You are on page 1of 38

1

UPAYA MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP MATERI PELAJARAN EKONOMI MELALUI METODE BERMAIN PERAN DAN DISKUSI PADA SISWA KELAS IX-B SMPN 2 REJOTANGAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK )

Oleh : Drs. AGUS SUNARYO, M.M.

TULUNGAGUNG 2006

DAFTAR ISI Halaman LEMBAR JUDUL . HALAMAN PENGESAHAN . KATA PENGANTAR . ABSTRAK . DAFTAR ISI .. DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN . BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Rumusan Masalah . 1.3 Tujuan Penelitian .... 1.4 Hipotesis Tindakan .. 1 3 3 3 3 i ii iii iv v vii viii

1.5 Manfaat Penelitian .. BAB II : KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Metode Mengajar .. 2.2 Metode Bermain Peran ..

5 5 6 8 10

2.3 Metode Diskusi .... 2.4 Penguasaan Konsep . 2.5 Kerangka Pikir .... BAB III : METODE PENELITIAN 3.1 Latar Penelitian

12

3.2 Persiapan Penelitian .. 3.3 Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan 3.4 Refleksi .

12 13 14 14 16 17

3.5 Instrumen Penelitian . 3.6 Teknik Analisa Data 3.7 Penyiapan Partisipan .. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.2 Pembahasan ... BAB V : PENUTUP 5.1 Kesimpulan .. 5.2 Saran-saran .. DAFTAR RUJUKAN .

18 29

33 34

35

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Di SMP Negeri 2 Rejotangan Kabupaten Tulungagung, setiap tahun jumlah muridnya cenderung menurun. Jumlah pagu dalam penerimaan murid baru belum pernah dapat terpenuhi, sehingga selalu kekurangan murid. Kondisi ini menyebabkan berapapun jumlah pendaftar dengan nilai berapapun selalu dapat diterima. Dengan kondisi tersebut, sangat sulit bagi SMP Negeri 2 Rejotangan untuk dapat memperoleh prestasi yang membanggakan dalam prestasi belajar. Dalam pelajaran Ekonomi, kemampuan siswa untuk dapat meguasai konsep pelajaran cenderung bahkan sering rendah. Upaya-upaya yang dilakukan misalnya dengan mengirim para guru untuk mengikuti musyawarah guru bidang studi di tingkat kabupaten. Pengetahuan para guru dapat lebih meningkat, sehinga

penyelenggaraan belajar-mengajar dapat lebih baik lagi. Penggunaan metode mengajar yang bervariasi juga merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh guru untuk dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Pendekatan pembelajaran yang paling sesuai adalah pembelajaran yang berorientasi pada kepentingan siswa atau siswa sentris. Hal ini sesuai dengan pendekatan pembelajaran diskaveri/inkuiri yang menunjukkan dominasi peserta didik selama proses pembelajaran, sedangkan guru sebagai fasilitator. Selaras dengan uraian di atas adalah penggunaan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), yaitu konsep pembelajaran yang membantu guru menghubungkan 1

mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan membantu siswa untuk menghubungkan pengetahuannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat di mana dia berada. Bermain peran merupakan salah satu metode mengajar yang dapat menumbuhkan motivasi pada siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Metode bermain peran mengajak siswa untuk berperan menjadi orang tertentu dalam masyarakat. Pembelajaran ini membutuhkan pengalaman yang luas dari siswa. Dengan metode bermain peran yang dilaksanakan dengan baik, maka siswa dapat lebih mudah untuk dapat memahami materi pelajaran yang disajikan, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Selain itu, kegiatan diskusi juga dapat melatih siswa untuk berani mengungkapkan pendapatnya. Dengan metode diskusi juga dapat membantu siswa untuk dapat menghargai pendapat orang lain dan menerima pendapat orang lain. Kondisi ini dapat menjadi bekal bagi siswa untuk menghadapi kenyataan hidup di masyarakat, dengan segala macam kemajemukannya. Dengan kedua metode di atas, yang dilaksanakan secara sinergis, diharapkan akan mampu membangkitkan minat belajar siswa sehingga penguasaan konsep materi pelajaran Ekonomi akan semakin meningkat. Berdasarkan uraian di atas, maka kami mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul "Upaya Meningkatkan Penguasaan Konsep Materi Pelajaran Ekonomi Melalui Metode Bermain Peran dan Diskusi Pada Siswa Kelas IX-B SMP Negeri 2 Rejotangan, Kabupaten Tulungagung".

1.2 Rumusan Masalah Permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut: "Apakah penggunaan metode bermain peran dan diskusi dapat meningkatkan penguasaan konsep materi pelajaran ekonomi pada siswa kelas IX-B, SMP Negeri 2 Rejotangan, Kabupaten Tulungagung?"

1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan penguasaan tentang konsep materi pelajaran ekonomi pada siswa kelas IX-B, SMP Negeri 2 Rejotangan, Kabupaten Tulungagung melalui metode bermain peran dan diskusi.

1.4 Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah Jika metode Bermain Peran dan diskusi digunakan dalam pembelajaran, maka penguasaan konsep materi pelajaran ekonomi siswa kelas IX-B SMP Negeri 2 Rejotangan, Kabupaten Tulungagung akan meningkat.

1.5 Manfaat Penelitian Berdasarkan uraian di atas, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi secara positif dalam kegiatan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Kontribusi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: 1.5.1 Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih metode dan mengembangkan model

pembelajaran yang sesuai dengan kondisi tertentu yang dialami oleh siswa,

sehingga dapat meningkatkan penguasaan materi pelajaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan. 1.5.2 Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk merumuskan kebijakan yang mengarah pada peningkatan prestasi belajar siswa khususnya di lingkungan SMP Negeri 2 Rejotangan Kabupaten Tulungagung.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Metode Mengajar Metode mengajar memiliki peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Soetomo (1993: 144) menyebutkan Metode mengajar sebagai suatu alat untuk mencapai tujuan pengajaran yang ingin dicapai, sehingga semakin baik penggunaan metode mengajar semakin berhasillah pencapaian tujuan, . Penggunaan metode mengajar secara tepat dapat menumbuhkan minat siswa untuk dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik, sehingga kreatifitas anak akan muncul dan berkembang dengan baik pula. Namun sebaliknya, jika penggunaan metode mengajar ini kurang tepat, maka akan menjadi tidak bermakna bahkan dapat mematikan kreatifitas siswa.

2.2 Metode Bermain Peran Metode bermain peran (role-play) merupakan metode mengajar yang dilakukan dengan jalan pemeranan sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan spontan, tanpa diadakan latihan. Pemeranan ini dapat dilakukan oleh dua orang atau lebih, yang selanjutnya dipakai sebagai bahan untuk analisa bagi kelompok yang lain. Kegiatan analisa dapat bersumber dari karakter dari pelaku yang melakukan pemeranan, maupun isi dari kegiatan pemeranan yang dilakukan oleh pelaku. Menurut Slameto (1991: 104), gunakan Role-play: Jika peserta perlu mengetahui lebih banyak tentang pandangan yang berlawanan. Jika peserta mempunyai kemampuan untuk memakainya. 5

Pada waktu membantu peserta memahami suatu masalah. Jika ingin mencoba mengubah sikap. Jika pengaruh emosi dapat membantu dalam penyajian masalah. Di dalam dan untuk pemecahan masalah. Berdasarkan pendapat tersebut jelas bahwa metode Role-play dapat membantu siswa untuk memahami suatu masalah. Selain itu juga dapat mengubah sikap atau perilaku yang kurang baik dalam diri siswa. Dengan role-play akan muncul secara alami sikap-sikap yang kurang baik maupun yang baik dalam diri siswa. Sehingga setiap guru dapat memberikan koreksi yang mendalam terhadap sikap tersebut.

2.3 Metode Diskusi Soetomo (1993: 153) menyebutkan bahwa metode diskusi merupakan suatu metode pengajaran yang mana guru memberi suatu persoalan (masalah) kepada murid, dan para murid diberi kesempatan secara bersama untuk memecahkan masalah itu dengan teman-temannya. Dalam diskusi murid dapat saling tukar menukar informasi, menerima informasi dan dapat pula mempertahankan pendapatnya dalam rangka pemecahan masalah yang dapat ditinjau dari berbagai segi. Sedangkan Slameto (1991: 101) berpendapat bahwa diskusi kelompok ialah percakapan yang direncanakan atau dipersiapkan diantara tiga orang siswa atau lebih tentang topik tertentu dengan seorang pemimpin. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikemukakan berbagai syarat agar suatu kegiatan disebut diskusi, antara lain: Terdiri dari beberapa orang siswa, minimal ada dua orang siswa.

10

Direncanakan sebelumnya. Ada masalah yang akan dicarikan pemecahannya. Ada percakapan timbal balik sesama peserta, tidak dimonopoli oleh satu orang. Ada hasil yang telah disepakati bersama. Dengan penggunaan metode diskusi secara baik, diharapkan dalam suatu proses belajar mengajar suasana kelas akan menjadi lebih hidup. diharapkan berpartisipasi secara aktif. Setiap siswa

Mereka diberi kesempatan untuk

mengemukakan pendapatnya, mempertahankan, bahkan menyanggah pendapat orang lain. Kondisi ini juga dapat melatih siswa untuk lebih berani dalam menyampaikan pendapat dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Agar kegiatan diskusi dapat benar-benar berjalan sesuai dengan yang diharapkan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain: Merumuskan tujuan dan masalah yang akan menjadi topik diskusi. Menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan, misalnya pengaturan bangku. Menentukan peranan masing-masing peserta diskusi, agar tidak saling menggantungkan pada temannya. Memberikan pengarahan agar masing-masing peserta diskusi berpartisipasi secara aktif. Menciptakan suasana yang kondusif agar peserta didik dapat mengemukakan pendapatnya secara bebas. Penggunaan waktu secara tepat.

11

Guru hanya sebagai fasilitator, pengawas, pembimbing, serta evaluator terhadap jalannya diskusi. Membuat kesimpulan berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan oleh siswa. Soetomo (1993: 157) menjelaskan tentang kegunaan diskusi bagi siswa, antara lain: memberi kesempatan pada siswa untuk menyalurkan kemampuan masingmasing, dapat mendorong anak untuk mengemukakan ide-ide baru. Dapat memanfaatkan berbagai kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Membantu siswa untuk dapat mengetrapkan pengalaman teoritis dan pengalaman praktis dalam berbagai pengetahuan di sekolah. Membantu siswa untuk dapat menilai kemampuan dirinya, teman-temannya dan juga siswa dapat menghargai pendapat teman. Mengembangkan motivasi anak untuk belajar lebih lanjut.

2.4

Penguasaan Konsep Kegiatan belajar mengajar memiliki berbagai tujuan yang ingin dicapai.

Secara umum tujuan yang diharapkan adalah kemampuan siswa untuk dapat menguasai konsep bahan ajar atau materi pelajaran yang sedang dibahas. Penguasaan konsep materi pelajaran ini yang selanjutnya sering disebut sebagai prestasi belajar. Sebagai wujud dari pencapaian tujuan pembelajaran bagi siswa adalah penguasaan konsep bahan ajar atau prestasi belajar. Poerwadarminta (1978: 768) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai oleh siswa dalam bidang studi tertentu. Hasil yang diperoleh siswa tidaklah sama antara yang satu dengan yang lain. Bagi yang memperoleh hasil yang baik maka dapat disebut

12

prestasinya baik. Sedangkan bagi siswa yang memperoleh hasil yang kurang baik maka disebut prestasi belajarnya kurang baik. Hasil belajar yang diperoleh oleh siswa disebut nilai. Sehingga ada yang menyebutkan bahwa prestasi belajar merupakan nilai yang diperoleh oleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar. Berbagai perbedaan rumusan tentang prestasi belajar merupakan sesuatu yang sangat wajar, namun secara prinsip maknanya sama. Prestasi belajar sebagai hasil dari kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dapat dijaring dari kegiatan evaluasi. Evaluasi atau penilaian digunakan untuk mengetahui seberapa besar hasil belajar yang diperoleh oleh siswa. Kegiatan evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang disebut tes. Setiap siswa selalu ingin memperoleh prestasi belajar yang baik dan memuaskan. Secara umum prestasi belajar dapat diukur dengan nilai yang diperoleh oleh siswa dalam proses belajar mengajar. Nilainya baik berarti prestasi belajarnya juga baik, sedangkan yang memperoleh nilai yang rendah, maka prestasi belajarnya juga rendah. Nilai hanya salah satu tolok ukur untuk mengetahui prestasi belajar siswa. Tolok ukur yang lain adalah sikap dan perilaku siswa, baik di sekolah maupun di rumah dan dimasyarakat. Siswa yang memiliki perilaku yang baik, maka prestasi belajarnya juga baik. Demikian juga sebaliknya. Namun dalam kenyataan bahwa tolok ukur yang kedua ini sering diabaikan, baik oleh pihak sekolah, kelauarga maupun masyarakat. Mereka menilai bahwa yang memiliki nilai belajar yang baik sajalah yang dapat dikatakan memiliki prestasi belajar yang baik. Keadaan ini sebenarnya dapat menyesatkan semua pihak, terutama siswa itu sendiri.

13

Berdasarkan uraian di atas, prestasi belajar dapat dikatakan sebagai hasil yang diperoleh oleh peserta didik, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif, melalui proses belajar mengajar. Kuantitatif berupa sederetan angka-angka sebagai nilai atas kegiatan belajar yang telah dilakukan. Sedangkan kualitatif merupakan perubahan sikap dan tingkah laku siswa setelah melakukan kegiatan belajar mengajar. Namun dalam karya tulis ini yang dimaksud dengan penguasaan konsep atau sering disebut prestasi belajar adalah mengarah pada nilai yang telah dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar. Secara umum penguasaan konsep pelajaran dapat diukur dengan melihat hasil belajar siswa yang diukur dengan mengadakan ulangan harian yang dilaksanakan setelah berakhirnya suatu siklus. Siswa dinyatakan telah menguasai konsep bahan ajar atau memiliki prestasi belajar yang baik apabila telah memperoleh nilai minimal yaitu 6,5.

2.5

Kerangka Pikir Kesiapan guru tidak banyak berarti jika tidak diimbangi dengan kesiapan

siswa dalam melakukan kegiatan belajar mengajar. Dengan berbagai permasalahan yang telah disiapkan oleh guru, akan memaksa siswa untuk ikut serta secara aktif dalam proses pembelajaran. Agar siswa dapat secara aktif dan kreatif dalam mengikuti proses pembelajaran, maka setiap siswa dituntut untuk mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Persiapan yang dimaksud adalah berbagai sumber yang dapat mendukung pemecahan masalah yang sedang dibahas, maupun persiapan diri atau mental dari setiap anggota kelompok untuk dapat melakukan presentasi di depan kelas.

14

Pelaksanaan belajar mengajar dengan menggunakan metode bermain peran seperti diuraikan di atas, akan dapat membawa pada siswa ke dalam situasi yang sebenarnya. Siswa dapat berperan sesuai dengan materi yang akan dibahas. Dengan memperhatikan permainan peran, baik yang dilakukan sendiri maupun yang dilakukan oleh temannya, anak akan semakin memahami materi pelajaran yang sedang dibahas. kemampuannya Kewarganegaraan. Dengan metode bermain peran yang dikombinasikan dengan diskusi secara kelompok, memberi kesempatan kepada anak untuk dapat berfikir secara aktif dan kreatif dalam memecahkan setiap permasalahan. Pemahaman yang semakin baik terhadap materi pelajaran, ditunjang dengan aktifitas anak yang semakin baik dalam mengikuti proses belajar mengajar, maka peserta didik juga akan dapat meningkatkan kemampuannya dalam menguasai konsep materi pelajaran yang diajarkan, Jadi dengan penggunaan metode bermain peran dan diskusi yang dilaksanakan secara tepat, proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik, sehingga prestasi belajar peserta didik dapat semakin meningkat. Dengan dalam demikian penguasaan diharapkan konsep siswa dapat pelajaran meningkatkan Pendidikan

materi

15

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Latar Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Rejotangan, Kabupaten Tulungagung, kelas IX-B, dalam mata pelajaran Ekonomi. Jumlah siswa ada 35 siswa. Penelitian dilaksanakan dalam tahun pelajaran 2006/2007 semester ganjil, dari bulan Juli 2006 sampai dengan bulan September 2006.

3.2 Persiapan Penelitian Dalam pelaksnaan penelitian tindakan kelas ini, peneliti melakukan berbagai persiapan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 3.2.1 Refleksi awal, peneliti mengidentifikasi permasalahan kemampuan siswa dalam memahami konsep dasar materi pelajaran pada siswa kelas IX-B. 3.2.2 Peneliti merumuskan permasalahan secara operasional yang relevan dengan rumusan masalah penelitian. 3.2.3 Peneliti merumuskan hipotesis tindakan. Hipotesis tindakan ini bersifat tentatif, sehingga sangat mungkin akan mengalami perubahan sesuai dengan keadaan di lapangan. 3.2.4 Menetapkan dan merumuskan rancangan tindakan yang meliputi:

3.2.4.1 Menetapkan indikator-indikator desain pembelajaran dengan metode bermain peran dan diskusi. 3.2.4.2 Menyusun rancangan strategi belajar mengajar dengan metode bermain peran dan diskusi. 12

16

3.2.4.3 Menyusun metode dan alat perekam data yang berupa angket, catatan di lapangan, pedoman wawancara, pedoman analisis dokumen dan catatan harian. 3.2.4.4 Menyusun rancangan pengolahan data, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. 3.2.4.5 Mempersiapkan penyusunan laporan hasil dari penelitian tindakan kelas yang dilakukan.

3.3 Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan Pelaksanaan tindakan dan pengamatan dalam penelitian ini dibagi dalam 2 siklus. Setiap siklus dibagi dalam tiga kali pertemuan. Kegiatan pelaksanaan tindakan dalam setiap siklus, dibarengi dengan pengamatan yang dapat dilakukan sebagai berikut: 3.3.1 Guru melaksanakan desain pembelajaran dengan metode bermain peran dan diskusi yang telah direncanakan. 3.3.2 Guru memberikan tugas kepada siswa untuk dilaksanakan dan membuat laporan tentang kegiatan yang dilakukan, baik secara individu maupun secara kelompok sesuai dengan tugasnya masing-masing. 3.3.3 Guru mempelajari laporan kegiatan yang dilakukan oleh siswa baik secara individu maupun kelompok dan memberikan penjelasan tambahan jika diperlukan. 3.3.4 Guru merekam data dan mengamati kegiatan siswa sesuai dengan laporan yang telah disusun dengan menggunakan alat perekam, pedoman pengamatan serta catatan lapangan.

17

3.4 Refleksi Peneliti mengadakan telaah terhadap data-data hasil penelitian yang telah dilakukan, melalui: analisis, sintesis, pemaknaan, penjelasan, dan menyimpulkan. Hasil yang diperoleh berupa temuan tingkat efektifitas desain pembelajaran dengan metode bermain peran dan diskusi yang telah dirancang, dan menginventarisir daftar permasalahan yang muncul di lapangan yang untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan perencanaan pada kegiatan berikutnya.

3.5 Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini ada beberapa instrumen yang digunakan untuk menjaring data penelitian, antara lain: pedoman observasi, dokumen, dan catatan lapangan. Instrument penelitian disusun secara fleksibel dengan harapan agar segala bentuk permasalahan yang mungkin timbul dapat dieliminir dan dapat dicarikan solusinya dengan cepat dan tepat. Instrumen penelitian tindakan kelas yang digunakan untuk menjaring data adalah berupa:

3.5.1

Lembar Observasi Bermain Peran Instrumen ini berisi tentang kegiatan yang dilakukan oleh siswa, dengan

indikator sebagai berikut : Peran serta masing-masing anggota Kesungguhan dalam membawakan peran Penguasaan peran Kesesuaian dengan tujuan

18

Skala penilaian yang digunakan adalah: skor 1 = tidak baik; skor 2 = kurang baik; skor 3 = baik; skor 4 = sangat baik. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat keberhasilan pelaksanaan ketrampilan bermain peran, digunakan kualifikasi sebagai berikut: Tabel 3.1 : Kualifikasi Ketrampilan Bermain Peran No 1 2 3 4 Prosentase 0 50 51 64 65 84 85 100 Kualifikasi Tidak baik Kurang baik Baik Sangat baik

3.5.2

Lembar Observasi Kerjasama Kelompok Instrumen kerjasama kelompok berisi tentang kegiatan yang dilakukan

oleh siswa, dengan indikator sebagai berikut : Menghargai kesepakatan Berpartisipasi secara aktif Memberikan penghargaan dengan menunjukkan simpati Menerima tanggung jawab Mendorong partisipasi Membuat ringkasan dan kesimpulan Skala penilaian yang digunakan adalah: skor 1 = tidak baik; skor 2 = kurang baik; skor 3 = baik; skor 4 = sangat baik. Untuk mengetahui seberapa besar keberhasilan pelaksanaan ketrampilan kerja sama siswa dalam kelompok, digunakan kualifikasi sebagai berikut:

19

Tabel 3.2 : Kualifikasi Ketrampilan Kerjasama Dalam Kelompok No 1 2 3 4 Prosentase 0 50 51 64 65 84 85 100 Kualifikasi Tidak baik Kurang baik Baik Sangat baik

3.5.3

Catatan Lapangan Catatan lapangan dilakukan pada saat kegiatan berlangsung, kemudian

timbul peristiwa yang dianggap perlu untuk dipertimbangkan. Jadi catatan lapangan hanya sebagai pelengkap dari hasil observasi.

3.5.4

Hasil Ulangan Harian Hasil ulangan atau hasil tes digunakan untuk mengukur tingkat

penguasaan konsep materi pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang dibahas dalam proses kegiatan belajar mengajar. Standar penguasaan konsep tidak ditentukan. Namun penguasaan konsep dinyatakan berhasil apabila ada peningkatan dari kegiatan pada pra tindakan, kemudian kegiatan pada siklus I dan pada siklus II.

3.6 Teknik Analisis Data Teknik analisis data menggunakan teknik analisis data kualitatif. Secara garis besar kegiatan analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 3.6.1 Menelaah seluruh data yang dikumpulkan. Penelaahan dilakukan dengan cara menganalisis, mensintesis, memaknai, menerangkan, dan menyim-pulkan.

20

Kegiatan penelaahan pada prinsipnya dilaksanakan sejak awal penjaringan data. 3.6.2 Mereduksi data yang didalamnya melibatkan kegiatan pengkategorian dan pengklasifikasian. Hasil yang diperoleh dapat berupa pola-pola dan kecenderungan-kecenderungan yang terjadi dalam pelaksanaan pembe-lajaran dengan metode bermain peran dan diskusi. 3.6.3 Menyusun keterkaitan atau pengaruh dari metode bermain peran dan diskusi dengan kemampuan siswa memahami konsep pasar. 3.6.4 Menyusun kesimpulan dari keterkaitan atau pengaruh yang ada.

3.7 Penyiapan Partisipan Metode bermain peran dan diskusi tidak akan dapat dilakukan secara efektif bila tidak melalui persiapan yang matang. Konsep dan kondisi siswa harus benar-benar sudah siap. Penjelasan tentang tugas masing-masing siswa dalam kegiatan bermain peran dan diskusi harus telah dipahami oleh siswa dengan benar. Selain itu penjabaran tugas yang harus dilakukan oleh siswa, baik secara individu maupun secara kelompok juga harus terarah. Jika tidak, maka hasil yang diperoleh tidak akan menjadi maksimal.

21

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini dibedakan dalam tiga kegiatan, yaitu (1) pra tindakan, (2) siklus I, dan (3) siklus II

4.1.1 Pra Tindakan Kegiatan pra tindakan yang dilakukan pada siswa kelas IX-B SMP Negeri 2 Rejotangan, menemukan permasalahan yaitu prestasi belajar siswa rendah, sebagaimana ditunjukkan dalam hasil evaluasi pada pra tindakan (lihat lampiran 3), dapat diuraikan sebagai berikut : Secara individu, siswa yang sudah tuntas belajar, yaitu yang memperoleh nilai 65 atau lebih, ada 23 siswa atau sebesar 65,71 %. Sedangkan yang belum tuntas belajar ada 12 siswa atau sebesar 34,29 %. Jadi secara klasikal kegiatan pembelajaran belum tuntas belajar, karena jumlah siswa yang memperoleh nilai 65 atau lebih hanya 65,71 %. Setelah mengkaji seluruh permasalahan serta menentuan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan, guru menyusun kelompok dan memberikan tugas untuk masing-masing kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 7 siswa. Jumlah kelompok ada 5 kelompok. Untuk selanjutnya masing-masing kelompok merencanakan tugas yang akan dilaksanakan pada setiap pertemuan, baik pada siklus I maupun pada siklus II.

18

22

4.1.2 Siklus I Pada siklus pertama, guru melakukan tiga kali tatap muka. Setiap tatap muka terdiri dari dua jam pelajaran dengan waktu 45 menit setiap jam pelajaran. Setiap kali pertemuan, materi yang dibahas berbeda, tetapi merupakan kelanjutan dari pertemuan sebelumnya. Siklus pertama dibagi dalam tiga pertemuan. Masing-masing pertemuan terdiri dari: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) pengamatan, dan 4) refleksi. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, hasil belajar, dan data kuesioner yang

diberikan kepada siswa dapat dijabarkan sebagai berikut:

4.1.2.1 Perencanaan Perencanaan tindakan yang akan dilaksanakan dalam kegiatan

pembelajaran pada siklus I sebagai berikut:

23

Tabel 4.1 Perencanaan Pembelajaran Siklus I No 1 Komponen Kegiatan awal Waktu Kegiatan

15 menit Mengadakan presensi kelas Guru menjelaskan tujuan pembelajaran Guru menjelaskan metode mengajar yang digunakan Guru memberikan motivasi kepada siswa Sesuai dengan tugas, salah satu kelompok melakukan kegiatan bermain peran. Kelompok lain melakukan pengamatan. Setelah selesai bermain peran, masingmasing kelompok melakukan diskusi untuk membahas materi kegiatan bermain peran. Secara bergiliran, masing-masing kelompok menyampaikan hasilnya. Kelompok lain menanggapi atau memberikan pertanyaan.

Kegiatan inti

210 menit

Kegiatan akhir

15 menit Bersama siswa, guru membuat kesimpulan materi yang telah dibahas. 30 menit Guru mengadakan evaluasi akhir siklus I

Evaluasi

4.1.2.2 Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan tindakan dalam siklus I dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Secara rinci, pelaksanaannya sebagai berikut: 1) Kegiatan awal (15 menit) Guru mengadakan presensi kelas. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran pada setiap pertemuan dalam siklus I.

24

Guru selalu menjelaskan metode yang digunakan pada setiap pertemuan dalam siklus I. Guru memberikan motivasi kepada siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar pada setiap pertemuan dalam siklus I. 2) Kegiatan Inti (210 menit) Salah satu kelompok melakukan kegiatan bermain peran. Kelompok lain melakukan pengamatan. Setelah selesai bermain peran, masing-masing kelompok melakukan diskusi untuk membahas materi kegiatan bermain peran. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusi. Kelompok yang lain menanggapi atau memberikan pertanyaan. 3) Kegiatan akhir (15 menit) Bersama-sama dengan siswa, guru membuat kesimpulan dalam setiap pertemuan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. 4) Evaluasi (30 menit) Guru memberikan evaluasi untuk mengetahui tingkat penguasaan konsep bahan ajar pada pertemuan ke tiga akhir siklus I.

4.1.2.3 Pengamatan Obyek pengamatan terhadap siswa adalah kerjasama siswa dalam kelompoknya. Kerjasama yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok terdiri atas dua kegiatan, yaitu kegiatan bermain peran dan kegiatan diskusi. Partisipasi siswa dalam kegiatan kelompok, baik secara individu maupun secara bersama-sama sangat berpengaruh terhadap hasil pengamatan.

25

Berdasarkan hasil pengamatan kegiatan siswa dalam bermain peran (lihat lampiran 4), maka dapat dikemukakan sebagai berikut: Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Kegiatan Bermain Peran No 1 2 3 4 5 Produksi Konsumsi Distribusi Penawaran Permintaan Jumlah Rata-rata Nama Kelompok Jumlah 72 76 71 73 81 373 74,60 % 67,86 70,54 69,64 71,43 75,00 333,04 66,61

Sedangkan berdasarkan

hasil

pengamatan

kegiatan siswa dalam

ketrampilan kerjasama dalam kelompok (lihat lampiran 5), maka dapat dikemukakan sebagai berikut:

26

Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Ketrampilan Kerjasama Kelompok Diskusi No 1 2 3 4 5 Produksi Konsumsi Distribusi Penawaran Permintaan Jumlah Rata-rata Nama Kelompok Jumlah 111 115 106 110 120 562 112,4 % 66,07 68,45 63,10 65,48 71,43 334,52 66,90

Atas dasar table 4.2 dan 4.3 tersebut di atas, maka kegiatan siswa dalam bermain peran dan melakukan diskusi sudah cukup baik, yang ditunjukkan dengan rata-rata 66,61 % untuk bermain peran dan 66,90 % untuk kegiatan diskusi. Sedangkan penguasaan konsep siswa yang ditunjukkan oleh hasil evaluasi setelah siklus I (lihat lampiran 6) adalah sebagai berikut : Secara individual, siswa yang belum tuntas belajar ada 8 siswa (22,86 %), sedangkan yang sudah tuntas belajar ada 27 siswa (77,14 %). Secara klasikal kegiatan pembelajaran masih belum tuntas karena jumlah yang telah memperoleh nilai 65 atau lebih hanya 77,14 %.

27

4.1.2.4 Refleksi Kegiatan bermain peran sudah berjalan dengan lancar, meskipun masih

banyak siswa yang kurang begitu siap dengan tugasnya. Kegiatan diskusi juga sudah berjalan cukup baik, meskipun dominasi masih dilakukan oleh anak tertentu. Pengambilan kesimpulan masih didominasi oleh guru. Suasana belajar menjadi lebih hidup. Nilai hasil belajar siswa ada peningkatan dibandingkan dengan pada pra tindakan. Berdasarkan hasil pengumpulan data dari kuesioner di atas, masih terdapat kelemahan yang masih harus diperhatikan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar, antara lain: Kesan takut pada siswa masih tampak, terutama bagi yang merasa belum siap. Masih perlu menumbuhkan kesan bahwa pelajaran ini bermanfaat bagi siswa. Siswa perlu dibimbing untuk lebih aktif dalam proses diskusi, tidak hanya dimonopoli oleh beberapa anak. Siswa yang mewakili kelompok menyampaikan hasil diskusi perlu bergantian, agar lebih merata. Pengambilan kesimpulan masih lebih banyak didominasi oleh guru.

28

4.1.3

Siklus II Siklus II dibagi dalam tiga pertemuan. Masing-masing pertemuan terdiri

dari: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) pengamatan, dan 4) refleksi. Berdasarkan hasil pengamatan guru dan hasil belajar dapat dijabarkan sebagai berikut:

4.1.3.1 Perencanaan Perencanaan tindakan yang akan dilaksanakan dalam kegiatan

pembelajaran pada siklus II sebagai berikut: Tabel 4.4 Perencanaan Pembelajaran Siklus II No 1 Komponen Kegiatan awal Waktu 15 menit Kegiatan Mengadakan presensi kelas Guru menjelaskan tujuan pembelajaran Guru menjelaskan metode mengajar yang digunakan Guru memberikan motivasi kepada siswa Sesuai dengan tugas, salah satu kelompok melakukan kegiatan bermain peran. Kelompok lain melakukan pengamatan. Setelah selesai bermain peran, masingmasing kelompok melakukan diskusi untuk membahas materi kegiatan bermain peran. Secara bergiliran, masing-masing kelompok menyampaikan hasilnya. Kelompok lain menanggapi atau memberikan pertanyaan.

Kegiatan inti

210 menit

Kegiatan akhir

15 menit Bersama siswa, guru membuat kesimpulan materi yang telah dibahas. 30 menit Guru mengadakan evaluasi akhir siklus II

Evaluasi

29

4.1.3.2 Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan tindakan dalam siklus II dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Secara rinci, pelaksanaannya sebagai berikut: a) Kegiatan awal (15 menit) Guru mengadakan presensi kelas. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran pada setiap pertemuan dalam siklus II. Guru selalu menjelaskan metode yang digunakan pada setiap pertemuan dalam siklus II. Guru memberikan motivasi kepada siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar pada setiap pertemuan dalam siklus II. b) Kegiatan Inti (210 menit) Salah satu kelompok melakukan kegiatan bermain peran. Kelompok lain melakukan pengamatan. Setelah selesai bermain peran, masing-masing kelompok melakukan diskusi untuk membahas materi kegiatan bermain peran. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusi. Kelompok yang lain menanggapi atau memberikan pertanyaan. c) Kegiatan akhir (15 menit) Bersama-sama dengan siswa, guru membuat kesimpulan dalam setiap pertemuan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. d) Evaluasi (30 menit) Guru memberikan evaluasi untuk mengetahui tingkat penguasaan konsep bahan ajar pada pertemuan ke tiga akhir siklus II.

30

4.1.3.3 Pengamatan Obyek pengamatan terhadap siswa adalah kerjasama siswa dalam kelompoknya. Kerjasama yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok terdiri atas dua kegiatan, yaitu kegiatan bermain peran dan kegiatan diskusi. Partisipasi siswa dalam kegiatan kelompok, baik secara individu maupun secara bersama-sama sangat berpengaruh terhadap hasil pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan kegiatan siswa dalam bermain peran (lihat lampiran 7), maka dapat dikemukakan sebagai berikut: Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Kegiatan Bermain Peran No 1 2 3 4 5 Produksi Konsumsi Distribusi Penawaran Permintaan Jumlah Rata-rata Nama Kelompok Jumlah 76 79 78 80 84 397 79,40 % 67,86 70,54 69,64 71,43 75,00 354,46 70,89

Sedangkan berdasarkan

hasil

pengamatan kegiatan siswa dalam

ketrampilan kerjasama dalam kelompok (lihat lampiran 8), maka dapat dijelaskan sebagai berikut:

31

Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Ketrampilan Kerjasama Kelompok Diskusi No 1 2 3 4 5 Produksi Konsumsi Distribusi Penawaran Permintaan Jumlah Rata-rata Nama Kelompok Jumlah 117 120 114 118 124 593 118,6 % 69,64 71,43 67,86 70,24 73,81 352,98 70,60

Berdasarkan table 4.5 dan 4.6 tersebut di atas, maka kegiatan siswa dalam bermain peran dan melakukan diskusi sudah cukup baik, yang ditunjukkan dengan rata-rata 70,89 % untuk bermain peran dan 70,60 % untuk kegiatan diskusi. Sedangkan penguasaan konsep siswa yang ditunjukkan oleh hasil evaluasi setelah siklus II (lihat lampiran 9) adalah sebagai berikut : Secara individual, siswa yang belum tuntas belajar ada siswa (14,29 %), sedangkan yang sudah tuntas belajar ada 30 siswa (85,71 %). Secara klasikal kegiatan pembelajaran sudah tuntas karena jumlah yang telah memperoleh nilai 65 atau lebih adalah 85,71 %.

32

4.1.2.4 Refleksi Kegiatan bermain peran sudah berjalan dengan lancar, namun masih ada siswa yang kurang menguasai perannya. Kegiatan diskusi juga sudah berjalan cukup baik. Pengambilan kesimpulan sudah lebih baik, peran siswa sudah cukup dominan. Suasana belajar menjadi lebih hidup. Nilai hasil belajar siswa ada peningkatan dibandingkan dengan pada siklus I. Berdasarkan hasil pengumpulan data dari pengamatan di atas, kegiatan belajar mengajar sudah lebih baik. Namun yang masih perlu terus diperhatikan antara lain : Kesiapan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar perlu terus ditingkatkan. Memberikan motivasi lebih besar secara individu terhadap siswa yang kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil observasi dan hasil tes yang dilakukan pada pra tindakan, siklus I dan siklus II, maka dapat diuraikan sebagai berikut:

4.2.1

Kegiatan Bermain Peran Berdasarkan hasil pengamatan tentang kegiatan bermain peran yang

dilakukan oleh masing-masing kelompok yang dilakukan pada siklus I dan siklus II

33

(lihat lampiran 4 dan lampiran 7), maka dapat diketahui sebagaimana dalam tabel berikut ini: Tabel 4.7 Perbandingan Kegiatan Bermain Peran Siklus I dan II No Nama Kelompok Siklus I Jml 1 2 3 4 5 Produksi Konsumsi Distribusi Penawaran Permintaan Jumlah Rata-rata 72 76 71 73 81 373 74,60 % 67,86 70,54 69,64 71,43 75,00 333,04 66,61 Siklus II Jml 76 79 78 80 84 397 79,40 % 67,86 70,54 69,64 71,43 75,00 354,46 70,89

Kegiatan bermain peran sebagaimana dalam tabel di atas, dapat diuraikan bahwa rata-rata prosentase pada siklus I sebesar 66,61 %. Jadi kerjasama siswa dalam kelompok sudah cukup baik pada siklus I. Namun dalam siklus II, kegiatan bermain peran mengalami peningkatan, yaitu menjadi 70,89 %. Jadi kegiatan bermain peran yang dilakukan sudah termasuk baik dalam siklus II. Dengan demikian kegiatan bermain peran yang dilaksanakan oleh masingmasing kelompok dalam kegiatan pembelajaran sudah baik.

34

4.2.2

Kerjasama Kelompok Dalam Diskusi Berdasarkan hasil pengamatan tentang kerjasama siswa dalam kelompok

yang dilakukan pada siklus I dan siklus II (lihat lampiran 5 dan lampiran 8), maka dapat diketahui sebagaimana dalam tabel berikut ini: Tabel 4.8 Perbandingan Ketrampilan Kerjasama Diskusi Siklus I dan II No Nama Kelompok Siklus I Jml 1 2 3 4 5 Produksi Konsumsi Distribusi Penawaran Permintaan Jumlah Rata-rata 111 115 106 110 120 562 112,4 % 66,07 68,45 63,10 65,48 71,43 334,52 66,90 Siklus II Jml 117 120 114 118 124 593 118,6 % 69,64 71,43 67,86 70,24 73,81 352,98 70,60

Kerjasama siswa dalam kelompok diskusi sebagaimana tabel di atas, dapat diuraikan bahwa rata-rata prosentase pada siklus I sebesar 66,90 %. Jadi kerjasama siswa dalam kelompok sudah cukup baik pada siklus I. Namun dalam siklus II, kerjasama siswa dalam kelompok mengalami peningkatan, yaitu menjadi 70,60 %. Jadi kerjasama siswa dalam kelompok sudah termasuk baik. Dengan demikian kerjasama siswa dalam kelompok yang dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran sudah baik.

35

4.2.3

Hasil Evaluasi Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan pada pra tindakan, siklus I, dan

siklus II (lihat lampiran 3, lampiran 6, dan lampiran 8), maka dapat diketahui sebagaimana dalam tabel berikut ini: Tabel 4.9 Perbandingan Hasil Evaluasi Tuntas No 1 2 3 Kegiatan Pra Tindakan Siklus I Siklus II Jml 23 27 30 % 65,71 77,14 85,71 Belum Tuntas Jml 12 8 5 % 34,29 22,86 14,29

Hasil evaluasi menunjukkan terdapat kenaikkan yang tuntas belajar dari 23 siswa (65,71%) pada pra tindakan menjadi 27 siswa (77,14 %) pada siklus I, dan menjadi 30 siswa (85,71 %) pada siklus II. Sedangkan yang belum tuntas belajar mengalami penurunan dari 12 siswa (34,29 %) pada pra tindakan menjadi 8 siswa (22,86 %) pada siklus I, dan menjadi 5 siswa (14,29 %) pada siklus II.

4.2.4 Pembuktian Hipotesis Tindakan Berdasarkan hasil analisis penelitian sebagaimana dijelaskan di atas, maka hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa jika metode bermain peran dan diskusi digunakan dalam pembelajaran, maka penguasaan konsep pelajaran Ekonomi pada siswa kelas IX-B SMPN 3 Ngunut, Kabupaten Tulungagung akan meningkat, dapat diterima.

36

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian dalam bab terdahulu, dapat diuraikan sebagai berikut : 5.1.1 Prestasi belajar siswa yang berupa penguasaan konsep menunjukkan kenaikan, yang ditunjukkan oleh hasil evaluasi belajar yang tuntas belajar dari 23 siswa (65,71%) pada pra tindakan menjadi 27 siswa (77,14 %) pada siklus I, dan menjadi 30 siswa (85,71%) pada siklus II. 5.1.2 Sedangkan yang belum tuntas belajar mengalami penurunan dari 12 siswa (34,29 %) pada pra tindakan menjadi 8 siswa (22,86 %) pada siklus I, dan menjadi 5 siswa (14,29 %) pada siklus II. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode bermain peran dan diskusi dapat meningkatkan penguasaan konsep materi pelajaran Ekonomi pada siswa kelas IX-B SMP Negeri 2 Rejotangan, Kabupaten Tulungagung, pada semester ganjil 2006/2007. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa jika metode bermain peran dan diskusi digunakan dalam pembelajaran, maka penguasaan konsep pelajaran Ekonomi pada siswa kelas IX-B SMPN 2 Rejotangan, Kabupaten Tulungagung akan meningkat, dapat diterima. tahun pelajaran

33

37

5.2 Saran-saran Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, maka dapat disampaikan saransaran sebagai berikut : 5.2.1 Dengan situasi dan kondisi tertentu, maka penggunan metode diskusi dapat me-ningkatkan prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan. Kepada para guru diharapkan dapat semakin aktif dan kreatif dalam memilih metode dalam kegiatan belajar mengajar agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. 5.2.2 Penggunaan metode diskusi juga dapat meningkatkan motivasi belajar, yang berupa kerjasama siswa dalam kelompok diskusi dan sikap siswa dalam kegiatan pembelajaran. Kepada Kepala Sekolah hendaknya dapat mengambil kebijakan tentang perlunya melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi setiap guru, agar motivasi belajar siswa juga semakin meningkat. 5.2.3 Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) apabila dilaksanakan dengan baik membutuhkan berbagai sarana yang sangat besar. Kepada Kepala Sekolah hendaknya dapat mengusahakan agar ketersediaan sarana bagi para guru dalam melaksanakan PTK terus ditingkatkan.

38

DAFTAR RUJUKAN

Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, Sekar Ayu Aryani. 2006. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD. Miarsa, Yusufhadi. 1995. Peningkatan Mutu Pendidikan, Jurnal Teknologi Pembelajaran. Malang: IPTPI. Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Oemar Hamalik. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester (SKS). Jakarta: Bumi Aksara. Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional.

35

You might also like