You are on page 1of 11

UJIAN AKHIR SEMESTER KARAKTERISASI MATERIAL

THERMOGRAVIMETRY ANALYSIS (TGA)

GHISKA RAMAHDITA (1106108236) HARRY OLYA ADRIYANSYAH (1006803991) RIZKHI ALDILLA (0806455862)

FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL DEPOK JANUARI 2012

THERMO - GRAVIMETRYC ANALYSIS (TGA)

PRINSIP KERJA Termogravimetri analysis (TGA) merupakan salah satu metoda pengukuran thermal analysis yang telah diaplikasikan secara luas sebagai karakterisasi pengukuran pada minerals, clays, polymers, food dan coal [1]. TGA dapat didefinisikan sebagai metoda eksperimental untuk menentukan karakterisik suatu unsur, senyawa atau gabungan dari unsur dan senyawa dengan mengukur perubahan sifat physico chemical pada temperatur tinggi [2, 3]. Proses ini dimulai pada temperatur kamar sampai temperatur 1000 C bahkan lebih tinggi [4], dimana sample yang digunakan dalam pengujian berupa padat atau cair yang memiliki berat kira kira 5 mg [5]. Pada proses TGA menyebabkan hilangnya berat pada sample, hilangnya berat ini sebagai fungsi terjadi perubahan temperatur atau waktu pada suatu kondisi lingkungan yang telah dikontrol (atmosphere control) [6]. Hasil perubahan berat memberikan informasi berupa thermal stability, komposisi [4] dan oxidative stability, moisture, volatile sebuah sample [3] yang digambarkan melalui kurva antara berat (mg) atau persen berat (wt) dengan waktu (menit) atau dalam bentuk temperatur (C). Kurva TGA yang telah terbentuk juga menggambarkan dua karakteristik temperatur yaitu initial temperature (Ti) dan final temperature (Tf ). Temperatur awal (Ti) merupakan temperatur terendah terjadinya perubahan pada berat sedangkan temperatur akhir (Tf) didefinisikan sebagai temperatur akhir dimana terjadi perubahan berat yang tinggi [7]. Pada gambar 1 dibawah ini menunjukkan salah satu bentuk kurva TGA.

Ti Gambar 1. Kurva TG yang biasa terbentuk

Tf

Penggunaan TGA menjadi sebuah analisis yang kuat jika disandingkan dengan metoda thermal analysis yang lain seperti differential scanning calorimetry (DSC), dan teknik spectroscopic seperti Fourier transform infrared spectroscopy (FTIR) serta mass spectrometry (MS) [3]. Pengukuran thermal analysis suatu sample berupa padat atau cair pada proses TGA menggunakan instrumentation (perangkat) yang dikenal dengan nama thermobalance, thermobalance ini merupakan gabungan sistem balance dan furnace [5] yang terdiri dari furnace, sample holder, recorder balance control, recording balance, atmosphere control, temperature sensor dan furnace temperatur programmer. Namun secara umum thermobalance terbagi menjadi 4 komponen dasar yaitu balance, furnace, unit untuk pengukuran waktu dan kontrol (programmer) serta recorder untuk merekam perubahan temperatur dan berat. Pada gambar 2 dibawah ini menunjukkan blok diagram thermobalance [7].

Gambar 2. Blok diagram thermobalance Dari 4 komponen dasar thermobalance mempunyai peran masing masing seperti Balance yang merupakan perangkat yang sangat penting sebagai syarat dasar pada sebuah thermobalance yang berfungsi sebagai penyeimbang yang dilengkapi sensor untuk mendeteksi terjadi perubahan balok penyeimbang yang memerlukan accuracy, sensitivity, reproducibility, dan capacity. Ada dua jenis dari balance yang saat ini digunakan yaitu null point dan deflection. Null point digunakan secara luas karena menggabungkan sensor untuk mendeteksi terjadinya deviasi dari balok keseimbangan dari posisi nolnya. Adanya sebuah penyimpangan yang dideteksi oleh sensor akan memicu gaya pemulihan untuk

mengembalikan balok keseimbangan ke posisi nol. Gaya pemulihan yang terjadi akan berbanding langsung dengan perubahan berat yang terjadi. Sedangkan deflection balance merupakan jenis balok defleksi keseimbangan dimana proses pengukuran dari kesimbangan balok yang terdefleksi dengan melihat perubahan berat yang terjadi melalui konversi terhadaap data rekaman photograhic, data rekaman sinyal listrik yang dihasilkan dari pengukuran transduser dan menggunakan electrochemical device [7]. Untuk ukuran sample yang digunakan 10 100 mg bahkan sampai 1 mg, hal ini berbeda dari penggunaan ukuran sampel sebelumnya yang mencapai 1 g bahkan lebih, keuntungan dari penggunaan ukuran sample dalam gram adalah sisa (residu) yang dihasilkan dapat digunakan sebagai sample pengujian selanjutnya. namun penggunaan sample ini juga memiliki kerugian yaitu tidak adanya keseragaman temperatur [5]. Furnace merupakan tempat sample diberikan perlakuan panas yang dapat dioperasikan pada temperatur 1100 C dengan menggunakan bahan seperti kanthal atau nichrom yang dililitkan pada sebuah tabung terbuat dari keramik atau silika. Dan untuk pengoperasian temperatur yang lebih tinggi yaitu mencapai 1600 C dapat menggunakan paduan terbuat dari platinum atau rhodium [5]. Saat ini penggunaan furnace pada proses TGA lebih kecil dan diisolasi juga memiliki tempat pendingin dibagian luarnya untuk menjaga dinding luar tetap pada temperatur rendah. Untuk menjaga pengontrolan temperatur furnace dan pengontrolan temperatur sampel sesuai dengan parameter pengujian digunakan thermocouple biasanya menggunakan chromalalumel thermocouple. Sedangkan fungsi dari recorder adalah sebagai rekaman selama proses pengujian. Hasil dari proses pengujian ditampilkan dalam bentuk kurva dimana sumbu y merupakan berat yang hilang (mg) atau persen berat (%wt) sedangkan sumbu x merupakan waktu (menit) atau temperatur (C). Saat ini perangkat dari TGA telah dilengkapi microprocessor dengan digital data acquisition serta menggunakan komputer sehingga akan menghasilkan perekaman dan penampilan data yang lebih baik. Pada gambar 3 dibawah ini menunjukkan skema diagram dari penggabungan furnace dan balance. Dari gambar tersebut dapat dipahami cara kerja dari thermobalance dimana sistem balance dilindungi oleh kaca untuk menjaga kontaminasi seperti debu. Penggunaan gas seperti nitrogen, argon dan helium sebagai pelindung terhadap gas yang korosif dan juga digunakan sebagai purging didalam furnace [6].

Gambar 3. Skema diagram dari furnace dan balance

APLIKASI TGA digunakan di berbagai bidang, mulai dari farmasi, fuell cell, semikonduktor, biomasa, hingga biomedical metalurgi. Berikut ini beberapa hal yang bisa dilakukan dengan TGA: Mengetahui stabilitas termal atau degradasi termal dari senyawa organik dan inorganik, seperti polimer, komposit, glass, logam, mineral, dan lainnya. Mengetahui stabilitas termal atau degradasi termal di lingkungan inert, oksidatif, ataupun vakum. Mengetahui stabilitas oksidasi Estimasi umur produk Kinetika dekomposisi Analisa komposisi campuran organik atau inorganik. Kinetika curing. Mengetahui komposisi kimia secara akurat. Mengetahui titik transisi fasa (seperti transisi glass, clustering, kristalinitas, titik leleh)

Mengetahui quantum-size effect pada material nano. Kinetika reaksi dengan gas-gas reaktif (seperti oksidasi, hydrogenation, chlorination, adsorption/desorption). Kinetika pyrolysis (seperti karbonisasi dan sintering) Filler content Preparasi Sampel Analisa komparatif

TGA digunakan untuk karakterisasi komponen sel tunam atau fuel cell yang merupakan solusi sumber energi yang ramah lingkungan. Sel tunam mengubah energi kimia menjadi energi listrik yang dapat dimanfaatkan untuk menjalankan kendaraan bermotor ataupun peralatan elektronik. Diantara sel tunam yang banyak jenisnya, polymer electrolyte membrane fuel cells (PEMFC) adalah yang paling banyak digunakan. Salah satu komponen terpenting dalam PEMFC adalah membrane electrode assembly (MEA). MEA terdiri dari proton exchange member, catalyst layer, dan gas diffusion layer (GDL).

Gambar 4. Skema PEMFC MEA dibuat dengan mencetak tinta yang mengandung katalis ke diffusion layer, seperti carbon cloth. Carbon cloth kemudian diproses untuk dihilangkan pelarutnya sehingga didapatkan GDE. Lalu GDE di hot-pressed dengan proton exchange membrane untuk membentuk MEA. Pada proses ini, TGA digunakan untuk memastikan formula tinta untuk keperluan kontrol kualitas dan mempelajari proses heat-treatment dari carbon cloth. Sampel berupa tinta yang tercetak pada carbon cloth yang biasanya terdiri dari katalis platinum, air, Nafion, dan pelarut lainnya. Sampel yang dipanaskan dalam TGA memberikan grafik yang menunjukkan adanya tiga komponen penyusun berbeda berdasarkan adanya tiga proses penurunan berat saat pemanasan.
6

Gambar 5. Data TGA tentang dekomposisi formula tinta menunjukkan tiga komponen penyusun.
Salah satu penggunaan TGA yang paling penting yaitu dalam analisa karakterisasi komposisi campuran polimer (polymer blends). Dengan Auto Stepwise TGA, sampel secara otomatis dipanaskan dan ditahan di bawah kondisi isotermalnya ketika terjadi penurunan berat yang berarti. Dengan begitu, pemisahan proses dekomposisi yang tumpang tindih bisa dilakukan dan menghasilkan analisa komposisi polimer dengan keakuratan tinggi. Karakterisasi polimer ABS misalnya, yang tersusun dari matriks SAN (styrene acrylonitrile copolymer) dan butadiene. ABS banyak digunakan pada alat-alat elektronik yang butuh ketahanan impak tinggi agar memiliki masa pakai lama. Ketahanan impak dan ketangguhan ini diberikan oleh butadiene yang bersifat rubbery. Transisi kehilangan berat butadiene rubber yang sangat dekat dengan titik dekomposisi kopolimer SAN bisa dideteksi oleh Auto Stepwise TGA yang juga memberikan jumlah kuantitatifnya.

Gambar 6. Hasil Auto Stepwise TGA menunjukkan pemisahan komponen SAN dan butadiene penyusun polimer ABS.

Penggunaan yang lebih sederhana misalnya untuk mengetahui informasi kelembaban, yang penting untuk menentukan sifat akhir dan cara manufaktur material nylon 6,6, agar didapatkan performa bulu sikat gigi yang baik. 10mg sampel nylon dipanaskan dengan kecepatan 20oC/menit di 7

TGA dan didapatkan hasil grafik yang merupakan plot %massa sebagai fungsi temperatur. Grafik menunjukkan temperatur degradasi terjadi pada 482oC dengan total massa hilang 99,0% dan sedikit inert residu yang tersisa, 0,15%. Perbesaran grafik sebelumnya di daerah tepat di bawah garis degradasi menunjukkan jumlah kelembaban yang diserap nylon 6,6 dari lingkungan sekitarnya. Pada temperatur 56oC terlihat jumlah kelembaban yang diserap sangat kecil, yaitu 0,86%.

Gambar 7. Hasil grafik TGA menunjukkan thermal degradation (kiri) dan moisture weight loss (kanan) dari nylon 6,6

RANCANGAN KARYA ILMIAH Adapun rancangan penelitian yang dapat kami rekomendasikan sebagai inovasi produk yaitu : Aplikasi Biodegradable Polimer sebagai Selaput Pembungkus Pakan Ikan Latar Belakang : Memiliki usaha di bidang ternak dan perikanan merupakan salah satu aset yang cukup menjanjikan. Sejalan dengan hal tersebut, kontrol pakan untuk hewan dan ikan yang sedang dibudidayakan harus diperhatikan dengan baik. Adakalanya pemilik usaha terlalu sibuk dengan urusannya sehingga tidak sempat memonitor lapangan dengan baik, baik dengan alasan lokasi yang terlalu jauh ataupun cuaca yang kurang memungkinkan untuk me-refill makanan secara rutin. Secara sederhana, misalkan pengusaha A memiliki 1000 m2 lahan untuk dibuat 20 petak kolam lele dengan kapasitas @ 100 ekor. Setiap harinya, A perlu memberi pakan sebanyak 3 kali. Setiap memberi makan di satu petak lahan, membutuhkan waktu 5 menit. Dengan kata lain, setiap harinya A harus menghabiskan waktu 100 menit x 3 = 300 menit atau 5 jam untuk distribusi pakan lele.

Berkaitan dengan keterbatasan pemilik usaha untuk selalu memonitor pakan hewan serta terlalu banyaknya waktu yang diperlukan untuk distribusi pakan hingga 3 kali sehari, kami bermaksud mencoba suatu inovasi dengan mensintesis suatu lapisan pembungkus dari polimer biodegradable sehingga makanan dapat dikonsumsi secara periodik. Dengan demikian, pemilik usaha hanya perlu mendistribusikan pakan 2 kali sehari. Metode : Material yang akan digunakan sebagai pembungkus pakan adalah Eastar Bio dan polyvinyl alcohol (PVOH). Eastar Bio adalah co-polyester biodegradable yang diproduksi oleh Eastman Products. PVOH digunakan sebagai katalis untuk memicu biodegradasi dari polimer, dapat digunakan PVOH dari Aldrich Chemical Company, Inc yang memiliki derajat hidrolisis sebesar 80 %. Dalam hal ini tidak digunakan katalis alami seperti starch dan sebagainya karena masih dikhawatirkan selaput justru dikonsumsi oleh hewan ternak sehingga terdapat kemungkinan adanya keracunan ternak. Untuk dapat mengukur degradasi secara signifikan, percobaan dilakukan

menggunakan slurry test sesuai ASTM D 5209-92. Metode ini digunakan untuk simulasi laju biodegradasi dari material polimer oleh mikoorganisme anaerob dengan penggunaan respirometer, seperti gambar di bawah ini :

Gambar 8. Skema respirometer Karakterisasi : Metode karakterisasi yang selanjutnya digunakan adalah : Respirometer, untuk mengukur BOD dengan perbandingannya terhadap ThOD

TGA, untuk mengukur perubahan massa yang dihasilkan pada suhu 250 dan 350C dan mengestimasi kadar senyawa produk Dengan adanya rangkaian metode di atas, diharapkan dapat diperoleh suatu produk sintesis untuk pembungkus pakan yang dapat terdegradasi secara alami dan periodik, ekonomis, efisien dan tepat guna.

10

Reference 1. Kok, V. M., R. Hughes, D. Price, (1996). High pressure TGA analysis of crude oils. Thermochimia Acta. pp 91 99 2. Coats, W. A and J. P. Redfern, (1963). Thermogravimetric Analysis . Chemistry Departement, Buttersea College of Technology. London 3. Diaz, A. R., (2005). Thermal Analysis : Fundamentals and Applications to Material Characterization. Universidade da Corua. Spain. 4. Saat, N., (2010). Effects Of Annealing Treatments Onto Thermal, Phase And Morphology Of Mgo Nanopowders. Universiti Teknologi Mara. Malaysia 5. Haines, J. P., (2002). Principles Of Thermal Analysis And Calorimetry. The Royal Society of Chemistry. United kingdom 6. Gabbott, P., (2008). Principles and Applications of Thermal Analysis. Blackwell Publishing Ltd. United kingdom 7. www. vedyadhara.ignou.ac.in/.../Unit_10_Thermogravimetri Analysis 8. http://www.perkinelmer.com/CMSResources/Images/4474010ABR_EvolvedGasAnal ysisTG-MS.pdf

11

You might also like