You are on page 1of 34

Tugas Makalah LINGKUNGAN SOSIAL DAN SOSIOLOGI MEDIA Dosen Pengajar: DR.

Emrus

Disusun Oleh: Nama NIM : Gadis Octory : 552 1111 0112

Fakultas : Magister Ilmu Komunikasi

PROGRAM PASCASARJANA ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA 2012

Kata Pengantar Puja dan puji syukur penulis panjatkan pada khadirat Tuhan yang Maha Esa atas rahmat dan karunianya, memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu, serta rasa terimakasih yang dalam kepada kerabat terdekat yang selalu memberikan dukungan, simpati, semangat, baik moril maupun materi. Sebagai mahasiswi magister ilmu komunikasi, mengkaji Lingkungan Sosial dan Sosiologi Media adalah bagian dari kegiatan komunikasi, khususnya komunikasi massa yakni meliputi hubungan media massa sebagai sistem dalam lingkungan sosial, hubungan didalam institusi media termasuk proses produksi isi media dan hubungan media massa dengan khalayak. Dan selanjutnya akan dikupas secara sederhana dalam materi makalah ini. Demikianlah, penulis berharap kesederhanaan makalah ini menjadi salah satu tugas akhir yang bermanfaat bagi pembaca dan pemenuhan syarat penulis mengikuti UAS mata kuliah Sosiologi Media.

Pamulang, 3 Agustus 2012

,Penulis

2 Lingkungan Sosial dan Sosiologi Media Oleh Gadis Octory

Daftar Isi Cover........................................................................................................... Kata Pengantar............................................................................................ Daftar Isi..................................................................................................... Lingkungan Sosial ...................................................................................... Sosiologi Media .......................................................................................... Media Sebagai Fungsi Lembaga Ekonomi ............................................... Lingkungan Intelektual Media .................................................................... Lingkungan Politik Bagi Media .................................................................. Politik Media ................................................................................................. Politik Media pada Zaman Otoriter ........................................................... Politik Media Demokrasi - Liberal ............................................................... Fungsi Media dalam Politik ........................................................................ Media Politik ................................................................................................. Media sebagai Sarana Sosialisasi Politik .................................................. Industri Media dan Ekonomi ..................................................................... Daftar Pustaka .............................................................................................. 1 2 3 4 7 5 11 15 16 18 19 23 24 26 28 34

3 Lingkungan Sosial dan Sosiologi Media Oleh Gadis Octory

1. Lingkungan Sosial Kehidupan kita tidak lepas dari lingkungannya. Baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial, Kita melakukan sesuatu sangat bergantung pada lingkungan. Lingkungan sendiri juga memiliki pengertian yaitu segala sesuatu yang ada di sekitar kita dan dapat mempengaruhi perkembangan kehidupan kita baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Dan sosial sendiri memiliki arti kemasyarakatan atau keadaan dimana terdapat kehadiran orang lain. Menurut (Ahmadi, 2003:201) lingkungan sosial yaitu lingkungan masyarakat yang di dalamnya terdapat interaksi individu satu dengan individu lain. Keadaan masyarakat pun akan memberikan pengaruh tertentu terhadap perkembangan individu. Lingkungan sosial ini dibedakan: 1. Lingkungan Sosial Primer yaitu lingkungan sosial di mana terdapat hubungan yang erat antara anggota satu dengan anggota lain, anggota satu saling kenal mengenal dengan baik dengan anggota lain. 2. Lingkungan Sosial Sekunder yaitu lingkungan sosial yang berhubungan anggota satu dengan anggota lain agak longgar. Penulis menyimpulkan bahwa lingkungan sosial adalah lingkungan yang terdiri dari sekumpulan mahluk sosial (masyarakat) dan di dalamnya terdapat proses komunikasi antar individu satu dengan individu lain (saling berinteraksi). Dari proses inilah yang melahirkan suatu keadaan sistem pergaulan yang besar peranannya sehingga memiliki pengaruh terhadap pembentukkan karakter serta kepribadian individu itu sendiri. Lingkungan sosial primer seseorang pertama di bentuk dalam lingkungan yang terdekat yakni keluarga. Lingkungan keluarga merupakan media pertama dan utama yang berpengaruh terhadap pembentukkan perilaku setiap individu. Di dalam lingkungan keluarga, individu diberikan pendidikan agar menjadi mandiri, tidak hanya mandiri saja tetapi juga bisa mengarahkan dirinya pada keputusannya sendiri untuk mengembangkan kemampuan fisik, mental, sosial dan emosional yang di milikinya, sehingga dapat mengembangkan suatu kehidupan yang sehat dan produktif.
4 Lingkungan Sosial dan Sosiologi Media Oleh Gadis Octory

Sehingga lingkungan keluarga merupakan bekal untuk kita dalam melakukan sosialisasi dalam lingkungan sosial yang mencangkup luas dan tidak hanya dalam suasana rumah, tetapi juga bisa kita menggunakan bekal itu dalam lingkungan sosial dalam masyarakat dan lainnya (lingkungan Sosial Sekunder). Sejalan dengan itu menurut (Karl Erik Rosengren, 2000) pengaruh media cukup kompleks dalam hal pembentukan karakter lingkungan sosial, dampak media bisa dilihat dari:
1.

Skala kecil (individu) dan luas (masyarakat). (puluhan tahun/ abad) dampak itu terjadi. Oleh karena itu penulis menganggap lingkungan sosial dan media sangat

2. Kecepatannya, yaitu cepat (dalam hitungan jam dan hari) dan lambat

berkaitan erat karena media menampilkan realitas yang ada dan mengkonstruksi realitas sebagai bagian dari kehidupan manusia bahkan terkait secara ekonomis yaitu kebutuhan hidup manusia dalam berelasi dalam skala yang kecil dan luas dalam waktu yang sangat relatif (cepat atau lamban). Secara perlahan-lahan namun efektif, media membentuk pandangan pemirsanya terhadap bagaimana seseorang melihat pribadinya dan bagaimana seseorang seharusnya berhubungan dengan dunia sehari-hari. Beberapa hubungan lingkungan sosial dan media antara lain (http://id.wikipedia.org/wiki/Media_massa, diakses 2 Agustus 2012): 1. Media memperlihatkan pada pemirsanya bagaimana standar hidup layak bagi seorang manusia. 2. Penawaran-penawaran yang dilakukan oleh media bisa jadi memengaruhi apa yang pemirsanya inginkan. 3. Media visual dapat memenuhi kebutuhan. 4. Penikmat media menentukan arah media populer saat mereka berekspresi dan mengemukakan pendapatnya. Penulis menyimpulkan bahwa media menjadi tolak ukur standar lingkungan sosial yang ideal sehingga dapat mempengaruhi keinginan individu. Secara visual
5 Lingkungan Sosial dan Sosiologi Media Oleh Gadis Octory

pun sajian media dapat memenuhi kebutuhan pemirsanya akan kepribadian yang lebih baik, pintar, cantik/ tampan, dan kuat. Contohnya fenomena boy Band dan girlband K-Pop (korea style) yang saat ini menjadi trend remaja ABG, mereka akan meniru gaya bicara idola mereka, meniru cara mereka berpakaian. Penawaran yang dilakukan oleh media bisa jadi mendukung pemirsanya menjadi lebih baik atau mengempiskan kepercayaan dirinya. Media bisa membuat pemirsanya merasa senang akan diri mereka, merasa cukup, atau merasa rendah dari yang lain.

2. Sosiologi Media Sosiologi Media adalah kajian sosiologis dari kegiatan komunikasi, khususnya komunikasi massa yakni meliputi hubungan media massa sebagai

6 Lingkungan Sosial dan Sosiologi Media Oleh Gadis Octory

sistem dalam lingkungan sosial, hubungan didalam institusi media termasuk proses produksi isi media dan hubungan media massa dengan khalayak. (Croteau dalam bukunya Media/Society, 1997: 24-27), menggambarkan peran media dalam kehidupan sosial dalam suatu model yang memiliki lima elemen pokok yaitu dunia sosial (social world), industri media, pesan dan atau produk media, pemirsa/audiens dan teknologi. Kelima elemen tersebut memiliki hubungan masing-masing dengan elemen lainnya baik langsung maupun tidak. Dunia sosial atau lingkungan terletak di tengah antara elemen lain yang menunjukkan posisinya sebagai pusat dari hubungan semua elemen. Fungsi Media Massa dalam Sistem Sosial: 1. Fungsi Bisnis 2. Fungsi Politis 3. Fungsi Sosial 4. Fungsi Organisator 5. Fungsi Ekonomis Regulasi penyiaran pasca-1998 pada akhirnya tidak sungguh - sungguh menyerahkan urusan penyiaran kepada publik, mengeliminasi determinasi sistem administrasi negara dan ekonomi pasar terhadap media sebagai domain kehidupan masyarakat. Perubahan regulasi itu belakangan justru memfasilitasi gerak rekolonisasi- rebirokratisasi dan rekomersialisasi- ranah penyiaran. Keutamaan media dalam wujud pemberdayaan berbasis komunitas, deliberasi dan diskursitas praktik berkomunikasi dan diseminasi informasi, penghargaan terhadap kemajemukan dan kebinekaan, tergusur oleh rasionalitas strategis untuk mempertahankan estabilishment kepentingan ekonomi dan politik dalam bisnis penyiaran. (Sudibyo, 2000: 4) Cita-cita untuk mengembalikan media sebagai fenomena masyarakat dikalahkan gerak reorganizing power kekuatan modal dan birokrasi. Pertama, media massa, khususnya media penyiaran, semakin menjadi bagian integral dari realitas masyarakat Indonesia. Berbagai perkembangan faktual menunjukkan, media bukan lagi sekedar sebagai faktor pelengkap, melainkan telah menjadi
7 Lingkungan Sosial dan Sosiologi Media Oleh Gadis Octory

faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya bangsa Indonesia pascareformasi 1998. Kedua, diskursus tentang demokratisasi media belakangan terlanjur masuk ke wilayah yang sangat tematik: etiak jurnalistik, perizinan siaran, permodalan media, pengaruh TV terhadap anak-anak, peran media dalam pemilu, dan seterusnya. (Sudibyo, 2000: 4) Mudah dipahami media dalam konteks ini adalah bagian dari dunia kehidupan. Sebuah ruang simbolik tempat bersemainya cakrawala kesadaran, pemikiran, dan nilai-nilai bersama dalam setiap tindak komunikasi, saling pemahaman dan pembentukan konsesus berlangsung. David Marquand, apa yang sentral bagi konsepsi ruang publik adalah nilainilai kewarganegaraan, persamaan, pelayanan, dan kepentingan umum. Nilai-nilai inilah yang perlu dihadirkan media guna membentuk watak kultural masyarakat. Media juga institusi ekonomi yang beroperasi berdasarkan rasionalitas bisnis. Orang mendirikan media bukan hanya karena idealisme, tetapi juga dan terutama dengan pertimbangan-pertimbangan akumulasi modal. (Sudibyo, 2000: 10)

3. Media Sebagai Fungsi Lembaga Ekonomi

Tidak dapat dipungkiri, acuan hidup yang ada pada zaman sekarang adalah berorientasi pada hal yang berbau uang atau bisnis. Seberapa besar dan hebatnya suatu perusahaan akan dinilai dari siapa saja rekanannya, berapa banyak kekayaannya, sampai bagaimana prospeknya. Hal inilah yang juga terjadi pada bisnis media massa yang ada di Indonesia. Disebutkan berkali-kali bahwa
8 Lingkungan Sosial dan Sosiologi Media Oleh Gadis Octory

pers memiliki kekuatan besar dalam memanfaatkan apa yang ada di sekitarnya, tidak terkecuali dalam hal yang berbau ekonomi. Perusahaan pers yang besar dan berhasil saat ini dihitung dari

kekayaannya, bukan keberhasilan memiliki banyak peminat belaka. Media massa adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang jurnalistik yang mampu memamfaatkan keadaan di sekitarnya sebagai nilai jual sehingga pers sebagai lembaga sosial dapat memperoleh keuntungan maksimal dari hasil produksinya untuk kelangsungan hidup lembaga pers itu sendiri. Beranjak dari pemaparan tersebut kiranya melirik keberadaan digital media sebagai salah satu potensi dalam menjalin komunikasi antara perusahaan dan khalayaknya secara lebih personal dan tepat sasaran. Riset TNS terhadap 13.500 remaja di 11 negara, termasuk Indonesia, menunjukkan bahwa konsumsi penggunaan digital media oleh segmen remaja relatif besar, secara global mencapai US$ 750 miliar dalam satu tahun, dimana US$ 54 miliar di antaranya adalah belanja remaja di negara-negara bagian Asia Pasifik, dan US$ 7 miliar adalah belanja remaja Indonesia. Saat ini, katanya, sekitar 15% dari 238 juta populasi penduduk Indonesia adalah remaja 12-19 tahun. Kecanggihan era digital online menjadi salah satu peluang bisnis dengan berdagang melalui situs jejaring sosial, karena sangat mudah dilakukan oleh siapa saja dan tidak memerlukan biaya yang besar. Kita tinggal membuat account di situs jejaring sosial, memajang gambar-gambar barang yang akan dijual melalui situs jejaring sosial tersebut, dan mempromosikannya kepada khalayak. Usaha seperti ini tentu saja sangat minim modal, namun terbukti efektif dalam meraup keuntungan yang cukup besar. Pada saat sekarang ini banyak muncul bisnis belanja online sehingga dapat mepermudah masyarakat untuk mendapatkan barang sesuai dengan kebutuhannya. Masyarakat cukup dengan mencarinya melalui situs belanja yang ada. Selain bisnis online, perkembangan teknologi juga dapat mempengaruhi perusahaan dalam beriklan. Di saat ini banyak perusahaan melakukan kegiatan promosi terhadap produk yang mereka hasilkan suapaya lebih cepat meluas kepada masyarakat dan masyarakat dapat mengetahuinya melalui Media.
9 Lingkungan Sosial dan Sosiologi Media Oleh Gadis Octory

Kegiatan promosi suatu hasil produk tidak lagi hanya dilakukan melalui mediamedia konvensional, tetapi juga dapat dilakukan melalui media online. Pemasangan iklan dan promosi melalui media online juga dianggap sangat efektif karena sebagian besar masyarakat sudah dan sering mengakses internet. Perubahan penting yang terjadi adalah semakin tersegmentasinya

konsumen berdasarkan demografis, gaya hidup, konsumsi media serta pola belanja yang berbeda diantara berbagai kelompok konsumen. Media massa memberikan pengaruh signifikan pada kebiasaan berbelanja konsumen. Misalnya, TV berlangganan menawarkan saluran atau channel dalam jumlah besar kepada rumah tangga. Beberapa saluran TV berlangganan bahkan hanya digunakan untuk menyiarkan iklan selama 24 jam. Iklan televisi sering dikemas dalam bentuk infomercial yang tampaknya lebih menyerupai program televisi daripada iklan. Setiap hari semakin banyak orang yang memiliki akses ke Internet yang menyediakan berbagai informasi dan hiburan serta kesempatan untuk berbelanja melalui Internet. Konsumen dapat membeli berbagai macam jenis produk dan memilihnya tanpa batas. Penulis menyimpulkan bahwa, nilai angka tersebut menunjukkan bahwa pesatnya industri media sangat berkaitan erat dan sangat memiliki pengaruh dengan lajunya pertumbuhan ekonomi di sebuah negara.

4. Lingkungan Intelektual Media (Jakob Oetama, 2001) menyatakan bahwa, media memiliki peran dalam mencerdaskan bangsa dan masyarakat. Kebebasan media pada gilirannya akan menumbuhkan enlightened understanding dari persoalan-persoalan publik hingga persoalan politik. Melalui media, masyarakat dapat berpartisipasi secara efektif mempengaruhi agenda publik. Selain itu, lewat upaya pencerdasan, kesadaran masyarakat terhadap hukum semakin tinggi dan tidak akan mudah menempuh jalan main hakim sendiri, termasuk terhadap media.
10 Lingkungan Sosial dan Sosiologi Media Oleh Gadis Octory

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam kemajuan suatu bangsa dan negara. Tanpa pendidikan yang baik, sulit untuk mencapai dan meningkatkan kesejahteraan rakyat, baik secara lahir maupun batin. Pendidikan mempunyai mutu yang tinggi jika dapat memberikan suatu perubahan yang baik. Misalnya dalam menyampaikan suatu materi kepada peserta didik. Untuk itu, pemerintah dan masyarakat berusaha meningkatkan dan mengembangkan mutu pendidikan melalui media. Salah satu fungsi utama media adalah mendidik dengan suatu hal yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Media massa salah satu sarana pendidikan massa yang akan memberikan pengajaran bukan secara pribadi melainkan umum diterima oleh masyarakat. Lagi-lagi dari sini akan muncul pandangan bahwa apa yang benar di mata umum, juga merupakan benar bagi seluruh anggota masyarakat. Tujuan pendidikan ini adalah sebuah perubahan. Oleh karena itu materi yang disajikan media massa haruslah bermuatan tulisan yang berkualitas demi mencapai tujuan perubahan yang baik tersebut. Senada dengan (Ernes Gellner dalam buku Postmodernism Reason and Religion, 2002) berpendapat, Memang benar masa depan dunia akan didominasi oleh komunitas yang memiliki kultur tulis-menulis dalam bentuk apapun dan mereka itulah yang akan membawa dunia kemana yang mereka inginkan. Oleh karena itu, komunitas mana pun yang ingin menjadi pemain dunia global mereka harus masuk dan menjadi pemain dalam kultur tulis-menulis itu. Penulis setuju dengan pendapat diatas, kultur tulis-menulis adalah budaya yang positif membawa ke arah perubahan, analoginya dari hasil pesan karya tulisan yang terlahir dari pemikiran-pemikiran brilian, serta menggunakan media sebagai sarana mereka menyampaikan ide kepada masyarakat, maka disinilah yang dikatakan komunitas dengan memiliki budaya tulis-menulis tersebut berperan sebagai kaum intelektual karena mereka berkontribusi membawa dunia ke arah perubahan seperti impian mereka. Salah satu keberhasilan media dalam mendidik masyarakat dan membawa ke arah perubahan yakni adanya internet. Internet memungkinkan mengakses kepada sumber informasi yang telah banyak tersedia. sehingga, masalah akses
11 Lingkungan Sosial dan Sosiologi Media Oleh Gadis Octory

semestinya bukan menjadi suatu masalah lagi. Internet dapat dianggap sebagai sumber informasi yang sangat besar dibidang apapun yang diminati pasti ada informasi dan internet, khususnya dalam bidang pendidikan. Jadi tidak berlebihan jika harian Kompas mengatakan, media telah menjadi penyambung mata pena kaum intelektual kita pada masyarakat daerah saat ini, nasional, dan bahkan misalnya sering kita telah baca di beberapa media online tulisan para mahasiswa kita yang diluar negeri dan Negara lainya. (edukasi.kompasiana.com/2012/02/15/media-kaum-intelektual-dan-kulturtulis menulis-kita) Tak dapat dipungkiri teknologi mengambil peranan yang sangat penting dalam perkembangan teknologi komunikasi, dan tak dapat dipungkiri bahwa teknologi komunikasi telah mengambil porsi yang besar dalam system perubahan masyarakat, media memegang peranan yang sangat penting dalam menyebarkan nilai dan ideology-ideologi yang dimiliki media tersebut. Media juga berfungsi sebagai alat control yang potensial dalam mendorong perubahan system social. Dalam hal ini media dapat mengarahkan dan memberikan pengaruh besar dalam pembentukan opini masyarakat. Media secara online merupakan salah satu media komunikasi dan media pembelajaran yang sangat bermanfaat bagi masyarakat terhadap dunia pendidikan. Selain itu sistem belajar melalui internet ini lebih mudah, cepat, murah, dan informasi yang didapat lebih variatif. Bahkan organisasi dunia pun (PBB) telah merancang konsep pendidikan Education for next generation (pendidikan untuk generasi masa depan) yang lebih banyak berbasis informasi, teknologi, dan komunikasi (ITC). Akan tetapi banyak masyarakat yang mengkhawatirkan pemanfaatan media internet di dunia pendidikan. Teknologi hadir di masyarakat bukan sesuatu yang harus ditolak karena alasan mengkhawatirkan masa depan anak didik. Tapi, jangan sampai karena kekhawatiran tersebut, teknologi itu ditolak. Masyarakat harus optimis kalau hal itu akan memberikan manfaat yang sangat besar bagi pendidikan (Andjo, Pengaruh Internet Dalam Dunia Pendidikan.,2009)
12 Lingkungan Sosial dan Sosiologi Media Oleh Gadis Octory

Selain kekerasan, bahaya yang paling sering dikhawatirkan adalah soal pornografi. Jumlah pengakses konten pornografi online di internet dari hari ke hari semakin meningkat. Parahnya, ini terjadi di kalangan anak dan remaja. Setidaknya demikian hasil studi yang terungkap di Amerika Serikat. Penelitian yang dilakukan University of New Hampshire untuk National Center for Missing and Exploited Children membandingkan jumlah dan perilaku pengakses pornografi online pada tahun 1999-2000 dengan jumlah dan perilaku pengakses pornografi online 2005. Menurut hasil studi, jumlah pengakses pornografi online di kalangan anak remaja berusia 10-17 tahun meningkat 25% dari sebelumnya. (http://detikinet.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/12/tgl/06/time/1425 52/idnews/716867/idkanal/398, diakses pada 2 Agustus 2012) Pada sisi inilah anak-anak dan remaja di bawah umur dan pada masa labil/ ingin tahu dan termasuk golongan netter adalah yang paling dikhawatirkan menjadi korban penyalahgunaan internet. Dari masalah-masalah sederhana sampai persoalan serius yang berimplikasi pidana. Remaja pengakses internet sangat dimungkinkan secara tidak sengaja tersesat masuk ke situs-situs berbahaya. Mereka mudah mendapatkan atau menemukan (sengaja maupun tidak) materi-materi yang tidak layak diakses, misalnya pornografi, kebencian, rasisme, kejahatan, ataupun hal-hal lain yang sifatnya menghasut untuk melakukan aktivitas negatif-ilegal. (Andjo, Pengaruh Internet Dalam Dunia Pendidikan.,2009) Manfaat yang ditimbulkan dari kehadiran internet bagi pendidikan antara lain:
1. Mempercepat dan mempermudah alih ilmu pengetahuan dan teknologi. 2. Proses pembelajaran lebih menarik. Melalui internet pembelajaran tidak

monoton dan jenuh karena dalam internet ada hal-hal baru yang variatif dan inovatif.
3. Mendorong siswa untuk lebih aktif mencari ilmu pengetahuan dan informasi. 4. Mempermudah penjelasan konsep. Selama ini dalam materi atau bahan

pelajaran disampaikan melalui metode ceramah. Dengan adanya internet, guru bisa menyampaikan konsep atau materi secara audiovisual. Pelajaran lebih nyata dan jelas, sehingga mempermudah pemahaman siswa. Hal ini
13 Lingkungan Sosial dan Sosiologi Media Oleh Gadis Octory

dapat menghindari kebingungan pada diri siswa saat proses pembelajaran berlangsung.
5. Pembelajaran lebih konseptual dan up to date (aktual). 6. Mempermudah dan mempercepat administrasi pendidikan. Pelaksanaan

proses pendidikan harus diusahakan lebih praktis dan cepat. Guru tidak terlalu disibukkan urusan administrasi yang berbelit-belit, sehingga konsentrasi lebih tertuju pada proses pembelajaran di kelas. Misalnya, dalam membuat persiapan mengajar, pengolahan nilai, dan menyebarluaskan nilai ulangan atau ujian, bisa menggunakan fasilitas komputer (internet). Dengan demikian, internet dapat memperbaiki dan memperlancar administrasi pendidikan.
7. Sebagai perpustakaan elektronik. 8. Mempercepat dan mempermudah komunikasi edukatif antara guru dengan

siswa Dilihat dari berbagai manfaat positif Internet sebagai media ruang public tentunya lebih banyak menguntungkan bagi dunia pendidikan, pembentukan karakter individu, dan karakter lingkungan sosial, serta dalam industri media. Namun permasalahannya sekarang ini adalah pendistribusian yang tidak merata bagi teknologi ini. hal ini bukan hanya terjadi di Indonesia namun juga terjadi di beberapa negara di dunia, adanya kesenjangan digital karena teknologi ini hanya terkonsentrasi pada beberapa pulau namun yang lainnya belum dapat mengakses teknologi ini. 5. Lingkungan Politik Bagi Media Pada dasarnya manusia tak bisa lepas dari kehidupan berpolitik, karena manusia selalu melakukan praktik politik dalam menjalankan roda kehidupan. Politik disini diartikan dalam arti yang lebih luas dari sekadar politik yang berhubungan dengan sebuah partai atau organisasi yang terkait dengan kekuasaan. Melihat begitu besar peranan media dalam mempengaruhi sebuah system masyarakat, maka media juga akan berdampak dalam kehidupan berpolitik.

14 Lingkungan Sosial dan Sosiologi Media Oleh Gadis Octory

Media dalam politik sangat penting karena dapat memberikan pengaruh besar atas siapa yang mendapatkan kekuasaan, politisi bisa mendapatkan publisitas. Tentunya dengan tujuan khalayak mengetahui agenda politik setelah itu simpati dan menjatuhkan pilihannya kepada partai tersebut. Siapapun komunikator atau aktivis politik akan berusaha untuk menguasai media. Segala kegiatan yang ada nuansa politik diangkat media bertujuan tak hanya sebagai sarana publisitas namun juga mempengaruhi khalayak untuk memilihnya. Ketika pada masa postmodern, otoritas yang ada mengutamakan charisma yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Media massa mengkonstruksikan kekuasaan yang berkarisma melalui produksi media terhadap penciptaan image. Akan tetapi media juga dapat dijadikan sebagai alat untuk menjatuhkan sebuah rezim yang dapat menggerakkan masyarakat (collective action). Nyarwi dalam Paradoks Media sebagai Pilar Keempat Demokrasi (Jurnal Ilmu Sosial dan Politik. 2008) mengacu pada pendapat (David Croteau dan William Hoynes 2003: 37, 2006:38), berkesimpulan bahwa trend yang berkembang di Indonesia selama satu dasawarsa pascareformasi tak hanya melahirkan dua mainstream orientasi media, yaitu market oriented dan public sphere model saja. Akan tetapi lebih dari itu, perkembangan komunikasi politik dan politik komunikasi, mendorong power oriented model. Terdapat kecenderungan media massa menjadi aktor politik untuk akumulasi kekuasaan pemodal. Model ini ditandai oleh menguatnya indikator: 1. Media makin penting dalam pencitraan politik 2. Keberadaan media memiliki kepentingan akumulasi kekuasaan 3. media menempatkan audiens sebagai pasar politik 4. Tujuan utama menjadikan khalayak sebagai captive market ekonomi dan politik 5. Media massa justru kian mampu mengkonstruksi kepentingan publik
15 Lingkungan Sosial dan Sosiologi Media Oleh Gadis Octory

ekonomi

dan

politik

maupun

kecenderungan

media

massa

menyediakan diri atau dipaksa menjadi instrumen politik suatu rejim politik dan

6. Keragaman pesan justru sebagai komoditas politik 7. Media mampu menyiasati regulasi untuk saling menguntungkan dengan aktor politik lain 8. Akuntabilitas pada pemodal dan rejim politik yang berkuasa 9. Kesukesan media bila mampu mengawal kepentingan pemodal dan rejim politik berkuasa 6. Politik Media Politik media adalah sebagai produk dari perilaku yang berorientasi pada tujuan (goal-oriented behaviour) dari aktor-aktor utama dalam politik media, ialah politisi, jurnalis, dan orang -orang yang digerakkan oleh dorongan (kepentingan) khusus. Bagi politisi, tujuan dari politik media adalah dapat menggunakan komunitas massa untuk memobilisasi dukungan publik yang mereka perlukan untuk memenangkan pemilihan umum dan memainkan program. Bagi jurnalis, tujuan politik media adalah untuk membuat tulisan yang menarik perhatian banyak orang. Bagi masyarakat, tujuannya adalah untuk keperluan mengawasi politik dan menjaga politisi agar tetap akuntabel, dengan menggunakan basis usaha yang minimal. Kesimpulannya penulis menganggap bahwa, politik media bisa disebut sebagai kebijakan perusahaan media. Kebijakan media terkait dengan sistem politik setiap negara. (Bungin 2008: 289) menjabarkan Teori Pers untuk menjelaskan hal ini. Mengutip Four Theories of The Press (Siebert, Peterson, dan Schramm, 1956, Severin dan Tankard, Jr. 2005: 373) ada empat kategori pers di dunia. Empat kategori itu adalah: 1. Teori Otoriter

16 Lingkungan Sosial dan Sosiologi Media Oleh Gadis Octory

Dalam kondisi politik negara otoriter, pers boleh dimiliki oleh publik maupun pribadi. Namun, pers tetap dianggap sebagai alat untuk menyebarkan kebijakan pemerintah (Severin dan Tankard, Jr. 2005:373 dalam Bungin. 2008: 290). Menurut penulis kondisi Indonesia di era kekuasaan politik Orde Baru berada dalam kondisi seperti dijelaskan oleh Teori Otoriter. 2 Teori Liberal Teori Liberal pers berkembang sebagai dampak dari masa pencerahan dan teori umum tetang rasionalisasi serta hak-hak alamiah dan berusaha melawan pandangan yang otoriter. Media dikontrol dalam dua cara yaitu proses pembuktian kebenaran dan pasar bebas gagasan. (Bungin. 2008: 290). Menurut penulis, pers Indonesia di era reformasi berada dalam situasi Liberal. Ini dibuktikan dengan terbukanya kebebasan berpendapat di media dan berkembangnya industri media massa. 3. Teori Tanggung Jawab Sosial Di bawah teori ini, media dikontrol oleh pendapat masyarakat, tindakan konsumen, kode etik profesional dan dalam hal penyiaran, dikontrol oleh badan pengatur. (Effendy, 200: 272 dalam Bungin. 2008: 291) Menurut penulis, kondisi ini yang tengah diupayakan oleh pihak-pihak LSM maupun kelompok penekan terkait pers (misalnya: Dewan Pers, Komisi Pennyiaran Independen, Aliansi Jurnalis Independen). Namun faktanya, kondisi pers Indonesia lebih dekat pada suasana pers Liberal. Salah satu penguatnya adalah UU no 40 Tahun 1999 Tentang Pers yang membuat wartawan dan perusahaan pers tak mudah untuk digugat secara pidana maupun perdata. 4. Teori Komunis Soviet Soviet berpandangan, tujuan utama media adalah membantu keberhasilan dan kelangsungan sistem soviet. Media dikontrol oleh tindakan ekonomi dan politik pemerintah dan anggota partai ortodoks saja yang bisa mennggunakan
17 Lingkungan Sosial dan Sosiologi Media Oleh Gadis Octory

media secara regular. Media dalam sistem Soviet hanya sebagai kepanjanngan tangan negara. (Bungin. 2008: 291).
7. Politik Media pada Zaman Otoriter

Dalam negara berkembang seperti Indonesia, pemusatan peranan politik media telah diakui. Media adalah sebagai aktor utama dalam penyampaian pesan politik. Sebagaimana pernah diucapkan oleh Presiden Soeharto dalam pidatonya pada hari Pers Nasional bahwa negara sangat menekankan pentingnya pers dalam proses Nation Building pada tahun 1989: Sebagai bagian integral dalam masyarakat, bangsa dan negara yang sedang berkembang, maka pers memiliki peranan penting dalam membantu mengelola bangsa ini dengan semua kerumitannya melalui diseminasi berita, opini, ide, harapan ke masyarakat. Media dalam konteks ini telah memainkan peran membantu membangun dan melestarikan kesatuan dan persatuan sebagai sebuah bangsa (McCargo, 1999:131).

Penulis mengartikan bahwa fungsi media yang dibentuk pada sistem pemerintahan Soeharto adalah alat untuk mempersatukan ideologi rakyat, mempromosikan ideologi nasional dan melegitimasi proses pembangunan. Sehingga dalam menjalankan fungsi ini, pers adalah sebagai sebuah agen stabilitas, yang bertugas membantu melestarikan tatanan sosial politik. Didalam lingkungan media dalam politik otoriter, Penulis simpulkan bahwa media sebagai agen perubahan yang lunak. Kajian mengenai media di negara berkembang cenderung lebih menekankan dominasi atau hegemoni kekuasaan negara, di mana media digunakan sebagai alat propaganda negara atau menjadi alat kepentingan untuk melestarikan ideologi penguasa (hegemoni). Dalam hal ini ada kepentingan yang cukup signifikan dari pemegang kekuasaan untuk menggunakan media sebagai alat politik dalam mencapai tujuannya.
8. Politik Media Demokrasi - Liberal

18 Lingkungan Sosial dan Sosiologi Media Oleh Gadis Octory

Lebih dari duapuluh tahun silam, terdapat 3 (tiga) kasus yang tidak popular pada pemerintahan di Asia Tenggara yang tidak disukai oleh rakyatnya dan diprotes melalui gerakan perlawanan rakyat. Di Filipina tahun 1986, gerakan People Power berhasil mengusir Marcos dari kursi kuasa kepresidenan. Di Thailand tahun 1992 yang terkenal dengan Peristiwa Mei mendepak pemerintah Suchinda Kraprayoon dari kekuasaan negara, dan Indonesia tahun 1998 (McCargo, 1999:131). Fenomena dari negara berkembang tersebut semakin membuktikan bahwa Media memainkan peranan penting sebagai pemberontakan atau perlawanan dalam gerakan perubahan sistem kekuasaaan yang terjadi di negara -negara tersebut. Peran media pada saat itu membantu dalam menentukan hasil dari perubahan politik dan sosial dramatik yang terjadi saat krisis. Media dapat dipahami sebagai sebuah titik pertemuan dari banyak kekuatan yang berkonflik dalam masyarakat modern, dan karena itu tingkat kerumitan isu dalam media tinggi. Hubungan antara pemerintah dan media dan politik, dan media dengan masalah globalisasi dan lokalitas, keduanya menjadi hal yang controversial dalam kajian media umumnya (Koike: 2002:13 -14). Senada dengan kajian demokratisasi yang diungkapkan Neumann adalah, semakin press independent dengan semakin besar kebebasan yang dimiliki maka akan memberi kontribusi positif pada perubahan politik, mendukung transisi demokrasi dan meruntuhkan rejim yang otoritarian. Dengan kata lain, media dapat memainkan peranan yang sangat besar khususnya pada saat babak politik dalam transisi, karena media dapat bertindak sebagai agen perubahan. Neumann menegaskan bahwa kebebasan memegang peranan penting di Asia Tenggara, khususnya dalam proses liberalisasi politik yang berhubungan dengan munculnya pers yang lebih terbuka dan kritis (Neumann, 1998). Asumsi yang mendasari adalah, pertama media adalah sebuah institusi dan aktor politik yang memiliki hak-hak. Kedua, media dapat memainkan berbagai peran politik, diantaranya mendukung proses transisi demokrasi, dan melakukan oposisi. Sebagaimana disinyalir oleh Cook, bahwa hal ini telah menjadi perhatian
19 Lingkungan Sosial dan Sosiologi Media Oleh Gadis Octory

penting pada masyarakat Barat, di mana para jurnalis telah berhasil mendorong masyarakat untuk tidak melihat mereka sebagai aktor politik, sedangkan para pakar politik juga telah gagal untuk mengenali media sebagai sebuah institusi politik (Cook, 1998:4). Kekuatan dominasi kuasa rezim yang meminggirkan dan menghilangkan otonomi media massa pada masa pemerintah Suharto tidak berlaku dengan keputusan Presiden BJ Habibie untuk mencabut Permenpen Nomor 01 Tahun 1984 tentang Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP), pada 5 Juni 1998. Setahun kemudian pemerintah bersama legislatif mereformasi Undang Undang Pers yang lama dan menggantinya dengan Undang -Undang baru, yang dikenal dengan Undang - Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. Beberapa pasal tentang kemerdekaan untuk memperoleh informasi diatur di dalamnya, begitu pula kran kebebasan terbuka bagi wartawan untuk memilih organisasi pers. (Journal.unair.ac.id Siti Aminah, Dosen Jurusan Ilmu Politik Unair, Surabaya, Politik Media, Demokrasi dan Media Politik, hal. 1-9) Mendemokratisasi komunikasi menuntut adanya kebebasan untuk

berbicara dan menggunakan hak tersebut untuk berkomunikasi. Ini menempatkan kewajiban yang sama pada masyarakat demokrasi untuk memberi kesempatan dan sarana untuk menggunakan hak ini, yaitu dengan membantu, mendukung dan mensubsidi badan atau organisasi dan kegiatan operasional dari surat kabar, jurnal, media penyiaran, dan sebagainya, yang diterbitkan oleh organisasi, kelompok minoritas, dan semua kelompok yang tidak mampu mendanai pendirian dan kegiatan operasional media mereka. Dengan kata lain, penciptaan sektor sipil dari media massa, merupakan upaya non komersial untuk berbicara dan bagi kelompok sosial, ini memberi kesempatan pada mereka untuk berbicara dengan suara mereka sendiri. Sejak model demokrasi juga menjadi model parsipatoris (lihat McQuail, 1987), Sektor sipil ini tidak hanya akan terdiri atas media massa, namun juga media yang ter desentralisasi atau media akar rumput. Seperti halnya media kecil yang yang memberi perlawanan penting kepada rezim otoriter dan berperan sebagai agen
20 Lingkungan Sosial dan Sosiologi Media Oleh Gadis Octory

civil society dalam proses pembentukannya dan juga tahap pelaksanaannya. (Jakubowicz, 1995a:33-34). Ketika demokrasi tercapai, mereka berperan dalam distribusi kekuatan komunikasi diantara kelompok sosial (politik, ekonomi, etnis, budaya, agama, dan sebagainya) dan memainkan peran khusus dengan mengekspresikan sikap, kebutuhan, kepentingan dan aspirasi dari sektor sosial pada tingkat lokal. (Vreg, 1995:60-61). Kesimpulan Penulis mengenai peran media dalam panggung politik secara demokratis yakni media membantu pembentukan memori publik melalui penyampaian informasi (informasi yang terkait dengan kekuasaan) yang menambah pengetahuan masyarakat (sosialisasi mengenai pendidikan politik) serta membujuk khalayak untuk menemukan kelebihan dari pesan-pesan politik yang diterima (dan membentuk opini Publik berkaitan dengan Persoalan Politik). Bisa dikatakan bahwa media menjadi sarana mediasi / fasilitator antara aktor politik dengan publik diluarnya termasuk aktor politik lainnya. Sebagai salah satu alat kontrol sosial, media sosial pada era sistem politik yang demokratis sekarang ini, memegang peranan yang amat penting. Gurevitch dan JG Blumler, sebagaimana dikutip dalam buku Cangara, berpendapat bahwa dalam hal penegakkan demokrasi media massa (khususnya melalui media sosial) memiliki peran (Saddam Rafsanjani, 2012) : 1. Mengawasi lingkungan sosial politik dengan melaporkan perkembangan halhal yang menimpa masyarakat. 2. Melakukan agenda setting dengan mengangkat isu-isu kunci yang perlu dipikirkan dan dicarikan jalan keluarnya oleh pemerintah atau masyarakat. 3. Menjadi platform dalam rangka menciptakan forum diskusi antara politisi dan juru bicara negara dengan kelompok kepentingan dan kasus-kasus lainnya. 4. Membangun jembatan dialog antara pemegang kekuasaan atau pemerintah dengan masyarakat luas. 5. Membangun mekanisme supaya masyarakat memiliki keterlibatan dalam hal kebijakan publik.
21 Lingkungan Sosial dan Sosiologi Media Oleh Gadis Octory

6. Merangsang masyarakat untuk belajar memilih dan melibatkan diri dalam proses politik. 7. Menolak upaya dalam bentuk campur tangan pihak-pihak tertentu yang membawa pers keluar dari kemerdekaan, integritas, dan dedikasinya untuk melayani kepentingan masyarakat. 8. Mengembangkan potensi masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan politiknya. Sebenarnya, kekuatan fungsi kontrol dari media sosial sudah cukup mumpuni untuk terlibat di dalam pemerintahan (sebagai pengawas dan penggalang aspirasi publik terhadap pemerintah). Namun, beberapa aturan mengenai pencemaran nama baik, selalu menjadi momok yang menakutkan bagi pelaku media sosial dan berakibat tumpulnya kekuatan kontrolnya tersebut.

9. Fungsi Media dalam Politik McNair, Brian dalam bukunya An Introduction to Political

Communication (London, Routledge. 1995) Bab I, hal. 2-15 menyatakan bahwa dalam era mediasi, fungsi media massa dalam komunikasi politik bisa menjadi penyampai (transmitters) pesan-pesan politik dari pihak di luar dirinya; sekaligus menjadi sender pesan poltik yang dibuat oleh wartawan kepada audiens. Jadi bagi beberapa actor politik, media massa digunakan untuk menyampaikan pesan politik kepada masyarakat; sementara untuk wartawan, media massa merupakan wadah untuk memproduksi pesan-pesan politik karena setiap peristiwa politik pasti memiliki nilai berita. Hal ini sejalan dengan pandangan Nimmo, Dan, dalam bukunya Political Communication and Public Opinion in America (Santa Monica, California: Goodyear Publishing, 1978) Hal. 185-187 yang menyatakan bahwa peristiwa politik pasti layak berita. Peristiwa politik itu sendiri dibagi ke dalam empat kategori yaitu peristiwa rutin (PEMILU atau PILGUB yang telah terjadwal), incidental (kecelakaan atau kejadian yang menimpa salah satu actor politik), skandal (Perilaku penyimpangan actor politik yang merugikan masyarakat luas
22 Lingkungan Sosial dan Sosiologi Media Oleh Gadis Octory

atau diri personal orang yang ada di sekitar si pelaku) dan berita tanpa disengaja, dimana keempatnya akan menjadi berita besar apabila mampu dikelola oleh wartawan.

10. Media Politik

Bagian -bagian dari pers yang berbeda, sangat mungkin untuk memberi dukungan, memarahi, atau mencela para pemegang kekuasaan pada saat yang bersamaan. Suatu publikasi tunggal pun dapat menjadi polivalen, misalnya kolumnis dan jurnalis yang berbeda dapat menerapkan bentuk agen politik yang berbeda, halaman depan yang memuat kritisi mengindikasikan bahwa publikasi ini dimaksudkan untuk mengendalikan pemegang kekuasaan tertentu, sedangkan bagian editorial menampakkan dukungan halus mereka, serta kolumnis yang agresif meminta pengunduran diri pihak penguasa. Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dalam laporan tahunan 2010 menulis, penggunaan media oleh pengusaha yang ersaing dalam perebutan Ketua umum Partai Golkar pada Oktober 2009. Dua calon kuat yang bersaing adalah juga bos media. Di Satu kubu ada Surya Paloh (pemilik Media Indonesia dan Metro TV), di kubu lain Aburizal Bakrie (pemilik TV One dan AN TV). Kedua Tokoh dengan telanjang menggunakan media masing-masing sebagai bagian dari perebutan ketua partai. Akibatnya kala itu media terkait mendapat peringatan dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). (Abdul Manan. 2010:19).

23 Lingkungan Sosial dan Sosiologi Media Oleh Gadis Octory

Mengevaluasi sikap dari peran politik yang ditampilkan oleh pers dalam situasi tertentu memerlukan 2 (dua) kecermatan mendalam mengenai dua faktor berikut: pertama, kepemilikan dan kontrol publikasi; dan kedua, hubungan antara pemilik perusahaan media, jurnalis, dan pemegang kekuasaan. Pengamat Jepang, Susan Pharr, yang mengemukakan adanya 4 (empat) pandangan yang saling berlawanan, yaitu: pertama media sebagai penonton (spectator); kedua, sebagai penjaga (watchdog); ketiga, sebagai pelayan (servant); dan keempat, sebagai penipu (trickster). Pharr memandang media sebagai penipu, sebuah kosa kata yang dibuatnya sendiri. Menurutnya, penipu merupakan partisipan aktif dalam proses politik. (Pharr, 1996:24-36 dalam Siti Aminah, Politik Media, Demokrasi Dan Media Politik. 2006). Beralihnya panggung politik ke panggung media yang lebih luas, Penulis bisa artikan pendapat diatas bahwa Politik media merupakan sebuah sistem politik yang melibatkan peran media sebagai penonton aksi panggung politik, segala sesuatunya adalah dramasisasi, pers dijadikan sebagai penjaga stabilitas opini publik, politisi secara individual melalui komunikasi yang bisa menjangkau masyarakat melalui media massa dapat terus menambah ruang privat dan publiknya, seperti pada saat memenangkan pemilihan umum. Teori politik media yang dibangun Zaller merupakan perluasan dari kajian Anthony Downs, An Economic Theory of Democracy . Pada tahun 1957,Downs mendapat temuan tentang proses politik dari partai saat berkompetisi untuk memperebutkan dukungan pemilih rasional. Temuan riset Downs benar -benar dapat menjelaskan berbagai fitur yang paling penting dalam politik demokrasi umumnya. Namun teori Downs hampir tidak menyebutkan jurnalis dan tidak memberi peran pada jurnalis yang independen dalam politik. Dalam studi yang dilakukan, Zaller merumuskan tentang peran teoretis dari jurnalis dalam sistem demokrasi Downs dan menemukan akibat -akibat dari perubahan tersebut. Secara khusus, Zaller berpendapat bahwa politisi yang tengah memperluas ruang gerak dan pengaruhnya untuk berkomunikasi dengan pemilih (voters), paling tidak dalam beberapa waktu melalui profesi jurnalistik yang memiliki kepentingan untuk memberikan suara dan peran kepada para pembaca.
24 Lingkungan Sosial dan Sosiologi Media Oleh Gadis Octory

Teori Downs berfokus pada partai dan berasumsi bahwa tujuan politik mereka adalah mencapai dan mendapatkan ruang kerja dan ruang gerak politik yang lebih besar, dengan memformulasi kebijakan untuk mencapai tujuannya. Dengan berdasar pada Downs, terlihat adanya persentuhan dengan proses dimana politisi mengkomunikasikan usulan kebijakan mereka kepada pemilih, dengan menggunakan fungsi yang dimiliki oleh politik media. Banyak surat kabar di abad 19 yang memiliki afiliasi informal dengan partai dan secara terbuka mendukung kandidat partai. Fenomena umum yang bisa dilihat saat ini, pemimpin politik banyak berkomunikasi dengan publik melalui media, kemudian media menyampaikannya kepada pemilih.

11. Media sebagai Sarana Sosialisasi Politik Seperti yang penulis simpulkan bahwa media mempunyai peranan dalam membantu mesosialisasikan pendidikan politik, dijelaskan batasan sosialiasasi media tentang politik oleh Kavanach, bahwa sosialisasi politik di sini adalah batasan untuk menggambarkan proses di mana individu mempelajari dan mengembangkan orientasi politik (Kavanach, 1972). Sementara Almond, mendefinisikan sosialisasi politik dengan menekankan pada pembentukan nilainilai politik, sehingga menjadi pedoman untuk berpartisipasi dalam sistem politik. Sosialisasi politik merupakan bagian dari proses sosialisasi yang khusus membentuk nilai-nilai politik, yang menunjukkan bagaimana seharusnya masingmasing anggota masyarakat berpartisipasi dalam sistem politiknya (Almond dalam Masoed dan McAndrews, 1986: 76). Dilihat dari obyek sosialisasi politik, Almond menunjukkan Sosialisasi politik merupakan sarana bagi suatu generasi untuk mewariskan patokan-patokan dan keyakinan-keyakinan politik pada generasi muda (Almond, dalam Masoed dan McAndrews, 1986). Dari pengertian di atas, terdapat berbagai kesamaan makna dari sosialisasi itu sendiri: Pertama, sosialisasi politik dipahami sebagai suatu proses pewarisan
25 Lingkungan Sosial dan Sosiologi Media Oleh Gadis Octory

dan berjalan terus menerus selama hidup seseorang; kedua, pewarisan tersebut berupa transmisi dan pengajaran yang langsung maupun tidak langsung mengenai nilai-nilai, pengetahuan-pengetahuan, keyakinan dan pandangan politik; ketiga, pewarisan tersebut dari generasi ke generasi yang lebih muda dalam masyarakat. Pada akhirnya nilai-nilai, pengetahuan-pengetahuan, keyakinan-keyakinan dan pandangan politik tersebut akan membentuk sikap dan pola tingkah laku politik tertentu. Sosialisasi bersifat langsung kalau melibatkan komunikasi informasi, nilainilai, atau perasaan-perasaan mengenai politik secara eksplisit. Sedangkan sosialisasi tak langsung terutama sangat kuat berlangsung di masa kanak-kanak. (Almond, dalam Masoed dan McAndrews, 1986). Sosialisasi berlangsung melalui beberapa agen sosialisasi antara lain media massa. Sebagai sarana sosialisasi politik, Almond, mengatakan bahwa, di samping memberikan informasi tentang peristiwa-peristiwa politik, media massa juga menyampaikan secara langsung maupun tidak langsung nilai-nilai utama yang dianut oleh masyarakat. Penulis menyimpulkan bahwa media massa juga mampu mengembangkan dialog tentang hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan politik. Senada dengan itu, Chaffee, mengungkapkan bahwa; Media massa sebagai suatu sumber informasi politik yang penting bukan merupakan sekedar pelengkap komunikasi interpersonal, tetapi mendukung pertumbuhan politik seseorang. Beberapa kesimpulan dari penelitian yang diadakan tentang pengaruh media massa terhadap tingkat sosialisasi politik kaum muda, Chaffee, mencatat:
1. Media massa merupakan sumber-sumber informasi politik yang prinsipil bagi

kaum muda;
2. Media massa dominan dalam political learning yaitu surat kabar, televisi.

Dukungan relatif kedua media ini sesuai dengan usia dan status sosial ekonomi;
3. Kaum muda menandai pengaruh media massa yang seimbang pada

pendapat politik (Chaffee, dalam Renshon, 1977).


26 Lingkungan Sosial dan Sosiologi Media Oleh Gadis Octory

Sedangkan menurut Lane, untuk penyebarluasan berita-berita politik, termasuk mengenai pemilihan umum, bertujuan untuk memberikan informasi yang berkaitan dengan pemilihan umum kepada para pembaca/pendengar/pemirsa, agar ikut dalam kegiatan pemilihan umum (Lane, 1959). Media massa memegang peranan sangat strategis sebagai agen sosialisasi politik dalam kaitannya dengan pemilihan umum. Adapun pengaruh agen sosialisasi politik tergantung pada kredibilitas media massa yaitu tingkat kepercayaan khalayak terhadap berita-berita yang disajikan media massa. Demikian juga tentang pandangan khalayak terhadap manfaat dalam berita yang dimuat dalam media itu sendiri. Selanjutnya Lane, mengungkapkan bahwa sehubungan dengan terpaan materi politik melalui media massa, mengklasifikasikan sesuai dengan: (a) intensitas dan kepentingan (interest) seseorang terkena terpaan; (b) kedangkalan atau kedalaman dalam membaca, mendengar atau melihat media; (c) jumlah media yang dimanfaatkan; (d) bagaimana cara memperoleh media tersebut, misalnya untuk surat kabar adalah dengan berlangganan tetap atau membeli eceran (Lane, 1969).
12. Industri Media dan Ekonomi Politik

Salah satu rumusan tentang politik ekonomi adalah kajian tentang hubungan-hubungan sosial, khususnya hubungan kekuasaan, yang bersamasama dalam interaksinya menentukan aspek produksi, distribusi, dan konsumsi dari sumber-sumber yang ada. Jika diletakkan dalam lingkup komunikasi khususnya industri media massa, maka yang dimaksud dengan produksi adalah surat kabar, buku, video, film, dst. Produk-produk inilah yang menjadi sumber (resources) yang distribusikan dan kemudian dikonsumsi oleh massa. Rangkaian produksi, distribusi, dan konsumsi dalam sebuah industri media ditentukan oleh relasi yang melibatkan pihak pengelola media, pihak pemodal atau kapitalis (penguasa dalam arti ekonomi bisnis) dan negara atau lebih tepatnya pemerintah (penguasa dalam arti politis).

27 Lingkungan Sosial dan Sosiologi Media Oleh Gadis Octory

Adanya industri media di Indonesia bukanlah dimulai dari pasca reformasi, tetapi dimulai ketika pada era represi. Pertama kali orang-orang mendirikan media kerena sebuah idealism yang dimiliki. Dimulai dari tahun 1980an ketika beberapa orang non-jurnalis mendirikan sebuah media, seperti partai golkar, partai politik Harmoko yang memiliki pos kota. Akan tetapi pada saat itu perkembangan industri media masih dibawah kontrol Presiden Soeharto. Regulasi yang ditetapkan sangat ketat. Beberapa surat kabar dilarang bahkan dipaksa tutup seperti yang terjadi dengan majalah tempo yang mengalami pencabutan izin. Setelah era Soeharto, muncullah masa reformasi yang mengubah seluruh tatanan dunia penerbitan media secara utuh, kemudahan dalam proses penerbitan membuat terjadinya booming media. Sepertinya siapa saja asal punya modal bisa melakukan penerbitan media, pokoknya terbit dulu masalah lain menyusul belakangan. Meski akhirnya banyak yang tumbang tapi jumlah perusahaan media bisa dikatakan luar biasa banyaknya jika dibanding dengan masa sebelumnya. Demikian juga dengan kebutuhan jurnalis untuk mengisi posisi dalam penerbitan media juga meningkat secara luar biasa tak sesuai potensi yang tersedia. Persaingan yang ketat dan sumber daya manusia yang terbatas menuntut media untuk mengembangkan kiat-kiat tertentu untuk menggaet pembaca, pemodal dan pengiklan. Berita yang sensasional penuh tetes airmata, berlumur darah dan, controversial - biar berlanjut dengan polemik dan klarifikasiklarifikasi, gosip, mitos-mistis, seks-seronok, iklan barang dan jasa yang bombastis dan kolom yang bisa dibeli, mungkin adalah sebagian dari kiat tersebut. Stasiun televisi di Indonesia ada sejak berdirinya TVRI pada 1962 silam. Selama 27 tahun, penduduk Indonesia hanya bisa menyaksikan satu saluran saja. Namun pada tahun 1989, Pemerintah akhirnya mengizinkan RCTI sebagai stasiun televisi swasta pertama di Indonesia, meski hanya penduduk yang mempunyai antena parabola dan dekoderlah yang dapat menyaksikan RCTI, walaupun pada akhirnya dibuka untuk masyarakat mulai tanggal 21 Maret 1992 di Bandung. (http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_stasiun_televisi_di_Indonesia, pada 2 Agustus 2012)
28 Lingkungan Sosial dan Sosiologi Media Oleh Gadis Octory

diakses

Dalam waktu yang relatif singkat jumlah stasiun TV swasta nasional bertambah dari lima (RCTI, SCTV, TPI, Indosiar, dan Antv) yang hadir sejak tahun 1990 menjadi 10 di awal tahun 2000an. Lima TV swasta baru yang muncul adalah Metro, Trans TV, TV7 (yang kemudian bergabung dengan Trans menjadi Trans 7), Lativi (kemudian bergabung dengan Antv), dan Global TV. Disamping itu telah beroperasi 13 stasiun TV lokal. Perkembangan media cetak, sampai pertengahan tahun 2005, menurut laporan PPPI, tercatat 580 penerbitan, jumlah tersebut terdiri dari 104 surat kabar, 89 tabloid, dan 387 majalah. Namun, dari berbagai laporan tidak resmi, akibat ketatnya persaingan, pada saat ini jumlah penerbitan yang mampu bertahan hidup secara sehat relatif sedikit dan hanya yang masuk dalam kelompok-kelompok konsolidasi media besar. Kelompok tersebut antara lain Kompas Gramedia, Pos Kota, Jawa Pos, Pikiran Rakyat, Femina, dll. (M. Alwi Dahlan, dalam buku Manusia komunikasi, komunikasi manusia: 75 tahun, 460:2008) Singkatnya pertumbuhan pesat perusahaan media elektronik dan media cetak merupakan dampak dari adanya perubahan globalisasi pada media, salah satunya pada tahun 2011 beberapa grup media terbesar melakukan akusisi dan merger dalam sejarah industri media di Indonesia. Seperti Trans Corp yang memiliki dua stasiun televisi yakni Trans Tv dan Trans 7 serta merambah ke dunia media online, detik.com salah satu industri media online terbesar di Indonesia. Konvergensi ini bertujuan menyatukan perusahaan media menjadi satu dibawah satu kontrol dan satu pengawasan. Industri media sarat dengan tidak bisa lepas dari sistem ekonomi hingga politik. Salah satunya tumbuhnya semangat kapitalisme, seperti Trans Corp dan MNC yang dianggap sebagai aktivitas pemusatan modal dalam industri media. Konglomerasi merupakan karakteristik dari perkembangan industri media, yang kemudian lambat laun menganggap audiensnya bukan lagi sebagai warganegara namun lebih kepada konsumen yang dapat memenuhi kepentingan elit-elit kapitalis yang dapat membahayakan peran public di media dan media tidak lagi mementingkan warganegara dalam pembentukan kerja media.

29 Lingkungan Sosial dan Sosiologi Media Oleh Gadis Octory

Secara halus pesan-pesan kapitalisme yang menuntun pada perilaku konsumtif masyarakat disisipkan melalui tayangan sinetron, acara gosip, kuis berhadiah, polling sms dan lain sebagainya. Selain pesan/produk media yang prokapitalisme, sebaliknya ada juga pesan media anti-kapitalisme yang nantinya akan diresepsi oleh audiens. Pesan anti-kapitalisme bisa berbentuk kritik atas pesan/produk media kapitalisme atau praktek kapitalisme oleh media. Dalam kaitannya dengan hubungan dalam institusi media, konglomerasi media sedikit banyak mempengaruhi kondisi, cara dan hasil kerja para pekerja media. Misalnya saja, satu pesan/produk media, yang seharusnya untuk ditayangkan oleh satu stasiun TV saja, bisa ditayangkan juga di stasiun TV lain yang masih dalam satu korporasi. Ibaratnya seorang pekerja bekerja untuk dua atau lebih perusahaan dengan standar gaji satu perusahaan. Kondisi ini jelas mempengaruhi cara kerja pekerja media yaitu keseragaman pesan, timbulnya persaingan tidak sehat antarpekerja bahkan berpotensi menjadi perbudakan pegawai media. Pesan-pesan media tersebut, baik pro maupun anti-kapitalisme, pasti membawa dampak pada audiens meski dengan tingkatan yang berbeda-beda. Ada yang sebatas pada pengetahuan tentang pengertian dan praktek kapitalisme, ada yang sudah mengambil sikap terhadap kapitalisme dengan mendukung atau menolak, ada pula yang menjadi pelaku dalam bisnis kapitalisme, bahkan ada yang sudah terjerat masuk dalam lingkaran kapitalisme tapi tidak menyadarinya. Golongan yang terakhir adalah pihak yang sering kita sebut sebagai korban kapitalisme. Biasanya berasal dari golongan menengah ke bawah dengan ciri pola konsumsi tinggi. Perbedaan pengaruh tersebut wajar terjadi karena tiap individu memiliki kemampuan yang berbeda dalam memahami dan mengkonstruksi pesan. Mungkin saja untuk audiens mendapatkan informasi yang berlainan dengan pesan kapitalisme misalnya norma agama, sosial, adat budaya yang mengajarkan tentang hidup sederhana, hemat, kesetiakawanan. Pertumbuhan industri media seperti yang terjadi di Indonesia, perubahan situasi politik dan ekonomi berdampak pada dinamika industri media. Tidak hanya media yang sekarang digunakan sebagai kendaraan bagi kepentingan politik tetapi juga alat bisnis yang powerful. Bahkan politik dan bisnis seakan
30 Lingkungan Sosial dan Sosiologi Media Oleh Gadis Octory

dikawinkan di industri media. Media pada akhirnya menjadi sebuah perebutan berbagai kelompok kepentingan, dari politikus dan bisnis berjuang untuk mendapatkan kontrol dan pengaruh. Karena menguasai media sama dengan menguasai public. Media berdasarkan tinjauan teori ekonomi politik media dikatakan bahwa institusi media dinilai sebagai bagian dari sistem ekonomi yang berkaitan erat dengan sistem politik dan kualitas pengetahuan yang berkaitan dengan masyarakat yang diproduksi oleh media untuk masyarakat, hal ini sebagian besar dapat ditentukan oleh nilai tukar berbagai ragam isi dalam kondisi yang memaksakan perluasan pesan dan juga ditentukan oleh kepentingan ekonomi pra pemilik dan penentu kebijakan. diakses (http://theresiahestik.wordpress.com/2011/05/19/sosiologi-media-iklandalam-realitas-konstruksi-sosial-sebuah-kajian-sosiologis/#_ftn1, pada 2 Agustus 2012) Penulis menyimpulkan bahwa pada dasarnya konten semua media adalah sama. Keberagaman informasi dihilangkan karena pertumbuhan konsentrasi kepemilikan media. Pemilik media merupakan politikus juga, kemudian media mengekspos beberapa isu politik yang dikontrol oleh kekuatan kelompoknya. Mereka mengontrol apa yang dilihat atau didengar dan dibaca warganegara. Kepentingan public tidak sepenuhnya disampaikan karena media mengontrol konten pada berita public. Regulasi media di Indonesia selalu mengalami perubahan, merefleksikan kehidupan politik di Indonesia. Misalnya, Reality show Pansus yang saat itu dinanti-nanti pemirsa terus disuguhi media sebab berimbas pada rating. Berdasarkan keterangan Wakil Pemimpin Redaksi Metro TV Makroen Sanjaya pada Kompas, siaran langsung sidang Pansus begitu dinanti pemirsa. Jadi referensi penonton dan kami senang, ujarnya. Fenomena politainment alias politisi jadi selebriti politik di panggung media ini, hingga kini masih berlangsung dan menjadi komoditas menguntungkan bagi media. Saat politisi masuk media, mereka pun dibayar dan media juga mendapat iklan. (media.kompasiana.com/mainstreammedia/2011/08/24/Pangggung-politik-media)
31 Lingkungan Sosial dan Sosiologi Media Oleh Gadis Octory

Pahitnya, perkembangan industri media di Indonesia kental dengan motif profit. Dengan adanya motif ekonomi terhadap pembentukan media, seringkali warganegara tidak lagi dipandang sebagai warganegara namun sebagai konsumen belaka. Kemudian sisi negatif dari perkembangan Industri ini bahwa industri media memungkinkan adanya global village seperti yang dikemukakan oleh Mc Lihan yang memungkinkan sebuah keadaan dimana adanya perkembangan teknologi dan industri media menyebabkan masyarakat dapat menonton hal yang sama di TV yang dapat diakses di TV lokal. Dan mirisnya lagi, di daerah-daerah infrastuktur media dan distribusinya tidak merata. Budaya massa yang dikemukakan oleh Adorno dan Horkheimer sebuah format budaya/estetika yang sudah dikomodifikasikan serta diindustrialisasikan yang di atur secara managerial oleh pihak atas (kalangan modal) baik di dunia pertelevisian dan periklanan. Secara sosiologis bahwa media membentuk suatu gagasan konstruksi yang dapat ditelaah oleh gagasan dekonstruksi yang melakukan interpretasi terhadap teks, wacana dan pengetahuan masyarakat (Derrida. 1978) serta gagasan Karl Marx tentang alienasi serta kelas sosial. Sayangnya dalam konstruksi media, publiklah yang banyak mengalami berbagai kerugian, yakni fungsi media sebagai sarana pendidik mulai bias maknanya, dengan adanya tayangan dengan kualitas rendah, non edukasi tanpa adanya pilihan lain.

32 Lingkungan Sosial dan Sosiologi Media Oleh Gadis Octory

Daftar Pustaka Buku Bungin, Burhan. 2008. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi dan Masyarakat. Jakarta. Kencana Dahlan Alwi. 2008. Manusia komunikasi, komunikasi manusia: 75 tahun. Jakarta Siti Aminah. 2006. Politik Media, Demokrasi Dan Media Politik.

http://journal.unair.ac.id Sudibyo, Agus. 2000. Kebebasan Semu, Penjajahan Baru di Jagat Media. Jakarta. Nyarwi. 2008. Paradoks Media sebagai Pilar Keempat Demokrasi. Jurnal Ilmu Sosial dan Politik. Abdul Manan. Laporan Tahunan Aliansi Jurnalis Independen 2010. Ancaman itu datang dari Dalam

Media Online Kompas.com Wikipedia.com

33 Lingkungan Sosial dan Sosiologi Media Oleh Gadis Octory

34 Lingkungan Sosial dan Sosiologi Media Oleh Gadis Octory

You might also like