You are on page 1of 5

Menuntut Ilmu Itu Ibadah

Islam memandang tinggi orang yang menuntut ilmu. Ia merupakan satu amalan yang sangat tinggi nilainya. Pahalanya amat besar sehingga orang yang mati semasa menuntut ilmu dikategorikan seperti seorang yang mati dalam beribadah. Ayat pertama yang diturunkan dalam Al-Quran memerintah manusia supaya membaaca yang maksudnya menuntut ilmu. Sebagaimana firman Tuhan yang bermaksud " Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah,yang mengajar manusia dengan perantaraan Qalam" [Al-Alaq ayat 1-4] Dari ayat ini jelaslah menunjukkan betapa pentingnya ilmu dalam Islam. Rasullullah S.A.W juga menegaskan dalam sabdanya yang bererti: " Sesungguhnya sekiranya engkau melangkah kaki di waktu pagi (mahupun petang) jika ia belajar satu ayat daripada Al-Quran pahalanya lebih baik daripada ibadah satu tahun" Dalam Hadis yang lain Rasullullah S.A.W bersabda maksudnya : " Barang siapa keluar untuk menuntut ilmu maka ia termasuk dalam golongan orang yang berjuang pada jalan Allah,sehinggalah ia kembali" Menuntut ilmu sama ada ilmu fardhu ain atau fardhu kifayah,kedua-duanya adalah penting bagi setiap insan untuk bahagia di dunia dan akhirat. Kesempurnaan hidup di dunia berkait rapat dengan kebahagiaan di hari akhirat. Jika hidp di dunia pincang,besar kemungkinan di akhirat juga akan termasuk ke dalam golongan orang yang dimurkai Allah S.W.T. Untuk kesempurnaan di dunia kita mestilah memiliki ilmu yang sempurna seperti firman Tuhan yang maksudnya "Katakanlah hai Muhammad! Adakah sama kedudukan orang berilmu dengan orang yang tidak berilmu? Sesungguhnya orang yang sedar itu ialah orang yang berfikir" [Al-Zumar Ayat 9] Ilmu pengetahuan yang ada pada seseorang itu dapat meningkatkan kedudukannya dalam masyarakat. Lagi tinggi pengetahuan seseorang maka lagi tinggilah kemuliannya dalam masyarakat. Orang berilmu bagaikan bintang yang bersinar diwaktu malam Ini jelas seperti dalam Al-Quran bermaksud : "Allah mengangkat kedudukan orang yang beriman dan mereka yang diberi ilmu pengetahuan dengan beberapa darjat kebesaran" [Al-Mujadalah Ayat 11] Maksud ayat-ayat dan hadis-hadis di atas menunjukkan betapa tingginya darjat dan keistimewaan orang yang mempunyai ilmu pengetahuan dalam satu-satu bidang. Dengan ilmu seseorang itu dapat meningkatkan martabat hidup di dunia. Dengan ilmu juga mereka berpeluang memegang jawatan penting dalam perkhidmatan awam atau swasta,dan juga boleh menaikkan martabat seseorang ke tahap ulamak atau pakar.

Pentingnya Menuntut Ilmu


Ilmu merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan ini, setiap waktu manusia membutuhkan ilmu untuk menjalani hidupnya, sebagaimana perkataan Imam Ahmad Bin Hambal Manusia sangat berhajat pada ilmu lebih daripada hajat mereka

pada makanan dan minuman, karena manusia berhajat pada makanan dan minuman sehari sekali atau dua kali akan tetapi manusia berhajat pada ilmu sebanyak bilangan nafasnya. Keutamaan ilmu sangatlah banyak, bahkan Ibnu Qayyim al-Jauziyah
dalam kitabnya Buah Ilmu menguraikan sampai 129 sisi keutamaan ilmu, diantara keutamaan ilmu yaitu :

1. Setiap Muslim Wajib Menuntut Ilmu Telah bersabda Rasulullah SAW Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim (HR. Ibnu Majah, Baihaqi, dll) Hadits Shahih ini menjelaskan dengan tegas kewajiban menuntut ilmu bagi setiap muslim yang telah baligh. Ilmu yang dimaksud disini ialah ilmu din (ilmu agama), ilmu-ilmu agama yang wajib dituntut oleh setiap muslim yaitu ilmu aqidah, ibadah, pengetahuan tentang halal dan haram, akhlak dan hal-hal yang berkaitan dengan apa saja yang dia kerjakan di dunia ini. Ilmu inilah yang diminta oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dalam doanya.: Ya Allah, aku memohon

kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, dan aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat. (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah No. 3843).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan: Risalah Nabi meliputi dua hal yaitu ilmu yang bermanfaat dan amal shalih, sebagaimana terdapat dalam firman Allah: Dialah

Allah yang telah mengutus rasul-Nya (dengan membawa) al Huda (petunjuk) dan dienul haq (agama yang benar) untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukainya (at Taubah:33). Al Hudapada ayat di atas ialah ilmu yang bermanfaat sedangkan Dienul Haq ialah amal shalih yang terdiri dari
ikhlas karena Allah dan ittiba kepada Rasulullah. Dengan ilmu inilah bakal tegak dienullah baik secara keyakinan, perkataan maupun perbuatan.

2. Menuntut Ilmu Merupakan Ibadah Menuntut ilmu adalah ibadah, bahkan merupakan Ibadah yang paling agung dan paling utama, sehingga Allah menjadikannya sebagai bagian dari jihad fisabilillah, sebagaimana firmanNya dalam surat At Taubah 122. Rosulullah bersabda Barang

siapa keluar dalam rangka thalabul ilmu (mencari ilmu), maka dia berada dalam sabilillah hingga kembali. (HR. Tirmizi). Imam Ahmad berkata : Ilmu itu sesuatu

yang tiada bandingnya bagi orang yang niatnya benar. Bagaimanakah benarnya niat itu wahai Abu Abdillah? tanya orang-orang kepada beliau. Maka beliau menjawab yaitu berniat untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya dan orang lain.

3. Ilmu Merupakan Syarat Sahnya Amal Allah memerintahkan manusia agar mencari ilmu atau berilmu sebelum berkata dan beramal. Firman Allah: Maka ketahuilah bahwa sesung-guhnya tidak ada Illah selain

Allah, dan mohonlah ampunan bagi dosamu serta bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu (QS.Muhammad:19). Sehubungan dengan ini Allah memerintahkan Nabi-

Nya dengan dua hal yaitu berilmu lalu beramal, atau berilmu sebelum beramal. Hal ini dapat kita lihat dari susunan ayat diatas, yaitu : Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada ilah melainkan Allah Ayat ini menunjukkan perintah untuk berilmu. Selanjutnya perintah ini diikuti perintah beramal, yaitu : Dan mohonlah ampunan bagi dosamu . Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa urutan ilmu mendahului urutan amal. Ilmu merupakan syarat keabsahan perkataan dan perbuatan. Dalam ayat yang lain Allah berfirman : Dan janganlah engkau mengucapkan sesuatu

yang engkau tidak memiliki ilmu tentangnya. (Karena) sesungguhnya pendengaran dan penglihatan dan hati (akal pikiran) semuanya itu akan ditanya (Al Israa : 36). Dalam tafsirnya Imam Syaukani mengatakan Sesungguhnya ayat-ayat ini menunjukkan atas tidak bolehnya beramal dengan tanpa ilmu. Dari sini dapat kita ambil
kesimpulan bahwa Islam mewajibkan ilmu terlebih dahulu sebelum berkata dan berbuat. Inilah pendidikan yang sangat tinggi dalam Islam yang mendasari segala sesuatunya dengan ilmu.

Allah Subhanahu Wataala juga memerintahkan agar kita bertanya kepada ahli ilmu jika kita tidak mengetahui, sebaimana firmanNya Tanyalah ahli ilmu jika memang kamu tidak tahu (An Nahl 43 dan Al Anbiyaa 7). Al Imam Ibnul Qoyyim di kitabnya miftahu daaris saaadah menafsirkan ahludz dzikri dengan ahli ilmu. Dan dari ayat yang mulia ini Allah SWT mewajibkan dua golongan manusia yaitu Ahli ilmu yang wajib bagi mereka menyebarkan ilmu dan tidak menyembunyikannya serta orangorang jahil (bodoh) yang wajib bagi mereka bertanya kepada ahli ilmu bukan kepada orang-orang yang jahil (bodoh) juga. Sebagaimana sabda Rasulullah Sesungguhnya

Allah tidak mencabut ilmu dengan serta merta dari hamba-Nya, akan tetapi Dia mencabut ilmu dengan dicabutnya nyawa para ulama, hingga manakala Dia tidak menyisakan satu orang alimpun (dalam riwayat lain: Hingga manakala tidak tertinggal satu orang alim pun), manusia akan menjadikan pemimpin-pemimpin dari orang-orang yang bodoh, maka tatkala mereka akan ditanya (tentang masalah agama), lalu mereka akan ber-fatwa tanpa ilmu, akhirnya mereka sesat dan menyesatkan. (HR
Bukhari dalam al Ilmu 1/234 dan Muslim dalam al-Ilmu 16/223).

4. Ilmu merupakan ciri kebaikan seseorang Dalam sebuah hadits dari Muawiyah Radhiyallahu anhu, Rosulullah bersabda :

Barang siapa yang Allah kehendaki padanya kebaikan, maka Allah akan pahamkan dia adalam (masalah) din (agama).(Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari no.71 dan
Muslim no. 1037). Hadits ini menunjukkan tentang tanda-tanda Allah hendak memberikan kebaikan pada seorang hamba yaitu dengan memberikan pemahaman dalam masalah agama. Hal itu karena dengan paham tentang masalah agama, maka dirinya akan menyembah Allah dengan ilmu dan juga akan menyeru orang lain dengan ilmu juga. Dalam hadits lain Rasulullah bersabda : Yang terbaik di antara kalian adalah orang yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya (HR. Al-Bukhari no. 5027). Imam Ali berkata nilai seseorang sesuai dengan apa yang dikuasainya. Imam Syafii mengatakan Apabila engkau menghendaki dunia hendaklah dengan ilmu, apabila

engkau menghendaki akhirat hendaklah dengan ilmu dan apabila engkau menghendaki keduanya hendaklah dengan ilmu
5. Ilmu yang bermanfaat memiliki pahala yang sangat besar Rasulullah bersabda : Apabila seorang manusia meninggal maka terputuslah pahala

segala amalannya kecuali dari tiga perkara ; yaitu sadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya [HR. Muslim no. 1631]. Dalam hadits lain Rasulullah bersabda : Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk, maka ia akan mendapatkan pahala sebanyak pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala mereka. Barangsiapa yang menyeru kepada kesesatan, maka ia akan menanggung dosa sebanyak dosa orang yang mengikutinya itu tanpa mengurangi sedikitpun dari dosa mereka (HR. Muslim no. 2674)
6. Ilmu akan mengangkat derajat manusia Allah Subhanahu Wataala berfirman : Allah mengangkat (derajat) orang-orang

yang beriman di antara kamu, sedangkan orang-orang yang diberi ilmu (Allah angkat) beberepa derajat (Al Mujaadilah 11). Dalam ayat lain Allah berfirman : Katakanlah!apakah sama orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui (Az Zumar: 9).
7. Ilmu akan memudahkan seseorang masuk surga Rosulullah bersabda :Barang siap menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan menuju surga. (HR Muslim). Imam Al Bukhari dalam Kitab Shahihnya no. 6412 meriwayatkan bahwa Rosulallah bersabda : Barangsiapa yang

menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memasukkan orang tersebut pada salah satu jalan menuju surga. Sesungguhnya malaikat mengatupkan sayapanya

karena ridha kepada seluruh penuntut ilmu. Penghuni langit dan bumi, sampai ikan sekalipun yang ada di dalam air memohonkan ampun untuk seorang alim. Keutamaan seorang alim dibandingkan seorang ahli ibadah seperti keutamaan cahaya bulan purnama dibandingkan cahaya bintang-bintang. Para ulama adalah pewaris para nabi, namun mereka tidak mewariskan dinar maupun dirham. Mereka hanyalah mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambil ilmu tersebut sungguh ia telah mendapatkan bagian yang banyak dari warisan tersebut
8. Ilmu akan menghidupkan hati Ibnu Qoyim mengatakan bahwa sesungguhnya hati itu terancam mendapatkan dua penyakit yaitu syubhat dan syahwat, jika hati itu menjangkitinya maka hati mati karenanya. Semua penyakit ini penyebabnya adalah kebodohan dan obatnya adalah ilmu. Di dalam Al Muwaththo karya Imam Malik disebutkan bahwa Lukman berkata kepada anaknya:Wahai anakku duduklah kamu bersama para ulama dan dekatilah mereka dengan kedua lututmu (bergaul dengan mereka). Maka sesungguhnya AllahSubhanahu wa Ta ala menghidupkan hati-hati yang mati dengan cahaya hikmah sebagaimana menghidupkan (menyuburkan) bumi dengan hujan yang deras (Kitab Al llmu Fadluhu wa Syarfuhu hal 228) Oleh karena itu kebutuhan hati manusia terhadap cahaya ilmu merupakan kebutuhan yang mendesak. Sebagaimana kebutuhan bumi terhadap turunnya hujan tatkala terjadi kekeringan dan paceklik. Maka ilmu merupakan mutiara yang sangat berharga bagi setiap muslim. Karena dengan ilmu jiwa jiwa manusia akan hidup dan sebaliknya jiwa-jiwa mereka akan mati apabila tidak dibekali dengan ilmu. Sebagian orang-orang yang arif berkata Bukankah orang yang sakit akan mati tatkala tercegah dari makanan , minuman dan obat-obatan? maka dijawab Tentu saja, Mereka mengatakan Demikian pula halnya dengan hati jika terhalang dari ilmu dan hikmah maka akan mati. Maka tepat jika dikatakan bahwa ilmu merupakan makanan dan minuman hati, serta penyembuh jiwa. karena kehidupan hati bersandar kepada ilmu. Maka apabila ilmu telah sirna dari hati seseorang berarti hakekatnya dia telah mati. Akan tetapi dia tidak merasakan kematian tersebut. Orang yang hatinya telah mati ibarat seorang pemabuk yang hilang akalnya (disebabkan maksiat yang dia lakukan ) (Kitab Al Ilmu Fadluhu wa Syarfuhu hal 144-145)

You might also like