3
PERKEMBANGAN
ISLAM TERHADAP
KEHIDUPAN MASYARAKAT
INDONESIA
(Simber: Ensiklopedi Islam Seri 5, halaman 174)
Setelah mempelajari bab ini, kamu diharapkan mampu:
+ menjelaskan kondisi awal Indonesia sebelum kedatangan Islam;
‘+ menjelaskan pendapat-pendapat tentang masuknya Islam di Indonesia;
* menyebutkan tokoh-tokoh yang melakukan penyebaran Islam di
Indonesia;
* menunjukkan bukti-bukti adanya penyebaran Islam di Indonesia.Munculnya agama Islam di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh
persentuhan kebudayaan antara daerah Nusantara dengan negara yang membawa
pengaruh Islam. Persentuhan kebudayaan ini terjadi sebagai salah satu akibat
dari hubungan yang dilakukan antara orang-orang Islam dengan orang-orang
yang ada di Nusantara. Sebab, daerah Nusantara merupakan jalur perdagangan
strategis yang menghubungkan antara dua negara, yaitu Laut Tengah dan
Cina, Hubungan perdagangan yang semakin lama semakin intensif menimbulkan
pengaruh terhadap masuknya pengaruh-pengaruh kebudayaan Arab, Parsi,
India, dan Cina di Nusantara Dengan kata lain, terjadilah proses akulturasi
antara kebudayaan negara-negara itu dengan kebudayaan Nusantara.
A. NUSANTARA SEBELUM KEDATANGAN ISLAM
Proses islamisasi yang terjadi di Indonesia
sangat ditentukan oleh kondisi sosial, budaya, Kata-kata kunci
politik, dan ekonomi yang ada sebelumnya a
Secara geografis wilayah Nusantara memiliki * kondisi sosial budaya
* kondisi politik ekonomi
arti yang sangat penting bagi masukaya unsur-
unsur dari luar, karena menjadi jalur lalu lintas
perdagangan intemasional. Dengan terbukanya wilayah Nusantara memungkinkan
masyarakataya untuk berinteraksi dengan bangsa lain
1. Kondisi sosial budaya
Sebelum ditemukanaya mesin yang menggeralkan kapal laut, pelayaran
kapal-kapal lebih ditentukan oleh arus angin. Sistem angin di kepulauan Nusantara
yang dikenal sebagai angin musim (angin muson), memberikan kemungkinan
pengembangan jalan pelayaran Barat-Timur pulang balik secara teratur dan
berpola tetap. Musim barat dan musim timur sangat menentukan munculaya
kota-kota pelabuhan serta pusat-pusat kerajaan sejak aman Sriwijaya sampai
akhir Majapahit
Kehidupan di kota pelabuhan menampakkan suatu kehidupan yang dinamik
Interaksi manusia melalui perdagangan di kota pelabuhan dapat menciptakan
unit-unit kehidupan manusia. Interaksi antara unit-unit akan membangua struktur
sosial yang dinamik, sehingga akan menampakkan adanya suatu perubahan
Masyarakat di kota pelabuhan merupakan masyarakat yang urban dan
kosmopolit, Terciptalah suatu tatanan masyarakat kota. Interaksi tidak hanya
terbatas pada pertukaran barang-barang ekonomi, akan tetapi terjadi pula
interaksi budaya antarkelompok masyarakat. Dengan demikian, kehidupan
masyarakat di kota pelabuhan akan menciptakan suatu masyarakat yang terbuka
Dalam masyarakat yang seperti ini, akan memudahkan masuknya unsur budaya
78dari luar. Apabila unsur budaya itu mampu membangun suatu tatanan kehidupan
yang mapan, maka akan menjelma menjadi suatu peradaban
Sebelum kedatangan Islam di wilayah Nusantara, peradaban yang pernah
muncul dan mampu membangun suatu struktur masyarakat yang mapan yaitu
Hindu-Buddha Peradaban Hindu-Buddha sangat berpengaruh pada pembentukan
struktur masyarakat di Nusantara Masyarakat yang dibentuk dalam peradaban
ini adalah masyarakat yang memiliki struktur hierarkis. Dalam masyarakat
seperti ini, terdapat lapisan-lapisan sosial yang sangat ketat. Masyarakat
terbagi atas kasta yaitu kasta Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra. Hubungan
antarkasta ini bersifat vertikal yang sempit, artinya interaksi antarindividu
hanya terjadi pada kelompok kastanya sendiri. Sebagai contoh seorang kasta
Ksatria tidak bisa menikah dengan seseorang yang berasal dan Kasta Watsya
Dalam konsepsi Hindu-Buddha, hubungan antara manusia dan jagad raya
bagaikan hubungan kesejajaran antara makrokosmos dan mikrokosmos. Manusia
adalah mikrokosmos dan jagad raya adalah makrokosmos. Menurut kepercayaan
ini, manusia senantiasa berada di bawah pengaruh tenaga-tenaga yang bersumber
pada penjuru mata angin, bintang-bintang dan planet-planet. Tenaga-tenaga
ini mungkin menghasilkan kemakmuran dan kesejahteraan atau berakibat
kehancuran, Terjadinya kesejahteraan atau kehancuran tergantung pada dapat
tidaknya individu-individu dan kelompok-kelompok masyarakat terutama sekali
negara, berhasil menyelaraskan kehidupan dan kegiatan mereka dengan jagad
raya. Keselarasan antara kerajaan dan jagad raya dapat dicapai dengan menyusun
kerajaan itu sebagai gambaran sebuah jagad raya dalam bentuk kecil
Penguasa makrokosmos adalah Dewa, sedangkan penguasa mikrokosmos
adalah raja, sehingga lahirlah konsep dewa-raja. Raja adalah wakil dewa
di muka bumi, Kedudukan raja dianggap sebagai titisan (inkarnasi) dari dewa
atau sebagai keturunan, atau sebagai kedua-duanya, baik sebagai penitisan
maupun keturunan dewa
Raja memiliki kedudukan yang sangat sentral. Hubungan antara raja dengan
rakyat membentuk struktur yang patrimonial. Dalam hubungan ini tercipta
hubungan kawula dan gusti Rakyat lebih banyak melakukan kewajibannya
Pemikiran konsep ini tidak memungkinkan adanya suatu bentuk perjanjian
sosial (social contract) atau konsep mengenai kewajiban-kewajiban timbal
balik antara atasan dan bawahan
b. Kondisi politik dan ekonomi
Pada abad ke-7 sampai dengan abad ke-12, Sriwijaya mengalami masa
kejayaan, baik dalam bidang politik maupun ekonomi, Kejayaan yang dialami
Sriwijaya sangat ditentukan oleh letak dari kerajaan Sriwijaya sebagai kerajaan
maritim. Sriwijaya mempakan bagian dari jalur perdagangan internasional
79