indah, dari sekin banyak orang maka bisa disimpulkan sekian banyak pengalaman tentang bagaimana rasa mereka dalam menilai keindahan , maka dapat dipetik ciri ciri indah yang mana yang dapat berlaku bagi semua. Dengan memetik ciri indah secara umum maka kita telah menuju standart of taste atau ukuran sebuah keindahan. Keindahan tidak luput dari pendidikan dan lingkungan dan itu sangat subjectif, keindahan manusia terletak ada kepribadian manusia, bukan objek yang diamatinya. David Hume menduga pada objek yang dirasakan indah itu memiliki sifat sifat tertentu yang mebangkitkan rasa indah pada manusia

Imanuel Kant (1724-1804)


Pengalaman nyata memang bisa mendapatkan standart of taste, namun hal tersebut belum menjawab pertanyaan apakah yang disebut keindahan itu. Kant juga mempersoalkan apa sebab adanya persamaan antara sekian banyak manusia terhadap bendayang diraakan indah itu

Kant berkesimpulan, bahwa bukan objek atau benda yang dinikmatinya yang memancarkan keindahan, tapi subjek yaitu manusia yang menikmatinya yang menentukan keindahan tersebut. Kant menyusun teori bahwa keindahan dalam diri manusia sudah apriori (ada dari asalnya), jiwa yang membuat manusia peka terhadap keindahan.

Daftar pus+aka
id.wikipedia.org/wiki/Abad_Renaisans
renaissance pdf karya nur rachmis world fotocopy an pak nur hadi

You might also like