You are on page 1of 26

[MAKALAH PERPINDAHAN KALOR , PEMICU III :

KONVEKSI ALAMI] April, 2012




D e p a r t e me n T e k n i k K i m i a U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a

Page 1
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Pemanasan global merupakan fenomena pemanasan permukaan bumi, yang dipicu
oleh keberadaan gas rumah kaca di atmosfer. Efek rumah kaca berkorelasi dengan adanya
perubahan temperatur global. Jika tidak ada gas rumah kaca di atmosfer maka temperatur
bumi akan berada di bawah -18
o
C. Perubahan temperatur yang terjadi akan mempengaruhi
perubahan curah hujan, karena perubahan temperatur akan mempengaruhi panas permukaan
dan perubahan tekanan yang dapat menyebabkan peningkatan ataupun penurunan aktivitas
konveksi di atmosfer.
Gas Rumah Kaca adalah gas-gas yang menyerap radiasi matahari dan
memantulkannya kembali ke bumi sehingga terjadi peningkatan panas di bumi. Gas-gas
rumah kaca antara lain, karbondioksida, metana, nitrous oksida,dll. Ketika radiasi matahari
dipancarkan ke bumi sebagian besar energinya (45%) diradiasikannya kembali ke angkasa.
Namun gas rumah kaca yang ada di atmosfer akan menyerap pantulan radiasi matahari
tersebut. Fenomena ini seiring disebut dengan efek gas rumah kaca. Akibat adanya efek gas
rumah kaca tersebut telah memicu peningkatan temperatur udara bumi secara global dari
tahun ke tahun secara signifikan. Fenomena ini di kenal pemanasan global.
Pemanasan global yang terjadi merupakan proses terjadinya konveksi alami dimana
suhu permukaan bumi yang naik ini dapat di rasakan oleh setiap makhluk hidup. Panas yang
ditimbulkan ini sangat mempengaruhi aktivitas manusia di bumi, dalam kehidupan sehari-
hari misalnya dalam menjemur pakaian atau bahan laennya pengeringan yang terjadi sangat
cepat akibat temperatur bumi yang menaik di bandingkan masa lalu pengeringan dapat
membutuhkan waktu yang sedikit lama.
I.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
- Apakah yang dimaksud dengan konveksi alami?
- Apa perbedaan konveksi alami dengan konveksi paksa ?
- Prinsip-prinsip dasar apa saja yang terdapat pada konveksi alami?
- Bagaimana proses konveksi alami terjadi pada efek rumah kaca ?
[MAKALAH PERPINDAHAN KALOR , PEMICU III :
KONVEKSI ALAMI] April, 2012


D e p a r t e me n T e k n i k K i m i a U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a

Page 2
- Bagaimana proses perpindahan kalor yang terjadi melalui media yang ikut berpindah,
dalam hal ini fluida ?
- Bagaimana aplikasi dari konveksi alami ?
- Bagaimana laju perpindahan kalor konveksinya dihitung dengan persamaan empiris ?
I.3 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan mengenai
perpindahan kalor khususnya secara konveksi alami serta aplikasinya.
2. Tujuan Khusus
- Menjelaskan konveksi alami.
- Menjelaskan fenomena efek rumah kaca terkait perpindahan kalor konveksi
alami
I.4 Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, metode yang digunakan oleh penulis adalah studi
pustaka yang mengambil sumber dari media-media cetak yang ada, seperti buku, serta dengan
data publikasi online melalui internet.
I.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini adalah:
Bab I Pendahuluan
I.1 Latar Belakang Masalah
I.2 Batasan Masalah
I.3 Tujuan
I.4 Metode Penulisan
I.5 Sistematika Penulisan
Bab II Pembahasan
Bab III Kesimpulan
Daftar Pustaka
Lampiran



[MAKALAH PERPINDAHAN KALOR , PEMICU III :
KONVEKSI ALAMI] April, 2012


D e p a r t e me n T e k n i k K i m i a U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a

Page 3


BAB II
PEMBAHASAN
Tugas 1

1. Dapatkah anda menjelaskan, proses konveksi seperti apakah yang terjadi sebagai akibat
adanya gas rumah kaca ?
Jawab :









Gambar 1. Pemanasan konveksi alami akibat efek rumah kaca
Sumber : http://3.bp.blogspot.com/global_warming.jpg
Panas yang berasal dari matahari yang di radiasikan sampai ke bumi, dan panas
tersebut seharusnya di pantulkan kembali keluar angksa namun terhambat akibat gas emisi
pada permukaan bumi menghalangi pantulan panas dari bumi ke angkasa. Ilustrasi yang di
berikan pada gambar (1) terlihat bahwa panas yang tidak dapat keluar dari bumi ini
mengakibatkan akumulasi suhu sehingga suhu permukaan bumi pun bertambah. Efeknya
adalah pada semua makhluk hidup di bumi merasakan panas pada suhu ruangan tempat
tinggalnya. Panas yang dirasakan tanpa adanya pengaruh panas dari sumber laennya di
rasakan sangat mempengaruhi aktivitas khususnya penduduk bumi yang tidak lagi merasakan
kesejukan udara sekitar. Pada kehidupan sehari - hari terlihat dalam menjemur pakaian atau
bahan laennya, waktu pengeringan yang di butuhkan tidak lagi lama melainkan sudah sangat
cepat. Terbukti dari temperatur semakin panas yang di rasakan, naikknya temperatur bumi ini
mempengaruhi ke seluruh belahan bumi bahkan di bagian kutub utara dan kutub selatan.

[MAKALAH PERPINDAHAN KALOR , PEMICU III :
KONVEKSI ALAMI] April, 2012


D e p a r t e me n T e k n i k K i m i a U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a

Page 4
2. Apa yang Anda ketahui tentang perpindahan kalor konveksi? Batasan apa yang harus
dipenuhi agar suatu proses perpindahan kalor bias dikatakan terjadi secara konveksi
alami?
Jawab :
Istilah konveksi digunakan untuk menyatakan perpindahan panas dari satu tempat ke
tempat lain yang disertai perpindahan bahannya sendiri. Konveksi terjadi melalui
fluida yang bergerak membawa kalor. Perpindahan panas secara konveksi terjadi pada
sistem pemanas dengan air panas, tungku udara panas, pengembunan, dan sebagainya.
Pada dasarnya, konveksi terbagi dua:
a. Konveksi alami (natural convection), adalah konveksi dimana fluida yang
dipanaskan mengalir akibat adanya perbedaan rapat massa.
b. Konveksi paksa (force convection), adalah konveksi dimana fluida yang
dipanaskan mengalir karena dipaksa bergerak dengan alat peniup atau pompa.
Konveksi alami atau biasa dikenal sebagai konveksi bebas. Perpindahan kalor
konveksi bebas/alamiah terjadi bila fluida pembawa kalor mengalir secara alami
disebabkan perbedaan suhu, tanpa dibantu alat pendorong apapun. Bagian fluida yang
mengalami pemanasan memuai dan densitasnya menjadi lebih kecil sehingga
bergerak ke atas. Tempatnya semula digantikan oleh bagian fluida yang dingin yang
memiliki densitas lebih tinggi. Radiator panas yang digunakan untuk memanaskan
ruang merupakan suatu contoh peranti praktis yang memindahkan kalor dengan
konveksi bebas.
Batasan agar proses perpindahan kalor dikatakan konveksi bebas, antara lain:
a. Fluida berubah densitasnya karena proses pemanasan.
b. Fluida bergerak naik karena mengalami gaya apung (bouyancy force) apabila
densitas fluida di dekat permukaan perpindahan kalor berkurang akibat proses
pemanasan.
c. Fluida mengalami sesuatu gaya dari luar seperti gravitasi.
Sedangkan batasan-batasan yang membedakan antara konveksi paksa dan alami
adalah :
- Pada konveksi paksa tidak ada gaya dari luar yang mempengaruhi sistem. Jika
muncul sedikit saja pengaruh dari sistem maka konveksi yang terjadi adalah
konveksi paksa
[MAKALAH PERPINDAHAN KALOR , PEMICU III :
KONVEKSI ALAMI] April, 2012


D e p a r t e me n T e k n i k K i m i a U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a

Page 5
Gambar 2. Proses Buoyancy Force
Sumber : http://www.google.co.id
- Nilai koefisien perpindahan kalor konveksi alami (h) umumnya sangat kecil
- Denga kondisi yang sama, kalor yang dipindahkan pada konveksi alami lebih
sedikit dibandingkan konveksi paksa
Hal-hal yang mempengaruhi konveksi alami pada suatu sistem adalah:
- Bentuk benda - Letak Benda
- Ukuran Benda (P, L, r) - Suhu permukaan
- Suhu fluida - Konduktivitas termal
- Gravitasi - Viskositas
- Densitas - Kapasitas kalor jenis
- Koefisien muai volume

3. Jelaskan apa yang anda ketahiu tentang buoyancy force dan body force? Bagaimana
kedua gaya tersebut dapat mempengaruhi pergerakan fluida pada perpindahan kalor
konveksi alami.
Jawab :
BUOYANCY FORCE DAN BODY FORCE
Gerakan fluida dalam konveksi bebas,
baik fluida tersebut gas maupun cair, terjadi
karena adanya gaya apung (buoyancy force)
yang dialaminya. Gaya apung (bouyancy
force) dari suatu fluida ialah gaya angkat yang
dialami suatu fluida apabila densitas fluida di
dekat permukaan perpindahan kalor berkurang
sebagai akibat proses pemanasan. Gaya apung
tidak akan terjadi apabila fluida tersebut tidak
mengalami sesuatu gaya dari luar seperti gravitasi (gaya berat).
Walaupun gravitasi bukanlah satu-satunya medan gaya luar yang dapat
menghasilkan arus konveksi bebas, fluida yang terkurung dalam mesin rotasi
mengalami medan gaya sentrifugal, dan arena itu mengalami arus konveksi-bebas bila
salah satu atau beberapa permukaannya yang dalam kontak dengan fluida itu
dipanaskan. Jadi, jika densitas fluida di dekat permukaan dinding berkurang, maka
fluida akan bergerak ke atas membawa kalor, dan digantikan dengan fluida di atasnya
yang densitasnya lebih besar. Densitas fluida ini juga akan berkurang akibat
[MAKALAH PERPINDAHAN KALOR , PEMICU III :
KONVEKSI ALAMI] April, 2012


D e p a r t e me n T e k n i k K i m i a U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a

Page 6
pemanasan, kemudian bergerak ke atas membawa kalor. Dan fluida berikutnya yang
densitasnya lebih besar bergerak ke permukaan dinding, begitu seterusnya. Gaya
apung yang menyebabkan arus konveksi bebas disebut gaya badan (body force).

Tugas 2

1. Apa yang membuat permasalahan pada perpindahan kalor konveksi alami lebih sering
didekati dengan pendekatan empiris? Apa saja kekurangan dari penggunaan persamaan
empiris dalam penyelesaian permasalahan konveksi dan bagaimana antisipasi anda untuk
mengatasinya?
Jawab :
Pendekatan empiris adalah suatu pendekatan yang berasal dari suatu percobaan.
Perpindahan kalor konveksi alami sering didekati dengan pendekatan empiris karena
kekompleksan perpindahan kalor konveksi alami. Nilai koefisien kalor konveksi (h) bukan
suatu nilai yang tetap harganya. Nilai h dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu jenis aliran (
laminar atau turbulen), sifat fluida (viskositas, koefisien muai, dan suhu) , dan dimensi
karakteristik benda. Oleh karena itu, tidak tersedia suatu persamaan baku untuk
menyelesaikan kasus konveksi alami.
Kekurangan dari penggunaan persamaan empiris adalah karena persamaan ini tidak
dapat diterapkan secara umum dengan semua bentuk benda dan semua kondisi. Bentuk benda
berpengaruh pada nilai bilangan Grashof karena pada bilangan Grashof terdapat variabel
dimensi karakteristik. Kondisi berlangsungnya percobaan juga mempengaruhi besar hasil
perhitungan yang didapat karena kita harus menjaga kondisi lingkungan sesuai dengan
kondisi eksperimen persamaan itu berlangsung. Oleh karena itu, data eksperimen yang ada
sering sekali bertentangan.
Oleh karena itu, hasil-hasil eksperimen tersebut dirangkum untuk tujuan perhitungan
dan dinyatakan dalam bentuk persamaan empiris berikut :
Nu

= C ( 6r

Pr

)
m

Tingkat kesalahan dapat diantisipasi dan diminimalisir oleh persamaan 1 dengan adanya
konstanta C dan m. Nilai C dan m dapat dilihat pada lampiran tabel 1. Subskrip f merupakan
salah satu antisipasi dan minimalisir kesalahan persamaan empiris dengan adanya evaluasi
terhadap gugus tak berdimensi pada suhu film yaitu dengan persamaan :
T

=
T

+T
w
2
(2)
(1)
[MAKALAH PERPINDAHAN KALOR , PEMICU III :
KONVEKSI ALAMI] April, 2012


D e p a r t e me n T e k n i k K i m i a U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a

Page 7
Dimana T

adalah suhu fluida dan T


w
adalah suhu dinding kontak.
Antisipasi dari saya sendiri khususnya dalam perhitungan adalah menggunakan
persamaan empiris yang sesuai untuk soal tersebut. Kesesuaian tersebut bisa ditinjau dari
syarat bilangan tak berdimensinya dan dimensi benda. Selain persamaan, data yang
digunakan juga harus sesuai dengan kondisi yang ada dalam soal. Sebagai contoh
menggunakan data viskositas sesuai suhunya.

2. Bilangan tak berdimensi apa saja yang terlibat di dalam hubungan empiris pada
perpindahan kalor konveksi? Apa yang dimaksud dengan dimensi karakteristik dan
bagaimana pengaruhnya pada koefisien perpindahan kalor konveksi?
Jawab :
Bilangan tak berdimensi mempunyai peranan dalam menyelesaikan permasalahan
dalam perpindahan kalor konveksi. Bilangan tak berdimensi yang banyak digunakan pada
dalam penyelesaian masalah perpindahan kalor konveksi alami adalah :
1. Bilangan Reynold (Re)
Fungsi bilangan Reynold adalah untuk menentukan jenis aliran fluida dalam
pipa atau tabung. Apakah aliran tersebut tergolong laminer (Re < 2000), transisi (2000
< Re < 4000) atau turbulen (Re>4000) (untuk pipa silinder). Nilai bilangan Reynolds
dinyatakan dengan persamaan :
Re =
pu

=
pu


2. Bilangan Nusselt (Nu
x
)
Bilangan Nusselt menyatakan nilai perbandingan antara kalor konveksi dengan
konduksi dan digunakan untuk menentukan koefisien perpindahan kalor konveksi
alami (h
x
).
Nu
x
=
hL
k

3. Bilangan prandtl (Pr)
Bilangan Prandtl didefinisikan sebagai perbandingan antara difusivitas
momentum (viskositas kinematik) dengan difusivitas termal. Bilangan prandtl
dinyatakan dengan persamaan :
Pr =
u
u
=
/ p
kp/ c
p
=
c
p

k

(4)
(5)
(6)
[MAKALAH PERPINDAHAN KALOR , PEMICU III :
KONVEKSI ALAMI] April, 2012


D e p a r t e me n T e k n i k K i m i a U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a

Page 8
Bilangan Prandtl merupakan parameter yang menghubungkan ketebalan relatif antara
lapisan batas hidrodinamik dan lapisan batas termal serta penghubung antara medan
kecepatan dengan medan suhu.
4. Bilangan Grashof (Gr)
Bilangan Grashof dapat ditafsirkan secara fisis sebagai suatu gugus tak
berdimensi yang menggambarkan perbandingan antara gaya apung dan gaya viskos di
dalam sistem aliran konveksi bebas. Bilangan Grashof merupakan variabel utama
yang digunakan sebagai kriteria transisi dari aliran lapisan batas-laminar menjadi
turbulen. Bilangan Grashof dinyatakan dengan persamaan :
6r =
g( T
w
-T

) p
2
L
3

2
=
g( T
w
-T

) L
3
u
2

5. Bilangan Rayleigh (Ra)
Bilangan Rayleigh merupakan produk perkalian antara bilangan Grashof dan
bilangan Prandtl dan dapat dinyatakan dengan rumus :
Ra = 6r Pr
Bilangan Rayleigh dalam penyelesaian perpindahan konveksi alamiah digunakan
untuk menentukan transisi laminer ke turbulen dari suatu aliran lapisan batas konveksi
alami.
6. Bilangan Graetz (Gz)
Bilangan Graetz banyak digunakan pada kasus gabungan antara konveksi
alamiah dan konveksi paksa. Bilangan Graetz dapat dinyatakan dengan persamaan :
6z = Re Pr
d
L

7. Bilangan Stanton
Bilangan Stanton didefinisikan melalui persamaan :
St =
h
pc
p
u
=
Nu
d
Rc
d
P

Penggunaan bilangan stanton diantaranya adalah untuk menentukan koefisien
perpindahan kalor konveksi, menentukan koefisien gesek, menentukan tegangan
gesek, dan menentukan tipe lapisan batas ( termasuk laminar atau turbulen).

Dimensi karakteristik (L) didefiniskan sebagai :
(9)
(7)
(8)
(9)
[MAKALAH PERPINDAHAN KALOR , PEMICU III :
KONVEKSI ALAMI] April, 2012


D e p a r t e me n T e k n i k K i m i a U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a

Page 9
L =
A
P

Dimana A adalah luas permukaan kontak dan P adalah keliling yang terbasahi. Dimensi
karakteristik dalam penyelesaian perpindahan kalor konveksi alami digunakan dalam
penentuan bilangan tak berdimensi seperti bilangan Grashof (Gr), bilangan Nusselt (Nu), dan
bilangan Graetz (Gz). Berikut adalah dimensi karakteristik untuk bentuk yang umum dipakai
:
- Plat : L adalah panjang plat
- Silinder : L adalah diameter luar silinder
- Bola : L adalah jari-jari luar bola
- Balok : L adalah L; dengan 1/L = (1/L
v
) + (1/L
h
) dimana L
v
dan L
h
adalah
sisi balok.
Dan untuk menentukan koefisien perpindahan kalor konveksi salah satunya dapat digunakan
persamaan :
hL
k
= Nu
x
= C ( 6r

Pr

)
m

Dalam persamaan (11) untuk mendapatkan nilai koefisien perpindahan kalor konveksi (h)
kita membutuhkan bilangan tak berdimensi (L) dan nilai C dan m juga suatu konstanta yang
ditentukan oleh bentuk dimensi dan posisi benda.

3. Bagaimana jenis aliran dan ketebalan lapisan batas fluida dapat mempengaruhi proses
perpindahan kalor konveksi yang terjadi?
Jawab :
Jenis Aliran Fluida
Mekanisme perpindahan panas secara konveksi erat kaitannya dengan gerakan atau
aliran fluida. Salah satu segi analisa yang paling penting adalah mengetahui apakah aliran
fluida tersebut laminar atau turbulen. Dalam aliran laminar, aliran dari garis aliran
(streamline) bergerak dalam lapisan-lapisan, dengan masing- masing partikel fluida
mengikuti lintasan yang lancar serta malar (kontiniu). Partikel fluida tersebut tetap pada
urutan yang teratur tanpa saling mendahului. Sebagai kebalikan dari gerakan laminar,
gerakan partikel fluida dalam aliran turbulen berbentuk zig-zag dan tidak teratur.
Kedua jenis aliran ini memberikan pengaruh yang besar terhadap perpindahan panas
konveksi. Bila suatu fluida mengalir secrara laminar sepanjang suatu permukaan yang
(10)
(11)
[MAKALAH PERPINDAHAN KALOR , PEMICU III :
KONVEKSI ALAMI] April, 2012


D e p a r t e me n T e k n i k K i m i a U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a

Page 10
mempunyai suhu berbeda dengan suhu fluida, maka perpindahan panas terjadi dengan
konduksi molekular dalam fluida maupun bidang antara (interface) fluida dan permukaan.
Sebaliknya dalam aliran turbulen mekanisme konduksi diubah dan dibantu oleh banyak sekali
pusaran-pusaran (eddies) yang membawa gumpalan fluida melintasi garis aliran. Partikel-
partikel ini berperan sebagai pembawa energy dan memindahkan energi dengan cara
bercampur dengan partikel fluida tersebut. Oleh karena itu, kenaikan laju pencampuran (atau
turbulensi) akan juga menaikkan laju perpindahan panas dengan cara konveksi.
Ketebalan Lapisan Batas Fluida
Menurut Ludwig Prandtl, pada saat suatu fluida mengalir melewati dinding terdapat
dua daerah berdasarkan perbedaan kecepatan. Daerah pertama adalah daerah dekat dinding
dimana viskositas masih berpengaruh terhadap kecepatan. Daerah kedua adalah daerah yang
tidak lagi dipengaruhi viskositas sehingga kecepatan di tiap titik dapat dianggap sama.
Lapisan batas adalah lapisan dimana fluida yang mengalir masih dipengaruhi oleh
viskositasnya (daerah pertama).
Ketebalan lapisan batas fluida ini berguna untuk membantu kita untuk mencari nilai h,
koefisien perpindahan kalor konveksi. Dengan mengetahui koefisien perpindahan kalor
konveksi dapat mempermudah dalam menyelesaikan permasalahan perpindahan kalor
konveksi. Setiap batasan fluida baik itu laminar maupun turbulen, fluida memiliki nilai range
Re yang berbeda sehingga nilai o (ketebalan lapisan batas) pun berbeda-beda.
Laju perpindahan panas (kalor) secara konveksi berbanding terbalik dengan hambatan
terhadap konveksi. Dengan perpindahan panas (kalor) secara konveksi, aliran panas (kalor)
berbanding lurus dengan selisih suhu antara dinding dengan lingkungan , serta berbanding
terbalik dengan hambatan terhadapa aliran panas (kalor) yang dihadapinya di atmosfer.
Besarnya hambatan terhadap perpindahan panas (kalor) secara konveksi dinyatakan
oleh ketebalan lapisan batas (disebut juga lapisan tak- terkacaukan). Lapisan batas merupakan
daerah perpindahan alir (gas atau zat cair) yang bersinggungan dengan suatu benda (dapat
berupa plat, tabung, dll); di situ suhu, kerapatan uap, atau kecepatan alir dipengaruhi oleh
benda tersebut. Perpindahan panas (kalor) secara konveksi berlangsung lebih cepat bila
lapisan batas itu tipis (gradien suhu tajam), dan lebih lambat bila lapisan tersebut lebih tebal
(gradien kurang tajam).

t
= A ( I
w
I

) =
( 1
w
-1

)
R
(12)

[MAKALAH PERPINDAHAN KALOR , PEMICU III :
KONVEKSI ALAMI] April, 2012


D e p a r t e me n T e k n i k K i m i a U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a

Page 11

dimana Q/t : perpindahan kalor konveksi
R : tahanan termal
T
w
: suhu dinding
T

: suhu lingkungan
Karena besarnya hambatan terhadap perpindahan panas (kalor) secara konveksi
dinyatakan oleh ketebalan lapisan batas ( o) . Maka R o

maka : h berbanding terbalik dengan o
- makin besar tebal suatu lapisan batas maka makin kecil nilai Q/t
- makin tipis tebal suatu lapisan batas maka makin besar nilai Q/t

4. Bagaimana mekanisme dan hubungan empiris untuk perpindahan kalor konveksi alami
pada plat dan silinder vertikal serta pada plat dan silinder horizontal?
Jawab :
Perpindahan Kalor Konveksi-Bebas pada Plat-rata Vertikal
Apabila suatu plat dipanaskan, terbentuklah suatu lapisan-batas konveksi-bebas. Profil
kecepatannya pada dinding kecepatan adalah nol, karena terdapat kondisi tanpa-gelincir.
Perkembangan awal lapisan-batas adalah laminar, tetapi pada suatu jarak tertentu dari tepi
depan, bergantung pada sifat-sifat fluida dan beda-suhu antara dinding dan lingkungan,
terbentuklah pusaran-pusaran, dan transisi ke lapisan-batas turbulen pun mulai terjadi.
Perpindahan kalor pada plat adalah terdahulu menggunakan persamaan diferensial
gerakan lapisan-batas,
p [u
u
x
+ :
u

=
p
x
pg + p

2
u

2
(13)
dimana suku pg menunjukkan gaya bobot yang dialami unsur itu. Gradien atau landaian
tekanan pada arah x terjadi karena perubahan ketinggian di atas plat itu. Jadi,
p
x
= p
x
g (14)
dengan kata lain, perubahan tekanan sepanjang tinggi Jx sama dengan bobot per satuan luas
unsur fluida. Mensubstitusi persamaan (13) ke persamaan (14) menghasilkan,
p [u
u
x
+ :
u

= g( p
x
p) + p

2
u

2
(15)
[MAKALAH PERPINDAHAN KALOR , PEMICU III :
KONVEKSI ALAMI] April, 2012


D e p a r t e me n T e k n i k K i m i a U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a

Page 12
beda densitas p
x
p dapat dinyatakan dengan koefisien muai ekspansi volume [, yang
didefinisikan oleh,
[ =
1
v
[
v
1

p
=
1
v

v-v

1-1

=
p
x
-p
p( 1-1

)
(16)
sehingga,
p [u
u
x
+ :
u

= gp[( I I

) + p

2
u

2
(17)
Persamaan di atas adalah persamaan gerak untuk lapisan-batas konveksi-bebas. Penyelesaian
profil kecepatan memerlukan pengetahuan mengenai distribusi suhu. Persamaan energi untuk
sistem konveksi-bebas sama dengan yang untuk sistem konveksi-paksa pada kecepatan
rendah,
pc
p
[u
u
x
+ :
u

= k

2
1

2
(18)
Koefisien muai volume [ dapat ditentukan dari daftar-daftar sifat fluida. Untuk gas koefisien
dapat dihitung dari,
[ =
1
1
(19)
dimana I adalah suhu absolut gas.
Koefisien perpindahan kalor dievaluasi dari,
q
w
= kA
d1
d
[
w
= A( I
w
I

) (20)
dengan menggunakan distribusi suhu didapatkan, =
2k
6
atau
hx
k
= Nu
x
= 2
x
6
sehingga
persamaan tak-berdimensi untuk koefisien perpindahan-kalor menjadi,
Nu
x
= 0,508 Pr
1/ 2
( 0,952 + Pr )
-1/ 4
Gr
x
1/ 4
(21)
dengan koefisien perpindahan kalor,
=
1
L

x
Jx
L
0
(22)
Angka Grashof dapat ditafsirkan secara fisis sebagai suatu gugus takberdimensi yang
menggambarkan perbandingan antara gaya apung dengan gaya viskos di dalam sistem aliran
konveksi-bebas.
Pada Silinder Vertikal
Untuk permukaan vertikal, angka Nusselt dan angka Grashof dibentuk dengan L,
yaitu tinggi permukaan, sebagai dimensi karakteristik. Jika tebal lapisan-batas tidak besar
dibandingkan dengan diameter silinder, perpindahan kalor dapat dihitung dengan rumus yag
sama dengan yang untuk plat vertikal. Kriteria umum ialah bahwa silinder vertikal dapat
ditangani sebagai plat vertikal apabila,
[MAKALAH PERPINDAHAN KALOR , PEMICU III :
KONVEKSI ALAMI] April, 2012


D e p a r t e me n T e k n i k K i m i a U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a

Page 13

L

35
u
L
1/ 4
(23)
Untuk permukaan isothermal nilai konstanta Gr
f
Pr
f
> 10
9
untuk turbulen. Untuk angka Ra
yang lebih luas, diberikan oleh Churchill dan Chu.
9 / 4 16 / 9
4 / 1
] Pr) / 492 , 0 ( 1 [
670 , 0
68 , 0
+
+ =
Ra
Nu untuk Ra
L
< 10
9
(24)
27 / 8 16 / 9
6 / 1
] Pr) / 492 , 0 ( 1 [
387 , 0
825 , 0
+
+ =
Ra
Nu
untuk 10
-1
< Ra
L
< 10
12
(25)
Fluks Kalor Tetap,

m
x
Gr C Nu Pr) ( =

(26)

Dengan menyisipkan angka Grashof yang dimodifikasi (Gr
x
* = Gr
x
Nu
x
), didapat
Nu
1+m
= C( 0r
x

Pr )
m

(27)

Dengan nilai karakteristik m = 1/4 untuk laminar dan m = 1/3 untuk turbulen.

Konveksi-bebas dari Silinder Horizontal
Kita dapat menggunakan persamaanNusselt
| |
6 / 1
9 / 16
16 / 9
2 / 1
Pr) / 559 , 0 ( 1
Pr
387 , 0 6 , 0

+
+ =
Gr
Nu untuk aliran turbulen 10
-5
<GrPr< 10
12
(28)
| |
9 / 4
16 / 9
4 / 1
Pr) / 559 , 0 ( 1
Pr) ( 518 , 0
36 , 0
+
+ =
d
d
Gr
Nu untuk aliran laminar dengan 10
-6
< Gr
d
Pr < 10
9
(29)
Persamaan perpindahan kalor dari silinder horizontal ke logam cair,
4 / 1 2
) Pr ( 53 , 0
d d
Gr Nu =
(30)
Konveksi-bebas dari Plat Horizontal
Perpindahan kalor rata-rata dari plat-rata horizontal dihitung dengan persamaan,
I =
A
P
(31)
dimana A adalah luas, dan P adalah perimeter basah permukaan. Fluks kalor tetap untuk
muka yang dipanaskan menghadap ke atas adalah,
Nu

L
=
h

L
k
=
q
w
L
( 1
w
-1

) k
(32)
5. Bagaimana pula mekanisme dan hubungan empiris untuk sistem benda dengan benda tak
beratur, bola, permukaan yang miring dan dalam ruang tertutup?
Jawab :
[MAKALAH PERPINDAHAN KALOR , PEMICU III :
KONVEKSI ALAMI] April, 2012


D e p a r t e me n T e k n i k K i m i a U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a

Page 14
Benda Tak Teratur
Persamaan umum untuk benda padat tidak bisa diketahui secara pasti sehingga praktis
hanya bisa diketahui dari melalui rumus empiris. Angka Nusselt dan angka Grashof ditinjau
dengan menggunakan diameter sebagai panjang karakteristik. Perlu diketahui jarak yang
ditempuh partikel fluida dalam lapisan batas itu sebagai panjang karakteristik. Persamaan
untuk benda tak teratur dapat didekati dengan
Nu

]
= C( 0r
]
Pr
]
)
m
(33)
Lienhard menyarankan menggunakan nilai C = 0,52 dan m = 1/4 dalam daerah
laminar. Cara ini dapat digunakan sebagai taksiran dalam menghitung koefisien perpindahan-
kalor bila tidak ada informasi yang khas untuk bentuk geometri tertentu.

Pada bola
Perpindahan kalor konveksi ke udara adalah
4 / 1
392 , 0 2
f
f
f
Gr
k
d h
Nu + = = untuk 1 < Gr
f
< 10
5
(34)
4 / 1
) Pr ( 50 , 0 2
f f f
Gr Nu + = untuk 310
5
< Gr Pr < 810
8
(35)
d disini menyatakan dimensi karakteristik diameter bola.

Pada plat permukaan miring
Sudut yang dibuat plat dengan bidang vertikal ditandai dengan 0, dengan tanda positif
untuk menunjukkan bahwa permukaan pemanas menghadap ke bawah. Untuk plat miring
menghadap ke bawah dengan fluks kalor hampir tetap didapatkan korelasi berikut untuk
angka Nusselt rata-rata,
Nu

c
= 0,56( Gr
c
Pr
c
cos 0)
1/ 4

0 < 88, 10
5
< Gr
c
Pr
c
cos 0 < 10
11

dalam persamaan diatas semua sifat kecuali [ dievaluasi pada suhu rujukan I
c
yang
didefinisikan oleh,
I
c
= I
w
0,25( I
w
I

)
[MAKALAH PERPINDAHAN KALOR , PEMICU III :
KONVEKSI ALAMI] April, 2012


D e p a r t e me n T e k n i k K i m i a U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a

Page 15

Gambar 3. Sistem koordinat untuk plat miring
Sumber: Holman, J.P.1981.Heat Transfer, fifth edition.USA: McGraw-Hill Publishing Company.
Dimana I
w
adalah suhu dinding rata-rata dan I

suhu aliran bebas, [ ditentukan pada


suhu I

+ 0,5( I
w
I

) . Untuk plat hampir-horizontal yang menghadap ke bawah,


artinya 88 < 0 < 90, didapat lagi rumus tambahan,
Nu

c
= 0,58( Gr
c
Pr
c
cos 0)
1/ 5

10
6
< Gr
c
Pr
c
< 10
11

Untuk plat miring dengan permukaan panas menghadap ke atas, korelasi empirisnya
lebih remit. Untuk sudut antara -15 sampai -75, korelasinya,
Nu

c
= 0,14[ ( Gr
c
Pr
c
)
1/ 3
( Gr
c
Pr
c
)
1/ 3
] + 0,56 ( Gr
c
Pr
c
cos 0)
1/ 4

Untuk jangkau 10
5
< Gr
c
Pr
c
cos 0 < 10
11
. Besaran Gr
c
adalah hubungan Grashof
kritis diberikan oleh Vliet dan Pera dan Gebhart.
didapatkan korelasi berikut untuk angka Nusselt rata-rata, yaitu
4 / 1
) cos Pr ( 56 , 0
e e
e Gr Nu = untuk< 88; 10
5
<Gr
e
Pr
e
cos< 10
11
(36)
5 / 1
) cos Pr ( 58 , 0
e e
e Gr Nu = untuk 88 << 90; 10
6
<Gr
e
Pr
e
< 10
11
(37)
4 / 1 3 / 1 3 / 1
) cos Pr ( 56 , 0 ] ) Pr ( ) cos Pr [( 14 , 0
e e e e e e
e Gr Gr Gr Nu + = untuk -15 << -75;
dan10
5
<Gr
e
Pr
e
< 10
11
(38)
Di daerah turbulen didapat kolerasi empirisberikut,
( )
4 / 1
Pr * 17 . 0
x x
Gr Nu = untuk
15 10
10 Pr * 10 < <
x
Gr
(39)
Dimana Gr*
x
untuk permukaan panas menghadap ke atas, dan (Gr*
x
cos ) untuk
permukaan panas menghadap ke bawah. Sedangkan untuk silinder miring, perpindahan
kalor laminar pada kondisi fluks kalor tetap dapat dihitung dengan persamaan
Nu
L
= j0,60 0,488( sin0)
1
3
[ ( 0r
L
Pr )
1
4
+
1
12
( sn0)
1,S
(40)
untuk Gr
L
Pr < 2 x 10
8
dengan = sudut silinder dengan garis vertikal.
[MAKALAH PERPINDAHAN KALOR , PEMICU III :
KONVEKSI ALAMI] April, 2012


D e p a r t e me n T e k n i k K i m i a U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a

Page 16
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)

Pada ruang tertutup
Pada sistem ruang tertutup dimana (misalnya) terdapat 2 plat vertikal yang terpisah
dengan jarak dan perbedaan suhu T
w
= T
1
T
2
, perpindahan kalor yang terjadi secara
alami, digambarkan dengan bilangan Grashof:
Gr
8
=
g[( I
1
I
2
) o
3
:
2

dan bilangan Nusselt:
Nu
6
=
h6
k

Fluks kalor dapat dinyatakan sebagai berkut:
q
A
= q
w
= ( I
1
I
2
) = Nu
6
k
6
( I
1
I
2
) = k
c
( 1
1
-1
2
)
6

Dimana k
e
adalah konduktivitas termal efektif.
Dalam kasus ruang tertutup berbentuk silinder vertikal atau horizontal dapat dihitung
menurut persamaan berikut:
Nu
]
= 0.55(Gr
]
Pr
]
)
1/ 4
unt uk 0.75 < L/ d < 2.0
dengan bilangan Grashof menggunakan panjang silinder L.
Secara umum, percobaan untuk konveksi bebas untuk sistem tertutup tidak selalu
cocok satu sama lain. Akan tetapi, setiap rumus empiris yang ada dapat dinyatakan dalam
bentuk umum sebagai berikut:
k
c
k
= C( Gr
8
Pr )
n
[
L
6

m

Nilai-nilai konstanta C, n, dan m didapatkan dari literature tertentu sesuai dengan
situasi fisis yang mengkarakteristikan sistem.
[MAKALAH PERPINDAHAN KALOR , PEMICU III :
KONVEKSI ALAMI] April, 2012


D e p a r t e me n T e k n i k K i m i a U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a

Page 17

Gambar 4. Diagram skema dan ragam aliran lapisan konveksi vertikal
Sumber: Holman, J.P.1981.Heat Transfer, fifth edition.USA: McGraw-Hill Publishing Company.

Soal Perhitungan:
1. Sebuah bola berdiameter 2,5 cm berada pada suhu 38
o
C, akan dibenamkan ke dalam
suatu wadah yang berisi air dengan suhunya 15
o
C.
a. Bagaimana anda menjelaskan pengaruh dimensi dan ukuran wadah tersebut
terhadap mekanisme perpindahan kalor yang terjadi pada sistem di atas?
b. Jika wadah yang digunakan adalah suatu bejana berukuran 8x7x6 cm
3
,
bagaimana anda menentukan laju perpindahan kalornya?
c. Apa yang menjadi pertimbangan anda dalam menentukan persamaan empiris
yang akan digunakan untuk menyelesaikan problem di atas?
Jawab
a. Perpindahan kalor secara konveksi umumnya berlangsung pada zat cair dan gas.
Proses perpindahan kalor diikuti oleh perpindahan partikel partikel
perantaranya. Perpindahan secara konveksi terjadi antara permukaan benda
dengan partikel perantaranya yaitu fluida (dapat berupa gas maupun cairan)
Dalam hal ini dimensi dan ukuran wadah tidak berpengaruh terhadap mekanisme
perpindahan kalor. Hal ini dikarenakan perpindahan kalor tidak terjadi pada bola
ke wadah tetapi dari bola ke air yang berada dalam suatu wadah itu sendiri.
[MAKALAH PERPINDAHAN KALOR , PEMICU III :
KONVEKSI ALAMI] April, 2012


D e p a r t e me n T e k n i k K i m i a U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a

Page 18
Wadah sendiri hanya berperan sebagai media penampung fluida dalam hal ini air.
Sehingga dalam perhitungan, dimensi dan ukuran wadah tidak diperhitungkan,
yang diperhitungkan adalah fluidanya yaitu air.

b. Untuk menentukan laju perpindahan kalor. Mula-mula kita tentukan suhu film:
Suhu film: C
T T
T
w
f
0
5 , 26
2
15 38
2
=
+
=
+
=

=299,5 K
Dengan suhu film sebesar 229,5

K, dan fluida yang dipakai adalah air. Maka sifat-
sifat air dapat dicari pada Daftar A.9, Holman hal.593. Dari hasil interpolasi:


C
m
W
k
0
614 , 0 =
C
m
x
k
c g
p
0
3
10
2
1
10 90 , 1 =


Kemudaian mencari nilai Pr Gr untuk mengetahui rumus empiris mana yang akan
digunakan.
0rPr =
g[p
2
c
p
pk
J
3
( I
w
I

) = 1,9 x 10
10
( 2,5 x10
-2
)
3
23
0rPr = 6,83 x 10
6


Nilai Gr Pr yang diperoleh = 6,83 x 10
6
masuk kedalam range 310
5
< Gr Pr <
810
8
, maka berlaku rumus empiris pada konveksi bebas pada bola:
Nu
]
=

J
k
]
= 2 + 0,5( 0rPr)
1/ 4
= 2 + 0,5( 6,83 x 10
6
)
1/ 4

Nu
]
= 27,56

=
Nu
]
k
]
J
=
27,56. 0.614
2,5 x10
-2

= 676,85 w/ m
2 0
C
q = A( I
w
I

)
q = 676,85 x n( 2,5 x10
-2
)
2
x 23
q = 30,55 wott



[MAKALAH PERPINDAHAN KALOR , PEMICU III :
KONVEKSI ALAMI] April, 2012


D e p a r t e me n T e k n i k K i m i a U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a

Page 19
c. Rumus empiris yang digunakan:
4 / 1
Pr) ( 5 , 0 2 Gr
k
d h
Nu
f
+ = =
Penggunaan rumus empiris tersebut dikarenakan nilai
5
10 54 , 8 Pr = Gr berada
pada rentang nilai 310
5
< Gr Pr < 810
8
. Selain itu, rumus empiris yang kami
pakai pun dapat berlaku untuk fluida berwujud gas dan zat cair. Sehingga untuk
persoalan diatas yang menggunkan zat cair berupa air, persamaan diatas dapat
digunakan.

2. Sebuah silinder vertikal dengan tinggi 1,8 m, diameter 7,5 cm, dan suhu 93
o
C, berada
dalam lingkungan dengan suhu 30
o
C.
a. Hitunglah kalor yang dilepas melalui konveksi alami dari silinder ini!
b. Dapatkah silinder tersebut diperlakukan sebagai sebuah plat rata vertikal?
c. Jika silinder tidak dapat dianalogikan dengan plat rata vertikal, bagaimanakah
cara anda menyelesaikan permasalahan di atas?
Jawab

a. Untuk menjawab soal A, mula-mula kita asumsi dahulu bahwa persoalan diatas
merupakan plat rata vertical bukan merupakan silender vertikal mesikpun pada
soal A diminta untuk silinder vertikal. Hal ini dimaksudkan agar soal A dan soal
lainnya tidak terjadi keambiguan diantaranya karena apabila kita kita menjawab
soal A dengan bidang silinder vertikal maka soal C pun sudah terjawab. Sehingga
untuk menghindari keambiguan tersebut kami asumsikan demikian.
Asumsi : plat rata vertikal

Dik: L = 1,8 m D = 7,5 cm
C T
w
0
93 = C T
0
30 =


Untuk menentukan laju perpindahan kalor. Mula-mula kita tentukan suhu film:
Suhu film: C
T T
T
w
f
0
5 , 61
2
30 93
2
=
+
=
+
=

= 334,5 K
Pada 334,5

K, sifat-sifat udara (pada Daftar A.5, Holman hal.589) dari hasil
interpolasi:
[MAKALAH PERPINDAHAN KALOR , PEMICU III :
KONVEKSI ALAMI] April, 2012


D e p a r t e me n T e k n i k K i m i a U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a

Page 20

s
m
v
2
6
10 188 , 19

= C
m
W
k
0
.
028817 , 0 =

1 3
10 990 , 2
1

= = K
T
f
689 , 0 Pr =

Mula-mula hitung angka grashof
0r
x
=
g[( I
w
I

) x
3
:
2
=
9,8. ( 2,99x10
-3
) ( 344,5) ( 1,8)
3
( 19,188 x 10
-6
)
2

0r
x
= 1,59 x 10
11

Maka nilai Nu
x

Nu
x
= 0,508 Pr
1
2( 0,952 + Pr)
-1/ 4
0r
x
1/ 4

Nu
x
= 0,508. 0,689
1
2( 0,952 + 0,689)
-1/ 4
( 1,59 x 10
11
)
1/ 4

Nu
x
= 235,258

Nilai Nu
x
=
hx
k
maka
=
Nu
x
. k
x

=
235,258 .0,028817
1,8

= 3,767
w
m
2 o
C


Maka nilai perpindahan kalor adalah
q
w
= A( I
w
I

)
q
w
= 3,767 x ( 1,8)
2
( 63)
q
w
= 768,92 watt

b. Kriteria umum Silinder vertikal dapat dianalogikan sebagai plat rata vertikal
apabila memenuhi syarat berikut:
4 / 1
35
L
Gr
L
D
>
Suhu film: C
T T
T
w
f
0
5 , 61
2
30 93
2
=
+
=
+
=

= 334,5 K
[MAKALAH PERPINDAHAN KALOR , PEMICU III :
KONVEKSI ALAMI] April, 2012


D e p a r t e me n T e k n i k K i m i a U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a

Page 21
Pada 334,5

K, sifat-sifat udara (pada Daftar A.5, Holman hal.589) dari hasil
interpolasi:

s
m
v
2
6
10 188 , 19

= C
m
W
k
0
.
028817 , 0 =

1 3
10 990 , 2
1

= = K
T
f
689 , 0 Pr =
Nilai :
L
Gr

10
2 6
3 3
2
3
10 924 , 2
) 10 188 , 19 (
8 , 1 . 63 . 10 990 , 2 . 8 , 9 ) (
=

r
w
r
G
v
L T T g
G


Syarat :
4 / 1
35
L
Gr
L
D
>
042 , 0
8 , 1
10 5 , 7
2
=

=

m
m
L
D
; 085 , 0
) 10 924 , 2 (
35 35
4 / 1 10 4 / 1
=

=
L
Gr

Terlihat bahwa nilai
4 / 1
35
L
Gr
L
D
s (tidak memenuhi syarat plat rata vertikal harus
menggunakan silinder vertikal)
Untuk memenuhi syarat plat rata vertikal kita harus mencari D minimum yang dapat
memenuhi persyaratan
4 / 1
35
L
Gr
L
D
>

4 / 1
35
L
Gr
L
D
= 085 , 0
8 , 1
=
D

maka m D 153 , 0 085 , 0 8 , 1 = =
Sehingga besar D minimal = 0,153 m untuk dapat memenuhi syarat plat rata vertikal.

c. Dengan menggunakan rumus untuk silinder vertikal.
Mula-mula tentukan dahulu nilai Ra
Nilai Ra :
10
10
10 . 015 , 2
689 , 0 . 10 924 , 2 Pr . Gr Ra
=
= =
Ra

Nilai Ra yang didapat masuk kedalam range 10
-1
< Ra< 10
12
. Sehingga persamaan
empirisnya

[MAKALAH PERPINDAHAN KALOR , PEMICU III :
KONVEKSI ALAMI] April, 2012


D e p a r t e me n T e k n i k K i m i a U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a

Page 22
27 / 8 16 / 9
6 / 1 10
2 / 1
27 / 8 16 / 9
6 / 1
2 / 1
] ) 689 , 0 / 492 , 0 ( 1 [
) 10 . 015 , 2 ( 387 , 0
825 , 0
] Pr) / 492 , 0 ( 1 [
387 , 0
825 , 0
+
+ =
+
+ =
Nu
Ra
Nu

710 , 17
2 / 1
= Nu

644 , 313 = Nu
k
L h
Nu =
maka
C
m
W
h
L
k Nu
h
0
2
021 , 5
8 , 1
028817 , 0 644 , 313
=

=

Perpindahan kalor yang terjadi adalah pada tabung silinder

q =

A( I
w
I

) = 5,021 x _n0.075 x 1,8 +


2
4
n0.075
2
]63
q = 136,88 wott






















[MAKALAH PERPINDAHAN KALOR , PEMICU III :
KONVEKSI ALAMI] April, 2012


D e p a r t e me n T e k n i k K i m i a U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a

Page 23

BAB IV
KESIMPULAN

Konveksi dapat diartikan sebagai perpindahan panas yang terjadi antara permukaan
dengan fluida yang mengalir disekitarnya, dengan menggunakan media penghantar
berupa fluida (cairan/gas).
Efek gas rumah kaca merupakan fenomena yang menunjukkan proses konveksi alami
Konveksi bebas terjadi karena ada arus yang mengalir akibat gaya apung (perbedaan
densitas fluida tanpa dipengaruhi gaya dari luar sistem).
Konveksi alami dipengaruhi oleh kondisi ketebalan lapisan batas fluida yang
mengalir.
Mekanisme aliran perpindahan kalor konveksi alami pada setiap bidang di pengaruhi
oleh dimensi (plat,silinder,dan bola) dan posisi (vertikal atau horizontal) bidang
tersebut
Terdapat bentuk persamaan empiris yang terdiri dari bilangan-bilangan tak
berdimensi.
















[MAKALAH PERPINDAHAN KALOR , PEMICU III :
KONVEKSI ALAMI] April, 2012


D e p a r t e me n T e k n i k K i m i a U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a

Page 24
DAFTAR PUSTAKA

Kreith, Frank. 1997. Prinsip-prinsip Perpindahan Panas Edisi 3. Jakarta: Erlangga.
Griskey,Richard.G.2006.Transport Phenomena And Unit Operations.Canada : Jhon Wile &
Sons,Inc.
Holman, J.P. 1994. Perpindahan Kalor. Jakarta : Erlangga
Holman, J.P. 2010. Heat Transfer 10th ed (E-book) : Mcgraw-Hill
Anonim. Pemanasan Global. http://3.bp.blogspot.com/global_warming.jpg (18 april 2012)
Syamsudin. Perpindahan Panas. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-
syamsudinr-5219-2-bab2.pdf (15 April)






























[MAKALAH PERPINDAHAN KALOR , PEMICU III :
KONVEKSI ALAMI] April, 2012


D e p a r t e me n T e k n i k K i m i a U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a

Page 25

LAMPIRAN
Tabel 1. Rangkuman nilai konstanta dari persamaan 1 untuk permukaan isotermal

Sumber : Holman, J.P. 2010. Heat Transfer 10th ed (E-book) New York : Mcgraw-Hill Book Company














[MAKALAH PERPINDAHAN KALOR , PEMICU III :
KONVEKSI ALAMI] April, 2012


D e p a r t e me n T e k n i k K i m i a U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a

Page 26





Tabel 2. Rangkuman rumus-rumus empiris untuk konveksi-bebas dalam tuang tertutup.
Sumber: Holman, J.P.1981.Heat Transfer, fifth edition.USA: McGraw-Hill Publishing Company.

You might also like