You are on page 1of 10

BIODIESEL

(ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah alat dan mesin pengolahan hasil pertanian)

Oleh: Lisrestu Rahayu (NIM 1000198)

Pendidikan Teknologi Agroindustri Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia 2011

A. Pengertian Biodisel Biodiesel merupakan salah satu jenis biofuel (bahan bakar cair dari pengolahan tumbuhan). Biodiesel didefinisikan sebagai metil ester yang diproduksi dari minyak tumbuhan atau hewan dan memenuhi kualitas untuk digunakan sebagai bahan bakar di dalam mesin diesel (Vicente dkk, 2006). Sedangkan minyak yang didapatkan langsung dari pemerahan atau pengempaan biji sumber minyak (oilseed), yang kemudian disaring dan dikeringkan (untuk mengurangi kadar air), disebut sebagai minyak lemak mentah (Soeradjaja, 2005). Minyak lemak mentah yang diproses lanjut guna menghilangkan kadar fosfor (degumming) dan asamasam lemak bebas (dengan netralisasi dan steam refining) disebut dengan refined fatty oil atau straight vegetable oil (SVO) (Soeradjaja, 2005). Biodiesel merupakan cairan dengan jenis warna yang bervariasi antara kuning keemasan hingga cokelat gelap tergantung dari bahan baku yang digunakan. Biodiesel memiliki titik didih tinggi dan dan titik uap yang rendah. Titik pembakaran biodiesel (>130 C, >266 F) sangat signifikan lebih tinggi dari petrodiesel (64 C, 147 F) atau premium (45 C, -52 F). Biodiesel memiliki kepadatan ~ 0.88 g/cm, lebih rendah dari air. Biodiesel mempunyai rantai karbon antara 12 sampai 20 serta mengandung oksigen. Adanya oksigen merupakan faktor pembeda dari biodiesel dengan petroleum diesel (solar) yang komponen utamanya hanya terdiri dari hidro karbon. Jadi komposisi biodiesel dan petroleum diesel sangat berbeda. Biodiesel terdiri dari metil ester asam lemak nabati, sedangkan petroleum diesel adalah hidrokarbon. Biodiesel tidak mengandung nitrogen atau senyawa aromatik dan hanya mengandung kurang dari 15 ppm (part per million) sulfur.

Biodiesel mengandung sekitar 11 % oksigen dalam persen berat yang keberadaannya mengakibatkan berkurangnya kandungan energi (LHV menjadi lebih rendah bila dibandingkan dengan solar) namun menurunkan

kadar emisi gas buang yang berupa karbon monoksida (CO), hidrokarbon (HC), partikulat dan jelaga. Kandungan energi biodiesel sekitar 10 % lebih rendah bila dibandingkan dengan solar. Efisiensi bahan bakar dari biodiesel kurang lebih sama dengan solar, yang berarti daya dan torsi yang dihasilkan proporsional dengan kandungan nilai kalor pembakarannya. Energi yang dihasilkan oleh biodiesel relatif tidak berbeda dengan petroleum diesel (128.000 BTU vs 130.000 BTU), sehingga engine torque dan tenaga kuda yang dihasilkan juga sama. Walaupun kandungan kalori biodiesel serupa dengan petroleum diesel, tetapi karena biodiesel mengandung oksigen, maka flash pointnya lebih tinggi sehingga tidak mudah terbakar. Biodiesel juga tidak menghasilkan uap yang

membahayakan pada suhu kamar, maka biodiesel lebih aman daripada petroleum diesel dalam penyimpanan dan penggunaannya. Di samping itu, biodiesel tidak mengandung sulfur dan senyawa benzena yang karsinogenik, sehingga biodiesel merupakan bahan bakar yang lebih bersih dan lebih mudah ditangani dibandingkan dengan petroleum diesel.

B. Proses Produksi Biodisel Bahan baku utama untuk pembuatan biodiesel antara lain minyak nabati, lemak hewani, lemak bekas/lemak daur ulang. Semua bahan baku ini mengandung trigliserida, asam lemak bebas (ALB) dan zat-pencemar dimana tergantung pada pengolahan pendahuluan dari bahan baku tersebut. Sedangkan sebagai bahan baku penunjang yaitu alkohol. Pada ini pembuatan biodiesel dibutuhkan katalis untuk proses esterifikasi, katalis dibutuhkan karena alkohol larut dalam minyak. Biodiesel dibuat melalui suatu proses kimia yang disebut

transesterifikasi (transesterification) dimana reaksi antara senyawa ester dengan senyawa alkohol. Proses ini menghasilkan dua produk yaitu metil esters (biodiesel) dan gliserin (pada umumnya digunakan untuk pembuatan sabun dan lain produk). Proses pembuatan biodiesel terdiri atas dua proses, yaitu proses satu tahap dan proses dua tahap. Proses satu tahap artinya

pengolahan biodesel langsung pada proses esterifikasi alkalin, tidak melewati proses esterifikasi asam karena bahan baku minyak yang

digunakan merupakan minyak yang telah diproses (refined fatty oil) dengan kadar air dan asam lemak bebas yang rendah. Sedangkan proses dua tahap yaitu proses pembuatan biodiesel yang mengalami dua kali proses esterikasi, yaitu esterifikasi asam dan esterifikasi alkali. Hal ini disebabkan apabila bahan baku yang digunakan adalah minyak mentah yang mengandung kadar asam lemak bebas (free fatty acid) tinggi, yakni lebih dari 2%. Proses satu tahap pada dasarnya terdiri atas empat langkah, yaitu pertama pencampuran katalis alkalin (umumnya sodium hidroksida atau potassium hidroksida) dengan alkohol (umumnya methanol).

Kemudian, setelah katalis alkalin dan alkohol bercampur, maka campuran ini dicampur kembali dengan dengan minyak. Pencampuran ini dilakukan di dalam wadah yang yang dilengkapi pengaduk (baik magnetik maupun motor elektrik) dengan kecepatan konstan (umumnya pada 600 rpm putaran per menit). Adanya pengaduk sangat mempengaruhi terjadinya reaksi methanolisis secara menyeluruh di dalam campuran. Reaksi

methanolisis ini dilakukan sekitar satu sampai dua jam. Pencampuran juga temperaturnya harus dipertahankan pada suhu sekitar 40 - 60oC. Setelah reaksi methanolisis berhenti, campuran didiamkan. Perbedaan densitas senyawa di dalam campuran akan mengakibatkan separasi antara metil ester dan gliserol. Teknik separasi yang digunakan untuk memisahkan metil ester dari gliserol yaitu teknik separasi gravitasi. Terakhir, metil ester yang merupakan biodiesel kemudian dibersihkan menggunakan air distilat untuk memisahkan zat-zat pengotor seperti metanol, sisa katalis alkalin, gliserol, dan sabun-sabun. Oleh karena densitas air lebih tinggi

dibandingkan dengan metil ester, maka prinsip separasi gravitasi berlaku kembali, yang menyebabkan posisi air berada di bagian bawah sedangkan metil ester di bagian atas.

Proses dua tahap dalam produksi biodiesel maksudnya adalah mengalami dua tahap proses esterifikasi, yaitu esterifikasi asam dan dilanjutkan dengan esterifikasi alkalin. Esterifikasi asam merupakan proses pendahuluan menggunakan katalis asam untuk menurunkan kadar asam lemak bebas hingga sekitar 2%. Sedangkan esterifikasi alkali merupakan proses transesterifikasi terhadap produk tahap pertama di atas menggunakan katalis alkalin. Kedua proses esterifikasi di atas dilakukan pada temperatur 40-50oC. Esterifikasi dilakukan di dalam wadah berpengaduk magnetik dengan kecepatan konstan. Adanya pengaduk diperlukan untuk memastikan terjadinya reaksi di seluruh bagian reaktor. Produk esterifikasi alkalin berupa metil ester yang terdapat di bagian atas sedangkan gliserol terdapat di bagian bawah hal ini disebabkan oleh perbedaan densitas. Setelah dipisahkan dari gliserol, metil ester tersebut selanjutnya dicuci dengan air distilat panas. Air pencuci memiliki densitas yang lebih tinggi dibandingkan metil ester, sehingga air pencuci juga akan terpisahkan dari metil ester dan berada di bagian bawah reaktor. Metil ester yang telah dimurnikan merupakan biodiesel dan selanjutnya bisa digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel.

1. Reaksi Estrifikasi

Reaksi esterifikasi merupakan kimia antara methanol (ethanol) dan Free Fatty Acid , 1 kg FFA ditambah 0,1 kg methanol menghasilkan 1 kg biodiesel dan 0,1 air. Reaksi ini memerlukan 1 % katalis (seperti H2SO4 dan HCl).

2. Reaksi Transesterifikasi

Reaksi transesterifikasi dibuat dengan reaksi kimia antara methanol (ethanol) dan minyak. 100 kg minyak ditambah dengan 10 kg methanol menghasilkan 100 kg biodiesel dan 10 kg glicerin. Raeksi

transesterifikasi memerlukan 1% katalis basa (seperti NaOH dan KOH).

3. Diagram Proses Produksi Biodiesel


Minyak nabati

Transesterifikasi

Esterifikasi

Katalis alkalin+alkohol

Asam sulfat+alkohol

pencampuran katalis alkali, alkohol+minyak nabati

Asam sulfat, alkohol+katalis alkali

Pemisahan/reaksi metanolisis

Pencampuran asam sulfat, alkohol, katalis alkali+minyak nabati Pemisahan /reaksi metanolisis

Metil ester

Gliserol

Distilasi/pencucian

Metil ester

Gliserol

Distilasi/pencucian Biodiesel

C. Kelebihan dan Kekurangan Biodiesel Sejauh ini, keuntungan terbesar didapatkan dengan penggunaan biodiesel adalah sifatnya yang dapat diperbaharui dan tidak beracun. Hal ini menjadikannya sebagai bahan bakar alternatif pembangkit listrik paling ramah yang tersedia saat ini. Dalam sebuah penelitian di Departemen Energi Amerika Serikat mengungkapkan bahwa penggunaan bahan bakar biodiesel dapat mengurangi emisi karbon dioksida disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil sebesar 75 persen. Manfaat lainnya, bahan bakar biodiesel tidak mengandung bahan kimia beracun, seperti belerang, yang menyebebkan terjadinya emisi berbahaya. Bahkan, jika digunakan setiap hari menggantikan bahan bakar fosil, bahaya seperti hujan asam bisa dihilangkan. Selain itu, bahan bakar biodiesel dapat dengan mudah dioperasikan pada mesin diesel standar, jadi tidak perlu merubah atau memodifikasi mobil diesel yang dimiliki untuk menggunakan bahan bakar biodiesel. Biodiesel dapat dibiodegradasi atau mudah diuraikan oleh bakteri. Memiliki bilangan setana yang tinggi, dan terdapat dalam fase cair. Disamping kelebihan yang dimilikinya, biodiesel juga memiliki beberapa kekurangan. Pertama, kandungan energi biodiesel diketahui 11 persen lebih kecil dari bahan bakar diesel yang berbasis minyak bumi. Ini berarti kapasitas pembangkit listrik dari mesin yang digunakan akan menurun jauh ketika menggunakan biodiesel. Kelemahan kedua yang terdapat pada biodiesel adalah memiliki kualitas oksidasi yang buruk sehingga biodiesel dapat menyebabkan beberapa masalah serius ketika disimpan. Bila disimpan untuk waktu yang lebih lama, biodiesel cenderung berubah menjadi gel (seperti minyak goreng yang disimpan di kulkas), yang dapat menyebabkan penyumbatan berbagai komponen mesin. Biodiesel juga dapat mengakibatkan

pertumbuhan mikroba, sehingga menyebabkan beberapa kerusakan pada mesin.

Ketiga, dampak paling serius yang dihadapi dengan penggunaan biodiesel adalah kelangkaan pangan akibat dialihkannya tanaman yang biasa dikonsumsi untuk dijadikan bahan bakar. Tanaman seperti tebu, jagung, kelapa sawit dan beberapa jenis komoditas lainnya cenderung mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan akibat dijadikan biodiesel.

D. Mesin yang Digerakan Biodiesel Biodiesel diciptakan sebagai bahan pengganti kebutuhan solar. Fungsi biodisel sama dengan solar, yang membedakan hanya bahan baku dari keduanya saja. Jadi, mesin yang dapat digerakkan menggunakan bahan bakar solar, mungkin dapat digerakkan juga dengan menggunakan bahan bakar biodiesel. Mesin tersebut diantaranya mobil, genset, dan mesin pertanian mulai dari mesin pengairan, pengolahan tanah, penyemaian, penanaman, pemanenan, dan penyimpanan hasil pertanian, serta mesin produksi hasil pertanian seperti mesin pemarut kelapa, mesin pemipil jagung, dan mesin penggiling padi.

E. Nilai Ekonomis Biodiesel dibandingkan Bahan Bakar Lain Ketersediaan minyak bumi semakin terbatas, diperkirakan untuk beberapa tahun mendatang, Indonesia juga akan menimpor minyak. Hal ini dirasakan tidak ekonomis. Kecenderungan konsumsi energi fosil yang semakin besar, energi mix yang masih timpang, dan harga minyak dunia yang tidak menentu merupakan masalah energi nasional. Oleh karena itu, biodiesel sebagai bahan bakar minyak nabati yang dapat diperbaharui merupakan bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar minyak bumi yang tidak dapat diperbaharui. Dengan demikian, penggunaan bahan bakar biodiesel akan mengurangi biaya impor.

F. Aplikasi pada Produk Pertanian Mesin produksi pertanian yang digerakan oleh bahan bakar biodiesel adalah mesin pemipil jagung. Pemipilan jagung merupakan salah satu kegiatan pascapanen yang apabila dilakukan secara manual akan membutuhkan waktu yang lama dan tenaga yang ekstra. Mesin pemipil jagung ini terdiri atas feed trough yaitu lubang tempat memasukkan jagung yang akan dipipil. Threhing drum yaitu drum yang dilengkapi dengan gigi dan merupakan bagian yang berputar. Bagian ini berfungsi untuk memipil. Concave yaitu komponen dimana jagung akan pada permukaannya sehingga biji jagung terlepas dari tongkolnya. Screen yaitu komponen dari mesin pemipil yang berfungsi untuk memisahkan biji dengan kotoran yang mempunyai ukuran yang lebih besar dari biji. Fan yaitu komponen yang berfungsi untuk menghembuskan kotoran yang berupa benih pecah, sisa tanaman, ataupun kotoran yang relatif lebih ringan dari biji. G. Prinsip Kerja Mesin Cara kerja mesin pemipil jagung dalam proses pemipilan jagung dari tongkolnya yaitu karena adanya beban pukul (impact) pada jagung

bertongkol dan gigi pemipil serta terjadinya beban gesekan antara jagung dengan sarangan ( concave) atau jagung dengan jagung. Adapun cara penggunaan mesin pemipil jagung yaitu sebelum mesin penggerak dibunyikan, periksa terlebih dahulu bahan bakar yaitu biodiesel, minyak pelumas,dan baut/mur pengikat komponen mesin. Selanjutnya buka kran bahan bakar mesin penggerak ke arah ON, lalu tuas cuk ke kiri, posisi tertutup. Kemudian pasang saklar mesin penggerak ke posisi ON, tarik starter sampai terasa adanya tegangan dan kejutkan kuat-kuat. Setelah mesin penggerak berbunyi (hidup) pindahkan tuas cuk ke posisi yang terbuka. Yang terakhir, naikkan tuas pengatur.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pertanian. 2004. Alat Pemipil Jagung untuk Benih. Lembar Informasi Pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tengggara Barat. Terhubung berkala. [diunduh 22 Februari 2012]. Irmarlenz. 2010. Kelebihan dan Kekurangan Biodiesel. Terhubung berkala: http://irmalenz.wordpress.com/2010/09/22/kelebihan-dan-kekurangan-biodiesel/. [diunduh 18 Februari 2012]. Musanif Jamil. _____. Biodiesel. Terhubung berkala. [diunduh 18 Februari 2012]. Perangin Alim._____. Biodiesel Alternatif Pengganti Bahan Bakar Minyak Bumi. Universitas Darma Agung. Medan. Terhubung berkala. [diunduh18 Februari 2012]. Raharjo Samsudi, Drs. 2007. Analisa Performa Mesin Diesel dengan Bahan Bakar Biodiesel dari Minyak Jarak Pagar. Fakultas Unimus Semarang. [diunduh berkala 18 Februari 2012]. Rahayu Martini. 2010. Proses Produksi Biodiesel. Terhubung berkala. [diunduh 18 Februari 2012]. Soeradjaja, T. H. 2003. Energi Alternatif Biodiesel. Tri Budiman Bambang. 2004. Penggunaan Biodiesel sebagai Bahan Bakar alternatif. Serpong. Terhubung berkala. [diunduh 18 Februari 2012]. Vicente, G., Martinez, M., Aracil, J. 2006. A comparative study of vegetable oils for biodiesel production in Spain, Energy & Fuels.

You might also like