Professional Documents
Culture Documents
KELOMPOK 6
1. DAYMAS ARANGGA 2. DEDI SAPUTRA 3. DELA LISTIYA 4. DENY OSTY 5. DEWANTY O.P 6. DHIKA ARDIANSYAH 7. DIASTUTI T.P 07108037 07108038 07108039 07108040 07108041 07108042 07108043
8. DIBYO RADITYA PUTRA 07108044 9. DICKY YUDHA 10. DIMAS AGUNG 11. DINDA PRATAMA 07108045 07108046 07108047
Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi Kebumian dan energi Universitas Trisakti Jakarta 2008
PRAKATA
assalamualakum wr.wb. Materi sifat larutan menjadi salah satu materi mata kuliah kimia dasar I. kami dari kelompok 6 memilih materi ini untuk kami jadikan bahan ulasan dalam makalah serta sebagai materi yang akan kami sampaikan dalam presentasi. makalah ini berisi ulasan mengenai sifat larutan. tujuan di buatnya makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah kimia pada semester gasal. untuk itu kami memohon maaf sebesar-besarnya atas segala kekurangan yang terdapat pada makalah serta slide presentasi kami. semoga makalah kami dapat berguna.
Kelompok 6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang dan masalah
larutan adalah campuran homogen yang terdapat pada ketiga wujud zat (padat,cair,gas). karena itu kami memilih judul sifat larutan untuk kami bahas dalam makalah dan presentasi kami agar kita semua dapat mengetahui lebih dalam mengenai larutan dan sifat-sifat yang terdapat didalamnya.
1.2 Tujuan
untuk mengetahui sifat-sifat yang terdapat didalam larutan. selain itu untuk mengetahui lebih dalam mengenai larutan dan keberadaannya di kehidupan kita.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI LARUTAN
larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi. larutan sendiri terbagi menjadi tiga jenis yaitu larutan gas,larutan cair dan larutan padat. Contoh larutan yang umum dijumpai adalah padatan yang dilarutkan dalam cairan, seperti garam atau gula dilarutkan dalam air. Gas dapat pula dilarutkan dalam cairan, misalnya karbon dioksida atau oksigen dalam air. Selain itu, cairan dapat pula larut dalam cairan lain, sementara gas larut dalam gas lain. Terdapat pula larutan padat, misalnya aloi (campuran logam) dan mineral tertentu.
2.2 KONSENTRASI
Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan pelarut di dalam larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat dalam
larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut. Contoh beberapa satuan konsentrasi adalah molar, molal, dan bagian per juta (part per million, ppm). Sementara itu, secara kualitatif, komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai encer (berkonsentrasi rendah) atau pekat (berkonsentrasi tinggi). Satuan konsentrasi : 1. Molarita (M) : Jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan 2. Keformalan : Jumlah berat rumus zat terlarut dalam 1 liter larutan 3. Normalita (N) : Jumlah ekivalen zat terlarut dalam 1 liter larutan 4. Molalita (m) : Jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg pelarut 5. Fraksi mol (x) : Jumlah mol komponen tertentu dibagi jumlah mol semua komponen dalam larutan 6. Persen mol 7. Fraksi berat : adalah fraksi mol dalam persen persen mol A = xA x 100% : Perbandingan berat komponen tertentu dengan berat seluruh komponen 8. Fraksi volume : perbandingan volume komponen tertentu dengan jumlah volume total komponen
2.3 Pelarutan
Molekul komponen-komponen larutan berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Pada proses pelarutan, tarikan antarpartikel komponen murni terpecah dan tergantikan dengan tarikan antara pelarut dengan zat terlarut. Terutama jika pelarut dan zat terlarutnya sama-sama polar, akan terbentuk suatu sruktur zat pelarut mengelilingi zat terlarut; hal ini memungkinkan interaksi antara zat terlarut dan
pelarut tetap stabil. Bila komponen zat terlarut ditambahkan terus-menerus ke dalam pelarut, pada suatu titik komponen yang ditambahkan tidak akan dapat larut lagi. Misalnya, jika zat terlarutnya berupa padatan dan pelarutnya berupa cairan, pada suatu titik padatan tersebut tidak dapat larut lagi dan terbentuklah endapan. Jumlah zat terlarut dalam larutan tersebut adalah maksimal, dan larutannya disebut sebagai larutan jenuh. Titik tercapainya keadaan jenuh larutan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, seperti suhu, tekanan, dan kontaminasi. Secara umum, kelarutan suatu zat (yaitu jumlah suatu zat yang dapat terlarut dalam pelarut tertentu) sebanding terhadap suhu. Hal ini terutama berlaku pada zat padat, walaupun ada perkecualian. Kelarutan zat cair dalam zat cair lainnya secara umum kurang peka terhadap suhu daripada kelarutan padatan atau gas dalam zat cair. Kelarutan gas dalam air umumnya berbanding terbalik terhadap suhu.
menggantikan molekul pelarut. Pada senyawa polar dan non polar, dalam air dan CCL4 misalnya, gaya tarik menarik molekul air adalah ikatan hydrogen yang lebih kuat dari gaya van der Waals dalam CCL4. Sehingga molekul ini tidak bisa menggantikan molekul air. Pada senyawa yang keduanya polar, dalam etanol dan air misalnya, gaya tarik antar molekul sama kuat, sehingga saling menggantikan.
b. Filtrasi, yaitu pemisahan komponen-komponen dalam campuran dengan mneggunakan filter (penyaring). Hasil filtrasi disebut filtrat sedangkan sisa filtrasi disebut residu atau ampas. Filtrasi dapat dilakukan untuk memisahkan campuran zat cair dan zat padat yang tidak saling larut. Contoh: Pemisahan campuran air dan kopi. c. Kristalisasi, yaitu pemisahan komponen-komponen dalam campuran dengan cara mengkristalkan komponen tercampur dengan cara dipanaskan kemudian didinginkan. Kristalisai dapat dilakukan untuk memisahkan campuran zat cair dan zat padat yang saling larut. Contoh : Pemisahan campuran air dan garam. d. Sublimasi, yaitu pemisahan komponen-komponen dalam campuran yang mudah menyublim dengan cara penyubliman melalui pemanasan. Sublimasi dapat dilakukan untuk memisahkan komponen campuran yang mudah menyublim. Contoh : Pemisahan campuran kotoran dalam kapur barus. e. Destilasi, yaitu pemisahan komponen-komponen dalam campuran yang didasarkan pada perbedaan titik didih komponen campuran tersebut melalui pemanansan/pendidihan campuran. Destilasi dapat dilakukan untuk memisahkan campuran zat cair dan zat cair yang berbeda titik didihnya. Contoh : Pemisahan campuran air dan alkohol. f. Kromatografi, yaitu pemisahan komponen-komponen dalam campuran yang didasarkan pada perbedaan kecepatan peresapan pada medium resap/adsorben. Contoh : Pemisahan campuran air dan tinta
Cg = Kg x Pg
beberapa larutan memenuhi hukum Raoult sampai batas-batas tertentu. Contoh larutan yang dapat dianggap ideal adalah campuran benzena dan toluena. Ciri lain larutan ideal adalah bahwa volumenya merupakan penjumlahan tepat volume komponen-komponen penyusunnya. Pada larutan non-ideal, penjumlahan volume zat terlarut murni dan pelarut murni tidaklah sama dengan volume larutan. Larutan cair encer menunjukkan sifat-sifat yang bergantung pada efek kolektif jumlah partikel terlarut, disebut sifat koligatif (dari kata Latin colligare, "mengumpul bersama"). Sifat koligatif meliputi penurunan tekanan uap, peningkatan titik didih, penurunan titik beku, dan gejala tekanan osmotik. Dalam larutan encer, untuk larutan yang terdiri dari zat terlarut yang tidak terdisosiasi dan tidak menguap, maka tekanan uap larutan pada suatu suhu sama dengan hasil kali fraksi mol pelarut cair dengan tekanan uap pelarut murni pada suhu itu.
Plarutan = Xpelarut x P
pelarut
untuk larutan yang terdiri dari pelarut dan zat terlarut menguap PA = XA x PA PB = XB X PB
Penambahan suatu zat ke dalam zat cair menyebabkan penurunan tekanan uapnya. Hal ini disebabkan karena zat terlarut itu mengurangi bagian atau fraksi dari pelarut, sehingga kecepatan penguapanberkurang. Menurut RAOULT: P = p o . XB dimana: p = tekanan uap jenuh larutan po = tekanan uap jenuh pelarut murni XB = fraksi mol pelarut Karena XA + XB = 1, maka persamaan di atas dapat diperluas menjadi: P = Po (1 - XA) P = P o - P o . XA P o - P = P o . XA sehingga: P = po . XA dimana: P = penunman tekanan uap jenuh pelarut p = tekanan uap pelarut murni XA = fraksi mol zat terlarut
o
KENAIKAN TITIK DIDIH Adanya penurunan tekanan uap jenuh mengakibatkan titik didih larutan lebih tinggi dari titik didih pelarut murni. Untuk larutan non elektrolit kenaikan titik didih dinyatakan dengan: Tb = m . Kb dimana: Tb = kenaikan titik didih (oC) m = molalitas larutan Kb = tetapan kenaikan titik didih molal Karena : m = (W/Mr) . (1000/p) ; (W menyatakan massa zat terlarut) Maka kenaikan titik didih larutan dapat dinyatakan sebagai: Tb = (W/Mr) . (1000/p) . Kb Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik didih larutan dinyatakan sebagai: Tb = (100 + Tb)oC
Penurunan Titik Beku Dan Tekanan Osmotik PENURUNAN TITIK BEKU Untuk penurunan titik beku persamaannya dinyatakan sebagai : Tf = m . Kf = W/Mr . 1000/p . Kf
dimana: Tf = penurunan titik beku m = molalitas larutan Kf = tetapan penurunan titik beku molal W = massa zat terlarut Mr = massa molekul relatif zat terlarut p = massa pelarut Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik beku larutannya dinyatakan sebagai: Tf = (O - Tf)oC
TEKANAN OSMOTIK Tekanan osmotik adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat menghentikan perpindahan molekul-molekul pelarut ke dalam larutan melalui membran semi permeabel (proses osmosis). Menurut VAN'T HOFF tekanan osmotik mengikuti hukum gas ideal: Karena tekanan osmotik = , maka : PV = nRT = n/V R T = C R T dimana : = tekanan osmotik (atmosfir) C = konsentrasi larutan (mol/liter= M) R = tetapan gas universal = 0.082 liter.atm/moloK T = suhu mutlak (oK) - Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih rendah dari yang lain disebut larutan Hipotonis.
- Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih tinggi dari yang lain disebut larutan Hipertonis. - Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmotik sama disebut Isotonis. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa larutan elektrolit di dalam pelarutnya mempunyai kemampuan untuk mengion. Hal ini mengakibatkan larutan elektrolit mempunyai jumlah partikel yang lebih banyak daripada larutan non elektrolit pada konsentrasi yang sama Contoh: Larutan 0.5 molal glukosa dibandingkan dengan iarutan 0.5 molal garam dapur. - Untuk larutan glukosa dalam air jumlah partikel (konsentrasinya) tetap, yaitu 0.5 molal. - Untuk larutan garam dapur: NaCl(aq) --> Na+ (aq) + Cl- (aq) karena terurai menjadi 2 ion, maka konsentrasi partikelnya menjadi 2 kali semula = 1.0 molal. Yang menjadi ukuran langsung dari keadaan (kemampuannya) untuk mengion adalah derajat ionisasi. Besarnya derajat ionisasi ini dinyatakan sebagai: = jumlah mol zat yang terionisasi/jumlah mol zat mula-mula Untuk larutan elektrolit kuat, harga derajat ionisasinya mendekati 1, sedangkan untuk elektrolit lemah, harganya berada di antara 0 dan 1 (0 < < 1). Atas dasar kemampuan ini, maka larutan elektrolit mempunyai pengembangan di dalam perumusan sifat koligatifnya.
1. Untuk Kenaikan Titik Didih dinyatakan sebagai: Tb = m . Kb [1 + (n-1)] = W/Mr . 1000/p . Kb [1+ (n-1)] n menyatakan jumlah ion dari larutan elektrolitnya. 2. Untuk Penurunan Titik Beku dinyatakan sebagai: Tf = m . Kf [1 + (n-1)] = W/Mr . 1000/p . Kf [1+ (n-1)] 3. Untuk Tekanan Osmotik dinyatakan sebagai: = C R T [1+ (n-1)]
3.1 KESIMPULAN
Kesimpulan dari pembahasan dalam makalah ini adalah kita dapat mengetahui sifat larutan,pengaruh tekanan pada kelarutan,serta sifat koligatif larutan. selain itu kita dapat pula memahami rumus-rumus perhitungan dalam sifat koligatif larutan.