You are on page 1of 6

Bab I Pendahuluan Latar belakang Masalah minat baca sesungguhnya telah menjadi permasalahan sejak 28 tahun lalu.

Tepatnya ketika pada tahun 1969 anggota DPR-GR mendirikan yayasan yang berhubungan dengan masalah minat baca dan perpustakaan. Namun posisi Indonesia dalam minat baca masuh sangat memprihatinkan. Minat baca siswa Indonesia dinilai masih rendah. Indikatornya, masyarakat Indonesia lebih suka mendengarkan daripada membaca. Selain itu, bisa juga disebabkan oleh sarana bacaan yang terbatas dan lingkungan yang tidak mendukung. Baik itu dirumah , sekolah maupun pergaulan. Dirumah buku bukan menjadi kebutuhan, faktor ekonomi kadang menjadi penyebabnya. Di sekolah fasilitas terbatas berupa perpustakaan maupun guru dan kurikulum yang jarang memberi tugas yang mengharuskan siswa membaca. Siswa pun lebih suka mencatat atau mendengarkan guru dibanding membaca materi di buku. Lingkungan masyarakat yang malas membaca juga menjadi penyebab misalnya ada julukan kutu buku bagi anak yang rajin membaca yang terkesan mengejek. Lemahnya minat baca siswa dapat membuat siswa sulit memahami pelajaran dan banyak pengetahuan yang didapat dari membaca. Kesulitan ini ditandai dengan masih rendahnya pemahaman siswa memahami pelajaran. Pelanggaran etika akademik seperti pemalsuan karya, kesulitan menulis skripsi, makalah, tesis dan disertasi juga disebabkann lemahnya pemahaman dan pengetahuan akibat malas membaca. Pertanyaan Dari latar belakang diatas dapat dibuat pertanyaan. 1. Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan kurangnya minat baca siswa di Indonesia? 2. Usaha apa sajakah yang dapat dilakukan untuk menanggulangi masalah rendahnya minat baca siswa? Kegunaan Penelitian 1. Bagi siswa dapat menambah pemahaman tentang minat baca. 2. Bagi guru agar memotivasi siswa untuk gemar membaca. 3. Bagi pemerintah membantu mencari solusi meningkatkan minat baca. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui penyebab rendahnya minat baca.

2. Mencari solusi meningkatkan minat baca.

Bab II Tinjauan Teoritis

Lemahnya Minat Baca Siswa


Sabarudin Tain (Ketua Komunitas Minat Baca Indonesia) : Rendahnya minat baca atau tidak adanya minat baca di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor. Antara lain, yaitu lingkungan yang tidak mendukung. Baik itu di rumah, sekolah maupun pergaulan. Selain itu, bisa juga disebabkan oleh materi bacaan yang tidak menarik, tidak adanya budaya membaca dan juga rendahnya minat dan daya beli. Prof. Yan Sukamana (Pemerhati Masalah Minat Baca): Selama ini dikatakan bahwa minat baca anak-anak rendah padahal mungkin karena tidak ada kesempatan saja. Yang harus dibicarakan bukan masalah keadaan tapi fasilitas, misalnya buku yang murah dijangkau, tidak mahal dan kalaupun menyewa tidak mahal, mereka akan terdorong untuk membaca. Taufik Ismail (Pemyair): Lemahnya budaya baca siswa di Indonesia tidak sepenuhnya karena lemahnya minat siswa untuk membaca. Namun lebih karena kurangnya perhatian yang diberikan pemerintah. Pemerintah kurang memberlakukan kebijakan budaya membaca bagi siswa, misalnya tidak ada target berapa buku per-tahun yang dapat ditamatkan siswa. Daan Tulalessy (Staf Pusat Perbukuan Sekretaris Jendral Depdiknas): Wawasan masyarakat Indonesia terhadap membaca masih rendah. Masyarakat kita masih tersendat pada tradisi mendengarkan dan menutur. Belum beralih ke masyarakat maju yang suka membaca dan menulis.

Bab III Pembahasan

Lemahnya Minat Baca Siswa


Minat Baca di Indonesia Minat baca masyarakat Indonesia dinilai masih rendah. Indicator lemahnya minat baca tersebut dapat dilihat dari ratio perbandingan penduduk dan surat kabar. Perbandingan mencapai 1:43. Artinya jumlah penduduk yang mencapai 270 juta jiwa, sedangkan jumlah surat kabar hanya 4,8 juta. Perbandingan tersubut sangat jauh jika dibandingkan dengan Negara tetangga atau Negara asia lainnya, pada tahun 2010. Perbandingan penduduk dan surat kabar di Malaysia hanya 1: 8,1 apalagi Jepang rasioanya hanya 1:1,74. Dengan Negara India saja Indonesia masih kalah, di India rationya bias mancapai 1:38,4. Akibatnya, posisi Indonesia dari aspek penilaian Human Development Indeks (IPM), pada tahun 2011 menempati urutan yang cukup randah. Begitu juga kategori The Politic Economic Risk Constitution (PERC). Indonesia menempati urutan ke 12 dari 12 negara. Rendahnya minat baca berdampak terciptanya masyarakat yang tidak kritis dan cerdas. Membuat masyarakat tidak obyektif, sulit dipersatukan dalam bertukar pikiran dan berbeda pendapat. Dan juga tercipta masyarakat sok tau dan cepat pikun pada masa tua. Bagaimana dengan minat baca siswa di Indonesia? Berdasarkan hasil penelitian Programme for International Student Assessment (PISA) , diketahui bahwa minat baca siswa kita rendah. Jika dibandingkan dengan Negara-negara di Asia Timur, siswa Indonesia termasuk paling rendah. Dari 42 negara yang di survey, siswa Indonesia menduduki peringkat ke 39, sedikit diatas Albania dan Peru. Kemampuan siswa kita itu masih dibawah siswa Thailand yang menduduki peringkat ke 32. Demikian pula dengan penguasaan materi yang tersaji dalam bahan bacaan. Rendahnya kemampuan memahami materi karena rendahnya minat baca sangat beriumbas dengan rendahnya kualitas SDM. Bagaiman kita mau bersaing dengan Negara lain jika kualitas SDM kita rendah. Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Minat Baca 1. Budaya Membaca Budaya baca adalah suatu sikap dan tindakan atau perbuatan untuk membaca yang dilakukan secara teratur dan berkelanjutan. Pembinaan minat baca yang dilakukan sejak dini, akan berkelanjutan hingga dewasa dan menjadi suatu kebuuhan tersendiri. Pada masyarakat Indonesia kebiasaan membaca belum menjadi budaya seperti di luar negeri. Masyarakat Indonesia lebih suka mendengarkan dan berbicara daripada membaca. Ini menjadi tantangan tersendiri dalam meningkatkan budaya membaca. Budaya ini perlu diupayakan dalam menuju masyarakat gemar membaca. Rendahnya budaya membaca pada siswa terlihat di kelas saat tidak ada pelajaran siswa lebih memilih mengobrol dengan temannya disbanding membaca. Di lingkungan rumah pun anak-anak malas membaca

karena orangtuanya tidak gemar membaca atau kurang bacaan di rumah. Ditambah lagi buku bukan merupakan kebutuhan. 2. Kemajuan Teknologi Perkembangan pada era globalisasi ini, informasi sangata memegang peranan penting dalam kehidupan. Teknologi yang serba canggih menutut para pemakai informasi mampu mengikuti setiap perkembangan yang ada. Fasilitas telekomunikasi berupa handphone dan internet merupakan salah satunya. Bagai pedang bermata dua kemajuan teknologi membawa dampak positif dan negative. Di satu sisi teknologi sangat mempermudah para pencari informasi. Sisi negatifnta siswa menjadi malas karena terbiasa dengan sesuatu yang cepat. Dilain pihak banyak hiburan dan beragam fasilitas yang ditawarkan membuat aktivitas membaca dan belajar menjadi tidak menarik. Banyak prpustakaan yang kehilangan pengunjung karena para pembaca memilih ke warnet. Masyarakat pun lebih memilih mengisi waktu luanngnya dengan beragam hiburan yang ada daripada membaca. Ditambah lagi maraknya televisi yang membuat orang malas membaca. Hal ini banyak kita jumpai di tempat-tempat umum, disana lebih banyak orang berbicara dan menonton televise daripada membaca. 3. Kurangnya Sarana dan Prasarana Perpustakaan adalah salah satu sarana yang strategis dalam mengembagkan budaya membaca terutama perpustakaan sekolah bagi siswa. 4. Mahalnya Harga Buku Tingginya biaya produksi buku, karena semua pajak yang berkaitan dengan produksi buku dibebankan kepada konsumen. Sehingga, buku di Indonesia termasuk mahal. Apalagi masyarakat yang berpenghasilan pas-pasan. Maka keterbatasan jangkauan dan prioritas kebutuhan juga salah satu penyebab rendahnya minat baca. Rendahnya minat baca diikuti variable ikutannya, seperti daya beli, kondisi perpustakaan dan industri perbukuan. Orangtua yang anaknya pergi ke sekolah tidak bias ditempuh dengan jalan kaki saja, setiap hari masih memikirkan ongkos kendaraannya. Apalagi berpikir untuk membeli buku adalah suatu hala yang luar biasa. 5. Dukungan Pemerintah Lemahnya budaya baca di Indonesia tidak sepenuhnya karena lemahnya minat siswa untuk membaca, namun lebih karena kuarangnya perhatian yang diberikan oleh pemerintah. Pemerintah kurang memberlakukan kebijakan budaya membaca bagi siswa. Sehingga, tidak ada target berapa buku per-tahun yang dapat ditamatkan siswa. Peran pemerintah dalam meningkatkan minat baca sangat besar. Pemerintah dapat mendoronng masyarakat minat baca dengan menyadiakan sarana dan infrastruktur dan berbagai kebijakan. Kebijakan pemerintah yang mendukung minat baca seperti penghapusan pajak buku sehingga bukku menjadi murah, subsidi untuk buku dan memberikan dana untuk perpustakaan.

Upaya-upaya meningkatkan minat baca


Membaca adalah aktivitas yangsangat bermanfaat. Berdasarkan sebuah studi aktivitas membaca ternyata mampu meningkatkan fungsi otak manusia. Manusia sejak lahir sudah dibejkali dengan 100-200

milyar sel otak yang telah siap berkembang secara optimal. Sel-sel didalam otak ini akan berkembang lebih tinngi jika ditunjang aktivitas membaca karena adanya akselerasi proses berpikir. Untuk bisa membaca, yang didahului dikuasainya melek huruf , tau bunyi sebuah tulisan dan huruf yang dibaca. Meski angka melek huruf di Indonesia sudah tinggi (87,7% ditahun 2008). Masyarakat kita masih terhenti pada tataran melek huruf. Tahapan selanjutnya dalam proses membaca masih terabaikan. Hal ini berdampak pada rendahnya wawasan dan kurang berpikir kritis. Mengetahui seberapa pentingnya membaca maka, sangat diperlukan upaya dama meningkatkan minat baca. Mengenai hal itu, berikut berbagai upayta-upaya yang kongkrit dlam meningkatkan minat baca siswa.

A. Menciptakan Masyarakat Sadar Baca Menciptakan masyarakat sadar baca memang sulit ditengah budaya bertutur dan mendengar masyarakat Indonesia. Membaca harus dikondisikan sebagai kegiatan yang menyenangkan dan tidak membosankan. Sehingga, membaca menjadi salah sau hobi siswa. Upaya-upaya yang bisa dilakukan yaitu membuat buku tidak berjarak dengan siswa. Mengkondisikan gemar membaca dapat dilakukan dengan membiasakannya misalnya, siswa disuruh membaca sebelum pelajaran dimulai atau member tugas yang mengharuskan siswa untuk membaca. Lingkungan juga memegang peranan penting dalam mengembangkan minat baca. Siswa akan gemar membaca bila lingkungan mendukung baik orangtua dan pergaulannya maka, anak itu akan gemar membaca. B. Dukungan Lingkungan Kegemaran membaca harus didukung oleh segenap lapisan masyarakat serta tersedianya sarana dan prasarana yang manunjang dalam kegiatan belajar mengajar. Pemerintah sebaiknya memeri dukungan penuh pada perpustakaan sebagai sarana belajar. Dukungan bagi siswa untuk gemar membaca didapat dari:

You might also like