You are on page 1of 36

PROPOSAL PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PETERNAKAN SAPI KELOMPOK TANI TERNAK BINA MANDIRI

DESA MAJASTO KECAMATAN TAWANGSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

Kelompok Tani Ternak Bina Mandiri Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo

KATA PENGANTAR Konsumsi daging sapi yang terus meningkat dari tahun ke tahun mengakibatkan stok sapi yang cukup, akan tetapi kapasitas produksi daging sapi masih sangat jauh untuk mencukupi kebutuhan masyarakat. Hal ini menyebabkan perlunya peningkatan usaha ternak sapi yang besar di pedesaan guna mencukupi kebutuhan masyarakat akan daging sapi dan sebagai upaya menuju swasembada daging. Usaha agribisnis sapi di pedesaan masih jarang ditekuni dan pengelolaannyapun masih sangat sederhana. Untuk itu diperlukan teknologi untuk menunjang peningkatan produksi daging sapi. Terdapat beberapa alternative teknologi yang dapat diterapkan untuk memacu produksi daging dengan meningkatkan kualitas pakan, manajemen pemeliharaan dan pengendalian penyakit hewan. Selain produk daging sapi, usaha agribisnis ternak sapi dapat menghasilkan produk sampingan yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Hal inilah yang mendukung usaha agribisnis ternak sapi untuk dikembangkan. Dengan adanya Sarjana Masuk Desa (SMD) diharapkan dapat membantu terwujudnya swasembada daging dalam negeri.

Sukoharjo,

Maret 2008 Calon SMD

Kelompok Tani Ternak Bina Mandiri Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................. BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1.1 Latar Belakang...................................................................... 1.2 Tujuan .................................................................................. 1.3 Sasaran ................................................................................. ASPEK TEKNIS......................................................................... 2.1 Lokasi ................................................................................... 2.2 Lahan Usaha ......................................................................... 2.3 Ketersediaan Air................................................................... 2.4 Ketersediaan Pakan............................................................... 2.5 Bangunan Kandang............................................................... 2.6 Peralatan................................................................................ ASPEK PERBIBITAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI REPRODUKSI............................................................................ 3.1 Manajemen Pembibitan........................................................ 3.2 Manajemen Penerapan Teknologi Reproduksi.................... ASPEK PENGEMBANGAN PAKAN...................................... 4.1 Hijauan Makanan Ternak..................................................... 4.2 Konsentrat............................................................................. 4.3 Jerami Amoniasi................................................................... 4.4 Jerami Fermentasi................................................................. ASPEK KANDANG DAN PERALATAN................................ 5.1 Kandang................................................................................ 5.2 Peralatan................................................................................ ASPEK KESEHATAN HEWAN............................................... 6.1 Pencegahan Penyakit dan Vaksinasi....................................

1 2 4 4 4 5 6 6 6 6 6 6 7

BAB II

BAB III

8 8 8 10 10 10 11 12 14 14 15 16 16

BAB IV

BAB V

BAB VI

Kelompok Tani Ternak Bina Mandiri Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo

6.2 Pemberian Vitamin............................................................... 6.3 Pengobatan............................................................................ BAB VII ASPEK PENGEMBANGAN USAHA...................................... 7.1 Pupuk Kandang (fine compost)............................................ 7.2 Fermentasi Urine Sapi.......................................................... 7.3 Pembibitan Tanaman Buah, Hias dan Obat.......................... 7.4 Holtikultura........................................................................... 7.5 Perikanan............................................................................... 7.6 Toko Sapronak...................................................................... 7.7 Koperasi ...............................................................................

16 16 17 17 18 20 20 20 21 21 22 22 22 22 23 23 23 23 24 24 24 25 26 26 26 26 27 30 31

BAB VIII ASPEK PENGEMBANGAN KELOMPOK.............................. 8.1 Penyerapan Tenaga Kerja Baru............................................ 8.2 Pembinaan dan Percontohan Kelompok Lain...................... 8.3 Pusat Pelatihan Peternakan Pedesaan (P4)........................... BAB IX ASPEK PEMUPUKAN MODAL USAHA............................... 9.1 Simpanan Wajib Anggota..................................................... 9.2 Keuntungan Penjualan.......................................................... 9.2 Pemanfaatan Fasilitas Kredit Lunak..................................... ASPEK KEMITRAAN USAHA................................................ 10.1 Penyedia Sarana Produksi Peternakan................................ 10.2 Pedagang Pengepul dan Industri Pengolahan Ternak........ 10.3 Pemerintah.......................................................................... ASPEK PEMASARAN HASIL USAHA.................................. 11.1 Networking Marketing........................................................ 11.2 Toko/Kios............................................................................ 11.3. Kelompok Tani.................................................................. ANALISIS USAHA....................................................................

BAB X

BAB XI

BAB XII

BAB XIII PENUTUP................................................................................... LAMPIRAN...................................................................................................

Kelompok Tani Ternak Bina Mandiri Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stok daging sapi yang belum dapat mencukupi kebutuhan konsumsi masyarakat mengakibatkan perlu adanya usaha yang dapat mendukung tercapanya produksi daging sapi yang optimal. Usaha agribisnis ternak sapi dapat dikembangkan di pedesaan yang masih luas lahannya dan ketersediaan pakan yang besar. Dengan semakin bergeloranya usaha peternakan di pedesaan diharapkan dapat meningkatkan usaha dan pendapatan masyarakat sekaligus sebagai upaya mencapai swasembada daging di dalam negeri. Ternak sapi sebagai salah satu penghasil daging cukup strategis dikembangkan mengingat daya dukung pakan tersedia baik kuantitas, kualitas dan kontinyuitas dalam jumlah yang melimpah. Selainitu usaha ternak sapi dapat menghasilkan limbah yang potensial untuk dimanfaatkan bagi kehidupan masyarakat. Program Sarjana Masuk Desa (SMD) yang diselenggarakan oleh Departemen Pertanian RI, menarik perhatian saya untuk mengikuti program tersebut karena saya telah mempunyai kelompok tani ternak yaitu Kelompok tani Ternak Bina Mandiri di Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo. Dalam keikutsertaan program ini saya berharap dapat mengembangkan usaha kelompok dan meningkatkan kesejahteraan anggota kelompok, menjadikan kelompok sebagai pusat pelatihan peternakan pedesaan, dan ikut mendukung pemerintah dalam mencapai target swasembada daging. 1.2. Tujuan Tujuan dari pengembangan usaha agribisnis peternakan sapi adalah:

Meningkatkan penerapan teknologi dalam usaha budidaya

Kelompok Tani Ternak Bina Mandiri Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo

ternak sapi potong

Meningkatkan wirausaha ternak

jiwa

kelompok

Membantu menyediakan lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar

Mendukung peningkatan hasil produksi agribisnis

peternakan sapi potong 1.3. Sasaran

Meningkatnya tarap hidup bagi kelompok masyarakat miskin pedesaan (kelompok ternak) Terbukanya peluang usaha dan ekonomi di masyarakat desa

Kelompok Tani Ternak Bina Mandiri Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo

BAB II ASPEK TEKNIS 2.1. Lokasi Lokasi usaha agribisnis ternak sapi pada kelompok ternak Bina Mandiri adalah di Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo berada di tepi sungai, di sebelah selatan pemukiman penduduk. Akses jalan menuju lokasi peternakan baik dan mudah dijangkau. 2.2. Lahan Usaha Lahan yang digunakan untuk usaha peternakan adalah milik perseorangan dalam kelompok yang disepakati untuk usaha bersama kelompok. Setiap anggota mempunyai lahan (pekarangan atau pertanian) yang bisa digunakan untuk mengembangkan usaha agribisnis peternakan sapi. 2.3. Ketersediaan Air Minum Air yang digunakan sebagai air minum ternak tersedia dalam jumlah yang banyak. Ketersediaan air juga masih cukup untuk mengembangkan usaha agribisnis peternakan sapi.
Kelompok Tani Ternak Bina Mandiri Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo

2.4. Ketersediaan Pakan Pakan yang digunakan tersedia melimpah. Jerami padi mudah diperoleh pada masa panen. Hijauan makanan ternak tumbuh di ladang-ladang dan juga dapat menanam sendiri. Bekatul sebagai pakan tambahan juga tersedia melimpah di lokasi penggilingan padi. 2.5. Bangunan Kandang Kandang pemeliharaan sapi potong mempunyai spesifikasi konstruksi kandang adalah atap menggunakan genting dan lantai kandang disemen (cor) serta tipe kandang tunggal. 2.6. Peralatan Peralatan yang digunakan dalam usaha agribisnis peternakan relatif mudah didapatkan seperti alat pembersih kandang, tempat minum, alat pemotong rumput, dll.

Kelompok Tani Ternak Bina Mandiri Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo

BAB III ASPEK PERBIBITAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI REPRODUKSI 3.1. Manajemen Perbibitan Langkah-langkah dalam usaha pembibitan ternak adalah dengan: 1. Penentukan sapi bakalan yang berkualitas baik (jenis, bobot badan, kondisi fisiologis). Dengan pemilihan bakalan sapi yang baik diharapkan nantinya dihasilkan pedet yang berkualitas baik. 2. Penentuan waktu berahi Ketrampilan dalam melihat tanda berahi pada ternak sapi betina sangat menentukan keberhasilan perkawinan sapi. 3. Inseminasi buatan Teknologi reproduksi yang bisa dipakai adalah IB (inseminasi buatan). Melalui IB sudah dijamin kualitas bibit pejantannya. Dengan penerapan IB diharapkan pedet yang lahir mempunyai sifat-sifat yang unggul. 4. Pemeliharaan pedet Sapi yang bunting mendapatkan perlakuan khusus yaitu dengan menambah

Kelompok Tani Ternak Bina Mandiri Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo

pakan baik kualitas dan kuantitasnya agar janin dapat tumbuh secara optimal. Pengawasan khusus dilakukan sampai pedet lahir. Setelah lahir, pedet dipisahkan dari induk, pemberian susu, pemberian pakan dan sebagainya. Apabila pedet segera disapih maka akan mempercepat proses birahi pada sapi betina sehingga dapat dilakukan perkawinan lagi. 3.2. Manajemen Penerapan Teknologi Reproduksi Seperti yang telah dijelaskan bahwa Inseminasi Buatan (IB) merupakan penerapan dari teknologi reproduksi yang dapat dilakukan pada sapi. Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik adalah kegiatan memasukkan mani/sperma ke dalam alat kelamin betina dengan bantuan manusia tanpa melalui proses perkawinan alami. Tujuan IB pada sapi adalah meningkatkan mutu keturunan, meningkatkan jumlah kelahiran dan meningkatkan pendapatan peternak. Manfaat dari IB adalah mencegah penularan penyakit, mempercepat penyediaan calon bibit unggul, merupakan cara perkawinan yang praktis dan efisien dan meningkatkan daya reproduksi ternak. Cara melaksanakan IB dapat dilakukan dengan betina yang berahi alami dan betina yang berahi serempak (kawin massal). Pada kawin massal, akelompok ternak betina yang belum kawin dapat diserempakkan berahinya dengan cara disuntik dengan hormon gertak berahi. Perkawinan akan dilakukan bersamaan dan selanjutnya akan terjadi kelahiran pedet secara bersamaan (panen pedet). Kawin massal lebih efektif karena dapat memprogramkan jadwal panen sesuai keinginan peternak. Langkah-langkah pelaksanaan kawin massal adalah sebagai berikut: 1. Seleksi induk Dilakukan seleksi yang ketat pada induk. 2. Penyerentakan berahi Ternak yang sudah diseleksi kemudin disuntik hormon prostaglandin (PGF 2) 3. Pengamatan berahi

Kelompok Tani Ternak Bina Mandiri Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo

Peternak mengamati berahi secara seksama, berahi akan timbul 2-3 hari setelah penyuntikan. 4. Inseminasi buatan Ternak yang berahi dilakukan IB. Ternak yang belum berahi pada hari ke- 2 dan 3 diamati terus, dan dilakukan IB setelah timbul. Ternak yang gagal menjadi bunting kemudian berahi lagi setelah lewat satu siklus terus dilakukan IB. 5. Evaluasi Ternak yang tidak berahi lagi setelah 2 siklus berahi dinyatakan telah bunting.

BAB IV ASPEK PENGEMBANGAN PAKAN 4.1. Hijauan Makanan Ternak Hijauan makanan ternak adalah segala macam hijauan yang dapat dimakan ternak tanpa menimbulkan gangguan pada kesehatannya. Hijauan makanan ternak dapat berupa rumput-rumputan dan leguminosa. Rumput-rumputan dapat dibedakan menjadi rumput lapangan dan rumput tanaman. Rumput lapangan (liar) dapat tumbuh di beberapa tempat tetapi kualitas, kuantitas dan kontinyuitas masih rendah. Rumput tanaman dengan kualitas baik seperti rumput gajah (Pennisetum Purpureum) sangat tinggi kandungan nutrisinya sehingga sangat baik untuk dibudidayakan untuk meningkatkan produksi ternak. Pada budidaya rumput gajah pemotongan pertama dilakukan pada umur 2-3 bulan sedangkan pemotongan berikutnya dapat dilakukan selama 40 hari sekali. Setelah dipotong rumput perlu dipupuk dengan pupuk kandang atau pupuk buatan agar kesuburannya dapat bertahan lama dan tumbuh anakan yang banyak sehingga tingkat produksinya maksimal. Leguminosa merupakan sumber protein kasar yang dapat diperoleh dialam secara mudah dan disukai ternak. Leguminosa yang biasa ditanam adalah lamtoro. Tanaman ini merupakan tanaman tahunan sehingga pemanenannya dengan cara dipotong dahannya. Leguminosa diberikan pada ternak sebaiknyabapabila sudah

Kelompok Tani Ternak Bina Mandiri Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo

dilayukan agar toxicitas (glukosida) tanaman berkurang sehingga efek keracunan dapat diminimalkan. 4.2. Konsentrat Konsentrat adalah pakan dengan kandungan nutrisi tinggi. Konsentrat merupakan kumpulan dari beberapa bahan pakan seperti bungkil kedelai, bungkil kelapa, onggok, jagung kuning, bekatul dan lain-lain. Di desa dapat digunakan bahan yang tersedia seperti bekatul dan onggok, karena relatif mudah mendapatkannya. 4.3. Jerami Fermentasi Jerami yang tersedia dalam jumlah yang melimpah dapat langsung diberikan pada sapi, akan tetapi kandungan nutrisinya masih rendah (protein rendah, mineral Ca dan P rendah) dan mengandung ikatan selulosa, hemiselulosa dan lignin sangat kuat sehingga sulit dicerna. Untuk menambah kandungan nutrisinya dapat dilakukan dengan fermentasi. Fermentasi jerami selain mempunyai nilai gizi dan daya cerna jerami juga mempunyai keunggulan lain seperti meningkatkan daya simpan jerami padi, meningkatkan palatabilitas dan juga mempertahankan kualitas jerami selama penyimpanan. Bahan yang digunakan dalam pembuatan jerami fermentasi adalah: 1) jerami (jerami padi, jagung, kacang-kacangan, dll); 2) biostarter (starbio, biofad, EM-4); 3) urea. Cara pembuatan jerami fermentasi adalah: 1. Menyiapkan tempat penyimpanan yang terlindung, tidak kena sinar matahari dan hujan langsung. 2. Mencampur bahan biostarter dan urea. 3. Jerami ditumpuk/diratakan setebal 30 cm. 4. Menaburkan secara rata campuran biostarter + urea di permukaan tumpukan jerami, kemudian ditumpuki jerami lagi dan diratakan sampai ketinggian 45 meter. Menambah air (dipercikkan) sedikit pada jerami lepas panen, apabila jerami kering percikan air sampai kadar 60%.

Kelompok Tani Ternak Bina Mandiri Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo

5. Setelah 3-4 minggu jerami fermentasi sudah jadi pakan ternak. Nilai pakan lebih baik (protein kasar 9-10%, efisian cerna 55-60%) 6. Pengambilan bettahap sesuai kebutuhan makan sehari, sebab bila dibongkar semua, jerami fermentasi mudah menjadi media pertumbuhan jamur. 7. Lebar timbunan jerami minimal 4 m panjang 4 m 8. Kebutuhan starter sebagai berikut 1 ton jerami membutuhkan 6 kg starter (starbio) + 6 kg urea. Melalui proses fermentasi jerami ini nutrisi dan daya cerna jerami bisa ditingkatkan. Kandungan protein jerami padi meningkat dengan adanya penambahan Nitrogen dari urea. Daya cerna jerami padi meningkat, karena ikatan selulosa, hemiselulosa dan lignin menjadi lebih longgar, sehingga menjadi lebih mudah untuk dicerna. 4.4. Jerami Amoniasi Beberapa alternatif pengolahan dapat dilakukan secara fisik (pencacahan, penggilingan dan atau pemanasan), kimia (larutan basa dan atau asam kuat), biologis (mikroorganisme atau enzim) maupun gabungannya. Pengolahan cara fisik dan biologis memerlukan tenaga dan investasi yang cukup tinggi dan dalam skala besar, sering kali menjadi tidak berjalan. Cara kimia dengan amoniasi dirasa merupakan cara yang paling tepat dalam pengolahan ini, karena mudah dilakukan, murah, tidak mencemari lingkungan dan sangat efisien. Pada musim hujan para peternak tradisional dapat memberi sapinya dengan hijauan segar yang berlimpah, namun pada musim kemarau (paceklik) sebagian besar petani peternak memberi pakan ternaknya dengan jerami tanpa diolah. Meskipun jerami ini dapat di makan oleh sapi, namun sebagian tidak tercerna dan tidak akan menjadikan gemuk bagi ternaknya. Hal ini dikarenakan jerami padi mempunyai serat kasar yang tinggi (35 40%) dan protein yang rendah (3 4%). Amoniasi adalah cara pengolahan kimia menggunakan amoniak (NH3) sebagai bahan kimia yang digunakan untuk meningkatkan daya cerna bahan pakan berserat sekaligus meningkatkan kadar N (proteinnya). Cara ini mempunyai keuntungan-keuntungan yaitu: sederhana, mudah dilakukan, murah (sumber NH3

Kelompok Tani Ternak Bina Mandiri Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo

diambil dari urea), juga sebagai pengawet, anti aflatoksin, tidak mencemari lingkungan dan efisien (dapat meningkatkan kecernaan sampai 80%). Amoniak dapat menyebabkan perubahan komposisi dan struktur dinding sel sehingga membebaskan iikatan antara lignin dengan selulosa dan hemiselulosa, sehingga memudahkan pencernaan oleh selulase mikroorganisme rumen. Amoniak akan terserap dan berikatan dengan gugus asetil dari bahan pakan, kemudian membentuk garam amonium asetat yang pada akhirnya terhitung sebagai protein bahan. Teknologi pengolahan dengan amoniak ini benar-benar mudah untuk dilaksanakan dan tidak berbahaya sama sekali dalam pengerjaannya (meskipun dinamakan pengolahan kimia). Dibandingkan dengan pengolahan cara kimia lain, biayanya jauh lebih murah. Pembuatan amoniasi jerami padi adalah: 1. Menyaipkan bahan (15 kg jerami padi kering udara, 870 gram urea, 5 liter air) 2. Melarutkan urea dalam air, memasukkannya ke dalam sprayer dan menyemprotkan jerami sampai merata. 3. Memasukkan jerami kedalam kantong plastik, dipadatkan, diikat (jangan sampai bocor) 4. Setelah 3-4 minggu jerami amoniasi sudah jadi. Sebelum diberikan pada ternak dianginkan 1-2 hari (sampai bau amoniak hilang)

Kelompok Tani Ternak Bina Mandiri Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo

BAB V ASPEK KANDANG DAN PERALATAN

5.1. Kandang Kandang diperlukan untuk melindungi ternak sapi dari keadaan lingkungan yang meruigikan sehingga dengan adanya kandang, ternak akan memperoleh kenyamanan. Kandang yang digunakan untuk pemeliharaan sapi harus memenuhi persyaratan agar sapi yang dipelihara terjamin kesehatannya. Kriteria/syarat kandang yang akan digunakana adalah: 1. Dapat memberikan kenyamanan bagi sapi, pemelihara dan petugas kandang, serta mampu melindungi dari panas, dingin, hujan, angin. 2. Mudah dibersihkan serta mudah mengumpulkan kotoran ternak untuk digunakan sebagai pupuk dan terjaga kebersihannya. 3. Jarak yang cukup dengan rumah. 4. Ventilasi udara/pertukaran udara yang sempurna 5. Lebih tinggi dari permukaan lahan agar mudah tergenang air. 6. Memudahkan pengelolaan ternak seperti pemberian pakan, minum, maupun pemeriksaan kesehatan. Tipe kandang menggunakan tipe kandang tunggal, yaitu kandang yang hanya terdiri dari satu ruangan atau bangunan dan hanya digunakan untuk memelihara satu ekor ternak saja. Keuntungan menggunakan kandang tunggal
Kelompok Tani Ternak Bina Mandiri Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo

adalah ternak mudah jinak, tidak mudah stress dan cepat pertumbuhan bobot badannya. Untuk setiap satu ekor sapi membutuhkan kandang tunggal seluas 3,75 m2 (ukuran panjang 2,25 m, lebar 1,67 m). Konstruksi kandang adalah lantai disemen (cor) dengan kemiringan 4-5 cm untuk memudahkan pembuangan dan pembersihan kotoran; atap kandang menggunakan genting; kerangka, tiang dan dinding menggunakan kombnasi kayu dan bambu. Beberapa fasilitas bangunan penunjang yang diperlukan adalah tempat penampungan kotoran sementara dan tempat pakan.

5.2. Aspek Peralatan Peralatan yang dipakai dalam menunjang agribisnis peternakan. 1. Tempat pakan comboran/konsentrat dan tempat minum Tempat pakan dengan ember plastik berukuran 10 liter, tempat minum juga menggunakan ember plastik ukuran 20 liter. 2. Peralatan kebersihan kandang Sapu lidi, skop, sikat, ember plastik 3. Peralatan penanaman dan pemotongan HMT Sabit dan cangkul 4. Peralatan pengolahan kotoran sebagai pupuk Cangkul, skop dan gerobak

Kelompok Tani Ternak Bina Mandiri Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo

BAB VI ASPEK KESEHATAN HEWAN 6.1. Pencegahan Penyakit dan Vaksinasi Penyakit merupakan ancaman yang harus diwaspadai peternak. Walaupun serangan penyakit tidak langsung mematikan ternak, tetapi dapat merusak citra, menimbulkan masalah kesehatan yang berkepanjangan, menghambat pertumbuhan dan mengurangi pendapatan. Tindakan pencegahan sangat utama dalam aspek kesehatan sapi. Apabila sapi sehat sangat kecil kemungkinannya sapi terinfeksi penyakit. Untuk menjaga kesehatan sapi, kandang harus dibersihkan dan dicuci setiap hari. Sapi juga harus dimandikan secara berkala. Tindakan vaksinasi dilakukan agar sapi kebal terhadap penyakit seperti penyakit mulut dan kuku dan anthraks. Karena penyebab penyakit ini adalah virus sehingga tindakan vaksinasi harus dilakukan. 6.2. Pemberian Vitamin Pemberian vitamin diberikan untuk menghindari defisiensi vitamin pada sapi. Pemberian vitamin diberikan secara periodik. Vitamin juga dapat digunakan untuk mempercepat penyembuhan. Vitamin yang lazim digunakan adalah vitamin A, B-Compleks, D, E dan K.
Kelompok Tani Ternak Bina Mandiri Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo

6.3. Pengobatan Tindakan pengobatan dilakukan apabila ternak dalam kondisi sakit seperti bloat (kembung), demam, mencret dan lain sebagainya. Pengobatan secara alami dapat menggunakan ramuan alami yang tersedia di alam atau juga bisa dengan cara kimia. Cara kimia dengan menggunakan antibiotik (seperti leucomycyn, sterptimisin, oksitetraciklin, penisilin, dsb), sulfa. Penggunaan pestisida untuk penyemprotan serangga, penggunaan obat cacing untuk cacing giling dan hati yang banyak menyerang sapi. BAB VII ASPEK PENGEMBANGAN USAHA 7.1. Pupuk Kandang (fine compost) Penanganan limbah kandang pada ternak sapi dibedakan menjadi dua, yaitu kotoran padat (feses) dan cair (air kencing). Kotoran padat seekor sapi berkisar 5-10 kg sehari. Untuk 20 ekor sapi, jumlah kotorannya dapat terkumpul antara 700-1.400 kg/minggu. Limbah padat ini dapat diolah menjadi pupuk kandang yang saat ini memiliki nilai komersial yang sangat baik untuk tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan. Pengolahan limbah padat yang efektif dapat menggunakan metode fine compost stardec dan metode konvensional. Stardec merupakan bubuk yang mengandung bibit mikroba. Bibit mikroba ini berperan sebagai starter dalam penguraian bahan organik sehingga dapat dirombak menjadi kompos. Cara pembuatan fine kompost dengan bantuan stardec adalah : 1. Menyiapkan bahan Feses/kotoran sapi (1 ton), serbuk gergaji (50 kg), abu bakar (30 kg), stardec (1,5 kg), kalsit (20 kg) 2. Membuat 5 petakan beralas tanah dengan ukuran 2 m x 2 m x 0,5 m. Petakan dalam keadaan ternaungi sehingga tidak terkena sinar matahari dan hujan secara langsung.

Kelompok Tani Ternak Bina Mandiri Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo

3. Menyusun bahan-bahan dari bawah keatas (kotoran sapi, abu, serbuk gergaji, kalsit + starter stardec, kotoran sapi, abu, serbuk gergaji, kalsit + starter stardec, kotoran sapi). Mengulangi penyusunan bahan sehingga tinggi susunan bahan mencapai 1,5 m. 4. Mendiamkan tumpukan bahan selama 2-3 hari. Memindahkan tumpukan bahan ke petak 2 dengan cara disisir agar semua bahan tercampur. 5. Melakukan pemindahan bahan dari petak 2 ke petak 3 setelah 7 hari. Demikian seterusnya pemindahan bahan kompos dilakukan dari satu petak ke petak berikutnya samapai berlangsung selama 35 hari. 6. Melakukan kontrol suhu dan kelembapan selama proses pengomposan. Suhu kompos jangan melebihi 70C dan kelembapan 60%. Kalau bahan agak kering dilakukan penyemprotan dengan air. Untuk mengetahui kelembapan kompos sesuai yang diinginkan dapat dilakukan dengan meremasnya dengan tangan. Apabila air hanya menetes maka kadar air kompos mendekati 60%. 7. Kompos yang telah jadi ditunjukkan dengan ciri berwarna hitam kecoklatan, struktur remah jika dipegang dan tidak meninggalkan bau menyengat. 8. Kompos diangin-anginkan, diayak, dikemas dan siap diaplikasikan pada tanaman. Pembuatan fine compost secara konvensional (tanpa starter mikroba). Proses pengomposan secara konvensional juga membutuhkan waktu selama 35 hari. Cara pembuatana fine compost secara konvensional adalah : 1. Menyiapkan bahan dan alat Feses/kotoran sapi (1 ton), urea (2,5 kg), bak pengomposan dari semen ukuran 2 m x 2 m x 0,5 m (2 buah), terpal/plastik ukuran 2,5 x 2,5 x 1 m (1 lembar). 2. Memasukkan kotoran sapi ke dalam bak pengomposan selapi demi selapis dengan dicampur urea. Tinggi tumpukan minimum 150 cm. 3. Menutup tumpukan kotoran sapi dengan terpal atau plastik. 4. Memindahkan tumpukan kotoran sapi ke bak lain

Kelompok Tani Ternak Bina Mandiri Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo

setelah 6-7 hari terfermentasi. Pemindahan bahan kompos bertujuan agar terjadi pertukaran udara dan mengurangi panas. 5. Mengulangi 5-6 kali pembalikan setiap 6-7 hari. 6. Pupuk kandang akan terproses menjadi kompos setelah 35 hari. Kompos dapat diangin-anginkan, diayak dan dikemas. 7.2. Fermentasi Urine Sapi Dari fermentasi urine sapi ini dapat dihasilkan pupuk organic cair. Pupuk cair ini dihasilkan dari proses fermentasi urine sapi dengan campuran emponempon (seperti jahe, kunir, lengkuas, kencur dan temu ireng dengan bantuan mikroorganisme perombak seperti produk EM-4. Cara membuat fermentasi urine sapi adalah: 1. Menyiapkan bahan berupa urine sapi (100 liter), tepung ikan (2 kg), tetes (5 kg), EM-4 (400 ml), Empon-empon (lengkuas, kunir, temu ireng, jahe, kencur masing-masing 2 kg) 2. Menyiapkan alat berupa drum plastik volume 125 liter, alat tumbuk/blender, kain penyaring/kasa, timbangan, gelas ukur, ember dan pengaduk. 3. Memasukkan urine sapi sebanyak 100 liter kedalam drum platik dengan disaring kain kassa. 4. Mengencerkan 5 kg tetes dengan urine sapi secukupnya dalam ember plastik, kemudian dicampur dengan dekomposer (EM-4). Selanjutnya larutan dimasukkan ke dalam drum yang berisi urine sapi. 5. Tepung ikan dan empon-empon ditumbuk/diblender kemudian dimasukkan kedalam drum yang berisi urine sapi dan dekomposer. Sambil diaduk sampai homogen kemudian drum plastik ditutup rapat agar proses fermentasi berjalan sempurna. 6. Setelah 30 hari proses fermentasi urine berjalan , selanjutnya fermentasi urine dapat digunakan sebagai pupuk organik cair yang berguna untuk tanah dan tanaman serta ramah lingkungan. Pupuk cair ini dapat dimanfaatkan untuk tanaman dan tanah. Manfaat untuk
Kelompok Tani Ternak Bina Mandiri Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo

tanaman adalah: 1. Memicu pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman 2. Menjaga kesehatan dan ketahanan tanaman terhadap serangan organisme pengganggu tanaman. 3. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pemakaian pupuk kimia. 4. Memicu proses fotosintesis hijau daun secara efisien. 5. Meningkatkan produksi tanaman. Sedangkan manfaat untuk tanah adalah: 1. Bio fabrikasi hara secara mikro biologis yang memperkaya persediaan unsur hara lengkap dan berimbang dalam tanah. 2. Menstabilkan tanah, meningkatkan Ph tanah secara alami. 3. Mempercepat terurainya residu pestisida dan pupuk kimia penghambat menjadi bermanfaat bagi tanaman. 4. Sebagai herbisida pra tumbuh pada lahan sawah basah. 5. Pemakaian secara bertahap dan berkelanjutan dapat mengurangi pemakaian pupuk kimia sampai 50%. 7.3. Pembibitan Tanaman Buah, Hias dan Obat Tanaman hias, tanaman obat, dan tanaman buah-buahan dalam pot sangat potensial diusahakan sebagai komoditas`unggulan. Tanaman akan tumbuh sehat dengan dipupuk menggunakan pupuk kandang. Selai tumbuh sehat, tanaman akan juga cepat berbunga dan berbiji. Tanaman buah masih belum dibudidayakan secara intensif, sehingga dengan pembibitan ini diharapkan mampu untuk menyediakan bibit yang berkualitas. Tanaman hias seperti jemani dan gelombang cinta masih digemari masyarakat dan mempunyai nilai ekonomnis yang tinggi. Sehingga prospek pembibitan tanaman hias sangat potensial untuk dikembangkan. Kebutuhan obat alami akhir-akhir ini juga mengalami lonjakan yang signifikan sehingga usaha pembibitan tanaman obat juga potensial untuk dikembangkan. 7.4. Hortikultura

Kelompok Tani Ternak Bina Mandiri Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo

Pekarangan-pekarangan rumah

anggota kelompok dapat dimanfaatkan

untuk perkebunan holtikultura. Tanaman yang bisa ditanam adalah pisang. Pemupukan dengan pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi sangat tepat karena pisang menghendaki lahan yang berstruktur gembur, subur, kaya bahan organik, dan berdrainase baik. Lahan kosong juga dapat ditanami sayuran semusim seperti bayam, terung, kangkung darat, mentimun, kacang panjang, dan jenis sayuran lain yang bernilai ekonomi tinggi dan tidak memerlukan perawatan yang rumit. 7.5. Perikanan Ikan sebagai alternatif pengganti dari daging unggas dan sapi semakin meningkat permintaannya sehingga usaha perikanan mempunyai prospek yang baik. Limbah cair yang akan dibuang ke sungai atau perairan umum harus bebas dari zat pencemar. Kolam-kolam pengendapan limbah cair yang diberi ikan lele dapat mengatasi masalah ini. Limbah organik akan dimakan oleh lele. Dengan adanya limbah organik ini kbutuhan akan pakan tambahan yang dibutuhkan ikan lele relatif sedikit. 7.6. Toko Sapronak Dengan adanya produk yang dihasilkan secara mandiri seperti fine compost dan pupuk cair maka usaha pendirian toko sapronak dapat dikembangkan. Produk tersebut akan mudah didistribusikan kepada masyarakat. Dengan adanya toko sapronak kebutuhan kelompok utamanya serta masyarakat petani dalam menjalankan usahanya dapat tercukupi. Pelayanan kepada masyarakat juga semakin meningkat.

7.7. Koperasi Usaha koperasi dapat dirintis guna menyejahterakan kelompok dan masyarakat sekitar. Apabila usaha sudah berkembang maka pendirian koperasi sebagai usaha bersama dapat dijalankan. Kegiatan utama adalah simpan pinjam

Kelompok Tani Ternak Bina Mandiri Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo

untuk kelompok dan masyarakat.

BAB VIII ASPEK PENGEMBANGAN KELOMPOK

8.1. Penyerapan Tenaga Kerja Apabila usaha agribisnis ternak sapi sudah berkembang dengan peternakan sapi menjadi usaha utama dan usaha pembuatan fine compost, usaha pembuatan pupuk cair, usaha pembibitan, usaha holtikulura dan perikanan sebagai usaha penunjang, maka dapat menyerap tenaga kerja. Beberapa usaha tersebut bila ditekuni secara serius banyak membutuhkan pekerja yang konsentrasi untuk pengembangan usaha. Tenaga kerja diambil dari keluarga anggota kelompok dan masyarakat sekitar, sehingga dapat dirasakan bahwa usaha agribisnis peternakan menjadi tangguung jawab bersama. 8.2. Pembinaan dan Percontohan Kelompok Lain

Kelompok Tani Ternak Bina Mandiri Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo

Dengan keberhasilan usaha ini diharapkan banyak bermunculan kelompokkelompok baru. Usaha agribisnis peternakan kelompok dapat menjadi percontohan bagi kelompok lain. Anggota kelompok juga dapat melakukan pembinaan dengan kelompok lain disekitarnya. 8.3. Pusat Pembinaan Peternakan Pedesaan (P4) Usaha agribisnis peternakan yang mengembangkan berbagai usaha akan menyajikan berbagai informasi tentang peternakan, sehingga dapat dirumuskan tentang Pusat Pembinaan Peternakan Pedesaan (P4). Informasi peternakn terutama agribisnis sapi dapat diakses disini. Beberapa pelayanan seperti penyuluhan, pendampingan akan diperoleh disini.

BAB IX ASPEK PEMUPUKAN MODAL 9.1. Simpanan Wajib Anggota Setiap anggota memberikan iuran wajib tiap bulan dengan harapan meningkatkan kas kelompok guna memperluas usaha. Besaran iuran wajib disepakati oleh anggota kelompok sehingga setiap anggota kelompok dapat membayar secara rutin tanpa memberatkannya. Dalam kurun waktu tertentu sudah pasti dapat menentukan besarnya jumlah kas kelompok dari iuran wajib. 9.2. Keuntungan Penjualan Kas kelompok juga berasal dari penyisihan sebagian keuntungan dari hasil penjualan barang (5 %). Besarnya kas yang berasal dari penyisihan keuntungan penjualan tidak dapat ditentukan secara pasti jumlahnya dalam kurun waktu tertentu. Apabila keuntungan besar maka jumlah penyisihan keuntungan juga

Kelompok Tani Ternak Bina Mandiri Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo

semakin besar. 9.3. Pemanfaatan Pinjaman Kredit Lunak Modal pengembangan usaha juga dapat diakses melalui pemanfatan pinjaman kredit lunak dari lembaga keuangan yang ada seperti bank dan koperasi. Melalui pinjaman kredit lunak ini diharapkan didapatkan dana dalam jumlah yang besar untuk pengembangan usaha.

BAB X ASPEK KEMITRAAN USAHA 10.1. Penyedia Sarana Produksi Peternakan Pengembanngan agribisnis peternakan sapi terdapat empat sub system, yaitu (1) sub system hulu (penyediaan sarana produksi peternakan); (2) sub system usaha tani (proses produksi dan jasa); (3) sub system hilir (pengolahan dan pemasaran); (4) sub sistem penunjang dengan melaksanakan penelitian, prasarana, penyuluhan dan lain-lain. Keempat sub sistem tersebut diatas merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan dan saling terkait satu sama lainnya, sehingga keberhasilan agribisnis ternak sapi sangat tergantung pada berbagai perusahaan pada setiap sub sistem tersebut. Dengan demikian peningkatan kemitraan antara peternak sebagai produsen ternak dan pengusaha baik sebagai penyedia sapronak, sapi bakalan, pelayanan jasa, maupun industri pengolahan menjadi sangat penting. Disisi lain peran pemerintah untuk menunjang sub-sub sistem tersebut seperti penelitian,
Kelompok Tani Ternak Bina Mandiri Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo

penyediaan prasarana, penyuluhan, pendampingan dan lain-lain sangat diperlukan. Kemitraan dengan penyedia sarana produksi peternakan dibangun agar ketersediaan sarana produksi peternakan terjamin baik aspek kualitas, kuantitas dan kontinyuitasnya. 10.2. Pedagang Pengepul dan Industri Pengolahan Ternak Kemitraan dengan pedagang pengepul ditujukan agar penawaran barang tinggi sehingga keuntungan juga semakin banyak. Biasanya pedagang pengepul ini mempunyai jaringan pasar di luar kota sehingga selalu membutuhkan barang dari para peternak untuk dikirim ke kota tujuan. Apabila lewat blantik, penawaran lebih rendah yang akan menyebabkan keuntungan yang kurang banyak. Penawaran harga akan tinggi bila dapat menjalin kerjasama dengan industri pengolahan ternak. Industri pengolahan ternak membutuhkan barang untuk kemudian diolah langsung sehingga bila dapat memasok kebutuhannya akan didapatkan keuntungan yang banyak. 10.3. Pemerintah Kemitraan juga perlu dijalin dengan pemerintah, sehingga pemerintah dapat memberikan dorongan dalam hal penelitian, penyediaan sarana, penyuluhan, pendampingan yang sangat diperlukan untuk perkembangan kelompok. Pemerintah juga dapat memanfaatkan produksi kelompok untuk bernagai kepentingan. Dengan meningkatkan kemitraan dilandasi prinsip saling menguntungkan dan membutuhkan, peternak akan melaksanakan budidaya ternak sapi secara intensif. Sedangkan di industri pengolahan mendapatkan bahan baku sapi yang dibutuhkan.

Kelompok Tani Ternak Bina Mandiri Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo

BAB XI ASPEK PEMASARAN USAHA 11.1. Network Marketing Jumlah permintaan akan daging sapi yang tinggi tentunya tidak akan mempengaruhi penjual karena pasti akan diserap oleh pasar. Pada aspek ini yang perlu ditekankan akan kesepakatan dengan pedagang sapi potong karena bisa jadi harga pada waktu pembelian sapi bakalan untuk pemeliharaan tinggi sedangkan pada waktu penjualan harganya turun, begitu pula dengan produk-produk yang dihasilkan dalam agribisnis peternakan sapi. Usaha untuk memasarkan produk dengan menciptakan jaringan pemasaran yang luas, sehingga produk yang dihasilkan dapat terjual tanpa ada kendala yang berarti. Pada saat kondisi pasar yang lesu tidak akan menimbulkan kendala dalam pemasaran karena sudah pasti ada yang akan menampung produk yang dihasilkan. Jaringan pemasaran dibangun dari sekitar desa, kecamatan, kabupaten bahkan antar kabupaten. Segala produk akan dipasarkan pada stake holder terkait produk yang dihasilkan.

Kelompok Tani Ternak Bina Mandiri Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo

11.2. Toko/Kios Beberapa toko/kios menjadi mitra dalam pemasaran produk yang dihasilkan. Dengan tersebarnya produk-produk di toko/kios, akan memudahkan pengenalan produk yang dihasikan. 11.3. Kelompok Tani Produk yang dihasilkan dalam agribisnis peternakan yang berkaitan untuk menunjang pertanian dapat dipasarkan kepada petani langsung atau dapat melalui kelompok tani yang ada di daerah-daerah. Sehingga langsung kepada konsumen pemakai produk.

Kelompok Tani Ternak Bina Mandiri Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo

BAB XI ANALISIS USAHA Analisis usaha agribisnis peternakan dengan usaha utama ternak sapi adalah sebagai berikut:
Uraian A. Pemeliharaan Sapi Investasi Nilai Kandang Modal Kerja I. Harga beli sapi induk (Rp) II. Harga jual pedet (Rp) Harga jual sapi induk (Rp) III. Laba/Rugi (Rp) IV. Biaya Pemeliharaan 1. Tenaga kerja per hari (Rp) Lama waktu pemeliharaan (hari) Total biaya tenaga kerja (Rp) 2. Biaya pakan sapi per hari (Rp) Lama waktu pemeliharaan (hari) Total biaya pakan sapi (Rp) (biaya penyediaan dan pembuatan HMT konsentrat, jerami amoniasi, jerami fermentasi) 3. Biaya pembelian obat-obatan (Rp) 4. Biaya operasional (Rp) Total Pengeluaran (Rp) V. Laba bersih per periode (Rp) 13,600,000.00 1,600,000.00 12,000,000.00 8,000,000.00 4,500,000.00 8,500,000.00 5,000,000.00 272,000,000.00 32,000,000.00 240,000,000.00 160,000,000.00 90,000,000.00 170,000,000.00 100,000,000.00 Satu Ekor Sapi 20 Ekor sapi

2,500.00 300 750,000.00 7,000.00 300 2,100,000.00

50,000.00 6000 15,000,000.00 140,000.00 6000 42,000,000.00

100,000.00 40,000.00 2,990,000.00 2,010,000.00

2,000,000.00 800,000.00 59,800,000.00 40,200,000.00

B. Pembuatan Pupuk Kandang Investasi Tempat dan Peralatan Pengolahan Modal Kerja 8,000,000.00 3,000,000.00 5,000,000.00

Kelompok Tani Ternak Bina Mandiri Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo

I. Jumlah pupuk yang dihasilkan selama 300 hari (per hari 7 kg) II. Harga jual pupuk kandang (Rp 300/kg) III. Biaya Produksi Stardec (1,5 kg/ton pupuk kandang) Kalsit (20 kg/ton pupuk kandang) abu bakar (100 kg/ton pupuk kandang) serbuk gergaji (50 kg/ton pupuk kandang) IV.Laba C. Pembuatan Pupuk Cair Investasi Peralatan Pengolahan Modal Kerja I. Jumlah pupuk cair yang dihasilkan selama 300 hari (per hari 5 liter) II. Harga Jual pupuk cair (Rp 2500/liter) III. Biaya Produksi Tepung ikan (2 kg/100 liter urine sapi) Tetes (5kg/100 liter urine sapi) Empon-empon (10 kg/100 liter urine sapi) IV. Laba D. Pembibitan Tanaman Hias, Buah dan Obat Investasi Peralatan Pengolahan Modal Kerja I. Kebutuhan indukan Kebutuhan Indukan tanaman hias Kebutuhan indukan tanaman buah Kebutuhan indukan tanaman obat II. Kebutuhan pupuk kandang III. Harga Jual IV. Laba E. Holtikultura Investasi Peralatan Pengolahan

2,100.00 630,000.00 220,000.00 120,000.00 80,000.00 10,000.00 10,000.00 410,000.00

42,000.00 12,600,000.00 4,400,000.00 2,400,000.00 1,600,000.00 200,000.00 200,000.00 8,200,000.00

2,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,500.00 30,000.00

3,750,000.00 1,575,000.00 450,000.00 375,000.00 750,000.00 2,175,000.00

75,000,000.00 31,500,000.00 9,000,000.00 7,500,000.00 15,000,000.00 43,500,000.00

11,000,000.00 1,000,000.00 10,000,000.00 7,100,000.00 5,000,000.00 2,000,000.00 100,000.00 200,000.00 15,000,000.00 7,700,000.00

1,500,000.00 500,000.00

Kelompok Tani Ternak Bina Mandiri Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo

Modal Kerja I. Kebutuhan Bibit Bibit Pisang ambon (100 @ Rp 1.000) Bibit Kacang Panjang (20 bk @ Rp10.000) Bibit Mentimun (20 bks @ Rp 10.000) II. Biaya produksi Pupuk kandang Pestisida III. Harga Jual IV. Laba F. Perikanan Investasi Peralatan Pengolahan Modal Kerja I. Kebutuhan Bibit ikan lele 10.000 @ 200 II. Biaya produksi (pakan stimulan) (setengah dari kebutuhan sampai panen) 5.000 @ Rp 5.000 III. Harga Jual (asumsi mortalitas 10%, harga 7.000/kg) IV. Laba Total Investasi Total Laba

1,000,000.00 500,000.00 100,000.00 200,000.00 200,000.00 550,000.00 500,000.00 50,000.00 10,000,000.00 8,950,000.00

31,000,000.00 1,000,000.00 30,000,000.00 2,000,000.00 25,000,000.00

63,000,000.00

36,000,000.00 325,500,000.00 144,550,000.00

Pengembalian modal dapat dihitung sebagai berikut: Pengembalian Modal = Keuntungan Bersih x 100% Jumlah Modal 144.550.000 x 100% 325.500.000

= 44,4 % Modal usaha akan terlunasi sebesar 44,4% setiap 10 bulan.

Kelompok Tani Ternak Bina Mandiri Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo

BAB XIII PENUTUP Dengan adanya usaha agribisnis peternakan sapi maka diharapkan ketersediaan daging asal ternak sapi dapat terpenuhi. Disamping itu juga diharapkan dapat mengembangkan kesempatan kerja dan berusaha dibidang peternakan. Disamping produk utama daging sapi, usaha agribisnis peternakan sapi juga menghasilkan pupuk kandang dan pupuk cair yang berguna untuk pengendalian hama dan kesuburan tanah.

Sukoharjo, Ketua Kelompok Tani Ternak Bina Mandiri Desa Majasto

13 Maret 2008

Calon SMD

Wagiman Mengetahui, A.n. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sukoharjo Kasubdin Peternakan

Sriyono, S.Pt

Ir. Djoko Mardani NIP. 500 081 964

Kelompok Tani Ternak Bina Mandiri Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo

LAMPIRAN KELOMPOK TANI TERNAK Nama Kelompok dan Lokasi Nama kelompok tani ternak adalah Kelompok Tani Ternak (KTT) Bina Mandiri. Lokasi di Majasto RT 02/I Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo Propinsi Jawa Tengah. Daftar Anggota Kelompok Daftar anggota kelompok tani ternak Bina Mandiri di Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo adalah sebagai berikut:
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Nama Wagiman Suwito Winarno Wagimin Hardi Wiyono Warno Takwanto Wiyono Sutarno Trisgiyanto Sumadi TTL Sukoharjo, 23-02-1979 Sukoharjo, 01-04-1973 Sukoharjo, 21-08-1978 Sukoharjo, 31-12-1974 Sukoharjo, 31-12-1956 Sukoharjo, 31-12-1949 Sukoharjo, 26-11-1972 Sukoharjo, 10-05-1963 Sukoharjo, 05-07-1955 Sukoharjo, 04-05-1970 Alamat Majasto RT 01/I Majasto RT 02/I Majasto RT 01/II Majasto RT 02/I Majasto RT 02/I Majasto RT 02/I Majasto RT 02/I Majasto RT 02/I Majasto RT 02/I Majasto RT 02/I Pekerjaan Tani Tani Buruh Tani Tani Tani Buruh Buruh Tani Buruh

Struktur Organisasi Kelompok Struktur organisasi kelompok tani Bina Mandiri di Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo adalah sebagai berikut: Pelindung Penasehat Pembimbing Ketua Sekretaris Bendahara Seksi Produksi Seksi Pakan Seksi Pemasaran : : : : : : : : : Rudi Hartono (Kepala Desa Majasto) Suyamto, S.Pd Sriyono, S.Pt Wagiman Suwito Winarno 1. Wagimin 2. Hardi Wiyono 1. Warno Takwanto 2. Wiyono 1. Sutarno

Kelompok Tani Ternak Bina Mandiri Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo

Seksi Pengembangan Usaha Potensi Kelompok Tani

2. Trisgiyanto Sumadi

Potensi kelompok tani ternak Bina Mandiri di Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo adalah sebagai berikut: 1. Sumber Daya Manusia (anggota kelompok) semuanya berkecimpung dalam usaha pertanian baik pertanian milik sendiri atau milik orang lain. Sebagian anggota sudah memelihara sapi di tempat masing-masing. 2. Luas lahan pertanian anggota kelompok mencapai 12.000 m2 (1,2 ha). Luas pekarangan anggota kelompok mencapai 4.000 m2 (0,4 ha) 3. Tersedia kandang kapasitas 10 ekor. Luas lahan untuk pengembangan kandang 400 m2 4. Limbah jerami tersedia melimpah. Usaha Yang Sudah Dijalankan Usaha yang sudah dijalankan kelompok tani ternak Bina Mandiri di Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo adalah sebagai berikut: 1. Menanam Hijauan Makanan Ternak (HMT) seluas 1.000 m2 2. Memberikan kesempatan anggota kelompok untuk memelihara 3 ekor sapi di kandang yang tersedia (kapasitas 10 ekor) LAMPIRAN (Foto Lokasi kelompok)

Kelompok Tani Ternak Bina Mandiri Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo

Sukoharjo, 13 Maret 2008 Hal : Pengajuan Bantuan Pengembangan Agribisnis Peternakan Sapi

Kelompok Tani Ternak Bina Mandiri Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo

Lamp

Kelompok Tani Ternak Bina Mandiri : 1 (satu) bendel

Kepada: Direktur Jenderal Peternakan Departemen Pertanian RI Di JAKARTA Dengan Hormat, Dengan ini kami mengajukan bantuan kepada Bapak Direktur Jenderal Peternakan untuk Pengembangan Agribisnis Peternakan Sapi Kelompok Tani Ternak Bina Mandiri Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo Propinsi Jawa Tengah (sebagaimana terlampir). Demikian proposal ini kami ajukan. Atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih.

Ketua Kelompok Tani Ternak Bina Mandiri Desa Majasto

Calon SMD

Wagiman Mengetahui, A.n. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sukoharjo Kasubdin Peternakan

Sriyono, S.Pt

Ir. Djoko Mardani NIP. 500 081 964

Kelompok Tani Ternak Bina Mandiri Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo

You might also like