You are on page 1of 3

1.

Ahli Pikir Hukum Alam Abad XVII Ahli yang dikatagorikan dalam zaman ini adalah Grotius, T homas Hobbes, Benedictus De Spinosa,dan John Locke.Dalam bukunya Dejure Belli ac Pacis (Hukum Perang dan Damai), Gritius berpendapat bahwa Negara timbul karena perjanjian, h anya saja berbeda dengan Marsilius. Perbedaanya , Marsilius berpendapat bahwa pe rjanjian itu terjadi karena ilham dari Tuhan, atau Tuhan sebagai causa remota, s ebaliknya Grotius berpendapat bahwa perjanjian itu terjadi karena manusia adalah makhluk social, ssehingga selalu ada hasrat untuk hidup bermasyarakat, dan lebi h penting lagi bahwa manusia mempunyai rasio. Thomas Hobbes, hidup di bawah pemerintahan Charles I dan II yang absolut e, berpendapat bahwa Negara itu berasal dari perjanjian masyarakat, sehingga teo rinya disebut Teori Perjanjian bellum omnium contra omnes, karena dalam keadaan in abstracto manusia telah memiliki sifat-sifat tertentu, yaitu: (1) concepti (C onception: persaingan) dan (2) defetio (defend: mempertahankan/membela diri); da n Gloria, ingin dipuji, dihormati, disegani. Manusia yang digambarkan dalam kead aan homo homini Kecuali tiga sifat diatas, manusia juga memiliki tiga sifat lain, yaitu (1) takut mati; (2) ingin memiliki sesuatu; dan (3) ingin mempu nyai kesempatan kerja guna memperoleh milik tersebut. Menurut Hobbes, manusia mengadakan perjanj ian untuk: (1) membentuk suatu masyarakat yang selanjutnya menjadi Negara dengan maksud agar setiap orang dapat bekerja untuk memiliki sesuatu tanpa terancam ji wanya; (2) menyelenggarakan perdamaian, sehingga setiap orang harus melepaskan k emerdekaan berdasarkan alam itu dan selanjutnya menaati perjanjian yang telah me reka buat bersama; dan (3) menunjuk seorang raja yang diserahi kekuasaan untuk m enyelennggarakan perdamaian yang mempunyai kekuasaan absolute, sehingga kekuasaa n yang ia peroleh merupakan kekuasaan langsung dari rakyat, bukan dari masyaraka t atau Negara yang didirikan dengan perjanjian tadi. Benedictus De Spinoza berpendapat bahwa peralihan dari kehidupan alami k e kehidupan yang serba terkait oleh peraturan perundang-undangan itu dimulai den gan membentuk Negara. John Lokce, dalam bukunya Two Treaties on Civil Government , berpendapat bahwa kekuasaan penguasa tidak lagi diturunkan dari Tuhan, akan te tapi dari alam kodrat dan berdasarkan rasio. John Locke juga mendasarkan teorinya pada keadaan manusia dalam alam beb as (status naturalis). Hak-hak yang dimiliki secara pribadi (hak asasi), yaitu ( 1) hak untuk hidup; (2) hak akan kebebasan atau kemerdekaan; dan (3) hak milik, hak untuk memiliki sesuatu. Dalam perjanjian itu orang menyerahkan hak alamiahny a, kecuali hak-hak alamiah yang kini dikenal sebagai hak asasi. Menurut John lo cke tugas Negara adalah (1) membuat atau menetapkan peraturan; (2) melaksanakan peraturan yang telah ditetapkan termasuk mengawasi pelaksanaan peraturan tadi; d an (3) mengatur hubungan dengan Negara lain. 2). Ahli Pikir Hukum Alam Abad X/III Para ahli pikir yang dikategorikan dalam zaman ini antara lain Montesqui eu, J.J. Montesquieu menulis tiga buku yang sangat terkenal, Letters Persanes; C onsideratinos sur les Causes de la grandeur et de la decadence des Romains; dan De I espirit des lois. Sebagaimana para ahli pikir hukum alam pada zamannya, ia berp endapat bahwa benar asaa-asas hukum terletak pada alam, akan tetapi tidak berar ti bahwa asas-asas itu hanya dapat diketemukan dengan alam pikiran yang abstrak (dunia in abstracto). Jean Jacques Rousseau menulis tiga buku yang sangat terkenal, Discours sur I ine galite parmi les homes; Letters ecrites de la Montagne; dan contract Social. Sam a seperti pendahulunya, ia menyampaikan ajaran teori perjanjian masyarakat. Ross eau berpendapat bahwa yang merupakan hal pokok dari perjanjian masyarakat itu ad alah menemukan suatu bentuk saruan yang dapat membela dan melindungi kekuasaan b ersama di samping kekuasaan pribadi dan milik pribadi, namun di pihak lain masin g-masing orang tetap mematuhi dirinya sendiri, sehingga ia tetap merasa bebas se perti sedia kala. Dalam hal ini berbeda dengan John Locke yang mengenal hak asas i sedang ia tidak. Melalui perjanjian masyarakat tiap orang melepaskan haknya dan menyerahkan semua haknya itu kepada satuannya, yaitu masyarakat. Hasil perjanjian masyarakat adal

ah: (1) terciptanya Volonte Generale (kemauan umum), yaitu kesatuan kemauan oran g-orang yang telah mengadakan perjanjian masyarakat; ini merupakan kekuasaan ter tinggi atau kedaulatan; dan karena asalnya dari rakyat maka disebut kedaulatan r akyat; (2) terbentuknya Kolektivitas (masyarakat), yaitu kesatuan orang-orang ya ng menyelenggarakan perjanjian masyarakat. Mengenai kemauan, ia mengemukakan emp at macam, yaitu (1) volonte generale, kemauan yang ditujukan kepada kepentingan umum; (2) volonte de corps, kemauan yang ditujukan kepada kepentingan golongan; (3) volonte de tous, kemauan yang ditujukan kepada kepentingan semua orang tetap i orang-orang itu tidak merupakan satu kesatuan sehingga berbeda kepentingan umu mnya; dan (4) volonte particuliere, kemauan yang ditujukan kepada kepentingan pr ibadi. Immanuel Kant berpendapat bahwa adanya Negara adalah suatu keharusan karena Nega ra harus menjamin terlaksananya kepentingan umum. Negara harus menjamin setiap w arga Negara untuk bebas di lingkungan hukum; artinya kebebasan dalam batas norma -norma yang telah ditetapkan oleh undang-undang karena undang-undang itu adalah penjelmaan kemauan umum dari rakyat. Friedrich Julius Stahl, dalam bukunya yang berjudul Die philosophie des Rechts dengan sifat teokratis sosiologis, berpendap at bahwa Negara terjadi karena perkembangan dari suatu keluarga yang bersifat pa triarchal yang menempati suatu daerah tertentu. Mac Iver, dalam bukunya The Web of Government dan The Modern State, berpendapat bahwa Negara berasal dari keluaa rga. Dalam suatu masyarakat yang masih sederhana terlihat adanya pembagian tugas . Ada pula kebiasaan yang selalu dianut (institution), ada kekuasaan (auothority ), ada kepalanya yaitu pater failies. Family itu saling menggabungkan diri sehin gga membentuk clan. Kepala dari clan itu disebut Primus Inter Pares. Kepala-kepa la itu lalu menunjuk keturunannya untuk menggantikannya, maka timbullah suatu Ru lling Family, maka diperoleh jabatan raja. Ajaran Max Iver sering disebut dengan istilah from the family to state. g. Zaman Berkembangnya Teori Kekuatan (kekuasaan) Selain teori teokrasi yang mengajarkan bahwa Negara ada karena kehendak Tuhan, juga teori perjanjian masyarakat yang mengajarkan bahwa Negara, penguasa, dan kekuasaan itu ada karena perjanjian masyarakat, maka ada teori kekuatan yan g mengjarkan bahwa hal-hal itu sumbernya adalah dari kekuatan fisik atau keunggu lan kekuasaan jika dibandingkan dengan anggota lainnya. Tokoh-tokoh yang teori i ni antara lain F. Oppenheimer, Karl Mark, Harold J Laski, dan Leon Duguit. F. Oppenheimer (1864-1943) dalam bukunya Die Sache mengatakan bahwa Nega ra adalah alat dari golongan yang kuat untuk melaksanakan suatu tertib masyaraka t terhadap golongan yang lemah dengan maksud menyusun dan membela kekuasaan dari golongan yang kuat terhadap orang-orang baik dari luar maupun dari dalam teruta ma dalam bidang ekonomi. Karl Mark (1818-1883) berpendapat bahwa Negara adalah penjelmaan dari pa ertentangan-pertentangan antar kekuatan ekonomi. Negara digunakan sebagai alat d ari mereka yang kuat, yaitu para pemilik modal dan sarana produksi, untuk menind as mereka yang lemah ekonominnya. Harold J. Laski berpendapat bahwa Negara adalah alat pemaksa atau dwang organizate untuk melaksanakan dan melangsungkan suatu system produksi yang stabi l dan pelaksanaan system produksi Leon Duguit mengatakan bahwa yang benar dan kebenaran itu mutlak yaitu b ahwa orang-orang uang paling kuat memaksakan kemauannya kepada orang lain yang d ianggap lemah. h. Teori Positivisme Tokoh aliran ini adalah Hans Kelsen, seorang ahli pikir tentang Negara d ari Austria yang kemudian menjadi warga Negara AS, yang dikenal sebagai pemimpin mahzhab Wina dan ajarannya disebut Reine Rechtslehre. Tiap Negara menurutnya ha nya dapat dipahami dan dipelajari di dalam system hukumnya. i. Teori Modern Pandangan teori moder bahwa jika kita ingin mempelajari Negara maka Nega ra itu harus dianggap sebagai suatu fakta yang terikat pada keadaan, tempat, dan

waktu tertentu. R. Kranenburg berpendapaat bahwa Negara adalah suatu organisas i kekuasaan yang dicipatakan oleh sekelompok manusia yang disebut bangsa. Jadi t erlebih dulu harus ada sekelompok manusia yang mempunyai kesadaran untuk mendiri kan suatu organisasi dengan tujuan untuk memelihara kepentingan kelompok tersebu t. Logemann berpendapat bahwa Negara adalah kekuatan yang meliputi atau menyatu kan kelompok manusia yang kemudian disebut bangsa. Jadi, pertama Negara itu seba gai organisasi kekuasaan, maka organisasi itu memiliki kewibawaan (gezab) yang m engandung pengertian dapat memaksakan kehendaknya kepada semua orang yang melipu ti oleg organisasi itu. Kranenburg menggunakan konsep bangsa dalam arti etnologi s seperti bangsa jawa, sunda, dsb. Sedangkan logomann menyamakan bangsa dengan r akyat. B. TEORI-TEORI TENTANG TENGGELAMNYA NEGARA 1. Teori Organis Teori ini memandang Negara sebagai suatu organism yang diliputi oleh huk um perkembangan hidup sejak dilahirkan, berkembang mulai dari kanak-kanak lalu m enjadi dewasa, menjadi tua, dan akhirnya mati. 2. Teori Anarkis Teori ini mengajarkan bahwa Negara adalah suaatu bentuk tata paksa yang sebenarnya hanya sesuai bagi masyarakat primitive dan tidak sesuai untuk masyara kat beradab. Terhadap teori ini ada dua maka tindakan untuk menghapus tata paksa itu pun dengan kekerasan juga yaitu dengan menghancurkan organisasi Negara itu. Pelopor teori ini antara lain Joseph Proudhon; (2) yang berpendapat bahwa masya rakat yang diharapkan itu tidak perlu dicapai dengan kekerasan melainkan dengan pendidikan dan evolusi. Penganutnya antara lain Leo Tolstoy. 3. Teori Marxis Teori ini berpendapat bahwa Negara sebagai suatu susunan tata paksa, ti dak perlu diperangi dan tidak perlu dihapus, karena ia dating dan ia lenyap deng an sendirinya menurut syarat-syarat objektifnya sendiri. Negara pada saatnya aka n lenyap dengan sendirinya, akan mati tua jika syarat-syarat bagi hidupnya sudah tidak ada lagi. Penganut teori ini antara lain Karl Marx, Reidrich Engels, dan Lenin. Menurut mereka Negara terjadi karena adanya perjuangan kelas. Perjuangan ini timbul karena adanya perbedaan kelas. Akan tetapi pada suatu saat jika masya rakat yang adil dan maknmur sudah terwujud dan tidak ada lagi perbedaan kelas se hingga tidak ada perjuangan kelas, maka dengan sendirinya Negara tidak diperluka n lagi sebagai alat sehingga lenyaplah Negara.

You might also like