You are on page 1of 12

[previous] [next] [daftar isi buku]

BAB 7 Pengukuran Jalan dan Pengairan


Pengukuran dan pemetaan rute dimaksudkan untuk membahas penerapan pengukuran dan pemetaan rute dalam bidang rekayasa teknik sipil, khususnya jalan dan pengairan. Kajian lebih banyak mengacu pada terapan praktis berdasarkan bakuan yang diterbitkan oleh bekas Departemen Pekerjaan Umum (PU).

7.1 Pengukuran dan Pemetaan Jalan


Survai jalan meliputi pengukuran dan pemetaan untuk perencanaan dan pengembangan, perancangan, pelaksanaan pembangunan dan pemeliharaan jalan. Perhatikan pada Gambar 7.1 berikut, pengukuran dan pemetaan khusus untuk perencanaan jalan baru dimulai pada tahapan rencana pendahuluan menggunakan peta skala 1 : 50 000. Pada tahapan sebelumnya menggunakan peta dasar rupa bumi (topografi) dan peta-peta lainnya yang sudah tersedia.

Gambar 7.1: Tahapan program perencanaan dan pengembangan jalan. (Disalin dari Suyono Sosrodarsono).

Gambar 7.2: Gambar rencanan alignment horizontal jalan. (Disalin dari Suyono Sosrodarsono.)

Gambar 7.3: Contoh gambar rencana alinyemen vertikal jalan. (Disalin dari Suyono Sosrodarsono). Telah dibahas di Bab 1, produk pengukuran dan pemetaan di Indonesia berupa peta dasar ataupun peta tematik lainnya bisa diperoleh dari BAKOSURTANAL, Dir. Geologi Bandung dan PU. Pemetaan skala besar 1 : 1 000 yang meliputi pembuatan peta topografi, pematokan, pengukuran penampang dan pengukuran sekitar bangunan khusus misalnya jembatan, dilakukan untuk membuat rancangan detil jalan. Susunan peta dan gambar pada tahapan ini adalah peta topografi sekitar route dan penampang memanjang pada satu lembar gambar, sedangkan gambar penampang melintang digambar tersendiri. Gambar ini kemudian dilengkapi dengan gambar rencana alinyemen horizontal dan vertikal termasuk potongan melintang tipikal sesuai kondisi tanah lokasi. Pada tahap pelaksanaan, gambar rancangan detil dipatok ulang ke lapangan. Bila yidak ada penyimpangan yang berarti, maka tidak perlu dilakukan revisi. Tetapi bila ditemui perubahan yang cukup berarti, maka dilakukan perubahan rancangan alinyemen horizontal. Setelah dianggap tidak perlu ada perubahan lagi, dilanjutkan dengan pematokan setiap 25 m dan pengukuran penampang memanjang dan melintang. Bila rancangan alinyemen vertikal sudah sesuai keadaan saat konstruksi, maka digambarkan potongan melintang rencana jalan

berdasarkan bentuk-bentuk potongan tipikal yang disepakati untuk diterapkan. Berdasarkan gambar penampang ini dihitung volume pekerjaan. Contoh skala peta dan gambar untuk pekerjaan jalan tahap perancangan rinci:

Jenis

Peta atau Gambar Peta planimetri

Skala 1 : 500 s/d 1 : 1 000 H = skaa plan V 1 : 100 H/V 1 : 100

Catatan Peta sepanjang rute, pengukuran berbasis sumbu jalan Perancangan alinyemen vertikal. Volume perkerjaan

Pengukuran dan pemetaan rancangan rinci.

Potongan memanjang setiap 50 m. Potongan melintang

Pengukuran dan pemetaan untuk pelaksanaan

Sama seperti pada tahap perancangan rinci, hanya pengukuran penampang melintang dibuat lebih rapat.

Gambar 7.4: Penampang melintang pada berbagai tipikal konstrusi jalan. (Dialih dan dikembangkan berdasarkan Hickerson.)

7.2 Pengukuran dan Pemetaan Pengairan


Survai pengairan adalah survai untuk water resource engineering and management, sehingga akan mencakup dari kawasan sumber air hingga kawasan hilir di sekitar pantai. Objek yang diukur dan dipetakan bisa meliputi sistem sungai, waduk dan bendungan, saluran irigasi dan bangunan sarana - prasarana pengairan lainnya. Jenis pengukurannya - dengan anggapan peta dasar sudah tersedia, meliputi pemetaan topografi skala 1 : 10 000 atau lebih besar hingga pengukuran untuk pelaksanaan pekerjaan. Departemen Pekerjaan Umum, sekarang menjadi Kementerian Negara Pekerjaan Umum, pada tahun 1986 menerbitkan buku Standar Perencanaan Irigasi yang meliputi: Kriteria Perencanaan: KP KP KP KP KP KP KP 01: 02: 03: 04: 05: 06: 07: Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria Perencanaan Perencanaan Perencanaan Perencanaan Perencanaan Perencanaan Perencanaan - Bagian Perencanaan Jaringan Irigasi -Bagian Bangunan Utama -Bagian Saluran -Bagian Bangunan -Bagian Petak Tersier -Bagian Parameter Bangunan -Bagian Standar Penggambaran

Bangunan Irigasi: BI - 01: Tipe Bangunan Irigasi BI - 02: Standar Bangunan Irigasi Persyaratan Teknis: PT - 01: Persyaratan PT - 02: Persyaratan PT - 03: Persyaratan PT - 04: Persyaratan PT - 02 mencakup: Bagian I Bagian II Bagian III Bagian IV Bagian V Bagian VI Bagian VII Bagian VIII Bagian IX Bagian X Teknis Teknis Teknis Teknis Bagian Bagian Bagian Bagian Perencanaan Jaringan Irigasi Pengukuran Penyelidikan Geoteknik Penyelidikan Model Hidrolis.

: Pemotretan Udara Vertikal, : Pembuatan Peta Ortofoto, : Peta Garis Fotogrametris, : Pemetaan Situasi Teristris Skala 1 : 5 000, : Pemetaan Situasi Teristris Skala 1 : 2 000, : Pengukuran Sungai dan Lokasi Bendung, : Pengukuran Trase Saluran Sistem Situasi, : Pengukuran Trase Saluran Sistem IP, : Pengukuran Trase Saluran Tersier, : Pengukuran Situasi Lahan Bangunan Khusus

Persyaratan-persyaratan yang tercakup dalam PT-02 ini mengutamakan pemetaan skala

besar. Foto udara yang digunakan berskala 1 : 10 000 dan peta serta gambar-gambar yang dihasilkan berskala 1: 5 000. Sehingga PT-02 disusun untuk pembuatan peta dan gambar pada tahapan pekerjaan kajian kelayakan dan perencanaan untuk pelaksanaan. Kajian survey dan pemetaan dalam PT-02 mencakup persyaratan pengadaan data secara fotogrametris untuk pembuatan peta topografi jenis ortofoto hingga pengukuran rincikan cara teristris untuk perencanaan saluran tersier. Pengukuran dan pemetaan dimulai dengan cara pembuatan dan ketentuan ketelitian kerangka, cara pengukuran dan pemetaan rinci, cara perekaman data, cara pengolahan, cara penyajian dan ketentuan dokumentasi. Contoh persyaratan-persyaratan pengukuran dan pemetaan dalam PT-02: Bench Mark: BM merupakan titik rujukan dan pemeriksaan posisi horizontal (KDH) dan vertikal (KDV) pengukuran dan pemetaan. Sepanjang rute sungai dan saluran, BM dipasang setiap interval 2,5 km. BM terpasang dibuatkan deskripsi.

Gambar 7.5: BM untuk pengukuran pengairan. (Disalin dari PT 02 PU) Poligon: Poligon utama: 1. Poligon terikat sempurna, 2. Kesalahan penutup sudut lebih teliti atau sama dengan 10" n; n = jumlah titik sudut, 3. Kesalahan penutup linier poligon (jarak) 1: 10 000. Poligon cabang: 1. Poligon terikat sempurna pada poligon utama, 2. Kesalahan penutup sudut lebih teliti atau sama dengan: 1. Poligon terikat sempurna pada poligon utama, 2. Kesalahan penutup sudut lebih teliti atau sama dengan 20" n; n = jumlah titik sudut,

3. Kesalahan penutup linier poligon (jarak) 1: 5 000. Sipat datar: Kesalahan penutup sipat datar lebih teliti atau sama dengan 7 Dkm mm. Titik detil cara tachymetri: Poligon pembantu: 1. Poligon pembantu terikat pada poligon utama atau poligon cabang, 2. Kesalahan penutup sudut lebih teliti atau sama dengan 24" n; n = jumlah titik sudut, 3. Kesalahan penutup linier poligon (jarak) 1: 2 000, 4. Kesalahan penutup ketinggian titik poligon pembantu 10 Dkm mm. Garis kontur: 1. Indeks kontur umumnya 5 m atau 10 m, 2. Inteval 0,25 m pada daerah datar hingga 10 m pada derah dengan kecuraman > 20%. Proyeksi peta: UTM Kertas gambar: 1. Kertas gambar ukuran A1, 2. Wajah peta (50 cm x 80 cm), 3. Skala peta 1 : 2 000, 1 : 5 000, 1 : 10 000 dan 1 : 20 000.

Gambar 7.6: Contoh lembar peta ortofoto pengairan. (Disalin dari PT 02 PU)

Stasion rute: 1. Stasion atau patok kilometer dimulai dari bagian hilir sungai atau awal bendung, 2. Patok kilometer di pasang sebelah kanan/kiri sungai ataupun saluran. Penampang memanjang: 1. Penampang memanjang (PM) sepanjang sungai atau saluran, 2. PM menunjukkan kedalaman asli sumbu, bagian terdalam, tinggi muka air terendah dan tertinggi, 3. PM menunjukkan tinggi rencana muka air tertinggi, banjir, tinggi tanggul kanan dan kiri, 4. PM dibuat berdasarkan data pengukuran penampang melintang, 4. Skala gambar H/V 1 : 2 000/1 : 200 atau 1 : 1 000/1 : 100. Pengukuran penampang memanjang saluran dan sungai umumnya tidak diukur tersendiri, tetapi merupakan bagian dari pengukuran penampang melintang.

Gambar 7.7: Potongan memanjang sungai.

(Disalin dari Suyono Sosrodarsono). Penampang melintang: 1. Penampang melintang tegak lurus sumbu sungai atau saluran, 2. Penampang dilihat dari arah hilir, 3. Selang pengukuran setiap 25, 50 atau 100 m, 4. Skala gambar H/V 1 : 200/1 : 200, 1 : 200/1 : 100 atau 1 : 100/1 : 100.

Gambar 7.8: Contoh tipe pengukuran panampang sungai. (Disalin dari Suyono Sosrodarsono)

Gambar 7.9: Bentuk pengukuran titik tinggi/titik detil sungai. (Disalin dari PT 02 PU) Bangunan Khusus: 1. Bendung/waduk peta topografi skala 1 : 500, 2. Bangunan lainnya skala peta topografi skala 1 : 500 atau 1 : 200.

Pertanyaan dan Soal Latihan

1. Sebutkan jenis dan skala serta pemakaian gambar dan peta pada berbagai tahapan pekerjaan rekayasa sipil, khususnya jalan. Coba berikan alasan pemakaian berbagai skala itu. 2. Gambar dan sebutkan elemen pengukuran penampang melintang pada pengukuran jalan dan sungai. Bandinghkan cara dan peralatan pengukuran yang mungkin diperlukan.

Rangkuman
Penerapan pengukuran dan pemetaan di bidang rekayasa sipil mulai dari pemetaan skala kecil yang mencakup daerah luas hingga ke skala besar untuk pelaksanaan pekerjaan. Pembuatan peta skala kecil dan peta dasar oleh lembaga khusus pemetaan nasional. Pengukuran dan pemataan skala besar mulai dari tahap perencanaan pendahuluan dilakukan khusus untuk lokasi pekerjaan.

Daftar Pustaka
1. Hickerson, T.F., (1953), Route Location and Surveying, McGraw-Hill, New York, Chapter 2. 2. Sosrodarsono, S. dan Takasaki, M. (Editor), (1983), Pengukuran Topografi dan Teknik
Pemetaan, PT Pradnya Paramita, Jakarta, Bab 7 dan 8.

3. Departemen Pekerjaan Umum (1986), PT 02 Standar Perencanaan Irigasi, Jakarta.

[previous] [next] [daftar isi buku]

You might also like