Professional Documents
Culture Documents
A12
Bijak Pilih
Seafood
Ramah Lingkungan
Kami tidak mengharamkan makan ikan, tapi harap bijaksana untuk menjaga agar tidak punah, kata Aulia dari WWF.
BANDUNG Dalam sebulan terakhir, Ikan tuna, yang beberapa tahun ikan pindang deles yang dibeli sebelumnya banyak ditemukan di Yulita setiap pagi di Pasar Kordon, Selat Makassar, kian langka. Bandung, tak pernah sama ukurKepala Pelabuhan Pendaratan annya. Kadang, dengan uang Rp Ikan Paotere, Makassar, Abbas, 10 ribu, ia bisa dapat 10 ekor ikan mengatakan jumlah ikan tuna tangseukuran dua jari orang dewasa. Tapi kapan nelayan semakin sedikit. lain hari ia cuma dapat enam ekor. Bila ada yang berhasil menangTak jarang stok olahan ikan laut kap, jumlahnya hanya 2-3 ekor. untuk makanan kucing peliharaanLINGKUNGAN "Di Pelabuhan Paotere tidak ada nya itu kosong. "Kata penjualnya lagi ikan tuna," kata Abbas. "Ikan memang enggak tentu," ujar Yulita. Kini tuna dari Sulawesi Selatan bermigrasi ke ia beralih ke kepala ayam di supermarket perairan Papua dan Flores." karena harga dan pasokannya lebih stabil. Selain semakin langka, jarak tangkapDi pelabuhan ikan Pekalongan dan an semakin jauh dan ukurannya kian Cilacap, paceklik ikan laut sudah berjalan menyusut. Dibanding 10-20 tahun lalu, dua tahun. Menurut Aulia Rahman, Public nelayan kini harus berlayar hingga 3-4 Campaigner for Marine & Marine Species kilometer dari pantai. Ikan yang didapatProgramme WWF Indonesia, nelayan nya pun berukuran kecil. berdalih ikan yang biasa ditangkapnya "Beberapa jenis ikan komersial di sedang jalan-jalan ke Kalimantan hingga Indonesia sudah masuk kategori sangat Australia. tereksploitasi," kata Aulia di auditorium "Nanti September akan datang ke sini," Museum Geologi Bandung, akhir Agustus kata Aulia, menirukan ucapan nelayan lalu. Akibatnya, ukuran ikan semakin kecil. yang ditemuinya di Cilacap beberapa Boleh jadi anak ikan yang masih berusia waktu lalu. Hal serupa terjadi di Makassar. muda pun ikut dikonsumsi. Di Bandung, WWF Indonesia berkampanye tentang konsumsi makanan laut yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Kampanye yang dimulai sejak Januari 2011 ini ditujukan kepada pemerintah daerah, nelayan, dan para penggemar makanan ikan laut atau seafood. Ada enam kota sasaran kampanye tersebut, yaitu Medan, Jakarta, Surabaya, Denpasar, Makassar, dan Manado. "Berdasarkan hasil survei, jumlah pemakan seafood di daerah tersebut cukup besar," katanya. Kota lainnya, seperti Bogor dan Bandung, membidik para penggemar seafood. di kalangan anak-anak muda. Bukan hanya di Indonesia, kampanye serupa gencar dilakukan oleh WWF ke sejumlah negara, misalnya Hong Kong, Jepang, Belanda, dan Amerika Serikat. Belanda dan negara Eropa lainnya, kata Aulia, kini telah memperketat kiriman ikan laut impor. Mereka meminta produk yang bersertifikat eco label. Sertifikat itu berisi data lengkap tentang identitas nelayan, waktu pengambilan ikan, koordinat lokasi
RULLY KESUMA (TEMPO)
Mikroskop itu memang mampu membedakan atom konvensional ketika menekan sel-sel individual. Cantilever-nya sangat tipis tapi kaku untuk mengamati gerakan motorik yang sangat halus. Sistem visualisasinya khusus yang menggabungkan perangkat untuk efek yang besar. Alhasil sensitivitasnya telah ditingkatkan untuk memahami lokasi dari lingkungan yang sangat rendah getaran yang tersedia dalam membangun informasi kuantum dan nanosains di universitas. Dalam studi Moraxella, tim peneliti berhasil mengkorelasikan perincian yang rumit atom UspA1 yang diperoleh dengan kristalografi fragmen sinar-X yang terisolasi. Dari sini mereka dapat mengamati lebih dekat bakteri yang mengikat dan menginfeksi sel manusia yang menjadi targetnya. Ini membuka pintu kita memahami kompleksitas proses infeksi, kata Brady, yang hasil penelitiannya diterbitkan dalam Prosiding National Academy of Sciences terbaru. DAILYMAIL
ILMU&TEKNOLOGI
ARNOLD SIMANJUNTAK (TEMPO)
A13
Z O IN OM
Manusia Memasak Sejak 1,9 Juta Tahun Silam
CAMBRIDGE Selain hangat dan higienis, makanan yang telah direbus, dipanggang, atau dibakar biasanya memiliki rasa yang lebih enak ketimbang yang mentah. Kesadaran untuk memasak makanan ini ternyata telah dimiliki nenek moyang manusia sejak 1,9 juta tahun lampau. Ahli biologi evolusi dari Harvard University, Chris Organ, menemukan hal itu ketika menelusuri sejarah menghidangkan makanan dengan menengok perkembangan ukuran gigi dan perilaku konsumsi makanan pada pohon keluarga manusia. Mereka menyimpulkan bahwa memasak lazim dilakukan Homo erectus. Penelitian ini menunjukkan manusia mengalami adaptasi biologi untuk memasak makanan, ujar Organ. Ukuran gigi pada kerabat manusia menyimpan rahasia periode memasak
GOOGLE
penangkapan, serta jumlah tangkapan yang tercatat dalam log book. "Ini yang mulai kami sosialisasikan ke nelayan atau kelompoknya," ujarnya. Menurut WWF, hasil riset yang dilakukan sejumlah ilmuwan menunjukkan hasil tangkapan ikan sejak 1950 hingga 2000-an terus menurun. Peningkatan populasi ikan laut juga tak pernah terjadi lagi. Diperkirakan pada 2048, ikan akan habis dan laut hanya menyisakan uburubur serta plankton. "Semua ikan besar telah habis ditangkapi sekarang," kata Aulia. Eksploitasi ikan di Indonesia tercatat terjadi pada era 1970-an di perairan barat, seperti Sumatera, Kepulauan Seribu, hingga Karimun Jawa. Daerah tersebut kini masih direhabilitasi. Pada era 1990 hingga 2000-an, eksploitasi ikan bergeser ke wilayah tengah Indonesia karena di bagian barat sudah habis. "Sekarang perairan Papua, Raja Ampat, dan sekitarnya mulai dieksploitasi," katanya. WWF Indonesia kini telah memiliki panduan konsumen untuk menyantap hidangan laut yang ramah lingkungan sekaligus berkelanjutan. Dalam kertas lipat seukuran kartu voucher terdapat daftar ikan dan krustaseae, seperti
kepiting, udang, atau lobster, yang harus dihindari, dipertimbangkan, atau masuk sebagai pilihan terbaik untuk disantap. Jenis ikan yang umumnya harus dihindari dimakan yaitu bawal hitam dan putih, hiu, kakap putih, kuda laut, sembilang, telur ikan, tuna sirip biru, serta udang, kecuali udang yang ditangkap dengan bubu. Sedangkan ikan pilihan terbaik yaitu barakuda, kecuali yang ditangkap menggunakan pukat. Ikan belanak, cakalang, cumi, kembung, layang, lemuru, kembung banjar, dan salem juga dapat disantap karena populasinya di alam masih berlimpah. Demikian pula dengan ikan tenggiri, teri jengki, teripang, todak, dan tongkol. Untuk jenis ikan budi daya, seperti bandeng, kerapu bebek dan kerapu macan, kakap putih, hingga udang windu, sebaiknya dipilih yang diambil dengan cara tradisional. Khusus di Indonesia, kata Aulia, ada empat jenis ikan yang harus dihindari karena dieksploitasi besar-besaran untuk ekspor, yaitu tuna, kerapu, kakap, dan lobster. Konsumen diminta lebih bijaksana untuk mengkonsumsi keempat jenis ikan tersebut. Jika penangkapan ikan itu hasil dari pukat dan sejenisnya, WWF Indonesia menyarankan agar ikan tersebut tak
WWF
dibeli. Sebagai gantinya, protein hewani tersebut bisa diganti dengan tahu, tempe, atau ayam. Perilaku konsumen yang kritis itu, kata Aulia, dinilai ampuh untuk menyadarkan produsen dan distributor ikan. "Kami tidak mengharamkan makan ikan, tapi harap bijaksana untuk menjaga agar tidak punah," katanya.
ANWAR SISWADI | ANISWATI SYAHRIR
pada manusia. Tiga spesies manusia, yaitu Homo erectus, Homo neanderthalensis, dan Homo sapiens, mengalami penciutan ukuran geraham dalam waktu cepat. Hal itu tidak bisa dijelaskan oleh perubahan pada ukuran kepala dan rahang yang terjadi dalam waktu lama. Ilmuwan lantas melirik pada aktivitas memasak sebagai penjelasan hal ini. Makanan masak selalu lebih empuk, sehingga menghemat waktu mengunyah. Pada akhirnya geraham besar tak lagi dibutuhkan, sehingga terjadi penurunan ukuran. Dalam catatannya, Chris juga menyebutkan bahwa Homo erectus yang hidup di Afrika 1,9 tahun silam menghabiskan 6,1 persen waktunya dengan makanan. Sedangkan Homo neanderthalensis menghabiskan 7 persen. Kedua spesies ini menghemat waktunya untuk mengunyah makanan sama seperti waktu yang diperlukan manusia modern, ujarnya. Spesies manusia yang lebih tua, seperti Homo habilis dan Homo rudolfensis, menghabiskan waktunya untuk makan sebanyak 7,2 persen dan 9,5 persen. Angka itu menunjukkan bahwa manusia sebelum Homo erectus menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengunyah makanan mentah yang liat. Kemampuan memasak merupakan momen penting bagi sejarah manusia. Memakan makanan yang telah dimasak membuat manusia bisa menyerap lebih banyak kalori. Sebelumnya, para ahli terpecah mengenai kapan manusia mulai menggunakan api untuk memasak makanan. Sebagian ahli menyebutkan bahwa aktivitas memasak dimulai sekitar 400 ribu tahun lampau. Sedangkan pendapat lain mengatakan sisa api unggun ditemukan di Israel berumur 790 ribu tahun.
GUARDIAN | ANTON WILLIAM