You are on page 1of 6

Anggota kelompok :

Fri yani (0702120572) Neivira Purnama Sari (0702120608) Agus Safri Atma (1002155927)

PERUBAHAN SOSIAL POLA PERUBAHAN SOSIAL POLA LINEAR Etzioni-Halevy dan etzioni (1973:3-8) mengemukakan bahwa pemikiran para tokoh sosiologi klasik mengenai perubahan social dapat digolongkan ke dalam beberapa pola. Pola pertama adalah pola linear; menurut pemikiran ini perkembangan masyarakat mengikuti suatu pola yang pasti. Contoh yang diberikan Etzioni-Halevy dan Etzioni menegenai pemikiran linear ini adalah karya comte dan spencer. Menurut comte kemajuan progresif peradaban manusia mengikuti suatu jalan yang alami, pasti, sama, dan tak terelakkan. Dalam teorinya yang dikenal dengan nama hukum tiga tahap, Comte mengemukakan bahawa sejarah memperlihatkan adanya tiga tahap yang dilalui peradaban. Pada tahap poertama yang diberinya nama tahap Teologis dan militer, Comte melihat bahwa semua hubungan social bersifat militer, masyarakat senantiasa bertujuan menundukkan masyarakat lain. Semua konsepsi teoritk dilandaskan pada pemikiran mengenai kekuatan-kekuatan adikodrati. Pengamatan dituntun oleh imajinasi, penelitian tidak dibenarkan. Tahap kedua, tahap metafisik dan yuridis, merupakan tahap antara yang menjembatani masyarkat militer dengan masyarkat industri. Pengamatan masih dikuasai imajinasi tetapi lambat laun semakin merubahnya dan menjadi dasar bagi penelitian. Pada tahap ketiga dan terakhir, tahap ilmu pengetahuan dan industri. Industri mendominasi hubungan social dan produksi menjadi tujuan utama masyarkat. Imajinasi telah digeser oleh pengamatan dan konsepsi-konsepsi teoritik telah bersifat positif. Dari apa yang telah dikemukakan Comte tersebut perubahan yang pasti, serupa, tak terelakkan, dapat kita lihat bahwa pandangannya menegenai perubahan social bersifat unliniear. Pemikiran unliniear kita jumpai dalam karya Spencer. Spencer mengemukakan bahwa struktur soaial berkembang secara evolusionerdari struktur yang homogen menjadi heterogen. Perubahan struktur berlangsung dengan diikuti dengan perubahan fungsi. Suku yang sederhana

bergerak maju secara evolusioner kea rah yang lebih besar, keterpaduan, kemajemukan, dan kepastian sehingga terjelma suatu bangsa yang beradab.

POLA SIKLUS Menurut pola kedua, pola siklus, masyarakt berkembang laksana suatu roda: kadang kala naik keatas, kadangkala turun kebawah. Contoh yang dikemukakan Etzioni-Halevy dan etzioni adalah karya Oswald Spenglerdan Vilfredo Pareto. Dalam bukunya yang terkenal, The Decline of the West, mengemukakan sebagai berikut: The great cultures accomplish their majestic wave cycles. They appear suddenly, swellin splendid lines, flatten again, and vanish dan Every cultures passes through the age-phases of the individual man. Each has its childhood, youth, manhood, and old age. Kutipan-kutipan di atas mencerminkan pandangannya bahwa kebudayaan tumbuh, berkembang, dan pudar laksana perjalanan gelombang, ya g muncul mendadak, berkembang dan kemudian lenyap, ataupun laksana tahap perkembangan seorang manusia melewati masa muda, masa dewasa, masa tua, dan akhirnya punah. Pandangan mengenai siklus kita jumpai pula dalam karya Vilfredo Pareto dalam Etzionihalevy dan Etzioni dalam tulisannya mengenai sirkulasi kaum elite, Pareto mengemukakan bahwa dalam tiap masyarakat terdapat dua lapisan, lapisan bawah atau non elite yang terdiri atas kaum aristokrat dan terbagi lagi dalam dua kelas: elite yang berkuasa dan elite yang tidak berkuasa. Menurut Pareto aristokrasi senantiasa akan mengalami ternsformasi, sejarah menunjukkan bahwa aristikrasi hanya dapat bertahan untuk jangka waktu tertentu saja dan akhirnya akan pudar untuk selanjutnya diganti oleh sutu aristokrasi baru yang berasal dari lapisan bawah. Gabungan Beberapa Pola Max Weber merupaka tokoh sosiologi klasik lain yang menurut Etzioni Halevy menghasilkan teori yang berpola siklus. Pemikiran Weber yang dinilai mengandung pemikiran siklus ialah pembedaannya antara tiga jenis wewenang : kharismatik, rasional ilegal dan tradisional. Weber melihat bahwa wewenang yang ada dalam masyarakat akan beralih alih.

Wewnang kharismatik akan mengalami rutinisasi sehingga beralih beralih menjadi wewenang tradisional atau rasional legal, kemudian akan muncul lagi wewenang kharismatik yang akan diikuti rutinisasi dan seterusna, di pihak lain, Weber pun melihat adanya perkembangan linier dalam masyarakat, yaitu semakin meningkatnya rasionalitas. Pandangan pandangan para tokoh sosiologi klasik tersebut sudah banyak ditinggalkan oleh para tokoh sosiologi modern. Meskipun banyak tokoh sosiologi modern khususnya pengamat fungsionalisme seperti Talcott Parson dan Neil J. Smelser menganut pandangan mengenai perkembangan masyarakat secara evolusioner, namun suatu perkembangan linier laksana teori tiga tahap Comte tidak dianut lagi. Meskipun dikalangan tokoh sosiologi moden pun terdapat penganut pendekatan konflik, seperti misalnya Ralf Dahrendorf, namun mereka pun sudah banyak meninggalkan banyak diantara pemikiran Marx.

Perubahan Sosial Di Abad ke 20 Giddens (1989) mengemukakan bahwa kesalingtergantungan masyarakat dunia semakin meningkat. Proses peningkatan saling ketergantungan masyrakat dunia ini dinamakannya Globalisasi dan ditandai kesenjangan besar antara kekayaan dan tingkat hidup masyarakat industri dan masyarakat dunia ketiga. Masalah globalisasi ini diulas pula oleh Waters, yang mendefinisikan sebagai A sosial process in which the constrains geography on social and cultural arrangments recede and in which people become increasingly aware that they are receding. Waters berpandangan bahawa globalisasi berlangsung di tiga bidang kehidupan, yaitu perekonomian, politik, dan budaya. Menurutnya globalisasi ekonomi berlangsung dibidang perdagangan, produksi, investasi, ideologi, organisasi, pasar modal, dan pasar kerja. Globalisasi politik terjadi dibidang kedaulatan negara, fokus kegiatan pemecahan masalah, organisasi internasional, hubungan internasional, dan budaya politik. Sedangakan globalisasi budaya terjadi dalam bidang keagamaan, etnisitas, pola pertukaran benda berharga, produksi dan distribusi gambaran sama keseluruh dunia dan pariwisata. Teori teori Modern Mengenai Perubahan Sosial

Teori teori modern yang terkenal adalah antara lain, teori teori modernisasi para penganut pendekatan fungsionalisme seperti Neil J. Smelser dan Alex Inkeles, teori ketergantungan Andre Gunder Frank yang merupakan pendekatan konflik, dan teori mengenai sistem dunia dari Wallerstein. Teori modernisasi, menganggap bahwa negara negara terbelakang akan menempuh jalan sama dengan industri maju di barat sehingga kemudian akan menjadi negara berkembang pula melalui proses modernisasi. Teori ini berpandangan bahwa masyarakat yang belum berkembang perlu mengatasi berbagai kekurangan dan masalahnya sehingga dapat mencapai tahap tinggal landas kearah perkembangan ekonomi. Teori ketergantungan, menurut teori ini yang didasarkan pada pengalaman negara negara amerika latin, perkembangan dunia tidak merata, negara negara industri menduduki posisi dominan sedangkan negara dunia ketiga secara ekonomis tergantung kepadanya. Teori sistem dunia, menurut teori ini perekonomian kapitalis disusun atas tiga jenjang : Negara inti, negara semi periferi, dan negara periferi.

PERUBAHAN SOSIAL DI ASIA TENGGARA Kontak anatar masyarakat barat dengan masyarakat pribumi yang telah mengakibatkan perubahan sosial pada masyarakat asia tenggara pun telah banyak menarik perhatian para ilmuan sosial. Kemajemukan masyarakat masyarakat asia tenggara pun telah telah memungkinkan munculnya berbagai konsep dan teori yang dilandaskan pada pengalaman khas berbagai masyarakat asia tenggara. Menurut Boeke, gejala ini disebabkan karena kapitalisme telah mengakibatkan terjadinya apa yang dianamakannya ekonomi dualistis. Dalam suatu masyarakat dualistis, menurut Boeke, kita menjumpai sejumlah antitesis, yaitu pertentangan antara : 1. faktor produksi pada masyarakat barat yang bersifat dinamnis dan pada masyarakat pribumi di pedesaan yang bersifat statis. 2. masyarakat perkotaan (orang barat) dengan masyarakat pedesaan (orang timur)

3. ekonomi uang dan ekonomi barang. 4. sentralisasi administrasi dan lokalisasi. 5. kehidupan yang didominasi mesin (pada masyarakat barat) dan yang di dominasi kekuatan alam (pada masyrakat timur) 6. dan perekonomian produsen dan perekonomian konsumen.

Menurut Evers konsep ini pun telah mendorong sejumlah ilmuwan sosial untuk menggunakannya, mengembangkannya, dan mengujinya pada masyarakat lain. Evers sendiri menilai bahwa baik Boeke maupun Furnivall menganut gambaran yang terlalu sederhana mengenai masyarakat asia tenggara.

You might also like