Professional Documents
Culture Documents
Peta bisa dijeniskan berdasarkan isi, skala, penurunan serta penggunaannya. Peta berdasarkan isinya: Peta hidrografi: memuat informasi tentang kedalaman dan keadaan dasar laut serta informasi lainnya yang diperlukan untuk navigasi pelayaran. Peta geologi: memuat informasi tentang keadaan geologis suatu daerah, bahanbahan pembentuk tanah dll. Peta geologi umumnya juga menyajikan unsur peta topografi. Peta kadaster: memuat informasi tentang kepemilikan tanah beserta batas dll-nya. Peta irigasi: memuat informasi tentang jaringan irigasi pada suatu wilayah. Peta jalan: memuat informasi tentang jejaring jalan pada suatu wilayah Peta Kota: memuat informasi tentang jejaring transportasi, drainase, sarana kota dllnya. Peta Relief: memuat informasi tentang bentuk permukaan tanah dan kondisinya. Peta Teknis: memuat informasi umum tentang tentang keadaan permukaan bumi yang mencakup kawasan tidak luas. Peta ini dibuat untuk pekerjaan perencanaan teknis skala 1 : 10 000 atau lebih besar. Peta Topografi: memuat informasi umum tentang keadaan permukaan bumi beserta informasi ketinggiannya menggunkan garis kontur. Peta topografi juga disebut sebagai peta dasar. Peta Geografi: memuat informasi tentang ikhtisar peta, dibuat berwarna dengan skala lebih kecil dari 1 : 100 000. Peta berdasarkan skalanya: Peta skala besar: skala peta 1 : 10 000 atau lebih besar. Peta skala sedang: skala peta 1 : 10 000 - 1 : 100 000. Peta skala kecil: skala peta lebih kecil dari 1 : 100 000. Peta tanpa skala kurang atau bahkan tidak berguna. Skala peta menunjukkan ketelitian dan kelengkapan informasi yang tersaji dalam peta. Peta skala besar lebih teliti dan lebih lengkap dibandingkan peta skala kecil. Skala peta bisa dinyatakan dengan: persamaan (engineer's scale), perbandingan atau skala numeris (numerical or fractional scale) atau skala fraksi dan grafis (graphical scale). Peta berdasarkan penurunan dan penggunaan: Peta dasar: digunakan untuk membuat peta turunan dan perencanaan umum maupun pengembangan suatu wilayah. Peta dasar umunya menggunakan peta topografi.
Peta tematik: dibuat atau diturunkan berdasarkan peta dasar dan memuat tematema tertentu.
daerah pulau Jawa. Gambar unsur rupa bumi pada skala tertentu tidak selalu dapat disajikan sesuai ukurannya karena terlalu kecil untuk digambarkan. Bila unsur itu dianggap penting untuk disajikan, maka penyajiannya menggunakan simbol gambar tertentu. Supaya peta mudah dibaca dan dipahami, maka aneka ragam informasi peta pada skala tertentu harus disajikan dengan cara-cara tertentu, yaitu: Simbol: digunakan untuk membedakan berbagai obyek, misalnya jalan, sungai, rel dan lainlainnya. Daftar kumpulan simbol pada suatu peta disebut legenda peta. Warna: digunakan untuk membedakan atau memerincikan lebih jauh dari simbol suatu obyek, misalnya laut yang lebih dalam diberi warna lebih gelap, berbagai kelas jalan diberi warna yang berbeda-beda dll. Kumpulan simbol dan notasi pada suatu peta biasa disusun dalam satu kelompok legenda peta yang selalu disajikan dalam setiap lembar peta. Unsur legenda peta biasa dibakukan agar memudahkan pembacaan dan interpretasi berbagai peta oleh berbagai pemakai dengan berbagai keperluan.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Ujungkulon Cikarang Anyer Leuwidamar Serang Jampang & Balekambang Bogor Jakarta Kep. Seribu Sindangbarang & Bandarbaru Cianjur Karawang Garut & Pameungpeuk Bandung Pamanukan Karangnunggal Tasikmalaya Arjawinangun Indramayu Pangandaran Mejenang Cirebon Banyumas Purwokerto & Tegal Kebumen Pekalongan & Banjarnegara Yogyakarta Semarang & Magelang Karimunjawa Surakarta & Giritontro
31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58.
Salatiga Kudus Pacitan Ponorogo Ngawi Rambang Tulungagung Madiun Bojonegoro Jatirogo Blitar Kediri Mojokerto Tuban Turen Malang Surabaya & Sapulu Bawean & Masalembo Lumajang Probolinggo Tg. Bumi & Pamekasan Jember Besuki Waru & Sumenep Blambangan Banyuwangi Situbondo Kangean & Sapudi
Gambar 1.1 : Lembar Peta Geologi Sistematik Pulau Jawa Skala 1 : 100 000. (Sumber Direktorat Geologi, Bandung, 2000) Selain skala peta, arah orientasi peta harus tersajikan dalam suatu lembar peta. Bergantung
pada kedekatan lokasi kawasan peta terhadap kutub utara atau selatan bumi, maka orientasi peta akan dibuat ke arah mendekati arah kutub. Di Indonesia, arah orientasi peta adalah arah kutub utara atau arah utara peta. Arah utara peta pada peta topografi dibuat sejajar dengan tepi lembar peta, tetapi pada peta tematik tidak selalu demikian - boleh menyerong terhadap tepi lembar peta asal tidak terbalik. Arah utara peta bisa dinyatakan dalam arah utara geografis berdasarkan: (1) sistem proyeksi peta (sistem umum berlaku nasional), atau (2) arah utara geografis berdasarkan satu titik sistem kerangka dasar tertentu (sistem lokal), atau (3) arah utara magnet berdasarkan satu titik sistem kerangka dasar tertentu (sistem lokal). Dalam sistem proyeksi peta tertentu, arah utara peta menujukkan arah utara geografi yang melalui titik awal (nol) sistem proyeksi peta. Arah utara peta di daerah sekitar ekuator atau belahan utara bumi umumnya merupakan arah utara geografis.
d. Pengukuran offset, e. Pengukuran tachymetri, f. Pengukuran meja lapangan, g. Aerial survey, h. Remote Sensing, dan i. GPS. a, b, c dan i untuk pengukuran kerangka dasar, d, e, f, g dan h untuk pengukuran detil. Berdasarkan luas cakupan daerah pengukuran: Pengukuran tanah (plane surveying) atau ilmu ukur tanah dengan cakupan pengukuran 37 km x 37 km. Rupa muka bumi bisa dianggap sebagai bidang datar. Pengukuran geodesi (geodetic surveying) dengan cakupan yang luas. Rupa muka bumi merupakan permukaan lengkung.
No. 1. 2. 3.
Layanan Peta Peta dasar rupa bumi Peta geologi Peta tematik ke-PU-an
Peta geologi yang diterbitkan oleh Dir. Geologi Bandung umumnya merupakan peta topografi yang disajikan bersama-sama dengan tema geologi Indonesia.
Gambar 1.2: Daur pekerjaan teknik sipil dan hubungannya dengan pengukuran dan pemetaan. (Dikembangkan dari Sossrodrasono, hal. 246). Dalam daur pekerjaan teknik sipil ini terlihat bahwa pengukuran dan pemetaan terlibat dari awal perencanaan hingga selesainya pelaksanaan pekerjaan. Pengukuran dan pemetaan khusus suatu pekerjaan baru dilakukan pada tahapan perencanaan pendahuluan dan seterusnya hingga pembuatan as bulid drawing pelaksanaan pekerjaan. Pada tahapan pemeriksaan pendahuluan, rencana pokok dan rencana kasaran hanyalah menggunakan data, gambar dan peta-peta yang sudah tersedia. Setelah itu, dari rencana pendahuluan hingga pelaksanaan pekerjaan harus dilakukan pengukuran dan pemetaan khusus. Dari diagram ini terlihat aneka pengukuran dan pemetaan digunakan dalam daur pekrjaan teknik sipil sebagai alat bantu: pemodelan dalam perencanaan dan perancangan (planning and design), dalam pelaksanaan pekerjaan, dan pengambilan keputusan.
Dalam khasanah perpetaan di Indonesia, peta dasar yang digunakan untuk perencanaan pengembangan suatu wilayah dan pembuatan peta turuanan adalah peta rupabumi (topografi) yang dibuat oleh BAKOSURTANAL. Untuk wilayah kabupaten disediakan peta dasar skala 1 : 50 000 dan skala 1 : 25 000 untuk wilayah kota madya. Menggunakan peta dasar: (1) dirancang dan dibuat peta turunan skala sama atau lebih kecil dan (2) direncanakan dan dirancang pengukuran dan pembuatan peta topografi dan peta turunan skala lebih besar.
Rangkuman
Pengukuran dan pemetaan dengan berbagai produknya, merupakan alat bantu dalam pemodelan, pelaksanaan dan pengambilan keputusan dalam pekerjaan teknik sipil, dari pemeriksaan pendahuluan hingga selesainya pelaksanaan pekerjaan. Para pembaca disarankan untuk menelusur lebih lanjut ke BAKOSURTANAL, Dir. Geologi Bandung untuk mendapatkan informasi perpetaan di Indonesia dan ke ESRI untuk melihat konsep lebih lanjut mengenai peta dijital dan terapannya di bidang
teknik sipil.
Daftar Pustaka
1. Purworhardjo, U.U., (1986), Ilmu Ukur Tanah Seri C - Pengukuran Topografi, Jurusan Teknik
Geodesi ITB, Bandung, Bab 1.
3. BAKOSURTANAL, http://www.bakosurtanal.go.id 4. Direktorat Geologi Bandung, http://www.grdc.dpe.go.id 5. Departemen PU (eks), http://www.pu.go.id 6. ESRI - GIS Vendor, http://www.esri.com