Professional Documents
Culture Documents
= C ( 6r
Pr
)
m
Tingkat kesalahan dapat diantisipasi dan diminimalisir oleh persamaan 1 dengan adanya
konstanta C dan m. Nilai C dan m dapat dilihat pada lampiran tabel 1. Subskrip f merupakan
salah satu antisipasi dan minimalisir kesalahan persamaan empiris dengan adanya evaluasi
terhadap gugus tak berdimensi pada suhu film yaitu dengan persamaan :
T
=
T
+T
w
2
(2)
(1)
[MAKALAH PERPINDAHAN KALOR , PEMICU III :
KONVEKSI ALAMI] April, 2012
D e p a r t e me n T e k n i k K i m i a U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a
Page 7
Dimana T
=
pu
2. Bilangan Nusselt (Nu
x
)
Bilangan Nusselt menyatakan nilai perbandingan antara kalor konveksi dengan
konduksi dan digunakan untuk menentukan koefisien perpindahan kalor konveksi
alami (h
x
).
Nu
x
=
hL
k
3. Bilangan prandtl (Pr)
Bilangan Prandtl didefinisikan sebagai perbandingan antara difusivitas
momentum (viskositas kinematik) dengan difusivitas termal. Bilangan prandtl
dinyatakan dengan persamaan :
Pr =
u
u
=
/ p
kp/ c
p
=
c
p
k
(4)
(5)
(6)
[MAKALAH PERPINDAHAN KALOR , PEMICU III :
KONVEKSI ALAMI] April, 2012
D e p a r t e me n T e k n i k K i m i a U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a
Page 8
Bilangan Prandtl merupakan parameter yang menghubungkan ketebalan relatif antara
lapisan batas hidrodinamik dan lapisan batas termal serta penghubung antara medan
kecepatan dengan medan suhu.
4. Bilangan Grashof (Gr)
Bilangan Grashof dapat ditafsirkan secara fisis sebagai suatu gugus tak
berdimensi yang menggambarkan perbandingan antara gaya apung dan gaya viskos di
dalam sistem aliran konveksi bebas. Bilangan Grashof merupakan variabel utama
yang digunakan sebagai kriteria transisi dari aliran lapisan batas-laminar menjadi
turbulen. Bilangan Grashof dinyatakan dengan persamaan :
6r =
g( T
w
-T
) p
2
L
3
2
=
g( T
w
-T
) L
3
u
2
5. Bilangan Rayleigh (Ra)
Bilangan Rayleigh merupakan produk perkalian antara bilangan Grashof dan
bilangan Prandtl dan dapat dinyatakan dengan rumus :
Ra = 6r Pr
Bilangan Rayleigh dalam penyelesaian perpindahan konveksi alamiah digunakan
untuk menentukan transisi laminer ke turbulen dari suatu aliran lapisan batas konveksi
alami.
6. Bilangan Graetz (Gz)
Bilangan Graetz banyak digunakan pada kasus gabungan antara konveksi
alamiah dan konveksi paksa. Bilangan Graetz dapat dinyatakan dengan persamaan :
6z = Re Pr
d
L
7. Bilangan Stanton
Bilangan Stanton didefinisikan melalui persamaan :
St =
h
pc
p
u
=
Nu
d
Rc
d
P
Penggunaan bilangan stanton diantaranya adalah untuk menentukan koefisien
perpindahan kalor konveksi, menentukan koefisien gesek, menentukan tegangan
gesek, dan menentukan tipe lapisan batas ( termasuk laminar atau turbulen).
Dimensi karakteristik (L) didefiniskan sebagai :
(9)
(7)
(8)
(9)
[MAKALAH PERPINDAHAN KALOR , PEMICU III :
KONVEKSI ALAMI] April, 2012
D e p a r t e me n T e k n i k K i m i a U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a
Page 9
L =
A
P
Dimana A adalah luas permukaan kontak dan P adalah keliling yang terbasahi. Dimensi
karakteristik dalam penyelesaian perpindahan kalor konveksi alami digunakan dalam
penentuan bilangan tak berdimensi seperti bilangan Grashof (Gr), bilangan Nusselt (Nu), dan
bilangan Graetz (Gz). Berikut adalah dimensi karakteristik untuk bentuk yang umum dipakai
:
- Plat : L adalah panjang plat
- Silinder : L adalah diameter luar silinder
- Bola : L adalah jari-jari luar bola
- Balok : L adalah L; dengan 1/L = (1/L
v
) + (1/L
h
) dimana L
v
dan L
h
adalah
sisi balok.
Dan untuk menentukan koefisien perpindahan kalor konveksi salah satunya dapat digunakan
persamaan :
hL
k
= Nu
x
= C ( 6r
Pr
)
m
Dalam persamaan (11) untuk mendapatkan nilai koefisien perpindahan kalor konveksi (h)
kita membutuhkan bilangan tak berdimensi (L) dan nilai C dan m juga suatu konstanta yang
ditentukan oleh bentuk dimensi dan posisi benda.
3. Bagaimana jenis aliran dan ketebalan lapisan batas fluida dapat mempengaruhi proses
perpindahan kalor konveksi yang terjadi?
Jawab :
Jenis Aliran Fluida
Mekanisme perpindahan panas secara konveksi erat kaitannya dengan gerakan atau
aliran fluida. Salah satu segi analisa yang paling penting adalah mengetahui apakah aliran
fluida tersebut laminar atau turbulen. Dalam aliran laminar, aliran dari garis aliran
(streamline) bergerak dalam lapisan-lapisan, dengan masing- masing partikel fluida
mengikuti lintasan yang lancar serta malar (kontiniu). Partikel fluida tersebut tetap pada
urutan yang teratur tanpa saling mendahului. Sebagai kebalikan dari gerakan laminar,
gerakan partikel fluida dalam aliran turbulen berbentuk zig-zag dan tidak teratur.
Kedua jenis aliran ini memberikan pengaruh yang besar terhadap perpindahan panas
konveksi. Bila suatu fluida mengalir secrara laminar sepanjang suatu permukaan yang
(10)
(11)
[MAKALAH PERPINDAHAN KALOR , PEMICU III :
KONVEKSI ALAMI] April, 2012
D e p a r t e me n T e k n i k K i m i a U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a
Page 10
mempunyai suhu berbeda dengan suhu fluida, maka perpindahan panas terjadi dengan
konduksi molekular dalam fluida maupun bidang antara (interface) fluida dan permukaan.
Sebaliknya dalam aliran turbulen mekanisme konduksi diubah dan dibantu oleh banyak sekali
pusaran-pusaran (eddies) yang membawa gumpalan fluida melintasi garis aliran. Partikel-
partikel ini berperan sebagai pembawa energy dan memindahkan energi dengan cara
bercampur dengan partikel fluida tersebut. Oleh karena itu, kenaikan laju pencampuran (atau
turbulensi) akan juga menaikkan laju perpindahan panas dengan cara konveksi.
Ketebalan Lapisan Batas Fluida
Menurut Ludwig Prandtl, pada saat suatu fluida mengalir melewati dinding terdapat
dua daerah berdasarkan perbedaan kecepatan. Daerah pertama adalah daerah dekat dinding
dimana viskositas masih berpengaruh terhadap kecepatan. Daerah kedua adalah daerah yang
tidak lagi dipengaruhi viskositas sehingga kecepatan di tiap titik dapat dianggap sama.
Lapisan batas adalah lapisan dimana fluida yang mengalir masih dipengaruhi oleh
viskositasnya (daerah pertama).
Ketebalan lapisan batas fluida ini berguna untuk membantu kita untuk mencari nilai h,
koefisien perpindahan kalor konveksi. Dengan mengetahui koefisien perpindahan kalor
konveksi dapat mempermudah dalam menyelesaikan permasalahan perpindahan kalor
konveksi. Setiap batasan fluida baik itu laminar maupun turbulen, fluida memiliki nilai range
Re yang berbeda sehingga nilai o (ketebalan lapisan batas) pun berbeda-beda.
Laju perpindahan panas (kalor) secara konveksi berbanding terbalik dengan hambatan
terhadap konveksi. Dengan perpindahan panas (kalor) secara konveksi, aliran panas (kalor)
berbanding lurus dengan selisih suhu antara dinding dengan lingkungan , serta berbanding
terbalik dengan hambatan terhadapa aliran panas (kalor) yang dihadapinya di atmosfer.
Besarnya hambatan terhadap perpindahan panas (kalor) secara konveksi dinyatakan
oleh ketebalan lapisan batas (disebut juga lapisan tak- terkacaukan). Lapisan batas merupakan
daerah perpindahan alir (gas atau zat cair) yang bersinggungan dengan suatu benda (dapat
berupa plat, tabung, dll); di situ suhu, kerapatan uap, atau kecepatan alir dipengaruhi oleh
benda tersebut. Perpindahan panas (kalor) secara konveksi berlangsung lebih cepat bila
lapisan batas itu tipis (gradien suhu tajam), dan lebih lambat bila lapisan tersebut lebih tebal
(gradien kurang tajam).
t
= A ( I
w
I
) =
( 1
w
-1
)
R
(12)
[MAKALAH PERPINDAHAN KALOR , PEMICU III :
KONVEKSI ALAMI] April, 2012
D e p a r t e me n T e k n i k K i m i a U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a
Page 11
dimana Q/t : perpindahan kalor konveksi
R : tahanan termal
T
w
: suhu dinding
T
: suhu lingkungan
Karena besarnya hambatan terhadap perpindahan panas (kalor) secara konveksi
dinyatakan oleh ketebalan lapisan batas ( o) . Maka R o
maka : h berbanding terbalik dengan o
- makin besar tebal suatu lapisan batas maka makin kecil nilai Q/t
- makin tipis tebal suatu lapisan batas maka makin besar nilai Q/t
4. Bagaimana mekanisme dan hubungan empiris untuk perpindahan kalor konveksi alami
pada plat dan silinder vertikal serta pada plat dan silinder horizontal?
Jawab :
Perpindahan Kalor Konveksi-Bebas pada Plat-rata Vertikal
Apabila suatu plat dipanaskan, terbentuklah suatu lapisan-batas konveksi-bebas. Profil
kecepatannya pada dinding kecepatan adalah nol, karena terdapat kondisi tanpa-gelincir.
Perkembangan awal lapisan-batas adalah laminar, tetapi pada suatu jarak tertentu dari tepi
depan, bergantung pada sifat-sifat fluida dan beda-suhu antara dinding dan lingkungan,
terbentuklah pusaran-pusaran, dan transisi ke lapisan-batas turbulen pun mulai terjadi.
Perpindahan kalor pada plat adalah terdahulu menggunakan persamaan diferensial
gerakan lapisan-batas,
p [u
u
x
+ :
u
=
p
x
pg + p
2
u
2
(13)
dimana suku pg menunjukkan gaya bobot yang dialami unsur itu. Gradien atau landaian
tekanan pada arah x terjadi karena perubahan ketinggian di atas plat itu. Jadi,
p
x
= p
x
g (14)
dengan kata lain, perubahan tekanan sepanjang tinggi Jx sama dengan bobot per satuan luas
unsur fluida. Mensubstitusi persamaan (13) ke persamaan (14) menghasilkan,
p [u
u
x
+ :
u
= g( p
x
p) + p
2
u
2
(15)
[MAKALAH PERPINDAHAN KALOR , PEMICU III :
KONVEKSI ALAMI] April, 2012
D e p a r t e me n T e k n i k K i m i a U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a
Page 12
beda densitas p
x
p dapat dinyatakan dengan koefisien muai ekspansi volume [, yang
didefinisikan oleh,
[ =
1
v
[
v
1
p
=
1
v
v-v
1-1
=
p
x
-p
p( 1-1
)
(16)
sehingga,
p [u
u
x
+ :
u
= gp[( I I
) + p
2
u
2
(17)
Persamaan di atas adalah persamaan gerak untuk lapisan-batas konveksi-bebas. Penyelesaian
profil kecepatan memerlukan pengetahuan mengenai distribusi suhu. Persamaan energi untuk
sistem konveksi-bebas sama dengan yang untuk sistem konveksi-paksa pada kecepatan
rendah,
pc
p
[u
u
x
+ :
u
= k
2
1
2
(18)
Koefisien muai volume [ dapat ditentukan dari daftar-daftar sifat fluida. Untuk gas koefisien
dapat dihitung dari,
[ =
1
1
(19)
dimana I adalah suhu absolut gas.
Koefisien perpindahan kalor dievaluasi dari,
q
w
= kA
d1
d
[
w
= A( I
w
I
) (20)
dengan menggunakan distribusi suhu didapatkan, =
2k
6
atau
hx
k
= Nu
x
= 2
x
6
sehingga
persamaan tak-berdimensi untuk koefisien perpindahan-kalor menjadi,
Nu
x
= 0,508 Pr
1/ 2
( 0,952 + Pr )
-1/ 4
Gr
x
1/ 4
(21)
dengan koefisien perpindahan kalor,
=
1
L
x
Jx
L
0
(22)
Angka Grashof dapat ditafsirkan secara fisis sebagai suatu gugus takberdimensi yang
menggambarkan perbandingan antara gaya apung dengan gaya viskos di dalam sistem aliran
konveksi-bebas.
Pada Silinder Vertikal
Untuk permukaan vertikal, angka Nusselt dan angka Grashof dibentuk dengan L,
yaitu tinggi permukaan, sebagai dimensi karakteristik. Jika tebal lapisan-batas tidak besar
dibandingkan dengan diameter silinder, perpindahan kalor dapat dihitung dengan rumus yag
sama dengan yang untuk plat vertikal. Kriteria umum ialah bahwa silinder vertikal dapat
ditangani sebagai plat vertikal apabila,
[MAKALAH PERPINDAHAN KALOR , PEMICU III :
KONVEKSI ALAMI] April, 2012
D e p a r t e me n T e k n i k K i m i a U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a
Page 13
L
35
u
L
1/ 4
(23)
Untuk permukaan isothermal nilai konstanta Gr
f
Pr
f
> 10
9
untuk turbulen. Untuk angka Ra
yang lebih luas, diberikan oleh Churchill dan Chu.
9 / 4 16 / 9
4 / 1
] Pr) / 492 , 0 ( 1 [
670 , 0
68 , 0
+
+ =
Ra
Nu untuk Ra
L
< 10
9
(24)
27 / 8 16 / 9
6 / 1
] Pr) / 492 , 0 ( 1 [
387 , 0
825 , 0
+
+ =
Ra
Nu
untuk 10
-1
< Ra
L
< 10
12
(25)
Fluks Kalor Tetap,
m
x
Gr C Nu Pr) ( =
(26)
Dengan menyisipkan angka Grashof yang dimodifikasi (Gr
x
* = Gr
x
Nu
x
), didapat
Nu
1+m
= C( 0r
x
Pr )
m
(27)
Dengan nilai karakteristik m = 1/4 untuk laminar dan m = 1/3 untuk turbulen.
Konveksi-bebas dari Silinder Horizontal
Kita dapat menggunakan persamaanNusselt
| |
6 / 1
9 / 16
16 / 9
2 / 1
Pr) / 559 , 0 ( 1
Pr
387 , 0 6 , 0
+
+ =
Gr
Nu untuk aliran turbulen 10
-5
<GrPr< 10
12
(28)
| |
9 / 4
16 / 9
4 / 1
Pr) / 559 , 0 ( 1
Pr) ( 518 , 0
36 , 0
+
+ =
d
d
Gr
Nu untuk aliran laminar dengan 10
-6
< Gr
d
Pr < 10
9
(29)
Persamaan perpindahan kalor dari silinder horizontal ke logam cair,
4 / 1 2
) Pr ( 53 , 0
d d
Gr Nu =
(30)
Konveksi-bebas dari Plat Horizontal
Perpindahan kalor rata-rata dari plat-rata horizontal dihitung dengan persamaan,
I =
A
P
(31)
dimana A adalah luas, dan P adalah perimeter basah permukaan. Fluks kalor tetap untuk
muka yang dipanaskan menghadap ke atas adalah,
Nu
L
=
h
L
k
=
q
w
L
( 1
w
-1
) k
(32)
5. Bagaimana pula mekanisme dan hubungan empiris untuk sistem benda dengan benda tak
beratur, bola, permukaan yang miring dan dalam ruang tertutup?
Jawab :
[MAKALAH PERPINDAHAN KALOR , PEMICU III :
KONVEKSI ALAMI] April, 2012
D e p a r t e me n T e k n i k K i m i a U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a
Page 14
Benda Tak Teratur
Persamaan umum untuk benda padat tidak bisa diketahui secara pasti sehingga praktis
hanya bisa diketahui dari melalui rumus empiris. Angka Nusselt dan angka Grashof ditinjau
dengan menggunakan diameter sebagai panjang karakteristik. Perlu diketahui jarak yang
ditempuh partikel fluida dalam lapisan batas itu sebagai panjang karakteristik. Persamaan
untuk benda tak teratur dapat didekati dengan
Nu
]
= C( 0r
]
Pr
]
)
m
(33)
Lienhard menyarankan menggunakan nilai C = 0,52 dan m = 1/4 dalam daerah
laminar. Cara ini dapat digunakan sebagai taksiran dalam menghitung koefisien perpindahan-
kalor bila tidak ada informasi yang khas untuk bentuk geometri tertentu.
Pada bola
Perpindahan kalor konveksi ke udara adalah
4 / 1
392 , 0 2
f
f
f
Gr
k
d h
Nu + = = untuk 1 < Gr
f
< 10
5
(34)
4 / 1
) Pr ( 50 , 0 2
f f f
Gr Nu + = untuk 310
5
< Gr Pr < 810
8
(35)
d disini menyatakan dimensi karakteristik diameter bola.
Pada plat permukaan miring
Sudut yang dibuat plat dengan bidang vertikal ditandai dengan 0, dengan tanda positif
untuk menunjukkan bahwa permukaan pemanas menghadap ke bawah. Untuk plat miring
menghadap ke bawah dengan fluks kalor hampir tetap didapatkan korelasi berikut untuk
angka Nusselt rata-rata,
Nu
c
= 0,56( Gr
c
Pr
c
cos 0)
1/ 4
0 < 88, 10
5
< Gr
c
Pr
c
cos 0 < 10
11
dalam persamaan diatas semua sifat kecuali [ dievaluasi pada suhu rujukan I
c
yang
didefinisikan oleh,
I
c
= I
w
0,25( I
w
I
)
[MAKALAH PERPINDAHAN KALOR , PEMICU III :
KONVEKSI ALAMI] April, 2012
D e p a r t e me n T e k n i k K i m i a U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a
Page 15
Gambar 3. Sistem koordinat untuk plat miring
Sumber: Holman, J.P.1981.Heat Transfer, fifth edition.USA: McGraw-Hill Publishing Company.
Dimana I
w
adalah suhu dinding rata-rata dan I
+ 0,5( I
w
I
c
= 0,58( Gr
c
Pr
c
cos 0)
1/ 5
10
6
< Gr
c
Pr
c
< 10
11
Untuk plat miring dengan permukaan panas menghadap ke atas, korelasi empirisnya
lebih remit. Untuk sudut antara -15 sampai -75, korelasinya,
Nu
c
= 0,14[ ( Gr
c
Pr
c
)
1/ 3
( Gr
c
Pr
c
)
1/ 3
] + 0,56 ( Gr
c
Pr
c
cos 0)
1/ 4
Untuk jangkau 10
5
< Gr
c
Pr
c
cos 0 < 10
11
. Besaran Gr
c
adalah hubungan Grashof
kritis diberikan oleh Vliet dan Pera dan Gebhart.
didapatkan korelasi berikut untuk angka Nusselt rata-rata, yaitu
4 / 1
) cos Pr ( 56 , 0
e e
e Gr Nu = untuk< 88; 10
5
<Gr
e
Pr
e
cos< 10
11
(36)
5 / 1
) cos Pr ( 58 , 0
e e
e Gr Nu = untuk 88 << 90; 10
6
<Gr
e
Pr
e
< 10
11
(37)
4 / 1 3 / 1 3 / 1
) cos Pr ( 56 , 0 ] ) Pr ( ) cos Pr [( 14 , 0
e e e e e e
e Gr Gr Gr Nu + = untuk -15 << -75;
dan10
5
<Gr
e
Pr
e
< 10
11
(38)
Di daerah turbulen didapat kolerasi empirisberikut,
( )
4 / 1
Pr * 17 . 0
x x
Gr Nu = untuk
15 10
10 Pr * 10 < <
x
Gr
(39)
Dimana Gr*
x
untuk permukaan panas menghadap ke atas, dan (Gr*
x
cos ) untuk
permukaan panas menghadap ke bawah. Sedangkan untuk silinder miring, perpindahan
kalor laminar pada kondisi fluks kalor tetap dapat dihitung dengan persamaan
Nu
L
= j0,60 0,488( sin0)
1
3
[ ( 0r
L
Pr )
1
4
+
1
12
( sn0)
1,S
(40)
untuk Gr
L
Pr < 2 x 10
8
dengan = sudut silinder dengan garis vertikal.
[MAKALAH PERPINDAHAN KALOR , PEMICU III :
KONVEKSI ALAMI] April, 2012
D e p a r t e me n T e k n i k K i m i a U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a
Page 16
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
Pada ruang tertutup
Pada sistem ruang tertutup dimana (misalnya) terdapat 2 plat vertikal yang terpisah
dengan jarak dan perbedaan suhu T
w
= T
1
T
2
, perpindahan kalor yang terjadi secara
alami, digambarkan dengan bilangan Grashof:
Gr
8
=
g[( I
1
I
2
) o
3
:
2
dan bilangan Nusselt:
Nu
6
=
h6
k
Fluks kalor dapat dinyatakan sebagai berkut:
q
A
= q
w
= ( I
1
I
2
) = Nu
6
k
6
( I
1
I
2
) = k
c
( 1
1
-1
2
)
6
Dimana k
e
adalah konduktivitas termal efektif.
Dalam kasus ruang tertutup berbentuk silinder vertikal atau horizontal dapat dihitung
menurut persamaan berikut:
Nu
]
= 0.55(Gr
]
Pr
]
)
1/ 4
unt uk 0.75 < L/ d < 2.0
dengan bilangan Grashof menggunakan panjang silinder L.
Secara umum, percobaan untuk konveksi bebas untuk sistem tertutup tidak selalu
cocok satu sama lain. Akan tetapi, setiap rumus empiris yang ada dapat dinyatakan dalam
bentuk umum sebagai berikut:
k
c
k
= C( Gr
8
Pr )
n
[
L
6
m
Nilai-nilai konstanta C, n, dan m didapatkan dari literature tertentu sesuai dengan
situasi fisis yang mengkarakteristikan sistem.
[MAKALAH PERPINDAHAN KALOR , PEMICU III :
KONVEKSI ALAMI] April, 2012
D e p a r t e me n T e k n i k K i m i a U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a
Page 17
Gambar 4. Diagram skema dan ragam aliran lapisan konveksi vertikal
Sumber: Holman, J.P.1981.Heat Transfer, fifth edition.USA: McGraw-Hill Publishing Company.
Soal Perhitungan:
1. Sebuah bola berdiameter 2,5 cm berada pada suhu 38
o
C, akan dibenamkan ke dalam
suatu wadah yang berisi air dengan suhunya 15
o
C.
a. Bagaimana anda menjelaskan pengaruh dimensi dan ukuran wadah tersebut
terhadap mekanisme perpindahan kalor yang terjadi pada sistem di atas?
b. Jika wadah yang digunakan adalah suatu bejana berukuran 8x7x6 cm
3
,
bagaimana anda menentukan laju perpindahan kalornya?
c. Apa yang menjadi pertimbangan anda dalam menentukan persamaan empiris
yang akan digunakan untuk menyelesaikan problem di atas?
Jawab
a. Perpindahan kalor secara konveksi umumnya berlangsung pada zat cair dan gas.
Proses perpindahan kalor diikuti oleh perpindahan partikel partikel
perantaranya. Perpindahan secara konveksi terjadi antara permukaan benda
dengan partikel perantaranya yaitu fluida (dapat berupa gas maupun cairan)
Dalam hal ini dimensi dan ukuran wadah tidak berpengaruh terhadap mekanisme
perpindahan kalor. Hal ini dikarenakan perpindahan kalor tidak terjadi pada bola
ke wadah tetapi dari bola ke air yang berada dalam suatu wadah itu sendiri.
[MAKALAH PERPINDAHAN KALOR , PEMICU III :
KONVEKSI ALAMI] April, 2012
D e p a r t e me n T e k n i k K i m i a U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a
Page 18
Wadah sendiri hanya berperan sebagai media penampung fluida dalam hal ini air.
Sehingga dalam perhitungan, dimensi dan ukuran wadah tidak diperhitungkan,
yang diperhitungkan adalah fluidanya yaitu air.
b. Untuk menentukan laju perpindahan kalor. Mula-mula kita tentukan suhu film:
Suhu film: C
T T
T
w
f
0
5 , 26
2
15 38
2
=
+
=
+
=
=299,5 K
Dengan suhu film sebesar 229,5
K, dan fluida yang dipakai adalah air. Maka sifat-
sifat air dapat dicari pada Daftar A.9, Holman hal.593. Dari hasil interpolasi:
C
m
W
k
0
614 , 0 =
C
m
x
k
c g
p
0
3
10
2
1
10 90 , 1 =
Kemudaian mencari nilai Pr Gr untuk mengetahui rumus empiris mana yang akan
digunakan.
0rPr =
g[p
2
c
p
pk
J
3
( I
w
I
) = 1,9 x 10
10
( 2,5 x10
-2
)
3
23
0rPr = 6,83 x 10
6
Nilai Gr Pr yang diperoleh = 6,83 x 10
6
masuk kedalam range 310
5
< Gr Pr <
810
8
, maka berlaku rumus empiris pada konveksi bebas pada bola:
Nu
]
=
J
k
]
= 2 + 0,5( 0rPr)
1/ 4
= 2 + 0,5( 6,83 x 10
6
)
1/ 4
Nu
]
= 27,56
=
Nu
]
k
]
J
=
27,56. 0.614
2,5 x10
-2
= 676,85 w/ m
2 0
C
q = A( I
w
I
)
q = 676,85 x n( 2,5 x10
-2
)
2
x 23
q = 30,55 wott
[MAKALAH PERPINDAHAN KALOR , PEMICU III :
KONVEKSI ALAMI] April, 2012
D e p a r t e me n T e k n i k K i m i a U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a
Page 19
c. Rumus empiris yang digunakan:
4 / 1
Pr) ( 5 , 0 2 Gr
k
d h
Nu
f
+ = =
Penggunaan rumus empiris tersebut dikarenakan nilai
5
10 54 , 8 Pr = Gr berada
pada rentang nilai 310
5
< Gr Pr < 810
8
. Selain itu, rumus empiris yang kami
pakai pun dapat berlaku untuk fluida berwujud gas dan zat cair. Sehingga untuk
persoalan diatas yang menggunkan zat cair berupa air, persamaan diatas dapat
digunakan.
2. Sebuah silinder vertikal dengan tinggi 1,8 m, diameter 7,5 cm, dan suhu 93
o
C, berada
dalam lingkungan dengan suhu 30
o
C.
a. Hitunglah kalor yang dilepas melalui konveksi alami dari silinder ini!
b. Dapatkah silinder tersebut diperlakukan sebagai sebuah plat rata vertikal?
c. Jika silinder tidak dapat dianalogikan dengan plat rata vertikal, bagaimanakah
cara anda menyelesaikan permasalahan di atas?
Jawab
a. Untuk menjawab soal A, mula-mula kita asumsi dahulu bahwa persoalan diatas
merupakan plat rata vertical bukan merupakan silender vertikal mesikpun pada
soal A diminta untuk silinder vertikal. Hal ini dimaksudkan agar soal A dan soal
lainnya tidak terjadi keambiguan diantaranya karena apabila kita kita menjawab
soal A dengan bidang silinder vertikal maka soal C pun sudah terjawab. Sehingga
untuk menghindari keambiguan tersebut kami asumsikan demikian.
Asumsi : plat rata vertikal
Dik: L = 1,8 m D = 7,5 cm
C T
w
0
93 = C T
0
30 =
Untuk menentukan laju perpindahan kalor. Mula-mula kita tentukan suhu film:
Suhu film: C
T T
T
w
f
0
5 , 61
2
30 93
2
=
+
=
+
=
= 334,5 K
Pada 334,5
K, sifat-sifat udara (pada Daftar A.5, Holman hal.589) dari hasil
interpolasi:
[MAKALAH PERPINDAHAN KALOR , PEMICU III :
KONVEKSI ALAMI] April, 2012
D e p a r t e me n T e k n i k K i m i a U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a
Page 20
s
m
v
2
6
10 188 , 19
= C
m
W
k
0
.
028817 , 0 =
1 3
10 990 , 2
1
= = K
T
f
689 , 0 Pr =
Mula-mula hitung angka grashof
0r
x
=
g[( I
w
I
) x
3
:
2
=
9,8. ( 2,99x10
-3
) ( 344,5) ( 1,8)
3
( 19,188 x 10
-6
)
2
0r
x
= 1,59 x 10
11
Maka nilai Nu
x
Nu
x
= 0,508 Pr
1
2( 0,952 + Pr)
-1/ 4
0r
x
1/ 4
Nu
x
= 0,508. 0,689
1
2( 0,952 + 0,689)
-1/ 4
( 1,59 x 10
11
)
1/ 4
Nu
x
= 235,258
Nilai Nu
x
=
hx
k
maka
=
Nu
x
. k
x
=
235,258 .0,028817
1,8
= 3,767
w
m
2 o
C
Maka nilai perpindahan kalor adalah
q
w
= A( I
w
I
)
q
w
= 3,767 x ( 1,8)
2
( 63)
q
w
= 768,92 watt
b. Kriteria umum Silinder vertikal dapat dianalogikan sebagai plat rata vertikal
apabila memenuhi syarat berikut:
4 / 1
35
L
Gr
L
D
>
Suhu film: C
T T
T
w
f
0
5 , 61
2
30 93
2
=
+
=
+
=
= 334,5 K
[MAKALAH PERPINDAHAN KALOR , PEMICU III :
KONVEKSI ALAMI] April, 2012
D e p a r t e me n T e k n i k K i m i a U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a
Page 21
Pada 334,5
K, sifat-sifat udara (pada Daftar A.5, Holman hal.589) dari hasil
interpolasi:
s
m
v
2
6
10 188 , 19
= C
m
W
k
0
.
028817 , 0 =
1 3
10 990 , 2
1
= = K
T
f
689 , 0 Pr =
Nilai :
L
Gr
10
2 6
3 3
2
3
10 924 , 2
) 10 188 , 19 (
8 , 1 . 63 . 10 990 , 2 . 8 , 9 ) (
=
r
w
r
G
v
L T T g
G
Syarat :
4 / 1
35
L
Gr
L
D
>
042 , 0
8 , 1
10 5 , 7
2
=
=
m
m
L
D
; 085 , 0
) 10 924 , 2 (
35 35
4 / 1 10 4 / 1
=
=
L
Gr
Terlihat bahwa nilai
4 / 1
35
L
Gr
L
D
s (tidak memenuhi syarat plat rata vertikal harus
menggunakan silinder vertikal)
Untuk memenuhi syarat plat rata vertikal kita harus mencari D minimum yang dapat
memenuhi persyaratan
4 / 1
35
L
Gr
L
D
>
4 / 1
35
L
Gr
L
D
= 085 , 0
8 , 1
=
D
maka m D 153 , 0 085 , 0 8 , 1 = =
Sehingga besar D minimal = 0,153 m untuk dapat memenuhi syarat plat rata vertikal.
c. Dengan menggunakan rumus untuk silinder vertikal.
Mula-mula tentukan dahulu nilai Ra
Nilai Ra :
10
10
10 . 015 , 2
689 , 0 . 10 924 , 2 Pr . Gr Ra
=
= =
Ra
Nilai Ra yang didapat masuk kedalam range 10
-1
< Ra< 10
12
. Sehingga persamaan
empirisnya
[MAKALAH PERPINDAHAN KALOR , PEMICU III :
KONVEKSI ALAMI] April, 2012
D e p a r t e me n T e k n i k K i m i a U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a
Page 22
27 / 8 16 / 9
6 / 1 10
2 / 1
27 / 8 16 / 9
6 / 1
2 / 1
] ) 689 , 0 / 492 , 0 ( 1 [
) 10 . 015 , 2 ( 387 , 0
825 , 0
] Pr) / 492 , 0 ( 1 [
387 , 0
825 , 0
+
+ =
+
+ =
Nu
Ra
Nu
710 , 17
2 / 1
= Nu
644 , 313 = Nu
k
L h
Nu =
maka
C
m
W
h
L
k Nu
h
0
2
021 , 5
8 , 1
028817 , 0 644 , 313
=
=
Perpindahan kalor yang terjadi adalah pada tabung silinder
q =
A( I
w
I