Professional Documents
Culture Documents
MASTER PLAN
SAMBUTAN
Kehidupan masyarakat modern dewasa ini sangat bergantung pada kesediaan sumber daya energi. Tenaga listrik sebagai salah satu bentuk sumber daya energi memiliki berbagai kelebihan kualitatif dibandingkan dengan sumber daya energi primer lainnya. Dengan adanya tenaga listrik, segala aktivitas kegiatan sehari-hari dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Sesuai data pemakaian energi final menurut jenis, pada tahun 2008 tingkat pemakaian tenaga listrik di Indonesia mencapai 14,2% dari seluruh pemakaian energi final. Persentase ini menempatkan tenaga listrik sebagai kebutuhan masyarakat nomor tiga setelah Bahan Bakar Minyak (47,1%) dan gas (21,0%). Sebagai salah satu bentuk energi yang sudah siap dipergunakan oleh konsumen (energi final), tenaga listrik juga merupakan salah satu faktor yang menentukan untuk mencapai sasaran pembangunan nasional dan pengerak roda perekonomian negara. Oleh karena itu, pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan menjadi prioritas dalam program pembangunan nasional lima tahun kedepan. Tingginya pertumbuhan permintaan akan tenaga listrik yang diproyeksikan sebesar 9,1% pertahun dan tidak dapat diimbangi oleh pertumbuhan penyediaan tenaga listrik telah menyebabkan timbulnya kondisi krisis penyediaan tenaga listrik di beberapa daerah, yang hal ini menyebabkan terhambatnya perkembangan ekonomi daerah tersebut dan nasional. Sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga listrik sekaligus penanggulangan kondisi krisis penyediaan tenaga listrik di beberapa daerah, maka Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyusun Master Plan Pembangunan Ketenagalistrikan 2010 s.d. 2014 yang berisikan antara lain kondisi sistem ketenagalistrikan, rencana penambahan infrastruktur ketenagalistrikan dan kebutuhan investasinya.
ttd
PENGERTIAN
1. 2.
Pembangkit tenaga listrik adalah pusat kegiatan memproduksi tenaga listrik. Kapasitas terpasang pembangkit adalah kapasitas suatu pembangkit sebagaimana yang tertera pada plat nama 3. Daya mampu pembangkit adalah kemampuan suatu pembangkit dalam memproduksi tenaga listrik. 4. Beban Puncak adalah beban tertinggi yang dipasok oleh jaringan atau kepada pemakai tertentu. 5. Cadangan operasi adalah selisih dari daya mampu pembangkit dengan beban puncak system. 6. Kondisi Normal/Surplus adalah cadangan operasi sistem lebih besar daripada unit terbesar pembangkit tenaga listrik dan tidak ada pemadaman. 7. Kondisi Defisit/Negatif adalah cadangan operasi negatif dan pemadaman sebagian pelanggan tidak dapat dihindarkan. 8. Transmisi tenaga listrik adalah penyaluran tenaga listrik dari pembangkitan ke sistem distribusi atau ke konsumen, atau penyaluran tenaga listrik antar sistem. 9. Distribusi tenaga listrik adalah penyaluran tenaga listrik dari sistem transmisi atau dari pembangkitan ke konsumen. 10. Rasio elektrifikasi adalah jumlah total rumah tangga yang berlistrik dengan total rumah tangga yang ada. 11. Rasio desa berlistrik adalah perbandingan jumlah total desa yang berlistrik dengan total desa yang ada. 12. Sistem adalah gabungan antara jaringan dengan semua peralatan pemakai jaringan yang terhubung ke jaringan.
ii
SINGKATAN
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.
PLTU PLTG PLTGU PLTP PLTA PLTM PLTS PLTMH PLTD PLTMG GI GIS GWh IBT LB MVA MW kms HSD MFO COD P3B
: Pembangkit Listrik Tenaga Uap : Pembangkit Listrik Tenaga Gas : Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap : Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi : Pembangkit Listrik Tenaga Air : Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro : Pembangkit Listrik Tenaga Surya : Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro : Pembangkit Listrik Tenaga Diesel : Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas : Gardu Induk : Gas Insulated Switchgear : Giga Watt Hours : Inter Bus Transformer : Line Busbar : Mega Volt Amper : Mega Watt : Kilometer Sirkuit : High Speed Diesel : Marine Fuel Oil : Commercial Operation Date (Tanggal Operasi Komerisial) : Pusat Pengaturan dan Pengendalian Beban
iii
DAFTAR ISI
Halaman Sambutan .................................................................................................................. i Pengertian ................................................................................................................. ii Singkatan .................................................................................................................. iii Daftar Isi .................................................................................................................... iv BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1 1.1 1.2 Latar Belakang ................................................................................. 1 Visi dan Misi Sektor Ketenagalistrikan .............................................. 2
BAB II KEBIJAKAN SEKTOR KETENAGALISTRIKAN NASIONAL .................... 3 2.1 2.2 Kebijakan Penyediaan Tenaga Listrik ............................................... 3 Kebijakan Pemanfaatan Energi Primer Untuk Pembangkitan Tenaga Listrik ................................................. 4 2.3 2.4 2.5 2.6 Kebijakan Penanganan Listrik Desa dan Misi Sosial ........................ 5 Kebijakan Lindungan Lingkungan ..................................................... 5 Kebijakan Standarisasi, Keamanan, Serta Pengawasan .................. 6 Kebijakan Penanggulangan Krisis Penyediaan Tenaga Listrik ......... 6
BAB III TINJAUAN KONDISI TENAGA LISTRIK NASIONAL ................................ 8 3.1 3.2 3.3 3.4 Kondisi Infrastruktur Ketenagalistrikan Saat ini ................................. 8 Rasio Elektrifikasi .............................................................................. 12 Kondisi Permintaan dan Penyediaan Tenaga Listrik ......................... 13 Prioritas Pengembangan Infrastruktur Ketenagalistrikan ke Depan .. 14
BAB IV RENCANA PEMBANGUNAN KETENAGALISTRIKAN ............................. 17 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam ............................................... 17 Provinsi Sumatera Utara ................................................................... 21 Provinsi Sumatera Barat ................................................................... 26 Provinsi Riau ..................................................................................... 31 Provinsi Kepulauan Riau ................................................................... 35 Provinsi Bengkulu ............................................................................. 39 Provinsi Jambi ................................................................................... 43 Provinsi Sumatera Selatan ................................................................ 47 iv
4.9 4.10 4.11 4.12 4.13 4.14 4.15 4.16 4.17 4.18 4.19 4.20 4.21 4.22 4.23 4.24 4.25 4.26 4.27 4.28 4.29 4.30 4.31 4.32 4.33
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ................................................ 51 Provinsi Lampung ............................................................................. 55 Provinsi Banten ................................................................................. 60 Provinsi DKI Jakarta .......................................................................... 67 Provinsi Jawa Barat .......................................................................... 69 Provinsi Jawa Tengah ....................................................................... 76 Provinsi D.I. Yogyakarta .................................................................... 82 Provinsi Jawa Timur .......................................................................... 84 Provinsi Bali ...................................................................................... 91 Provinsi Kalimantan Barat ................................................................. 94 Provinsi Kalimantan Tengah ............................................................. 98 Provinsi Kalimantan Selatan ............................................................. 102 Provinsi Kalimantan Timur ................................................................ 106 Provinsi Sulawesi Utara .................................................................... 111 Provinsi Gorontalo............................................................................. 116 Provinsi Sulawesi Tengah ................................................................. 119 Provinsi Sulawesi Barat .................................................................... 124 Provinsi Sulawesi Selatan ................................................................. 127 Provinsi Sulawesi Tenggara .............................................................. 131 Provinsi Nusa Tenggara Barat .......................................................... 135 Provinsi Nusa Tenggara Timur.......................................................... 139 Provinsi Maluku ................................................................................. 144 Provinsi Maluku Utara ....................................................................... 148 Provinsi Papua .................................................................................. 150 Provinsi Papua Barat ........................................................................ 156
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Dewasa ini ketergantungan terhadap ketersediaan energi listrik semakin hari semakin meningkat. Keberlangsungan berbagai macam bentuk aktivitas di masyarakat dan sektor industri nasional, sangat tergantung kepada tersedianya energi listrik. Oleh karena itu sektor ketenagalistrikan mempunyai peranan yang sangat strategis dan menentukan, dalam upaya menyejahterakan masyarakat dan mendorong berjalannya roda perekonomian nasional. Karena peran strategisnya, seyogianya energi listrik tersedia dalam jumlah yang cukup dengan mutu dan tingkat keandalan yang baik. Akan tetapi, seiring pertambahan jumlah penduduk, pertumbuhan perekonomian, perkembangan dunia industri, kemajuan teknologi dan meningkatnya standar kenyamanan hidup di masyarakat, permintaan terhadap energi listrik pun semakin hari semakin meningkat. Di sisi lain, pasca terjadinya krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada beberapa tahun yang lalu, pembangunan beberapa pembangkit yang semula sudah direncanakan menjadi terkendala, baik yang akan dikembangkan oleh pihak swasta maupun dari PLN sendiri. Disamping itu, alokasi dana pemerintah untuk berinvestasi pada sektor ketenagalistrikan terutama pembangunan pembangkit baru, juga sangat terbatas. Investasi yang diharapkan dari pihak swasta terhambat karena dimintanya suatu prasyarat kondisi seperti jaminan Pemerintah. Kesemuanya hal tersebut pada akhirnya menyebabkan penambahan pasokan tenaga listrik tidak mampu mengimbangi pertumbuhan permintaan tenaga listrik yang ada, sehingga terjadinya kondisi kekurangan pasokan tenaga listrik di beberapa daerah tidak dapat dihindari. Untuk lebih memfokuskan rencana pengembangan infrastruktur ketenagalistrikan (pembangkitan, transmisi dan distribusi tenaga listrik) dalam periode 5 (lima) tahun ke depan (2010 s.d. 2014) sehingga kebutuhan tenaga listrik setempat dapat segera terpenuhi, diperlukan suatu Master Plan dalam pembangunan tenaga listrik. Master Plan ini adalah merupakan perencanaan ketenagalistrikan jangka pendek dengan rentang cakrawala 5 (lima) tahun kedepan yang merupakan bagian dari kombinasi dua perencanaan nasional, yaitu Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) dan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) sehingga dapat memberikan informasi dalam pembangunan dan pengembangan sektor ketenagalistrikan lima tahun kedepan bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pelaku usaha lainnya.
1.2.1 Visi Sektor Ketenagalistrikan Visi sektor ketenagalistrikan adalah dapat melistriki seluruh rumah tangga, desa serta memenuhi kebutuhan industri yang berkembang cepat dalam jumlah yang cukup, transparan, efisien, andal, aman dan akrab lingkungan untuk mendukung pertumbuhan perekonomian nasional dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
1.2.2 Misi Sektor Ketenagalistrikan Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik sesuai visi tersebut, maka Pemerintah mengambil langkah-langkah sebagai berikut: a. membangkitkan tenaga listrik dalam skala besar untuk masyarakat perkotaan, daerah yang tingkat kepadatannya tinggi atau sistem kelistrikan yang besar; b. Memberikan prioritas kepada pembangkit tenaga listrik dari energi terbarukan untuk kelistrikan desa dan daerah terpencil; c. menjaga keselamatan lingkungan; dan ketenagalistrikan dan kelestarian fungsi
d. memanfaatkan sebesar-besarnya tenaga kerja, barang dan jasa produksi dalam negeri.
2.1 Kebijakan Penyediaan Tenaga Listrik 2.1.1 Penyelenggaraan Tenaga listrik sebagai salah satu infrastruktur yang menyangkut hajat hidup orang banyak, oleh karena itu pembangunan ketenagalistrikan harus menganut asas manfaat, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, optimalisasi ekonomi dalam pemanfaatan sumber daya energi, mengandalkan pada kemampuan sendiri, kaidah usaha yang sehat, keamanan dan keselamatan, kelestarian fungsi lingkungan, dan otonomi daerah. Penyediaan tenaga listrik dikuasai oleh negara yang penyelenggaraannya dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah berlandaskan prinsip otonomi daerah. Untuk penyelenggaraan penyediaan tenaga listrik, Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya menetapkan kebijakan, pengaturan, pengawasan, dan melaksanakan usaha penyediaan tenaga listrik. Pelaksanaan usaha penyediaan tenaga listrik oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah dilakukan oleh badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah. Namun demikian, badan usaha swasta, koperasi dan swadaya masyarakat dapat berpartisipasi dalam usaha penyediaan tenaga listrik. Untuk penyediaan tenaga listrik tersebut, Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyediakan dana untuk kelompok masyarakat tidak mampu, pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik di daerah yang belum berkembang, pembangunan tenaga listrik di daerah terpencil dan perbatasan, dan pembangunan listrik perdesaan. Usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum meliputi jenis usaha pembangkitan tenaga listrik, transmisi tenaga listrik, distribusi tenaga listrik dan/atau penjualan tenaga listrik. Disamping itu, usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum dapat dilakukan secara terintegrasi. Usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum dilakukan oleh satu badan usaha dalam satu wilayah usaha. Pembatasan wilayah usaha juga diberlakukan untuk usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum yang hanya meliputi distribusi tenaga listrik dan/atau penjualan tenaga listrik. Pemerintah memiliki kebijakan dalam penyediaan tenaga listrik bahwa badan usaha milik negara diberi prioritas pertama untuk melakukan usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum. Sedangkan untuk wilayah yang belum mendapatkan pelayanan tenaga listrik, Pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya memberi kesempatan kepada badan usaha milik daerah, badan usaha swasta, atau koperasi sebagai penyelenggara usaha penyediaan tenaga listrik terintegrasi. Dalam hal tidak
3
ada badan usaha milik daerah, badan usaha swasta, atau koperasi yang dapat menyediakan tenaga listrik di wilayah tersebut, Pemerintah wajib menugasi badan usaha milik negara untuk menyediakan tenaga listrik.
2.1.2 Tarif Kebijakan Pemerintah tentang tarif dasar listrik adalah bahwa tarif listrik secara bertahap dan terencana diarahkan untuk mencapai nilai keekonomiannya sehingga tarif listrik rata-rata dapat menutup biaya yang dikeluarkan. Kebijakan ini diharapkan akan dapat memberikan signal positif bagi investor dalam berinvestasi di sektor ketenagalistrikan. Penetapan kebijakan tarif dilakukan sesuai nilai keekonomian. Namun demikian tarif tenaga listrik untuk konsumen ditetapkan dengan memperhatikan keseimbangan kepentingan nasional, daerah konsumen, dan pelaku usaha penyediaan tenaga listrik. Khusus untuk pelanggan kurang mampu juga mempertimbangkan kemampuan bayar pelanggan. Kebijakan subsidi untuk tarif listrik masih diberlakukan, namun mengingat kemampuan Pemerintah yang terbatas, maka subsidi akan lebih diarahkan langsung kepada kelompok pelanggan kurang mampu dan atau untuk pembangunan daerah perdesaan dan pembangunan daerah-daerah terpencil dengan mempertimbangkan atau memprioritaskan perdesaan/daerah dan masyarakat yang sudah layak untuk mendapatkan listrik dalam rangka menggerakkan ekonomi masyarakat. Kebijakan tarif listrik yang tidak seragam (non-uniform tariff) dimungkinkan untuk diberlakukan di masa mendatang, hal ini berkaitan dengan perbedaan perkembangan pembangunan ketenagalistrikan dari satu wilayah dengan wilayah lainnya.
2.2 Kebijakan Pemanfaatan Energi Primer Untuk Pembangkitan Tenaga Listrik Kebijakan pemanfaatan energi primer untuk pembangkit tenaga listrik ditujukan agar pasokan energi primer tersebut dapat terjamin. Untuk menjaga keamanan pasokan tersebut, maka diberlakukan kebijakan Domestic Market Obligation (DMO), pemanfaatan sumber energi primer setempat, dan pemanfaatan energi baru dan terbarukan. Kebijakan pengamanan pasokan energi primer untuk pembangkit tenaga listrik dilakukan melalui dua sisi yaitu pada sisi pelaku usaha penyedia energi primer dan pada sisi pelaku usaha pembangkitan tenaga listrik. Kebijakan di sisi pelaku usaha penyedia energi primer antara lain: pelaku usaha di bidang energi primer khususnya batubara dan gas diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk memasok kebutuhan energi primer bagi pembangkit tenaga listrik sesuai harga dengan nilai keekonomiannya. Kebijakan lainnya seperti pemberian insentif dapat pula diimplementasikan. Kebijakan pemanfaatan energi primer setempat untuk pembangkit tenaga listrik dapat terdiri dari fosil (batubara lignit, gas marginal) maupun non-fosil (air, panas bumi,
4
biomassa, dan lain-lain). Pemanfaatan energi primer setempat tersebut memprioritaskan pemanfaatan energi terbarukan dengan tetap memperhatikan aspek teknis, ekonomi, dan keselamatan lingkungan. Sedangkan kebijakan di sisi pelaku usaha pembangkitan tenaga listrik antara lain: kebijakan diversifikasi energi untuk tidak bergantung pada satu sumber energi khususnya energi fosil dan konservasi energi. Untuk menjamin terselenggaranya operasi pembangkitan maka pelaku usaha di pembangkitan perlu membuat stockfilling untuk cadangan selama waktu yang disesuaikan dengan kendala keterlambatan pasokan yang mungkin terjadi. Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN) bahwa peranan masing-masing jenis energi terhadap konsumsi energi nasional untuk energi baru dan energi terbarukan lainnya, menjadi lebih dari 5% pada tahun 2025.
2.3 Kebijakan Penanganan Listrik Desa dan Misi Sosial Penanganan misi sosial dimaksudkan untuk membantu kelompok masyarakat tidak mampu, dan melistriki seluruh wilayah Indonesia yang meliputi daerah yang belum berkembang, daerah terpencil, dan pembangunan listrik perdesaan. Penanganan misi sosial dimaksudkan untuk menjaga kelangsungan bantuan bagi masyarakat tidak mampu, menjaga kelangsungan upaya perluasan akses pelayanan listrik pada wilayah yang belum terjangkau listrik, mendorong pembangunan/pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Penanganan misi sosial diperlukan untuk dapat dilaksanakan secara operasional melalui PKUK. Agar efisiensi dan transparansi tercapai, maka usaha penyediaan tenaga listrik seyogyanya dapat dilakukan dengan pemisahan fungsi sosial dan komersial melalui pembukuan yang terpisah.
2.4 Kebijakan Lindungan Lingkungan Pembangunan di bidang ketenagalistrikan dilaksanakan untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Untuk itu kerusakan dan degradasi ekosistem dalam pembangunan energi harus dikurangi dengan membatasi dampak negatif lokal, regional maupun global yang berkaitan dengan produksi tenaga listrik. Hal ini telah dinyatakan dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan bahwa setiap kegiatan usaha ketenagalistrikan wajib memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup. Sejalan dengan kebijakan di atas, Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), serta produk hukum lainnya, mengharuskan pemrakarsa memperhatikan norma dasar yang baku tentang bagaimana menyerasikan kegiatan pembangunan dengan memperhatikan
lingkungan serta harus memenuhi baku mutu yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang. Untuk itu semua kegiatan ketenagalistrikan yang berpotensi menimbulkan dampak besar dan penting wajib melakukan AMDAL (ANDAL, RKL dan RPL) sedangkan yang tidak mempunyai dampak penting diwajibkan membuat Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2.5 Kebijakan Standardisasi, Keamanan Dan Keselamatan, Serta Pengawasan Listrik selain bermanfaat bagi kehidupan masyarakat juga dapat mengakibatkan bahaya bagi manusia apabila tidak dikelola dengan baik. Pemerintah dalam rangka keselamatan ketenagalistrikan menetapkan standardisasi, pengamanan instalasi peralatan dan pemanfaat tenaga listrik. Tujuan keselamatan ketenagalistrikan antara lain melindungi masyarakat dari bahaya yang diakibatkan oleh tenaga listrik, meningkatkan keandalan sistem ketenagalistrikan, meningkatkan efisiensi dalam pengoperasian dan pemanfaatan tenaga listrik. Kebijakan dalam standardisasi meliputi: 1. Standar Peralatan Tenaga Listrik, yaitu alat atau sarana pada instalasi pembangkitan, penyaluran, dan pemanfaatan tenaga listrik. 2. Standar Pemanfaat Tenaga Listrik, yaitu semua produk atau alat yang dalam pemanfaatannya menggunakan tenaga listrik untuk berfungsinya produk atau alat tersebut, antara lain: alat rumah tangga (household appliances) dan komersial / industri; alat kerja (handheld tools); perlengkapan pencahayaan; perlengkapan elektromedik listrik. Atas pertimbangan keselamatan, keamanan, kesehatan dan aspek lingkungan maka SNI terbagi dalam standar sukarela dan peralatan dan pemanfaatan harus memenuhi standar wajib. Kebijakan keamanan instalasi meliputi: kelaikan operasi instalasi tenaga listrik, keselamatan peralatan dan pemanfaat tenaga listrik, dan kompetensi tenaga teknik. Instalasi tenaga listrik yang laik operasi dinyatakan dengan Sertifikat Laik Operasi. Untuk peralatan dan pemanfaat tenaga listrik yang memenuhi Standar Nasional Indonesia dinyatakan dengan Sertifikat Produk untuk dapat membubuhi Tanda SNI (SNI) pada peralatan tenaga listrik dan penerbitan Sertifikat Tanda Keselamatan (S) pada pemanfaat tenaga listrik dan tenaga teknik yang kompeten dinyatakan dengan Sertifikat Kompetensi.
2.6 Kebijakan Penanggulangan Krisis Penyediaan Tenaga Listrik Dalam upaya menanggulangi daerah-daerah yang mengalami krisis penyediaan tenaga listrik, dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu melalui Program
6
Penanggulangan Jangka Pendek (1 - 2 tahun kedepan) dan Program Penanggulangan Jangka Menengah/Panjang (memerlukan waktu konstruksi 3 - 5 tahun). Program penanggulangan jangka pendek dilakukan untuk penyelesaian krisis penyediaan tenaga listrik secara cepat sebelum pembangkit yang sudah direncanakan selesai dibangun, sehingga pemadaman yang terjadi dapat dihindari secepat mungkin. Program ini dilakukan melalui kegiatan penambahan kapasitas pembangkit dan penyaluran daya melalui jaringan transmisi dan distribusi. Penambahan daya dilakukan melalui sewa pembangkit, pembelian kelebihan kapasitas pembangkit captive dan pengadaan pembangkit baru yang cepat masa pembangunannya. Di samping itu dilakukan upaya pengurangan beban puncak melalui pengurangan pemakaian listrik pada saat beban puncak. Program penanggulangan jangka menengah/panjang dengan pembangunan pembangkit tenaga listrik yang baru, baik oleh PLN maupun IPP yang memerlukan waktu konstruksi 3 - 5 tahun.
3.1 Kondisi Infrastruktur Ketenagalistrikan Saat Ini 3.1.1 Pembangkit Tenaga Listrik Dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di Indonesia tidak hanya semata-mata dilakukan oleh PT PLN (Persero) saja, tetapi juga dilakukan oleh pihak lain seperti swasta, koperasi, dan BUMD. Usaha penyediaan tenaga listrik yang telah dilakukan oleh swasta, koperasi atau BUMD tersebut diantaranya adalah membangun dan mengoperasikan sendiri pembangkit tenaga listrik yang tenaga listriknya di jual kepada PT PLN (Persero) atau lebih dikenal dengan pembangkit swasta atau Independent Power Producer (IPP) atau membangun dan mengoperasikan sendiri pembangkitan, transmisi dan distribusi tenaga listrik secara terintegrasi yang tenaga listriknya dijual langsung kepada konsumen di suatu wilayah usaha khusus yang dikenal dengan istilah pembangkit terintegrasi atau Private Power Utility (PPU). Sampai dengan akhir tahun 2008, total kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik nasional adalah sebesar 30.527 MW yang terdiri atas pembangkit milik PT PLN (Persero) sebesar 25.451 MW (83%), IPP sebesar 4.159 MW (14%) dan PPU sebesar 916 MW (3%). Kapasitas terpasang pembangkit tersebut mengalami penambahan sebesar 5.480 MW sejak tahun 2004 atau meningkat sebesar 22% selama periode 5 tahun. Grafik 3.1 Perkembangan Kapasitas Terpasang Pembangkit Tenaga Listrik Nasional
35,000 30,000 25,000 20,000
25,047 26,091 29,562 28,422 30,527
MW
15,000 10,000 5,000 0 PPU IPP PLN
PPU: Private Power Utility (Pembangkit Terintegrasi) IPP : Independent Power Producer
Sedangkan distribusi penyebaran kapasitas terpasang pembangkit untuk pulau-pulau utama adalah sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Kapasitas Terpasang Pembangkit Tenaga Listrik No. Pulau Kapasitas Terpasang (MW) 4.941 22.599 1.178 1.195 265 182 168 Indonesia 30.527
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
3.1.2 Transmisi Tenaga Listrik Sistem kelistrikan yang ada di kepulauan Indonesia belum sepenuhnya terintegrasi pada jaringan transmisi tenaga listrik. Saat ini sistem kelistrikan yang telah terintegrasi dengan baik hanya di pulau Jawa-Madura-Bali, dimana sistem kelistrikan Jawa-Madura-Bali memiliki 2 sistem interkoneksi, yaitu Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 kV sebagai tulang punggung utama (Back Bone) jaringan dan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV sebagai jaringan pendukung. Di pulau Sumatera, sistem kelistrikan Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) yang menghubungkan Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam (NAD) dan Sumatera Utara telah terinterkoneksi pada SUTET 275 KV, namun jaringan transmisi tenaga listrik ini belum seluruhnya terhubung pada sistem kelistrikan Sumatera. Sistem yang menghubungkan sistem Sumatera Barat dan Riau (Sumbar-Riau) sudah terintegrasi dengan baik. Pada bulan November 2004, sistem kelistrikan di Provinsi Sumatera Selatan telah mengintegrasikan Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Jambi, Bengkulu dan Lampung menjadi Sistem Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel), dan selanjutnya pada bulan Agustus 2006, sistem kelistrikan Sumbagut-Sumbagsel telah diintegrasikan dengan SUTT 150 kV. Di pulau Kalimantan, sebagian kecil sistem kelistrikan Provinsi Kalimantan Tengah dengan Kalimantan Selatan sudah terhubung melalui SUTT 150 KV.
9
Sedangkan di pulau Sulawesi sistem kelistrikan Sulawesi yang meliputi Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara dan Gorontalo masih banyak dipasok dengan sistem yang tersebar, akan tetapi beberapa daerah telah terhubung dengan SUTT 150 KV. Adapun sistem kelistrikan Nusa Tenggara, Maluku dan Papua belum memiliki SUTET dan SUTT dikarenakan pada umumnya sistem kelistrikannya masih terisolasi dan tersebar serta kelas kapasitas pembangkit tenaga listrik yang dimiliki masih relatif kecil. Sampai dengan akhir tahun 2008, total panjang jaringan transmisi tenaga listrik yang telah dibangun oleh PT PLN (Persero) adalah sepanjang 34.1184 kms yang terdiri atas SUTET 500 kV sepanjang 5.092 kms, SUTET 275 kV sepanjang 782 kms, SUTT 150 kV sepanjang 23.679 kms, SUTT 70 kV sepanjang 4.619 kms, dan SUTT 25 30 kV sepanjang 12 kms. Total panjang jaringan transmisi tenaga listrik tersebut mengalami penambahan sebesar 3.390 kms sejak tahun 2004 atau mengalami peningkatan sebesar 11% selama periode 5 tahun. Sedangkan hasil yang dicapai dalam pembangunan transmisi tenaga listrik untuk pulau-pulau utama adalah sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Panjang Transmisi Tenaga Listrik No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Pulau Sumatera Jawa-Madura-Bali Kalimantan Sulawesi Nusa Tenggara Maluku Papua Indonesia SUTET (kms) 782 5.092 5.874 SUTT (kms) 8.906 15.501 1.429 2.474 28.310 Total (kms) 9.689 20.593 1.429 2.462 34.184
3.1.3 Distribusi Tenaga Listrik Sampai dengan akhir tahun 2008, total panjang jaringan distribusi tenaga listrik yang telah dibangun oleh PT PLN (Persero) adalah sepanjang 614.925 kms yang terdiri atas Jaringan Tegangan Menengah (JTM) sepanjang 261.163 kms dan Jaringan Tegangan Rendah (JTR) sepanjang 353.762
10
kms. Total panjang jaringan distribusi tenaga listrik tersebut mengalami penambahan sebesar 55.836 kms sejak tahun 2004 atau mengalami peningkatan sebesar 10% selama periode 5 tahun. Grafik 3.2 Perkembangan Jaringan Transmisi dan Distribusi Tenaga Listrik
700,000 600,000 500,000
Panjang (kms)
Sedangkan hasil yang dicapai dalam pembangunan distribusi tenaga listrik untuk pulau-pulau utama adalah sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 3.3. Tabel 3.3 Panjang Distribusi Tenaga Listrik No. Pulau JTM (kms) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Sumatera Jawa-Madura-Bali Kalimantan Sulawesi Nusa Tenggara Maluku Papua Indonesia 72.131 128.364 23.695 23.017 7.473 4.484 1.999 261.163 JTR (kms) 77.431 217.912 21.441 23.795 7.315 2.337 3.531 353.762 Total (kms) 149.562 346.276 45.136 46.812 14.788 6.821 5.530 614.925
11
Manila
Bangkok
CAMBODIA
Ban Mabtapud
Philipines
VIETNAM
Phnom Penh
Bangkot Lawit
West Natuna
Alph Natuna a
BRUNEI
Medan
MALAYSIA TIMUR
Manado
SINGAPORE
Batam Bintan
Kuching Bontang
Maluku : Pembangkit: 182 MW JTM : 4.484 kms JTR : 2.337 kms Ternate HALMAHERA
Sorong
Samudra Pasifik
Sumatera :Padang Kalimantan : Pembangkit: 4.941 MW Jambi Pembangkit: 1.178 MW 275 kV: 782 kms 150 kV: 1.305 kms Grissi Palembang 150 kV: 8.572 kms k 70 kV: 123 kms 70 kV: 334 kms JTM : 23.695 kms JTM : 72.131 kms JTR : 21.441 kms JTR : 77.431 kms
Samarinda
Balikpapan
Jayapura
Sulawesi : Ambon Pembangkit: 1.195 MW SERAM 150 kV: 1.957 kmsBURU 70 kV: 505 kms I N D O N E S I A Ujung JTM : 23.017 kms Pandang Jamali : JTR : 23.795 kms MADURA Semarang Pembangkit: 22.599 MW Jakarta Bangkalan Nusa Tenggara: Surabaya 500 kV: 5.092 kms BALI Pembangkit: 265FLORES MW SUMBAW Mataram A 150 kV: 11.844 kms Denpasar JTM : Bima kms 7.473 LOMBOK TIMOR 70 kV: 3.657 kms Samudra JTR : 7.315 kms LESTE SUMBA JTM : 128.364 kms Hindia JTR : 217.912 kms
Banjarmasin
AUSTRALIA
3.2 Rasio Elektrifikasi Rasio elektrifikasi didefinisikan sebagai jumlah rumah tangga yang sudah berlistrik dibagi dengan jumlah rumah tangga yang ada. Perkembangan rasio elektrifikasi secara nasional dari tahun ke tahun mengalami kenaikan, yaitu dari 61,04% pada tahun 2004 menjadi 65,10% pada tahun 2008 (dari total rumah tangga di seluruh Indonesia sebesar 55.376.392 KK sebanyak 36.078.726 KK sudah menikmati akses aliran listrik). Sedangkan rasio elektrifikasi untuk pulau-pulau utama adalah sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 3.4.
12
Tabel 3.4. Rasio Elektrifikasi No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Pulau Sumatera Jawa-Madura-Bali Kalimantan Sulawesi Nusa Tenggara Maluku Papua Indonesia Persen (%) 60,6 72,0 57,6 55,3 28,6 52,4 32,3 65,1
3.3 Kondisi Permintaan dan Penyediaan Tenaga Listrik Permintaan tenaga listrik dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan dengan pertumbuhan rata-rata sekitar 7% per tahun. Sementara itu pengembangan sarana dan prasarana ketenagalistrikan khususnya penambahan kapasitas pembangkit selama lima tahun terakhir (2004-2008) hanya tumbuh rata-rata sebesar 4,4% per tahun. Ketidakseimbangan antara permintaan dengan penyediaan tenaga listrik tersebut, mengakibatkan kekurangan pasokan tenaga listrik di beberapa daerah terutama di luar sistem kelistrikan Jawa-Madura-Bali tidak dapat dihindari. Kondisi pertumbuhan penyediaan tenaga listrik yang rendah tersebut juga merupakan akibat krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada periode tahun 1998/1999, dimana pada saat itu pertumbuhan kapasitas terpasang hanya tumbuh sebesar 1,13%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini memerlukan dukungan pasokan energi yang handal termasuk tenaga listrik. Kebutuhan tenaga listrik akan semakin meningkat sejalan dengan perkembangan ekonomi dan pertumbuhan penduduk. Semakin meningkatnya ekonomi pada suatu daerah mengakibatkan konsumsi tenaga listrik akan semakin meningkat pula. Kondisi ini tentu harus diantisipasi sedini mungkin agar penyediaan tenaga listrik dapat tersedia dalam jumlah yang cukup dan harga yang memadai. Dengan mempertimbangkan asumsi pertumbuhan ekonomi nasional rata-rata tumbuh sebesar 6,1% pertahun dan pertumbuhan penduduk secara nasional tumbuh sebesar 1,3% pertahun, prakiraan kebutuhan tenaga listrik nasional sesuai Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional 20082027 diperkirakan akan mencapai rata-rata sebesar 9,2 % per tahun.
13
Tingginya perkiraan pertumbuhan rata-rata kebutuhan tenaga listrik nasional yang sebesar 9,2% tersebut juga memperhatikan banyaknya daftar tunggu calon pelanggan PT PLN (Persero) yang jumlah kapasitasnya telah mencapai kurang lebih sekitar 6.000 MW akibat diterapkannya pembatasan penjualan tenaga listrik (suppressed demand) pada tahun-tahun sebelumnya.
3.4 Prioritas Pengembangan Infrastruktur Ketenagalistrikan ke Depan 3.4.1 Pembangkit Tenaga Listrik Pengembangan kapasitas penyediaan tenaga listrik diarahkan pada pertumbuhan yang realistis dan diutamakan untuk menyelesaikan krisis penyediaan tenaga listrik yang terjadi di beberapa daerah, meningkatkan cadangan dan terpenuhinya margin cadangan (Sistem Jawa-Madura-Bali 30% dan Sistem Luar Jawa-Madura Bali 40%) dengan mengutamakan pemanfaatan sumber energi setempat atau energy baru terbarukan serta meniadakan rencana pengembangan pembangkit BBM. Pengembangan pembangkit BBM, dikecualikan untuk penangulangan daerah krisis penyediaan tenaga listrik jangka pendek (satu hingga dua tahun ke depan) sambil menunggu selesainya pembangunan pembangkit non-BBM yang telah direncanakan, dengan melakukan sewa pembangkit yang menggunakan bahan bakar MFO. Apabila pembangkit non-BBM yang telah direncanakan tersebut telah beroperasi, maka pembangkit BBM tersebut di non-operasikan. Mempertimbangkan tingginya pertumbuhan tenaga listrik, memberikan akses listrik kepada seluruh masyarakat dan mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan, maka program percepatan pembangunan pembangkit 10.000 MW tahap II yang komposisi energi primernya beragam (tidak hanya batubara) ditawarkan untuk dikembangkan oleh PT PLN (Persero) maupun swasta dengan memberikan fasilitas sebagaimana yang telah dilaksanakan dalam program percepatan pembangunan pembangkit 10.000 MW tahap I. Pengembangan PLTU batubara skala kecil dapat dipertimbangkan sebagai salah satu alternatif untuk menggantikan pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar minyak pada sistem skala kecil untuk menekan biaya operasi sistem kelistrikan. Disamping itu, pengembangan PLTU batubara skala kecil ini dapat juga dimanfaatkan untuk mengganti peranan sebagian PLTD yang ada di sistem kelistrikan di Luar Jawa-Madura-Bali yang dominasinya masih cukup tinggi. Sebagai pengembang PLTU batubara skala kecil ini adalah PT PLN (Persero) atau swasta. Dengan mempertimbangkan sulitnya memperoleh lahan untuk membangun pembangkit tenaga listrik skala besar di pulau Jawa dan mempertimbangkan semakin meningkatnya beban puncak dari tahun ke tahun, maka pengembangan PLTU batubara dengan kapasitas 1.000 MW dengan teknologi supercritical boiler untuk memperoleh efisiensi dan tingkat emisi yang lebih baik, dapat dikembangkan oleh PT PLN (Persero) dan swasta.
14
3.4.2 Transmisi Tenaga Listrik Prinsip dasar pengembangan sistem transmisi tenaga listrik diarahkan kepada pertumbuhan sistem, peningkatan keandalan sistem dan mengurangi kendala pada sistem penyaluran serta adanya pembangunan pembangkit baru. Mengingat bahwa Pemerintah saat ini tengah melaksanakan program percepatan pembangunan pembangkit 10.000 MW tahap I dan rencana kedepan melaksanakan program percepatan pembangunan pembangkit 10.000 MW tahap II, maka pengembangan sistem transmisi tenaga listrik kedepan lebih diprioritaskan pembangunannya untuk menyalurkan tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik baru tersebut. Pada saat ini, sistem besar yang sudah terintegrasi dengan baik adalah Sistem Jawa-Madura-Bali dan Sistem Sumatera. Sedangkan sistem kelistrikan di pulau lainnya seperti Sulawesi sudah lebih baik sistemnya di daerah bagian utara dan selatan. Adapun sistem kelistrikan di pulau lainnya seperti Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua perlu mendapatkan perhatian lebih dalam pengembangan sistem penyalurannya khususnya dalam upaya peningkatan keandalan. Dalam jangka menengah, diharapkan Sistem Sumatera sudah terintegrasi seluruhnya menggunakan jaringan tegangan ekstra tinggi 275 kV yang saat ini sistemnya telah terinterkoneksi di jaringan tegangan tinggi 150 kV. Dengan masuknya beberapa pembangkit tenaga listrik yang berskala besar, dalam kurun waktu jangka panjang sistem di Kalimatan dan Sulawesi diharapkan pula sudah terhubung dengan baik. Pengembangan sistem penyaluran diarahkan pada pengembangan sistem tegangan 500 kV dan 150 kV untuk Sistem Jawa-Madura-Bali dan 275 kV, 150 kV dan 70 kV untuk sistem di luar Jawa-Madura-Bali. Upaya pengembangan penyaluran secara terinterkonesi antara Sistem JawaMadura-Bali dengan Sistem Sumatera dapat dilakukan setelah dilakukan kajian secara mendalam dengan memperhatikan beberapa aspek, antara lain aspek teknis, ekonomis dan sosial. Sedangkan rencana pembangunan cross-link 500 kV dari Pulau Jawa ke Pulau Bali adalah merupakan salah satu opsi yang dapat dilakukan dalam mengantisipasi pertumbuhan beban di Bali. Dalam pengembangan gardu induk, sistem tegangan yang dipilih diarahkan pada kesesuaian pengembangan sistem transmisinya. Penambahan trafo diprioritaskan bila pembebanan trafo pada GI terpasang sudah mencapai 70% dari kapasitasnya. Sedangkan pembangunan GI baru dapat dipertimbangkan untuk dilakukan bila pasokan pada suatu kawasan sudah tidak mampu dipenuhi dari GI yang ada disekitarnya yang diindikasikan dengan pembebanan trafo GI sudah melebihi 70% dan kapasitasnya sudah memiliki kapasitas optimum.
15
3.4.3 Distribusi Tenaga Listrik Pengembangan sarana distribusi tenaga listrik diarahkan untuk dapat mengantisipasi pertumbuhan tenaga listrik, mempertahankan tingkat keandalan yang diinginkan dan efisien serta meningkatkan kualitas pelayanan. Apabila dengan pertimbangan pemenuhan tenaga listrik secara terintegrasi dengan sistem kelistrikan lain di nilai kurang/tidak efisien, maka jaringan terisolasi dapat diterapkan. Pengertian dari jaringan terisolasi adalah jaringan distribusi tenaga listrik yang berdiri sendiri dan tidak terhubung langsung dengan JTN dengan wilayah pelayanan terbatas.
16
4.1 Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam 4.1.1 Kondisi Sistem Kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sebagian besar dipasok oleh Pusat Pengaturan dan Penyaluran Beban (P3B) Sumatera melalui jaringan transmisi 150 kV dalam Sistem Interkoneksi Sumatera Bagian Utara (Sumbagut). Disamping itu beberapa daerah di NAD masih merupakan sistem-sistem kecil seperti Sistem Sabang, Meulaboh, Blangpidie, Tapaktuan, Sinabang, Takengon, Blangkejeren, Kutacane dan Subulussalam. Dari 10 sistem yang memasok tenaga listrik di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2 sistem (Sistem Blangpidie dan Tapaktuan) berada dalam kondisi Siaga dan 8 sistem lainnya (Sistem Sumbagut, Sabang, Meoulaboh, Sinabang, Takengon, Blangkejeren, Kutacane, dan Subulussalam) berada pada kondisi Defisit. Saat ini rasio elektrifikasi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam baru mencapai 76,98% dan rasio desa berlistrik sebesar 87,17%. Adapun daftar tunggu PLN telah mencapai 7.649 permintaan atau sebesar 19,3 MVA. Gambar 4.1 Kondisi Kelistrikan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
SISTEM SABANG Kapasitas terpasang : 5,40 MW Daya mampu : 3,10 MW Beban puncak : 3,60 MW Defisit : -0,50 MW
SISTEM INTERKONEKSI SUMBAGUT Kapasitas terpasang : 1.724,60 MW Daya mampu : 1.169,40 MW Beban puncak : 1.270,70 MW Defisit : -101,30 MW SISTEM TAKENGON Kapasitas terpasang : 10,30 MW Daya mampu : 9,80 MW Beban puncak : 17,40 MW Defisit : -7,60 MW SISTEM BLANGKEJEREN Kapasitas terpasang : 4,95 MW Daya mampu : 3,50 MW Beban puncak : 3,70 MW Defisit : -0,20 MW SISTEM KUTACANE Kapasitas terpasang : 8,30 MW Daya mampu : 7,90 MW Beban puncak : 9,90 MW Defisit : -2,00 MW
SISTEM MEOULABOH Kapasitas terpasang : 28,20 MW Daya mampu : 13,95 MW Beban puncak : 22,16 MW Defisit : -8,21 MW SISTEM BLANGPIDIE Kapasitas terpasang : 13,71 MW Daya mampu : 9,42 MW Beban puncak : 7,50 MW Surplus : 1,92 MW
SISTEM TAPAKTUAN Kapasitas terpasang : 7,07 MW Daya mampu : 5,40 MW Beban puncak : 5,00 MW Surplus : 0,40 MW
SISTEM SINABANG Kapasitas terpasang : 6,06 MW Daya mampu : 2,40 MW Beban puncak : 3,00 MW Defisit : -0,60 MW
SISTEM SUBULUSSALAM Kapasitas terpasang : 7,10 MW Daya mampu : 6,70 MW Beban puncak : 11,98 MW Defisit : -5,28 MW 4
17
4.1.2 Neraca Daya Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan dan Lampung sistem kelistrikannya telah terinterkoneksi dengan baik pada jaringan transmisi tenaga listrik 150 kV yang dikenal dengan nama Sistem Sumatera. Dengan demikian, neraca daya seluruh provinsi tersebut direpresentasikan oleh neraca daya Sistem Sumatera, dimana pada tahun 2010 kapasitas sistem belum dapat memenuhi beban puncak yang ada sehingga mengalami defisit sebesar 460 MW. Adapun pada tahun-tahun selanjutnya kondisi Sistem Sumatera berada pada kondisi baik. Tabel 4.1 Neraca Daya Sistem Sumatera
URAIAN Kebutuhan Aceh Sumatera Utara Riau Sumbar S2JB Lampung Total Kebutuhan Pertumbuhan Susut & Losses (T&D) Susut Pemakaian Sendiri Beban Puncak Daya Terpasang Daya Tambahan Cadangan Daya GWH GWH GWH GWH GWH GWH GWH % % % MW MW MW MW 1.378 7.008 2.412 2.332 3.305 1.935 18.371 7,6 11,3 2,0 3.832 2.729 643 -460 1.546 7.543 2.614 2.510 3.535 2.083 19.830 7,9 11,2 2,0 4.133 3.318 1.476 661 1.733 8.124 2.831 2.698 3.783 2.249 21.419 8,0 11,1 2,0 4.460 4.728 664 931 1.942 8.756 3.062 2.897 4.053 2.437 23.147 8,1 11,0 2,0 4.816 5.297 1.552 2.033 2.176 9.441 3.306 3.108 4.347 2.649 25.026 8,1 10,9 2,0 5.202 6.743 1.764 3.305 2010 2011 2012 2013 2014
4.1.3 Rencana Tambahan Infrastruktur Ketenagalistrikan Asumsi pertumbuhan penduduk di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam diperkirakan rata-rata 1,0% per tahun sedangkan pertumbuhan ekonomi untuk periode yang sama diproyeksikan sebesar 5,1% per tahun, sehingga dengan asumsi tersebut permintaan energi listrik diperkirakan tumbuh ratarata sebesar 9% per tahun. Dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, telah direncanakan tambahan infrastruktur ketenagalistrikan dari tahun 2010-2014 sebagai berikut: Pembangkit tenaga listrik sebesar 409 MW (sekitar 31 MW diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2010) Transmisi tenaga listrik 1.329 kms Gardu induk 420 MVA Program energi baru terbarukan (EBT) dan jaringan: o PLTS 50 WP tersebar sebanyak 30.100 unit o PLTS terpusat 15 kW 4 unit o PLTMH 710 kW o PLT Angin 320 kW
18
o o o o
Gardu distribusi 1.125 unit (58.000 kVA) Jaringan Tegangan Menengah 3.120 kms Jaringan Tegangan Rendah 3.200 kms PLTD 9 unit (2.250 kW).
Tabel 4.2 Rencana Penambahan Kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Rencana PLTD PLTD PLTD PLTD PLTD PLTD PLTD PLTU PLTM PLTU PLTA PLTM PLTP PLTP PLTU HSD Takengon (sewa) HSD Calang (sewa) HSD Sinabang (sewa) HSD Subussalam (sewa) HSD Kutacane (sewa) HSD Blangkejeren (sewa) HSD Sabang (sewa) Meulaboh (sewa) Blangkejeran NAD (Meulaboh) Peusangan 1-2 Blangkejeran Jaboi Seulawah Agam Sabang JUMLAH Total Jangka Menengah/Panjang Progress COD 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2011 2011 2013 2013 2013 2014 2014 Keterangan PLN PLN PLN PLN PLN PLN PLN IPP PLN Perpres 71 PLN PLN IPP IPP IPP
Pendek 4 2 2 2 2 2 2 15 MW MW MW MW MW MW MW MW
2 x
1 x 1 x 2 x 31,0 MW 409
1 110 86 1 7 55 4
MW MW MW MW MW MW MW
18%
378 MW MW
Tabel 4.3 Rencana Pengembangan Jaringan Transmisi Tenaga Listrik Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 DARI Panton Labu Takengon PLTA Peusangan 1 PLTA Peusangan 2 Sidikalang Meulaboh PLTU Meulaboh Meulaboh Brastagi Jantho Blang Pidie Cot Trueng Takengon PLTP Seulawah Agam Banda Aceh KE Incomer (Idi -Lhok Seumawe) PLTA Peusangan 1 PLTA Peusangan 2 Bireun Subulussalam Sigli Meulaboh Blang Pidie Kuta Cane Incomer (Sigli -Banda Aceh) Tapak Tuan Incomer ( Bireun - Lhokseumawe) PLTA Peusangan 1 Incomer (Sigli - Banda Aceh) Krueng Raya JUMLAH TEGANGAN (kV) 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 PANJANG (kms) 1 22 14 114 130 333 60 190 200 1 130 6 22 16 90 1.329 PROGRESS (%) 5 6 10 25,05 COD 2009 2009 2009 2009 2009 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2012 2012 2014 2014
19
Tabel 4.4 Rencana Pengembangan Gardu Induk Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 LOKASI Banda Aceh Takengon Subulussalam Panton Labu Bireun Ext LB Peusangan 1 Peusangan 2 Meulaboh PLTU Meulaboh Sigli Ext LB Kuta Cane Brastagi Ext LB Jantho Blang Pidie Meulaboh Ext LB Tapak Tuan Cot Trueng PLTP Seulawah Krueng Raya Banda Aceh Ext LB Takengon Meulaboh RASIO TRAFO (kV) 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 Pembangkit 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 Jumlah NEW/EXTENSION Extension New New New Extension Extension Extension New New Extension New Extension New New Extension New New Extension New Extension Extension Extension KAPASITAS (MVA) 60 30 30 30 2 LB 4 LB 4 LB 30 2 LB 2 LB 30 2 LB 30 30 2 LB 30 30 4 LB 30 1 LB 30 30 420 PROGRESS (%) COD 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2012 2012 2014 2014 2014 2014
2010
1.700
2011
7.000 1 140 80 220/11.250 600 550 4/1.000
2012
7.100 1 140 80 220/11.250 610 600 3/750
2013
7.125 1 200 80 230/11.750 690 670 1/250
2014
7.175 1 230 80 255/13.000 750 700 -
4.1.4 Perkiraan Kebutuhan Investasi Untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan 5 tahun kedepan tersebut, dibutuhkan investasi sekitar USD 1.055,5 juta, dengan rinciannya adalah pembangkitan USD 655,1 juta, transmisi USD 218,4 juta, gardu induk USD 62,8 juta dan program EBT USD 119,2 juta.
20
Tabel 4.6 Rekapitulasi Infrastruktur dan Kebutuhan Investasi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
No 1 2 3 4 Uraian Pembangkit Tenaga Listrik (MW) Transmisi Tenaga Listrik (kms) Gardu Induk (MVA) Program EBT dan Jaringan - PLTS 50 Wp Tersebar - PLTS Terpusat 15 kW - PLTMH (kW) - PLT Angin (kW) - Gardu Distribusi (Unit/kVA) - JTM (kms) - JTR (kms) - PLTD (Unit/kW) Volume 409 1.329 420 30.100 4 710 320 1.125 58.000 3.120 3.200 9 2.250 2010 s.d 2014 Investasi (juta USD) 655,1 218,4 62,8 16,1 1,6 3,9 1,9 9,9 56,7 27,8 1,3 1.055,5
4.2 Provinsi Sumatera Utara 4.2.1 Kondisi Sistem Kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Sumatera Utara hampir seluruh bebannya (99,9%) dipasok oleh P3B Sumatera melalui jaringan transmisi 150 kV dalam Sistem Interkoneksi Sumatera Bagian Utara (Sumbagut). Disamping itu beberapa daerah di Sumatera Utara masih merupakan sistemsistem kecil seperti Sistem Nias dan Nias Selatan. 3 sistem yang memasok tenaga listrik di Provinsi Sumatera Utara berada dalam kondisi Defisit (terjadi pemadaman sebagian pelanggan karena daya mampu lebih kecil dari pada beban puncak). Saat ini rasio elektrifikasi Provinsi Sumatera Utara mencapai 69,68% dan rasio desa berlistrik sebesar 84,07%.
21
SISTEM INTERKONEKSI SUMBAGUT Kapasitas terpasang : 1.724,60 MW Daya mampu : 1.169,40 MW Beban puncak : 1.270,70 MW Defisit : -101,30 MW
SISTEM NIAS Kapasitas terpasang : 12,18 MW Daya mampu : 4,50 MW Beban puncak : 9,30 MW Defisit : -4,80 MW
SISTEM NIAS SELATAN Kapasitas terpasang : 3,38 MW Daya mampu : 2,30 MW Beban puncak : 3,90 MW Defisit : -1,60 MW
4.2.2 Neraca Daya Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan dan Lampung sistem kelistrikannya telah terinterkoneksi dengan baik pada jaringan transmisi tenaga listrik 150 kV yang dikenal dengan nama Sistem Sumatera. Dengan demikian, neraca daya seluruh provinsi tersebut direpresentasikan oleh neraca daya Sistem Sumatera, dimana pada tahun 2010 kapasitas sistem belum dapat memenuhi beban puncak yang ada sehingga mengalami defisit sebesar 460 MW. Adapun pada tahun-tahun selanjutnya kondisi Sistem Sumatera berada pada kondisi baik. Tabel 4.7 Neraca Daya Sistem Sumatera
URAIAN Kebutuhan Aceh Sumatera Utara Riau Sumbar S2JB Lampung Total Kebutuhan Pertumbuhan Susut & Losses (T&D) Susut Pemakaian Sendiri Beban Puncak Daya Terpasang Daya Tambahan Cadangan Daya GWH GWH GWH GWH GWH GWH GWH % % % MW MW MW MW 1.378 7.008 2.412 2.332 3.305 1.935 18.371 7,6 11,3 2,0 3.832 2.729 643 -460 1.546 7.543 2.614 2.510 3.535 2.083 19.830 7,9 11,2 2,0 4.133 3.318 1.476 661 1.733 8.124 2.831 2.698 3.783 2.249 21.419 8,0 11,1 2,0 4.460 4.728 664 931 1.942 8.756 3.062 2.897 4.053 2.437 23.147 8,1 11,0 2,0 4.816 5.297 1.552 2.033 2.176 9.441 3.306 3.108 4.347 2.649 25.026 8,1 10,9 2,0 5.202 6.743 1.764 3.305 2010 2011 2012 2013 2014
22
4.2.3 Rencana Tambahan Infrastruktur Ketenagalistrikan Asumsi pertumbuhan penduduk di Provinsi Sumatera Utara diperkirakan rata-rata 1,0% per tahun sedangkan pertumbuhan ekonomi untuk periode yang sama diproyeksikan sebesar 6,7% per tahun, sehingga dengan asumsi tersebut permintaan energi listrik diperkirakan tumbuh rata-rata sebesar 7,3% per tahun. Dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Sumatera Utara, telah direncanakan tambahan infrastruktur ketenagalistrikan dari tahun 20102014 sebagai berikut: Pembangkit tenaga listrik sebesar 1.986 MW (sekitar 340,8 MW diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2010) Transmisi tenaga listrik 1.530 kms Gardu induk 4.670 MVA Program energi baru terbarukan (EBT) dan jaringan: o PLTS 50 WP tersebar sebanyak 31.700 unit o PLTS terpusat 15 kW 4 unit o PLTMH 1.360 kW o PLT Angin 320 kW o Gardu distribusi 1.400 unit (71.250 kVA) o Jaringan Tegangan Menengah 3.610 kms o Jaringan Tegangan Rendah 3.110 kms. Tabel 4.8 Rencana Penambahan Kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik Provinsi Sumatera Utara
Rencana PLTD PLTD PLTG PLTA PLTM PLTM PLTM PLTU PLTM PLTM PLTM PLTG PLTA PLTU PLTP PLTU PLTU PLTP PLTP PLTP HSD Gunung Sitoli (sewa) HSD Teluk Dalam (sewa) Crash Program (Lot 2.3 & Lot 3) Asahan I Parluasan Aek Hutaraja Tarabintang Sumut (Pangkalan Susu) Tarabintang Pakat Parlilitan New Sumut Asahan 3 Pangkalan Susu Baru Sarulla 1 Nias Pangkalan Susu Baru Sarulla 1 Sarulla 2 Sorik Merapi JUMLAH Total Pendek 5 3 139 90 2,1 2,3 5 MW MW MW MW MW MW MW 2 x 2 x 220 5 5 7,5 100 87 200 110 7 200 110 110 55 MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW Jangka Menengah/Panjang Progress COD 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2011 2011 2011 2011 2012 2013 2013 2013 2013 2014 2014 2014 2014 Keterangan PLN PLN PLN IPP IPP IPP IPP Perpres 71 IPP IPP IPP PLN PLN PLN IPP IPP PLN IPP IPP IPP
80%
2 x 2 x 2 x
40%
2 1 2 2 1 1 1 1 340,8 MW 1.986
x x x x x x x x
20%
1.646 MW MW
23
Tabel 4.9 Rencana Pengembangan Jaringan Transmisi Tenaga Listrik Provinsi Sumatera Utara
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 DARI Padang Sidempuan PLTP Sarulla PLTA Asahan 1 Simangkok Galang Binjai Dolok Sanggul Tanjung Marowa Galang Galang P. Sidempuan Lima Puluh Kuala Namu Porsea PLTU Kuala Tanjung PLTA Asahan III PLTP Sorik Merapi Tanjung Pura KIM KIM KIM 2 PLTU Sumut Infrastucture KE PLTP Sarulla Simangkok Simangkok Galang Binjai PLTU Pangkalan Susu JUMLAH 275 kV Incomer ( Tele - Tarutung) Kuala Namu Namurambe Tanj. Marowa Panyabungan Incomer (K.Tanjung -Kisaran) Incomer (Sei Rotan - Perbaungan) Simangkok Kuala Tanjung Simangkok Panyabungan Incomer (Binjai - P.Brandan) KIM 2 Medan Pancing Medan Selayang Lamhotma JUMLAH 150 kV TEGANGAN (kV) 275 275 275 275 275 275 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 PANJANG (kms) 138 194 16 318 160 160 986 14 34 80 20 140 40 30 10 6 22 46 30 2 20 30 20 544 PROGRESS (%) 46,91 43,50 79,07 46,98 40,46 46,55 10 12,60 10,83 12,5 10 COD 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2009 2009 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2012 2012 2014 2012 2012 2012 2012 2012
34,443
20
24
NO. 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55
LOKASI P. Sidempuan Ext LB Lima Puluh Namurambe Tanjung Marowa Galang Pematang Siantar P. Sidempuan Tanjung Marowa Kuala namu Kuala Tanjung PLTU Kuala Tanjung PLTA Asahan III GIS Listrik Rantau Prapat Tanjung Pura KIM 2 Medan Pancing Lamhotma Medan Selayang KIM Sicanang Lima Puluh Medan Pancing Medan Selayang Kisaran Porsea Binjai
RASIO TRAFO (kV) 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 Pembangkit Pembangkit 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 Jumlah 150/20 kV
NEW/EXTENSION Extension New Extension Extension New Extension Extension Extension Extension Extension New New Extension Extension New New New Extension New Extension Extension Extension Extension Extension Extension Extension Extension
PROGRESS (%)
COD 2010 2010 2010 2010 2010 2011 2011 2011 2011 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2013 2013 2013 2013 2014 2014 2014
17,5
20
0,466
2010
1.550
2011
7.500 1 300 80 260/13.250 650 600
2012
7.550 1 300 80 280/14.250 700 610
2013
7.525 1 350 80 290/14.750 770 650
2014
7.575 1 350 80 310/15.750 840 650
4.2.4 Perkiraan Kebutuhan Investasi Untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan 5 tahun kedepan tersebut, dibutuhkan investasi sekitar USD 3.524,1 juta, dengan rinciannya adalah pembangkitan USD 2.988,2 juta, transmisi USD 187,5 juta, gardu induk USD 189,3 juta dan program EBT USD 159,1 juta.
25
Tabel 4.12 Rekapitulasi Infrastruktur dan Kebutuhan Investasi Provinsi Sumatera Utara
No 1 2 3 4 Uraian Pembangkit Tenaga Listrik (MW) Transmisi Tenaga Listrik (kms) Gardu Induk (MVA) Program EBT dan Jaringan - PLTS 50 Wp Tersebar - PLTS Terpusat 15 kW - PLTMH (kW) - PLT Angin (kW) - Gardu Distribusi (Unit/kVA) - JTM (kms) - JTR (kms) - PLTD (Unit/kW) Volume 1.986 1.530 4.670 31.700 4 1.360 320 1.400 71.250 3.610 3.110 2010 s.d 2014 Investasi (juta USD) 2.988,2 187,5 189,3 22,2 1,6 7,4 1,9 12,2 74,1 39,6 3.524,1
4.3 Provinsi Sumatera Barat 4.3.1 Kondisi Sistem Kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Sumatera Barat sekitar 95% dipasok oleh P3B Sumatera melalui jaringan transmisi 150 kV dalam Sistem Interkoneksi Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) dan sisanya dipasok pembangkit-pembangkit dalam sistem terisolasi di Pulau Mentawai. Dari 2 sistem yang memasok tenaga listrik di Provinsi Sumatera Barat, 1 sistem (Sistem Mentawai) berada dalam kondisi Siaga dan 1 sistem lainnya (Sistem Sumbagsel) berada dalam kondisi Defisit. Saat ini rasio elektrifikasi Provinsi Sumatera Barat baru mencapai 69,37% dan rasio desa berlistrik sebesar 100%. Adapun daftar tunggu PLN telah mencapai 6.017 permintaan atau sebesar 7,6 MVA.
26
SISTEM INTERKONEKSI SUMBAGSEL Kapasitas terpasang : 2.529,70 MW Daya mampu : 1.597,70 MW Beban puncak : 1.704,70 MW Defisit : -107,00 MW SISTEM MENTAWAI Kapasitas terpasang : 3,19 MW Daya mampu : 2,05 MW Beban puncak : 0,95 MW Surplus : 1,10 MW
4.3.2 Neraca Daya Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan dan Lampung sistem kelistrikannya telah terinterkoneksi dengan baik pada jaringan transmisi tenaga listrik 150 kV yang dikenal dengan nama Sistem Sumatera. Dengan demikian, neraca daya seluruh provinsi tersebut direpresentasikan oleh neraca daya Sistem Sumatera, dimana pada tahun 2010 kapasitas sistem belum dapat memenuhi beban puncak yang ada sehingga mengalami defisit sebesar 460 MW. Adapun pada tahun-tahun selanjutnya kondisi Sistem Sumatera berada pada kondisi baik. Tabel 4.13 Neraca Daya Sistem Sumatera
URAIAN Kebutuhan Aceh Sumatera Utara Riau Sumbar S2JB Lampung Total Kebutuhan Pertumbuhan Susut & Losses (T&D) Susut Pemakaian Sendiri Beban Puncak Daya Terpasang Daya Tambahan Cadangan Daya GWH GWH GWH GWH GWH GWH GWH % % % MW MW MW MW 1.378 7.008 2.412 2.332 3.305 1.935 18.371 7,6 11,3 2,0 3.832 2.729 643 -460 1.546 7.543 2.614 2.510 3.535 2.083 19.830 7,9 11,2 2,0 4.133 3.318 1.476 661 1.733 8.124 2.831 2.698 3.783 2.249 21.419 8,0 11,1 2,0 4.460 4.728 664 931 1.942 8.756 3.062 2.897 4.053 2.437 23.147 8,1 11,0 2,0 4.816 5.297 1.552 2.033 2.176 9.441 3.306 3.108 4.347 2.649 25.026 8,1 10,9 2,0 5.202 6.743 1.764 3.305 2010 2011 2012 2013 2014
27
4.3.3 Rencana Tambahan Infrastruktur Ketenagalistrikan Asumsi pertumbuhan penduduk tahun diperkirakan rata-rata 0.7% per tahun sedangkan pertumbuhan ekonomi untuk periode yang sama diproyeksikan sebesar 5,1% per tahun, sehingga dengan asums tersebut permintaan energi listrik diperkirakan tumbuh rata-rata sebesar 7,2% per tahun. Dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Sumatera Barat, telah direncanakan tambahan infrastruktur ketenagalistrikan dari tahun 20102014 sebagai berikut: Pembangkit tenaga listrik sebesar 507 MW (sekitar 11 MW diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2010) Transmisi tenaga listrik 1.506 kms Gardu induk 1.070 MVA Program energi baru terbarukan (EBT) dan jaringan: o PLTS 50 WP tersebar sebanyak 32.850 unit o PLTS terpusat 15 kW 4 unit o PLTMH 2.040 kW o Gardu distribusi 1.320 unit (66.000 kVA) o Jaringan Tegangan Menengah 3.780 kms o Jaringan Tegangan Rendah 3.550 kms Tabel 4.14 Rencana Penambahan Kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik Provinsi Sumatera Barat
Rencana PLTD PLTM PLTM PLTM PLTM PLTM PLTM PLTM PLTM PLTM PLTM PLTM PLTM PLTU PLTM PLTM PLTP MFO Sungai Penuh (sewa) Telun Berasap Mangani Kambahan Tarusan Bayang Fatimah Guntung Sikarban Lubuk Gadang Sinamar Sumpur Gunung Tujuh Sumbar (Sumbar Pesisir) Gumanti Muara Sako Muara Laboh JUMLAH Total Pendek 5 6 MW MW 1,1 1,5 3 6 1,4 0,6 1,4 4 10 2 8 112 10 2,5 110 MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW Jangka Menengah/Panjang Progress COD 2010 2010 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2012 2012 2012 2014 Keterangan PLN IPP IPP IPP IPP IPP IPP IPP IPP IPP IPP IPP IPP Perpres 71 IPP IPP IPP
2 x
7%
2 x 11,0 MW 507
496 MW MW
28
Tabel 4.15 Rencana Pengembangan Jaringan Transmisi Tenaga Listrik Provinsi Sumatera Barat
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 DARI Kiliranjao Padang Sidempuan Maninjau Padang Luar Bangko PLTU Sumbar Pesel Bungus Pariaman Kiliranjao PLTP Kerinci PLTP Muara Labuh KE Payakumbuh Payakumbuh JUMLAH 275 kV Padang Luar Payakumbuh Sungai Penuh Bungus Kambang Incomer (L.Alung - Maninjau) Teluk Kuantan Incomer (Bangko - Sungai Penuh) Kambang JUMLAH 150 kV TEGANGAN (kV) 275 275 150 150 150 150 150 150 150 150 150 PANJANG (kms) 266 600 866 42 32 246 50 180 4 52 20 14 640 PROGRESS (%) 5 7,5 COD 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2011 2011 2011 2011 2014
46
29
4.3.4 Perkiraan Kebutuhan Investasi Untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan 5 tahun kedepan tersebut, dibutuhkan investasi sekitar USD 1.327,5 juta, dengan rinciannya adalah pembangkitan USD 940,1 juta, transmisi USD 158,2 juta, gardu induk USD 64,2 juta dan program EBT USD 165 juta. Tabel 4.18 Rekapitulasi Infrastruktur dan Kebutuhan Investasi Provinsi Sumatera Barat
No 1 2 3 4 Uraian Pembangkit Tenaga Listrik (MW) Transmisi Tenaga Listrik (kms) Gardu Induk (MVA) Program EBT dan Jaringan - PLTS 50 Wp Tersebar - PLTS Terpusat 15 kW - PLTMH (kW) - PLT Angin (kW) - Gardu Distribusi (Unit/kVA) - JTM (kms) - JTR (kms) - PLTD (Unit/kW) Volume 507 1.506 1.070 32.850 4 2.040 1.320 66.000 3.780 3.550 2010 s.d 2014 Investasi (juta USD) 940,1 158,2 64,2 23,0 1,6 13,2 12,6 77,5 37,1 1.327,5
30
4.4 Provinsi Riau 4.4.1 Kondisi Sistem Kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Riau sebagian besar (63%) dipasok oleh P3B Sumatera melalui jaringan transmisi 150 kV dalam Sistem Interkoneksi Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) dan sisanya dipasok pembangkitpembangkit dalam sistem-sistem terisolasi seperti: Sistem Bengkalis, Selat Panjang, Pkl. Kerinci, Sungai Guntung, Kuala Enok, Pulau Kijang/Kota Baru, Seberida, Tembilahan, Rengat, Air Molek, Psr. Pangaraian, Siak S.Indrapura, dan Bagansiapiapi. Dari 14 sistem yang memasok tenaga listrik di Provinsi Riau, 2 sistem (Sistem Siak S. Indrapura dan Psr. Pangaraian) berada dalam kondisi Siaga dan 12 sistem lainnya (Sistem Bengkalis, Selat Panjang, Pkl. Kerinci, Sungai Guntung, Kuala Enok, Pulau Kijang/Kota Baru, Seberida, Tembilahan, Rengat, Air Molek dan Bagansiapiapi) berada dalam kondisi Defisit. Saat ini rasio elektrifikasi Provinsi Riau baru mencapai 55,84% (termasuk Provinsi Kepulauan Riau) dan rasio desa berlistrik sebesar 97,63% (termasuk Provinsi Kepulauan Riau). Adapun daftar tunggu PLN telah mencapai 64.222 permintaan atau sebesar 97 MVA. Gambar 4.4 Kondisi Kelistrikan Provinsi Riau
SISTEM BENGKALIS Kapasitas terpasang : 16,46 MW Daya mampu : 8,16 MW Beban puncak : 8,60 MW Defisit : -0,44 MW
SISTEM SELAT PANJANG Kapasitas terpasang : 13,98 MW Daya mampu : 5,80 MW Beban puncak : 6,80 MW Defisit : -1,00 MW
SISTEM INTERKONEKSI SUMBAGSEL Kapasitas terpasang : 2.529,70 MW Daya mampu : 1.597,70 MW Beban puncak : 1.704,70 MW Defisit : -107,00 MW
SISTEM TEMBILAHAN Kapasitas terpasang : 10,28 MW Daya mampu : 5,85 MW Beban puncak : 7,50 MW Defisit : -1,65 MW
31
SISTEM BAGANSIAPIAPI Kapasitas terpasang : 9,70 MW Daya mampu : 5,00 MW Beban puncak : 6,15 MW Defisit : -1,15 MW
SISTEM SIAK S. INDRAPURA Kapasitas terpasang : 4,44 MW Daya mampu : 2,51 MW Beban puncak : 2,49 MW Surplus : 0,02 MW
SISTEM Pkl. KERINCI Pkl. Kapasitas terpasang : 3,47 MW Daya mampu : 1,84 MW Beban puncak : 2,01 MW Defisit : -0,17 MW
SISTEM Psr. PENGARAIAN Psr. Kapasitas terpasang : 0,50 MW Daya mampu : 0,45 MW Beban puncak : 0,36 MW Surplus : 0,09 MW
SISTEM SUNGAI GUNTUNG Kapasitas terpasang : 1,20 MW Daya mampu : 1,03 MW Beban puncak : 1,33 MW Defisit : -0,30 MW SISTEM KUALA ENOK Kapasitas terpasang : 2,20 MW Daya mampu : 0,52 MW Beban puncak : 0,85 MW Defisit : -0,33 MW
SISTEM AIR MOLEK Kapasitas terpasang : 8,00 MW Daya mampu : 5,55 MW Beban puncak : 6,05 MW Defisit : -0,50 MW SISTEM RENGAT Kapasitas terpasang : 7,34 MW Daya mampu : 2,09 MW Beban puncak : 2,78 MW Defisit : -0,69 MW SISTEM SEBERIDA Kapasitas terpasang : 3,22 MW Daya mampu : 1,38 MW Beban puncak : 1,84 MW Defisit : -0,46 MW
SISTEM PULAU KIJANG/ KOTA BARU Kapasitas terpasang : 0,99 MW Daya mampu : 0,71 MW Beban puncak : 0,98 MW 34 Defisit : -0,27 MW
4.4.2 Neraca Daya Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan dan Lampung sistem kelistrikannya telah terinterkoneksi dengan baik pada jaringan transmisi tenaga listrik 150 kV yang dikenal dengan nama Sistem Sumatera. Dengan demikian, neraca daya seluruh provinsi tersebut direpresentasikan oleh neraca daya Sistem Sumatera, dimana pada tahun 2010 kapasitas sistem belum dapat memenuhi beban puncak yang ada sehingga mengalami defisit sebesar 460 MW. Adapun pada tahun-tahun selanjutnya kondisi Sistem Sumatera berada pada kondisi baik. Tabel 4.19 Neraca Daya Sistem Sumatera
URAIAN Kebutuhan Aceh Sumatera Utara Riau Sumbar S2JB Lampung Total Kebutuhan Pertumbuhan Susut & Losses (T&D) Susut Pemakaian Sendiri Beban Puncak Daya Terpasang Daya Tambahan Cadangan Daya GWH GWH GWH GWH GWH GWH GWH % % % MW MW MW MW 1.378 7.008 2.412 2.332 3.305 1.935 18.371 7,6 11,3 2,0 3.832 2.729 643 -460 1.546 7.543 2.614 2.510 3.535 2.083 19.830 7,9 11,2 2,0 4.133 3.318 1.476 661 1.733 8.124 2.831 2.698 3.783 2.249 21.419 8,0 11,1 2,0 4.460 4.728 664 931 1.942 8.756 3.062 2.897 4.053 2.437 23.147 8,1 11,0 2,0 4.816 5.297 1.552 2.033 2.176 9.441 3.306 3.108 4.347 2.649 25.026 8,1 10,9 2,0 5.202 6.743 1.764 3.305 2010 2011 2012 2013 2014
32
4.4.3 Rencana Tambahan Infrastruktur Ketenagalistrikan Asumsi pertumbuhan penduduk (termasuk Provinsi Kepulauan Riau) tahun 2008-2027 diperkirakan rata-rata 1,98% per tahun sedangkan pertumbuhan ekonomi untuk periode yang sama diproyeksikan sebesar 6,2% per tahun, sehingga berdasarkan asumsi tersebut permintaan energi listrik diperkirakan tumbuh rata-rata sebesar 7,4% per tahun. Dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Riau, telah direncanakan tambahan infrastruktur ketenagalistrikan dari tahun 2010-2014 sebagai berikut: Pembangkit tenaga listrik sebesar 283 MW (sekitar 16 MW diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2010) Transmisi tenaga listrik 2.012 kms Gardu induk 1.380 MVA Program energi baru terbarukan (EBT) dan jaringan: o PLTS 50 WP tersebar sebanyak 26.650 unit o PLTS terpusat 15 kW 8 unit o PLTMH 400 kW o PLT Angin 320 kW o Gardu distribusi 1.720 unit (115.750 kVA) (termasuk Prov. Kepri) o Jaringan Tegangan Menengah 4.360 kms (termasuk Prov. Kepri) o Jaringan Tegangan Rendah 4.490 kms (termasuk Prov. Kepri) o PLTD 40 unit (14.000 kW). Tabel 4.20 Rencana Penambahan Kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik Provinsi Riau
Rencana PLTD PLTD PLTD PLTU PLTU PLTU PLTU PLTU PLTU PLTD HSD Rengat (sewa) HSD Pasir Pangarayan (sewa) MFO Tembilahan (sewa) 1 Riau (Bengkalis) 2 Riau (Selat Panjang) Rengat Riau Tembilahan Riau Selat Panjang JUMLAH Total Pendek 5 5 6 MW MW MW 2 2 2 1 2 1 x x x x x x 10 7 7 100 7 100 5 MW MW MW MW MW MW MW 1% 1% Jangka Menengah/Panjang Progress COD 2010 2010 2010 2011 2011 2011 2012 2012 2013 2014 Keterangan PLN PLN PLN Perpres 71 Perpres 71 IPP PLN IPP PLN PLN
16,0 MW 283
267 MW MW
33
Tabel 4.21 Rencana Pengembangan Jaringan Transmisi Tenaga Listrik Provinsi Riau
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Garuda Sakti Rengat Garuda Sakti Bangkinang Garuda Sakti Dumai Teluk Kuantan Dumai Kulim/Pasir Putih Kulim/Pasir Putih Rengat Pangkalan Kerinci DARI KE Payakumbuh Garuda Sakti JUMLAH 275 kV Kulim/Pasir Putih Pasir Pangaraian New Garuda Sakti KID Dumai/New Dumai Rengat Bagan Siapi-api Perawang Pangkalan Kerinci Tembilahan Rengat JUMLAH 150 kV TEGANGAN (kV) 275 275 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 PANJANG (kms) 300 440 740 70 220 40 56 194 134 70 134 220 134 1.272 PROGRESS (%) 2,5 COD 2010 2014 2009 2010 2010 2010 2011 2012 2012 2012 2012 2012
34
2010 1.500
4.4.4 Perkiraan Kebutuhan Investasi Untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan 5 tahun kedepan tersebut, dibutuhkan investasi sekitar USD 1.067,7 juta, dengan rinciannya adalah pembangkitan USD 426,6 juta, transmisi USD 305,5 juta, gardu induk USD 125,2 juta dan program EBT USD 210,4 juta. Tabel 4.24 Rekapitulasi Infrastruktur dan Kebutuhan Investasi Provinsi Riau
No 1 2 3 4 Uraian Pembangkit Tenaga Listrik (MW) Transmisi Tenaga Listrik (kms) Gardu Induk (MVA) Program EBT dan Jaringan - PLTS 50 Wp Tersebar - PLTS Terpusat 15 kW - PLTMH (kW) - PLT Angin (kW) - Gardu Distribusi (Unit/kVA) - JTM (kms) - JTR (kms) - PLTD (Unit/kW)
Cat: jaringan termasuk Prov. Kepri
2010 s.d 2014 Investasi (juta USD) 426,6 305,5 125,2 18,7 3,2 2,2 1,9 17,9 111,9 48,8 5,8 1.067,7
4.5 Provinsi Kepulauan Riau 4.5.1 Kondisi Sistem Sistem kelistrikan Provinsi Kepulauan Riau terdiri atas beberapa sistem terisolasi, seperti Tanjung Pinang, Tanjung Balai Karimun, Tanjung Uban, Tanjung Batu, Belakang Padang, Ranai (Natuna) dan Dabo Singkep/Daek Lingga.
35
Khusus untuk Pulau Batam, kelistrikannya dipasok oleh pembangkit PT PLN Batam yang sebagian wilayahnya telah terinterkoneksi dengan jaringan transmisi 150 kV dan untuk industri di kawasan Muka Kuning Industrial Park, kebutuhan listriknya dipasok oleh PT Batamindo yang memiliki pembangkit sendiri. Dari 8 sistem yang memasok tenaga listrik di Provinsi Kepulauan Riau, 1 sistem (Sistem Dabo Singkep/Daek Lingga) berada dalam kondisi Normal, 4 sistem (Sistem Batam, Tanjung Uban, Belakang Padang dan Ranai (Natuna)) dalam kondisi Siaga dan 3 sistem lainnya (Sistem Tanjung Pinang, Tanjung Balai Karimun, Tanjung Batu) berada dalam kondisi Defisit. Saat ini rasio elektrifikasi Provinsi Kepulauan Riau baru mencapai 55,84% (termasuk Provinsi Riau) dan rasio desa berlistrik sebesar 97,63% (termasuk Provinsi Riau). Adapun daftar tunggu PLN telah mencapai 19.999 permintaan atau sebesar 51,1 MVA. Gambar 4.5 Kondisi Kelistrikan Provinsi Kepulauan Riau
SISTEM RANAI Kapasitas terpasang : 4,57 MW Daya mampu : 2,95 MW Beban puncak : 2,77 MW Surplus : 0,18 MW SISTEM Tj. UBAN Tj. Kapasitas terpasang : 5,46 MW Daya mampu : 4,35 MW Beban puncak : 4,05 MW Surplus : 0,30 MW SISTEM BATAM Kapasitas terpasang : 365,93 MW Daya mampu : 235,00 MW Beban puncak : 202,10 MW Surplus : 32,90 MW
SISTEM Tj. BALAI KARIMUN Tj. Kapasitas terpasang : 17,18 MW Daya mampu : 11,50 MW Beban puncak : 16,70 MW Defisit : -5,20 MW
SISTEM Tj. BATU Tj. Kapasitas terpasang : 5,46 MW Daya mampu : 2,91 MW Beban puncak : 4,40 MW Defisit : -1,49 MW
SISTEM Tj. PINANG Tj. Kapasitas terpasang : 45,76 MW Daya mampu : 31,30 MW Beban puncak : 35,80 MW Defisit : -4,50 MW SISTEM DABO SINGKEP/ DAEK LINGGA Kapasitas terpasang : 3,75 MW Daya mampu : 2,25 MW Beban puncak : 2,09 MW 44 Surplus : 0,16 MW
SISTEM BELAKANG PADANG Kapasitas terpasang : 1,52 MW Daya mampu : 1,23 MW Beban puncak : 1,17 MW Surplus : 0,06 MW
4.5.2 Neraca Daya Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan dan Lampung sistem kelistrikannya telah terinterkoneksi dengan baik pada jaringan transmisi tenaga listrik 150 kV yang dikenal dengan nama Sistem Sumatera. Dengan demikian, neraca daya seluruh provinsi tersebut direpresentasikan oleh neraca daya Sistem Sumatera, dimana pada tahun 2010 kapasitas
36
sistem belum dapat memenuhi beban puncak yang ada sehingga mengalami defisit sebesar 460 MW. Adapun pada tahun-tahun selanjutnya kondisi Sistem Sumatera berada pada kondisi baik. Tabel 4.25 Neraca Daya Sistem Sumatera
URAIAN Kebutuhan Aceh Sumatera Utara Riau Sumbar S2JB Lampung Total Kebutuhan Pertumbuhan Susut & Losses (T&D) Susut Pemakaian Sendiri Beban Puncak Daya Terpasang Daya Tambahan Cadangan Daya GWH GWH GWH GWH GWH GWH GWH % % % MW MW MW MW 1.378 7.008 2.412 2.332 3.305 1.935 18.371 7,6 11,3 2,0 3.832 2.729 643 -460 1.546 7.543 2.614 2.510 3.535 2.083 19.830 7,9 11,2 2,0 4.133 3.318 1.476 661 1.733 8.124 2.831 2.698 3.783 2.249 21.419 8,0 11,1 2,0 4.460 4.728 664 931 1.942 8.756 3.062 2.897 4.053 2.437 23.147 8,1 11,0 2,0 4.816 5.297 1.552 2.033 2.176 9.441 3.306 3.108 4.347 2.649 25.026 8,1 10,9 2,0 5.202 6.743 1.764 3.305 2010 2011 2012 2013 2014
4.5.3 Rencana Tambahan Infrastruktur Ketenagalistrikan Asumsi pertumbuhan penduduk (termasuk Provinsi Riau) diperkirakan ratarata 1,98% per tahun sedangkan pertumbuhan ekonomi untuk periode yang sama diproyeksikan sebesar 6,2% per tahun, sehingga berdasarkan asumsi tersebut permintaan energi listrik diperkirakan tumbuh rata-rata sebesar 7,4% per tahun. Dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Kepulauan Riau, telah direncanakan tambahan infrastruktur ketenagalistrikan dari tahun 2010-2014 sebagai berikut: Pembangkit tenaga listrik sebesar 495 MW (sekitar 90 MW diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2010) Transmisi tenaga listrik 165 kms Gardu induk 570 MVA Program energi baru terbarukan (EBT) dan jaringan: o PLTS 50 WP tersebar sebanyak 25.150 unit o PLTS terpusat 15 kW 8 unit o Gardu distribusi 1.720 unit (115.750 kVA) (termasuk Prov. Riau) o Jaringan Tegangan Menengah 4.360 kms (termasuk Prov. Riau) o Jaringan Tegangan Rendah 4.490 kms (termasuk Prov. Riau)
37
Tabel 4.26 Rencana Penambahan Kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik Provinsi Kepulauan Riau
Rencana PLTD PLTD PLTD PLTD PLTD PLTU PLTU PLTU PLTU PLTD PLTU PLTU Batam: PLTGU PLTGU PLTGU PLTMG PLTGU PLTGU PLTU HSD Tanjung Pinang (sewa) HSD Selat Panjang (sewa) HSD Tanjung Balai Karimun (sewa) MFO Ranai (sewa) (relokasi ex Lampung) Removable Tanjung Pinang (sewa) Tj. Balai Karimun Tj. Batu Tj. Balai Karimun Dabo Singkep Tj. Pinang Tj. Balai Karimun Pendek 5 5 5 6 3 30 7 MW MW MW MW MW MW MW 2 x 2 x 2 x 2 x 4 6 6 15 10 MW MW MW MW MW Jangka Menengah/Panjang Progress COD 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2012 2012 2014 2014 2014 Keterangan PLN PLN PLN PLN PLN PLN Perpres 71 IPP IPP PLN IPP IPP
2 x
74%
Panaran 2 Panaran 1 Tj. Uncang Tj. Uncang Tj. Uncang Tj. Uncang Tj. Kasam JUMLAH Total
22
MW 1 2 2 1 2 x x x x x 20 40 5,5 54 40 55 MW MW MW MW MW MW
IPP IPP PLN Batam PLN Batam IPP PLN Batam IPP
90,0 MW 495
405 MW MW
Tabel 4.27 Rencana Pengembangan Jaringan Transmisi Tenaga Listrik Provinsi Kepulauan Riau
NO. 1 2 3 4 5 Tanjung Kasam Tanjung Sauh Pulau Ngenang Tanjung Taluk Sribintan DARI Tanjung Sauh Pulau Ngenang Tanjung Taluk Sribintan Air Raja JUMLAH KE TEGANGAN (kV) 150 150 150 150 150 PANJANG (kms) 6 10 12 60 70 158 PROGRESS (%) COD 2010 2010 2010 2010 2010
38
4.5.4 Perkiraan Kebutuhan Investasi Untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan 5 tahun kedepan tersebut, dibutuhkan investasi sekitar USD 704,7 juta, dengan rinciannya adalah pembangkitan USD 633,5 juta, transmisi USD 20,2 juta, gardu induk USD 30,3 juta dan program EBT USD 20,8 juta. Tabel 4.30 Rekapitulasi Infrastruktur dan Kebutuhan Investasi Provinsi Kepulauan Riau
No 1 2 3 4 Uraian Pembangkit Tenaga Listrik (MW) Transmisi Tenaga Listrik (kms) Gardu Induk (MVA) Program EBT dan Jaringan - PLTS 50 Wp Tersebar - PLTS Terpusat 15 kW - PLTMH (kW) - PLT Angin (kW) - Gardu Distribusi (Unit/kVA) - JTM (kms) - JTR (kms) - PLTD (Unit/kW) Volume 495 158 570 25.150 8 Masuk dalam rekap Prov. Riau
2010 s.d 2014 Investasi (juta USD) 655,5 20,2 30,3 17,6 3,2 -
726,7
4.6 Provinsi Bengkulu 4.6.1 Kondisi Sistem Sistem kelistrikan Provinsi Bengkulu bersama-sama dengan Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Selatan telah terinterkoneksi dengan baik melalui jaringan transmisi 150 kV yang kesistemannya dikenal dengan Wilayah Kesisteman Sumatera Selatan, Jambi dan Bengkulu (S2JB). Hampir seluruh kebutuhan listrik (96%) di S2JB dipasok oleh P3B Sumatera melalui jaringan transmisi 150 kV dalam Sistem Interkoneksi Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) dan sisanya dipasok oleh pembangkit-pembangkit dalam sistem-sistem terisolasi. Sistem-sistem terisolasi di Provinsi Bengkulu antara lain: Sistem Muko-Muko, Manna dan Kaur.
39
Dari 4 sistem yang memasok tenaga listrik di Provinsi Bengkulu, 2 sistem (Sistem Muko-Muko dan Kaur) berada dalam kondisi Normal dan 2 sistem lainnya (Sistem Sumbagsel dan Manna) berada dalam kondisi Defisit. Saat ini rasio elektrifikasi Provinsi Bengkulu baru mencapai 51,46% dan rasio desa berlistrik sebesar 92,21%. Adapun daftar tunggu PLN telah mencapai 13.964 permintaan atau sebesar 16,8 MVA. Gambar 4.6 Kondisi Kelistrikan Provinsi Bengkulu
SISTEM MUKO-MUKO MUKOKapasitas terpasang : 3,12 MW Daya mampu : 2,10 MW Beban puncak : 1,02 MW Surplus : 1,08 MW
SISTEM INTERKONEKSI SUMBAGSEL Kapasitas terpasang : 2.529,70 MW Daya mampu : 1.597,70 MW Beban puncak : 1.704,70 MW Defisit : -107,00 MW
SISTEM ISOLATED SWASTA (Kaur) Kaur) Kapasitas terpasang : 3,90 MW Daya mampu : 3,60 MW Beban puncak : 3,50 MW Surplus : 0,10 MW
SISTEM MANNA Kapasitas terpasang : 5,83 MW Daya mampu : 1,70 MW Beban puncak : 1,96 MW Defisit : -0,26 MW
4.6.2 Neraca Daya Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan dan Lampung sistem kelistrikannya telah terinterkoneksi dengan baik pada jaringan transmisi tenaga listrik 150 kV yang dikenal dengan nama Sistem Sumatera. Dengan demikian, neraca daya seluruh provinsi tersebut direpresentasikan oleh neraca daya Sistem Sumatera, dimana pada tahun 2010 kapasitas sistem belum dapat memenuhi beban puncak yang ada sehingga mengalami defisit sebesar 460 MW. Adapun pada tahun-tahun selanjutnya kondisi Sistem Sumatera berada pada kondisi baik.
40
4.6.3 Rencana Tambahan Infrastruktur Ketenagalistrikan Asumsi pertumbuhan penduduk di Wilayah S2JB diperkirakan rata-rata 1,2% per tahun sedangkan pertumbuhan ekonomi untuk periode yang sama diproyeksikan sebesar 5,7% per tahun, berdasarkan asumsi tersebut permintaan energi listrik diperkirakan tumbuh rata-rata sebesar 8,2% per tahun. Dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Bengkulu, telah direncanakan tambahan infrastruktur ketenagalistrikan dari tahun 2010-2014 sebagai berikut: Pembangkit tenaga listrik sebesar 156 MW Transmisi tenaga listrik 360 kms Gardu induk 210 MVA Program energi baru terbarukan (EBT) dan jaringan: o PLTS 50 WP tersebar sebanyak 53.275 unit o PLTS terpusat 15 kW 8 unit o PLTMH 1.100 kW o Gardu distribusi 1.920 unit (89.750 kVA) o Jaringan Tegangan Menengah 6.820 kms o Jaringan Tegangan Rendah 5.770 kms Tabel 4.32 Rencana Penambahan Kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik Provinsi Bengkulu
Rencana PLTM PLTM PLTP PLTP PLTA PLTA Manna Lebong Hululais Hululais Simpang Aur Simpang Aur JUMLAH Total - MW 156 Pendek Jangka Menengah/Panjang 2 4 1 1 2 2 x x x x x x 2 3 55 55 6 9 MW MW MW MW MW MW Progress COD 2011 2011 2013 2014 2014 2014 Keterangan IPP IPP PLN PLN IPP IPP
156 MW MW
41
Tabel 4.33 Rencana Pengembangan Jaringan Transmisi Tenaga Listrik Provinsi Bengkulu
NO. 1 2 3 4 5 6 DARI Pagar Alam Kambang Pekalongan/Curup PLTP Hulu Lais PLTA Simpang Aur 1 PLTA Simpang Aur 2 KE Manna Mukomuko Pulo Baai Pekalongan Musi PLTA Simpang Aur 1 JUMLAH TEGANGAN (kV) 150 150 150 150 150 150 PANJANG (kms) 48 123 45 120 12 12 360 PROGRESS (%) COD 2009 2010 2010 2013 2014 2014
4.6.4 Perkiraan Kebutuhan Investasi Untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan 5 tahun kedepan tersebut, dibutuhkan investasi sekitar USD 618,5 juta, dengan rinciannya adalah pembangkitan USD 248,4 juta, transmisi USD 99,8 juta, gardu induk USD 21,8 juta dan program EBT USD 248,4 juta.
42
4.7 Provinsi Jambi 4.7.1 Kondisi Sistem Sistem kelistrikan Provinsi Jambi bersama-sama dengan Provinsi Bengkulu dan Provinsi Sumatera Selatan telah terinterkoneksi dengan baik melalui jaringan transmisi 150 kV yang kesistemannya dikenal dengan Wilayah Kesisteman Sumatera Selatan, Jambi dan Bengkulu (S2JB). Hampir seluruh kebutuhan listrik (96%) di S2JB dipasok oleh P3B Sumatera melalui jaringan transmisi 150 kV dalam Sistem Interkoneksi Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) dan sisanya dipasok oleh pembangkit-pembangkit dalam sistem-sistem terisolasi. Sistem-sistem terisolasi di Provinsi Jambi antara lain: Sistem Muara Sabak, Tanjung Jabung Timur dan Sarolangun. Dari 4 sistem yang memasok tenaga listrik di Provinsi Jambi, 2 sistem (Sistem Tanjung Jabung Timur dan Sarolangun) berada dalam kondisi Siaga dan 2 sistem lainnya (Sistem Sumbagsel dan Muara Sabak) berada dalam kondisi Defisit. Saat ini rasio elektrifikasi Provinsi Jambi baru mencapai 51,41% dan rasio desa berlistrik sebesar 99,43%. Adapun daftar tunggu PLN telah mencapai 31.371 permintaan atau sebesar 92,3 MVA.
43
SISTEM INTERKONEKSI SUMBAGSEL Kapasitas terpasang : 2.529,70 MW Daya mampu : 1.597,70 MW Beban puncak : 1.704,70 MW Defisit : -107,00 MW
SISTEM MUARA SABAK Kapasitas terpasang : 0,40 MW Daya mampu : 0,38 MW Beban puncak : 0,42 MW Defisit : -0,04 MW
SISTEM ISOLATED SWASTA (Tanjung Jabung Timur) Timur) Kapasitas terpasang : 7,20 MW Daya mampu : 6,10 MW Beban puncak : 6,00 MW Surplus : 0,10 MW SISTEM SAROLANGUN Kapasitas terpasang : 3,00 MW Daya mampu : 2,40 MW Beban puncak : 2,13 MW Surplus : 0,27 MW
4.7.2 Neraca Daya Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan dan Lampung sistem kelistrikannya telah terinterkoneksi dengan baik pada jaringan transmisi tenaga listrik 150 kV yang dikenal dengan nama Sistem Sumatera. Dengan demikian, neraca daya seluruh provinsi tersebut direpresentasikan oleh neraca daya Sistem Sumatera, dimana pada tahun 2010 kapasitas sistem belum dapat memenuhi beban puncak yang ada sehingga mengalami defisit sebesar 460 MW. Adapun pada tahun-tahun selanjutnya kondisi Sistem Sumatera berada pada kondisi baik. Tabel 4.37 Neraca Daya Sistem Sumatera
URAIAN Kebutuhan Aceh Sumatera Utara Riau Sumbar S2JB Lampung Total Kebutuhan Pertumbuhan Susut & Losses (T&D) Susut Pemakaian Sendiri Beban Puncak Daya Terpasang Daya Tambahan Cadangan Daya GWH GWH GWH GWH GWH GWH GWH % % % MW MW MW MW 1.378 7.008 2.412 2.332 3.305 1.935 18.371 7,6 11,3 2,0 3.832 2.729 643 -460 1.546 7.543 2.614 2.510 3.535 2.083 19.830 7,9 11,2 2,0 4.133 3.318 1.476 661 1.733 8.124 2.831 2.698 3.783 2.249 21.419 8,0 11,1 2,0 4.460 4.728 664 931 1.942 8.756 3.062 2.897 4.053 2.437 23.147 8,1 11,0 2,0 4.816 5.297 1.552 2.033 2.176 9.441 3.306 3.108 4.347 2.649 25.026 8,1 10,9 2,0 5.202 6.743 1.764 3.305 2010 2011 2012 2013 2014
44
4.7.3 Rencana Tambahan Infrastruktur Ketenagalistrikan Asumsi pertumbuhan penduduk di Wilayah S2JB diperkirakan rata-rata 1,2% per tahun sedangkan pertumbuhan ekonomi untuk periode yang sama diproyeksikan sebesar 5,7% per tahun, berdasarkan asumsi tersebut permintaan energi listrik diperkirakan tumbuh rata-rata sebesar 8,2% per tahun. Dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Jambi, telah direncanakan tambahan infrastruktur ketenagalistrikan dari tahun 2010-2014 sebagai berikut: Pembangkit tenaga listrik sebesar 124 MW (sekitar 14 MW diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2010) Transmisi tenaga listrik 1.265 kms Gardu induk 900 MVA Program energi baru terbarukan (EBT) dan jaringan: o PLTS 50 WP tersebar sebanyak 53.375 unit o PLTS terpusat 15 kW 8 unit o PLTMH 1.150 kW o Gardu distribusi 1.820 unit (84.750 kVA) o Jaringan Tegangan Menengah 5.710 kms o Jaringan Tegangan Rendah 7.410 kms. Tabel 4.38 Rencana Penambahan Kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik Provinsi Jambi
Rencana PLTU PLTP PLTP Sarolangun Sungai Penuh Sungai Penuh JUMLAH Total 2 x Jangka Menengah/Panjang Progress 10,00% 1 x 1 x 14,0 MW 124 55 55 MW MW COD Des 2009 2013 2014 Keterangan IPP PLN PLN
Pendek 7 MW
110 MW MW
Tabel 4.39 Rencana Pengembangan Jaringan Transmisi Tenaga Listrik Provinsi Jambi
NO. 1 2 3 4 5 Betung Aur Duri Sarolangun Betung PLTP Sungai Penuh DARI Aur Duri Rengat JUMLAH 275 kV Bangko Aur Duri Sungai Penuh JUMLAH 150 kV KE TEGANGAN (kV) 275 275 150 150 150 PANJANG (kms) 380 420 800 65 380 20 465 PROGRESS (%) COD 2014 2014 2010 2011 2011
66
45
4.7.4 Perkiraan Kebutuhan Investasi Untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan 5 tahun kedepan tersebut, dibutuhkan investasi sekitar USD 740,2 juta, dengan rinciannya adalah pembangkitan USD 194,4 juta, transmisi USD 221,8 juta, gardu induk USD 75,1 juta dan program EBT USD 248,9 juta. Tabel 4.42 Rekapitulasi Infrastruktur dan Kebutuhan Investasi Provinsi Jambi
No 1 2 3 4 Uraian Pembangkit Tenaga Listrik (MW) Transmisi Tenaga Listrik (kms) Gardu Induk (MVA) Program EBT dan Jaringan - PLTS 50 Wp Tersebar - PLTS Terpusat 15 kW - PLTMH (kW) - PLT Angin (kW) - Gardu Distribusi (Unit/kVA) - JTM (kms) - JTR (kms) - PLTD (Unit/kW) Volume 124 1.265 900 53.375 8 1.150 1.820 84.750 5.710 7.410 2010 s.d 2014 Investasi (juta USD) 194,4 221,8 75,1 37,3 3,2 6,1 19,8 98,3 84,2 740,2
46
4.8 Provinsi Sumatera Selatan 4.8.1 Kondisi Sistem Sistem kelistrikan Provinsi Sumatera Selatan bersama-sama dengan Provinsi Bengkulu dan Provinsi Jambi telah terinterkoneksi dengan baik melalui jaringan transmisi 150 kV yang kesistemannya dikenal dengan Wilayah Kesisteman Sumatera Selatan, Jambi dan Bengkulu (S2JB). Hampir seluruh kebutuhan listrik (96%) di S2JB dipasok oleh P3B Sumatera melalui jaringan transmisi 150 kV dalam Sistem Interkoneksi Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) dan sisanya dipasok oleh pembangkit-pembangkit dalam sistem-sistem terisolasi. Sistem Sumbagsel berada dalam kondisi Defisit Saat ini rasio elektrifikasi Provinsi Sumatera Selatan baru mencapai 50,30% dan rasio desa berlistrik sebesar 96,40%. Adapun daftar tunggu PLN telah mencapai 54.845 permintaan atau sebesar 62,3 MVA. Gambar 4.8 Kondisi Kelistrikan Provinsi Sumatera Selatan
SISTEM INTERKONEKSI SUMBAGSEL Kapasitas terpasang : 2.529,70 MW Daya mampu : 1.597,70 MW Beban puncak : 1.704,70 MW Defisit : -107,00 MW
4.8.2 Neraca Daya Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan dan Lampung sistem kelistrikannya telah terinterkoneksi dengan baik pada jaringan transmisi tenaga listrik 150 kV yang dikenal dengan nama Sistem Sumatera. Dengan demikian, neraca daya seluruh provinsi tersebut direpresentasikan oleh neraca daya Sistem Sumatera, dimana pada tahun 2010 kapasitas
47
sistem belum dapat memenuhi beban puncak yang ada sehingga mengalami defisit sebesar 460 MW. Adapun pada tahun-tahun selanjutnya kondisi Sistem Sumatera berada pada kondisi baik. Tabel 4.43 Neraca Daya Sistem Sumatera
URAIAN Kebutuhan Aceh Sumatera Utara Riau Sumbar S2JB Lampung Total Kebutuhan Pertumbuhan Susut & Losses (T&D) Susut Pemakaian Sendiri Beban Puncak Daya Terpasang Daya Tambahan Cadangan Daya GWH GWH GWH GWH GWH GWH GWH % % % MW MW MW MW 1.378 7.008 2.412 2.332 3.305 1.935 18.371 7,6 11,3 2,0 3.832 2.729 643 -460 1.546 7.543 2.614 2.510 3.535 2.083 19.830 7,9 11,2 2,0 4.133 3.318 1.476 661 1.733 8.124 2.831 2.698 3.783 2.249 21.419 8,0 11,1 2,0 4.460 4.728 664 931 1.942 8.756 3.062 2.897 4.053 2.437 23.147 8,1 11,0 2,0 4.816 5.297 1.552 2.033 2.176 9.441 3.306 3.108 4.347 2.649 25.026 8,1 10,9 2,0 5.202 6.743 1.764 3.305 2010 2011 2012 2013 2014
4.8.3 Rencana Tambahan Infrastruktur Ketenagalistrikan Asumsi pertumbuhan penduduk di Wilayah S2JB diperkirakan rata-rata 1,2% per tahun sedangkan pertumbuhan ekonomi untuk periode yang sama diproyeksikan sebesar 5,7% per tahun, berdasarkan asumsi tersebut permintaan energi listrik diperkirakan tumbuh rata-rata sebesar 8,2% per tahun. Dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Sumatera Selatan, telah direncanakan tambahan infrastruktur ketenagalistrikan dari tahun 2010-2014 sebagai berikut: Pembangkit tenaga listrik sebesar 1.474 MW (sekitar 139,5 MW diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2010) Transmisi tenaga listrik 713 kms Gardu induk 2.100 MVA Program energi baru terbarukan (EBT) dan jaringan: o PLTS 50 WP tersebar sebanyak 54.300 unit o PLTS terpusat 15 kW 8 unit o PLTMH 1.150 kW o Gardu distribusi 2.120 unit (99.750 kVA) o Jaringan Tegangan Menengah 8.310 kms o Jaringan Tegangan Rendah 8.330 kms.
48
Tabel 4.44 Rencana Penambahan Kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik Provinsi Sumatera Selatan
Rencana PLTG PLTG PLTG PLTGU PLTU PLTU PLTU PLTGU PLTG PLTP PLTU PLTU PLTP PLTP PLTU Talang Dukuh Keramasan (sewa) Borang Keramasan Talang Duku Musi Rawas Simpang Belimbing Gunung Megang, ST Cycle Keramasan (sewa) Lumut Balai Sumsel - 2 (Keban Agung) Banjarsari Lumut Balai Rantau Dadap Sumsel 2 Mulut Tambang JUMLAH Total Pendek 20 MW 100 MW 19,5 86 2 x 6 2 x 7 2 x 113,5 30 -100 2 x 55 2 x 112,5 200 2 x 55 2 x 110 200 139,5 MW 1.474 MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW Jangka Menengah/Panjang Progress COD Des 2009 2009 2010 2011 2011 2011 2011 2012 2013 2013 2013 2013 2014 2014 2014 Keterangan PLN PLN PLN PLN IPP IPP IPP IPP PLN IPP IPP IPP IPP IPP IPP
50,00% 50,00%
10,00%
1.334 MW MW
Tabel 4.45 Rencana Pengembangan Jaringan Transmisi Tenaga Listrik Provinsi Sumatera Selatan
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 DARI PLTU Sumsel-5 (B.Lencir) Tanjung Api api Lahat Betung Talang Kelapa Mariana Jaka Baring PLTP Lumut Balai PLTP Lumut Balai PLTU Sumsel-4 (S. Belimbing) PLTU Sumsel-1 (Banjarsari) Baturaja PLTU Sumsel-2 (Baturaja) Lubuk Linggau KE Incomer 2 PI JUMLAH 275 kV Borang Pagar Alam Sekayu Betung Kayu Agung Incomer ( Keramasan - Mariana) Lahat PLTP Rantau Dadap Lahat Incomer (PLTU S.Belimbing - Lahat) Muara Dua Baturaja Muara Rupit JUMLAH 150 kV TEGANGAN (kV) 275 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 PANJANG (kms) 2 2 70 47 35 55 45 1 50 50 190 1 62 40 65 711 PROGRESS (%) COD 2014 2009 2009 2010 2010 2010 2010 2013 2014 2011 2011 2012 2012 2013
49
NO. 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
LOKASI Pagar Alam Ext LB Lahat Ext LB Gunung Megang Prabumulih Jakabaring Kayu Agung Gumawang Ext LB Sekayu Betung Ext LB Kambang Ext LB Betung Ext LB PLTU Sumsel-1 Lahat Muara Dua PLTU Sumsel-1 Lahat Ext LB PLTU Sp Belimbing PLTU Banjarsari PLTP Lumut Balai Baturaja Ext LB Betung PLTU New Sumsel - 1 Lahat PLTU Baturaja Baturaja Ext LB Gumawang Ext LB Sungai Lilin Talang Kelapa Pagar Alam Muara Rupit Lubuk Linggau Ext LB Baturaja Bukit Siguntang
RASIO TRAFO (kV) 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 Pembangkit 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 Pembangkit 150/20 150/20 Pembangkit 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 Jumlah 150/20 kV 70/20 Jumlah 70/20 kV
NEW/EXTENSION Extension Extension Extension Extension New New Extension New Extension Extension Extension New Extension New Extension Extension New New New Extension Extension New Extension New Extension Extension New Extension Extension New Extension Extension Extension
PROGRESS (%)
COD 2009 2009 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2012 2012 2012 2012 2013 2013 2013 2013 2014 2009
100
4.8.4 Perkiraan Kebutuhan Investasi Untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan 5 tahun kedepan tersebut, dibutuhkan investasi sekitar USD 2.924,1 juta, dengan rinciannya adalah pembangkitan USD 2.405,2 juta, transmisi USD 117,6 juta, gardu induk USD 144,9 juta dan program EBT USD 256,4 juta.
50
Tabel 4.48 Rekapitulasi Infrastruktur dan Kebutuhan Investasi Provinsi Sumatera Selatan
No 1 2 3 4 Uraian Pembangkit Tenaga Listrik (MW) Transmisi Tenaga Listrik (kms) Gardu Induk (MVA) Program EBT dan Jaringan - PLTS 50 Wp Tersebar - PLTS Terpusat 15 kW - PLTMH (kW) - PLT Angin (kW) - Gardu Distribusi (Unit/kVA) - JTM (kms) - JTR (kms) - PLTD (Unit/kW) Volume 1.474 713 2.100 54.300 8 1.500 2.120 99.750 8.310 8.330 2010 s.d 2014 Investasi (juta USD) 2.405,2 117,6 144,9 38,0 3,2 8,0 20,2 111,7 75,4 2.924,1
4.9 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 4.9.1 Kondisi Sistem Sistem kelistrikan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdiri atas beberapa sistem terisolasi, yaitu Sistem Bangka, Belitung, Mentok, Toboali, Koba, Padang dan Nasik. Dari 8 sistem yang memasok tenaga listrik di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 7 sistem (Sistem Belitung, Padang, Nasik, Seliu, Toboali, Mentok dan Koba) berada dalam kondisi Siaga dan 1 sistem lainnya (Sistem Merawang/Bangka) berada dalam kondisi Defisit. Saat ini rasio elektrifikasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung baru mencapai 72,88% dan rasio desa berlistrik sebesar 99,69%.
51
SISTEM MERAWANG (BANGKA) Kapasitas terpasang : 57,09 MW Daya mampu : 37,70 MW Beban puncak : 49,63 MW Defisit : -11,93 MW
SISTEM KOBA Kapasitas terpasang : 4,59 MW Daya mampu : 2,34 MW Beban puncak : 2,25 MW Surplus : 0,09 MW
SISTEM PADANG Kapasitas terpasang : 7,74 MW Daya mampu : 4,40 MW Beban puncak : 3,78 MW Surplus : 0,06 MW
SISTEM BELITUNG Kapasitas terpasang : 37,20 MW Daya mampu : 24,20 MW Beban puncak : 18,99 MW Surplus : 5,21 MW
SISTEM MENTOK Kapasitas terpasang : 7,78 MW Daya mampu : 4,20 MW Beban puncak : 3,40 MW Surplus : 0,80 MW SISTEM NASIK Kapasitas terpasang : 0,25 MW Daya mampu : 0,20 MW Beban puncak : 0,12 MW Surplus : 0,08 MW
SISTEM TOBOALI Kapasitas terpasang : 5,54 MW Daya mampu : 3,41 MW Beban puncak : 3,15 MW Surplus : 0,26 MW
SISTEM SELIU Kapasitas terpasang : 0,15 MW Daya mampu : 0,09 MW Beban puncak : 0,05 MW Surplus : 0,04 MW
4.9.2 Neraca Daya Neraca daya Provinsi Bangka Belitung pada tahun 2010 memberikan cadangan daya yang cukup hingga tahun 2014. Tabel 4.49 Neraca Daya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Uraian Kebutuhan Rumah Tangga Komersial Publik Industri Total Kebutuhan Pertumbuhan Susut & Losses (T&D) Susut Pemakaian Sendiri Total Susut & Losses Beban Puncak Daya Terpasang Daya Tambahan Cadangan Daya GWH GWH GWH GWH GWH % % % % MW MW MW MW 2010 266 34 27 31 358 7,3 9,8 2,0 11,8 74 47 64 37 2011 280 35 31 33 378 5,7 9,7 2,0 11,7 78 110 63 95 2012 294 35 35 35 400 5,8 9,6 2,0 11,6 82 169 0 87 2013 310 36 41 37 424 5,9 9,5 2,0 11,5 87 164 24 101 2014 326 37 46 39 449 5,9 9,4 2,0 11,4 92 183 60 151
52
4.9.3 Rencana Tambahan Infrastruktur Ketenagalistrikan Asumsi pertumbuhan penduduk di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diperkirakan rata-rata 1% per tahun dan pertumbuhan ekonomi rata-rata 7,5% per tahun, sehingga berdasarkan asumsi tersebut pertumbuhan permintaan energi listrik diperkirakan akan tumbuh rata-rata sebesar 5,8% per tahun. Dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, telah direncanakan tambahan infrastruktur ketenagalistrikan dari tahun 2010-2014 sebagai berikut: Pembangkit tenaga listrik sebesar 211 MW (sekitar 64 MW diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2010) Transmisi tenaga listrik 606 kms Gardu induk 210 MVA Program energi baru terbarukan (EBT) dan jaringan: o PLTS 50 WP tersebar sebanyak 32.650 unit o PLTS terpusat 15 kW 5 unit o PLT Angin 320 kW o Gardu distribusi 1.140 unit (62.000 kVA) o Jaringan Tegangan Menengah 3.620 kms o Jaringan Tegangan Rendah 3.840 kms o PLTD 13 unit (3.250 kW) Tabel 4.50 Rencana Penambahan Kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Rencana PLTU PLTD PLTD PLTU PLTU PLTU PLTU PLTU PLTU PLTU PLTU Cangkang-Belitung HSD Pangkal Pinang (sewa) HSD Toboali (sewa) 3 Babel (Air Anyer) Cangkang-Belitung Cangkang-Bangka 3 Babel (Air Anyer) 4 Babel (Belitung) New Bangka 3 Bangka (Kemitraan) Bangka JUMLAH Total Jangka Menengah/Panjang Progress COD 2009 2010 2010 2010 2010 2010 2011 2011 2013 2013 2014 Keterangan IPP PLN PLN Perpres 71 IPP IPP Perpres 71 Perpres 71 IPP IPP IPP
Pendek 7 10 5 30 7 5 MW MW MW MW MW MW
48%
2 x
2 x 64,0 MW 211
30 16,5 14 10 30
MW MW MW MW MW
48% 7%
147 MW MW
53
Tabel 4.51 Rencana Pengembangan Jaringan Transmisi Tenaga Listrik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
NO. 1 2 3 4 5 Air Anyir Air Anyir Pangkal Pinang Pangkal Pinang Suge DARI KE Pangkal Pinang Sungai Liat Kelapa Air Gegas JUMLAH 150 kV Tanjung Pandan/Dukong JUMLAH 70 kV TEGANGAN (kV) 150 150 150 150 70 PANJANG (kms) 44 112 200 200 556 50 50 PROGRESS (%) 67,5 COD 2009 2009 2010 2010 2009
Tabel 4.52 Rencana Pengembangan Gardu Induk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 PLTU Air Anyer Pangkal Pinang Sungai Liat Kelapa Air Gegas Pangkal Pinang PLTU Suge Tanjung Pandan LOKASI RASIO TRAFO (kV) Pembangkit 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 Pembangkit 150/20 Jumlah NEW/EXTENSION New New New New New Extension New New KAPASITAS (MVA) 2 LB 60 30 30 30 30 2 LB 30 210 PROGRESS (%) COD 2009 2009 2009 2010 2010 2012 2009 2009
4.9.4 Perkiraan Kebutuhan Investasi Untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan 5 tahun kedepan tersebut, dibutuhkan investasi sekitar USD 555,5 juta, dengan rinciannya adalah pembangkitan USD 384,7 juta, transmisi USD 18,5 juta, gardu induk USD 7,5 juta dan program EBT USD 144,8 juta.
54
Tabel 4.54 Rekapitulasi Infrastruktur dan Kebutuhan Investasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
No 1 2 3 4 Uraian Pembangkit Tenaga Listrik (MW) Transmisi Tenaga Listrik (kms) Gardu Induk (MVA) Program EBT dan Jaringan - PLTS 50 Wp Tersebar - PLTS Terpusat 15 kW - PLTMH (kW) - PLT Angin (kW) - Gardu Distribusi (Unit/kVA) - JTM (kms) - JTR (kms) - PLTD (Unit/kW) Volume 211 606 210 32.650 5 320 1.140 62.000 3.620 3.840 13 3.250 2010 s.d 2014 Investasi (juta USD) 384,7 18,5 7,5 22,8 0,2 1,9 11,3 75,7 30,9 1,9 555,5
4.10 Provinsi Lampung 4.10.1 Kondisi Sistem Kebutuhan tenaga listrik Provinsi Lampung hampir seluruh (99%) dipasok oleh P3B Sumatera melalui jaringan transmisi 150 kV dalam Sistem Interkoneksi Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) dan sisanya dipasok pembangkit terisolasi yang tersebar di seluruh Provinsi Lampung seperti: Sistem Bengkunat, Simpang Pematang, Pulau Sabesi, Krui, Pugung Tampak dan Wiralaga Dari 7 sistem yang memasok tenaga listrik di Provinsi Lampung, 4 sistem (Sistem Bengkunat, Pulau Sabesi, Pugung Tampak dan Wiralaga) berada dalam kondisi Siaga dan 3 sistem lainnya (Sistem Sumbagsel, Krui dan Simpang Pematang) berada dalam kondisi Defisit. Saat ini rasio elektrifikasi Provinsi Lampung baru mencapai 48,82% dan rasio desa berlistrik sebesar 100%. Adapun daftar tunggu PLN telah mencapai 76.025 permintaan atau sebesar 88,3 MVA.
55
SISTEM WIRALAGA Kapasitas terpasang : 0,98 MW Daya mampu : 0,37 MW Beban puncak : 0,29 MW Surplus : 0,08 MW SISTEM PUGUNG TAMPAK Kapasitas terpasang : 0,57 MW Daya mampu : 0,34 MW Beban puncak : 0,33 MW Surplus : 0,01 MW SISTEM KRUI Daya mampu : 2,04 MW Beban puncak : 2,20 MW Defisit : -0,16 MW SISTEM BENGKUNAT Kapasitas terpasang : 0,24 MW Daya mampu : 0,16 MW Beban puncak : 0,13 MW Surplus : 0,03 MW SISTEM SIMPANG PEMATANG Daya mampu Beban puncak Defisit : 0,16 MW : 0,25 MW : -0,09 MW
SISTEM INTERKONEKSI SUMBAGSEL Kapasitas terpasang : 2.529,70 MW Daya mampu : 1.597,70 MW Beban puncak : 1.704,70 MW Defisit : -107,00 MW SISTEM PULAU SABESI Kapasitas terpasang : 0,090 MW Daya mampu : 0,075 MW Beban puncak : 0,049 MW Surplus : 0,026 MW
4.10.2 Neraca Daya Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan dan Lampung sistem kelistrikannya telah terinterkoneksi dengan baik pada jaringan transmisi tenaga listrik 150 kV yang dikenal dengan nama Sistem Sumatera. Dengan demikian, neraca daya seluruh provinsi tersebut direpresentasikan oleh neraca daya Sistem Sumatera, dimana pada tahun 2010 kapasitas sistem belum dapat memenuhi beban puncak yang ada sehingga mengalami defisit sebesar 460 MW. Adapun pada tahun-tahun selanjutnya kondisi Sistem Sumatera berada pada kondisi baik. Tabel 4.55 Neraca Daya Sistem Sumatera
URAIAN Kebutuhan Aceh Sumatera Utara Riau Sumbar S2JB Lampung Total Kebutuhan Pertumbuhan Susut & Losses (T&D) Susut Pemakaian Sendiri Beban Puncak Daya Terpasang Daya Tambahan Cadangan Daya GWH GWH GWH GWH GWH GWH GWH % % % MW MW MW MW 1.378 7.008 2.412 2.332 3.305 1.935 18.371 7,6 11,3 2,0 3.832 2.729 643 -460 1.546 7.543 2.614 2.510 3.535 2.083 19.830 7,9 11,2 2,0 4.133 3.318 1.476 661 1.733 8.124 2.831 2.698 3.783 2.249 21.419 8,0 11,1 2,0 4.460 4.728 664 931 1.942 8.756 3.062 2.897 4.053 2.437 23.147 8,1 11,0 2,0 4.816 5.297 1.552 2.033 2.176 9.441 3.306 3.108 4.347 2.649 25.026 8,1 10,9 2,0 5.202 6.743 1.764 3.305 2010 2011 2012 2013 2014
56
4.10.3 Rencana Tambahan Infrastruktur Ketenagalistrikan Asumsi pertumbuhan penduduk diperkirakan sebesar 0,9% per tahun dan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,2% per tahun, sehingga dengan asumsi tersebut permintaan energi listrik diperkirakan akan tumbuh rata-rata sebesar 10,3% per tahun. Dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Lampung, telah direncanakan tambahan infrastruktur ketenagalistrikan dari tahun 2010-2014 sebagai berikut: Pembangkit tenaga listrik sebesar 664 MW Transmisi tenaga listrik 1.056 kms Gardu induk 650 MVA Program energi baru terbarukan (EBT) dan jaringan: o PLTS 50 WP tersebar sebanyak 57.500 unit o PLTS terpusat 15 kW 8 unit o PLTMH 1.650 kW o Gardu distribusi 1.540 unit (78.250 kVA) o Jaringan Tegangan Menengah 7.000 kms o Jaringan Tegangan Rendah 6.290 kms. Tabel 4.56 Rencana Penambahan Kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik Provinsi Lampung
Rencana PLTP PLTU PLTU PLTU PLTP PLTP PLTP PLTP PLTP Ulubelu #1 Lampung (Tarahan) Kalianda Lampung Tengah Ulubelu #2 Rajabasa Ulubelu #3 Rajabasa Ulubelu #4 JUMLAH Total Pendek Jangka Menengah/Panjang 1 2 2 2 1 1 1 1 1 x x x x x x x x x 55 100 6 6 55 110 55 110 55 MW MW MW MW MW MW MW MW MW Progress COD 2011 2011 2011 2011 2012 2013 2013 2014 2014 Keterangan PLN Perpres 71 IPP IPP PLN IPP IPP IPP IPP
34%
664 MW 664 MW
57
Tabel 4.57 Rencana Pengembangan Jaringan Transmisi Tenaga Listrik Provinsi Lampung
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 DARI Sribawono Bukit Kemuning PLTU Tarahan Baru Pagelaran Liwa Gumawang PLTP Ulu Belu Menggala Natar PLTP Rajabasa PLTP Ulubelu 3 dan 4 Teluk Betung Kalianda PLTP Wai Ratai KE Seputih Banyak Kotabumi (Uprating dari 1 x 240 mm2) Incomer (New Tarahan - Kalianda) Kota Agung Incomer (B.Kemuning - Besai) Menggala pi Incomer (Pagelaran-Batutegi) Seputih Banyak Gedong Tataan Kalianda PLTP Ulubelu 1 dan 2 Teluk Ratai Bakauheni Teluk Ratai JUMLAH TEGANGAN (kV) 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 PANJANG (kms) 140 74 1 80 200 91 40 120 60 40 20 60 90 40 1.056 PROGRESS (%) 96,2 5 COD 2009 2009 2010 2010 2010 2010 2011 2012 2012 2013 2013 2013 2014 2014
100 51,75
100
83.38
58
4.10.4 Perkiraan Kebutuhan Investasi Untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan 5 tahun kedepan tersebut, dibutuhkan investasi sekitar USD 1.773,5 juta, dengan rinciannya adalah pembangkitan USD 1.342,4 juta, transmisi USD 111,1 juta, gardu induk USD 52,6 juta dan program EBT USD 267,4 juta. Tabel 4.60 Rekapitulasi Infrastruktur dan Kebutuhan Investasi Provinsi Lampung
No 1 2 3 4 Uraian Pembangkit Tenaga Listrik (MW) Transmisi Tenaga Listrik (kms) Gardu Induk (MVA) Program EBT dan Jaringan - PLTS 50 Wp Tersebar - PLTS Terpusat 15 kW - PLTMH (kW) - PLT Angin (kW) - Gardu Distribusi (Unit/kVA) - JTM (kms) - JTR (kms) - PLTD (Unit/kW) Volume 664 1.056 650 57.500 8 1.650 320 1.540 78.250 7.000 6.290 2010 s.d 2014 Investasi (juta USD) 1.342,4 111,1 52,6 40,2 3,2 8,8 1,9 21,3 144,1 47,9 1.773,5
59
4.11 Provinsi Banten 4.11.1 Kondisi Sistem Sistem kelistrikan di Provinsi Provinsi Banten adalah merupakan bagian dari sistem interkoneksi Jawa-Madura-Bali. Pasokan utama untuk kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Provinsi Banten selain dari sistem transmisi 500 kV dan 150 kV adalah PLTU Suralaya, PLTU/PLTGU Muara Tawar. Saat ini rasio elektrifikasi Provinsi Banten mencapai 63,90% dan rasio desa berlistrik sebesar 99,33%. Adapun daftar tunggu PLN telah mencapai 40.340 permintaan atau sebesar 304,9 MVA. Gambar 4.11 Kondisi Kelistrikan Provinsi Banten
SISTEM INTERKONEKSI JAMALI Kapasitas terpasang : 22.679 MW Daya mampu : 17.453 MW Beban puncak : 17.234 MW Surplus : 219 MW
Keterangan: - Pemadaman di Region Jakarta & Banten: 159 MW - Pemadaman di Region Jawa Barat: 51 MW
4.11.2 Neraca Daya Provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali sistem kelistrikannya telah terinterkoneksi dengan baik pada jaringan transmisi tenaga listrik 150 kV dan 500 kV yang dikenal dengan nama Sistem Interkoneksi Jawa-Madura-Bali. Dengan demikian, neraca daya seluruh provinsi tersebut direpresentasikan oleh neraca daya Sistem Interkoneksi Jawa-Madura-Bali, dimana pada tahun 2010 dan 2011 sistem berada pada kondisi baik, sedangkan pada tahun 2012, 2013 dan 2014 kapasitas sistem belum dapat memenuhi beban puncak yang ada sehingga mengalami defisit.
60
4.11.3 Rencana Tambahan Infrastruktur Ketenagalistrikan Asumsi pertumbuhan penduduk di Jawa Madura Bali diperkirakan 1% per tahun dan pertumbuhan PDRB untuk periode yang sama diproyeksikan sebesar 6,1% per tahun, sehingga dengan asumsi tersebut pertumbuhan permintaan energi listrik diperkirakan akan tumbuh rata-rata sebesar 10,0% per tahun. Dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Banten, telah direncanakan tambahan infrastruktur ketenagalistrikan dari tahun 2010-2014 sebagai berikut: Pembangkit tenaga listrik sebesar 2.280 MW (sekitar 925 MW diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2010). Transmisi tenaga listrik 1.710 kms (termasuk Provinsi DKI Jakarta). Gardu induk 15.244 MVA (termasuk Provinsi DKI Jakarta). Program energi baru terbarukan (EBT) dan jaringan: o PLTS 50 WP tersebar sebanyak 39.225 unit. o PLTS terpusat 15 kW 8 unit. o PLTMH 307 kW. o Gardu distribusi 1.640 unit (80.000 kVA) o Jaringan Tegangan Menengah 4.890 kms o Jaringan Tegangan Rendah 4.360 kms.
61
Tabel 4.62 Rencana Penambahan Kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik Provinsi Banten
Rencana PLTU PLTU PLTU PLTU PLTP 2 Banten (Labuan) 2 Banten (Labuan) 1 Banten (Suralaya) 3 Banten (Teluk Naga/Lontar) Rawa Dano JUMLAH Total Pendek 300 MW 300 MW 625 MW 3 x 1 x 1.225,0 MW 2.280 315 MW 110 MW Jangka Menengah/Panjang Progress 99% 99% 88% 60% COD 2009 2010 2010 2011 2014 Keterangan Perpres 71 Perpres 71 Perpres 71 Perpres 71 IPP
1 x
1.055 MW MW
Tabel 4.63 Rencana Pengembangan Jaringan Transmisi Tenaga Listrik Region Banten dan DKI Jakarta
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 DARI Balaraja Suralaya New Balaraja Durikosambi (GIS) Balaraja Lengkong Balaraja New Durikosambi Taman Rasuna/Pancoran (GIS) Curug/Lippo Karawaci Labuan PLTU Labuan PLTU Menes II Saketi II Senayan Baru Angke Gandul Cawang New Tangerang Gandul Cikupa Kelapa Gading Pondok Indah (UGC) Bogor Baru Cibinong Antasari/CSW II/Kenvil Lautan Stell Gandaria 150 Gandaria 150 (GIS) Lengkong Bintaro II Semanggi Barat (Box) Gedung Pola Duren Tiga New Senayan Tanah Tinggi (GIS) Jatiwaringin Rangkasbitung II Kedung Badak II Ciawi Baru Muaratawar Bogor baru Malingping Mangga Besar II/G.Sahari Millenium Muarakarang II/Kapuk Cakung TownShip Muarakarang KE Inc.(Slya-Gdl) Suralaya Old Suralaya Baru Kembangan Kembangan Inc. (Blrja-Gndul) JUMLAH 500 kV Balaraja Petukangan Duren Tiga Inc. (Cldug-Ckupa) Saketi II Menes II Asahimas Rangkasbitung II Kembangan Ancol Serpong Duren Tiga Cengkareng Petukangan Balaraja Incomer (Pgsan-Plpng) Gandul Sentul Sentul (Drtga/Kemang-Kenvil) Inc. (Blrja-Citra) Cibinong Cibinong Serpong Bintaro Semanggi Timur (Box) Manggarai Kemang Senayan Inc. (Gmblm-Plmas) Inc. (Pdklp-Jtngn) Kopo Depok III Cibadak Baru II Inc. (Bkasi-Kdsapi) Cianjur Saketi II Kemayoran Inc. (Lautan-Citra) Inc (Mkrang-Dksbi) Inc. (Kdspi-Bekasi) Angke TEGANGAN (kV) 500 500 500 500 500 500 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 PANJANG (kms) 2 3 80 6 80 2 173 20 52 9 4 46 20 110 59 22 10 40 10 14 28 23 2 14 20 18 10 4 24 24 40 14 1 4 6 6 4 24 34 46 52 40 91 80 16 6 10 10 11 PROGRESS (%) 96,2 100 COD 2009 2010 2011 2012 2012 2013 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2012 2012 2012 2012 2012
100
79,35
73,62
62
NO. 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72
DARI Semanggi Barat (Box) Durikosambi II/Daanmogot Semanggi Barat (GIS) Jatirangon II/Cibubur Cileungsi II/Jonggol Asahimas II Bogor II Lembursitu Baru Cimanggis II/Kota Kembang Pelabuhan Ratu II Bogor Kota (IPB) Cilegon Baru II Lengkong New Petukangan Bintaro Cibadak Baru II Bayah Ciledug II/Alam sutra Kemayoran II Karet New Depok II (GIS) Bekasi II Kracak Baru PLTP Rawa Dano
KE Karet Inc.(Dksbi-Mkrng) Inc.(Mpang_Karetlm) Cileungsi II Cibinong Asahimas Bogor Baru Cianjur Inc. (Cmgis-Depok III) Ubrug 150 Kedung Badak Cilegon Baru Lengkong Bintaro Serpong Inc. (Cbdru-Jbstn) Pelabuhan Ratu Inc.(Cldug-Cikupa) Inc. (Priok-Plpng) Karet Depok III Inc (Bkasi-Ksbru) Kedung Badak Inc. (Menes - Asahimas) JUMLAH 150 kV
TEGANGAN (kV) 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
PROGRESS (%)
COD 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2013 2013 2013 2013 2013 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014
Tabel 4.64 Rencana Pengembangan Gardu Induk Region Banten dan DKI Jakarta
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 LOKASI Gandul Balaraja Kembangan Cawang Gandul Cilegon Muaratawar Balaraja Depok III/Rawadenok Cawang (GIS) Durikosambi Kembangan Lengkong Karet Lama Plumpang Teluk Naga Senayan Baru (GIS) Muarakarang Balaraja New Citrahabitat Pasar Kemis Curug/Lippo Karawaci Gandul Kemayoran Lengkong Taman Rasuna Said (GIS) Puncak Ardi Mulya RASIO TRAFO (kV) 500/150 500/150 500/150 500/150 500/150 500/150 500/150 500/150 500/150 500/150 500/150 500/150 500/150 JUMLAH 500/150 kV 150/70 JUMLAH 150/70 kV 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 KAPASITAS (MVA) 500 500 166 166 166 166 500 500 500 500 1.000 500 5.164 100 100 60 60 120 60 60 60 60 60 60 60 60 120 60 PROGRESS (%) COD 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2012 2012 2012 2013 2013 2013 2010 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009
63
65,07 99,74 45
NO. 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82
LOKASI Menes II Cimanggis Jatake Miniatur MuaraKarang Kelapa Gading (GIS) Pondok Indah (GIS) Bogor Baru Kopo Saketi II Cikande Semen Cibinong Cibinong Puncak Ardi Mulya Gandaria 150 (GIS) New Senayan Tanah Tinggi (GIS) Taman Rasuna Said (GIS) Bintaro II (GIS) Antasari/CSW II (GIS) Lippo Curug Lautan Steel Ciledug Durentiga (GIS) Kebonsirih (GIS) Legok Danayasa (GIS) Durikosambi Tangerang Baru Cipinang (GIS) Kandangsapi (GIS) Manggabesar Lengkong Ext Balaraja Gedung Pola Manggarai Dukuh Atas Ketapang Mangga Besar Kebon Sirih Gambir Lama Duren Tiga Kemang Senayan Jatiwaringin Balaraja New Kedung Badak II Rangkasbitung II Cibadak Baru Serang Ciawi Baru Sentul Cibinong Malingping Cilegon Lama
RASIO TRAFO (kV) 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20
KAPASITAS (MVA) 120 60 60 60 60 60 120 60 60 120 60 60 60 60 180 120 120 60 120 120 60 180 60 60 60 120 60 60 60 60 60 60 60 60 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 60 120 120 60 60 120 60 60 60 60
COD 2009 2009 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011
64
89,7
89,99
86
15 99,95
NO. 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131
RASIO TRAFO (kV) Mangga Besar II GIS/Gunung Sahari 150/20 Muarakarang II/Kapuk (PIK) 150/20 Millenium 150/20 Abadi GunaPapan 150/20 Grogol (GIS) 150/20 Durikosambi II (GIS)/Daanmogot 150/20 Semanggi Barat (GIS) 150/20 Cakung Township 150/20 Citrahabitat 150/20 Jatirangon II/Cibubur 150/20 Bogor Kota (GIS) 150/20 Asahimas II 150/20 Bogor II 150/20 Cileungsi II/Jonggol 150/20 Cimanggis II/Kotakembang 150/20 Lembursitu Baru 150/20 Depok III/Rawadenok 150/20 Pelabuhan Ratu II 150/20 Ciawi Baru 150/20 Puncak Ardi Mulya 150/20 Cilegon Baru II 150/20 Legok 150/20 Tigaraksa 150/20 Tangerang Baru 150/20 Plumpang 150/20 Teluk Naga 150/20 Durikosambi 150/20 Lippo Curug 150/20 Bayah 150/20 Serang 150/20 Kedung Badak II 150/20 Menes II 150/20 Cibadak Baru II 150/20 Kelapa Gading (GIS) 150/20 Bintaro II 150/20 Sepatan 150/20 Pondok Indah (GIS) 150/20 Kemayoran II 150/20 Ciledug II/Alam Sutra 150/20 Karet New 150/20 Pasar Kemis 150/20 Kandangsapi (GIS) 150/20 Depok II (GIS) 150/20 Bekasi II 150/20 Kracak Baru 150/20 Lembursitu Baru 150/20 Depok III/Rawadenok 150/20 JUMLAH 150/20 kV Depok Baru 70/20 Bunar 70/20 JUMLAH 70/20 kV LOKASI
KAPASITAS (MVA) 120 100 180 60 60 120 120 100 60 100 120 60 120 120 120 120 60 60 60 60 120 60 60 60 60 60 60 120 60 60 60 60 120 60 60 60 60 100 200 60 60 60 200 120 120 60 60 9.920 30 30 60
PROGRESS (%) 20
COD 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2011 2011
74,03
0 0 98,39
99
88,66
65
Pem. Gardu Distribusi (Unit/kVA) Pembangunan JTM (KMS) Pembangunan JTR (KMS)
4.11.4 Perkiraan Kebutuhan Investasi Untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan 5 tahun kedepan tersebut, dibutuhkan investasi sekitar USD 5.100,8 juta, dengan rinciannya adalah pembangkitan USD 3.063 juta, transmisi USD 877,8 juta, gardu induk USD 978,3 juta dan program EBT USD 181,7 juta. Tabel 4.66 Rekapitulasi Infrastruktur dan Kebutuhan Investasi Provinsi Banten
Uraian Pembangkit Tenaga Listrik (MW) Transmisi Tenaga Listrik (kms) Gardu Induk (MVA) Program EBT dan Jaringan - PLTS 50 Wp Tersebar - PLTS Terpusat 15 kW - PLTMH (kW) - PLT Angin (kW) - Gardu Distribusi (Unit/kVA) - JTM (kms) - JTR (kms) - PLTD (Unit/kW) Volume 2.280 1.710 15.244 39.225 8 307 0 1.640 80.000 4.890 4.360 0 2010 s.d 2014 Investasi (juta USD) 3.063,0 877,8 978,3 27,4 3,2 0,6 15,1 94,7 40,7 5.100,8
66
4.12 Provinsi DKI Jakarta 4.12.1 Kondisi Sistem Kebutuhan kelistrikan di Provinsi DKI Jakarta dilayani dari energi transfer dari sistem interkoneksi Jawa-Madura-Bali (JAMALI) sebagai pemasok utama melalui jaringan SUTET (500 kV) dan SUTT (150 kV dan 70 kV), disamping pasokan dari PLTU-PLTGU Muara Karang dan Priok. Sistem Jamali dalam kondisi Siaga. Saat ini rasio elektrifikasi Provinsi DKI Jakarta sudah mencapai 100,00% dan rasio desa berlistrik sebesar 100,00%. Gambar 4.12 Kondisi Kelistrikan Provinsi DKI Jakarta
SISTEM INTERKONEKSI JAMALI Kapasitas terpasang : 22.679 MW Daya mampu : 17.453 MW Beban puncak : 17.234 MW Surplus : 219 MW
Keterangan: - Pemadaman di Region Jakarta & Banten: 159 MW - Pemadaman di Region Jawa Barat: 51 MW
4.12.2 Neraca Daya Provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali sistem kelistrikannya telah terinterkoneksi dengan baik pada jaringan transmisi tenaga listrik 150 kV dan 500 kV yang dikenal dengan nama Sistem Interkoneksi Jawa-Madura-Bali. Dengan demikian, neraca daya seluruh provinsi tersebut direpresentasikan oleh neraca daya Sistem Interkoneksi Jawa-Madura-Bali, dimana pada tahun 2010 dan 2011 sistem berada pada kondisi baik, sedangkan pada tahun 2012, 2013 dan 2014 kapasitas sistem belum dapat memenuhi beban puncak yang ada sehingga mengalami defisit.
67
4.12.3 Rencana Tambahan Infrastruktur Ketenagalistrikan Asumsi pertumbuhan penduduk di Jawa Madura Bali diperkirakan 1% per tahun dan pertumbuhan PDRB untuk periode yang sama diproyeksikan sebesar 6,1% per tahun, sehingga dengan asumsi tersebut pertumbuhan permintaan energi listrik diperkirakan akan tumbuh rata-rata sebesar 10,0% per tahun. Dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga listrik di Provinsi DKI Jakarta, telah direncanakan tambahan infrastruktur ketenagalistrikan dari tahun 20102014 sebagai berikut: Pembangkit tenaga listrik sebesar 1.437 MW (sekitar 694 MW diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2010) Transmisi tenaga listrik masuk dalam rekap Provinsi Banten. Gardu induk masuk dalam rekap Provinsi Banten. Program energi baru terbarukan (EBT) dan jaringan: o PLTS 50 WP tersebar sebanyak 300 unit Tabel 4.68 Rencana Penambahan Kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik Provinsi DKI Jakarta
Rencana PLTGU PLTGU PLTGU PLTGU Muara Karang Muara Karang Priok Extension Priok Extension JUMLAH Total Jangka Menengah/Panjang Progress 69,88% 69,88% 500 MW 243 MW 694,0 MW 1.437 743 MW MW COD 2009 2010 2011 2012 Keterangan PLN PLN PLN PLN
68
4.12.4 Perkiraan Kebutuhan Investasi Untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan 5 tahun kedepan tersebut, dibutuhkan investasi sekitar USD 1.337,2 juta, dengan rinciannya adalah pembangkitan USD 1.337 juta dan program EBT USD 0,2 juta. Tabel 4.69 Rekapitulasi Infrastruktur dan Kebutuhan Investasi Provinsi DKI Jakarta
No 1 2 3 4 Uraian Pembangkit Tenaga Listrik (MW) Transmisi Tenaga Listrik (kms) Gardu Induk (MVA) Program EBT dan Jaringan - PLTS 50 Wp Tersebar - PLTS Terpusat 15 kW - PLTMH (kW) - PLT Angin (kW) - Gardu Distribusi (Unit/kVA) - JTM (kms) - JTR (kms) - PLTD (Unit/kW) 2010 s.d 2014 Volume Investasi (juta USD) 1.437 1.337,0
300
0,2 1.337,2
4.13 Provinsi Jawa Barat 4.13.1 Kondisi Sistem Sistem kelistrikan di Provinsi Jawa Barat adalah merupakan bagian dari sistem interkoneksi Jawa-Madura-Bali. Pasokan utama untuk kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Jawa Barat selain dari sistem transmisi 500 kV dan 150 kV adalah PLTA Saguling dan PLTA Cirata. Saat ini rasio elektrifikasi Provinsi Jawa Barat sudah mencapai 67,40% dan rasio desa berlistrik sebesar 99,81%. Sementara daftar tunggu PLN telah mencapai 131.718 permintaan atau sebesar 176,9 MVA.
69
SISTEM INTERKONEKSI JAMALI Kapasitas terpasang : 22.679 MW Daya mampu : 17.453 MW Beban puncak : 17.234 MW Surplus : 219 MW
Keterangan: - Pemadaman di Region Jakarta & Banten: 159 MW - Pemadaman di Region Jawa Barat: 51 MW
4.13.2 Neraca Daya Provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali sistem kelistrikannya telah terinterkoneksi dengan baik pada jaringan transmisi tenaga listrik 150 kV dan 500 kV yang dikenal dengan nama Sistem Interkoneksi Jawa-Madura-Bali. Dengan demikian, neraca daya seluruh provinsi tersebut direpresentasikan oleh neraca daya Sistem Interkoneksi Jawa-Madura-Bali, dimana pada tahun 2010 dan 2011 sistem berada pada kondisi baik, sedangkan pada tahun 2012, 2013 dan 2014 kapasitas sistem belum dapat memenuhi beban puncak yang ada sehingga mengalami defisit. Tabel 4.70 Neraca Daya Sistem Interkoneksi Jawa-Madura-Bali
Uraian Kebutuhan Rumah tangga Publik Komersial Industri Total Kebutuhan Pertumbuhan Susut & Losses (T&D) Susut Pemakaian Sendiri Total Susut & Losses Beban Puncak Daya Terpasang Daya Tambahan Cadangan Daya GWh GWh GWh GWh GWh % % % % MW MW MW MW 53.778 7.980 24.615 47.484 133.856 9,3 9,3 4,0 13,3 23.084 19.257 4.311 484 60.565 8.900 27.689 49.337 146.491 9,4 9,2 4,0 13,2 25.240 26.484 4.219 5.463 68.257 9.926 31.081 51.208 160.471 9,5 9,1 4,0 13,1 27.624 21.858 3.383 -2.383 76.964 11.070 34.824 53.101 175.958 9,7 9,0 4,0 13,0 30.264 18.804 2.630 -8.830 86.814 12.345 38.951 55.018 193.129 9,8 8,9 4,0 12,9 33.188 16.687 4.882 -11.619 2010 2011 2012 2013 2014
70
4.13.3 Rencana Tambahan Infrastruktur Ketenagalistrikan Asumsi pertumbuhan penduduk di Jawa Madura Bali diperkirakan 1% per tahun dan pertumbuhan PDRB untuk periode yang sama diproyeksikan sebesar 6,1% per tahun, sehingga dengan asumsi tersebut pertumbuhan permintaan energi listrik diperkirakan akan tumbuh rata-rata sebesar 10,0% per tahun. Dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Jawa Barat, telah direncanakan tambahan infrastruktur ketenagalistrikan dari tahun 20102014 sebagai berikut: Pembangkit tenaga listrik sebesar 7.538 MW (sekitar 1.102 MW diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2010). Transmisi tenaga listrik 2.834 kms. Gardu induk 11.080 MVA. Program energi baru terbarukan (EBT) dan jaringan: o PLTS 50 WP tersebar sebanyak 34.825 unit. o PLTS terpusat 15 kW 8 unit. o PLTMH 400 kW. o Gardu distribusi 1.390 unit (69.500 kVA). o Jaringan Tegangan Menengah 4.120 kms o Jaringan Tegangan Rendah 4.460 kms. Tabel 4.71 Rencana Penambahan Kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik Provinsi Jawa Barat
Rencana PLTU PLTG PLTM PLTM PLTGU PLTGU PLTU PLTG PLTU PLTP PLTP PLTGU PLTP PLTP PLTP PLTP PLTP PLTP PLTA PLTP PLTP PLTU PLTA PLTA PLTP PLTP PLTP PLTP PLTP PLTP PLTP 1 Jabar (Indramayu) Cikarang Listrindo Cikotok Girimukti, Cianjur Muara Tawar Blok #5 Muara Tawar Add-On 2,3,4 2 Jabar (Pelabuhan Ratu) Cikarang Listrindo Cirebon Wayang Windu Darajat Muara Tawar Add-On 2,3,4 Kamojang 5 Tangkuban Perahu I Karaha Bodas Salak Patuha Darajat Upper Cisokan PS Kamojang 6 Tangkuban Perahu I Indramayu Baru Rajamandala Jatigede Patuha Wayang Windu Cisolok-Cisukarame Cibuni Tampomas Tangkuban Perahu II Karaha Bodas JUMLAH Total 3 x Pendek 330 100 4 8 MW MW MW MW 1 x 3 x 234 150 350 50 660 120 55 350 60 55 30 40 60 55 250 40 55 1000 47 110 60 120 50 10 45 30 55 MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW Jangka Menengah/Panjang Progress 81% COD 2010 2010 2010 2010 2011 2011 2011 2011 2011 2012 2012 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 Keterangan Perpres 71 IPP IPP IPP PLN PLN Perpres 71 IPP IPP IPP IPP PLN PLN PLN IPP IPP IPP IPP PLN PLN PLN PLN IPP IPP IPP IPP IPP IPP IPP IPP IPP
52% 69,00%
1 1 3 1 1 1 1 2 1 4 1 1 1
x x x x x x x x x x x x x
1 1 1 1 1 2 2 1.102,0 MW 7.538
x x x x x x x
6.436 MW MW
71
Tabel 4.72 Rencana Pengembangan Jaringan Transmisi Tenaga Listrik Region Jawa Barat
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
NO. 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62
DARI Ujungberung Paiton Indramayu PLTU Indramayu PLTU Tambun Tambun Upper Cisokan PLTA (Kit) PLTU Indramayu Jabar Utara PLTU Padalarang Sukamandi 150 Cianjur Sukamandi 150 Sukatani /Gobel PLTU Kanci/Cirebon Jatiluhur Cikarang Lippo
DARI Dago Pakar Braga (GIS) Malangbong II Malangbong Cikedung Cikijing Cibabat II (GIS) Karang Nunggal Dayeuhkolot/Cigereleng II Ujung Berung New Bekasi Utara/Tarumanegara Tambun New Bandung Timur II Bandung Selatan Kosambi Baru Jatiluhur II Kanci Kiaracondong II PLTP Patuha Panasia II Arjawinangun II Cikumpay II/Sadang Rengasdengklok II Kadipaten 150 Majalaya II Subang II Kuningan II Cibeureum Padalarang Ujungberung Bekasi Babakan II PLTP Tangkuban Perahu I PLTP Karaha Bodas Tambun II Bandung Selatan II/Ketapang Cibabat III Indramayu New PLTP Cisolok-Cisukarame PLTP Tampomas PLTP Tangkuban Perahu II Wayang Windu Tanggeung Arjawinangun PLTP Cibuni
KE Inc. (Mdcan-Bdsln) Grati 3rd Cibatu Mandirancan Cibatu Inc. (Bkasi-Cibinong) Incomer (Cibng-Sglng) Cibatu JUMLAH 500 kV Sukamandi Bandung Utara Kosambi baru Cigereleng Pabuaran Inc. (Bkasi-Ksbru) Inc. (Sragi-Brebes) Padalarang Inc. (Gdmkr-Cbatul)
KE Bandung Utara Cigereleng New Tasikmalaya Cikijing Inc. (Jtbrg - Hrgls) Mandirancan Inc. (Cbbat - Cbrem) Tasikmalaya New Inc. (Bdsln-Cgrlg) Rancaekek Inc. (Bkasi-Ksbru) Tambun Ujungberung Cigereleng Bekasi PLTA Jatiluhur Inc. (PLTU Kanci-Brebes) Inc. (Bdsln-Ubrng) Lagadar Inc. (Pnsia-Bdslni) Inc.(Arjwn-Mdcan) Inc. (Crata-Ckpay) Inc (Ksbru-Bkasi) Inc. (Sragi-Ujbrg) Rancakasumba Perwakarta Inc. (Ckjing - Mdcan) Cibabat II Cibabat Bandung Utara Kosambi baru Inc.(Kanci-Ubrng) Bandung Utara Garut Inc. (Pdklp-Tmbun) Incomer (Cnjur-Bdsln) Padalarang Indramayu Pelabuhan Ratu Inc. (Rancaengkek - Cikasungka) PLTP Tangkuban Perahu I JUMLAH 150 kV Sentosa Cianjur Palimanan Inc. (Cianjur-Tangeung) JUMLAH 70 kV
TEGANGAN (kV) 500 500 500 500 500 500 500 500 150 150 150 150 150 150 150 150 150
TEGANGAN (kV) 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 70 70 70 70
PROGRESS (%)
COD 2011 2012 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2009 2009 2009 2010 2010 2010 2010 2010 2010
COD 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2009 2010 2012 2014
93
PROGRESS (%)
85
72
100
0 0 0 15 0 15
70
73
LOKASI Lagadar Tambun Padalarang Baru Kamojang Tasikmalaya New Bandung Timur II Jatiluhur II Kanci Tasikmalaya Kiaracondong II (GIS) Muaratawar Kamojang Darajat Ciamis Jababeka Pabuaran Ciamis Cibeureum Maligi Pinayungan Dawuan Kiarapayung Garut Fajar Surya.W Mandirancan Ujung berung Haurgeulis Bandung Selatan Bandung Selatan Cikedung Cibabat II (GIS) Tasikmalaya Arjawinangun II Cikumpay II/Sadang Majalaya II Subang II Kadipaten II Rengasdengklok II Kuningan II Patuha Rancakasumba/Panyadap Lagadar Sunyaragi Panasia II Cikasungka Ujung Berung New Sukatani/Gobel Babakan II Sukamandi Parung Mulya Cianjur Bandung Selatan II/Ketapang Tambun II Cibabat III New Ujungberung
RASIO TRAFO (kV) 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 JUMLAH 150/20 kV
KAPASITAS (MVA) 60 120 60 30 60 180 120 60 60 120 120 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 120 120 120 120 120 120 120 60 60 60 60 120 60 60 60 120 60 60 120 120 120 120 60 6.930
PROGRESS (%)
COD 2011 2011 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2014 2014 2014 2014 2014
99,75
74
NO. 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 Cangkring Babakan Sumadra Tanggeung Kuningan Arjawinangun Subang Pangandaran Pameungpeuk Babakan Arjawinangun Parakan Santosa Cangkring Sumedang
LOKASI
RASIO TRAFO (kV) 70/20 70/20 70/20 70/20 70/20 70/20 70/20 70/20 70/20 70/20 70/20 70/20 70/20 70/20 70/20 JUMLAH 70/20 kV
PROGRESS (%)
COD 2009 2009 2010 2010 2010 2010 2011 2011 2011 2011 2011 2012 2012 2012 2012
Pem. Gardu Distribusi (Unit/kVA) Pembangunan JTM (KMS) Pembangunan JTR (KMS)
4.13.4 Perkiraan Kebutuhan Investasi Untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan 5 tahun kedepan tersebut, dibutuhkan investasi sekitar USD 9.894,8 juta, dengan rinciannya adalah pembangkitan USD 8.172,3 juta, transmisi USD 875,2 juta, gardu induk USD 681,6 juta dan program EBT USD 165,7 juta.
75
Tabel 4.75 Rekapitulasi Infrastruktur dan Kebutuhan Investasi Provinsi Jawa Barat
Uraian Pembangkit Tenaga Listrik (MW) Transmisi Tenaga Listrik (kms) Gardu Induk (MVA) Program EBT dan Jaringan - PLTS 50 Wp Tersebar - PLTS Terpusat 15 kW - PLTMH (kW) - PLT Angin (kW) - Gardu Distribusi (Unit/kVA) - JTM (kms) - JTR (kms) - PLTD (Unit/kW) Volume 7.538 2.373 11.080 34.825 8 400 0 1.390 69.500 4.120 4.460 0 2010 s.d 2014 Investasi (juta USD) 8.172,3 875,2 681,6 24,3 3,2 2,2 13,5 79,3 43,2 9.894,8
4.14 Provinsi Jawa Tengah 4.14.1 Kondisi Sistem Sistem kelistrikan di Provinsi Jawa Tengah adalah merupakan bagian dari sistem interkoneksi Jawa-Madura-Bali. Pasokan utama untuk kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Jawa Tengah selain dari sistem transmisi 500 kV dan 150 kV adalah PLTU/PLTGU Tambaklorok, PLTA Mrica, PLTU Cilacap, dan PLTP Dieng. Saat ini rasio elektrifikasi Provinsi Jawa Tengah sudah mencapai 71,24% dan rasio desa berlistrik sebesar 100,00%. Sementara daftar tunggu PLN telah mencapai 136.588 permintaan atau sebesar 110,2 MVA.
76
SISTEM INTERKONEKSI JAMALI Kapasitas terpasang : 22.679 MW Daya mampu : 17.453 MW Beban puncak : 17.234 MW Surplus : 219 MW
Keterangan: - Pemadaman di Region Jakarta & Banten: 159 MW - Pemadaman di Region Jawa Barat: 51 MW
4.14.2 Neraca Daya Provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali sistem kelistrikannya telah terinterkoneksi dengan baik pada jaringan transmisi tenaga listrik 150 kV dan 500 kV yang dikenal dengan nama Sistem Interkoneksi Jawa-Madura-Bali. Dengan demikian, neraca daya seluruh provinsi tersebut direpresentasikan oleh neraca daya Sistem Interkoneksi Jawa-Madura-Bali, dimana pada tahun 2010 dan 2011 sistem berada pada kondisi baik, sedangkan pada tahun 2012, 2013 dan 2014 kapasitas sistem belum dapat memenuhi beban puncak yang ada sehingga mengalami defisit. Tabel 4.76 Neraca Daya Sistem Interkoneksi Jawa-Madura-Bali
Uraian Kebutuhan Rumah tangga Publik Komersial Industri Total Kebutuhan Pertumbuhan Susut & Losses (T&D) Susut Pemakaian Sendiri Total Susut & Losses Beban Puncak Daya Terpasang Daya Tambahan Cadangan Daya GWh GWh GWh GWh GWh % % % % MW MW MW MW 53.778 7.980 24.615 47.484 133.856 9,3 9,3 4,0 13,3 23.084 19.257 4.311 484 60.565 8.900 27.689 49.337 146.491 9,4 9,2 4,0 13,2 25.240 26.484 4.219 5.463 68.257 9.926 31.081 51.208 160.471 9,5 9,1 4,0 13,1 27.624 21.858 3.383 -2.383 76.964 11.070 34.824 53.101 175.958 9,7 9,0 4,0 13,0 30.264 18.804 2.630 -8.830 86.814 12.345 38.951 55.018 193.129 9,8 8,9 4,0 12,9 33.188 16.687 4.882 -11.619 2010 2011 2012 2013 2014
77
4.14.3 Rencana Tambahan Infrastruktur Ketenagalistrikan Asumsi pertumbuhan penduduk di Jawa Madura Bali diperkirakan 1% per tahun dan pertumbuhan PDRB untuk periode yang sama diproyeksikan sebesar 6,1% per tahun, sehingga dengan asumsi tersebut pertumbuhan permintaan energi listrik diperkirakan akan tumbuh rata-rata sebesar 10,0% per tahun. Dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Jawa Tengah, telah direncanakan tambahan infrastruktur ketenagalistrikan dari tahun 20102014 sebagai berikut: Pembangkit tenaga listrik sebesar 3.780 MW (sekitar 630 MW diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2010). Transmisi tenaga listrik 2.104 kms (termasuk Provinsi D.I. Yogyakarta). Gardu induk 6.616 MVA (termasuk Provinsi D.I. Yogyakarta). Program energi baru terbarukan (EBT) dan jaringan: o PLTS 50 WP tersebar sebanyak 14.550 unit. o PLTS terpusat 15 kW 9 unit. o PLTMH 900 kW. o Gardu distribusi 1.175 unit (62.500 kVA). o Jaringan Tegangan Menengah 3.690 kms. o Jaringan Tegangan Rendah 3.350 kms. Tabel 4.77 Rencana Penambahan Kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik Provinsi Jawa Tengah
Rencana PLTU PLTU PLTU PLTP PLTP PLTP PLTP PLTP PLTU 1 Jateng (Rembang) Tanjung Jati B Exp 2 Jateng (Cilacap Baru/Adipala) Dieng Dieng Ungaran Baturaden Guci Jawa Tengah (Infrastruktur) JUMLAH Total 2 x Jangka Menengah/Panjang Progress 89% 18,00% COD 2010 2012 2013 2013 2014 2014 2014 2014 2014 Keterangan Perpres 71 IPP Perpres 71 IPP IPP IPP IPP IPP IPP
Pendek 315 MW
2 1 1 1 1 2 1
x x x x x x x
MW MW MW MW MW MW MW MW
630,0 MW 4.055
3.425 MW MW
78
Tabel 4.78 Rencana Pengembangan Jaringan Transmisi Tenaga Listrik Region Jawa Tengah dan D. I. Yogyakarta
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 DARI Tanjung Jati Rawalo/Kesugihan Pemalang Cilacap PLTU Jateng PLTU Mandirancan Wonogiri Wonosari Pati Palur Blora Jekulo Jekulo Cilacap PLTU Temanggung Kudus Kebasen II/Bala Pulang Purwodadi Palur II/Gondangrejo Tanjung jati Wonosobo Bumiayu Bumiayu Pekalongan Pracimantoro/Muntoronadi Kebasen Batang Pemalang New Pekalongan II/Kajen Pemalang Pemalang New Rawalo Rawalo New /Kesugihan PLTP Baturaden PLTP Guci PLTP Ungaran KE Inc Tx (Ungar-Pedan) Inc (Pedan-Tasik) Inc. (Ungar-Mdcan) Rawalo Pemalang Tx (Ungar-Pedan) JUMLAH 500 kV Wonosari Solo Baru Rembang Solo Baru Rembang Kudus Pati Rawalo Wonosobo Purwodadi Inc. (Kbsen-Bmayu) Ungaran Inc.(Palur-Jajar) Sayung Secang Kebasen Kalibakal Batang Inc.(Pctan-Wngri) Pemalang Wleri (inc Btang-Wleri) Inc. (Pklon-Pmlang) Pekalongan Pemalang Gombong Rawalo Old Inc. (Rawalo - Kalibakal) Inc. (Kalibakal - Bumiayu) Ungaran JUMLAH 150 kV TEGANGAN (kV) 500 500 500 500 500 500 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 PANJANG (kms) 260 8 2 60 60 400 790 63 9 66 23 58 22 33 44 22 63 2 49 10 120 96 87 72 33 10 57 62 40 20 61 16 86 10 20 20 40 1.314 PROGRESS (%) 100 100 COD 2010 2010 2013 2013 2014 2014 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2010 2010 2010 2010 2010 2011 2011 2011 2011 2011 2012 2012 2012 2012 2013 2013 2013 2013 2014 2014 2014 2014 2014
100 20
20 19
Tabel 4.79 Rencana Pengembangan Gardu Induk Region Jawa Tengah dan D. I. Yogyakarta
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 LOKASI Tanjung Jati B PLTU Pedan Cilacap PLTU Pemalang Rawalo/Kesugihan Bumiayu Wonosobo Pandeanlamper Kalibakal Pedan Mangkunegaran Sanggrahan Rawalo New Jekulo RASIO TRAFO (kV) 500/150 500/150 500/150 500/150 500/150 JUMLAH 500/150 kV 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 KAPASITAS (MVA) 1.000 500 1.000 500 3.000 30 60 60 60 60 60 60 60 60 PROGRESS (%) COD 2011 2012 2013 2013 2013 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2010 2010
79
45,31
NO. 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67
LOKASI Pekalongan Klaten Bringin Tambaklorok Pati Rawalo Kaliwungu Dieng Kebasen II/Balapulang Gondangrejo/Palur II Bantul Gombong Ungaran Lomanis Majenang Blora Kentungan Sayung Temanggung Brebes Kebumen Kedungombo Simpang Lima (GIS) Purworejo Batang Mojosongo Tanjung Jati Purwodadi Banyudono Solo Baru/Solo Baru Semanu Randugarut (GIS) Secang Cepu Bawen Pracimantoro/Nguntoronadi Sanggrahan Sragen Kudus Pekalongan II/Kajen Sragen Purbalingga Wonosari Brebes Wates Mrica Rembang Tambaklorok Pandeanlamper Masaran Majenang Bawen Godean
RASIO TRAFO (kV) 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 JUMLAH 150/20 kV
PROGRESS (%)
COD 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2014 2014 2014 2014 2014 2014
15 15
15
80
Pem. Gardu Distribusi (Unit/kVA) Pembangunan JTM (KMS) Pembangunan JTR (KMS)
*)
4.14.4 Perkiraan Kebutuhan Investasi Untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan 5 tahun kedepan tersebut, dibutuhkan investasi sekitar USD 6.497,5 juta, dengan rinciannya adalah pembangkitan USD 5.667 juta, transmisi USD 427,6 juta, gardu induk USD 269,8 juta dan program EBT USD 133,2 juta. Tabel 4.81 Rekapitulasi Infrastruktur dan Kebutuhan Investasi Provinsi Jawa Tengah
No 1 2 3 4 Uraian Pembangkit Tenaga Listrik (MW) Transmisi Tenaga Listrik (kms) Gardu Induk (MVA) Program EBT dan Jaringan - PLTS 50 Wp Tersebar - PLTS Terpusat 15 kW - PLTMH (kW) - PLT Angin (kW) - Gardu Distribusi (Unit/kVA) - JTM (kms) - JTR (kms) - PLTD (Unit/kW)
Cat: transmisi, GI & jaringan termasuk Prov. DIY
2010 s.d 2014 Investasi (juta USD) 5.667,0 427,6 269,8 10,2 3,4 3,6 11,6 71,0 33,4 6.497,5
81
4.15 Provinsi D.I. Yogyakarta 4.15.1 Kondisi Sistem Sistem kelistrikan di Provinsi D.I. Yogyakarta adalah merupakan bagian dari sistem interkoneksi Jawa-Madura-Bali. Pasokan utama untuk kebutuhan tenaga listrik di Provinsi D.I. Yogyakarta adalah dari sistem transmisi 500 kV dan 150 kV. Saat ini rasio elektrifikasi Provinsi D.I. Yogyakarta sudah mencapai 84,48% dan rasio desa berlistrik sebesar 100,00%. Sementara daftar tunggu PLN telah mencapai 4.562 permintaan atau sebesar 6,4 MVA. Gambar 4.15 Kondisi Kelistrikan Provinsi D. I. Yogyakarta
SISTEM INTERKONEKSI JAMALI Kapasitas terpasang : 22.679 MW Daya mampu : 17.453 MW Beban puncak : 17.234 MW Surplus : 219 MW
Keterangan: - Pemadaman di Region Jakarta & Banten: 159 MW - Pemadaman di Region Jawa Barat: 51 MW
4.15.2 Neraca Daya Provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali sistem kelistrikannya telah terinterkoneksi dengan baik pada jaringan transmisi tenaga listrik 150 kV dan 500 kV yang dikenal dengan nama Sistem Interkoneksi Jawa-Madura-Bali. Dengan demikian, neraca daya seluruh provinsi tersebut direpresentasikan oleh neraca daya Sistem Interkoneksi Jawa-Madura-Bali, dimana pada tahun 2010 dan 2011 sistem berada pada kondisi baik, sedangkan pada tahun 2012, 2013 dan 2014 kapasitas sistem belum dapat memenuhi beban puncak yang ada sehingga mengalami defisit.
82
4.15.3 Rencana Tambahan Infrastruktur Ketenagalistrikan Asumsi pertumbuhan penduduk di Jawa Madura Bali diperkirakan 1% per tahun dan pertumbuhan PDRB untuk periode yang sama diproyeksikan sebesar 6,1% per tahun, sehingga dengan asumsi tersebut pertumbuhan permintaan energi listrik diperkirakan akan tumbuh rata-rata sebesar 10,0% per tahun. Dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga listrik di Provinsi D.I. Yogyakarta, telah direncanakan tambahan infrastruktur ketenagalistrikan dari tahun 20102014 sebagai berikut: Transmisi tenaga listrik masuk dalam rekap Provinsi Jawa Tengah. Gardu induk masuk dalam rekap Provinsi Jawa Tengah. Program energi baru terbarukan (EBT) dan jaringan: o PLTS 50 WP tersebar sebanyak 14.550 unit. o PLTS terpusat 15 kW 4 unit. o PLT Angin 320 kW. o Gardu distribusi masuk dalam rekap Provinsi Jawa Tengah. o Jaringan Tegangan Menengah masuk dalam rekap Provinsi Jawa Tengah. o Jaringan Tegangan Rendah masuk dalam rekap Provinsi Jawa Tengah. Tabel 4.83 Program Listrik Perdesaan Provinsi D. I. Yogyakarta
KEGIATAN PLTS 50 Wp Tersebar PLTS Terpusat 15 kW PLT Angin(kW) 2010 700 2011 3.500 1 80 2012 3.225 1 80 2013 3.550 1 80 2014 3.575 1 80
83
4.15.4 Perkiraan Kebutuhan Investasi Untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan 5 tahun kedepan tersebut, dibutuhkan investasi sekitar USD 13,7 juta, dengan rinciannya adalah program EBT USD 13,7 juta. Tabel 4.84 Rekapitulasi Infrastruktur dan Kebutuhan Investasi Provinsi D. I. Yogyakarta
No 1 2 3 4 Uraian Pembangkit Tenaga Listrik (MW) Transmisi Tenaga Listrik (kms) Gardu Induk (MVA) Program EBT dan Jaringan - PLTS 50 Wp Tersebar - PLTS Terpusat 15 kW - PLTMH (kW) - PLT Angin (kW) - Gardu Distribusi (Unit/kVA) - JTM (kms) - JTR (kms) - PLTD (Unit/kW) Volume masuk dalam rekap Prov. Jateng
14.550 4 0 320
masuk dalam rekap Prov. Jateng
13,7
4.16 Provinsi Jawa Timur 4.16.1 Kondisi Sistem Sistem kelistrikan di Provinsi Jawa Timur adalah merupakan bagian dari sistem interkoneksi Jawa-Madura-Bali. Kebutuhan beban dilayani dari energi transfer dari sistem interkoneksi Jawa-Madura-Bali (JAMALI) sebagai pemasok utama melalui jaringan SUTET (500 kV) dan SUTT (150 kV dan 70 kV), serta dari pembangkit-pembangkit kecil/embedded (PLTA Wonorejo PJB, PLTM dan Captive) melalui jaringan Tegangan Menengah, pembangkit sendiri (PLTD dan PLTM Sampean Baru), dan pembangkit sewa. Saat ini rasio elektrifikasi Provinsi Jawa Timur sudah mencapai 71,55% dan rasio desa berlistrik sebesar 99,71%. Sementara daftar tunggu PLN telah mencapai 39.988 permintaan atau sebesar 739,6 MVA.
84
SISTEM INTERKONEKSI JAMALI Kapasitas terpasang : 22.679 MW Daya mampu : 17.453 MW Beban puncak : 17.234 MW Surplus : 219 MW
Keterangan: - Pemadaman di Region Jakarta & Banten: 159 MW - Pemadaman di Region Jawa Barat: 51 MW
4.16.2 Neraca Daya Provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali sistem kelistrikannya telah terinterkoneksi dengan baik pada jaringan transmisi tenaga listrik 150 kV dan 500 kV yang dikenal dengan nama Sistem Interkoneksi Jawa-Madura-Bali. Dengan demikian, neraca daya seluruh provinsi tersebut direpresentasikan oleh neraca daya Sistem Interkoneksi Jawa-Madura-Bali, dimana pada tahun 2010 dan 2011 sistem berada pada kondisi baik, sedangkan pada tahun 2012, 2013 dan 2014 kapasitas sistem belum dapat memenuhi beban puncak yang ada sehingga mengalami defisit. Tabel 4.85 Neraca Daya Sistem Interkoneksi Jawa-Madura-Bali
Uraian Kebutuhan Rumah tangga Publik Komersial Industri Total Kebutuhan Pertumbuhan Susut & Losses (T&D) Susut Pemakaian Sendiri Total Susut & Losses Beban Puncak Daya Terpasang Daya Tambahan Cadangan Daya GWh GWh GWh GWh GWh % % % % MW MW MW MW 53.778 7.980 24.615 47.484 133.856 9,3 9,3 4,0 13,3 23.084 19.257 4.311 484 60.565 8.900 27.689 49.337 146.491 9,4 9,2 4,0 13,2 25.240 26.484 4.219 5.463 68.257 9.926 31.081 51.208 160.471 9,5 9,1 4,0 13,1 27.624 21.858 3.383 -2.383 76.964 11.070 34.824 53.101 175.958 9,7 9,0 4,0 13,0 30.264 18.804 2.630 -8.830 86.814 12.345 38.951 55.018 193.129 9,8 8,9 4,0 12,9 33.188 16.687 4.882 -11.619 2010 2011 2012 2013 2014
85
4.16.3 Rencana Tambahan Infrastruktur Ketenagalistrikan Asumsi pertumbuhan penduduk di Jawa Madura Bali diperkirakan 1% per tahun dan pertumbuhan PDRB untuk periode yang sama diproyeksikan sebesar 6,1% per tahun, sehingga dengan asumsi tersebut pertumbuhan permintaan energi listrik diperkirakan akan tumbuh rata-rata sebesar 10,0% per tahun. Dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Jawa Timur, telah direncanakan tambahan infrastruktur ketenagalistrikan dari tahun 20102014 sebagai berikut: Pembangkit tenaga listrik sebesar 3.535 MW (sekitar 660 MW diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2010). Transmisi tenaga listrik 1.870 kms (termasuk Provinsi Bali). Gardu induk 7.980 MVA (termasuk Provinsi Bali).. Program energi baru terbarukan (EBT) dan jaringan: o PLTS 50 WP tersebar sebanyak 29.925 unit. o PLTS terpusat 15 kW 8 unit. o PLTMH 500 kW. o Gardu distribusi 1.115 unit (58.500 kVA). o Jaringan Tegangan Menengah 3.710 kms. o Jaringan Tegangan Rendah 3.370 kms. Tabel 4.86 Rencana Penambahan Kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik Provinsi Jawa Timur
Rencana PLTU PLTU PLTU PLTU PLTP PLTP PLTP PLTP PLTU 2 Jatim (Paiton Baru) 1 Jatim (Pacitan) 3 Jatim (Tj Awar-Awar) Paiton #3-4 Exp Wilis/Ngebel Ijen Iyang Argopuro Wilis/Ngebel Madura JUMLAH Total 1 x Pendek 660 MW 2 x 2 x 1 2 1 2 1 660,0 MW 3.535 x x x x x 315 350 815 55 55 55 55 400 MW MW MW MW MW MW MW MW Jangka Menengah/Panjang Progress 82% 75% 6% 30,00% COD 2010 2011 2012 2012 2013 2014 2014 2014 2014 Keterangan Perpres 71 Perpres 71 Perpres 71 IPP PLN PLN PLN PLN IPP
2.875 MW MW
86
Tabel 4.87 Rencana Pengembangan Jaringan Transmisi Tenaga Listrik Region Jawa Timur dan Bali
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 DARI Paiton New Ngimbang Surabaya Selatan Bangil Padangsambian Probolinggo Grati Ketapang Banaran Babat Ponorogo II Kraksaan Perak Celukan Bawang PLTU Ngimbang New Ngimbang New Kapal Banyuwangi Paciran/Brondong Kabel Jawa Madura Tanjung Awar-awar PLTU Jawa Negara Antosari Banaran Cerme Krian Sidoarjo Buduran II/Sedati Bringkang/Bambe Pacitan 150 kV Pacitan 150 kV Wlingi II Kalisari Tulung Agung II Tandes New Kediri New Bali Timur KE Paiton Old Inc. (Krian-Ungar) Grati Inc. (Piton-Kediri) JUMLAH 500 kV Pesanggaran Gondangwetan Gondangwetan Gilimanuk Suryazigzag Tuban Manisrejo Probolinggo Ujung Incomer (Pmron-Glnuk) Mliwang Babat Padangsambian Ketapang (Cable head) Lamongan Suramadu Babat Bali 3,4 Antosari Kapal Manisrejo Inc. (Sgmdu-Lmgan) Driyorejo Inc. (Bdran-Bngil) Inc.(Bngil-Waru) Karangpilang Ponorogo II PLTU Pacitan Kediri Surabaya Selatan Kediri Tandes Kediri Baru Inc.(Gnyar-Sanur) TEGANGAN (kV) 500 500 500 500 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 PANJANG (kms) 3 1 145 8 157 15 68 37 3 25 60 59 60 10 6 150 40 18 7 44 6 36 12 89 47 142 2 11 24 3 10 59 124 67 12 80 10 10 10 PROGRESS (%) 87,37 9,18 COD 2009 2010 2012 2014 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2010 2010 2010 2011 2011 2011 2011 2011 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2013
66,82 62,39
74,75
1,28
NO. 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
DARI Waru/Buduran Purwosari/Sukorejo II Simogunung/Gsari Pandaan II Kebonagung New PLTP Wilis/Ngebel PLTU Bali Timur Sanur II PLTP Ijen PLTP Iyang Argopuro PLTU Madura Manyar
KE Bangil/Porong Inc. (Pier-Pakis) Inc.(Swhan-Waru) Inc. (Bangil-Lawang) Kebonagung Pacitan 2 Amlapura Inc.(Gnyar-Sanur) Banyuwangi Probolinggo Sampang JUMLAH 150 kV Maspion Stell JUMLAH 70 kV
TEGANGAN (kV) 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 70
PROGRESS (%)
COD 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2014 2014 2014 2014 2012
87
Tabel 4.88 Rencana Pengembangan Gardu Induk Region Jawa Timur dan Bali
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 LOKASI Ngimbang Paiton Mandirancan Krian Surabaya Selatan Sekarputih Bangil (GIS) Kapal Antosari Nusa Dua Babadan Waru Sumenep Bumicokro Perak Sampang Driyorejo Kertosono 150 kV Jember Sekarputih Kediri Baru Sawahan Celukanbawang PLTU Padang Sambian Sanur Ubud/Payangan Bondowoso Bangkalan Kapal Kuta/Pemecutan Manisrejo Pemaron Surabaya Selatan Bangil Paciran/Brondong Pakis/Malang Timur Situbondo Ngimbang New Kraksaan Baturiti Negara Bringkang/Bambe Banyuwangi Kebonagung New Buduran II/Sedati Krembangan Purwosari/Sukorejo II Ponorogo II Lumajang Lamongan Sidoarjo/Porong Tulungagung II RASIO TRAFO (kV) 500/150 500/150 500/150 500/150 500/150 JUMLAH 500/150 kV 150/70 150/70 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 KAPASITAS (MVA) 500 500 500 500 1.000 3.000 100 60 60 30 60 60 60 60 60 30 60 60 60 60 60 60 60 30 30 60 30 30 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 30 30 30 120 60 60 120 60 120 120 60 60 120 60 PROGRESS (%) 98,94 99,25 96,52 96,34 COD 2010 2011 2012 2012 2012 2010 2010 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012
88
99,61 100
94,15 97,08
99,62
45
98,8
15
1`5 15,25
15
NO. 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96
LOKASI Probolinggo Sengkaling Kasih Jatim Wlingi II Pacitan 150 kV Nusa Dua Padang Sambian Bali Timur/Kubu Gunungsari/Simogunung (GIS) Kupang Bojonegoro Gondang Wetan Manyar Kalisari Pandaan II Wonokromo Mojoagung Gianyar Sanur New Amplapura Kenjeran Kebonagung Gembong Ngawi Darmo Grand (GIS) Karangpilang Bondowoso Bangil New Tarik Pare Trenggalek Polehan Nganjuk Turen Magetan Sengguruh PLTA Mranggen/Maospati Blimbing Karangkates Tarik Caruban Tulungagung Ploso Pare
RASIO TRAFO (kV) 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 JUMLAH 150/20 kV 70/20 70/20 70/20 70/20 70/20 70/20 70/20 70/20 70/20 70/20 70/20 70/20 70/20 70/20 70/20 70/20 JUMLAH 70/20 kV
PROGRESS (%)
COD 2012 2012 2012 2012 2012 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2009 2009 2011 2011 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2013 2014 2014 2014 2014 2014
15
15
89
Pem. Gardu Distribusi (Unit/kVA) Pembangunan JTM (KMS) Pembangunan JTR (KMS)
4.16.4 Perkiraan Kebutuhan Investasi Untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan 5 tahun kedepan tersebut, dibutuhkan investasi sekitar USD 6.261,7 juta, dengan rinciannya adalah pembangkitan USD 5.440,5 juta, transmisi USD 270 juta, gardu induk USD 405,9 juta dan program EBT USD 145,3 juta. Tabel 4.90 Rekapitulasi Infrastruktur dan Kebutuhan Investasi Provinsi Jawa Timur
No 1 2 3 4 Uraian Pembangkit Tenaga Listrik (MW) Transmisi Tenaga Listrik (kms) Gardu Induk (MVA) Program EBT dan Jaringan - PLTS 50 Wp Tersebar - PLTS Terpusat 15 kW - PLTMH (kW) - PLT Angin (kW) - Gardu Distribusi (Unit/kVA) - JTM (kms) - JTR (kms) - PLTD (Unit/kW)
Cat: transmisi, GI & jaringan termasuk Prov. Bali
2010 s.d 2014 Investasi (juta USD) 5.440,5 270,0 405,9 20,9 3,2 2,5 11,9 71,7 35,1 6.261,7
90
4.17 Provinsi Bali 4.17.1 Kondisi Sistem Kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Bali saat ini dipasok oleh sistem kelistrikan di Pulau Jawa melalui jaringan transmisi kabel laut 150 kV dengan daya mampu 200 MW dan dipasok juga oleh pembangkit yang ada di Provinsi Bali sendiri yaitu PLTD/PLTG Pesanggaran, PLTG Gilimanuk, PLTG Pemaron. Saat ini rasio elektrifikasi Provinsi Bali sudah mencapai 74,98% dan rasio desa berlistrik sebesar 100,00%. Sementara daftar tunggu PLN telah mencapai 33.925 permintaan atau sebesar 139,8 MVA. Gambar 4.17 Kondisi Kelistrikan Provinsi Bali
SISTEM INTERKONEKSI JAMALI Kapasitas terpasang : 22.679 MW Daya mampu : 17.453 MW Beban puncak : 17.234 MW Surplus : 219 MW
Keterangan: - Pemadaman di Region Jakarta & Banten: 159 MW - Pemadaman di Region Jawa Barat: 51 MW
4.17.2 Neraca Daya Provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali sistem kelistrikannya telah terinterkoneksi dengan baik pada jaringan transmisi tenaga listrik 150 kV dan 500 kV yang dikenal dengan nama Sistem Interkoneksi Jawa-Madura-Bali. Dengan demikian, neraca daya seluruh provinsi tersebut direpresentasikan oleh neraca daya Sistem Interkoneksi Jawa-Madura-Bali, dimana pada tahun 2010 dan 2011 sistem berada pada kondisi baik, sedangkan pada tahun 2012, 2013 dan
91
2014 kapasitas sistem belum dapat memenuhi beban puncak yang ada sehingga mengalami defisit. Tabel 4.91 Neraca Daya Sistem Interkoneksi Jawa-Madura-Bali
Uraian Kebutuhan Rumah tangga Publik Komersial Industri Total Kebutuhan Pertumbuhan Susut & Losses (T&D) Susut Pemakaian Sendiri Total Susut & Losses Beban Puncak Daya Terpasang Daya Tambahan Cadangan Daya GWh GWh GWh GWh GWh % % % % MW MW MW MW 53.778 7.980 24.615 47.484 133.856 9,3 9,3 4,0 13,3 23.084 19.257 4.311 484 60.565 8.900 27.689 49.337 146.491 9,4 9,2 4,0 13,2 25.240 26.484 4.219 5.463 68.257 9.926 31.081 51.208 160.471 9,5 9,1 4,0 13,1 27.624 21.858 3.383 -2.383 76.964 11.070 34.824 53.101 175.958 9,7 9,0 4,0 13,0 30.264 18.804 2.630 -8.830 86.814 12.345 38.951 55.018 193.129 9,8 8,9 4,0 12,9 33.188 16.687 4.882 -11.619 2010 2011 2012 2013 2014
4.17.3 Rencana Tambahan Infrastruktur Ketenagalistrikan Asumsi pertumbuhan penduduk di Jawa Madura Bali diperkirakan 1% per tahun dan pertumbuhan PDRB untuk periode yang sama diproyeksikan sebesar 6,1% per tahun, sehingga dengan asumsi tersebut pertumbuhan permintaan energi listrik diperkirakan akan tumbuh rata-rata sebesar 10,0% per tahun. Dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Bali, telah direncanakan tambahan infrastruktur ketenagalistrikan dari tahun 2010-2014 sebagai berikut: Pembangkit tenaga listrik sebesar 580 MW. Transmisi tenaga listrik masuk dalam rekap Provinsi Jawa Timur. Gardu induk masuk dalam rekap Provinsi Jawa Timur. Program energi baru terbarukan (EBT) dan jaringan: o PLTS 50 WP tersebar sebanyak 26.750 unit. o PLTS terpusat 15 kW 6 unit. o PLTMH 360 kW. o PLT Angin 960 kW o Gardu distribusi 960 unit (54.250 kVA). o Jaringan Tegangan Menengah 2.910 kms. o Jaringan Tegangan Rendah 2.770 kms. o PLTD 1000 kW 4 Unit.
92
Tabel 4.92 Rencana Penambahan Kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik Provinsi Bali
Rencana PLTU PLTU PLTU Celukan Bawang Bali Timur Celukan Bawang JUMLAH Total - MW 580 Jangka Menengah/Panjang 130 MW 100 MW 250 MW 580 MW MW Progress 6,00% COD 2012 2013 2013 Keterangan IPP IPP IPP
Pendek
2 x
4.17.4 Perkiraan Kebutuhan Investasi Untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan 5 tahun kedepan tersebut, dibutuhkan investasi sekitar USD 899,9 juta, dengan rinciannya adalah pembangkitan USD 767 juta dan program EBT USD 132,9 juta. Tabel 4.94 Rekapitulasi Infrastruktur dan Kebutuhan Investasi Provinsi Bali
No 1 2 3 4 Uraian Pembangkit Tenaga Listrik (MW) Transmisi Tenaga Listrik (kms) Gardu Induk (MVA) Program EBT dan Jaringan - PLTS 50 Wp Tersebar - PLTS Terpusat 15 kW - PLTMH (kW) - PLT Angin (kW) - Gardu Distribusi (Unit/kVA) - JTM (kms) - JTR (kms) - PLTD (Unit/kW) Volume 580
masuk dalam rekap Prov. Jatim
93
4.18 Provinsi Kalimantan Barat 4.18.1 Kondisi Sistem Kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Kalimantan Barat dipasok oleh satu sistem interkoneksi melalui jaringan transmisi 150 kV yaitu Sistem Khatulistiwa (Sistem Pontianak-Singkawang) dan beberapa sistem terisolasi, yaitu Sistem Sanggau, Putussibau, Sintang, Nangah Pinoh, Sekadau, dan Ketapang. Dari 8 sistem yang memasok tenaga listrik di Provinsi Kalimantan Barat, 6 sistem (Sistem Sanggau, Putussibau, Sintang, Nangah Pinoh, Sekadau, dan Ketapang) berada dalam kondisi Surplus, dan 2 sistem lainnya (Sistem Pontianak dan Singkawang) berada pada kondisi Defisit. Saat ini rasio elektrifikasi Provinsi Kalimantan Barat baru mencapai 45,83% dan rasio desa berlistrik sebesar 96,60%. Adapun daftar tunggu PLN telah mencapai 52.711 permintaan atau sebesar 66 MVA. Gambar 4.18 Kondisi Kelistrikan Provinsi Kalimantan Barat
SISTEM SINGKAWANG Kapasitas terpasang : 47,13 MW Daya mampu : 42,84 MW Beban puncak : 43,00 MW Defisit : -1,60 MW
SISTEM SANGGAU Kapasitas terpasang : 14,10 MW Daya mampu : 10,90 MW Beban puncak : 10,58 MW Surplus : 0,32 MW
SISTEM PUTUSSIBAU Kapasitas terpasang : 8,71 MW Daya mampu : 4,37 MW Beban puncak : 4,25 MW Surplus : 0,12 MW SISTEM SINTANG Kapasitas terpasang : 15,59 MW Daya mampu : 13,30 MW Beban puncak : 11,83 MW Surplus : 1,47 MW SISTEM NANGAH PINOH Kapasitas terpasang : 6,79 MW Daya mampu : 5,30 MW Beban puncak : 3,93 MW Surplus : 1,37 MW SISTEM SEKADAU Kapasitas terpasang : 2,10 MW Daya mampu : 1,20 MW Beban puncak : 1,10 MW Surplus : 0,10 MW
SISTEM PONTIANAK Kapasitas terpasang : 175,80 MW Daya mampu : 123,10 MW Beban puncak : 130,00 MW Defisit : -6,90 MW
SISTEM KETAPANG Kapasitas terpasang : 21,07 MW Daya mampu : 17,80 MW Beban puncak : 16,92 MW Surplus : 0,88 MW
4.18.2 Neraca Daya Neraca daya Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2010 s.d. 2012 mengalami kondisi yang kurang baik (defisit), dan berangsur-angsur membaik di tahun 2013 dan 2014.
94
4.18.3 Rencana Tambahan Infrastruktur Ketenagalistrikan Dengan asumsi proyeksi pertumbuhan penduduk di Provinsi Kalimantan Barat sebesar 1,3% pertahun dan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,2%, maka pertumbuhan permintaan tenaga listrik diperkirakan akan tumbuh ratarata sebesar 7,6% pertahun. Dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Kalimantan Barat, telah direncanakan tambahan infrastruktur ketenagalistrikan dari tahun 2010-2014 sebagai berikut: Pembangkit tenaga listrik sebesar 624 MW (sekitar 56,5 MW diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2010) Transmisi tenaga listrik 1.661 kms Gardu induk 490 MVA Program energi baru terbarukan (EBT) dan jaringan: o PLTS 50 WP tersebar sebanyak 61.100 unit o PLTS terpusat 15 kW 9 unit o PLTMH 1.550 kW o Gardu distribusi 2.230 unit (105.250 kVA) o Jaringan Tegangan Menengah 5.250 kms o Jaringan Tegangan Rendah 5.750 kms o PLTD 7 unit (1.750 kW).
95
Tabel 4.96 Rencana Penambahan Kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik Provinsi Kalimantan Barat
Rencana PLTD PLTD PLTD PLTM Import PLTD PLTD PLTU PLTU PLTU PLTU PLTU Import PLTU MFO Pontianak 1 (sewa) MFO Pontianak 2 (sewa) MFO Ketapang (sewa) Merasap Tenaga Listrik dari SESCO (275 kV) MFO Sekadau Putussibau 2 Kalbar (Pantai Kura-Kura) 1 Kalbar (Parit Baru) Ketapang Pontianak - 2 Parit Baru Tenaga Listrik dari SESCO (275 kV) Putussibau JUMLAH Total Jangka Menengah/Panjang Progress 3,00% 3,00% 3,00% 100 7,5 4 27,5 50 10 25 50 100 4 MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW COD 2010 2010 2010 2010 2012 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2014 2014 2014 Keterangan PLN PLN PLN PLN IPP PLN PLN Perpres 71 Perpres 71 IPP IPP PLN IPP IPP
Pendek 30 20 5 1,5 MW MW MW MW
4 x 2 2 2 2 2 x x x x x
1% 0% 2% 2%
2 x 56,5 MW 624
567 MW MW
Tabel 4.97 Rencana Pengembangan Jaringan Transmisi Tenaga Listrik Provinsi Kalimantan Barat
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Singkawang Singkawang Sei Raya PLTU Singkawang (Perpres)/Kura2 Siantan PLTU Gambut Pontianak (IPP) Tayan PLTU Parit Baru (IPP) Singkawang Bengkayang Sanggau Ngabang Sintang DARI Mambong JUMLAH 275 kV Sambas Kota Baru, Incomer 2 phi Tayan Mempawah Sanggau Parit Baru Bengkayang Ngabang Sekadau Tayan Sekadau JUMLAH 150 kV 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 KE TEGANGAN (kV) 275 PANJANG (kms) 396 396 126 32 40 184 7 180 6 120 180 100 110 180 1.265 PROGRESS (%) COD 2014 5 2,5 5 5 2,5 2,5 2009 2009 2010 2010 2011 2011 2011 2012 2013 2013 2013 2014
100 65
96
NO. 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
LOKASI Tayan (GI Baru) Siantan Ext LB Sanggau (GI Baru) Tayan Ext LB Singkawang Bengkayang (GI Baru) Singkawang Ext LB Sekadau (GI Baru) Sanggau Ext LB Ngabang (GI Baru) Tayan Ext LB Sintang (GI Baru) Sanggau Ext LB
RASIO TRAFO (kV) 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 Jumlah 150/20 kV
NEW/EXTENSION New Extension New Extension Extension New Extension New Extension New Extension New Extension
PROGRESS (%)
COD 2010 2010 2011 2011 2012 2012 2012 2013 2013 2013 2013 2014 2014
Pem. Gardu Distribusi (Unit/kVA) Pembangunan JTM (KMS) Pembangunan JTR (KMS) PLTD (Unit/kW)
4.18.4 Perkiraan Kebutuhan Investasi Untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan 5 tahun kedepan tersebut, dibutuhkan investasi sekitar USD 1.440,5 juta, dengan rinciannya adalah pembangkitan USD 805,1 juta, transmisi USD 265,1 juta, gardu induk USD 90,5 juta dan program EBT USD 279,7 juta. Tabel 4.100 Rekapitulasi Infrastruktur dan Kebutuhan Investasi Provinsi Kalimantan Barat
No 1 2 3 4 Uraian Pembangkit Tenaga Listrik (MW) Transmisi Tenaga Listrik (kms) Gardu Induk (MVA) Program EBT dan Jaringan - PLTS 50 Wp Tersebar - PLTS Terpusat 15 kW - PLTMH (kW) - PLT Angin (kW) - Gardu Distribusi (Unit/kVA) - JTM (kms) - JTR (kms) - PLTD (Unit/kW) Volume 624 1.661 490 61.100 9 1.550 0 2.230 105.250 5.250 5.750 7 1.750 2010 s.d 2014 Investasi (juta USD) 805,1 265,1 90,5 42,8 3,4 8,0 21,6 134,3 68,6 1,0 1.440,5
97
4.19 Provinsi Kalimantan Tengah 4.19.1 Kondisi Sistem Kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Kalimantan Tengah dipasok oleh satu sistem interkoneksi melalui jaringan transmisi 150 kV yaitu Sistem Barito dan beberapa sistem terisolasi, yaitu Sistem Sampit, Pangkalan Bun, Nanga Bulik, Sukamara, Kuala Kurun, Puruk Cahu, Muara Teweh, Buntok, dan Kuala Pembuang. Dari 10 sistem yang memasok tenaga listrik di Provinsi Kalimantan Tengah, 6 sistem (Sistem Pangkalan Bun, Nanga Bulik, Sukamara, Puruk Cahu, Buntok, dan Kuala Pembuang) berada dalam kondisi Surplus, dan 4 sistem lainnya (Sistem Interkoneksi Barito, Sampit, Kuala Kurun, dan Muara Teweh) berada pada kondisi Defisit. Saat ini rasio elektrifikasi Provinsi Kalimantan Tengah baru mencapai 45,22% dan rasio desa berlistrik sebesar 87,89%. Adapun daftar tunggu PLN telah mencapai 13.871 permintaan atau sebesar 22,8 MVA. Gambar 4.19 Kondisi Kelistrikan Provinsi Kalimantan Tengah
SISTEM PANGKALAN BUN Kapasitas terpasang : 26,37 MW Daya mampu : 14,38 MW Beban puncak : 14,21 MW Surplus : 0,17 MW
SISTEM SAMPIT Kapasitas terpasang : 26,88 MW Daya mampu : 16,85 MW Beban puncak : 17,65 MW Defisit : -0,80 MW 12
SISTEM INTERKONEKSI BARITO Kapasitas terpasang : 321,09 MW Daya mampu : 246,23 MW Beban puncak : 308,90 MW Defisit : -62,67 MW
98
SISTEM PURUK CAHU Kapasitas terpasang : 2,01 MW Daya mampu : 1,48 MW Beban puncak : 1,26 MW Surplus : 0,22 MW SISTEM KUALA KURUN Kapasitas terpasang : 2,04 MW Daya mampu : 0,81 MW Beban puncak : 0,82 MW Defisit : -0,01 MW SISTEM NANGA BULIK Kapasitas terpasang : 1,89 MW Daya mampu : 1,12 MW Beban puncak : 0,96 MW Surplus : 0,16 MW
SISTEM MUARA TEWEH Kapasitas terpasang : 7,97 MW Daya mampu : 3,93 MW Beban puncak : 4,31 MW Defisit : -0,38 MW
SISTEM BUNTOK Kapasitas terpasang : 6,91 MW Daya mampu : 4,28 MW Beban puncak : 4,04 MW Surplus : 0,24 MW SISTEM KUALA PEMBUANG Kapasitas terpasang : 3,62 MW Daya mampu : 2,46 MW Beban puncak : 2,02 MW Surplus : 0,43 MW
SISTEM SUKAMARA Kapasitas terpasang : 1,78 MW Daya mampu : 1,21 MW Beban puncak : 0,96 MW Surplus : 0,25 MW
13
4.19.2 Neraca Daya Provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah kebutuhan tenaga listriknya dilayani oleh sistem kelistrikan Kalimantan Selatan dan Tengah sehingga, neraca daya provinsi-provinsi tersebut direpresentasikan oleh neraca daya Sistem Kalimantan Selatan dan Tengah, dimana pada tahun 2010 hingga tahun 2012 sistem berada pada kondisi defisit dan selanjutnya pada tahun 2013 dan 2014 sistem berada pada kondisi yang baik. Tabel 4.101 Neraca Daya Sistem Kalimantan Selatan dan Tengah
Uraian Kebutuhan Rumah Tangga Komersial Publik Industri Total Kebutuhan Pertumbuhan Susut & Losses (T&D) Susut Pemakaian Sendiri Total Susut & Losses Beban Puncak Daya Terpasang Daya Tambahan Cadangan Daya GWH GWH GWH GWH GWH % % % % MW MW MW MW 1.059 429 162 298 1.947 6,7 12,3 6,5 18,8 433 239 78 -116 1.116 496 173 305 2.091 7,4 12,2 6,5 18,7 464 310 145 -9 1.179 574 185 314 2.252 7,7 12,1 6,5 18,6 500 446 28 -26 1.248 664 198 323 2.432 8,0 12,0 6,5 18,5 539 460 344 265 1.324 770 211 332 2.636 8,4 11,9 6,5 18,4 584 790 151 357 2010 2011 2012 2013 2014
99
4.19.3 Rencana Tambahan Infrastruktur Ketenagalistrikan Dengan asumsi proyeksi pertumbuhan penduduk pada wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah sebesar 2,4% pertahun dan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,2%, maka pertumbuhan permintaan tenaga listrik di wilayah tersebut diperkirakan akan tumbuh rata-rata sebesar 9,7% pertahun. Dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Kalimantan Tengah, telah direncanakan tambahan infrastruktur ketenagalistrikan dari tahun 2010-2014 sebagai berikut: Pembangkit tenaga listrik sebesar 328 MW (sekitar 8 MW diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2010) Transmisi tenaga listrik 1.206 kms Gardu induk 180 MVA Program energi baru terbarukan (EBT) dan jaringan: o PLTS 50 WP tersebar sebanyak 61.100 unit o PLTS terpusat 15 kW 8 unit o PLTMH 1.500 kW o Gardu distribusi 2.310 unit (106.750 kVA) o Jaringan Tegangan Menengah 6.150 kms o Jaringan Tegangan Rendah 6.010 kms o PLTD 5 unit (1.250 kW). Tabel 4.102 Rencana Penambahan Kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik Provinsi Kalimantan Tengah
Rencana PLTD PLTD PLTD PLTD PLTD PLTU PLTU PLTU PLTGU PLTU PLTD HSD Sampit (sewa) HSD Buntok (sewa) HSD Muara Teweh (sewa) Kuala Pembuang Puruk Cahu Cenko Pangkalan Bun 1 Kalteng (Pulang Pisau) Bangkanai Sampit (APBN) Kuala Pembuang JUMLAH Total Jangka Menengah/Panjang Progress COD 2010 2010 2010 2010 2011 2011 2012 2013 2013 2014 2014 Keterangan PLN PLN PLN IPP PLN PLN IPP Perpres 71 IPP PLN IPP
Pendek 2 2 3 1 MW MW MW MW
2 2 2 1 2
x x x x x
1 7 7 60 120 25 1
MW MW MW MW MW MW MW
90% 2%
8,0 MW 328
320 MW MW
100
Tabel 4.103 Rencana Pengembangan Jaringan Transmisi Tenaga Listrik Provinsi Kalimantan Tengah
NO. 1 2 3 4 5 6 7 DARI Palangkaraya PLTU P.Pisau (Perpres)/Selat Kasongan (Sampit - P raya) Tanjung PLTGU Bangkanai Sampit PLTU Sampit KE Sampit Incomer 2 phi Incomer phi Buntok Muara Teweh - Buntok - Tanjung Pangkalan Bun Sampit JUMLAH TEGANGAN (kV) 150 150 150 150 150 150 150 PANJANG (kms) 168 4 2 260 560 172 40 1.206 PROGRESS (%) 2,5 5 COD 2010 2010 2011 2011 2013 2012 2014
2,5
4.19.4 Perkiraan Kebutuhan Investasi Untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan 5 tahun kedepan tersebut, dibutuhkan investasi sekitar USD 1.019,6 juta, dengan rinciannya adalah pembangkitan USD 455,8 juta, transmisi USD 230,9 juta, gardu induk USD 51 juta dan program EBT USD 281,9 juta.
101
Tabel 4.106 Rekapitulasi Infrastruktur dan Kebutuhan Investasi Provinsi Kalimantan Tengah
No 1 2 3 4 Uraian Pembangkit Tenaga Listrik (MW) Transmisi Tenaga Listrik (kms) Gardu Induk (MVA) Program EBT dan Jaringan - PLTS 50 Wp Tersebar - PLTS Terpusat 15 kW - PLTMH (kW) - PLT Angin (kW) - Gardu Distribusi (Unit/kVA) - JTM (kms) - JTR (kms) - PLTD (Unit/kW) Volume 328 1.206 180 61.100 8 1.500 0 2.310 106.750 6.150 6.010 5 1.250 2010 s.d 2014 Investasi (juta USD) 455,8 230,9 51,0 42,8 3,2 7,7 22,0 104,4 101,0 0,7 1.019,6
4.20 Provinsi Kalimantan Selatan 4.20.1 Kondisi Sistem Kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Kalimantan Selatan dipasok oleh satu sistem interkoneksi melalui jaringan transmisi 150 kV yaitu Sistem Barito dan beberapa sistem terisolasi, yaitu Sistem Batulicin/Pagatan, Sungai Kupang, dan Kotabaru. Dari 4 sistem yang memasok tenaga listrik di Provinsi Kalimantan Selatan, 3 sistem (Sistem Batulicin/Pagatan, Sungai Kupang, dan Kotabaru) berada dalam kondisi Surplus, dan 1 sistem lainnya (Sistem Interkoneksi Barito) berada pada kondisi Defisit. Saat ini rasio elektrifikasi Provinsi Kalimantan Selatan baru mencapai 72,29% dan rasio desa berlistrik sebesar 99,80%. Adapun daftar tunggu PLN telah mencapai 20.262 permintaan atau sebesar 29,6 MVA.
102
SISTEM SUNGAI KUPANG Kapasitas terpasang : 2,82 MW Daya mampu : 1,02 MW Beban puncak : 0,44 MW Surplus : 0,58 MW
SISTEM INTERKONEKSI BARITO Kapasitas terpasang : 321,09 MW Daya mampu : 246,23 MW Beban puncak : 308,90 MW Defisit : -62,67 MW
SISTEM BATULICIN/PAGATAN Kapasitas terpasang : 18,97 MW Daya mampu : 12,62 MW Beban puncak : 11,01 MW Surplus : 1,61 MW
SISTEM KOTABARU Kapasitas terpasang : 12,20 MW Daya mampu : 6,95 MW Beban puncak : 6,75 MW Surplus : 0,20 MW
4.20.2 Neraca Daya Provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah kebutuhan tenaga listriknya dilayani oleh sistem kelistrikan Kalimantan Selatan dan Tengah sehingga, neraca daya provinsi-provinsi tersebut direpresentasikan oleh neraca daya Sistem Kalimantan Selatan dan Tengah, dimana pada tahun 2010 hingga tahun 2012 sistem berada pada kondisi defisit dan selanjutnya pada tahun 2013 dan 2014 sistem berada pada kondisi yang baik. Tabel 4.107 Neraca Daya Sistem Kalimantan Selatan dan Tengah
Uraian Kebutuhan Rumah Tangga Komersial Publik Industri Total Kebutuhan Pertumbuhan Susut & Losses (T&D) Susut Pemakaian Sendiri Total Susut & Losses Beban Puncak Daya Terpasang Daya Tambahan Cadangan Daya GWH GWH GWH GWH GWH % % % % MW MW MW MW 1.059 429 162 298 1.947 6,7 12,3 6,5 18,8 433 239 78 -116 1.116 496 173 305 2.091 7,4 12,2 6,5 18,7 464 310 145 -9 1.179 574 185 314 2.252 7,7 12,1 6,5 18,6 500 446 28 -26 1.248 664 198 323 2.432 8,0 12,0 6,5 18,5 539 460 344 265 1.324 770 211 332 2.636 8,4 11,9 6,5 18,4 584 790 151 357 2010 2011 2012 2013 2014
103
4.20.3 Rencana Tambahan Infrastruktur Ketenagalistrikan Dengan asumsi proyeksi pertumbuhan penduduk pada wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah sebesar 2,4% pertahun dan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,2%, maka pertumbuhan permintaan tenaga listrik di wilayah tersebut diperkirakan akan tumbuh rata-rata sebesar 9,7% pertahun. Dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Kalimantan Selatan, telah direncanakan tambahan infrastruktur ketenagalistrikan dari tahun 2010-2014 sebagai berikut: Pembangkit tenaga listrik sebesar 418 MW (sekitar 70 MW diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2010) Transmisi tenaga listrik 818 kms Gardu induk 390 MVA Program energi baru terbarukan (EBT) dan jaringan: o PLTS 50 WP tersebar sebanyak 32.050 unit o PLTS terpusat 15 kW 4 unit o PLTMH 850 kW o Gardu distribusi 1.200 unit (64.750 kVA) o Jaringan Tegangan Menengah 3.300 kms o Jaringan Tegangan Rendah 2.720 kms o PLTD 4 unit (1.000 kW). Tabel 4.108 Rencana Penambahan Kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik Provinsi Kalimantan Selatan
Rencana PLTD PLTD PLTD PLTD PLTU PLTU PLTD PLTU PLTU MFO Trisakti (sewa) MFO Seberang Barito (sewa) HSD Kapuas (sewa) Kahayan (sewa) Kalsel (Asam-Asam) Kotabaru (APBN) Kotabaru Kalsel Kalsel JUMLAH Total Jangka Menengah/Panjang Progress 50,00% 50,00% 9% COD 2010 2010 2010 2010 2011 2012 2013 2013 2014 Keterangan PLN PLN PLN PLN Perpres 71 PLN PLN IPP IPP
Pendek 20 30 10 10 MW MW MW MW
2 x 2 x 1 x 1 x 70,0 MW 418
65 7 4 100 100
MW MW MW MW MW
348 MW MW
104
Tabel 4.109 Rencana Pengembangan Jaringan Transmisi Tenaga Listrik Provinsi Kalimantan Selatan
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 DARI Barikin Tanjung Barikin Seberang Barito Asam-asam PLTU Asam-asam (Perpres) PLTU M. Tambang Kalsel-1(IPP) Rantau (Barikin - Cempaka) PLTU Kalsel Tanjung Perbatasan Amuntai Kayutangi Batu licin Mantuil Rantau Incomer 2 phi Tanjung JUMLAH KE TEGANGAN (kV) 150 150 150 150 150 150 150 150 150 PANJANG (kms) 116 142 33 21 248 220 12 14 12 818 PROGRESS (%) 89,88 77,52 38 77,93 COD 2009 2009 2009 2009 2010 2010 2011 2012 2013
94.1 100
105
4.20.4 Perkiraan Kebutuhan Investasi Untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan 5 tahun kedepan tersebut, dibutuhkan investasi sekitar USD 798,4 juta, dengan rinciannya adalah pembangkitan USD 571,0 juta, transmisi USD 46,1 juta, gardu induk USD 50,2 juta dan program EBT USD 131 juta. Tabel 4.112 Rekapitulasi Infrastruktur dan Kebutuhan Investasi Provinsi Kalimantan Selatan
No 1 2 3 4 Uraian Pembangkit Tenaga Listrik (MW) Transmisi Tenaga Listrik (kms) Gardu Induk (MVA) Program EBT dan Jaringan - PLTS 50 Wp Tersebar - PLTS Terpusat 15 kW - PLTMH (kW) - PLT Angin (kW) - Gardu Distribusi (Unit/kVA) - JTM (kms) - JTR (kms) - PLTD (Unit/kW) Volume 418 818 390 32.050 4 850 0 1.200 64.750 3.300 2.720 4 1.000 2010 s.d 2014 Investasi (juta USD) 571,0 46,1 50,2 22,4 1,6 4,4 11,5 58,2 32,4 0,6 798,4
4.21 Provinsi Kalimantan Timur 4.21.1 Kondisi Sistem Kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Kalimantan Timur dipasok oleh satu sistem interkoneksi melalui jaringan transmisi 150 kV yaitu Sistem Mahakam dan beberapa sistem terisolasi, yaitu Sistem Nunukan, Sanggatta, Petung, Longikis, Bulungan, Tanjung Redep, Bontang, Tanah Grogot, Malinau, Kota Bangun, Melak, Kerang, Muara Komam, Sebatik, Tanjung Selor, Batu Sopang, dan Tanjung Aru. Dari 18 sistem yang memasok tenaga listrik di Provinsi Kalimantan Timur, 14 sistem (Sistem Interkoneksi Mahakam, Nunukan, Longikis, Bulungan, Tanjung Redep, Bontang, Malinau, Kota Bangun, Melak, Kerang, Muara Komam, Sebatik, Batu Sopang, dan Tanjung Aru) berada dalam kondisi Surplus, dan 4 sistem lainnya (Sistem Sanggatta, Petung, Tanah Grogot, dan Tanjung Selor) berada pada kondisi Defisit. Saat ini rasio elektrifikasi Provinsi Kalimantan Timur baru mencapai 68,56% dan rasio desa berlistrik sebesar 92,46%. Adapun daftar tunggu PLN telah mencapai 101.169 permintaan atau sebesar 300,8 MVA.
106
SISTEM NUNUKAN Kapasitas terpasang : 15,25 MW Daya mampu : 4,95 MW Beban puncak : 4,77 MW Surplus : 0,18 MW SISTEM SANGATTA Kapasitas terpasang : 19,22 MW Daya mampu : 9,75 MW Beban puncak : 11,45 MW Defisit : -1,70 MW SISTEM INTERKONEKSI MAHAKAM Kapasitas terpasang : 279,56 MW Daya mampu : 235,00 MW Beban puncak : 234,06 MW Surplus : 0,94 MW SISTEM PETUNG Kapasitas terpasang : 12,30 MW Daya mampu : 6,80 MW Beban puncak : 7,44 MW Defisit : -0,64 MW SISTEM LONGIKIS Kapasitas terpasang : 2,45 MW Daya mampu : 1,97 MW Beban puncak : 1,82 MW Surplus : 0,15 MW
SISTEM BULUNGAN Kapasitas terpasang : 12,02 MW Daya mampu : 6,80 MW Beban puncak : 6,39 MW Surplus : 0,41 MW SISTEM TANJUNG REDEP Kapasitas terpasang : 20,80 MW Daya mampu : 11,42 MW Beban puncak : 10,32 MW Surplus : 1,10 MW SISTEM BONTANG Kapasitas terpasang : 34,59 MW Daya mampu : 23,60 MW Beban puncak : 14,92 MW Surplus : 8,68 MW
SISTEM TANAH GROGOT Kapasitas terpasang : 9,52 MW Daya mampu : 7,87 MW Beban puncak : 7,96 MW Defisit : -0,09 MW
SISTEM MALINAU Kapasitas terpasang : 5,81 MW Daya mampu : 4,80 MW Beban puncak : 1,78 MW Surplus : 3,02 MW SISTEM KOTA BANGUN Kapasitas terpasang : 2,33 MW Daya mampu : 2,40 MW Beban puncak : 1,83 MW Surplus : 0,57 MW SISTEM MELAK Kapasitas terpasang : 14,20 MW Daya mampu : 6,82 MW Beban puncak : 5,62 MW Surplus : 1,20 MW SISTEM KERANG Kapasitas terpasang : 0,45 MW Daya mampu : 0,38 MW Beban puncak : 0,20 MW Surplus : 0,18 MW SISTEM MUARA KOMAM Kapasitas terpasang : 0,59 MW Daya mampu : 0,46 MW Beban puncak : 0,43 MW Surplus : 0,03 MW
SISTEM SEBATIK Kapasitas terpasang : 3,17 MW Daya mampu : 1,40 MW Beban puncak : 1,36 MW Surplus : 0,04 MW SISTEM Tj. SELOR Tj. Kapasitas terpasang : 9,60 MW Daya mampu : 5,35 MW Beban puncak : 5,85 MW Defisit : -0,50 MW SISTEM BATU SOPANG Kapasitas terpasang : 1,66 MW Daya mampu : 1,32 MW Beban puncak : 1,25 MW Surplus : 0,07 MW
SISTEM Tj. ARU Tj. Kapasitas terpasang : 0,45 MW Daya mampu : 0,18 MW Beban puncak : 0,11 MW Surplus : 0,07 MW
107
4.21.2 Neraca Daya Neraca daya Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2010 dan 2011 mengalami kondisi yang kurang baik (defisit), dan berangsur-angsur membaik di tahun 2012, 2013 dan 2014. Tabel 4.113 Neraca Daya Provinsi Kalimantan Timur
Uraian Kebutuhan Rumah Tangga Komersial Publik Industri Total Kebutuhan Pertumbuhan Susut & Losses (T&D) Susut Pemakaian Sendiri Total Susut & Losses Beban Puncak Daya Terpasang Daya Tambahan Cadangan Daya GWh GWh GWh GWh GWh % % % % MW MW MW MW 1.046 573 220 364 2.203 9,3 9,8 2,0 11,8 446 169 113 -164 1.130 627 236 398 2.391 8,5 9,7 2,0 11,7 484 277 7 -200 1.218 682 252 431 2.582 8,0 9,6 2,0 11,6 522 275 262 15 1.312 737 268 463 2.780 7,7 9,5 2,0 11,5 562 529 180 148 1.410 794 286 496 2.986 7,4 9,4 2,0 11,4 603 693 261 352 2010 2011 2012 2013 2014
4.21.3 Rencana Tambahan Infrastruktur Ketenagalistrikan Asumsi pertumbuhan penduduk di Provinsi Kalimantan Timur rata-rata sebesar 1,7% per tahun dan pertumbuhan ekonomi diproyeksikan 6,2%, sehingga dengan asumsi tersebut pertumbuhan permintaan energi listrik diperkirakan rata-rata sebesar 7,8% per tahun. Dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Kalimantan Timur, telah direncanakan tambahan infrastruktur ketenagalistrikan dari tahun 2010-2014 sebagai berikut: Pembangkit tenaga listrik sebesar 823 MW (sekitar 113 MW diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2010) Transmisi tenaga listrik 1.371 kms Gardu induk 450 MVA Program energi baru terbarukan (EBT) dan jaringan: o PLTS 50 WP tersebar sebanyak 34.150 unit o PLTS terpusat 15 kW 7 unit o PLTMH 1.320 kW o Gardu distribusi 1.170 unit (63.500 kVA) o Jaringan Tegangan Menengah 4.650 kms o Jaringan Tegangan Rendah 4.870 kms o PLTD 6 unit (1.500 kW).
108
Tabel 4.114 Rencana Penambahan Kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik Provinsi Kalimantan Timur
Rencana PLTD PLTD PLTMG PLTD PLTD PLTD PLTD PLTD PLTD PLTGB PLTGB PLTGB PLTGB PLTU PLTG PLTU PLTU PLTU PLTU PLTU PLTU PLTG PLTU PLTU PLTU PLTU PLTG PLTU PLTU PLTU Excess Power MFO Batakan Bontang MFO Tanjung Batu HSD Tanah Grogot (sewa) HSD Melak (sewa) HSD Sangata (sewa) HSD Tanjung Selor (sewa) HSD Nunukan (sewa) Sangata (sewa) Tanjung Redep (sewa) Tanjung Selor (sewa) Malinau (sewa) Tanah Grogot Kaltim (Peaking) Kota Bangun Muara Jawa/Teluk Balikpapan Kaltim Baru Tanah Grogot Kota Bangun Muara Jawa/Teluk Balikpapan Senipah Petung Melak Nunukan Berau Senipah Melak Tanjung Selor Kaltim JUMLAH Total Jangka Menengah/Panjang Progress COD Des 2009 2009 2009 Peb 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2011 2012 2012 2012 2012 2012 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2014 2014 2014 2014 2014 Keterangan PLN PLN PLN PLN PLN PLN PLN PLN PLN PLN PLN PLN PLN IPP PLN PLN PLN IPP IPP PLN PLN IPP IPP IPP IPP PLN IPP IPP IPP IPP
Pendek 4 40 14 20 4 2 2 2 2 9 6 6 2 MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW
90,00%
1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2
x x x x x x x x x x x
1 x 1 x 2 x 113,0 MW 823
MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW
3,00% 3,00% 3,00% 3,00% 3,00% 3,00% 3,00% 3,00% 3,00% 2,00%
2,00%
710 MW MW
Tabel 4.115 Rencana Pengembangan Jaringan Transmisi Tenaga Listrik Provinsi Kalimantan Timur
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 DARI Harapan Baru Karang Joang Kuaro Muara Jawa Bontang Petung PLTG Senipah (IPP) Bontang PLTU Kaltim/Kemitraan (IPP) PLTU Muara Jawa (Perpres) Berau PLTU New Kaltim (Perpres) Industri Muara Jawa Sembera PLTU Kaltim Baru II/Sangata KE Bukuan Kuaro Perbatasan Incomer 2 phi Sambutan Incomer 2 phi Muara Jawa Sangata Muara Jawa Muara Jawa Tanjung Selor Muara Jawa/Senipah New Industri Industri Baru Embalut Bontang JUMLAH TEGANGAN (kV) 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 PANJANG (kms) 20 155 93 48 90 8 24 65 50 24 4 10 50 160 50 520 1.371 PROGRESS (%) 7,35 COD 2009 2009 2009 2009 2010 2010 2010 2011 2011 2011 2012 2013 2013 2014 2014 2014
109
54,89
100
4.21.4 Perkiraan Kebutuhan Investasi Untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan 5 tahun kedepan tersebut, dibutuhkan investasi sekitar USD 1.557,1 juta, dengan rinciannya adalah pembangkitan USD 979,9 juta, transmisi USD 297,2 juta, gardu induk USD 113,1 juta dan program EBT USD 166,9 juta.
110
Tabel 4.118 Rekapitulasi Infrastruktur dan Kebutuhan Investasi Provinsi Kalimantan Timur
No 1 2 3 4 Uraian Pembangkit Tenaga Listrik (MW) Transmisi Tenaga Listrik (kms) Gardu Induk (MVA) Program EBT dan Jaringan - PLTS 50 Wp Tersebar - PLTS Terpusat 15 kW - PLTMH (kW) - PLT Angin (kW) - Gardu Distribusi (Unit/kVA) - JTM (kms) - JTR (kms) - PLTD (Unit/kW) Volume 823 1.371 450 34.150 7 1.320 320 1.170 63.500 4.650 4.870 6 1.500 2010 s.d 2014 Investasi (juta USD) 979,9 297,2 113,1 23,9 3,1 7,3 1,9 14,0 61,8 54,6 0,3 1.557,1
4.22 Provinsi Sulawesi Utara 4.22.1 Kondisi Sistem Kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Sulawesi Utara dipasok oleh satu sistem interkoneksi melalui jaringan transmisi 150 kV yaitu Sistem Minahasa dan beberapa sistem terisolasi, yaitu Sistem Tahuna, Melonguane, Ondong (Siau), Tagulandang, Beo (Talaud), Lirung, dan Molibagu. Dari 8 sistem yang memasok tenaga listrik di Provinsi Sulawesi Utara, 6 sistem (Sistem Tahuna, Melonguane, Ondong (Siau), Tagulandang, Lirung, dan Molibagu) berada dalam kondisi Surplus, dan 2 sistem lainnya (Sistem Interkoneksi Minahasa dan Beo (Talaud)) berada pada kondisi Defisit. Saat ini rasio elektrifikasi Provinsi Sulawesi Utara baru mencapai 66,87% dan rasio desa berlistrik sebesar 100%. Adapun daftar tunggu PLN telah mencapai 16.051 permintaan atau sebesar 82,9 MVA.
111
SISTEM TAHUNA Kapasitas terpasang : 11,09 MW Daya mampu : 4,66 MW Beban puncak : 4,42 MW Surplus : 0,24 MW
SISTEM BEO (TALAUD) Kapasitas terpasang : 3,25 MW Daya mampu : 2,25 MW Beban puncak : 3,04 MW Defisit : -0,79 MW
SISTEM MELONGUANE Kapasitas terpasang : 1,47 MW Daya mampu : 0,77 MW Beban puncak : 0,63 MW Surplus : 0,14 MW SISTEM ONDONG (SIAU) Kapasitas terpasang : 4,61 MW Daya mampu : 3,13 MW Beban puncak : 2,55 MW Surplus : 0,59 MW
SISTEM LIRUNG Kapasitas terpasang : 1,78 MW Daya mampu : 1,18 MW Beban puncak : 0,82 MW Surplus : 0,36 MW SISTEM INTERKONEKSI MINAHASA Kapasitas terpasang : 185,17 MW Daya mampu : 133,50 MW Beban puncak : 153,00 MW Defisit : -19,50 MW
SISTEM TAGULANDANG Kapasitas terpasang : 2,08 MW Daya mampu : 1,50 MW Beban puncak : 0,80 MW Surplus : 0,70 MW
SISTEM MOLIBAGU Kapasitas terpasang : 2,73 MW Daya mampu : 2,38 MW Beban puncak : 1,91 MW Surplus : 0,47 MW
4.22.2 Neraca Daya Provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Gorontalo kebutuhan tenaga listriknya dilayani oleh sistem kelistrikan Sulawesi Utara, Tengah dan Gorontalo sehingga neraca daya provinsi-provinsi tersebut direpresentasikan oleh neraca daya Sistem Sulawesi Utara, Tengah dan Gorontalo, dimana pada tahun 2010 sistem berada pada kondisi defisit dan selanjutnya pada tahun 2011 s.d 2014 sistem berada pada kondisi yang baik. Tabel 4.119 Neraca Daya Sistem Sulawesi Utara, Tengah dan Gorontalo
Uraian Kebutuhan Rumah Tangga Komersial Publik Industri Total Kebutuhan Pertumbuhan Susut & Losses (T&D) Susut Pemakaian Sendiri Total Susut & Losses Beban Puncak Daya Terpasang Daya Tambahan Cadangan Daya GWH GWH GWH GWH GWH % % % % MW MW MW MW 2010 808 241 195 117 1.361 6,3 9,8 3,5 13,3 326 211 74 -41 2011 865 253 215 121 1.455 6,9 9,7 3,5 13,2 348 279 319 249 2012 933 266 236 126 1.561 7,3 9,6 3,5 13,1 373 589 82 298 2013 1.012 279 260 130 1.681 7,7 9,5 3,5 13,0 401 653 248 500 2014 1.101 291 287 135 1.814 7,9 9,4 3,5 12,9 433 882 256 705
112
4.22.3 Rencana Tambahan Infrastruktur Ketenagalistrikan Dengan asumsi proyeksi pertumbuhan penduduk pada wilayah Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo sebesar 1,3% pertahun dan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,8%, maka permintaan tenaga listrik pada wilayah tersebut diperkirakan akan tumbuh rata-rata sebesar 7,9% pertahun. Dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Sulawesi Utara, telah direncanakan tambahan infrastruktur ketenagalistrikan dari tahun 20102014 sebagai berikut: Pembangkit tenaga listrik sebesar 301 MW (sekitar 24,1 MW diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2010) Transmisi tenaga listrik 551 kms Gardu induk 490 MVA Program energi baru terbarukan (EBT) dan jaringan: o PLTS 50 WP tersebar sebanyak 37.921 unit o PLTS terpusat 15 kW 7 unit o PLTMH 1.075 kW o PLTAngin 960 kW o Gardu distribusi 1.155 unit (63.750 kVA) o Jaringan Tegangan Menengah 3.050 kms o Jaringan Tegangan Rendah 2.980 kms o PLTD 14 unit (3.750 kW). Tabel 4.120 Rencana Penambahan Kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik Provinsi Sulawesi Utara
Rencana PLTD PLTD PLTM PLTP PLTU PLTG PLTU PLTM PLTM PLTM PLTP PLTP PLTU PLTP PLTU MFO Sistem Minahasa (sewa) HSD Tahuna (sewa) Lobong Lahendong IV 2 Sulut (Amurang) Minahasa Turbin Gas Tahuna Milangodaa I Duminanga Belengan Lahendong V Lahendong VI Sulut I (Kema) Kotamobagu 1, 2, 3 & 4 Sulut I (Kema) JUMLAH Total Jangka Menengah/Panjang Progress 3,00% 3,00% 99,32% 2 x 2 x 2 x 2 x 1 1 1 4 1 24,1 MW 301 x x x x x 20 25 25 4 0,7 0,5 1,2 20 20 25 20 25 MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW 49% COD 2010 2010 2010 2011 2011 2012 2012 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2014 2014 Keterangan PLN PLN PLN PLN Perpres 71 PLN IPP IPP IPP IPP IPP IPP IPP PLN IPP
277 MW MW
113
Tabel 4.121 Rencana Pengembangan Jaringan Transmisi Tenaga Listrik Provinsi Sulawesi Utara
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 DARI Lopana Telling (New 150) PLTU 2 Sulut (Perpres) Ranomut Baru 150 (Paniki) Kotamubagu/Otam Lolak Bintauna PLTP Kotamubagu PLTU Sulut (IPP) PLTP Lahendong 5 dan 6 PLTU Infrastructure (IPP) KE Telling (New 150) Ranomut Baru 150 (Paniki) Lopana Bitung Baru 150 ( Kema ) Lolak (New) Buroko Tapping Kotamubagu/Otam PLTU 2 Sulut (Perpres) Lopana JUMLAH 150 kV Incomer (Bitung - Sawangan) JUMLAH 70 kV TEGANGAN (kV) 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 70 PANJANG (kms) 96 16 36 56 72 210 1 32 8 20 547 4 4 PROGRESS (%) 56,17 COD 2009 2009 2010 2010 2010 2011 2011 2014 2014 2013 2011
100 52,73
114
4.22.4 Perkiraan Kebutuhan Investasi Untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan 5 tahun kedepan tersebut, dibutuhkan investasi sekitar USD 752,4 juta, dengan rinciannya adalah pembangkitan USD 527,6 juta, transmisi USD 22,6 juta, gardu induk USD 23,4 juta dan program EBT USD 178,8 juta. Tabel 4.124 Rekapitulasi Infrastruktur dan Kebutuhan Investasi Provinsi Sulawesi Utara
No 1 2 3 4 Uraian Pembangkit Tenaga Listrik (MW) Transmisi Tenaga Listrik (kms) Gardu Induk (MVA) Program EBT dan Jaringan - PLTS 50 Wp Tersebar - PLTS Terpusat 15 kW - PLTMH (kW) - PLT Angin (kW) - Gardu Distribusi (Unit/kVA) - JTM (kms) - JTR (kms) - PLTD (Unit/kW) Volume 301 551 490 37.921 7 1.075 960 1.155 63.750 3.050 2.980 14 3.750 2010 s.d 2014 Investasi (juta USD) 527,6 22,6 23,4 26,6 2,8 5,4 5,8 13,6 74,1 48,4 2,3 752,4
115
4.23 Provinsi Gorontalo 4.23.1 Kondisi Sistem Kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Gorontalo dipasok oleh beberapa sistem terisolasi, yaitu Sistem Telaga (Gorontalo), Buruki, dan Marisa Tilamuta. Dari 3 sistem yang memasok tenaga listrik di Provinsi Gorontalo, semua sistemnya (Sistem Telaga (Gorontalo), Buruki, dan Marisa Tilamuta) berada dalam kondisi Surplus. Saat ini rasio elektrifikasi Provinsi Gorontalo baru mencapai 49,79% dan rasio desa berlistrik sebesar 98,11%. Adapun daftar tunggu PLN telah mencapai 2.732 permintaan atau sebesar 5,6 MVA. Gambar 4.23 Kondisi Kelistrikan Provinsi Gorontalo
SISTEM BURUKI Kapasitas terpasang : 3,32 MW Daya mampu : 2,76 MW Beban puncak : 2,01 MW Surplus : 0,75 MW SISTEM MARISA TILAMUTA Kapasitas terpasang : 6,47 MW Daya mampu : 3,20 MW Beban puncak : 3,20 MW Surplus : 0,00 MW
SISTEM TELAGA (GORONTALO) Kapasitas terpasang : 44,44 MW Daya mampu : 30,30 MW Beban puncak : 29,97 MW Surplus : 0,33 MW
4.23.2 Neraca Daya Provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Gorontalo kebutuhan tenaga listriknya dilayani oleh sistem kelistrikan Sulawesi Utara, Tengah dan Gorontalo sehingga neraca daya provinsi-provinsi tersebut direpresentasikan oleh neraca daya Sistem Sulawesi Utara, Tengah dan Gorontalo, dimana pada tahun 2010 sistem berada pada kondisi defisit dan selanjutnya pada tahun 2011 s.d 2014 sistem berada pada kondisi yang baik.
116
Tabel 4.125 Neraca Daya Sistem Sulawesi Utara, Tengah dan Gorontalo
Uraian Kebutuhan Rumah Tangga Komersial Publik Industri Total Kebutuhan Pertumbuhan Susut & Losses (T&D) Susut Pemakaian Sendiri Total Susut & Losses Beban Puncak Daya Terpasang Daya Tambahan Cadangan Daya GWH GWH GWH GWH GWH % % % % MW MW MW MW 2010 808 241 195 117 1.361 6,3 9,8 3,5 13,3 326 211 74 -41 2011 865 253 215 121 1.455 6,9 9,7 3,5 13,2 348 279 319 249 2012 933 266 236 126 1.561 7,3 9,6 3,5 13,1 373 589 82 298 2013 1.012 279 260 130 1.681 7,7 9,5 3,5 13,0 401 653 248 500 2014 1.101 291 287 135 1.814 7,9 9,4 3,5 12,9 433 882 256 705
4.23.3 Rencana Tambahan Infrastruktur Ketenagalistrikan Dengan asumsi proyeksi pertumbuhan penduduk pada wilayah Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo sebesar 1,3% pertahun dan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,8%, maka permintaan tenaga listrik pada wilayah tersebut diperkirakan akan tumbuh rata-rata sebesar 7,9% pertahun. Dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Gorontalo, telah direncanakan tambahan infrastruktur ketenagalistrikan dari tahun 2010-2014 sebagai berikut: Pembangkit tenaga listrik sebesar 93 MW (sekitar 10 MW diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2010) Transmisi tenaga listrik 544 kms Gardu induk 140 MVA Program energi baru terbarukan (EBT) dan jaringan: o PLTS 50 WP tersebar sebanyak 57.964 unit o PLTS terpusat 15 kW 8 unit o PLTMH 1.400 kW o PLTAngin 960 kW o Gardu distribusi 1.950 unit (90.000 kVA) o Jaringan Tegangan Menengah 4.330 kms o Jaringan Tegangan Rendah 4.380 kms o PLTD 6 unit (1.500 kW).
117
Tabel 4.126 Rencana Penambahan Kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik Provinsi Gorontalo
Rencana PLTD PLTD PLTM PLTU PLTU PLTU MFO Gorontalo (sewa) HSD Marisa (sewa) Mongango Gorontalo Molotabu Gorontalo Energi JUMLAH Total Jangka Menengah/Panjang Progress 3,00% 3,00% 93,01% 47% 30,00% COD 2010 2010 2011 2011 2012 2013 Keterangan PLN PLN PLN Perpres 71 IPP IPP
Pendek 7 3 MW MW
2 x 2 x 10,0 MW 93 MW
1,2 25 20 6
MW MW MW MW
83 MW
Tabel 4.127 Rencana Pengembangan Jaringan Transmisi Tenaga Listrik Provinsi Gorontalo
NO. 1 2 3 4 5 DARI PLTU Gorontalo Energi (IPP) Isimu Isimu PLTU Gtalo (Perpres)/Kwandang Isimu Botupingge Botupingge Marissa Incomer Buroko JUMLAH KE TEGANGAN (kV) 150 150 150 150 150 PANJANG (kms) 70 90 220 24 140 544 PROGRESS (%) 100 100 100 COD 2010 2010 2010 2010 2010
118
4.23.4 Perkiraan Kebutuhan Investasi Untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan 5 tahun kedepan tersebut, dibutuhkan investasi sekitar USD 459,2 juta, dengan rinciannya adalah pembangkitan USD 160,3 juta, transmisi USD 22,5 juta, gardu induk USD 10,9 juta dan program EBT USD 265,5 juta. Tabel 4.130 Rekapitulasi Infrastruktur dan Kebutuhan Investasi Provinsi Gorontalo
No 1 2 3 4 Uraian Pembangkit Tenaga Listrik (MW) Transmisi Tenaga Listrik (kms) Gardu Induk (MVA) Program EBT dan Jaringan - PLTS 50 Wp Tersebar - PLTS Terpusat 15 kW - PLTMH (kW) - PLT Angin (kW) - Gardu Distribusi (Unit/kVA) - JTM (kms) - JTR (kms) - PLTD (Unit/kW) 2010 s.d 2014 Volume Investasi (juta USD) 93 544 140 57.964 8 1.400 960 1.950 90.000 4.330 4.380 6 1.500 160,3 22,5 10,9 40,6 3,2 7,2 5,8 20,4 114,9 72,5 0,9 459,2
4.24 Provinsi Sulawesi Tengah 4.24.1 Kondisi Sistem Kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Sulawesi Tengah dipasok oleh beberapa sistem terisolasi, yaitu Sistem Palu, Toli-Toli, Luwuk, Bangkir, Palasa, Moutong, Parigi, Poso, Tentena, Kolonedale, Toili, Kotaraya, Leok, Ampana, Bunta, Moilong, Banggai, dang Bungku. Dari 18 sistem yang memasok tenaga listrik di Provinsi Sulawesi Tengah, 13 sistem (Sistem Toli-Toli, Luwuk, Palasa, Parigi, Tentena, Kolonedale, Toili, Kotaraya, Leok, Ampana, Bunta, Banggai, dang Bungku), berada dalam kondisi Surplus, dan 5 sistem lainnya (Sistem Palu, Bangkir, Moutong, Poso, dan Moilong) berada pada kondisi Defisit. Saat ini rasio elektrifikasi Provinsi Sulawesi Tengah baru mencapai 48,30% dan rasio desa berlistrik sebesar 99,02%. Adapun daftar tunggu PLN telah mencapai 22.059 permintaan atau sebesar 27,4 MVA.
119
SISTEM TOLI-TOLI TOLIKapasitas terpasang : 10,26 MW Daya mampu : 5,79 MW Beban puncak : 4,38 MW Surplus : 1,41 MW SISTEM LUWUK Kapasitas terpasang : 11,18 MW Daya mampu : 6,17 MW Beban puncak : 5,47 MW Surplus : 0,70 MW
SISTEM PALU Kapasitas terpasang : 81,24 MW Daya mampu : 36,49 MW Beban puncak : 50,60 MW Defisit :-14,11 MW
SISTEM BANGKIR Kapasitas terpasang: 1,92 MW Daya mampu : 1,36 MW Beban puncak : 1,49 MW Defisit : -0,13 MW SISTEM PALASA Kapasitas terpasang: 1,67 MW Daya mampu : 1,00 MW Beban puncak : 0,69 MW Surplus : 0,31 MW
SISTEM LEOK Kapasitas terpasang: 3,35 MW Daya mampu : 1,92 MW Beban puncak : 1,83 MW Surplus : 0,09 MW SISTEM AMPANA Kapasitas terpasang: 3,10 MW Daya mampu : 1,67 MW Beban puncak : 1,12 MW Surplus : 0,55 MW SISTEM BUNTA Kapasitas terpasang: 1,49 MW Daya mampu : 1,39 MW Beban puncak : 1,13 MW Surplus : 0,26 MW
SISTEM KOTARAYA Kapasitas terpasang: 1,70 MW Daya mampu : 1,05 MW Beban puncak : 1,03 MW Surplus : 0,02 MW
SISTEM MOUTONG Kapasitas terpasang: 3,45 MW Daya mampu : 1,76 MW Beban puncak : 2,10 MW Defisit : -0,34 MW
SISTEM PARIGI Kapasitas terpasang: 7,80 MW Daya mampu : 3,37 MW Beban puncak : 3,18 MW Surplus : 0,19 MW
SISTEM MOILONG Kapasitas terpasang: 3,00 MW Daya mampu : 1,76 MW Beban puncak : 2,10 MW Defisit : -0,34 MW
SISTEM POSO Kapasitas terpasang: 7,63 MW Daya mampu : 5,18 MW Beban puncak : 5,95 MW Defisit : -0,77 MW
SISTEM TOILI Kapasitas terpasang: 3,00 MW Daya mampu : 1,50 MW Beban puncak : 1,31 MW Surplus : 0,19 MW SISTEM KOLONEDALE Kapasitas terpasang: 3,63 MW Daya mampu : 1,62 MW Beban puncak : 1,20 MW Surplus : 0,42 MW
SISTEM BANGGAI Kapasitas terpasang: 2,25 MW Daya mampu : 1,12 MW Beban puncak : 1,10 MW Surplus : 0,02 MW SISTEM BUNGKU Kapasitas terpasang: 1,56 MW Daya mampu : 0,88 MW Beban puncak : 0,81 MW Surplus : 0,07 MW
SISTEM TENTENA Kapasitas terpasang: 1,70 MW Daya mampu : 1,50 MW Beban puncak : 1,50 MW Surplus : 0,00 MW
120
4.24.2 Neraca Daya Provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Gorontalo kebutuhan tenaga listriknya dilayani oleh sistem kelistrikan Sulawesi Utara, Tengah dan Gorontalo sehingga neraca daya provinsi-provinsi tersebut direpresentasikan oleh neraca daya Sistem Sulawesi Utara, Tengah dan Gorontalo, dimana pada tahun 2010 sistem berada pada kondisi defisit dan selanjutnya pada tahun 2011 s.d 2014 sistem berada pada kondisi yang baik. Tabel 4.131 Neraca Daya Sistem Sulawesi Utara, Tengah dan Gorontalo
Uraian Kebutuhan Rumah Tangga Komersial Publik Industri Total Kebutuhan Pertumbuhan Susut & Losses (T&D) Susut Pemakaian Sendiri Total Susut & Losses Beban Puncak Daya Terpasang Daya Tambahan Cadangan Daya GWH GWH GWH GWH GWH % % % % MW MW MW MW 2010 808 241 195 117 1.361 6,3 9,8 3,5 13,3 326 211 74 -41 2011 865 253 215 121 1.455 6,9 9,7 3,5 13,2 348 279 319 249 2012 933 266 236 126 1.561 7,3 9,6 3,5 13,1 373 589 82 298 2013 1.012 279 260 130 1.681 7,7 9,5 3,5 13,0 401 653 248 500 2014 1.101 291 287 135 1.814 7,9 9,4 3,5 12,9 433 882 256 705
4.24.3 Rencana Tambahan Infrastruktur Ketenagalistrikan Dengan asumsi proyeksi pertumbuhan penduduk pada wilayah Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo sebesar 1,3% pertahun dan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,8%, maka permintaan tenaga listrik pada wilayah tersebut diperkirakan akan tumbuh rata-rata sebesar 7,9% pertahun. Dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Sulawesi Tengah, telah direncanakan tambahan infrastruktur ketenagalistrikan dari tahun 2010-2014 sebagai berikut: Pembangkit tenaga listrik sebesar 583 MW (sekitar 39,8 MW diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2010) Transmisi tenaga listrik 800 kms Gardu induk 190 MVA Program energi baru terbarukan (EBT) dan jaringan: o PLTS 50 WP tersebar sebanyak 57.200 unit o PLTS terpusat 15 kW 8 unit o PLTMH 1.480 kW o Gardu distribusi 1.870 unit (89.250 kVA) o Jaringan Tegangan Menengah 4.720 kms o Jaringan Tegangan Rendah 5.370 kms o PLTD 7 unit (1.750 kW).
121
Tabel 4.132 Rencana Penambahan Kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik Provinsi Sulawesi Tengah
Rencana PLTD PLTD PLTD PLTD PLTD PLTM PLTM PLTA PLTA PLTM PLTM PLTU PLTU PLTGU PLTM PLTM PLTM PLTM PLTM PLTM PLTM PLTM PLTM PLTU PLTGU PLTM PLTM PLTP PLTP HSD Toli-Toli (sewa) HSD Luwuk (sewa) HSD Palu (sewa) HSD Poso (sewa) HSD Kolonedale (sewa) Sansarino Tomini II Poso Energy Poso Hek Sawidago II Moutong Luwuk Senoro Bungku Hydro Power Bunta Pekasalo Biak I Biak II Biak III Kotaraya Batubota Kolonedale Hydro Power PJPP II - expansion #3, 4 Senoro Bambalo 3 Lambangan Bora Merana/Masaingi JUMLAH Total Pendek 4 5 20 3 3 0,8 2 MW MW MW MW MW MW MW 50 145 2,5 1 4 10 120 1,2 2,5 1,2 1,5 1,3 1,2 0,8 2,5 3,6 15 120 2,3 3,2 5 10 MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW Jangka Menengah/Panjang Progress 3,00% 3,00% 3,00% 3,00% 3,00% 46,26% 65,00% COD 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2011 2011 2011 2012 2012 2012 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2014 2014 2014 2014 2014 Keterangan PLN PLN PLN PLN PLN PLN PLN IPP IPP IPP PLN IPP IPP IPP IPP IPP IPP IPP IPP IPP IPP IPP IPP IPP IPP IPP IPP IPP IPP
2 x
2 x 2 x 1 x
2 x
2 x 1 x
1 x 2 x 39,8 MW 583
544 MW MW
Tabel 4.133 Rencana Pengembangan Jaringan Transmisi Tenaga Listrik Provinsi Sulawesi Tengah
NO. 1 2 3 4 PLTGU Senoro Talise PLTA Poso PLTU Palu (Kemitraan) DARI Tentena JUMLAH 275 kV Pasang Kayu Parigi Incomer (Talise - Pasang Kayu) JUMLAH 150 kV KE TEGANGAN (kV) 275 150 150 150 PANJANG (kms) 360 360 140 280 20 440 PROGRESS (%) COD 2013 2010 2011 2011
100
122
4.24.4 Perkiraan Kebutuhan Investasi Untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan 5 tahun kedepan tersebut, dibutuhkan investasi sekitar USD 1.254,2 juta, dengan rinciannya adalah pembangkitan USD 823,1 juta, transmisi USD 153,8 juta, gardu induk USD 11,5 juta dan program EBT USD 265,8 juta. Tabel 4.136 Rekapitulasi Infrastruktur dan Kebutuhan Investasi Provinsi Sulawesi Tengah
No 1 2 3 4 Uraian Pembangkit Tenaga Listrik (MW) Transmisi Tenaga Listrik (kms) Gardu Induk (MVA) Program EBT dan Jaringan - PLTS 50 Wp Tersebar - PLTS Terpusat 15 kW - PLTMH (kW) - PLT Angin (kW) - Gardu Distribusi (Unit/kVA) - JTM (kms) - JTR (kms) - PLTD (Unit/kW) Volume 583 800 190 57.200 8 1.480 0 1.870 89.250 4.720 5.370 7 1.750 2010 s.d 2014 Investasi (juta USD) 823,1 153,8 11,5 40,1 3,2 7,7 19,6 108,6 85,5 1,1 1.254,2
123
4.25 Provinsi Sulawesi Barat 4.25.1 Kondisi Sistem Kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Sulawesi Barat dipasok oleh 2 sistem terisolasi, yaitu Sistem Pasangkayu dan Mamasa. Dari 2 sistem yang memasok tenaga listrik di Provinsi Kalimantan Timur, semua sistemnya (Sistem Pasangkayu dan Mamasa) berada dalam kondisi Surplus. Mengingat bahwa Provinsi Sulawesi Barat masih termasuk Provinsi baru, maka data rasio elektrifikasi dan rasio desa berlistrik belum tersedia datanya. Adapun daftar tunggu PLN telah mencapai 5.420 permintaan atau sebesar 7,2 MVA. Gambar 4.25 Kondisi Kelistrikan Provinsi Sulawesi Barat
SISTEM PASANGKAYU Kapasitas terpasang : 0,84 MW Daya mampu : 0,74 MW Beban puncak : 0,56 MW Surplus : 0,18 MW
SISTEM MAMASA Kapasitas terpasang : 0,80 MW Daya mampu : 0,70 MW Beban puncak : 0,42 MW Surplus : 0,28 MW
4.25.2 Neraca Daya Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat kebutuhan tenaga listriknya dilayani oleh sistem kelistrikan Sulawesi Selatan, Tenggara dan Barat sehingga neraca daya provinsi-provinsi tersebut direpresentasikan oleh neraca daya Sistem Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat, dimana pada tahun 2010 s.d 2014 sistem berada pada kondisi yang baik.
124
Tabel 4.137 Neraca Daya Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat
Uraian Kebutuhan Rumah Tangga Komersial Publik Industri Total Kebutuhan Pertumbuhan Susut & Losses (T&D) Susut Pemakaian Sendiri Total Susut & Losses Beban Puncak Daya Terpasang Daya Tambahan Cadangan Daya GWH GWH GWH GWH GWH % % % % MW MW MW MW 2010 1.622 533 336 791 3.282 6,9 12,8 2,0 14,8 782 460 327 5 2011 1.712 588 368 843 3.512 7,0 12,7 2,0 14,7 836 778 293 235 2012 1.803 650 403 903 3.758 7,0 12,6 2,0 14,6 894 1.055 231 393 2013 1.896 718 441 967 4.022 7,0 12,5 2,0 14,0 952 1.265 77 391 2014 1.992 793 483 1.037 4.305 7,0 12,4 2,0 14,4 1.022 1.317 231 526
4.25.3 Rencana Tambahan Infrastruktur Ketenagalistrikan Dengan asumsi proyeksi pertumbuhan penduduk pada wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat sebesar 1,1% pertahun pertumbuhan ekonomi sebesar 6,7% maka permintaan tenaga listrik di sistem tersebut diperkirakan akan tumbuh rata-rata sebesar 7,2% pertahun. Dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Sulawesi Barat, telah direncanakan tambahan infrastruktur ketenagalistrikan dari tahun 20102014 sebagai berikut: Pembangkit tenaga listrik sebesar 14 MW Transmisi tenaga listrik 160 kms Gardu induk 90 MVA Program energi baru terbarukan (EBT) dan jaringan: o PLTS 50 WP tersebar sebanyak 23.770 unit o PLTS terpusat 15 kW 8 unit o PLTMH 1.150 kW Tabel 4.138 Rencana Penambahan Kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik Provinsi Sulawesi Barat
Rencana PLTU Mamuju JUMLAH Total - MW 14 MW Pendek Jangka Menengah/Panjang 2 x 7 MW Progress COD 2014 Keterangan IPP
14 MW
Tabel 4.139 Rencana Pengembangan Jaringan Transmisi Tenaga Listrik Provinsi Sulawesi Barat
NO. 1 Mamuju DARI Pasang Kayu JUMLAH KE TEGANGAN (kV) 150 PANJANG (kms) 160 160 PROGRESS (%) COD 2011
125
95,79
4.25.4 Perkiraan Kebutuhan Investasi Untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan 5 tahun kedepan tersebut, dibutuhkan investasi sekitar USD 122,8 juta, dengan rinciannya adalah pembangkit USD 29,4 juta, transmisi USD 27,2 juta, gardu induk USD 5,4 juta dan program EBT USD 60,8 juta. Tabel 4.142 Rekapitulasi Infrastruktur dan Kebutuhan Investasi Provinsi Sulawesi Barat
No 1 2 3 4 Uraian Pembangkit Tenaga Listrik (MW) Transmisi Tenaga Listrik (kms) Gardu Induk (MVA) Program EBT dan Jaringan - PLTS 50 Wp Tersebar - PLTS Terpusat 15 kW - PLTMH (kW) - PLT Angin (kW) - Gardu Distribusi (Unit/kVA) - JTM (kms) - JTR (kms) - PLTD (Unit/kW) Volume 14 160 90 23.770 8 1.150 termasuk dalam rekap Prov. Sulsel
2010 s.d 2014 Investasi (juta USD) 29,4 27,2 5,4 51,3 3,2 6,3 -
122,8
126
4.26 Provinsi Sulawesi Selatan 4.26.1 Kondisi Sistem Kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Sulawesi Selatan dipasok oleh satu sistem interkoneksi melalui jaringan transmisi 150 kV yaitu Sistem Sulawesi Selatan dan beberapa sistem terisolasi, yaitu Sistem Malili-Inco, dan Selayar. Dari 3 sistem yang memasok tenaga listrik di Provinsi Sulawesi Selatan, 2 sistem (Sistem Malili-Inco, dan Selayar), berada dalam kondisi Surplus, dan 1 sistem (Sistem Interkoneksi Sulawesi Selatan) berada pada kondisi Defisit. Saat ini rasio elektrifikasi Provinsi Sulawesi Selatan baru mencapai 55,20% dan rasio desa berlistrik sebesar 100%. Adapun daftar tunggu PLN telah mencapai 56.978 permintaan atau sebesar 54,7 MVA. Gambar 4.26 Kondisi Kelistrikan Provinsi Sulawesi Selatan
SISTEM MALILI - INCO Kapasitas terpasang : 6,56 MW Daya mampu : 6,33 MW Beban puncak : 6,00 MW Surplus : 0,33 MW
SISTEM INTERKONEKSI SULAWESI SELATAN Kapasitas terpasang : 635,24 MW Daya mampu : 447,77 MW Beban puncak : 552,92 MW Defisit :-105,15 MW
SISTEM SELAYAR Kapasitas terpasang : 6,49 MW Daya mampu : 3,80 MW Beban puncak : 2,70 MW Surplus : 1,10 MW
4.26.2 Neraca Daya Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat kebutuhan tenaga listriknya dilayani oleh sistem kelistrikan Sulawesi Selatan, Tenggara dan Barat sehingga neraca daya provinsi-provinsi tersebut direpresentasikan oleh neraca daya Sistem Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat, dimana pada tahun 2010 s.d 2014 sistem berada pada kondisi yang baik.
127
Tabel 4.143 Neraca Daya Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat
Uraian Kebutuhan Rumah Tangga Komersial Publik Industri Total Kebutuhan Pertumbuhan Susut & Losses (T&D) Susut Pemakaian Sendiri Total Susut & Losses Beban Puncak Daya Terpasang Daya Tambahan Cadangan Daya GWH GWH GWH GWH GWH % % % % MW MW MW MW 2010 1.622 533 336 791 3.282 6,9 12,8 2,0 14,8 782 460 327 5 2011 1.712 588 368 843 3.512 7,0 12,7 2,0 14,7 836 778 293 235 2012 1.803 650 403 903 3.758 7,0 12,6 2,0 14,6 894 1.055 231 393 2013 1.896 718 441 967 4.022 7,0 12,5 2,0 14,0 952 1.265 77 391 2014 1.992 793 483 1.037 4.305 7,0 12,4 2,0 14,4 1.022 1.317 231 526
4.26.3 Rencana Tambahan Infrastruktur Ketenagalistrikan Dengan asumsi proyeksi pertumbuhan penduduk pada wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat sebesar 1,1% pertahun pertumbuhan ekonomi sebesar 6,7% maka permintaan tenaga listrik di sistem tersebut diperkirakan akan tumbuh rata-rata sebesar 7,2% pertahun. Dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Sulawesi Selatan, telah direncanakan tambahan infrastruktur ketenagalistrikan dari tahun 2010-2014 sebagai berikut: Pembangkit tenaga listrik sebesar 965 MW (sekitar 271,4 MW diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2010) Transmisi tenaga listrik 1.154 kms Gardu induk 1.080 MVA Program energi baru terbarukan (EBT) dan jaringan: o PLTS 50 WP tersebar sebanyak 23.575 unit o PLTS terpusat 15 kW 8 unit o PLTMH 1.326 kW o PLTAngin 1.200 kW o Gardu distribusi 1.820 unit (86.000 kVA) o Jaringan Tegangan Menengah 6.550 kms o Jaringan Tegangan Rendah 5.380 kms o PLTD 18 unit (5.500 kW).
128
Tabel 4.144 Rencana Penambahan Kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik Provinsi Sulawesi Selatan
Rencana PLTM PLTD PLTD/G PLTM PLTGU PLTU PLTGU PLTD PLTU PLTD PLTU PLTU Ranteballa MFO Sulsel (sewa) HSD Sulsel (sewa) Sulsel Sengkang, Open Cycle Sulsel (Barru) Sengkang Selayar Sulsel - 1 / Jeneponto Bosowa Selayar Takalar Selayar JUMLAH Total Jangka Menengah/Panjang Progress 97,00% 5,00% COD Akhir 2009 2010 2010 2010 2010 2011 2011 2012 2012 2014 2014 2014 Keterangan IPP PLN PLN PLN IPP Perpres 71 IPP PLN IPP PLN PLN IPP
2 x 2 x 1 x 2 x 2 x 271,4 MW 965
MW MW MW MW MW MW MW
40%
694 MW MW
Tabel 4.145 Rencana Pengembangan Jaringan Transmisi Tenaga Listrik Provinsi Sulawesi Selatan
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 DARI Sidrap Maros (New) Tanjungbunga Sengkang Siwa/Kera (New) Sengkang Tallo Lama PLTU Sulsel (Perpres)/Barru PLTU Takalar (Perpres 2) PLTU Takalar (Perpres 2) Palopo Wotu (New) PLTU Jeneponto (IPP-Bosowa) PLTA Malea KE Maros (New) Sungguminasa Bontoala Siwa /Kera (New) Palopo Sidrap Bontoala Incomer 2 phi Tip. 157 Tip. 158 Wotu (New) Malili (New) PLTU Takalar (Perpres 2) Makale JUMLAH TEGANGAN (kV) 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 PANJANG (kms) 308 64 23 130 160 70 10 4,62 20 20 170 100 4 70 1.154 PROGRESS (%) 54,49 50,97 98,98 COD 2009 2009 2009 2010 2010 2010 2010 2010 2011 2011 2012 2012 2013 2013
41,6
100 100
129
NO. 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
LOKASI Siwa/Kera (GI Baru) Takalar/Tallasa Tallo Lama Pare-pare Watampone Makale Pangkep Panakkukang Wotu (GI Baru)+4 LB Palopo Ext LB Malili (GI Baru) Sinjai Makale PLTA Malea Maros Ext LB Tallo Lama Pinrang Sidrap Sengkang Daya Baru (GI Baru) Mandai Borongloe
RASIO TRAFO (kV) 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 Jumlah 150/20 kV 70/20 70/20 Jumlah 70/20 kV
NEW/EXTENSION New Extension Extension Relokasi Extension Extension Extension Extension New Extension New Relokasi Extension Extension Extension Extension Relokasi Extension Extension New Relokasi Relokasi
COD 2010 2010 2010 2011 2011 2011 2012 2012 2012 2012 2012 2013 2013 2013 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014
23,36
2010 1.500
2011 5.500 2
100
250 300
4.26.4 Perkiraan Kebutuhan Investasi Untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan 5 tahun kedepan tersebut, dibutuhkan investasi sekitar USD 1.659,8 juta, dengan rinciannya adalah pembangkitan USD 1.179,7 juta, transmisi USD 202,9 juta, gardu induk USD 56,8 juta dan program EBT USD 220,3 juta.
130
Tabel 4.148 Rekapitulasi Infrastruktur dan Kebutuhan Investasi Provinsi Sulawesi Selatan
No 1 2 3 4 Uraian Pembangkit Tenaga Listrik (MW) Transmisi Tenaga Listrik (kms) Gardu Induk (MVA) Program EBT dan Jaringan - PLTS 50 Wp Tersebar - PLTS Terpusat 15 kW - PLTMH (kW) - PLT Angin (kW) - Gardu Distribusi (Unit/kVA) - JTM (kms) - JTR (kms) - PLTD (Unit/kW)
Cat: jaringan termasuk Prov. Sulbar
2010 s.d 2014 Investasi (juta USD) 1.179,7 202,9 56,8 16,5 3,2 6,7 7,2 18,4 109,8 55,7 2,7 1.659,8
4.27 Provinsi Sulawesi Tenggara 4.27.1 Kondisi Sistem Kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Sulawesi Tenggara dipasok oleh beberapa sistem terisolasi, yaitu Sistem Kendari, Lambuya, Bau-Bau, WangiWangi, Lasusua, Kolaka, Kassipute, dan Raha. Dari 8 sistem yang memasok tenaga listrik di Provinsi Sulawesi Tenggara, 6 sistem (Sistem Lambuya, Bau-Bau, Wangi-Wangi, Lasusua, Kassipute, dan Raha), berada dalam kondisi Surplus, dan 2 sistem (Sistem Kendari dan Kolaka) berada pada kondisi Defisit. Saat ini rasio elektrifikasi Provinsi Sulawesi Tenggara baru mencapai 38,09% dan rasio desa berlistrik sebesar 95,95%. Adapun daftar tunggu PLN telah mencapai 24.042 permintaan atau sebesar 34,7 MVA.
131
SISTEM LASUSUA Kapasitas terpasang : 0,76 MW Daya mampu : 0,74 MW Beban puncak : 0,47 MW Surplus : 0,27 MW
SISTEM KENDARI Kapasitas terpasang : 55,83 MW Daya mampu : 32,75 MW Beban puncak : 37,45 MW Defisit : -4,70 MW
SISTEM KOLAKA Kapasitas terpasang : 9,52 MW Daya mampu : 7,06 MW Beban puncak : 8,10 MW Defisit : -1,04 MW
SISTEM LAMBUYA Kapasitas terpasang : 7,57 MW Daya mampu : 4,40 MW Beban puncak : 4,20 MW Surplus : 0,20 MW
SISTEM KASSIPUTE Kapasitas terpasang : 2,12 MW Daya mampu : 0,90 MW Beban puncak : 0,55 MW Surplus : 0,35 MW
SISTEM BAU-BAU BAUKapasitas terpasang : 19,87 MW Daya mampu : 12,05 MW Beban puncak : 9,91 MW Surplus : 2,14 MW
SISTEM RAHA Kapasitas terpasang : 14,21 MW Daya mampu : 6,78 MW Beban puncak : 5,68 MW Surplus : 1,10 MW
SISTEM WANGI-WANGI WANGIKapasitas terpasang : 2,63 MW Daya mampu : 1,11 MW Beban puncak : 1,07 MW Surplus : 0,04 MW
4.27.2 Neraca Daya Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat kebutuhan tenaga listriknya dilayani oleh sistem kelistrikan Sulawesi Selatan, Tenggara dan Barat sehingga neraca daya provinsi-provinsi tersebut direpresentasikan oleh neraca daya Sistem Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat, dimana pada tahun 2010 s.d 2014 sistem berada pada kondisi yang baik. Tabel 4.149 Neraca Daya Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat
Uraian Kebutuhan Rumah Tangga Komersial Publik Industri Total Kebutuhan Pertumbuhan Susut & Losses (T&D) Susut Pemakaian Sendiri Total Susut & Losses Beban Puncak Daya Terpasang Daya Tambahan Cadangan Daya GWH GWH GWH GWH GWH % % % % MW MW MW MW 2010 1.622 533 336 791 3.282 6,9 12,8 2,0 14,8 782 460 327 5 2011 1.712 588 368 843 3.512 7,0 12,7 2,0 14,7 836 778 293 235 2012 1.803 650 403 903 3.758 7,0 12,6 2,0 14,6 894 1.055 231 393 2013 1.896 718 441 967 4.022 7,0 12,5 2,0 14,0 952 1.265 77 391 2014 1.992 793 483 1.037 4.305 7,0 12,4 2,0 14,4 1.022 1.317 231 526
132
4.27.3 Rencana Tambahan Infrastruktur Ketenagalistrikan Dengan asumsi proyeksi pertumbuhan penduduk pada wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat sebesar 1,1% pertahun pertumbuhan ekonomi sebesar 6,7% maka permintaan tenaga listrik di sistem tersebut diperkirakan akan tumbuh rata-rata sebesar 7,2% pertahun. Dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Sulawesi Tenggara, telah direncanakan tambahan infrastruktur ketenagalistrikan dari tahun 2010-2014 sebagai berikut: Pembangkit tenaga listrik sebesar 181 MW (sekitar 56 MW diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2010) Transmisi tenaga listrik 370 kms Gardu induk 260 MVA Program energi baru terbarukan (EBT) dan jaringan: o PLTS 50 WP tersebar sebanyak 66.200 unit o PLTS terpusat 15 kW 12 unit o PLTMH 1.400 kW o PLTAngin 820 kW o Gardu distribusi 2.240 unit (110.750 kVA) o Jaringan Tegangan Menengah 6.930 kms o Jaringan Tegangan Rendah 6.650 kms o PLTD 10 unit (2.250 kW). Tabel 4.150 Rencana Penambahan Kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik Provinsi Sulawesi Tenggara
Rencana PLTD PLTD PLTD PLTD PLTD PLTD PLTD PLTU PLTM PLTM PLTM PLTU PLTD PLTM PLTU PLTD PLTP PLTU PLTU PLTD PLTP MFO Kendari (sewa) HSD Kendari (sewa) HSD Kolaka (sewa) MFO Kolaka (sewa) HSD Bau-Bau (sewa) HSD Raha (sewa) HSD Wangi-Wangi (sewa) Sultra (Kendari - Nii Tanasa) Sabilambo-Kolaka Rongi Mikuasi-Kolaka Sultra (Kendari - Nii Tanasa) Raha Ratelimbong-Kolaka Kolaka Wangi-Wangi Mangolo Bau-Bau Kendari Wangi-Wangi Mangolo JUMLAH Total Jangka Menengah/Panjang Progress COD 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2011 2011 2011 2011 2012 2012 2012 2013 2013 2013 2013 2014 2014 Keterangan Sewa PLN PLN PLN PLN PLN PLN Perpres 71 PLN PLN PLN Perpres 71 PLN PLN IPP PLN IPP IPP IPP PLN IPP
Pendek 10 16 2 4 9 3 2 10 MW MW MW MW MW MW MW MW
2 x 1 x 2 x 2 x 1 x 56,0 MW 181
MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW
3,00% 3,00% 3,00% 3,00% 3,00% 3,00% 69% 24,15% 17,33% 18,21% 69%
125 MW MW
133
Tabel 4.151 Rencana Pengembangan Jaringan Transmisi Tenaga Listrik Provinsi Sulawesi Tenggara
NO. 1 2 3 4 5 Kendari PLTU Kolaka Unahaa PLTU Kendari PLTU NII Tanasa DARI KE Unahaa (New) Kolaka Kolaka (New) Kendari JUMLAH 150 kV Kendari JUMLAH 70 kV TEGANGAN (kV) 150 150 150 150 70 PANJANG (kms) 70 20 200 30 320 50 50 PROGRESS (%) COD 2011 2012 2012 2013 2010
4.27.4 Perkiraan Kebutuhan Investasi Untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan 5 tahun kedepan tersebut, dibutuhkan investasi sekitar USD 686,2 juta, dengan rinciannya adalah pembangkitan USD 298,2 juta, transmisi USD 50,8 juta, gardu induk USD 19,4 juta dan program EBT USD 317,8 juta.
134
Tabel 4.154 Rekapitulasi Infrastruktur dan Kebutuhan Investasi Provinsi Sulawesi Tenggara
No 1 2 3 4 Uraian Pembangkit Tenaga Listrik (MW) Transmisi Tenaga Listrik (kms) Gardu Induk (MVA) Program EBT dan Jaringan - PLTS 50 Wp Tersebar - PLTS Terpusat 15 kW - PLTMH (kW) - PLT Angin (kW) - Gardu Distribusi (Unit/kVA) - JTM (kms) - JTR (kms) - PLTD (Unit/kW) Volume 181 370 260 66.200 12 1.400 820 2.240 110.750 6.930 6.650 10 2.250 2010 s.d 2014 Investasi (juta USD) 298,2 50,8 19,4 46,4 4,8 7,7 4,9 24,6 149,1 79,1 1,2 686,2
4.28 Provinsi Nusa Tenggara Barat 4.28.1 Kondisi Sistem Kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Nusa Tenggara Barat dipasok oleh beberapa sistem terisolasi, yaitu Sistem Lombok, Sumbawa Barat, Sumbawa, dan Bima. Dari 4 sistem yang memasok tenaga listrik di Provinsi Nusa Tenggara Barat, semua sistem kelistrikannya (Sistem Lombok, Sumbawa Barat, Sumbawa, dan Bima) berada pada kondisi Defisit. Saat ini rasio elektrifikasi Provinsi Nusa Tenggara Barat baru mencapai 32,51% dan rasio desa berlistrik sebesar 100%. Adapun daftar tunggu PLN telah mencapai 145.646 permintaan atau sebesar 116,1 MVA.
135
SISTEM LOMBOK Kapasitas terpasang : 117,93 MW Daya mampu : 82,95 MW Beban puncak : 112,10 MW Defisit : -29,15 MW
SISTEM SUMBAWA Kapasitas terpasang : 30,37 MW Daya mampu : 19,81 MW Beban puncak : 21,55 MW Deffisit : -1,75 MW
SISTEM BIMA Kapasitas terpasang : 26,94 MW Daya mampu : 18,56 MW Beban puncak : 22,50 MW Defisit : -3,94 MW
SISTEM SUMBAWA BARAT Kapasitas terpasang : 8,51 MW Daya mampu : 5,02 MW Beban puncak : 5,08 MW Defisit : -0,06 MW
4.28.2 Neraca Daya Neraca daya Provinsi Nusa Tenggara Barat pada tahun 2010 hingga tahun 2014 cukup baik, walaupun cadangan daya pada tahun 2010 dan 2011 cukup kecil. Tabel 4.155 Neraca Daya Provinsi Nusa Tenggara Barat
Uraian Kebutuhan Rumah Tangga Komersial Publik Industri Total Kebutuhan Pertumbuhan Susut & Losses (T&D) Susut Pemakaian Sendiri Total Susut & Losses Beban Puncak Daya Terpasang Daya Tambahan Cadangan Daya GWh GWh GWh GWh GWh % % % % MW MW MW MW 2010 426 131 73 12 643 7,4 7,3 5,0 12,3 156 85 85 14 2011 460 143 78 13 695 8,0 7,2 5,0 12,2 168 167 64 63 2012 498 156 83 14 751 8,2 7,1 5,0 12,1 181 226 49 94 2013 541 170 88 15 814 8,3 7,0 5,0 12,0 196 269 125 197 2014 587 185 93 17 882 8,3 7,0 5,0 12,0 213 385 60 233
136
4.28.3 Rencana Tambahan Infrastruktur Ketenagalistrikan Dengan asumsi proyeksi pertumbuhan penduduk Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 1,2% pertahun dan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,7% maka permintaan tenaga listrik pada sistem tersebut diperkirakan akan tumbuh rata-rata sebesar 8,3% pertahun. Dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Nusa Tenggara Barat, telah direncanakan tambahan infrastruktur ketenagalistrikan dari tahun 2010-2014 sebagai berikut: Pembangkit tenaga listrik sebesar 383 MW (sekitar 85 MW diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2010) Transmisi tenaga listrik 809 kms Gardu induk 460 MVA Program energi baru terbarukan (EBT) dan jaringan: o PLTS 50 WP tersebar sebanyak 74.105 unit o PLTS terpusat 15 kW 13 unit o PLTMH 2.150 kW o PLTAngin 2.500 kW o Gardu distribusi 2.840 unit (142.000 kVA) o Jaringan Tegangan Menengah 6.005 kms o Jaringan Tegangan Rendah 6.260 kms o PLTD 8 unit (2.000 kW). Tabel 4.156 Rencana Penambahan Kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik Provinsi Nusa Tenggara Barat
Rencana PLTD PLTD PLTD PLTD PLTD PLTD PLTU PLTM PLTU PLTU PLTM PLTM PLTU PLTU PLTU PLTA PLTP PLTU PLTU PLTU PLTU PLTU PLTP PLTU MFO Lombok (sewa) HSD Lombok (sewa) MFO Sumbawa (sewa) HSD Sumbawa (sewa) MFO Bima (sewa) HSD Bima (sewa) Lombok (APBN) Santong 2 NTB (Lombok Baru) 1 NTB (Bima) Melaga Batu Keliang Bima Pilot Project Sumbawa Lombok Sumbawa 1 Sembalun Lombok (Loan) Sumbawa Lombok New Sumbawa 1 Lombok (Loan) Huu New Sumbawa 1 JUMLAH Total Pendek 15 20 10 2 10 3 25 MW MW MW MW MW MW MW 2 x 0,9 25 10 1,7 1,5 7 10 25 30 10 25 10 25 15 25 10 15 MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW Jangka Menengah/Panjang Progress COD 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2011 2011 2011 2011 2011 2012 2012 2012 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2014 2014 2014 Keterangan PLN PLN PLN PLN PLN PLN PLN PLN Perpres 71 Perpres 71 IPP IPP PLN IPP IPP PLN PLN PLN IPP IPP IPP PLN IPP IPP
5% 7%
2 x 1 x
2 x 1 x
2 x
85,0 MW 383
298 MW MW
137
Tabel 4.157 Rencana Pengembangan Jaringan Transmisi Tenaga Listrik Provinsi Nusa Tenggara Barat
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 DARI Ampenan Jeranjang Sengkol Sengkol PLTU IPP Ampenan Selong PLTP Sembalun PLTU Bonto Ni'u/Bima PLTU Badas Labuhan PLTP Hu'u PLTU Sumbawa PLTU Sumbawa KE Jeranjang Sengkol Selong Kuta Selong Tanjung Pringgabaya GI Pringgabaya JUMLAH 150 kV Ni'u/Bima Dompu Incomer (Labuhan -Tano) Tano Dompu Labuhan Tano JUMLAH 70 kV TEGANGAN (kV) 150 150 150 150 150 150 150 150 70 70 70 70 70 70 70 PANJANG (kms) 13 52 52 48 26 48 36 60 335 23 75 38 165 61 17 96 474 PROGRESS (%) COD 2010 2010 2010 2010 2011 2011 2011 2013 2010 2010 2010 2010 2014 2012 2012
Tabel 4.158 Rencana Pengembangan Gardu Induk Provinsi Nusa Tenggara Barat
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Ampenan Jeranjang Sengkol Selong Kuta Tanjung Pringgabaya Ampenan Ampenan Dompu Ni'u/Bima Labuhan Tano Labuhan Dompu LOKASI RASIO TRAFO (kV) 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 150/20 Jumlah 150/20 kV 70/20 70/20 70/20 70/20 70/20 70/20 Jumlah 70/20 kV NEW/EXTENSION New New New New New New New Extension Extension New New New New Extension Extension KAPASITAS (MVA) 30 30 60 30 30 30 30 30 30 300 30 30 30 20 30 20 160 PROGRESS (%) COD 2010 2010 2010 2010 2010 2011 2011 2012 2013 2010 2010 2010 2011 2012 2012
138
4.28.4 Perkiraan Kebutuhan Investasi Untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan 5 tahun kedepan tersebut, dibutuhkan investasi sekitar USD 1.123,5 juta, dengan rinciannya adalah pembangkitan USD 655,2 juta, transmisi USD 33,9 juta, gardu induk USD 28,6 juta dan program EBT USD 405,8 juta. Tabel 4.160 Rekapitulasi Infrastruktur dan Kebutuhan Investasi Provinsi Nusa Tenggara Barat
No 1 2 3 4 Uraian Pembangkit Tenaga Listrik (MW) Transmisi Tenaga Listrik (kms) Gardu Induk (MVA) Program EBT dan Jaringan - PLTS 50 Wp Tersebar - PLTS Terpusat 15 kW - PLTMH (kW) - PLT Angin (kW) - Gardu Distribusi (Unit/kVA) - JTM (kms) - JTR (kms) - PLTD (Unit/kW) Volume 383 809 460 74.105 13 2.150 2.500 2.840 142.000 6.005 6.260 8 2.000 2010 s.d 2014 Investasi (juta USD) 655,2 33,9 28,6 51,9 5,0 8,8 15,0 27,3 194,9 101,0 2,0 1.123,5
4.29 Provinsi Nusa Tenggara Timur 4.29.1 Kondisi Sistem Kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Nusa Tenggara Timur dipasok oleh beberapa sistem terisolasi, yaitu Sistem Kupang, Soe, Atambua, Kalabahi, Larantuka, Ende, Labuhanbajo, Ruteng, dan Bajawa. Dari 9 sistem yang memasok tenaga listrik di Provinsi Nusa Tenggara Timur, 4 sistem (Sistem Kupang, Larantuka, Ende, dan Labuhanbajo) berada dalam kondisi Surplus, dan 5 sistem lainnya (Sistem Soe, Atambua, Kalabahi, Ruteng, dan Bajawa) berada pada kondisi Defisit. Saat ini rasio elektrifikasi Provinsi Nusa Tenggara Timur baru mencapai 24,55% dan rasio desa berlistrik sebesar 90,12%. Adapun daftar tunggu PLN telah mencapai 14.763 permintaan atau sebesar 18,2 MVA.
139
SISTEM ENDE Kapasitas terpasang : 9,49 MW Daya mampu : 6,24 MW Beban puncak : 4,95 MW Surplus : 1,28 MW SISTEM LABUHANBAJO Kapasitas terpasang : 1,70 MW Daya mampu : 1,70 MW Beban puncak : 1,25 MW Surplus : 0,45 MW
SISTEM KALABAHI Kapasitas terpasang : 3,98 MW Daya mampu : 2,29 MW Beban puncak : 2,49 MW Defisit : -0,20 MW
SISTEM ATAMBUA Kapasitas terpasang : 5,74 MW Daya mampu : 3,70 MW Beban puncak : 4,20 MW Defisit : -0,50 MW
SISTEM RUTENG Kapasitas terpasang : 4,88 MW Daya mampu : 2,87 MW Beban puncak : 3,67 MW Defisit : -0,80 MW
SISTEM LARANTUKA Kapasitas terpasang : 4,57 MW Daya mampu : 3,25 MW Beban puncak : 2,37 MW Surplus : 0,88 MW
SISTEM BAJAWA Kapasitas terpasang : 4,41 MW Daya mampu : 2,19 MW Beban puncak : 2,67 MW Defisit : -0,48 MW
SISTEM KUPANG Kapasitas terpasang : 45,72 MW Daya mampu : 38,35 MW Beban puncak : 30,48 MW Surplus : 7,87 MW
SISTEM SOE Kapasitas terpasang : 3,97 MW Daya mampu : 2,39 MW Beban puncak : 2,99 MW Defisit : -0,60 MW
SISTEM WAITABULA Kapasitas terpasang : 1,41 MW Daya mampu : 0,59 MW Beban puncak : 0,75 MW Defisit : -0,16 MW
SISTEM MAUMERE Kapasitas terpasang : 8,44 MW Daya mampu : 6,32 MW Beban puncak : 5,87 MW Surplus : 0,45 MW
SISTEM LEWOLEBA Kapasitas terpasang : 2,42 MW Daya mampu : 1,46 MW Beban puncak : 1,61 MW Defisit : -0,15 MW
SISTEM WAINGAPU Kapasitas terpasang : 4,84 MW Daya mampu : 3,08 MW Beban puncak : 3,40 MW Defisit : -0,32 MW
SISTEM WAIKABUBAK Kapasitas terpasang : 3,02 MW Daya mampu : 1,10 MW Beban puncak : 1,17 MW Defisit : -0,07 MW
SISTEM BAA/LOBALAIN BA Kapasitas terpasang : 2,30 MW Daya mampu : 1,39 MW Beban puncak : 1,64 MW Defisit : 13 -0,25 MW
SISTEM KEFAMENANU Kapasitas terpasang : 4,49 MW Daya mampu : 2,10 MW Beban puncak : 2,75 MW Defisit : -0,65 MW
140
4.29.2 Neraca Daya Neraca daya Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun 2010 mengalami defisit dan selanjutnya pada tahun 2011 s.d. 2014 berangsur-angsur membaik. Tabel 4.161 Neraca Daya Provinsi Nusa Tenggara Timur
Uraian Kebutuhan Total Rumah Tangga Komersial Publik Industri Total Kebutuhan Pertumbuhan Susut & Losses (T&D) Susut Pemakaian Sendiri Total Susut & Losses Beban Puncak Daya Terpasang Daya Tambahan Cadangan Daya GWh GWh GWh GWh GWh % % % % MW MW MW MW 2010 222 89 66 10 386 7,5 7,3 2,0 9,3 98 42 26 -30 2011 237 97 70 10 415 7,4 7,2 2,0 9,2 106 67 80 41 2012 255 105 75 10 445 7,4 7,1 2,0 9,1 113 145 15 47 2013 273 113 81 10 478 7,3 7,0 2,0 9,0 121 155 19 53 2014 294 122 86 11 513 7,3 7,0 2,0 9,0 130 170 53 92
4.29.3 Rencana Tambahan Infrastruktur Ketenagalistrikan Dengan asumsi proyeksi pertumbuhan penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 1,1% pertahun dan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4% maka pertumbuhan permintaan tenaga listrik pada sistem tersebut diperkirakan akan tumbuh rata-rata sebesar 7,2% pertahun. Dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Nusa Tenggara Timur, telah direncanakan tambahan infrastruktur ketenagalistrikan dari tahun 2010-2014 sebagai berikut: Pembangkit tenaga listrik sebesar 192 MW (sekitar 25,9 MW diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2010) Transmisi tenaga listrik 516 kms Gardu induk 210 MVA Program energi baru terbarukan (EBT) dan jaringan: o PLTS 50 WP tersebar sebanyak 82.463 unit o PLTS terpusat 15 kW 14 unit o PLTMH 1.950 kW o PLTAngin 2.500 kW o Gardu distribusi 2.050 unit (111.750 kVA) o Jaringan Tegangan Menengah 7.350 kms o Jaringan Tegangan Rendah 8.150 kms o PLTD 17 unit (4.250 kW).
141
Tabel 4.162 Rencana Penambahan Kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik Provinsi Nusa Tenggara Timur
Rencana PLTB PLTD PLTD PLTD PLTD PLTD PLTD PLTD PLTD PLTD PLTD PLTD PLTD PLTD PLTD PLTP PLTP PLTD PLTD PLTMH PLTP PLTU PLTU PLTU PLTM PLTD PLTD PLTD PLTD PLTP PLTP PLTM PLTD PLTD PLTD PLTD PLTP PLTB PLTB PLTD PLTD PLTD PLTD PLTD PLTP PLTP PLTP PLTU PLTU Maubesi MFO (Relokasi) Atambua Kalabahi Waingapu Soe HSD Ruteng (sewa) HSD Bajawa (sewa) HSD Soe (sewa) HSD Kefamenanu (sewa) HSD Atangbua (sewa) HSD Larantuka (sewa) HSD Maumere (sewa) HSD Sumba Timur (sewa) Adonara Ulumbu (ADB) Aulumbu (APBN) Lembata Ende Mauhau Ulumbu Atambua 2 NTT (Kupang Baru) 1 NTT (Ropa-Ende) Wanokaka Sabu Rote Ndao Adonara Maumere Ulumbu Bukapiting Kambaniru MFO New Kupang Lembata Ende Larantuka Oka Larantuka Mondu Maubesi New Atambua Bajawa Labuan Bajo Maumere Larantuka Bukapiting Atadei Sukoria Larantuka Waingapu JUMLAH Total Jangka Menengah/Panjang Progress COD 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2013 2013 2013 2013 2013 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 Keterangan PLN PLN PLN PLN PLN PLN PLN PLN PLN PLN PLN PLN PLN PLN PLN PLN PLN PLN PLN PLN PLN PLN Perpres 71 Perpres 71 IPP PLN PLN PLN PLN PLN PLN IPP PLN PLN PLN PLN PLN PLN PLN PLN PLN PLN PLN PLN PLN IPP IPP IPP IPP
Pendek 0,5 4 2 0,8 1 2 0,8 0,5 0,5 0,8 0,85 0,3 0,8 0,5 0,5 5 5 MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW
4 x 2 x 2 x
2 x
2 x 2 2 2 2 25,9 MW 192 x x x x
1 2,5 0,5 3 6 16,5 7 1,6 0,3 0,5 0,5 2,5 3 6 2 7,5 1 2,5 2,5 3 0,5 0,5 7,5 2,5 2,5 2,5 2,5 6 2,5 2,5 4 4
MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW
27,51%
166 MW MW
142
Tabel 4.163 Rencana Pengembangan Jaringan Transmisi Tenaga Listrik Provinsi Nusa Tenggara Timur
NO. 1 2 3 4 5 6 7 DARI PLTU Bolok /Kupang Baru Maulafa Naibonat Kefamenanu PLTU Ropa Ende PLTP Sukoria KE Maulafa Naibonat Nonohamis/Soe Atambua Incomer (Ende-Maumere) Maumere Ropa JUMLAH TEGANGAN (kV) 70 70 70 70 70 70 70 PANJANG (kms) 21 62 102 61 10 230 30 516 PROGRESS (%) COD 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2014
Tabel 4.164 Rencana Pengembangan Gardu Induk Provinsi Nusa Tenggara Timur
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 LOKASI Maulafa (GI Baru) Bolok (GI Baru) Naibonat (GI Baru) Nonohamis/Soe (GI Baru) Atambua Kefamenanu Ende Ropa Maumere RASIO TRAFO (kV) 70/20 70/20 70/20 70/20 70/20 70/20 70/20 70/20 70/20 Jumlah NEW/EXTENSION New New New New New New New New New KAPASITAS (MVA) 60 20 20 20 20 20 20 10 20 210 PROGRESS (%) COD 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010
4.29.4 Perkiraan Kebutuhan Investasi Untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan 5 tahun kedepan tersebut, dibutuhkan investasi sekitar USD 795,9 juta, dengan rinciannya adalah pembangkitan USD 361,0 juta, transmisi USD 17,1 juta, gardu induk USD 15 juta dan program EBT USD 402,8 juta.
143
Tabel 4.166 Rekapitulasi Infrastruktur dan Kebutuhan Investasi Provinsi Nusa Tenggara Timur
No 1 2 3 4 Uraian Pembangkit Tenaga Listrik (MW) Transmisi Tenaga Listrik (kms) Gardu Induk (MVA) Program EBT dan Jaringan - PLTS 50 Wp Tersebar - PLTS Terpusat 15 kW - PLTMH (kW) - PLT Angin (kW) - Gardu Distribusi (Unit/kVA) - JTM (kms) - JTR (kms) - PLTD (Unit/kW) Volume 192 516 210 82.463 14 1.950 2.500 2.050 111.750 7.350 8.150 17 4.250 2010 s.d 2014 Investasi (juta USD) 361,0 17,1 15,0 57,8 5,6 10,7 15,0 20,1 205,0 87,0 1,7 795,9
4.30 Provinsi Maluku 4.30.1 Kondisi Sistem Kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Maluku dipasok oleh beberapa sistem terisolasi, yaitu Sistem Ambon, Namlea, Tual, Saumlaki, Mako, Piru, Bula, Masohi, Dobo, dan Langgur. Dari 10 sistem yang memasok tenaga listrik di Provinsi Maluku, 9 sistem (Sistem Namlea, Tual, Saumlaki, Mako, Piru, Bula, Masohi, Dobo, dan Langgur) berada dalam kondisi Surplus, dan 1 sistem lainnya (Sistem Ambon) berada pada kondisi Defisit. Saat ini rasio elektrifikasi Provinsi Maluku baru mencapai 54,51% dan rasio desa berlistrik sebesar 82,17%. Adapun daftar tunggu PLN telah mencapai 1.287 permintaan atau sebesar 1,2 MVA.
144
SISTEM NAMLEA Kapasitas terpasang : 5,03 MW Daya mampu : 2,16 MW Beban puncak : 1,98 MW Surplus : 0,18 MW
SISTEM MAKO Kapasitas terpasang : 2,26 MW Daya mampu : 1,49 MW Beban puncak : 1,22 MW Surplus : 0,27 MW
SISTEM PIRU Kapasitas terpasang : 2,81 MW Daya mampu : 1,94 MW Beban puncak : 1,49 MW Surplus : 0,45 MW SISTEM BULA Kapasitas terpasang : 1,10 MW Daya mampu : 0,84 MW Beban puncak : 0,78 MW Surplus : 0,06 MW SISTEM MASOHI Kapasitas terpasang : 6,82 MW Daya mampu : 3,90 MW Beban puncak : 3,60 MW Surplus : 0,30 MW
SISTEM AMBON Kapasitas terpasang : 63,07 MW Daya mampu : 26,50 MW Beban puncak : 28,55 MW Defisit : -2,05 MW SISTEM TUAL Kapasitas terpasang : 10,39 MW Daya mampu : 5,40 MW Beban puncak : 4,90 MW Surplus : 0,50 MW SISTEM SAUMLAKI Kapasitas terpasang : 2,62 MW Daya mampu : 1,68 MW Beban puncak : 1,43 MW Surplus : 0,25 MW
SISTEM DOBO Kapasitas terpasang : 2,90 MW Daya mampu : 1,22 MW Beban puncak : 1,12 MW Surplus : 0,10 MW SISTEM LANGGUR Kapasitas terpasang : 10,39 MW Daya mampu : 4,50 MW Beban puncak : 1,65 MW Surplus : 2,85 MW
4.30.2 Neraca Daya Provinsi Maluku dan Maluku Utara kebutuhan tenaga listriknya dilayani oleh sistem kelistrikan Maluku dan Maluku Utara sehingga neraca daya provinsiprovinsi tersebut direpresentasikan oleh neraca daya Sistem Maluku dan Maluku Utara, dimana pada tahun 2010 sampai dengan 2014 sistem berada pada kondisi baik. Tabel 4.167 Neraca Daya Sistem Maluku dan Maluku Utara
Uraian Kebutuhan Rumah Tangga Komersial Publik Industri Total Kebutuhan Pertumbuhan Susut& Losses (T&D) Susut Pemakaian Sendiri Total Susut & Losses Beban Puncak Daya Terpasang Daya Tambahan Cadangan Daya GWH GWH GWH GWH GWH % % % % MW MW MW MW 2010 327 83 71 7 489 7,5 7,8 2,0 9,8 108 43 64 42 2011 360 87 76 8 530 8,4 7,7 2,0 9,7 116 106 20 10 2012 393 90 81 8 572 8,0 7,6 2,0 9,6 126 123 9 6 2013 427 93 87 9 616 7,7 7,5 2,0 9,5 135 128 80 73 2014 462 97 94 10 663 7,5 7,5 2,0 9,5 145 204 47 106
145
4.30.3 Rencana Tambahan Infrastruktur Ketenagalistrikan Dengan asumsi proyeksi pertumbuhan penduduk pada wilayah Maluku dan Maluku Utara sebesar 2,4% pertahun dan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,2% maka permintaan tenaga listrik pada sistem tersebut diperkirakan akan tumbuh rata-rata sebesar 7,1% pertahun. Dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Maluku, telah direncanakan tambahan infrastruktur ketenagalistrikan dari tahun 2010-2014 sebagai berikut: Pembangkit tenaga listrik sebesar 120 MW (sekitar 39 MW diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2010) Transmisi tenaga listrik 399 kms Gardu induk 130 MVA Program energi baru terbarukan (EBT) dan jaringan: o PLTS 50 WP tersebar sebanyak 29.370 unit o PLTS terpusat 15 kW 8 unit o PLTMH 530 kW o PLTAngin 800 kW o Gardu distribusi 1.485 unit (79.250 kVA) o Jaringan Tegangan Menengah 3.490 kms o Jaringan Tegangan Rendah 3.200 kms o PLTD 13 unit (4.000 kW). Tabel 4.168 Rencana Penambahan Kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik Provinsi Maluku
Rencana PLTD PLTD PLTD PLTD PLTD PLTM PLTM PLTD PLTD PLTD PLTP PLTU PLTU PLTU HSD Ambon (sewa) MFO Ambon (sewa) HSD Namlea (sewa) HSD Tual (sewa) Saparua Wai Nibe Wai Tina Masohi Saumlaki Wamsisi Tulehu Maluku (Ambon Baru) Tual Masohi JUMLAH Total Jangka Menengah/Panjang Progress 3,00% 3,00% 3,00% 3,00% 0,5 2,5 2,5 6 2 1 10 15 4 4 MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW COD 2010 2010 2010 2010 2012 2012 2012 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2014 Keterangan PLN PLN PLN PLN PLN IPP IPP PLN PLN PLN PLN Perpres 71 IPP IPP
Pendek 10 25 2 2 MW MW MW MW
2 2 2 2 39,0 MW 120
x x x x
0%
81 MW MW
146
Tabel 4.169 Rencana Pengembangan Jaringan Transmisi Tenaga Listrik Provinsi Maluku
NO. 1 2 3 4 5 6 PLTU Waai PLTU Waai Passo Masohi PLTA Isal II PLTP Tulehu DARI KE Sirimao Passo Sirimao Kairatu Masohi Incomer Waai - Paso JUMLAH TEGANGAN (kV) 70 70 70 70 70 70 PANJANG (kms) 55 33 42 43 186 40 399 PROGRESS (%) COD 2010 2010 2010 2011 2014 2013
4.30.4 Perkiraan Kebutuhan Investasi Untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan 5 tahun kedepan tersebut, dibutuhkan investasi sekitar USD 463,3 juta, dengan rinciannya adalah pembangkitan USD 186,2 juta, transmisi USD 30,8 juta, gardu induk USD 8,9 juta dan program EBT USD 237,4 juta.
147
4.31 Provinsi Maluku Utara 4.31.1 Kondisi Sistem Kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Maluku Utara dipasok oleh beberapa sistem terisolasi, yaitu Sistem Ternate, Soa Siu, Weda, Bacan, Dofa, Jailolo, Sanana, Tobelo, Subaim, Maba-Buli, Patani, dan Sofifi. Dari 12 sistem yang memasok tenaga listrik di Provinsi Maluku Utara, 4 sistem (Sistem Soa Siu, Weda, Maba-Buli, dan Patani) berada dalam kondisi Surplus, dan 8 sistem lainnya (Sistem Ternate, Bacan, Dofa, Jailolo, Sanana, Tobelo, Subaim, dan Sofifi) berada pada kondisi Defisit. Saat ini rasio elektrifikasi Provinsi Maluku Utara baru mencapai 49,44% dan rasio desa berlistrik sebesar 93,06%. Adapun daftar tunggu PLN telah mencapai 2.812 permintaan atau sebesar 7,1 MVA.
148
SISTEM TERNATE Kapasitas terpasang : 17,80 MW Daya mampu : 11,20 MW Beban puncak : 13,70 MW Surplus : -2,50 MW SISTEM SOA SIU Kapasitas terpasang : 4,36 MW Daya mampu : 1,82 MW Beban puncak : 1,74 MW Surplus : 0,08 MW SISTEM WEDA Kapasitas terpasang : 0,89 MW Daya mampu : 0,76 MW Beban puncak : 0,32 MW Surplus : 0,44 MW SISTEM BACAN Kapasitas terpasang : 2,30 MW Daya mampu : 1,90 MW Beban puncak : 2,19 MW Defisit : -0,29 MW SISTEM DOFA Kapasitas terpasang : 1,14 MW Daya mampu : 0,41 MW Beban puncak : 0,55 MW Defisit : -0,14 MW
SISTEM JAILOLO Kapasitas terpasang : 3,19 MW Daya mampu : 1,45 MW Beban puncak : 1,72 MW Defisit : -0,27 MW
SISTEM TOBELO Kapasitas terpasang : 5,87 MW Daya mampu : 2,85 MW Beban puncak : 3,55 MW Defisit : -0,70 MW SISTEM SUBAIM Kapasitas terpasang : 1,09 MW Daya mampu : 0,37 MW Beban puncak : 0,66 MW Surplus : 0,29 MW SISTEM MABA-BULI MABAKapasitas terpasang : 0,75 MW Daya mampu : 0,71 MW Beban puncak : 0,35 MW Surplus : 0,36 MW SISTEM PATANI Kapasitas terpasang : 0,78 MW Daya mampu : 0,44 MW Beban puncak : 0,28 MW Surplus : 0,16 MW SISTEM SOFIFI Kapasitas terpasang : 1,48 MW Daya mampu : 0,76 MW Beban puncak : 1,08 MW Defisit : -0,32 MW
SISTEM SANANA Kapasitas terpasang : 2,45 MW Daya mampu : 1,25 MW Beban puncak : 1,30 MW Defisit : -0,05 MW
4.31.2 Neraca Daya Provinsi Maluku dan Maluku Utara kebutuhan tenaga listriknya dilayani oleh sistem kelistrikan Maluku dan Maluku Utara sehingga neraca daya provinsiprovinsi tersebut direpresentasikan oleh neraca daya Sistem Maluku dan Maluku Utara, dimana pada tahun 2010 sampai dengan 2014 sistem berada pada kondisi baik.
149
4.31.3 Rencana Tambahan Infrastruktur Ketenagalistrikan Dengan asumsi proyeksi pertumbuhan penduduk pada wilayah Maluku dan Maluku Utara sebesar 2,4% pertahun dan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,2% maka permintaan tenaga listrik pada sistem tersebut diperkirakan akan tumbuh rata-rata sebesar 7,1% pertahun. Dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Maluku Utara, telah direncanakan tambahan infrastruktur ketenagalistrikan dari tahun 20102014 sebagai berikut: Pembangkit tenaga listrik sebesar 100 MW (sekitar 24,5 MW diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2010) Transmisi tenaga listrik 128 kms Program energi baru terbarukan (EBT) dan jaringan: o PLTS 50 WP tersebar sebanyak 57.450 unit o PLTS terpusat 15 kW 8 unit o PLTMH 530 kW o PLTAngin 910 kW o Gardu distribusi 2.240 unit (111.750 kVA) o Jaringan Tegangan Menengah 6.160 kms o Jaringan Tegangan Rendah 5.160 kms o PLTD 18 unit (6.000 kW). Tabel 4.174 Rencana Penambahan Kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik Provinsi Maluku Utara
Rencana PLTD PLTD PLTD PLTD PLTD PLTD PLTD PLTM PLTD PLTD PLTD PLTU PLTM PLTM PLTD PLTD PLTU PLTD PLTD PLTD PLTGB PLTP PLTP PLTU MFO Ternate (sewa) HSD Ternate (sewa) HSD Sofifi (sewa) HSD Soa-Siu (sewa) HSD Tobelo (sewa) HSD Sanana (sewa) HSD Masohi (sewa) Goal Tobello, Loan Belgia Sofifi, Loan Belgia Bacan, Loan Belgia Maluku Utara (Tidore) Ngaoli Ibu Jailolo Dobo Tobelo Dobo Bacan Sanana Tidore Jailolo Songa Wayaua Tidore JUMLAH Total 2 x Jangka Menengah/Panjang Progress 3,00% 3,00% 3,00% 3,00% 3,00% 3,00% 3,00% 3,00% 1,6 3,2 1,6 14 2 1 3 1 4 1 3 2 4 5 5 7 MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW COD 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2011 2011 2011 2011 2012 2012 2013 2013 2013 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 Keterangan PLN PLN PLN PLN PLN PLN PLN IPP PLN PLN PLN Perpres 71 IPP IPP PLN PLN IPP PLN PLN PLN IPP IPP IPP IPP
Pendek 5 2 2 2 3 2 2 1,5 MW MW MW MW MW MW MW MW
18%
2 x 2 x
2 x 1 x 2 x 24,5 MW 100
75 MW MW
150
Tabel 4.175 Rencana Pengembangan Jaringan Transmisi Tenaga Listrik Provinsi Maluku Utara
NO. 1 PLTP Jailolo DARI Ternate JUMLAH KE TEGANGAN (kV) 70 PANJANG (kms) 128 128 PROGRESS (%) COD 2014
4.31.4 Perkiraan Kebutuhan Investasi Untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan 5 tahun kedepan tersebut, dibutuhkan investasi sekitar USD 440,1 juta, dengan rinciannya adalah pembangkitan USD 168,4 juta, transmisi USD 7,9 juta dan program EBT USD 263,9 juta. Tabel 4.177 Rekapitulasi Infrastruktur dan Kebutuhan Investasi Provinsi Maluku Utara
No 1 2 3 4 Uraian Pembangkit Tenaga Listrik (MW) Transmisi Tenaga Listrik (kms) Gardu Induk (MVA) Program EBT dan Jaringan - PLTS 50 Wp Tersebar - PLTS Terpusat 15 kW - PLTMH (kW) - PLT Angin (kW) - Gardu Distribusi (Unit/kVA) - JTM (kms) - JTR (kms) - PLTD (Unit/kW) Volume 100 128 57.450 8 570 910 2.240 111.750 6.160 5.160 18 6.000 2010 s.d 2014 Investasi (juta USD) 168,4 7,9 40,3 3,3 3,5 5,5 21,0 103,4 83,9 3,1 440,1
151
4.32 Provinsi Papua 4.32.1 Kondisi Sistem Kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Papua dipasok oleh beberapa sistem terisolasi, yaitu Sistem Jayapura, Nabire, Timika, Biak, Urefasei, Tanah Merah, Merauke, Warbor, Sarmi, Genyem, Wamena, Agats, Keppi, Serui, dan Arso. Dari 15 sistem yang memasok tenaga listrik di Provinsi Papua, 10 sistem (Sistem Biak, Urefasei, Tanah Merah, Merauke, Warbor, Sarmi, Genyem, Agats, Keppi, dan Serui) berada dalam kondisi Surplus, dan 5 sistem lainnya (Sistem Jayapura, Nabire, Timika, Wamena, dan Arso) berada pada kondisi Defisit. Saat ini rasio elektrifikasi Provinsi Papua dan Papua Barat baru mencapai 32,35% dan rasio desa berlistrik sebesar 30,65%. Adapun daftar tunggu PLN telah mencapai 21.403 permintaan atau sebesar 38,7 MVA. Gambar 4.32 Kondisi Kelistrikan Provinsi Papua
SISTEM BIAK Kapasitas terpasang : 13,83 MW Daya mampu : 9,25 MW Beban puncak : 7,71 MW Surplus : 1,54 MW SISTEM UREFASEI Kapasitas terpasang : 0,38 MW Daya mampu : 0,31 MW Beban puncak : 0,13 MW Surplus : 0,18 MW
SISTEM JAYAPURA Kapasitas terpasang : 77,92 MW Daya mampu : 36,35 MW Beban puncak : 42,89MW Defisit : -6,54 MW
SISTEM NABIRE Kapasitas terpasang : 12,15 MW Daya mampu : 4,16 MW Beban puncak : 6,80 MW Defisit : -2,64 MW SISTEM TIMIKA Kapasitas terpasang : 15,14 MW Daya mampu : 8,27 MW Beban puncak : 9,70 MW Defisit : -1,43 MW SISTEM TANAH MERAH Kapasitas terpasang : 0,57 MW Daya mampu : 0,50 MW Beban puncak : 0,20 MW Surplus : 0,30 MW SISTEM MERAUKE Kapasitas terpasang : 13,21 MW Daya mampu : 10,15 MW Beban puncak : 9,69 MW Surplus : 0,46 MW
152
SISTEM WARBOR Kapasitas terpasang : 0,080 MW Daya mampu : 0,076 MW Beban puncak : 0,037 MW Surplus : 0,039 MW SISTEM SARMI Kapasitas terpasang : 2,05 MW Daya mampu : 1,50 MW Beban puncak : 0,64 MW Surplus : 0,86 MW SISTEM GENYEM Kapasitas terpasang : 2,03MW Daya mampu : 1,34 MW Beban puncak : 0,91 MW Surplus : 0,43 MW SISTEM WAMENA Kapasitas terpasang : 3,01 MW Daya mampu : 2,58 MW Beban puncak : 2,85 MW Defisit : -0,27 MW SISTEM AGATS Kapasitas terpasang : 0,28MW Daya mampu : 0,20 MW Beban puncak : 0,20 MW Surplus : 0,00 MW SISTEM KEPPI KEP Kapasitas terpasang : 0,22MW Daya mampu : 0,20 MW Beban puncak : 0,14 MW Surplus : 0,06 MW
SISTEM SERUI Kapasitas terpasang : 5,70MW Daya mampu : 2,87 MW Beban puncak : 2,79 MW Surplus : 0,08 MW
SISTEM ARSO Kapasitas terpasang : 2,56 MW Daya mampu : 1,30 MW Beban puncak : 1,87 MW Defisit : -0,57 MW
4.32.2 Neraca Daya Provinsi Papua dan Papua Barat kebutuhan tenaga listriknya dilayani oleh sistem kelistrikan Papua sehingga neraca daya provinsi-provinsi tersebut direpresentasikan oleh neraca daya Sistem Papua, dimana pada tahun 2010 s.d. 2012 sistem berada pada kondisi yang kurang baik (defisit) dan berangsur-angsur membaik di tahun 2013 dan 2014. Tabel 4.178 Neraca Daya Sistem Papua
Uraian Kebutuhan Rumah Tangga Komersial Publik Industri Total kebutuhan Pertumbuhan Susut & Losses (T&D) Susut Pemakaian Sendiri Total Susut & Losses Beban Puncak Daya Terpasang Daya Tambahan Cadangan Daya GWh GWh GWh GWh GWh % % % % MW MW MW MW 408 225 88 14 735 9,4 9,8 2,4 12,2 165 30 68 -67 439 249 93 14 796 8,3 9,7 2,4 12,1 179 97 35 -47 471 271 99 14 856 7,5 9,6 2,4 12,0 192 129 58 -5 504 292 104 14 915 6,9 9,5 2,4 11,9 205 183 108 86 538 312 109 14 974 6,5 9,4 2,4 11,8 218 286 40 108 2010 2011 2012 2013 2014
153
4.32.3 Rencana Tambahan Infrastruktur Ketenagalistrikan Dengan asumsi proyeksi pertumbuhan penduduk pada wilayah Papua dan Papua Barat sebesar 1,9% pertahun dan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,7% maka permintaan tenaga listrik pada sistem tersebut diperkirakan akan tumbuh rata-rata sebesar 6,5% pertahun. Dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Papua, telah direncanakan tambahan infrastruktur ketenagalistrikan dari tahun 2010-2014 sebagai berikut: Pembangkit tenaga listrik sebesar 208 MW (sekitar 32,7 MW diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2010) Transmisi tenaga listrik 355 kms Gardu induk 130 MVA Program energi baru terbarukan (EBT) dan jaringan: o PLTS 50 WP tersebar sebanyak 32.975 unit o PLTS terpusat 15 kW 9 unit o PLTMH 2.130 kW o PLTAngin 2.130 kW o Gardu distribusi 2.400 unit (126.250 kVA) o Jaringan Tegangan Menengah 6.450 kms o Jaringan Tegangan Rendah 5.850 kms o PLTD 22 unit (6.500 kW). Tabel 4.179 Rencana Penambahan Kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik Provinsi Papua
Rencana PLTD PLTD PLTD PLTD PLTD PLTU PLTA PLTD PLTU PLTU PLTU PLTA PLTD PLTM PLTM PLTM PLTU PLTU PLTU PLTU PLTD PLTD PLTM PLTM PLTU HSD Jayapura (sewa) Timika, Load Belgia HSD Timika (sewa) HSD Merauke (sewa) Kurik I 2 Papua (Jayapura) Genyem Timika Timika 1 Papua (Timika) Merauke Genyem Kurik II Kalibumi I Mariarotu 1 Mariarotu 2 Merauke Jayapura Biak Nabire Timika Kurik II Kalibumi II Mariarotu 2 Biak JUMLAH Total Pendek 12,5 3,2 6,5 10,5 MW MW MW MW 2 x 5 10 10 5 7 7 7 10 5 2,6 1,3 2 7 15 7 7 5 5 2,5 2 7 MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW Jangka Menengah/Panjang Progress 25,00% 25,00% 3,00% 12% COD 2010 2010 2010 2010 2011 2011 2012 2012 2012 2012 2012 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2014 2014 2014 2014 2014 Keterangan PLN PLN PLN PLN PLN Perpres 71 PLN PLN PLN Perpres 71 IPP PLN PLN PLN PLN PLN IPP IPP IPP IPP PLN PLN PLN PLN IPP
2 x 2 x 1 x
0%
1 2 1 2
x x x x
1 x 32,7 MW 208
175 MW MW
154
Tabel 4.180 Rencana Pengembangan Jaringan Transmisi Tenaga Listrik Provinsi Papua
NO. 1 2 3 4 DARI PLTU Hautekamp PLTA Genyem PLTU Pomako PLTU Jayapura Yarmokh Waena Timika Jayapura JUMLAH KE TEGANGAN (kV) 70 70 70 70 PANJANG (kms) 40 165 60 90 355 PROGRESS (%) COD 2010 2011 2011 2013
2010 450
2011 8.000 2
80
400 480
4.32.4 Perkiraan Kebutuhan Investasi Untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan 5 tahun kedepan tersebut, dibutuhkan investasi sekitar USD 685,4 juta, dengan rinciannya adalah pembangkitan USD 319,6 juta, transmisi USD 22,1 juta, gardu induk USD 9,1 juta dan program EBT USD 334,7 juta.
155
2010 s.d 2014 Investasi (juta USD) 319,6 22,1 9,1 23,1 3,6 13,0 12,8 28,3 175,5 74,6 3,8 685,4
4.33 Provinsi Papua Barat 4.33.1 Kondisi Sistem Kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Papua Barat dipasok oleh beberapa sistem terisolasi, yaitu Sistem Manokwari, Bintuni, Wondama, Sorong, Teminabuan, Fak-Fak, dan Kaimana. Dari 7 sistem yang memasok tenaga listrik di Provinsi Papua Barat, 5 sistem (Sistem Bintuni, Wondama, Teminabuan, Fak-Fak, dan Kaimana) berada dalam kondisi Surplus, dan 2 sistem lainnya (Sistem Manokwari dan Sorong) berada pada kondisi Defisit. Saat ini rasio elektrifikasi Provinsi Papua dan Papua Barat baru mencapai 32,35% dan rasio desa berlistrik sebesar 30,65%. Adapun daftar tunggu PLN telah mencapai 21.403 permintaan atau sebesar 38,7 MVA.
156
SISTEM SORONG Kapasitas terpasang : 22,23 MW Daya mampu : 17,20 MW Beban puncak : 17,38 MW Defisit : -0,18 MW SISTEM TEMINABUAN Kapasitas terpasang : 1,10 MW Daya mampu : 0,80 MW Beban puncak : 0,36 MW Surplus : 0,44 MW SISTEM FAK-FAK FAKKapasitas terpasang : 6,25 MW Daya mampu : 1,95 MW Beban puncak : 1,80 MW Surplus : 0,15 MW SISTEM KAIMANA Kapasitas terpasang : 3,41MW Daya mampu : 1,73 MW Beban puncak : 1,52 MW Surplus : 0,21 MW
SISTEM BINTUNI Kapasitas terpasang : 0,42 MW Daya mampu : 0,42 MW Beban puncak : 0,40 MW Surplus : 0,02 MW
SISTEM WONDAMA Kapasitas terpasang : 0,42 MW Daya mampu : 0,42 MW Beban puncak : 0,40 MW Surplus : 0,20 MW
4.33.2 Neraca Daya Provinsi Papua dan Papua Barat kebutuhan tenaga listriknya dilayani oleh sistem kelistrikan Papua sehingga neraca daya provinsi-provinsi tersebut direpresentasikan oleh neraca daya Sistem Papua, dimana pada tahun 2010 s.d. 2012 sistem berada pada kondisi yang kurang baik (defisit) dan berangsur-angsur membaik di tahun 2013 dan 2014. Tabel 4.184 Neraca Daya Sistem Papua
Uraian Kebutuhan Rumah Tangga Komersial Publik Industri Total kebutuhan Pertumbuhan Susut & Losses (T&D) Susut Pemakaian Sendiri Total Susut & Losses Beban Puncak Daya Terpasang Daya Tambahan Cadangan Daya GWh GWh GWh GWh GWh % % % % MW MW MW MW 408 225 88 14 735 9,4 9,8 2,4 12,2 165 30 68 -67 439 249 93 14 796 8,3 9,7 2,4 12,1 179 97 35 -47 471 271 99 14 856 7,5 9,6 2,4 12,0 192 129 58 -5 504 292 104 14 915 6,9 9,5 2,4 11,9 205 183 108 86 538 312 109 14 974 6,5 9,4 2,4 11,8 218 286 40 108 2010 2011 2012 2013 2014
157
4.33.3 Rencana Tambahan Infrastruktur Ketenagalistrikan Dengan asumsi proyeksi pertumbuhan penduduk pada wilayah Papua dan Papua Barat sebesar 1,9% pertahun dan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,7% maka permintaan tenaga listrik pada sistem tersebut diperkirakan akan tumbuh rata-rata sebesar 6,5% pertahun. Dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga listrik di Provinsi Papua Barat, telah direncanakan tambahan infrastruktur ketenagalistrikan dari tahun 20102014 sebagai berikut: Pembangkit tenaga listrik sebesar 100 MW (sekitar 34,7 MW diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2010) Transmisi tenaga listrik 60 kms Program energi baru terbarukan (EBT) dan jaringan: o PLTS 50 WP tersebar sebanyak 33.733 unit o PLTS terpusat 15 kW 8 unit o PLTMH 1.800 kW o PLTAngin 2.070 kW. Tabel 4.185 Rencana Penambahan Kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik Provinsi Papua Barat
Rencana PLTD PLTD PLTD PLTD PLTM PLTG PLTG PLTM PLTU PLTM PLTM PLTM PLTU PLTU PLTM PLTU Sanggeng/Manokwari HSD Sorong (sewa) HSD Fak-Fak (sewa) HSD Manokwari (sewa) Walesi I (ekspansi) Sorong Sorong Walesi II (Cascade) Andai Prafi (Manokwari) Walesi II (Cascade) Kombemur (Fak-Fak) Andai Sorong Kombemur (Fak-Fak) Sorong JUMLAH Total Jangka Menengah/Panjang Progress COD 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2011 2012 2012 2013 2013 2013 2013 2013 2014 2014 Keterangan PLN PLN PLN PLN PLN IPP IPP PLN IPP PLN PLN PLN IPP IPP PLN IPP
1 x
1 x 1 x 1 x 34,7 MW 100
MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW
65 MW MW
Tabel 4.186 Rencana Pengembangan Jaringan Transmisi Tenaga Listrik Provinsi Papua Barat
NO. 1 DARI PLTU Klain (Sorong) Sorong JUMLAH KE TEGANGAN (kV) 70 PANJANG (kms) 60 60 PROGRESS (%) COD 2013
158
4.33.4 Perkiraan Kebutuhan Investasi Untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan 5 tahun kedepan tersebut, dibutuhkan investasi sekitar USD 201,7 juta, dengan rinciannya adalah pembangkitan USD 146,8 juta, transmisi USD 5 juta dan program EBT USD 50 juta.
Tabel 4.188 Rekapitulasi Infrastruktur dan Kebutuhan Investasi Provinsi Papua Barat
No 1 2 3 4 Uraian Pembangkit Tenaga Listrik (MW) Transmisi Tenaga Listrik (kms) Gardu Induk (MVA) Program EBT dan Jaringan - PLTS 50 Wp Tersebar - PLTS Terpusat 15 kW - PLTMH (kW) - PLT Angin (kW) - Gardu Distribusi (Unit/kVA) - JTM (kms) - JTR (kms) - PLTD (Unit/kW) 2010 s.d 2014 Volume Investasi (juta USD) 100 60 146,8 5,0 23,7 3,2 10,6 12,5
201,7
159