You are on page 1of 38

GLOBAL WARMING

OLEH: (KELOMPOK 3) BABY ARLITA LUBIS MAHARANI GULTOM MELA DEWI M.DANIL RIFNATUL HUSNA

PENGERTIAN GLOBAL WARMING (PEMANASAN GLOBAL)

Pemanasan global adalah naiknya suhu permukaan bumi karena naiknya intensitas efek rumah kaca.

Tahun 1970-an pemanasan global hanya menjadi perdebatan para ahli.


Tahun 1987, Kongres AS mengadakan dengar pendapat dengan para ilmuwan bahwa pemanasan global perlu diperhatikan.

L APORAN I NTERGOVERNMENTAL PANEL ON C LIMATE C HANGE (IPCC) TAHUN 2001

Bahwa suhu udara global telah meningkat 0,6 derajat Celsius (1 derajat Fahrenheit) sejak 1861. Memprediksi suhu rata-rata global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 C antara tahun 1990 dan 2100. Panel setuju bahwa pemanasan tersebut terutama disebabkan oleh aktivitas manusia yang menambah gas-gas rumah kaca ke atmosfer.

P ENYEBAB P EMANASAN G LOBAL


Efek Rumah Kaca

Lapisan Bumi : -Troposfer : lapisan terendah bumi

Radiasi cahaya matahari : sinar ungu mempunyai panjang gelombang terpendek, merah terpanjang (cahaya kasat mata) Sinar tidak kasat mata : sinar , sinar X dan sinar untraviolet (UV) dengan panjang gelombang lebih pendek daripada sinar ungu; sinar inframerah dengan panjang gelombang lebih panjang dari sinar merah. Sekitar 35 % radiasi matahari tidak sampai ke permukaan bumi, terutama radiasi gelombang pendek Bagian radiasi yang dikembalikan ke ruang angkasa disebut albedo. Sekitar 65 % masuk ke troposfer, 14 % diserap uap air, debu dan gas tertentu, shg hanya 51 % yang sampai ke permukaan bumi.

Dari 51 %, 37 % merupakan radiasi langsung dan 14 % radisasi difusi (oleh molekul gas dan partikel debu). Radiasi yang diterima bumi, sebagian diserap dan yang sebagian lagi dipantulkan ke bumi.

Radiasi yang diserap bumi dipancarkan kembali oleh permukaan bumi.


Karena suhu bumi rendah, bumi memancarkan sinar bergelombang panjang, yaitu sinar inframerah.

Semua molekul gas yang terdiri atas lebih dari satu atom menyerap sinar inframerah ini.
Di atmosfer terdapat gas-gas yang terdiri dari satu atom, yaitu uap air (H2O), dan CO2, karena diserap oleh gas-gas tersebut, maka sinar inframerah tidak terlepas ke angkasa.

Panas terperangkap dalam troposfer, sehingga suhu troposfer dan suhu bumi naik, terjadilah efek rumah kaca (ERK) dan gas yang menyerap sinar inframerah tersebut disebut gas rumah kaca (GRK).
Dengan adanya ERK, suhu bumi naik, jika tidak ada ERK maka suhu bumi 18oC terlalu dingin bagi kehidupan manusia. Dengan adanya ERK suhu rata-rata bumi 33C lebih tinggi dari 18oC yaitu 15oC

P ENINGKATAN SUHU GLOBAL

Tyndall, 1850: Tipe-tipe gas yang menjebak panas tersebut terutama adalah CO2 dan uap air gas rumah kaca. Arrhenius: Jika konsentrasi CO2 dilipatgandakan, maka peningkatan temperatur permukaan menjadi sangat signifikan, meningkat sampai 1C (teori) Kenyataannya peningkatan temperatur bisa lebih dari 1C karena faktor-faktor seperti perubahan jumlah awan, pemantulan panas yang berbeda antara daratan dan lautan, perubahan kandungan uap air di udara, perubahan permukaan Bumi, atau sebab-sebab lain, alami maupun karena perbuatan manusia.

GAS RUMAH KACA (GRK)


GRK: uap air dan CO2, metana, ozon, N2O dan CFC. (CFC adalah zat buatan untuk peralatan sehari-hari). Masing-masing gas mempunyai sifat penyerapan sinar yang berbeda-beda yang disebut spektrum absorpsi. Uap air menyerap sinar inframerah bergelombang 4000-7000 nm dan CO2 bergelombang 12.500-17.000 nm, sehingga antara 700013.000 nm terdapat jendela yang dilalui sinar inframerah untuk lepas ke angkasa luar. Melalui jendela tsb. 70-90 % radiasi bumi lepas ke angkasa luar, sehingga intensitas ERK di bumi tidak berlebihan. Tetapi dengan adanya kenaikan GRK yang mempunyai spektrum absorpsi 7.000 nm dan 13.000 nm makin sedikit sinar inframerah yang dapat melalui jendela.

TABEL 1. ( MEMPUNYAI

EFEKTIFITAS

GRK

LAIN TERHADAP

CO 2

BAHAYA PEMANASAN GLOBAL DIBANDINGKAN DENGAN

CO 2 ).

Gas

Berat Molekul
44 16 137 44

Waktu Pemanasan Konstanta tinggal (th) relatif pemanasan Relatif


50 8 65 120 1 27 16000 197 1 12 6.666 473

CO2 Metan CFC N2O

Waktu tinggal gas (residence time) mempengaruhi efektivitas kenaikan suhu, makin lama waktu tinggal gas di atmosfer, makin efektif pengaruhnya terhadap kenaikan suhu. Gas yang stabil dan tidak mudah beraksi dengan zat lain akan mempunyai waktu tinggal yang lama. CO2 mempunyai laju kenaikan terendah dan CFC mempunyai laju tertinggi, akan tetapi kadar CO2 tertinggi dan emisi per tahunnya juga tertinggi, oleh karena itu CO2 mempunyai efek terbesar terhadap pemanasan global, sekitar 50 % pemanasan global disebabkan oleh CO2.

TABEL 2.SUMBER GRK


Kegiatan %

Produksi energi dan konsumsi


Konsumsi CFC Pertanian Penebangan dan pembakaran hutan Industri Total

57
17 14 9 3 100

CO2 adalah penyumbang utama gas rumah kaca.


Emisi CO2 tahun 1987 adalah 8.490 juta ton C, yaitu 5.550 juta ton C dari produksi dan konsumsi energi (65,4 %), 2.800 juta ton C dari penebangan dan pembakaran hutan (33,0 %) dan 140 juta ton C (1,6 %) dari industri semen. Sumber peningkatan konsentrasi CO2: penggunaan bahan bakar fosil, pengaruh perubahan permukaan tanah (pembukaan lahan, penebangan hutan, pembakaran hutan, mencairnya es). Peningkatan konsentrasi CH4 : 715 ppb di jaman pra-industri 1732 ppb di 1990-an 1774 ppb pada tahun 2005. Sumber utama peningkatan CH4 : pertanian dan penggunaan bahan bakar fosil. Konsentrasi N2O : 270 ppb-319 ppb pada 2005. sumber utamanya adalah manusia dari agrikultural. Kombinasi ketiga komponen utama tersebut menjadi penyumbang terbesar pada pemanasan global.

TABEL 3. E MISI CO 2

DARI PEMBAKARAN

FOSIL DAN INDUSTRI SEMEN

Negara

Emisi C (juta ton)

% dunia

Negara Maju
- Amerika Serikat

2.555,2
1.221,6

45,0
21,5

- Kanada
- Australia Eropa Timur Negara Berkembang - Indonesia

110,0
64,7 1.378,4 785,5 34,9

1,9
1,1 24,2 13.8 0,6

TABEL 4. E MISI CO 2

DARI PEMBAKARAN

HUTAN DAN KONVERSI HUTAN

Negara

Emisi C (kotor) Juta ton % dunia 42,9 7,9 5,0 0,2

Emisi C (bersih) Juta ton 540 95 61 2,6 % dunia 45,0 7,9 5,1 0,2

Brazil Indonesia India Amerika serikat

1.200 220 140 6

Data konversi dan deforestasi masih deforestasi di Indonesia, 1,5 - 2 juta ha/th.

diperdebatkan,

Emisi CO2 dari hutan ditentukan oleh data biomassa, kadar C per tipe hutan.
Tabel 5. Perkiraan Biomassa (ton/ha)

Hutan Tropika basah

Hutan Tropika Lembab

Padang rumput tropika

415,2
348,0 171,7 501,3

473,7
394,3 473,1 324,2 361,8

58
50

TABEL 6. P ERKIRAAN K ANDUNGAN K ARBON ( TON / HA )

Amerika Afrika Asia

Hutan Lembab 176-82 210-124 250-135

Hutan Musim Hutan Rawang 158-85 160-62 150-90 27-27 90-15 60-40

R ADIATIVE FORCING

IPCC, 2007: Secara rata-rata global aktivitas manusia sejak tahun 1750 menyebabkan adanya pemanasan global. Perubahan kelimpahan gas rumah kaca dan aerosol akibat radiasi matahari dan keseluruhan permukaan bumi mempengaruhi keseimbangan energi sistem iklim. Dalam besaran yang dinyatakan sebagai Radiative Forcing sebagai alat ukur apakah iklim global menjadi panas (warna merah) atau dingin (warna biru), maka ditemukan bahwa akibat kegiatan manusialah yang menjadi pendorong utama terjadinya pemanasan global.

DAMPAK PEMANASAN GLOBAL


1. Kenaikan permukaan laut

Saat atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, hal ini menyebabkan volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga mengakibatkan mencairnya es di kutub, terutama sekitar Greenland. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 25 cm (4-10 inci) selama abad ke-20, dan para ilmuwan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 988 cm pada abad ke-21.

2. Gangguan secara ekologis

Pemanasan global menyebabkan hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat.

3. Perubahan iklim

Mencairnya gunung-gunung es dan daratan menyebabkan berkurangnya es yang terapung di perairan. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju jumlahnya akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat

PENGELOLAAN DAMPAK PEMANASAN GLOBAL


1.

2.

Mengurangi emisi CO2 (penurunan produksi dan konsumsi BBF dan penurunan penebangan, pembakaran dan konversi hutan). Efisiensi penggunaan energi

3.

Pendaurulangan CO2: Peningkatan fotosintesis, penggunaan kayu awet dan biofuel. Mekanisme fleksibel (perdagangan karbon), atau kompensasi (PLTU 100 MW dengan bahan bakar batubara menghasilkan CO2, dapat diserap kembali oleh hutan Eucalyptus seluas 14.000 ha). Mengembangkan sumber energi yang tidak menghasilkan CO2 (energi angin, energi surya, energi air/mikrohidro, dan energi nuklir) Pengendalian pemanfaatan hutan Peningkatan reboisasi (HTI jenis cepat tumbuh)

P ERSETUJUAN
INTERNASIONAL

Kerjasama internasional diperlukan dalam rangka untuk mensukseskan pengurangan gas-gas rumah kaca. Pada tahun 1992, pada Earth Summit di Rio de Janeiro, Brazil, 150 negara berikrar untuk menghadapi masalah gas rumah kaca dan setuju untuk menerjemahkan maksud ini dalam suatu perjanjian yang mengikat. Pada tahun 1997 di Jepang, 160 negara merumuskan persetujuan yang lebih kuat yang dikenal dengan Protokol Kyoto.

Protokol Kyoto adalah sebuah amandemen terhadap Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), sebuah persetujuan internasional mengenai pemanasan global.
Negara-negara yang meratifikasi protokol ini berkomitmen untuk mengurangi emisi/pengeluaran karbon dioksida dan lima gas rumah kaca lainnya, atau bekerja sama dalam perdagangan emisi jika mereka menjaga jumlah atau menambah emisi gas-gas tersebut, yang telah dikaitkan dengan pemanasan global.

Jika sukses diberlakukan, Protokol Kyoto diprediksi akan mengurangi rata-rata cuaca global antara 0,02 C dan 0,28 C pada tahun 2050. (sumber: Nature, Oktober 2003)

Syarat persetujuan protokol, ia mulai berlaku "pada hari ke-90 setelah tanggal saat di mana tidak kurang dari 55 Pihak Konvensi, termasuk Pihak-pihak dalam Annex I yang bertanggung jawab kepada setidaknya 55 persen dari seluruh emisi karbon dioksida pada 1990 dari Pihak-pihak dalam Annex I, telah memberikan alat ratifikasi mereka, penerimaan, persetujuan atau pemasukan." Dari kedua syarat tersebut, bagian "55 pihak" dicapai pada 23 Mei 2002 ketika Islandia meratifikasi. Ratifikasi oleh Rusia pada 18 November 2004 memenuhi syarat "55 persen" dan menyebabkan pesetujuan itu mulai berlaku pada 16 Februari 2005.

Hingga 3 Desember 2007, 174 negara telah meratifikasi protokol tersebut, termasuk Kanada, Tiongkok, India, Jepang, Selandia Baru, Rusia dan 25 negara anggota Uni Eropa, serta Rumania dan Bulgaria. Ada dua negara yang telah menanda tangani namun belum meratifikasi protokol tersebut: Amerika Serikat meratifikasi) Kazakstan (tidak berminat untuk

Nama resmi persetujuan ini adalah Kyoto Protocol to the United Nations Framework Convention on Climate Change (Protokol Kyoto mengenai Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim). UNFCCC, yang diadopsi pada Pertemuan Bumi di Rio de Janeiro pada 1992, dinegosiasikan di Kyoto pada Desember 1997, dibuka untuk penandatanganan pada 16 Maret 1998 dan ditutup pada 15 Maret 1999. Persetujuan ini mulai berlaku pada 16 Februari 2005 setelah ratifikasi resmi yang dilakukan Rusia pada 18 November 2004.

Setelah tahun 1997, para perwakilan dari penandatangan Protokol Kyoto bertemu secara reguler untuk menegoisasikan isu-isu yang belum terselesaikan seperti peraturan, metode dan pinalti yang wajib diterapkan pada setiap negara untuk memperlambat emisi gas rumah kaca.

Para negoisator merancang sistem dimana suatu negara yang memiliki program pembersihan yang sukses dapat mengambil keuntungan dengan menjual hak polusi yang tidak digunakan ke negara lain. Sistem ini disebut perdagangan karbon. Tahun 1990, ekonomi Rusia sangat payah dan emisi gas rumah kacanya sangat tinggi. Rusia berhasil memotong emisinya lebih dari 5 persen di bawah tingkat 1990, ia berada dalam posisi untuk menjual kredit emisi ke negara industri lainnya .

Perdagangan karbon adalah mekanisme berbasis pasar yang memungkinkan terjadinya negosiasi dan pertukaran hak emisi gas rumah kaca. Mekanisme pasar yang diatur dalam Protokol Kyoto ini dapat terjadi pada skala nasional maupun internasional sejauh hak-hak negosiasi dan pertukaran yang sama dapat dialokasikan kepada semua pelaku pasar yang terlibat.

TERIMA KASIH DANKE SCHOEN

D R . RER . NAT . B INARI M ANURUNG , M.S I

You might also like