You are on page 1of 62

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi yang semakin pesat, menjadikan perkembangan
yang sangat pesat juga dalam dunia pendidikan. Pendidikan merupakan kunci
dalam menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kualitas dan
kuantitas yang baik berdasarkan ketrampilan dan dasar ilmu yang dimiliki.
Dengan tuntutan tersebut banyak universitas negeri maupun swasta menangkap
peluang dan berinisiatif membuat program Kerja Praktek (KP) untuk
memudahkan para mahasiswa dalam memasuki dunia kerja.
Sebelum memasuki dunia kerja mahasiswa dibekali suatu ilmu yang
menjadi dasar dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Selain mata kuliah yang
menekankan pada penguasaan ilmu pengetahuan, juga bertujuan untuk melatih
pemahaman kaidah kehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian
dalam berkarya.
Kerja Praktek (KP) atau magang merupakan salah satu mata kuliah yang
diprogramkan pada mahasiswa Jurusan Analis Kimia program Diploma III (D3)
semester VI. KP ini dilaksanakan dalam kurun waktu dua bulan pada instansi
pemerintah atau swasta yang berkaitan dengan analisis kimia. Kegiatan ini sangat
perlu dilakukan mengingat dunia kerja menuntut tenaga kerja yang memiliki
keahlian yang lebih unggul dan berkompetensi di era globalisasi ini. Persyaratan
yang semakin sulit untuk mendapatkan peluang kerja membuat calon tenaga kerja
berusaha mengoptimalkan diri dengan salah satu cara melakukan KP di suatu
instansi pemerintah atau swasta yang berhubungan dengan bidang yang ditekuni.
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Denpasar
merupakan salah satu instansi pemerintah yang bergerak di bidang Pengawas Obat
dan Makanan. Hal tersebut sangat sesuai bagi mahasiswa Jurusan Analis Kimia,
sebagai salah satu pilihan tempat untuk KP. Mahasiswa dapat menerapkan dan
mempraktekkan ilmu-ilmu yang didapat selama perkuliahan, seperti misalnya
mata kuliah Analisis Obat, Makanan dan Kosmetika, Spektrometri, Jaminan Mutu
Laboratorium, Validasi Metode Uji, Kimia Dasar, Analisis Kromatografi,
1
2



Mikrobiologi serta mata kuliah lainnya sebagai pendukung/dasar selama
mengikuti kegiatan KP.
Pemeriksaan dan Pengawasan obat dan makanan sangat perlu dilakukan
karena masyarakat sangat memerlukan perlindungan dari pemerintah bagi semua
produk yang beredar. Dalam rangka pengawasan, pemerintah perlu mengadakan
peraturan, pembinaan dan pengendalian lebih lanjut secara nasional oleh suatu
badan pengawas yang diberi nama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM
RI) melalui Unit Pelaksana Teknisnya (UPT) yaitu Balai Besar Pengawas Obat
dan Makanan (BBPOM) di Denpasar yang berada disetiap provinsi di seluruh
Indonesia. Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional (PPOMN) sesuai dengan
fungsi dan tugas pokoknya secara berkelanjutan telah mengembangkan metode
analisis yang digunakan oleh laboratorium BBPOM sebagai salah satu acuan
untuk menguji mutu dan keamanan produk Obat dan Makanan yang beredar di
seluruh Indonesia pada umumnya dan di Bali pada khususnya. Pengawasan obat
dan makanan yang berstandar mutu internasional diharapkan dapat diterapkan
oleh BBPOM di Denpasar, sehingga dapat mengurangi keresahan dan
kekhawatiran masyarakat terhadap kasus-kasus keracunan dan penyalahgunaan
bahan kimia obat (BKO) pada Obat Tradisional (OT) serta bahan tambahan
seperti pengawet, pemanis, pewarna yang berbahaya pada makanan, minuman,
obat dan kosmetika yang beredar. Oleh karena itu, kami sangat tertarik untuk
melaksanakan prgram KP di instansi tersebut (BBPOM) di Denpasar.

1.2 Tujuan
Tujuan dari kerja praktek ini adalah sebagai berikut.
(1) Memperoleh pengalaman dalam rangka menerapkan teori dan
pengetahuan yang telah diterima pada saat perkuliahan dengan yang
diperoleh di BBPOM di Denpasar, khususnya terkait dengan bidang
Analis Kimia (pengujian) sebelum memasuki dunia kerja.
(2) Mengetahui jenis-jenis kegiatan yang dilaksanakan di masing-masing
Laboratorium yang terdapat di BBPOM di Denpasar.
(3) Mampu melaksanakan semua kegiatan-kegiatan yang di masing-masing
Laboratorium yang terdapat di BBPOM di Denpasar.
3



(4) Memperoleh pengalaman kerja yang berkaitan dengan bidang Analis
Kimia di masing-masing Laboratorium di BBPOM di Denpasar, sehingga
mahasiswa memiliki kesiapan dalam memasuki dunia kerja.
(5) Lebih memahami konsep-konsep non-akademis dan non-teknis di dunia
kerja nyata.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari kerja praktek ini bagi :
Mahasiswa
(1) Mendapat pengalaman kerja sebelum memasuki dunia kerja secara
langsung, serta memperoleh surat keterangan kerja (referensi) dari
instansi yang bersangkutan.
(2) Untuk memberikan kemudahan bagi mahasiswa dalam beradaptasi
dengan lingkungan kerja setelah menyelesaikan studi.

Instansi
a. Jurusan Analis Kimia
Untuk mensosialisasikan Jurusan Analis Kimia yang berada di lingkungan
UNDIKSHA Singaraja dan menjalin hubungan yang baik antar Instansi.

b. Universitas Pendidikan Ganesha
Sebagai media untuk menjalin kerja sama dengan instansi Pemerintah atau
Swasta dalam bidang Analisis Kimia, khususnya dengan BBPOM di
Denpasar.

c. BBPOM
Mendapatkan bantuan dibidang pengujian dari peserta KP dan peserta KP
dijadikan media saran untuk membangun kinerja BBPOM di Denpasar.




4



BAB II
PROFIL BBPOM (Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan)
di DENPASAR

2.1 Sejarah Singkat BBPOM di Denpasar
Pengawasan di bidang obat dan makanan yang meliputi produk terapetik,
narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetika, produk
komplemen, pangan dan bahan berbahaya, dilakukan oleh 3 (tiga) komponen
meliputi pemerintah, produsen dan konsumen (masyarakat). Dalam hal ini
pengawasan dari komponen pemerintah dilakukan oleh Badan POM. Badan POM
merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang dibentuk
berdasarkan Keppres No. 166 tahun 2000 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Departemen yang kemudian diperbaharui dengan Keppres No. 103 tahun 2001
dan Keppres No. 106 tahun 2002. Adapun gedung BBPOM di Denpasar yang
diresmikan pada tahun 2009 disajikan pada Gambar 2.1 di bawah ini.

Gambar 2.1. Gedung BBPOM di Denpasar

Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (Balai Besar POM) di Denpasar
merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) di Lingkungan Badan POM
yang dibentuk bedasarkan Keputusan Kepala Badan POM Nomor
4
5



05018/SK/KBPOM tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja UPT di
lingkungan Badan POM dan melalui persetujuan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor 119/M.PAN/5/2001 Tahun 2001. Balai Besar POM di
Denpasar sebagai UPT di Lingkungan Badan POM ini mepunyai peranan penting
sebagai perpanjangan tangan dari Badan POM yaitu melaksanakan kebijakan di
bidang pengawasan produk terapetik, narkotika, prikotropika dan zat adiktif lain,
obat tradisional, kosmetika, produk komplemen, keamanan pangan dan bahan
berbahaya di wilayah Propinsi Bali.
Dalam upaya mencapai Visi dan Misi Badan POM RI, sesuai Surat
Keputusan Kepala Badan POM RI No. 05018/SK/KBPOM Tgl. 17 Mei 2001,
Balai Besar POM di Denpasar mempunyai struktur organisasi terdiri dari atas
sebagai berikut.

a. Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen
Bidang ini mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan
program, evaluasi dan laporan pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan
distribusi tertentu, serta layanan informasi konsumen.

b. Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan
Memiliki tugas dalam melakukan pengawasan dan penyidikan secara berkala
ke lapangan untuk mengetahui mutu dari suatu produk, penyalahgunaan suatu
produk dan lain-lain.

c. Bidang Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya
Tugas pokok bidang pangan dan bahan berbahaya adalah menguji keamanan
produk pangan ditinjau dari bahan kimia yang dikandungnya.

d. Bidang Pengujian Mikrobiologi
Tugas pokok bidang mikrobiologi adalah menguji keamanan produk pangan
ditinjau dari mikroorganisme yang dikandungnya.

6



e. Bidang Pengujian Produk Terapetik, Narkotika, Obat tradisional, Kosmetik
dan Produk Komplemen
Tugas dari bidang ini adalah melakukan pengujian terhadap mutu dan
keamanan produk terapetik, narkotik, psikotropik, alat kesehatan, obat tradisional,
kosmetik, produk komplemen.

f. Kelompok Jaminan Mutu (KJM)
Kelompok Jaminan Mutu merupakan kelompok yang dibentuk pada
struktur organisasi yang mengacu pada sistem mutu yang dipimpin oleh seorang
Manajer Puncak. KJM memiliki tugas yaitu sebagai berikut.
(1) Mengevaluasi dan menindaklanjuti segala permasalahan yang berkaitan
dengan sistem mutu.
(2) Memberikan informasi, analisis, penilaian serta rekomendasi kepada
manajemen sebagai suatu sumbang saran bagi pengambilan keputusan.

2.2 Visi, Misi dan Budaya Organisasi BBPOM di Denpasar
2.2.1 Visi Balai Besar POM di Denpasar
Visi yang dipegang oleh BBPOM di Denpasar mengacu pada Visi Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) yaitu Menjadi Institusi Pengawas
Obat dan Makanan yang Inovatif, Kredibel dan Diakui secara Internasional untuk
Melindungi Masyarakat.

2.2.2 Misi Balai Besar POM di Denpasar
Misi yang dipegang oleh BBPOM di Denpasar mengacu pada Misi Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) yaitu sebagai berikut.
(1) Melakukan pengawasan pre-market dan post-market berstandar
internasional.
(2) Menerapkan sistem manajemen mutu secara konsisten.
(3) Mengoptimalkan kemitraan dengan pemangku kepentingan di berbagai
lini.
(4) Memberdayakan masyarakat agar mampu melindungi diri dari obat dan
makanan yang berisiko terhadap kesehatan.
7



(5) Membangun organisasi pembelajaran (learning organization).

2.2.3 Budaya Organisasi
Dalam membangun suatu organisasi agar berjalan secara efektif dan
efisien, BBPOM di Denpasar menanamkan budaya organisasi yang sesuai dengan
Budaya Organisasi (BPOM RI) yaitu sebagai berikut.
A. Profesional
Menegakkan profesionalme dengan integritas, obyektivitas, ketekunan
dan komitmen yang tinggi.
B. Kredibel
Dapat dipercaya dan diakui oleh masyarakat luas, nasional dan
internasional.
C. Cepat tanggap
Antisipatif dan responsif dalam mengatasi masalah.
D. Kerjasama tim
Mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi yang baik.
E. Inovatif
Mampu melakukan pembaharuan sesuai ilmu pengetahuan dan teknologi
terkini.

2.3 Tugas Pokok dan Fungsi BBPOM Di Denpasar
Sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Badan POM Nomor
05018/SK/KBPOM tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja UPT di
lingkungan Badan POM, Balai Besar dan Balai POM mempunyai tugas
melaksanakan kebijakan di bidang pengawasan Produk Terapetik, Narkotika,
Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplimen, Keamanan Pangan dan
Bahan Berbahaya di wilayah kerjanya. Dalam melaksanakan tugas Balai Besar
POM di Denpasar selaku salah satu UPT dilingkungan Badan POM
menyelenggarakan fungsi diantaranya sebagai berikut.
a. Penyusunan rencana dan program pengawasan obat dan makanan.
8



b. Pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian
mutu produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, obat
tradisional, kosmetika, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya.
c. Pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian
mutu produk secara mikrobiologi.
d. Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan pemeriksaan
pada sarana produksi dan distribusi.
e. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan pada kasus pelanggaran hukum.
f. Pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu
yang ditetapkan oleh Kepala Badan.
g. Pelaksanaan kegiatan layanan informasi konsumen.
h. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan.
i. Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan.
j. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala Badan, sesuai dengan
bidang tugasnya.

2.4 Struktur Organisasi
Adapun susunan organisasi Balai Besar POM di Denpasar berdasarkan SK
kepala Badan POM RI yaitu disajikan dalam Gambar 2.2 di bawah ini. Susunan
lengkap secara struktural terdapat dalam Lampiran 1.

Gambar 2.2 Struktur Organisasi BBPOM di Denpasar


KEPALA BALAI
BIDANG PENG.
MIKROBIOLOGI
BIDANG
PEMDIK
SEKSI
PEMERIKSAAN
SEKSI
PENYIDIKAN
BIDANG PENG.
PANGAN
DAN BB
BIDANG
SERLIK
SEKSI
SERTIFIKASI
SEKSI LAYANAN
INFORMASI
KONSUMEN
BIDANG PENG.
TERANOKOKO
KA SUB BAG TU
9



2.5 Kode Etik
Dalam melaksanakan tugas, Laboratorium Pengujian BBPOM di Denpasar
selalu mengutamakan disiplin, dedikasi, dan kejujuran serta profesionalisme kerja
dengan menerapkan prinsip independen sebagai berikut.
(1) Mengutamakan kejujuran dan dapat dipercaya serta bertanggung jawab
atas semua hasil yang diperoleh dalam setiap pengujian.
(2) Melaksanakan tugas dengan sebaik mungkin dan berusaha bekerja secara
efektif dan efisien.

2.6 Sistem Mutu
Laboratorium Pengujian BBPOM di Denpasar selalu melakukan seluruh
kegiatan dengan konsisten sesuai dengan Sistem Mutu yang ditetapkan dan
memenuhi persyaratan Nasional maupun Internasional (pedoman sesuai dengan
ISO-ICE 17025-2008). Dalam menjaga keprofesionalan kegiatan pengujian dan
menajemen Laboratorium Pengujian BBPOM di Denpasar harus selalu
meningkatkan kemampuan SDM dengan melaksanakan pelatihan-pelatihan baik
internal maupun eksternal, setiap tahunnya yang dilakukan secara rutin yang
disesuaikan dengan IPTEK.
Dalam melaksanakan kegiatan pengujian, penguji melakukan pengujian
berdasarkan SPP (Surat Perintah Pengujian) dari Penyelia. Kemudian penyelia
menerima tugas berdasarkan SPK (Surat Perintah Kerja) dari Manajer Teknis
pada masing-masing Laboratorium. Penyelia mengkoordinir maksimal 5 orang
penguji dalam sebuah laboratorium. Hasil yang diperoleh oleh penguji akan
dicatat dan dilaporkan dalam bentuk laporan CP-LCP. CP (Catatan Pengujian)
merupakan laporan dari penguji yang berisi hasil pengujian dari sebuah parameter
yang diuji. Sedangkan LCP (Lampiran Catatan Pengujian) merupakan lampiran
yang berisi metode uji, catatan dan perhitungan hasil pengujian setiap parameter.
CP-LCP akan dikoreksi atau diperiksa oleh penyelia dan disahkan oleh Manajer
Teknis. Dari CP-LCP dibuat laporan ke BPOM RI melalui SIE (System Informasi
Executive).


10



2.7 Interaksi Sosial
Hubungan yang terjalin antara kami para mahasiswa dengan Keluarga
Besar (Kabid, Deputi, pegawai, penyelia, pembimbing lapangan hingga ke
cleaning servis dan satpam) Di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di
Denpasar sangat baik. Kami diperlakukan seperti bagian dari keluarga besar
BBPOM di Denpasar itu sendiri, hal tersebut terbukti dengan diikut sertakanya
seluruh mahasiswa yang sedang melaksanakan KP dalam acara-acara seperti
pelatihan jaminan mutu, pelatihan tentang K3, dan masih banyak kegiatan
lainnya. Hampir semua pegawai yang kami temui merupakan orang-orang yang
ramah, baik murah senyum dan bersahaja sehingga kami merasa berada di
keluarga sendiri.

2.8 Peralatan Laboratorium
Dalam melaksanakan setiap kegiatan pengujian dilaboratorium, maka ada
beberapa hal yang harus diperhatikan agar hasil pengujian yang diperoleh
menunjukkan hasil yang baik, seperti teknik dan metode pengujian, bahan baku
pembanding dan reagensia yang tersedia serta yang tidak kalah penting adalah
peralatan yang memadai. Peralatan yang terdapat di BBPOM di Denpasar cukup
lengkap dan dalam keadaan cukup baik, walaupun ada beberapa alat yang
mengalami kerusakan. Hal tersebut mempermudah kami dalam proses pengujian
dan kami pun dapat menggunakan peralatan tersebut dengan baik.
Adapun beberapa peralatan yang tersedia di BBPOM terkait dengan
pengujian atau analisis sampel, antara lain: Neraca analitik, HPLC, alat Disolusi,
Spektrofotometer UV-VIS, Sentrifuge, Shaker, GC, Sonikasi, Lemari asam, AAS
(Atomic Absorption Spektroskopi), alat gelas, Inkubator, Water bath, Oven,
Laminar Air Flow dan beberapa alat penunjang lainnya seperti: gelas ukur, pipet
tetes, pinset, batang pengaduk, buret, botol semprot, labu hisap, lumping alu,
cawan petri, sonikasi, Erlenmeyer, pipet volumetri, pipet ukur, dan masih banyak
yang lainnya.



11



BAB III
RINCIAN PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek
Kegiatan kerja praktek yang dilakukan di Balai Besar Pengawas Obat dan
Makanan di Denpasar selama kurang lebih 2 bulan di mulai dari tanggal 1 April
31 Mei 2011. Kegiatan tersebut dilakukan di 3 Laboratorium yang berbeda-beda
yaitu: Lab. TERANAKOKO (Terapetik, Narkotika, Kosmetik, Obat Tradisional
dan Produk Komplemen), Lab. Mikrobiologi dan Lab. PABA (Pangan dan Bahan
Berbahaya) dengan jadwal sebagai berikut :
Lab. TERANAKOKO : 1 April 23 April 2011
Lab. Mikrobiologi : 2 Mei 13 Mei
Lab. PABA : 24 April -30 April & 16 27 Mei 2011
Kegiatan kerja praktek yang dilakukan di Balai Besar Pengawas Obat dan
Makanan di Denpasar, mengikuti jam kerja yang telah ditetapkan oleh instansi
tersebut, yaitu :
- Senin- Jumat : 07.30-16.00 Wita
- Sabtu-minggu : Libur

3.2 Kegiatan Laboratorium
Melaksanakan pengujian sesuai dengan parameter sampel yang diminta
dalam SPU (Surat Permintaan Uji). Pengujian dilaksanakan untuk memeriksa
makanan, kosmetik, Obat Tradisional, produk komplemen serta obat yang beredar
dimasyarakat apakah sudah memenuhi syarat atau tidak.

3.3 Metode Analisis
Dalam melakukan suatu pengujian di laboratorium BBPOM di Denpasar,
mengacu pada buku-buku standar resmi dan metode analisis yang telah di miliki
oleh masing-masing laboratorium dimana setiap acuan yang digunakan sudah di
verifikasi oleh masing-masing laboratorium. Dari acuan tersebutlah menjadi dasar
dalam setiap pengujian. Metode yang digunakan dituangkan dalam bentuk IK
LAB (Intruksi Kerja Laboratorium).
11
12



Adapun beberapa kegiatan pengujian yang telah dilakukan pada masing-
masing Laboratorium di BBPOM di Denpasar adalah sebagai berikut.

3.3.1 Laboratorium Pengujian Terapetik dan Narkotika
Laboratorium ini memiliki tugas dan tanggung jawab dalam melaksanakan
pengujian dan melaporkan hasil pengujian produk-produk yang mungkin
mengandung bahan berbahaya.
Kegiatan utama Bidang Pengujian Produk Terapetik, Narkotika, Obat
Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen antara lain.
a) Pengawasan mutu, khasiat dan keamanan produk terapetik/obat dan
perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT).
b) Pengawasan mutu, keamanan dan khasiat/manfaat obat tradisional,
suplemen makanan dan produk kosmetik.
c) Perketatan pengawasan narkotika, psikotropika, prekursor dan zat
adiktif/rokok.
Adapun beberapa pengujian yang telah kami laksanakan selama program
Kerja Praktek adalah sebagai berikut.

A. Uji Disolusi Tablet Furosemida
Pustaka : FI ed IV hal. 402 (dalam IK. Lab. TERANA, 2007).
Peralatan : alat Disolusi (alat yang digunakan untuk mengetahui kelarutan
zat aktif dalam suatu obat) dan Spektrofotometer.
Pereaksi : dapar fospat pH 5,8.
Prosedur :
Kondisi Uji Disolusi:
Media Disolusi : 900 mL dapar Fospat pH 5,8
Alat Disolusi : Tipe 2 (dayung)
Kec. Rotasi : 50 rpm
Waktu : 60 menit

13



Larutan Uji. Filtrat atau beningan dipipet sebanyak 5,0 mL media disolusi ke
dalam labu ukur 25 mL. Filtrat diencerkan dengan dapar Fospat pH 5,8
sampai tanda batas (A).

Larutan Baku. Padatan Furosemida BPFI ditimbang seksama 10 mg.
Kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL. Selanjutnya
ditambahkan metanol 20 mL, disonikasi selama 10 menit. Kemudian
dilarutkan dengan dapar Fospat pH 5,8 sampai tanda batas. Larutan
tersebut dipipet 5,0 mL dan dimasukkan ke dalam labu ukur 250 mL.
Larutan diencerkan dengan dapar fospat pH 5,8 sampai tanda batas (B).

Pembuatan Dapar Fospat pH 5,8. Padatan KH
2
PO
4
ditimbang sebanyak 40,8
g, kemudian dilarutkan dalam air (aquades) sampai 6 liter ukur ph sampai
5,8 (jika larutan masih asam ditambahkan NaOH, jika larutan masih basa
ditambahkan HCl).

Cara Penetapan. Serapan larutan A dan B diukur pada panjang gelombang
274 nm. Dapar fospat pH 5,8 digunakan sebagai blanko.

Interpretasi Hasil.
Kadar Furosemida yang melarut terhadap etiket:
% 100 x BPFI kemurnian x
Ke
Bb
x
Ab
Au
x
Fb
Fu
x V
Keterangan:
Fu : faktor pengenceran larutan uji
Fb : faktor pengenceran larutan baku
V : volume media disolusi dlm mL
Au : serapan larutan uji
Ab : serapan larutan baku
Bb : bobot Furosemida BPFI yang ditimbang dalam mg
Ke : kadar Furosemida yang tertera pada etiket dalam mg

14



Syarat. Dalam waktu 60 menit harus larut tidak kurang dari 80% (Q)
Furosemida (C
12
H
11
CIN
2
O
5
S) dari jumlah yang tertera pada etiket.

Baku Furosemida:
No. Kontrol : 205150, kadar 99,95%, sp = 0,16 %, penimbangan baku :
26,711-16,262 = 10,449 mg.

% 06 , 177
40 530 , 0 250 5 / 25
)% 16 , 0 95 , 99 ( 449 , 10 5 / 25 900

x x x
x x x
faktor K


B. Uji Disolusi Tablet Glibenklamida
Pustaka : MA PPOM No. 58/BI/94 (dalam IK. Lab. TERANA, 2007).
Peralatan : alat Disolusi, Spektrofotometer.
Pereaksi : dapar fospat pH 7,4.
Prosedur :
Kondisi Uji Disolusi.
Media disolusi : 900 mL dapar fospat pH 7,4
Alat disolusi : Tipe 2 (dayung)
Kec. rotasi : 75 rpm
Waktu : 45 menit

Larutan Uji. Sejumlah filtrat atau beningan media disolusi tanpa perlakuan
lebih lanjut (langsung diuji menggunakan spektrofotometer).

Larutan Baku. Padatan Glibenklamida BPFI ditimbang 25 mg. Selanjutnya
dilarutkan ke dalam labu ukur 50 mL, ditambahkan 25 mL metanol.
Larutan disonikasi selama 10 menit. Kemudian larutan diencerkan dengan
metanol sampai tanda batas. Larutan tersebut dipipet 1,0 mL larutan,
kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL. Selanjutnya larutan
diencerkan dengan dapar fospat pH 7,4 sampai tanda batas (B).

15



Pembuatan Dapar Fospat pH 7,4. Padatan KH
2
PO
4
ditimbang sebanyak 40,8
g, kemudian dilarutkan dalam air (aquades) sampai 6 liter ukur ph sampai
7,4 (jika larutan masih asam ditambahkan NaOH, jika larutan masih basa
ditambahkan HCl).

Cara Penetapan. Serapan larutan A dan B diukur pada panjang gelombang
227 nm. Dapar fospat pH 7,4 digunakan sebagai blanko.

Interpretasi Hasil.
Kadar glibenklamida yang melarut terhadap etiket:
% 100 x BPFI kemurnian x
Ke
Bb
x
Ab
Au
x
Fb
Fu
x V
keterangan:
Fu : faktor pengenceran larutan uji
Fb : faktor pengenceran larutan baku
V : volume media disolusi dalam mL
Au : serapan larutan uji
Ab : serapan larutan baku
Bb :bobot Glibenklamida BPFI yg ditimbang dalam mg
Ke : kadar Glibenklamida yang tertera pd etiket dlm mg

Syarat. Dalam waktu 45 menit harus larut tidak kurang dari 60% (Q)
Glibenklamida (C
23
H
28
CIN
3
O
3
S) dari jumlah yang tertera pada etiket.

Perhitungan Larutan Baku.
No. kontrol: 208155, kadar: 100,25%, sp: 0,37%, penimbangan: 96,855-71,779
= 25,076 mg

% 98 , 354
% 100
5 254 , 0 100 50
)% 37 , 0 25 , 100 ( 076 , 25 1 900

x
x x x
x x x
faktor K




16



C. Uji Disolusi Tablet Diazepam
Pustaka : Farmakope Indonesia edisi IV, halaman: 304 (dalam IK. Lab.
TERANA, 2007).
Peralatan : alat Disolusi dan Spektrofotometer (UV-Vis).
Pereaksi : HCl 0,1 N.
Prosedur:
Kondisi Uji Disolusi:
Media disolusi : 900 mL HCl 0,1 N
Alat disolusi : tipe 1 (keranjang)
Kecepatan rotasi : 100 rpm
Waktu pengambilan cuplikan : 30 menit

Larutan Uji. Sejumlah filtrat atau beningan media disolusi tanpa perlakuan
lebih lanjut (larutan A).

Larutan Baku. Padatan Diazepam BPFI ditimbang seksama sejumlah lebih
kurang 5 mg. Kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL,
ditambahkan 50 mL HCl 0,1 N, selanjutnya disonikasi selama 10 menit.
Larutan diencerkan dengan HCl 0,1 N sampai tanda batas. Kemudian
dipipet 10,0 mL ke dalam labu ukur 100 mL lalu diencerkan dengan HCl
0,1 N sampai tanda batas (larutan B).

Cara Penetapan. Serapan larutan A dan B diukur dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang 242 nm. HCl 0,1 N digunakan sebagai blanko.

Interpretasi Data.
Kadar obat Diazepam yang melarut terhadap etiket:
V x
Fu
Fb
x
Au
Ab
x
Bb
Ke
x kemurnian BPFI x 100
Keterangan:
Fu = faktor pengenceran larutan uji
Fb = faktor pengenceran larutan baku
V = volume media disolusi dalam mL
17



Au = serapan larutan uji
Ab = serapan larutan baku
Bb = bobot Diazepam BPFI yang ditimbang dalam mg
Ke = kadar Diazepam yang tertera pada etiket dalam mg

Persyaratan. Dalam waktu 30 menit harus larut, tidak kurang dari 85 % (Q)
Diazepam (C
16
H
13
ClN
2
O) dari jumlah yang tertera pada etiket.

Perhitungan Baku Diazepam.
Nomor kontrol = 209116
Kadar = 99,54 %
Penimbangan baku = (15,447-10,614) mg = 4,833 mg

K Iaktor V x
Fu
Fb
x
Au
Ab
x
Bb
Ke
x kemurnian BPFI x 100

K Iaktor 900 mL x
1
(
100 mL
10 mL
x 100 mL)
x
1
0,400
x
4,833 mg
2 mg
x (99,54) x 100
= 541,21 %

D. Uji Disolusi Kapsul Tertrasiklin HCl
Pustaka : Farmakope Indonesia edisi IV, halaman: 780 (dalam IK. Lab.
TERANA, 2007).
Peralatan : alat Disolusi dan Spektrofotometer (UV-Vis).
Pereaksi : -
Prosedur:
Kondisi Uji Disolusi:
Media disolusi : 900 mL air
Alat disolusi : tipe 2 (dayung)
Kecepatan rotasi : 75 rpm
Waktu pengambilan cuplikan : 60 menit

18



Larutan Uji. Filtrat atau beningan media disolusi dipipet 5,0 mL ke dalam
labu ukur 100 mL. Beningan diencerkan dengan air sampai tanda batas
(larutan A).

Larutan Baku. Padatan Tetrasiklin HCl BPFI ditimbang seksama sejumlah
lebih kurang 20 mg. Kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL,
tambahkan 25 mL air, selanjutnya disonikasi selama 10 menit. Larutan
diencerkan dengan air sampai tanda batas. Kemudian dipipet 2,0 mL ke
dalam labu ukur 50 mL lalu diencerkan dengan air sampai tanda batas
(larutan B).

Cara Penetapan. Serapan larutan A dan B diukur dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang 276 nm. Air digunakan sebagai blanko.

Interpretasi Data.
Kadar Tetrasiklin HCl yang melarut terhadap etiket:
V x
Fu
Fb
x
Au
Ab
x
Bb
Ke
x kemurnian BPFI x 100
Keterangan:
Fu = faktor pengenceran larutan uji
Fb = faktor pengenceran larutan baku
V = volume media disolusi dalam mL
Au = serapan larutan uji
Ab = serapan larutan baku
Bb = bobot Tetrasiklin HCl BPFI yang ditimbang dalam mg
Ke = kadar Tetrasiklin HCl yang tertera pada etiket dalam mg

Persyaratan. Dalam waktu 60 menit harus larut, tidak kurang dari 70 % (Q)
Tetrasiklin HCl (C
22
H
24
N
2
O
3
.HCl) dari jumlah yang tertera pada etiket.

Perhitungan Baku Tetrasiklin HCl.
Nomor kontrol = 208322
Kadar = 99,439 %
19



SP (Susut Pengeringan) = 0,82 %
Penimbangan baku = (38,094-18,244) mg = 19,850 mg

K Iaktor V x
Fu
Fb
x
Au
Ab
x
Bb
Ke
x kemurnian BPFI x 100

K Iaktor 900 mL x
(
100 mL
5 mL
)
(
50 mL
2 mL
x 50 mL)
x
1
0,536
x
19,850 mg
500 mg
x (99,439-0,82) x 100
= 105,18 %

E. Penetapan Kadar Ampicillin dalam Tablet
Pustaka : Farmakope Indonesia edisi IV, halaman: 105 dan 953 (dalam IK.
Lab. TERANA, 2007).
Peralatan : buret.
Pereaksi : NaOH 1 N, HCl 1,2 N, Iod 0,01 N, larutan pentiter Na
2
S
2
O
3
0,01
N dan pasta kanji iodide.
Prosedur:
Larutan Uji. Sampel ditimbang seksama 10 tablet dan gerus homogen. Hasil
gerusan ditimbang setara 62,5 mg Ampicillin dengan seksama,
selanjutnya dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL kemudian ditambah 40
mL air, dikocok selama 10 menit dan diencerkan dengan air sampai 50 mL
(larutan A).

Larutan Baku. Baku Ampicillin trihidrat BPFI ditimbang seksama sejumlah
lebih kurang 62,5 mg. Kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL,
selanjutnya ditambahkan 40 mL air, selanjutnya dikocok selama 10 menit.
Kemudian diencerkan dengan air sampai tanda batas (larutan B).

Cara Penetapan. Masing-masing 2,0 mL larutan A dan B dimasukkan ke
dalam labu Erlenmeyer 125 mL bertutup, selajutnya ditambahkan 0,1 mL
HCl 1,2 N dan 10,0 mL iodium 0,01 N, kemudian labu ditutup dan
didiamkan selama 15 menit. Selanjutnya larutan dititrasi dengan Na
2
S
2
O
3

20



0,01 N, titik akhir titrasi ditambahkan 1 mL indikator amilum iodida dan
titrasi dilanjutkan sampai warna biru hilang.

Larutan Blanko. Masing-masing 2,0 mL larutan A dan B dimasukkan ke
dalam labu Erlenmeyer 125 mL bertutup, selanjutnya ditambahkan 0,1 mL
HCl 1,2 N dan 10,0 mL iodium 0,01 N, kemudian labu ditutup dan
didiamkan selama 15 menit. Segera dititrasi dengan Na
2
S
2
O
3
0,01 N,
mendekati titik akhir titrasi ditambahkan 1 mL pasta kanji iodide dan
titrasi dilanjutkan sampai warna biru hilang.

Interpretasi Data.
Jumlah (mg) Ampicillin dalam cuplikan (W):
BI
u
-U
BL
BK
-B
k
x Bb x kemurnian BPFI x
Fu
Fb

Kadar Ampicillin terhadap etiket:
W
Bu
x
Br
Ke
x 100
Keterangan:
Fu = faktor pengenceran larutan uji
Fb = faktor pengenceran larutan baku
U = volume Na
2
S
2
O
3
0,01 N yang digunakan dalam penetapan
larutan uji dalam mL
BI
u
= volume Na
2
S
2
O
3
0,01 N yang digunakan dalam penetapan
blanko larutan uji dalam mL
B
k
= volume Na
2
S
2
O
3
0,01 N yang digunakan dalam penetapan
larutan baku dalam mL
BL
BK
= volume Na
2
S
2
O
3
0,01 N yang digunakan dalam penetapan
Larutan blanko larutan baku dalam mL
Bb = penimbangan baku Ampicillin BPFI
Bu = penimbangan uji
Br = bobot rata-rata tablet
Ke = jumlah Ampicillin per tablet yang tertera pada etiket

21



Persyaratan. Kadar Ampicillin tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari
120 % dari jumlah yang tertera pada etiket.

F. Penentuan Daya Serap Kapas
Pustaka: Metode Analisis PPOMN 44/10/91 (dalam IK. Lab. TERANA, 2007)
Prosedur Kerja. Sejumlah lebih kurang 2 g kapas ditimbang seksama
kemudian dipadatkan ke dalam gelas piala 10 mL selama 15 menit.
Selanjutnya padatan kapas dimasukkan ke dalam corong pisah dengan
garis tengah lebih kurang 12 cm yang telah ditara, telah ditimbang dan
telah diisi air setengahnya. Kapas harus tenggelam dalam waktu tidak
lebih dari 10 detik. Air dialirkan keluar dan setelah air tidak menetes lagi
dibiarkan selama 3 menit, keran ditutup dan corong pisah berisis kapas
ditimbang.

Persyaratan: bobot kapas basah tidak boleh kurang dari 35 gram.

G. Penetapan Kadar Asam Mefenamat dalam Tablet
Pustaka : MA PPOM No.08/OB/97 (dalam IK. Lab. TERANA,
2007).
Peralatan : Spektrofotometer.
Pereaksi : NaOH 0,1 N.
Prosedur :
Larutan Uji. Sampel ditimbang saksama 20 tablet dan serbukkan homogen.
Hasil homogen ditimbang setara 50 mg asam mefenamat dengan saksama,
kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL. Kemudian
ditambahkan 50 mL NaOH 0,1 N, selanjutnya disonikasi selama 15 menit.
Lalu diencerkan dengan NaOH 0,1 N sampai tanda dan disaring. Larutan
dipipet 1,0 mL kemudian dimasukkan ke dalam Labu ukur 50 mL.
Selanjutnya ditambahkan NaOH 0,1 N sampai tanda, kocok homogen
(larutan A).

22



Larutan Baku. Baku asam Mefenamat BPFI ditimbang saksama 50,0 mg.
Lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan dilarutkan dengan
NaOH 0,1 N sampai tanda dan disaring. Larutan dipipet 1,0 mL, kemudian
dimasukkan ke dalam Labu ukur 50 mL. Selanjutnya ditambahkan NaOH
0,1 N sampai tanda, dan dikocok homogen (Larutan B).

Cara Penetapan. Serapan larutan A dan B diukur dengan panjang gelombang
285 nm. Gunakan NaOH 0,1 N sebagai blanko.

Interpretasi Hasil.
Jumlah (mg) asam Mefenamat dalam cuplikan (w):
Au
Ab
x Bb x kemurnian BPFI x
Fu
Fb

Kadar asam Mefenamat terhadap etiket:
W
Bu
x
Br
Ke
x 100
Keterangan:
Au = serapan larutan uji
Ab = serapanlarutan baku
Bb = bobot asam Mefenamat BPFI yang ditimbang dalam mg
Bu = bobot uji yang ditimbang dalam mg
Fu = faktor pengenceran larutan biji
Fb = faktor pengenceran larutan baku
Br = bobot rata-rata tablet
Ke = jumlah asam Mefenamat per tablet yang tertera pada etiket

Persyaratan. Kadar Asam Mefenamat ( C
15
H
15
NO
2
) tidak kurang dari 90,0 %
dan tidak lebih dari 110,0 % dari kadar yang tertera pada etiket.

H. Uji Fluoresensi pada Kasa
Pustaka: Farmakope Indonesia edisi IV, halaman: 23 (dalam IK. Lab.
TERANA, 2007).
23



Prosedur Kerja. Pengamatan sampel dilakukan dibawah cahaya ultraviolet
365 nm, tidak lebih dari beberapa serat terisolir menunjukkan
fluoresensi biru terang, dua lapis lipatan hanya menunjukkan sedikit
fluoresensi ungu kecokelatan dan beberapa partikel kuning.

I. Penetapan Kadar Paracetamol dalam Tablet
Pustaka : BP 2000 hal. 2147 (dalam IK. Lab. TERANA, 2007).
Peralatan : Spektrofotometer.
Pereaksi : NaOH 0,1 N dan NaOH 0,01 N.
Prosedur :
Larutan Uji. Sampel ditimbang saksama 20 tablet dan diserbukkan homogen.
Selanjutnya ditimbang serbuk setara 75 mg paracetamol dengan saksama,
dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL. Selanjutnya ditambahkan 25
mL NaOH 0,1 N, ditambahkan 50 mL air dan dikocok 15 menit. Lalu
diencerkan dengan air sampai tanda dan disaring. Larutan dipipet 1,0 mL,
kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL. Selanjutnya
ditambahkan 10 mL NaOH 0,1 N dan diencerkan dengan air sampai tanda,
dikocok homogen (larutan A).

Larutan Baku. Baku Paracetamol BPFI ditimbang saksama 75,0 mg. Lalu
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL. Kemudian ditambahkan 25 mL
NaOH 0,1 N, ditambahkan 50 mL air dan dikocok selama 15 menit.
Selanjutnya diencerkan dengan air sampai tanda dan saring. Larutan
dipipet 1,0 mL, dan masukkan ke dalam labu ukur 100 mL. Selanjutnya
ditambahkan 10 mL NaOH 0,1 N dan encerkan dengan air sampai tanda,
kocok homogen (Larutan B).

Cara Penetapan. Serapan larutan A dan B diukur dengan panjang gelombang
lebih kurang 257 nm. NaOH 0,01 N digunakan sebagai blanko.

Interpretasi Hasil.
Jumlah (mg) Paracetamol dalam cuplikan (w):
24



Au
Ab
x Bb x kemurnian BPFI x
Fu
Fb

Kadar Paracetamol terhadap etiket:
W
Bu
x
Br
Ke
x 100
Keterangan:
Au = serapan larutan uji
Ab = serapanlarutan baku
Bb = bobot Paracetamol BPFI yang ditimbang dalam mg
Bu = bobot uji yang ditimbang dalam mg
Fu = faktor pengenceran larutan biji
Fb = faktor pengenceran larutan baku
Br = bobot rata-rata tablet
Ke = jumlah Paracetamol per tablet yang tertera pada etiket

Persyaratan. Kadar Paracetamol ( C
8
H
9
NO
2
) tidak kurang dari 95,0 % dan
tidak lebih dari 105,0 % dari kadar yang tertera pada etiket.

J. Penetapan Kadar Metronidazol dalam Tablet
Pustaka : MA PPOM No.084/OB/00 (dalam IK. Lab. TERANA,
2007).
Peralatan : Spektrofotometer
Pereaksi : HCl 0,1 N
Prosedur :
Larutan Uji. Sampel ditimbang saksama 20 tablet dan diserbukkan homogen.
Lalu ditimbang serbuk setara 50 mg Metronidazol dengan saksama, dan
dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL. Kemudian ditambahkan 25 mL
HCl 0,1 N, dan disonikasi selama 15 menit. Lalu diencerkan dengan HCl
0,1 N sampai tanda dan disaring. Larutan dipipet 1,0 mL, dan dimasukkan
ke dalam labu ukur 100 mL. Selanjutnya ditambahkan HCl 0,1 N sampai
tanda, dan dikocok homogen (larutan A).

25



Larutan Baku. Baku Metronidazol BPFI ditimbang saksama 50,0 mg. Lalu
dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL dan dilarutkan dengan HCl 0,1 N
sampai tanda dan disaring. Kemudian ditambahkan 25 mL HCl 0,1 N,
selanjutnya disonikasi selama 15 menit. Lalu diencerkan dengan HCl 0,1
N sampai tanda dan disaring. Larutan dipipet 1,0 mL, kemudian
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL. Selanjutnya ditambahkan HCl
0,1 N sampai tanda, dan dikocok homogen (larutan B).

Cara Penetapan. Serapan larutan A dan B diukur pada panjang gelombang
maksimum lebih kurang 277 nm. HCl 0,1 N digunakan sebagai blanko.

Interpretasi Hasil.
Jumlah (mg) Metronidazol dalam cuplikan (w):
Au
Ab
x Bb x kemurnian BPFI x
Fu
Fb

Kadar Metronidazol terhadap etiket:
W
Bu
x
Br
Ke
x 100
Keterangan:
Au = serapan larutan uji
Ab = serapanlarutan baku
Bb = bobot Metronidazol BPFI yang ditimbang dalam mg
Bu = bobot uji yang ditimbang dalam mg
Fu = faktor pengenceran larutan biji
Fb = faktor pengenceran larutan baku
Br = bobot rata-rata tablet
Ke = jumlah Metronidazol per tablet yang tertera pada etiket

Persyaratan. Kadar Metronidazol ( C
6
H
9
N
3
O
3
) tidak kurang dari 90,0 % dan
tidak lebih dari 110,0 % dari kadar yang tertera pada etiket.



26



K. Penetapan Kadar Ketokonazol dalam Tablet
Pustaka : MA PPOM No.056/OB/00 (dalam IK. Lab. TERANA, 2007).
Peralatan : Spektrofotometer.
Pereaksi : HCl 0,1 N.
Prosedur :
Larutan Uji. Sampel sebanyak 20 tablet ditimbang dan diserbukkan homogen.
Lalu ditimbang serbuk setara 50 mg Ketokonazol dengan saksama,
kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL. Selanjutnya
ditambahkan 25 mL HCl 0,1 N, lalu disonikasi selama 15 menit. Lalu
diencerkan dengan HCl 0,1 N sampai tanda dan disaring. Larutan dipipet
10,0 m kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL. Selanjutnya
ditambahkan HCl 0,1 N sampai tanda batas, dan dikocok homogen
(larutan A).

Larutan Baku. Baku ketokonazol BPFI ditimbang saksama 50,0 mg. Lalu
dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL dan dilarutkan dengan HCl 0,1 N
sampai tanda dan disaring. Selanjutnya ditambahkan 25 mL HCl 0,1 N,
disonikasi selama 15 menit. Lalu diencerkan dengan HCl 0,1 N sampai
tanda dan disaring. Larutan dipipet 10,0 mL, kemudian dimasukkan ke
dalam labu ukur 50 mL. Selanjutnya ditambahkan HCl 0,1 N sampai
tanda, dikocok homogen (larutan B).

Cara Penetapan. Serapan larutan A dan B diukur pada panjang gelombang
maksimum lebih kurang 269 nm. HCl 0,1 N digunakan sebagai blanko.

Interpretasi Hasil.
Jumlah (mg) Ketokonazol dalam cuplikan (w):
Au
Ab
x Bb x kemurnian BPFI x
Fu
Fb

Kadar Ketokonazol terhadap etiket:
W
Bu
x
Br
Ke
x 100

27



Keterangan:
Au = serapan larutan uji
Ab = serapanlarutan baku
Bb = bobot Ketokonazol BPFI yang ditimbang dalam mg
Bu = bobot uji yang ditimbang dalam mg
Fu = faktor pengenceran larutan biji
Fb = faktor pengenceran larutan baku
Br = bobot rata-rata tablet
Ke = jumlah Ketokonazol per tablet yang tertera pada etiket

Persyaratan. Kadar Ketokonazol ( C
26
H
28
Cl
2
N
4
O
4
) tidak kurang dari 95,0 %
dan tidak lebih dari 105,0 % dari kadar yang tertera pada etiket.

L. Penetapan Kadar Nifedipin dalam Tablet
Pustaka : MA PPOM No.11/OB/94 (dalam IK. Lab. TERANA, 2007).
Peralatan : Spektrofotometer.
Pereaksi : -
Prosedur :
Larutan Uji. Sampel ditimbang 20 tablet dan diserbukkan homogen. Lalu
ditimbang serbuk yang telah dihomogenkan setara 35 mg Nifedipin
dengan saksama, dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL. Selanjutnya
ditambahkan 5 mL kloroform, dan dikocok selama 15 menit. Lalu
diencerkan dengan metanol sampai tanda dan saring. dipipet 3,0 mL,
kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL. Selanjutnya
ditambahkan metanol sampai tanda, kocok homogen (larutan A).

Larutan Baku. Baku Nifedipin BPFI ditimbang saksama 35,0 mg. Lalu
dimasukkan ke dalam Labu ukur 50 mL. Kemudian ditambahkan 5 mL
kloroform, kocok selama 15 menit. Lalu diencerkan dengan metanol
sampai tanda dan disaring. Larutan dipipet 3,0 mL, selanjutnya
dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL. Selanjutnya ditambahkan metanol
sampai tanda, dan dikocok homogen (larutan B).
28



Cara Penetapan. Serapan larutan A dan B diukur pada panjang gelombang
maksimum lebih kurang 328 nm. Metanol digunakan sebagai blanko.

Interpretasi Hasil.
Jumlah (mg) Nifedipin dalam cuplikan (w):
Au
Ab
x Bb x kemurnian BPFI x
Fu
Fb

Kadar Nifedipin terhadap etiket:
W
Bu
x
Br
Ke
x 100
Keterangan:
Au = serapan larutan uji
Ab = serapanlarutan baku
Bb = bobot Nifedipin BPFI yang ditimbang dalam mg
Bu = bobot uji yang ditimbang dalam mg
Fu = faktor pengenceran larutan biji
Fb = faktor pengenceran larutan baku
Br = bobot rata-rata tablet
Ke = jumlah Nifedipin per tablet yang tertera pada etiket

Persyaratan. Kadar Nifedipin (C
17
H
18
N
2
O
6
) tidak kurang dari 90,0 % dan
tidak lebih dari 110,0 % dari kadar yang tertera pada etiket.

3.3.2 Laboratorium Pengujian Kosmetik, Obat Tradisional dan Produk
Komplemen
Laboratorium ini memiliki tugas dan tanggung jawab dalam melaksanakan
pengujian dan melaporkan hasil pengujian produk obat tradisional, kosmetik dan
produk komplemen. Pengujian yang kami lakukan dalam melaksanakan program
PKL adalah sebagai berikut.


29



A. Identifikasi dan Penentuan Kadar dari 2-Phenoxy-etanol, Methyl, Ethyl,
Propyl dan Butyl 4-hydroxybenzoate pada Produk Kosmetik
menggunakan HPLC

Pustaka : ACM (Asean Cosmetic Methtods) INO 04 (dalam Asean
Cosmetic Methods (ACM), 2006).
Reagen :etanol, 2-phenoxyetanol, methyl 4-hydroxybenzoate
(methylparaben), ethyl 4-hydroxybenzoate (ethylparaben), n-
propyl 4-hydroxybenzoate (propylparaben), n-butyl 4-
hydroxybenzoate (butyllparaben), tetrahydrofuran, metanol,
acetonitrile, H
2
SO
4
2 M.
Prosedur:
Larutan Baku. Masing-masing ditimbang 0,05 g methyl, ethyl, propyl dan
butyl 4-hydroxybenzoate dan 0,2 g 2-phenoxyetanol. Kemudian
dicampurkan kelima padatan tersebut ke dalam labu ukur 100 mL.
selanjutnya dilarutkan dengan etanol:air (9:1) sampai 50 mL atau
setengahnya. Kemudian disonikasi selama 10 menit, setelah itu
ditambahkan kembali pelarut etanol:air (9:1) sampai tanda batas. Pada 100
mL larutan tersebut dipipet (1, 2, 5, 10, dan 20) mL yang masing-masing
dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL. Masing-masing labu ukur tersebut
ditambahkan 1,0 mL H
2
SO
4
2 M kemudian tambahkan pelarut etanol:air
(9:1) sampai tanda batas. Masing-masing larutan tersebut disaring
menggunakan saringan 0,45 m. Setelah disaring, larutan dianalisis
menggunakan HPLC dengan volume injek 20 L. Sebelum larutan baku
diinjeksikan, kondisi HPLC harus:
Fase gerak = tertrahydrofuran : air : metanol : acetonitrile
(5 : 60 : 10 : 25)
Laju alir = 1,5 mL/menit
Detection wavelength = 280 nm
Oven temperature = 25
o
C

30



Larutan Uji. Sampel ditimbang lebih kurang 1 g menggunakan Erlenmeyer
bertutup 125 mL. Selanjutnya ditambahkan 1,0 mL H
2
SO
4
2 M dan 50,0
mL pelarut etanol:air (9:1). Selanjutnya di mixer/shake selama 1 menit.
Kemudian disonikasi selama 10 menit. Selanjutnya didinginkan pada
lemari pendingin selama 1 jam. Setelah itu disaring menggunakan kertas
saring, filtrat yang dihasilkan disaring kembali menggunakan saringan
0,45 m dan dimasukkan ke dalam botol kecil dan ditutup. Selanjutnya
dianalisis menggunakan HPLC dengan volume injek 20 L.

B. Identifikasi Deksametason dalam Obat Tradisional Sediaan Padat
Pustaka : Metode Analisis PPOMN 33/OT/92 (dalam IK. Lab.
KOSTRAD, 2007).
Pelarut : kloroform : metanol (9:1) dan metanol.
Peralatan : Spektrofotometer dan KLT/TLC.
Identifikasi:
Fase diam : silika gel 60 F 254
Fase gerak : dikloroetan : eter : metanol : air (77:15:8:1,2) atau
dikloroetan : metanol : air (95:5:0,2)
Jarak rambat : 15 cm
Volume penotolan : baku dan sampel masing-masing 15 L
Penampak bercak : cahaya UV 254 nm terjadi perendaman fluoresensi

Prosedur:
Larutan Baku. Larutan baku Deksametason 0,1 % dalam etanol dibuat dengan
cara ditimbang 0,1 g Deksametason murni kemudian dilarutkan dalam
labu ukur 100 mL dengan etanol.

Larutan Uji. Satu dosis sampel obat tradisional yang telah diserbukkan halus
dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 125 mL, ditambahkan 15 mL
campuran kloroform:metanol (9:1), kemudian dikocok selama 30 menit
menggunakan shake dan disaring. Filtrat yang didapatkan diuapkan diatas
penangas air pada suhu 70
o
C sampai kering/pekat. Sisa penguapan
31



selanjutnya dilarutkan dengan 5 mL metanol. Kemudian dilanjutkan
dengan penotolan menggunakan KLT/TLC. Kemudian dielusi ke dalam
chamber menggunakan pelarut dikloroetan:eter:metanol:air (77:15:8:1,2)
atau dikloroetan:metanol:air (95:5:0,2). Setelah eluen mencapai jarak
rambat 15 cm, KLT/TLC diangkat kemudian dikeringkan. Setelah kering,
dicek dengan UV dengan panjang gelombang 254 nm. Apabila hasilnya
positif akan dilanjutkan pada spektrofotometer.

Cara Spektrofotometer. Bercak baku dan bercak sampel yang mempunyai
harga Rf yang sama ditandai dan dikerok. Hasil kerokan dikocok secara
terpisah dengan etanol dan disaring. Serapan filtrat yang diukur pada
panjang gelombang 200 nm dan 300 nm. Deksametason akan memberikan
serapan maksimum pada panjang gelombang 240 nm.

C. Penetapan Kadar Asam Askorbat (Vitamin C) dalam Tablet Berwarna
Pustaka : Metode Analisis PPOMN 007/OB/00, halaman: 13 (dalam IK.
Lab. KOSTRAD, 2007).
Peralatan : buret.
Pereaksi : HCl 2 N, CHCl
3
(Kloroform) dan KIO
3
(Kalium iodat) 0,01 M.
Prosedur:
Larutan Uji. Sejumlah 20 tablet ditimbang seksama dan diserbukkan
homogen. Sejumlah serbuk setara lebih kurang 50 mg asam askorbat yang
ditimbang seksama, dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer, ditambah 12,5
mL air dan 6 mL HCl 2 N dan dikocok, ditambah 12,5 mL kloroform
sebagai indikator.

Pembuatan dan Pembakuan Molaritas Larutan Kalium Iodat 0,01 M.
(pustaka: Farmakope Indonesia edisi IV, halaman 1215): kalium iodat
ditimbang lebih kurang 2,14 g yang sebelumnya telah dikeringkan pada
suhu 100
o
C sampai bobot tetap. Selanjutnya dilarutkan dan diencerkan
dengan air hingga 1000 mL. Perhitungan/penetapan molaritas KIO
3

dengan rumus:
32



bobot yang ditimbang
BM
x
1
volume larutan kalium yang dibuat (L)

Keterangan:
BM kalium iodat = 214,00

Cara Penetapan. Larutan dititrasi dengan kalium iodat 0,01 M sampai lapisan
kloroform berwarna ungu. Setiap 1 mL kalium iodat 0,01 M setara dengan
5,2836 mg asam askorbat. Jumlah asam askorbat dalam sampel dalam mg
(W) yaitu:
Vx
M
0,01
x5,2836

Keterangan:
V = volume larutan kalium iodat yang digunakan
M = molaritas larutan kalium iodat
Kadar asam askorbat dalam tablet dihitung terhadap jumlah yang tertera
pada etiket yaitu:
W
B
u
x
B
r
K
e
x100

Keterangan:
W = jumlah asam askorbat dalam sampel dalam mg
B
u
= bobot sampel yang ditimbang dalam mg
B
r
= bobot rata-rata tablet
K
e
= jumlah asam askorbat per tablet yang tertera pada etiket
dalam mg
Persyaratan. Kadar asam askorbat (C
8
H
8
O
6
), tidak kurang dari 90,0 % dan
tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.

D. Identifikasi Pewarna yang Dilarang pada Kosmetik secara TLC/KLT
Pustaka : ACM (Asean Cosmetic Methtods) SIN 02, halaman: 02 (dalam
Asean Cosmetic Methods (ACM), 2006).
Pelarut : N,N-dimethylformamide : orthophosphoric acid (95:5).
33



Identifikasi:
Fase diam : silika gel 60 F 254
Fase gerak : etil asetat:metanol:(NH
4
OH:air (3:7)) (15:3:3)
Jarak rambat : 15 cm
Volume penotolan : baku dan sampel masing-masing 5 L
Penampak bercak : cahaya UV 254 nm terjadi perendaman fluoresensi

Prosedur:
Larutan Baku. Masing-masing baku ditimbang 1,0 g pigment orange 5,
metanil yellow, rhodamine B dan jingga K1. Selanjutnya ditambah 20 mL
pelarut N,N-dimethylformamide :orthophosphoric acid (95:5), lalu diaduk
kemudian disaring dengan kertas saring. Selanjutnya di totol
menggunakan pipet kapiler dengan volume penotolan 5 L pada TLC.

Larutan Uji. Masing-masing sampel ditimbang 1,0 g ke dalam gelas kimia 30
mL. Selanjutnya ditambah 20 mL pelarut N,N-dimethylformamide:
orthophosphoric acid (95:5), lalu diaduk kemudian disaring dengan kertas
saring. Selanjutnya di totol menggunakan pipet kapiler dengan volume
penotolan 5 L. Kemudian dielusi ke dalam chamber menggunakan
pelarut etil asetat:metanol: (amonium hidroksida:air (3:7)) (15:3:3).
Setelah eluen mencapai jarak rambat 15 cm, TLC diangkat kemudian
dikeringkan. Setelah kering, dicek dengan UV dengan panjang gelombang
254 dan 366 nm. Apabila hasilnya positif maka akan dilanjutkan pada
spektrofotometer.

E. Identifikasi dan Penentuan Kadar Hidrokuinon pada Produk Kosmetik
secara HPLC/KCKT
Pustaka : ACM (Asean Cosmetic Methtods) INO 03 (dalam Asean
Cosmetic Methods (ACM), 2006).
Reagen : metanol.
Peralatan : HPLC.

34



Kondisi HPLC:
Fase gerak = air:metanol (45:55)
Laju alir = 1 mL/menit
Volume injek = 20 L
Detection wavelength = 295 nm
Oven temperature = 25
o
C

Prosedur:
Larutan Baku. Hidrokuinon ditimbang lebih kurang 0,05 g ke dalam labu
ukur 50 mL. Selanjutnya dilarutkan dengan 25 mL air:metanol (45:55) dan
dishake sampai semua melarut kemudian ditambahkan air:metanol (45:55)
sampai tanda batas. Pada larutan tersebut dipipet 5,0 mL kemudian
dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL, kemudian diencerkan dengan
air:metanol (45:55) sampai tanda batas. Kemudian larutan baku
diinjeksikan ke HPLC/KCKT.

Larutan Uji. Sampel kosmetik ditimbang lebih kurang 10,1 g ke dalam gelas
kimia 25 mL. Tambahkan 25 mL pelarut hidrokuinon, kemudian dimixer
sampai homogen. Kemudian dituangkan ke dalam labu ukur 50 mL.
kemudian divortex selama 1 menit. Kemudian labu ukur tersebut
diletakkan ke dalam waterbath selama 15 menit dengan suhu 60
o
C,
selanjutnya didinginkan. Selanjutnya ditambahkan pelarut hidrokuinon
sampai tanda batas. Kemudian disaring dengan kertas saring, filtrat yang
dihasilkan disaring dengan saringan 0,45 m. Kemudian sampel
diinjeksikan ke HPLC.

Persyaratan. Tidak boleh mengandung hidrokuinon pada produk kosmetik.

F. Identifikasi Hidrokortison asetat, Deksametason dan Betametason pada
Produk Kosmetik secara KLT/TLC
Pustaka : ACM (Asean Cosmetic Methtods) MAL 02 (dalam Asean
Cosmetic Methods (ACM), 2006).
35



Pelarut : metanol.
Identifikasi:
Fase diam : silika gel 60 F 254
Fase gerak : etil asetat:metanol:(NH
4
OH:air (3:7)) (15:3:3)
Jarak rambat : 15 cm
Volume penotolan : baku dan sampel masing-masing 20 L
Penampak bercak : cahaya UV 254 nm terjadi perendaman fluoresensi

Prosedur:
Larutan Baku. Hidrokortison asetat, deksametason dan Betametason
ditimbang masing-masing 10 mg. Selanjutnya ditambah 5 mL metanol,
lalu disonikasi selama 5 menit. Selanjutnya diencerkan sampai tanda batas
dengan metanol.

Larutan Uji. (A) Untuk sampel cair: sampel diambil 15 mL kemudian
dinetralkan pHnya menjadi 7 dengan penambahan HCl 0,5 M atau NH
4
OH
0,5 M. Kemudian diekstaksi 2 kali dengan 20 mL etil asetat. Hasil
ekstraksi kemudian dipekatkan pada waterbath. Setelah pekat
ditambahkan dengan 5 mL metanol kemudian disaring dengan kertas
saring. Sampel ditotol pada TLC/KLT. (B) Untuk sampel cream: cream
ditimbang 5 gram kemudian ditambahkan dengan 20 mL metanol. Uapkan
pada waterbath selama 10 menit. Kemudian dishake selama 5 menit.
Kemudian disentrifuse dengan kecepatan 3000-4000 rpm selama 15 menit.
Supernatan yang dihasilkan kemudian diuapkan sampai pekat. Setelah
pekat ditambahkan dengan 5 mL metanol dan saring dengan kertas saring.
Kemudian sampel ditotol pada TLC/KLT.

3.3.3 Laboratorium Pengujian Mikrobiologi
Laboratorium Mikrobiologi memiliki tugas dan tanggung jawab dalam
melaksanakan analisis mutu produk dari segi mikrobiologis. Parameter uji yang
dilakukan diantaranya Angka Lempeng Total (ALT), Eschericia coli,
Staphylococcus aureus, Salmonella, Angka Kapang/Khamir, Pseudomonas
36



aeruginosa, Clostridium perfringens, Candida albicans, Vibrio cholerae, MPN
coliform, Bacillius aereus. Pengujian yang kami lakukan dalam melaksanakan
program kerja praktek adalah sebagai berikut :

A. Pengujian Angka Lempeng Total (ALT) pada Makanan dan Minuman
Angka Lempeng Total menyatakan angka bakteri aerob mesofil yang
terdapat pada sampel makanan. Prinsip pengujian yang dilakukan adalah
melihat pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil setelah cuplikan
diinokulasikan pada media lempeng agar dengan cara tuang dan diinkubasi
pada suhu yang sesuai.

Pustaka. IK. Lab. MIKRO, 2006.

Prinsip. Pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil setelah cuplikan di
inokulasi pada media agar lempeng dengan cara tuang dan dinkubasi pada
suhu yang sesuai.

Pereaksi Khusus. Media dan pengencer, Peptone dilution fluid (PDF) dan
Plate Count Agar (PCA + 1 % TTC) dan pereksi lainnya yaitu Triphenyl
Tetrazolium Chlorida 0,5 % (TCC).

Peralatan Khusus. Alat hitung koloni, pipet ukur mulut lebar dan Stomacher.
Prosedur Pengujian. Secara aseptis sampel ditimbang 25 g atau dipipet 25 ml
ke dalam kantong stomacher steril. Selanjutnya ditambahkan 225 ml PDF,
dihomogenkan dengan stomacher selama 30 detik diperoleh suspensi
pengenceran 10
-1
. Kemudian disiapkan 5 tabung atau lebih yang masing-
masing telah diisi

dengan 9 ml PDF. Hasil dari homogenisasi pada
penyiapan sampel yang merupakan pengenceran 10
-1
dipipet sebanyak 1
ml ke dalam tabung PDF pertama, dikocok homogen hingga diperoleh
pengenceran 10
2
. Kemudian dibuat pengeceran selanjutnya hingga 10
-6

atau sesuai dengan pengenceran yang diperlukan. Dari setiap pengenceran
dipipet 1 ml ke dalam cawan petri dan dibuat duplo. Ke dalam setiap
37



cawan petri dituangkan 15 20 ml media PCA dengan 1% TTC suhu
45
o
C. Cawan Petri segera digoyang dan diputar sedemikian rupa hingga
suspensi tersebar merata. Untuk mengetahui sterilitas media dan
pengencer dibuat uji kontrol (blanko). Pada satu cawan diisi 1 ml
pengencer dan media agar, dan pada cawan yang lain diisi media. Setelah
media memadat, cawan diinkubasi pada suhu 35 37
o
C selama 24 48
jam dengan posisi dibalik. Jumlah koloni yang tumbuh diamati dan
dihitung.

Interpretasi Hasil.
a. Cawan petri dipilih dari 1 pengenceran yang menunjukkan jumlah
koloni antara 25-250. Jumlah koloni rata-rata dari kedua cawan dihitung,
lalu dikalikan dengan faktor pengencerannya. Hasilnya dinyatakan
sebagai angka lempeng total dalam tiap ml contoh.
b. Bila salah satu dari cawan petri menunjukkan jumlah koloni < 25 atau
lebih dari 250 koloni, dihitung jumlah rata-rata koloni kemudian
dikalikan dengan faktor pengencerannya. Hasil dinyatakan sebagai
angka lempeng total dalam tiap ml contoh.
Persyaratan
Setiap jenis sampel berbeda-beda.

B. Pengujian Angka Kapang/Khamir pada Makanan dan Minuman
Ruang Lingkup. Metode ini digunakan untuk menetapkan angka
kapang/khamir dalam makanan dan minuman.
Pustaka (dalam IK. Lab. MIKRO, 2006):
1. Cooke, W. B., 1963, A Laboratory Guide to Fungi in Polluted
Waters, Sewage and Sewage Treatment, Their Identification and
Culture , US Departement of Health Education and Welfare.
2. Hitokoto, H. et al., 1978, Fungal Contamination and Mycotoxin
Detection of Powdered Herbal Drugs, Applied and Environmental
Microbiology, 36. Hlm. 252-256.
38



3. Refai, M. K., 1979, Manual of Food Quality Control 4.
Microbiological Analysis, FAO, Rome.
4. Tournas, V, M. E. Stack, P. B. Mislivec, H. A. Koch & R. Bandler,
2001, Yeasts, Molds and Mycotoxin. In Bacteriological Analytical
Manual, 8
th
ed., Revision A, Food Drug Administration, AOAC
Iternational, Gaithersburg, USA.

Prinsip. Pertumbuhan kapang/khamir setelah cuplikan diinokulasikan pada
media yang sesuai dan diinkubasi pada suhu 20-25
o
C.

Pereaksi Khusus:
1. Media dan Pengencer
Peptone Dilution Fluid (PDF)
Potato Dextrose Agar (PDA) + Kloramfenikol
Air Suling Agar 0,05 % (ASA)
2. Pereaksi
100 mg kloramfenikol per liter media

Peralatan Khusus. Lemari aseptik, Stomacher atau blender dan Pipet ukur
mulut lebar.
Prosedur. Secara aseptik ditimbang 25 g atau dipipet 25 mL cuplikan ke dalam
kantong plastik stomacher steril. Ditambahkan 225 mL PDF,
dihomogenkan dengan stomacher selama 30 detik sehingga diperoleh
suspensi dengan pengenceran 10
-1
, atau sesuai dengan MA No.
60/MIK/06. Disiapkan 3 buah tabung yang masing-masing telah diisi 9
mL ASA. Dari hasil homogenisasi pada penyiapan sampel yang
merupakan pengenceran 10
-1
, dipipet 1 mL ke dalam tabung ASA pertama,
dikocok homogen hingga diperoleh pengenceran 10
-2
. Dibuat pengenceran
selanjutnya hingga 10
-4
. Dari masing-masing pengenceran dipipet 0,5 mL,
dituangkan pada permukaan PDA + kloramfenikol, segera digoyang
sambil diputar hingga suspensi tersebar merata, dan dibuat duplo. Untuk
mengetahui sterilitas media dan pengencer, dilakukan uji blanko. Pada
39



satu lempeng PDA + kloramfenikol diteteskan 0,5 mL pengencer dan
disebar-ratakan, dan untuk uji media digunakan satu lempeng PDA +
kloramfenikol. Seluruh cawan petri diinkubasi pada suhu 20-25
o
C dan
diamati pada hari ketiga sampai hari kelima. Koloni kapang seperti kapas
atau bulat dengan berbagai warna, permukaan kasar dan koloni khamir
memiliki bentuk bulat kecil, putih, hamper menyerupai bakteri. Jumlah
koloni yang tumbuh diamati dan dihitung.

Perhitungan. Cawan petri dipilih dari satu pengenceran yang menunjukkan
jumlah koloni antara 10-150. Jumlah koloni dari kedua cawan dihitung
lalu dikalikan dengan faktor pengencerannya. Bila pada cawan petri dari
dua tinggkat pengenceran yang berurutan menunjukkan jumlah antara 10-
150, maka dihitung jumlah koloni dan dikalikan faktor pengenceran,
kemudian diambil angka rata-rata. Hasil dinyatakan sebagai Angka
Kapang dan Khamir dalam tiap gram atau tiap mL sampel.
Untuk beberapa kemungkinan lain yang berbeda dari pernyataan di atas,
maka diikuti petunjuk sebagai berikut.
1. Bila hanya salah satu di antara kedua cawan petri dari pengenceran yang
sama menunjukkan jumlah antara 10-150 koloni, dihitung jumlah koloni
dari kedua cawan dan dikalikan dengan faktor pengenceran
2. Bila pada tingkat pengenceran yang lebih tinggi didapat jumlah koloni
lebih besar dari dua kali jumlah koloni pada pengenceran di bawahnya,
maka dipilih tingkat pengenceran terendah (Misal: pada pengenceran 10
-2

diperoleh 60 koloni dan pada pengenceran 10
-3
diperoleh 30 koloni, maka
dipilih jumlah koloni pada pengenceran 10
-2
yaitu 60 koloni).
Bila pada pengenceran yang lebih tinggi didapat jumlah koloni kurang dari
dua kali jumlah koloni pengenceran di bawahnya, maka diambil angka
rata-rata dari jumlah koloni dari kedua pengenceran tersebut. Hasil
dinyatakan sebagai Angka Kapang dan Khamir dalam tiap gram sampel
(Misal pada pengenceran 10
-2
60 koloni, pengenceran 10
-3
10 koloni),
maka Angka Kapang dan Khamir adalah:

40



kol/g atau kol/mL



3. Bila dari seluruh cawan petri tidak ada satupun yang menunjukkan jumlah
antara 10-150 koloni, maka dicatat angka sebenarnya dari tingkat
pengenceran terendah dan dihitung sebagai Angka Kapang dan Khamir
perkiraan
4. Bila tidak ada pertumbuhan pada semua cawan dan bukan disebabkan
karena faktor inhibitor, maka Angka Kapang dan Khamir dilaporkan
sebagai kurang dari satu dikalikan faktor pengenceran terendah (< 1 x
faktor pengenceran terendah ).

C. Pengujian Staphylococcus aureus pada Makanan dan Minuman
Metode ini bertujuan untuk mengetahui Staphylococcus aureus pada produk
makanan dengan menumbuhkannya pada media lempeng yang sesuai. Hasil
positif diamati dari parameter berikut yaitu kemampuan biakan untuk
mereduksi kalium telurit, menghidrolisis kuning telur, dan mengkoagulasi
plasma.

Pustaka. IK. Lab. MIKRO, 2006.
Prosedur Pengujian. Secara aseptik ditimbang 25 g cuplikan atau dipipet 25
ml, dimasukkan ke dalam kantung stomacher, dan ditambahkan 225 ml
BPW, kemudian dihomogenkan dengan menggunakan stomacher selama
30 detik hingga diperoleh suspensi homogen dengan pengenceran 10
-1
.
Disiapkan 2 tabung yang masing-masing telah diisi dengan 9 ml BPW.
Dipipet 1ml dari pengenceran 10
-1
ke dalam tabung berisi 9 ml BPW
hingga diperoleh pengenceran 10
-2
. Dibuat pengenceran berikutnya hingga
10
-3
. Disiapkan 3 cawan berisi BPA-EY (triplo) untuk setiap pengenceran,
dan dari setiap pengenceran dipipet 0,3 ml; 0,3 ml; dan 0,4 ml ke lempeng
media BPA-EY. Segera disebar-ratakan dengan menggunakan batang
gelas bengkok. Apabila inokulum belum terserap semua oleh agar, biarkan
cawan dengan posisi ke atas di dalam inkubator selama 10-60 menit,
kemudian inkubasi cawan dengan posisi dibalik pada suhu 35
o
C selama
41



45-48 jam. Pilih dan hitung cawan yang mengandung 20-200 koloni
terduga Staphylococcus aureus. Koloni Staphylococcus aureus memiliki
ciri-ciri bulat, halus, konveks, lembab, diameter 2-3 mm, berwarna abu-
abu kehitaman, memucat di tepi koloni, dan apabila dicuplik dengan jarum
ose koloni tampak seperti mentega sampai lengket.

Konfirmasi. Cawan petri dipilih 10 koloni spesifik yang diduga
Staphylococcus aureus dari tiga cawan terhitung, masing-masing
diinokulasikan ke agar miring TSA, diinkubasi pada suhu 35
o
C selama
18-24 jam. Diinokulasikan 1 sengkelit ke dalam tabung reaksi kecil berisi
0,2-0,3 ml BHIB kemudian diinkubasikan pada suhu 35
o
C selama 18-24
jam. Kemudian ditambahkan 0,5 ml plasma kelinci dan diaduk merata,
diinkubasi 35
o
C selama 6 jam. Diamati terjadinya koagulasi plasma
kelinci dalam setiap tabung dengan membalikkan tabung, apabila media
tetap ditempatnya berarti dipertimbangkan positif Staphylococcus aureus.
Tahapan dilanjutkan dengan pewarnaan Gram untuk koloni terduga dan
kontrol positif Staphylococcus aureus

3.3.4 Laboratorium Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya
Laboratorium ini memiliki tugas dan tanggung jawab dalam melaksanakan
analisis mutu kimia dan melaporkan hasil pengujian produk pangan baik makanan
maupun minuman. Analisis mutu kimia meliputi :
a) Kadar Air; Abu; Protein; Lemak; Karbohidrat; Vit; Mineral
b) Kadar BTP (Pewarna, Pemanis, Pengawet, dll)
c) Kadar Cemaran Logam
d) Kadar Cemaran Pestisida
e) Identifikasi Bahan Berbahaya/Terlarang (Formalin, Boraks,
Pewarna).
Pengujian yang kami lakukan dalam melaksanakan program KP adalah
sebagai berikut.


42



A. Judul : Penetapan Bobot Tuntas
Ruang Lingkup. Makanan dan Minuman dalam kemasan yang terdiri atas fase
padat dan cair.
Prinsip. Penimbangan bagian padatan setelah pemisahan dengan bagian
cairan dan membandingkan dengan bobot bersih dari contoh.
Pustaka. Cara Uji Makanan dan Minuman SNI. 01-2891-1992 (dalam IK. Lab.
PANGAN, 2007-2010).
Peralatan Khusus. Neraca, Ayakan dan Pinggan porselen.
Pereaksi Khusus : -
Cara Kerja. Sampel ditimbang pengemas beserta isinya, kemudian dibuka.
Selanjutnya ditiriskan isinya di dalam ayakan, lalu disebarkan padatan
contoh sedemikian rupa sehingga merata dan tampung cairan dalam
pinggan porselen yang permukaannya luas. Ayakan dimiringkan setinggi
5,08 cm. Padatan contoh dalam pinggan lain yang telah diketahui
bobotnya dipindahkan dan ditimbang. Selanjutnya ditimbang pengemas
dalam keadaan kosong.

Interpretasi Hasil :
Bobot Tuntas =
W
W
1
100
Dimana :
W = bobot padatan dalam pinggan (gram)
W
1
= bobot bersih contoh (gram)

B. Judul : Penetapan Kadar Klorida dalam Air
Ruang Lingkup : -
Prinsip. Titrasi cuplikan dengan larutan AgNO
3
, endapan AgCl yang terbentuk
merupakan titik ekivalen yang sesuai dengan kandungan klorida
dengan indikator larutan Kalium Kromat.
Pustaka. Cara Uji Air Minum dalam Kemasan SNI. 01-3554-1998 (dalam IK.
Lab. PANGAN, 2007-2010).
Pereaksi Khusus. Larutan baku AgNO
3
0,1 N, Air bebas klorida dan Larutan
indikator Kalium Kromat 5%.
43



Peralatan Khusus. Buret.
Cara Kerja. Sampel dipipet 50,0 mL, kemudian dimasukkan ke dalam labu
erlenmeyer. Lalu ditambahkan 1 mL larutan Kalium Kromat 5%.
Kemudian dititrasi dengan AgNO
3
0,1 N sampai terbentuk warna kuning
kemerahan.

Interpretasi Hasil :
Kadar Klorida
(V
1
V
2
) N 35453 1000
mg
L

01 volume cuplikan

V
1
= Volume titran untuk cuplikan
V
2
= Volume titran untuk blanko
N = Normalitas larutan AgNO
3

Persyaratan. Setiap jenis sampel berbeda-beda.

C. Judul : Penetapan pH
Ruang Lingkup : -
Prinsip. Metode pengukuran pH menggunakan pH meter yang pada prinsipnya
terdiri dari gabungan elektroda gelas hidrogen sebagai standar
polimer dan elektroda Kalomel Referens pasangan elektroda ini akan
menghasilkan perubahan tegangan 59,1 mv/pH unit pada 25
0
C.
Pustaka: SNI. 01-2891-1992 (dalam IK. Lab. PANGAN, 2007-2010).
Pereaksi Khusus: -
Peralatan Khusus: pH meter.
Cara Kerja. Terlebih dahulu pH meter dikalibrasi dengan larutan Buffer pH
(dilakukan setiap saat sebelum pengukuran). Lalu dicelupkan elektroda
yang telah dibersihkan dengan air suling ke dalam contoh yang akan
diperiksa. Kemudian disesuaikan suhu dari contoh. Kemudian dicatat dan
dibaca harga pH pada pH meter.
Catatan: untuk contoh padatan harus dilarutkan dahulu dengan air sesuai
dengan kepekatan yang di inginkan.
Persyaratan : Setiap jenis sampel berbeda-beda.

44



D. Judul : Penetapan Kesadahan Air
Ruang Lingkup : -
Prinsip. Kesadahan diukur dengan metode titrimetri EDTA. Larutan yang
mengandung Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) dengan ethylena
diamin tetra acetic acid (EDTA) akan membentuk senyawa kompleks
Ca-EDTA dengan indikator Eriochrom Black T akan terbentuk warna
biru pada titik akhir titrasi.
Pustaka : Cara Uji Air Minum dalam Kemasan SNI. 01-3554-1998 (dalam IK.
Lab. PANGAN, 2007-2010).
Pereaksi Khusus :
1. Larutan Buffer pH 10,0-10,1
Sebanyak 16,9 gram Ammonium klorida dilarutkan di dalam 143 mL
amonium hidroksida pekat, kemudian ditambahkan 1,25 gram garam
magnesium EDTA dan diencerkan dengan air hingga 250 mL. Apabila
tidak ada Mg-EDTA dipasaran, dilarutkan 1,179 gram garam disodium
dari etilen diamin tetra acetic acid dehidrat dan 780 mg MgSO
4
atau 644
mg MgCl
2
.6H
2
O di dalam 50 mL air suling. Kemudian ditambahkan ke
dalam larutan itu 16,9 gram NH
4
Cl dan 143 mL NH
4
OH pekat kemudian
diaduk dan dikocok, lalu diencerkan dengan air sampai 200 mL. Larutan
tersebut disimpan dalam plastik atau wadah gelas yang tertutup rapat dan
dapat tahan sampai 1 bulan.
2. Indikator Eriochrom Black T
Sebanyak 0,5 gram Eriochrom Black T dicampurkan dengan 100 gram
Tri-etanolamine atau etilen glikol mono metil eter.
3. Larutan EDTA Baku
Sebanyak 3,723 gram garam EDTA ditimbang dan dimasukkan ke dalam
labu ukur 1000 mL. Kemudian dilarutkan ke dalam air suling dan
diencerkan sampai tanda garis. Standarisasi dengan larutan baku kalsium.
Simpan larutan EDTA dalam botol gelas borosilikat.



45



4. Larutan Baku Kalsium
Sebanyak 1 gram serbuk kalsium karbonat anhidrat ditimbang dan
dimasukkan ke dalam gelas piala 250 mL. Selanjutnya ditambahkan HCl
encer (1:1) tetes demi tetes sampai semua kalsium karbonat larut,
ditambahkan 200 mL air suling. Selanjutnya dididihkan beberapa menit
untuk menghilangkan CO
2
. Kemudian didinginkan lalu ditambahkan
beberapa tetes indikator metil merah sampai warna orange dengan
ditambahkannya NH
4
OH 3 N. Selanjutnya larutan dipindahkan ke dalam
labu ukur 1 L, sampai tanda garis dengan air suling. 1 mL = 1 mg CaCO
3
.

Cara Kerja. Sampel dipipet 50,0 mL, kemudian dimasukkan ke dalam labu
erlenmeyer. Lalu ditambahkan 1-2 mL larutan buffer pH 10,0-10,1.
Kemuidan ditambahkan 1-2 tetes larutan indikator Eriochrom Black T.
Kemudian dititrasi dengan larutan EDTA hingga warna ungu menjadi
biru. Selanjutnya dilakukan penetapan blanko dengan 50 mL air suling.

Interpretasi Hasil :
Kesadahan sebagai mg
CaCO
3
L

A x B x 1000
mL contoh

Dimana : A = mL titrasi contoh (EDTA yang diperlukan)
B = mg CaCO
3
yang setara dengan 1 mL EDTA

Persyaratan. Maximum 500 mg/L (Keputusan Mentri Kesehatan RI
No.907/MENKES/SK/VII/2002)

E. Penentuan Kadar Benzoat dalam Makanan
Ruang Lingkup. Metode ini dapat digunakan untuk penetapan kadar benzoat
dalam Sirup, Jam, Jeli Buah, Minuman Sari Buah, Saos
Cabe/ Tomat dan Nata dalam kemasan.
Prinsip. Analisis kuantitatif benzoate secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
setelah diekstraksi dari cuplikan.
Pustaka. MA. PPOM. 26/MA/98 (dalam IK. Lab. PANGAN, 2007-2010).

46



Peralatan Khusus: Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Prosedur:
Larutan Uji. Cuplikan ditimbang seksama 5 g kemudian dimasukkan ke dalam
labu ukur 50 mL. Kemudian diencerkan dengan metanol 60% sampai
tanda, jika perlu disaring. Selanjutnya dipipet 5 mL larutan, kemudian
dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL dan diencerkan dengan metanol
60% sampai tanda. Kemudian disaring menggunakan penyaringan
membran 0,45 m dan diawaudarakan (A).

Larutan Baku:
(1) Larutan Baku Induk. Baku garam benzoate atau baku asam
ditimbang seksama lebih kurang 50 mg. Kemudian dilarutan dalam
metanol 60% sampai 50,0 mL.

(2) Larutan Baku Antara. Larutan baku induk yang telah dibuat
kemudian dipipet 5 mL, dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL,
diencerkan sampai tanda.

(3) Larutan Baku Kerja. Larutan baku antara yang telah dibuat,
kemudian 1 seri larutan baku tersebut dipipet berturut-turut 1; 2; 3; 4;
5; 6 mL ke dalam labu ukur 50 mL, diencerkan dengan metanol 60 %
sampai tanda. (B1; B2; B3; B4; B5; B6).

Cara Penetapan.
a. Larutan A; B1; B2; B3; B4; B5 dan B6 masing-masing disuntikan ke
dalam KCKT dengan kondisi sebagai berikut:
Kolom : Oktadesilsilana Rp-18
Fase Gerak: Dikalium hidrogen fosfat 10 mMol: kalium dihidrogen
fosfat 10 mMol: Metanol (47:47:6) disaring
menggunakan penyaring membran 0,45 um dan
diawaudarakan.
Laju aliran : 1,5 mL per menit.
47



Detektor : Cahaya UV dengan panjang gelombang 225 nm.
Volume penyuntikan : 20 l.
b. Kadar benzoat dalam cuplikan dihitung menggunakan kurva kalibrasi
dengan persamaan garis lurus: y= ax + b.

Rumus Perhitungan:
Kadar asam benzoat
X
Bu
x50x
50
5
x
Pu
100
ppm
Keterangan:
X = Kadar contoh berdasarkan kurva baku (ppm)
Bu = Berat contoh (g)
Pu = Kemurnian Baku

F. Penentuan Kadar Sorbat dalam Makanan secara KCKT
Ruang Lingkup: Metode ini dapat digunakan untuk penetapan kadar sorbat
dalam Jam, Sirop, dan Saos Cabe/Tomat.
Prinsip: Analisis kuantitatif sorbet secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
setelah diekstraksi dari cuplikan.
Pustaka: MA. PPOM. 26/MA/98 (dalam IK. Lab. PANGAN, 2007-2010).
Peralatan Khusus: Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Prosedur:
Larutan Uji. Cuplikan ditimbang seksama 5 g dan dimasukkan ke dalam labu
ukur 50 mL. Kemudian diencerkan dengan metanol 60 % sampai tanda,
jika perlu disaring. Selanjutnya dipipet 5 mL larutan, lalu dimasukkan ke
dalam labu ukur 50 mL dan diencerkan dengan metanol 60 % sampai
tanda. Selanjutnya disaring menggunakan penyaring membran 0,45 m
dan diawaudarakan (A).

Larutan Baku:
(1) Larutan Baku induk. Baku asam atau garam sorbat ditimbang
seksama lebih kurang 50 mg. Kemudian dilarutkan dalam metanol
60 % sampai 50,0 mL.

48



(2) Larutan Baku Antara. Selanjutnya dipipet 5 mL dari larutan
baku induk, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL dan
diencerkan sampai tanda batas.

(3) Larutan Baku Kerja. Satu seri larutan baku yang dipipet berturut-
turut 1; 2; 3; 4; 5 dan 6 mL dari larutan baku antara ke dalam labu
ukur 50 mL, diencerkan dengan metanol 60 % sampai tanda. (B1;
B2; B3; B4; B5; B6)

Cara Penetapan.
a. Larutan A; B1; B2; B3; B4; B5 dan B6 masing-masing disuntikan ke
dalam KCKT dengan kondisi sebagai berikut:
Kolom : Oktadesilsilana Rp-18
Fase Gerak : Dikalium hidrogen fosfat 10 mMol-kalium dihidrogen
fosfat 10 mMol-Metanol (47: 47: 6) disaring
menggunakan penyaring membran 0,45 um dan
diawaudarakan.
Laju aliran : 1,5 mL per menit.
Detektor : Cahaya UV dengan panjang gelombang 225 nm.
Volume penyuntikan : 20 ul.
b. Kadar sorbat dalam cuplikan dihitung menggunakan kurva kalibrasi
dengan persamaan garis lurus: y = ax + b.

Rumus Perhitungan:
Kadar Asam Sorbat =
X
Bu
x 50 x
50
5
x
Pu
100
ppm
Keterangan:
X = Kadar contoh berdasarkan kurva baku (ppm)
Bu = Berat contoh (g)
Pu = Kemurnian Baku



49



G. Penetapan Kadar Sakarin dalam Minuman Ringan
Ruang Lingkup: Metode ini digunakan untuk penetapan kadar sakarin dalam
minuman ringan.
Pustaka. IK. Lab. PANGAN, 2007-2010.
Prinsip: Analisis kuantitatif sakarin secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
setelah diekstraksi dari cuplikan.
Peralatan Khusus: Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Prosedur:
Larutan Uji. Sejumlah lebih kurang 5 g cuplikan ditimbang seksama
dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL, diencerkan dengan metanol 60 %
sampai tanda, jika perlu disaring. Sejumlah 5 mL larutan dipipet,
dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL dan diencerkan dengan metanol 60
%, sampai tanda. Kemudian disaring menggunakan penyaring membran
0,45 um dan diawaudarakan (A).

Larutan Baku Induk. Sejumlah lebih kurang 50 mg Natrium sakarin
ditimbang seksama, dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL dilarutkan
dalam metanol 60 % dan diencerkan sampai tanda.

Larutan Baku Antara. Larutan baku induk dipipet 5 mL, kemudian
dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL, selanjutnya diencerkan sampai
tanda batas.

Larutan Baku Kerja. Satu seri larutan baku yang dibuat dengan dipipet
berturut-turut 1; 2; 4; 6; 8 mL dari larutan antara ke dalam labu ukur 50
mL, kemudian diencerkan dengan metanol 60 % sampai tanda.

Cara Penetapan.
Larutan A dan B disuntikan secara terpisah dan dilakukan Kromatografi Cair
Kinerja TInggi dengan kondisi sebagai berikut:
Kolom : Oktadesilsilana Rp-18 pada partikel silica 5 m 6mm x
15 cm
50



Fase Gerak : Dikalium hidrogen fosfat 10 mMol-kalium dihidrogen
fosfat 10 mMol-Metanol (47: 47: 6) disaring
menggunakan penyaring membran 0,45 um dan
diawaudarakan.
Laju aliran : 1,5 mL per menit
Detektor : Cahaya UV pada panjang gelombang 225 nm
Volume penyuntikan : 20 L

Kadar sakarin dalam cuplikan dihitung menggunakan kurva kalibrasi dengan
persamaan garis lurus: y = ax + b.
Persyaratan: masing-masing sampel berbeda-beda.

H. Penetapan Kadar Lemak dalam Margarin/Mentega
Ruang Lingkup: -
Pustaka. IK. Lab. PANGAN, 2007-2010.
Prinsip: Ekstraksi lemak dengan pelarut nonpolar setelah contoh dihidrolisis
dalam suasana asam untuk membebaskan lemak yang terikat.
Peralatan Khusus. Kertas saring, kertas saring pembungkus (timble), labu
lemak, Soxhlet dan Neraca analitik.
Pereaksi Khusus. Larutan Asam klorida, HCl 25 %, kertas lakmus dan n-
heksana atau pelarut lemak lainnya
Cara Kerja. Sampel ditimbang seksama 1-2 g ke dalam gelas piala.
Selanjutnya ditambahkan 30 mL HCl 25 % dan 20 mL air serta beberapa
butir batu didih. Gelas piala ditutup dengan kaca arloji dan dididihkan
selama 15 menit. Larutan disaring dalam keadaan dingin dan dicuci
dengan air dingin hingga tidak bereaksi asam lagi. Selanjutnya kertas
saring berikut isinya dikeringkan pada suhu 100
0
C-105
0
C. Kemudian
dimasukkan ke dalam kertas saring pembungkus/paper thimble dan
ekstraksi dengan n-Heksana atau pelarut lemak lainnya 2-3 jam pada suhu
80
0
C. Larutan n-Heksana atau pelarut lemak lainnya disulingkan dan
dikeringkan ekstrak lemak pada suhu 100
0
C-105
0
C. Kemudian
51



didinginkan dan ditimbang. Proses pengeringan tersebut dilakukan hingga
tercapai bobot tetap.

Interpretasi Hasil:
Kadar lemak =
W1-W2
W
x 100
Dimana:
W = bobot cuplikan dalam gram
W
1
= bobot labu lemak sesudah ekstraksi dalam gram
W
2
= bobot labu lemak sebelum ekstraksi dalam gram.

I. Judul: Penetapan Kadar Nitrit dalam Daging dan Hasil Olahannya
Prinsip: Senyawa nitrit dalam contoh diasamkan, kemudian direaksikan
dengan sulfanilamide, selanjutnya direaksikan dengan N-1-naftil
etilen diamin menjadi senyawa azo yang berwarna.
Pustaka : MA PPOMN No. 19/PA/02 (dalam IK. Lab. PANGAN, 2007-
2010).
Pereaksi Khusus :
- Sebanyak 22,0 gram seng asetat dihidrat dalam air dilarutkan, ditambahkan
3,0 mL asam asetat glacial dalam air sampai 100 mL.
- Sebanyak 0,2 gram sulfanilamide dilarutkan dalam 80,0 mL air hangat,
kemudian didinginkan, lalu disaring dan ditambahkan 10,0 mL asam klorida
pekat sampai 100 mL.
- Kalium besi (II) sianida trihidrat 10%
- N-1-naftil etilen diamin dihidroklorida 0,1 %
- asam klorida
- natrium hidroksida 1 M
- disodium tertraborat dekahidrat 5%
Peralatan Khusus: Spektrofotometer UV/VIS
Prosedur:
1. Larutan Baku. Sebanyak 150 mg NaNO
2
ditimbang kemudian dilarutkan
pada labu ukur 100 mL dengan air hingga 100 mL (lar. A). Larutan A
dipipet 1,0 mL, kemudian diencerkan dengan air hingga 100 mL (lar. B).
52



Larutan dipipet secara berurutan 0,5 mL, 1,0 mL, 1,5 mL, 2,0 mL larutan
B ke dalam labu ukur 50 mL ditambahkan 10 mL larutan sulfanilamide
dan 6 mL larutan asam klorida 5,34 N kemudian diaduk. Larutan baku
didiamkan ditempat gelap selama 5 menit ditambahkan 2 mL larutan N-1-
naftil etilen diamin dihidroklorida 0,1 % b/v yang dibuat baru dicampur
didiamkan selama 3 menit ditempat gelap ditambahkan air sampai tanda
batas (A).

2. Larutan Uji. Sebanyak 10 g contoh ditimbang seksama masukkan ke
dalam gelas piala 250 mL. Kemudian ditambahkan 5 mL larutan natrium
tertraborat 5% b/v dan 70 mL air panas (suhu air tidak kurang dari 70
o
C)
diaduk rata. Larutan dipanaskan diatas penangas air mendidih selama 30
menit dengan sering dikocok, dan didinginkan. Selanjutnya ditambahkan 5
mL larutan kaluim besi (II) sianida 10,6 % b/v dan 5 mL larutan seng
asetat dihidrat, kemudian diaduk atur pH larutan hingga 8,3 dengan
penamban larutan NaOH 1 M atau HCl 4 M. Larutan dipindahkan dalam
labu ukur 250 mL, ditambahkan air sampai tanda batas, didiamkan selama
30 menit kemudian disaring. Larutan dipipet 50,0 mL saringan
dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL ditambah 10 mL larutan
sulfanilamide dan 6 mL larutan HCl 5,34 N. Larutan didiamkan ditempat
gelap selama 5 menit kemudian ditambahkan 2 mL larutan N-1-naftil
etilen diamin dihidroklorida 0,1 % b/v yang dibuat baru, dicampur,
didiamkan selam 3 menit ditempat gelap, ditambahkan air sampai tanda
batas (B).

3. Larutan Blanko. Larutan blanko disiapkan dengan cara yang sama seperti
pembuatan larutan uji, dengan menggunakan 10 mL air sebagai pengganti
10 gram contoh (C). Untuk sampel yang berwarna, ditambahkan lebih
kurang 2 g karbon aktif pada sampel yang telah diberi perlakuan setelah
disaring. Pengukuran serapan larutan uji dan baku segera dilakukan setelah
penyimpanan selama 3 menit ditempat gelap dan setelah penambahan air
sampai tanda.
53



Cara Penetapan. Serapan larutan A, B, C diukur menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang 538 nm.

Interpretasi hasil
Kadar nitrit dalam contoh dihitung menggunakan persamaan garis regresi
liner: Y=bx + a

Persyaratan:
Sesuai dengan permenkes no. 722/menkes/per/IX/88 tentang bahan
tambahan makanan yaitu maksimal 50 mg/kg untuk kornet (tunggul atau
campuran dengan kalium nitrit) dan maksimal 125 mg/kg untuk daging olahan
lainnya (tunggal atau campuran dengan kalium nitrit).

J. Judul: penetapan kadar etanol dan metanol dalam minuman beralkohol
Ruang lingkup: metode ini digunakan untuk penetapan kadar etanol dan
metanol dalam minuman beralkohol dengan kromatografi
gas.
Prinsip: etanol dan metanol dalam contoh dapat dipisahkan secara
kromatografi gas dengan kolom sangat polar DB-wax
Pustaka : MA PPOMN No. 24/PA/05 (dalam IK. Lab. PANGAN, 2007-
2010).
Peralatan : seperangakat GC
Prosedur :
1. Larutan uji
a. kadar etanol < 5 % dalam contoh
Sejumlah 25,0 mL contoh dipipet kemudian dimasukkan kedalam
labu destilasi selanjutnya ditambahkan 25,0 akuades. Kemudian didestilasi
dengan kecepatan 2 tetes per detik. Destilat ditampung hingga diperoleh
25,0 mL dalam labu ukur 25 mL. Selanjutnya dipipet 1,0 mL destilat ke
dalam 10 mL labu ukur kemudian ditambahkan 2,0 mL n-propanol 10 %
ke dalam labu ukur dan ditambahkan akuades hingga tanda. Dicampur (A)
54



Catatan: untuk sampel yang jenih dan tidak berwarna dapat diencerkan
langsung dan ditambahkan internal standar n-propanol dengan kadar 0,2 %
dalam larutan uji.

b. kadar etanol 5-15 % dalam contoh
Sejumlah 25,0 mL contoh dipipet kemudian dimasukkan kedalam
labu destilasi selanjutnya ditambahkan 25,0 akuades. Kemudian didestilasi
dengan kecepatan 2 tetes per detik. Destilat ditampung hingga diperoleh
25,0 mL dalam labu ukur 25 mL. Selanjutnya dipipet 1,0 mL destilat ke
dalam 10 mL labu ukur kemudian ditambahkan 2,0 mL n-propanol 10 %
ke dalam labu ukur dan ditambahkan akuades hingga tanda batas.
Dicampur (A2)
Catatan: untuk sampel yang jenih dan tidak berwarna dapat diencerkan
langsung dan ditambahkan internal standar n-propanol dengan kadar 0,2 %
dalam larutan uji.

c. kadar etanol > 15% dalam contoh
Sejumlah 25,0 mL contoh dipipet kemudian dimasukkan kedalam
labu destilasi selanjutnya ditambahkan 25,0 akuades. Kemudian didestilasi
dengan kecepatan 2 tetes per detik. Destilat ditampung hingga diperoleh
25,0 mL dalam labu ukur 25 mL. Selanjutnya dipipet 1,0 mL destilat ke
dalam 10 mL labu ukur kemudian ditambahkan 2,0 mL n-propanol 10 %
ke dalam labu ukur dan ditambahkan akuades hingga tanda batas.
Dicampur (A3
1
).

2. Larutan Baku
Larutan seri campuran baku etanol dan metanol dalam air dibuat dengan
kadar (0,04), (0,1), (0,2), (0,4), (0,8) dan (1,0) % menggunakan baku
internal n-propanol yang ditambahkan ke dalam masing-masing larutan baku
seri di atas sehingga didapatkan kadar 0,2 % n-propanol dalam masing-
masing larutan baku (B1, B2, B3, B4, dan B5)

55



Cara Penetapan
Larutan A1 atau A2 atau A3 dan larutan B1, B2, B3, B4, dan B5 masing-
masing disuntikkan secara terpisah dan dilakukan penetapan secara
kromatografi gas sebagai berikut:
kolom : kolom kapiler DB-wax (panjang 30 m x 0,25 mm
x 0,25 m)
gas pembawa : nitrogen UHP
tekanan kolom : 80 kpa
detektor : FID
suhu kolom :40
o
C
suhu injektor : 150
o
C
suhu detektor :170
o
C
split : 90
untuk penyuntikan : 1 L

Perhitungan:
Kadar etanol dan metanol dalam larutan uji dihitung dengan menggunakan
persamaan garis regresi linear antara kadar dan rasio area terhadap baku
internal n-propanol dengan persamaan garis lurus y=bx + a

Persyaratan
Sesuai dengan SNI masing-masing jenis minuman beralkohol.

K. Judul: Penetapan Kadar Nitrit dalam Air
Ruang lingkup:-
Prinsip: pembetukan senyawa azo yang berwarna antara garam diazonium
hasil reaksi ion nitrit dengan asam sulfanilat dan pereaksi N-naftil-1-
etilen-diamonium diklorida.
Pustaka: MA PPOM No. 44/MA/92 (dalam IK. Lab. PANGAN, 2007-2010)
Pereaksi khusus: -
Peralatan khusus: spektrofotometer

56



Cara kerja:
1. Larutan uji: cuplikan air sebelum digunakan harus dibebaskan dari zat
yang tidak larut (A).
2. Larutan baku: sebanyak 1,23 g Na-nitrit ditimbang kemudian dilarutkan
dalam air sampai 1000 mL (1mL setara dengan 250 g N) dan
ditambahkan 1 mL kloroform sebagai pengawet. Kemuidan dipipet 1 mL
dan diencerkan dengan air sampai 250 mL (B).

Cara penetapan
Larutan A setara dengan 2 sampai 10 g N dan 2,4,6,8,10 mL larutan B dipipet
ke dalam labu ukur 50 mL, ditambahkan 1 mL larutan sulfanilamide, kemudian
dicampurkan, dan disimpan 2-8 menit. Kemudian dittambahkan 1 mL 1-naftil
etilen diamin 0,1 % dicampurkan, selanjutnya ditambahkan air sampai tanda
batas. Serapan larutan diukur antara 8 menit sampai 2 jam pada panjang
gelombang 543 nm.
Interpretasi Hasil:
kadar N per titer dalam air
1000
V
x b
keterangan:
V = mL volume larutan uji yang dipipet
B = mg N yang didapat dari kurva baku

Persyaratan
Maksimal 3 mg/L (KEPMENKES RI No. 507/MENKES/SK/VII/2002)

L. Judul : Penetapan Kadar Air
Ruang lingkup : -
Prinsip: kehilangan bobot pada pemanasan 105
o
C dianggap sebagai kadar air
yang terdapat pada contoh.

Pustaka: cara uji makanan dan minuman SNI 01-2891-1992 (dalam IK. Lab.
PANGAN, 2007-2010).
Peralatan khusus: botol timbang bertutup, eksikator, oven, dan neraca analitik
57



Pereaksi khusus: -
Cara Kerja. Sebanyak 1-2 g cuplikan ditimbang dengan seksama pada sebuah
botol timbang bertutup yang sudah diketahui bobotnya. Untuk contoh
berupa cairan, botol dilengkapi dengan pengaduk dan pasir kwarsa atau
kertas saring berlipat. Selanjutnya dikeringkan pada oven suhu 105
o
C
selama 3 jam. Kemudian didinginkan dalam eksikator. Selanjutnya
ditimbang, pekerjaan ini diulangi hingga diperoleh bobot tetap.

Interpretasi hasil:
Kadar air
W
1
W
x 100


Keterangan:
W = bobot cuplikan sebelum dikeringkan (g)
W
1
= kehilangan bobot setelah dikeringkan (g)











58



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan dan Solusi selama Melaksanakan KP
Selama melaksanakan Kerja Praktek di BBPOM ada beberapa permasalahan
yang dapat menghambat kinerja dari BBPOM. Permasalahan-permasalahan
tersebut secara lebih jelas di sajikan pada Tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1 Permasalahan dan pemecahan masalah selama Kerja Praktek
No. Permasalahan Solusi
1. SDM yang kurang memadai Setiap pengujian dilakukan dengan
berkelompok dan memanfaatkan
tenaga kerja sementara seperti
peserta KP.
2. Beberapa alat ada yang dalam
keadaan tidak baik/ rusak sehingga
tidak bisa digunakan
Menggunakan alat secara
bergantian sesuai dengan pengujian
dan saling berkomunikasi antar
penguji.
3. Anggaran dana untuk pembelian
bahan terbatas
Untuk pembuatan larutan baku
dibuat sekali dalam setahun.
4. Banyaknya kegiatan internal yang
diadakan seperti pelatihan internal
maupun eksternal sehingga waktu
pengujian kurang efektif
Mencari hari libur untuk
mengadakan kegiatan internal
sehingga tidak menyita waktu
pengujian
5. Kurangnya sikap disiplin pegawai Memberikan sanksi kepada pihak
yang kurang disiplin dan jika tidak
bisa hadir, agar memberitahukan
kepada pihak terkait.
6. Komunikasi kurang terjalin dengan
baik
Hal tersebut dapat diantisipasi
dengan cara bersenda gurau dengan
semua pegawai, untuk merubah
suasana menjadi lebih baik.

58
59



4.2 Pengalaman dan Manfaat dalam Kegiatan selama KP
Selain permasalahan tersebut di atas kami juga mendapat banyak
pengalaman selama disana. Beberapa pengalaman yang kami dapat selama di
BBPOM Denpasar antara lain dapat menggunakan instrumen seperti AAS,
HPLC, UV-Vis dan lain sebagainya yang sebelumnya tidak kami peroleh
dikampus. Selain itu kami juga mendapatkan pengalaman langsung di dunia kerja
di bidang pengujian. Serta pengujian-pengujian tersebut kami juga bisa
mengetahui produk yang memenuhi syarat dan produk yang tidak memenuhi
syarat. Banyak hal positif yang kami peroleh dari pelaksanaan KP di BBPOM
Denpasar. Kegiatan-kegiatan analisa yang dilakukan sesuai dengan materi kuliah
yang diperoeh, yaitu :
(1) menganalisis sampel obat menggunakan metode titrasi dan
spektrofotometer contohnya penetapan kadar Ampicillin dalam tablet.
(2) menganalisis bakteri aerob mesofil, angka kapang dan khamir dalam
makanan dan kosmetik secara mikrobiologi.
(3) menganalisis sampel kosmetik dengan metode HPLC dan TLC,
contohnya uji identifikasi pewarna pada kosmetik dalam sediaan padat.
(4) menganalisis sampel makanan yang mengandung logam berat dengan
metode Spektrofotometer Serapan Atom (AAS), contohnya kandungan
logam berat pada mie dan yang lain-lain.
Pengetahuan mengenai materi-materi tersebut sangat membantu dalam
proses kegiatan KP (Kerja Praktek) di BBPOM Di Denpasar dalam hal
menganalisis bahan Obat, Makanan dan Kosmetik.
Selain kegiatan rutin yang kami lakukan yaitu di bidang pengujian, kegiatan
diluar kegiatan rutin juga kami lakukan seperti mengikuti kegiatan-kegiatan
pelatihan eksternal maupun internal seperti pelatihan validasi metode, Jaminan
Mutu Lab, K3 dan yang lain-lain. Dari sana kami mendapatkan banyak ilmu
pengetahuan dan wawasan dan berinteraksi secara langsung dengan pembicara
seputar hal-hal yang tidak sepenuhnya kami peroleh pada saat perkuliahan.
Kegiatan pelatihan tersebut diselenggarakan secara rutin demi memantapkan
kinerja para staf yang terdapat di BBPOM di Denpasar, biasanya juga
60



dilaksanakan di BBPOM diseluruh Indonesia, tetapi hal tersebut dilakukan untuk
staf yang khusus bergerak di bidang pengujian.
Berdasarkan pengalaman tersebut diatas, manfaat yang kami dapatkan
adalah sebagai berikut.
(1) Bisa mengoperasikan instrumen-instrumen yang ada di laboratorium
pengujian di BBPOM Denpasar.
(2) Mendapatkan wawasan ilmu pengetahuan yang lebih banyak terkait
dengan pengujian.
(3) Mendapat banyak teman karena ada peserta KP dari universitas lain.
(4) Mendapat pengalaman kerja di bidang pengujian.
(5) Mendapat banyak masukan terkait dengan kedisiplinan diri dan dalam
pekerjaan
(6) Harus mampu bertanggung jawab dalam setiap hal yang dilakukan.
Dilaksankannya KP di BBPOM Di Denpasar kami para mahasiswa
mampu memahami konsep-konsep non akademis seperti pembelajaran mengenai
soft skill secara tidak langsung, soft skill yang kami terapkan biasanya menegur,
menyapa dan memberi salam kepada siapa saja yang kami temui di lingkungan
BBPOM di Denpasar, kemudian kami menerapkan disiplin pada diri pada saat
melaksanakan sebuah pekerjaan maupun disiplin dating tepat pada waktu, dan
yang paling penting juga adalah kami diberi kepercayaan untuk melaksanakan
suatu kegiatan pengujian dengan penuh rasa tanggung jawab atas apapun hasil
yang kami peroleh. Hal itu menjadikan kami menjadi seorang mahasiswa yang
kuat, berkarakter, dan bertanggung jawab dalam melaksanakan suatu pekerjaan.
Dilaksanakannya program Kerja Praktek (KP) ini banyak hal yang kami
peroleh khususnya dalam pembelajaran untuk memasuki dunia kerja. Itu menjadi
bekal awal untuk kami dalam mempersiapkan hal-hal baru setelah kami lulus
nanti. Kami mendukung adanya program ini untuk membentuk karakter
mahasiswa manjadi lebih baik.




61



BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan KP yang dilaksanakan di BBPOM
Denpasar dapat disimpulkan bahwa :
(1) Mahasiswa telah mendapatkan banyak pengalaman dalam pemeriksaan dan
pengujian obat,makanan dengan tujuan menerapkan teori dan pengetahuan
yang diperoleh saat perkuliahan seperti Analisis Obat, Makanan, dan
Kosmetik, Kimia Dasar, Kromatografi, Spektrofotometri, Validasi Metode
Uji, dan yang lain-lain.
(2) Jenis-jenis kegiatan yang dilaksanakan di Laboratorium BBPOM bervariasi
tergantung pada Sub Lab. Analisis, Meliputi: Lab. Terana (Terapetik dan
Narkotika), Lab. Kostrad (Kosmetik, Obat Tradisional, Produk
Komplemen), Lab. PABA (Pangan dan Bahan Berbahaya), Lab.
Mikrobiologi.
(3) Mahasiswa mampu melaksanakan berbagai jenis kegiatan yang terkait
bidang Analis Kimia (Pengujian) yang dilakukan selama kegiatan KP di
BBPOM di Denpasar di masing-masing Sub Lab meliputi: preparasi
sampel, pengujian dan analisis, serta pelaporan.
(4) Program KP ini banyak memberikan pengalaman dan manfaat kerja kepada
mahasiswa dalam analisa Obat, Makanan dan Kosmetik, khususnya di
bidang Farmakologi sebelum memasuki dunia kerja.
(5) Mahasiswa dapat memahami konsep-konsep non-akademis dan yang
lainnya dalam dunia kerja di instansi BBPOM banyak hal yang peroleh
dalam hal pengujian dan analisa, cara bekerja yang baik, kedisiplinan dan
mahasiswa juga memperoleh bimbingan yang penuh kekeluargaan dari para
staf di instansi tersebut.




61
62



5.2 Saran
Beberapa saran yang disampaikan oleh penulis yaitu sebagai berikut.
(1) Balai Besar POM di Denpasar hendaknya mengoptimalkan kerjasama lintas
sektoral dengan sejumlah instansi seperti Dinas Kesehatan, Dinas
Perdagangan dan Perindustrian, Dinas Pertanian, Dinas Peternakan,
Kepolisian Daerah, Pengadilan Tinggi dan Dinas terkait lainnya di
lingkungan propinsi Bali lainnya dalam upaya melindungi masyarakat dari
resiko peredaran berbagai produk pangan dan obat-obatan berbahaya.
(2) Balai Besar POM seyogyanya melengkapi layanan informasi tentang
persyaratan produk makanan yang berlaku di negara lain untuk memberi
kemudahan bagi konsumen yang akan melakukan ekspor ke luar negeri.
(3) Jurusan Analis Kimia hendaknya setiap tahunnya atau acara-acara tertentu
mengundang pihak BBPOM Denpasar untuk mengisi seminar atau
pelatihan kepada mahasiswa Jurusan Analis Kimia.
(4) Jurusan Analis Kimia hendaknya selalu menjalin kerjasama dalam program
Kerja Praktek, penelitian, pengujian, dan riset-riset lainya kepada BBPOM
Denpasar.

You might also like