You are on page 1of 13

MAKALAH

TENTANG:

ETOS KERJA DALAM ISLAM

Dibuat untuk memnuhi tugas pelajaran Quran Hadits di semester 2 Disusun Oleh: Lilis Siti M Dede Yulianti Mela Damayanti Maruf A Budi M Hendra M

MA NURUL HUDA
Jalan Kawali-Panjalu Kawali-Ciamis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agama Islam yang berdasarkan al-Quran dan al-Hadits sebagai tuntunan dan pegangan bagi kaum muslimin mempunyai fungsi tidak hanya mengatur dalam segi ibadah saja melainkan juga mengatur umat dalam memberikan tuntutan dalam masalah yang berkenaan dengan kerja. Rasulullah SAW bersabda: bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup selamanya, dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati besok. Dalam ungkapan lain dikatakan juga, Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah, Memikul kayu lebih mulia dari pada mengemis, Mukmin yang kuat lebih baik dari pada mukslim yang lemah. Allah menyukai mukmin yang kuat bekerja. Nyatanya kita kebanyakan bersikap dan bertingkah laku justru berlawanan dengan ungkapan-ungkapan tadi. Padahal dalam situasi globalisasi saat ini, kita dituntut untuk menunjukkan etos kerja yang tidak hanya rajin, gigih, setia, akan tetapi senantiasa menyeimbangkan dengan nilai-nilai Islami yang tentunya tidak boleh melampaui rel-rel yang telah ditetapkan al-Quran dan as-Sunnah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari toleransi dan etika pergaulan? 2. Apa sajakah ayat Al-Quran yang membahas etos kerja dalam islam?dan apa kandungan ayatnya? 3. Bagaimana cara menerapkan perilaku etos kerja dalam kehidupan sehari-hari?

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Kerja Kerja dalam pengertian luas adalah semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi maupun non-materi, intelektual atau fisik maupun hal-hal yang berkaitan dengan masalah keduniawian atau keakhiratan. Kamus besar bahasa Indonesia susunan WJS Poerdarminta mengemukakan bahwa kerja adalah perbuatan melakukan sesuatu. Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah. KH. Toto Tasmara mendefinisikan makan dan bekerja bagi seorang muslim adalah suatu upaya sungguh-sungguh dengan mengerahkan seluruh asset dan zikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya sebagai hamba Allah yang menundukkan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik atau dengan kata lain dapat juga dikatakan bahwa dengan bekerja manusia memanusiakan dirinya. Lebih lanjut dikatakan bekerja adalah aktivitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu (jasmani dan rohani) dan di dalam mencapai tujuannya tersebut dia berupaya dengan penuh kesungguhan untuk mewujudkan prestasi yang optimal sebagai bukti pengabdian dirinya kepada Allah SWT

2. Hakekat Etos Kerja dalam Islam Ethos berasal dari bahasa Yunani yang berarti sikap, kepribadian, watak, karakter serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Ethos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh, budaya serta sistem nilai yang diyakininya. Dari kata etos ini dikenal pula kata etika yang hamper mendekati pada pengertian akhlak atau nilai-nilai yang berkaitan dengan baik buruk moral sehingga dalam etos tersebut terkandung gairah atau semangat yang amat kuat untuk mengerjakan sesuati secara optimal lebih baik dan bahkan berupaya untuk mencapai kualitas kerja yang sesempurna mungkin. Dalam al-Quran dikenal kata itqon yang berarti proses pekerjaan yang sungguh-sungguh, akurat dan sempurna. (An-Naml : 88). Etos kerja seorang muslim adalah semangat untuk menapaki jalan lurus, dalam hal mengambil keputusan pun, para pemimpin harus memegang amanah terutama para hakim. Hakim berlandaskan pada etos jalan lurus tersebut sebagaimana Dawud ketika ia diminta untuk memutuskan perkara yang adil dan harus didasarkan pada nilai-nilai kebenaran, maka berilah keputusan (hukumlah) di antara kami dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran dan tunjuklah (pimpinlah) kami ke jalan yang lurus (QS. Ash Shaad : 22) Di dalam kaitan ini, al-Quran banyak membicarakan tentang aqidah dan keimanan yang diikuti oleh ayat-ayat tentang kerja, pada bagian lain ayat tentang kerja tersebut dikaitkan dengan masalah kemaslahatan, terkadang dikaitkan juga dengan hukuman dan pahala di dunia dan di akhirat. Al-Quran juga mendeskripsikan kerja sebagai suatu etika kerja positif dan negatif. Di dalam al-Quran banyak kita temui ayat tentang kerja seluruhnya berjumlah 602 kata, bentuknya: 1) Kita temukan 22 kata amilu (bekerja) di antaranya di dalam surat al-Baqarah: 62, an-Nahl: 97, dan al-Mukmin: 40. 2) Kata amal (perbuatan) kita temui sebanyak 17 kali, di antaranya surat Hud: 46, dan al-Fathir: 10.

3) Kata waamiluu (mereka telah mengerjakan) kita temui sebanyak 73 kali, diantaranya surat al-Ahqaf: 19 dan an-Nur: 55. 4) Kata Tamalun dan Yamalun seperti dalam surat al-Ahqaf: 90, Hud: 92. 5) Kita temukan sebanyak 330 kali kata amaaluhum, amaalun, amaluka, amaluhu, amalikum, amalahum, aamul dan amullah. Diantaranya dalam surat Hud: 15, al-Kahf: 102, Yunus: 41, Zumar: 65, Fathir: 8, dan at-Tur: 21. 6) Terdapat 27 kata yamal, amiluun, amilahu, tamal, amalu seperti dalam surat al-Zalzalah: 7, Yasin: 35, dan al-Ahzab: 31. 7) Disamping itu, banyak sekali ayat-ayat yang mengandung anjuran dengan istilah seperti shanaa, yasnaun, siru fil ardhi ibtaghu fadhillah, istabiqul khoirot, misalnya ayat-ayat tentang perintah berulang-ulang dan sebagainya. Di samping itu, al-Quran juga menyebutkan bahwa pekerjaan merupakan bagian dari iman, pembukti bahwa adanya iman seseorang serta menjadi ukuran pahala hukuman, Allah SWT berfirman:

Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (Al-Kahfi: 110)

Ada juga ayat al-Quran yang menunjukkan pengertian kerja secara sempit misalnya firman Allah SWT kepada Nabi Daud As.

Dan Telah kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu (al-Anbiya: 80) Dalam surah al-Jumuah ayat 10 Allah SWT menyatakan :

Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (al-Jumuah: 10) Pengertian kerja dalam keterangan di atas, dalam Islam amatlah luas, mencakup seluruh pengerahan potensi manusia. Adapun pengertian kerja secara khusus adalah setiap potensi yang dikeluarkan manusia untuk memenuhi tuntutan hidupnya berupa makanan, pakaian, tempat tinggal, dan peningkatan taraf hidup. Inilah pengertian kerja yang bisa dipakai dalam dunia ketenaga-kerjaan dewasa ini, sedangkan bekerja dalam lingkup pengertian ini adalah orang yang bekerja dengan menerima upah baik bekerja harian, maupun bulanan dan sebagainya. Pembatasan seperti ini didasarkan pada realitas yang ada di negara-negara komunis maupun kapitalis yang mengklasifikasikan masyarakat menjadi kelompok buruh dan majikan, kondisi semacam ini pada akhirnya melahirkan kelas buruh yang seringkali memunculkan konflik antara kelompok buruh atau pun pergerakan yang menuntut adanya perbaikan situasi kerja, pekerja termasuk hak mereka. Konsep klasifikasi kerja yang sedemikian sempit ini sama sekali tidak dalam Islam, konsep kerja yang diberikan Islam memiliki pengertian namun demikian jika menghendaki penyempitan pengertian (dengan tidak memasukkan kategori pekerjaanpekerjaan yang berkaitan dengan ibadah dan aktivitas spiritual) maka pengertian kerja dapat ditarik pada garis tengah, sehingga mencakup seluruh jenis pekerjaan yang memperoleh keuntungan (upah), dalam pengertian ini tercakup pula para pegawai yang memperoleh gaji tetap dari pemerintah, perusahaan swasta, dan lembaga lainnya. Pada hakikatnya, pengertian kerja semacam ini telah muncul secara jelas, praktek muamalah umat Islam sejak berabad-abad, dalam pengertian ini memperhatikan empat macam pekerja : 1) al-Hirafiyyin; mereka yang mempunyai lapangan kerja, seperti penjahit, tukang kayu, dan para pemilik restoran. Dewasa ini pengertiannya menjadi lebih luas, seperti mereka yang bekerja dalam jasa angkutan dan kuli. 2) al-Muwadzofin: mereka yang secara legal mendapatkan gaji tetap seperti para pegawai dari suatu perusahaan dan pegawai negeri. 3) al-Kasbah: para pekerja yang menutupi kebutuhan makanan sehari-hari dengan cara jual beli seperti pedagang keliling. 4) al-Muzarriun: para petani. Pengertian tersebut tentunya berdasarkan teks hukum Islam, diantaranya hadis rasulullah SAW dari Abdullah bin Umar bahwa Nabi SAW bersabda, berikanlah upah pekerja sebelum kering keringat-keringatnya. (HR. Ibn Majah, Abu Hurairah, dan Thabrani). Pendapat atau kaidah hukum yang menyatakan : Besar gaji disesuaikan dengan hasil kerja. Pendapat atau kaidah tersebut menuntun kita dalam mengupah orang lain disesuaikan dengan porsi kerja yang dilakukan seseorang, sehingga dapat memuaskan kedua belah pihak. 3. Etika Kerja dalam Islam Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya Allah mencintai salah seorang diantara kamu yang melakukan pekerjaan dengan itqon (tekun, rapi dan teliti). (HR. al-Baihaki)

Dalam memilih seseorang ketika akan diserahkan tugas, rasulullah melakukannya dengan selektif. Diantaranya dilihat dari segi keahlian, keutamaan (iman) dan kedalaman ilmunya. Beliau senantiasa mengajak mereka agar itqon dalam bekerja. Sebagaimana dalam awal tulisan ini dikatakan bahwa banyak ayat al-Quran menyatakan kata-kata iman yang diikuti oleh amal saleh yang orientasinya kerja dengan muatan ketaqwaan. Penggunaan istilah perniagaan, pertanian, hutang untuk mengungkapkan secara ukhrawi menunjukkan bagaimana kerja sebagai amal saleh diangkatkan oleh Islam pada kedudukan terhormat. Pandangan Islam tentang pekerjaan perlu kiranya diperjelas dengan usaha sedalamdalamnya. Sabda Nabi SAW yang amat terkenal bahwa nilai-nilai suatu bentuk kerja tergantung pada niat pelakunya. Dalam sebuah hadits diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda bahwa sesungguhnya (nilai) pekerjaan itu tergantung pada apa yang diniatkan. (HR. Bukhari dan Muslim). Tinggi rendahnya nilai kerja itu diperoleh seseorang tergantung dari tinggi rendahnya niat. Niat juga merupakan dorongan batin bagi seseorang untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan sesuatu. Nilai suatu pekerjaan tergantung kepada niat pelakunya yang tergambar pada firman Allah SWT agar kita tidak membatalkan sedekah (amal kebajikan) dan menyebut-nyebutnya sehingga mengakibatkan penerima merasa tersakiti hatinya.

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orangorang yang kafir (al-Baqarah : 264)

Keterkaitan ayat-ayat di atas memberikan pengertian bahwa taqwa merupakan dasar utama kerja, apapun bentuk dan jenis pekerjaan, maka taqwa merupakan petunjuknya. Memisahkan antara taqwa dengan iman berarti mengucilkan Islam dan aspek kehidupan dan membiarkan kerja berjalan pada wilayah kemashlahatannya sendiri. Bukan kaitannya dalam pembangunan individu, kepatuhan kepada Allah SWT serta pengembangan umat manusia. Perlu kiranya dijelaskan disini bahwa kerja mempunyai etika yang harus selalu diikut sertakan didalamnya, oleh karenanya kerja merupakan bukti adanya iman dan barometer bagi pahala dan siksa. Hendaknya setiap pekerjaan disampung mempunyai tujuan akhir berupa upah atau imbalan, namun harus mempunyai tujuan utama, yaitu memperoleh keridhaan Allah SWT. Prinsip inilah yang harus dipegang teguh oleh umat Islam sehingga hasil pekerjaan mereka bermutu dan monumental sepanjang zaman.

Jika bekerja menuntut adanya sikap baik budi, jujur dan amanah, kesesuaian upah serta tidak diperbolehkan menipu, merampas, mengabaikan sesuatu dan semena-mena, pekerjaan harus mempunyai komitmen terhadap agamanya, memiliki motivasi untuk menjalankan seperti bersungguh-sungguh dalam bekerja dan selalu memperbaiki muamalahnya. Disamping itu mereka harus mengembangkan etika yang berhubungan dengan masalah kerja menjadi suatu tradisi kerja didasarkan pada prinsip-prinsip Islam. Adapun hal-hal yang penting tentang etika kerja yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut : 1. Adanya keterkaitan individu terhadap Allah, kesadaran bahwa Allah melihat, mengontrol dalam kondisi apapun dan akan menghisab seluruh amal perbuatan secara adil kelak di akhirat. Kesadaran inilah yang menuntut individu untuk bersikap cermat dan bersungguh-sungguh dalam bekerja, berusaha keras memperoleh keridhaan Allah dan mempunyai hubungan baik dengan relasinya. Dalam sebuah hadis rasulullah bersabda, sebaik-baiknya pekerjaan adalah usaha seorang pekerja yang dilakukannya secara tulus. (HR Hambali) 2. Berusaha dengan cara yang halal dalam seluruh jenis pekerjaan. Firman Allah SWT :

Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah. (al-Baqarah: 172) 1. Dilarang memaksakan seseorang, alat-alat produksi atau binatang dalam bekerja, semua harus dipekerjakan secara professional dan wajar. 2. Islam tidak membolehkan pekerjaan yang mendurhakai Allah yang ada kaitannya dengan minuman keras, riba dan hal-hal lain yang diharamkan Allah. 3. Professionalisme yaitu kemampuan untuk memahami dan melakukan pekerjaan sesuai dengan prinsip-prinsip keahlian. Pekerja tidak cukup hanya memegang teguh sifat amanah, kuat dan kreatif serta bertaqwa tetapi dia juga mengerti dan benar-benar menguasai pekerjaannya. Tanpa professionalisme suatu pekerjaan akan mengalami kerusakan dan kebangkrutan juga menyebabkan menurunnya produktivitas bahkan sampai kepada kesemrautan manajemen serta kerusakan alatalat produksi Ciri-ciri etos kerja muslim antaralain : 1) Memiliki keiklasan 2) Memiliki kejujuran 3) Memiliki sikap percaya diri 4) Memiliki semangat belajar/haus mencari ilmuMemiliki semangat perubahan 5) Memiliki insting bertanding (fastabiqul khairat ) 6) Tangguh dan pantang menyerah

Manfaat kerja keras 1) Tidak larut dalam hal-hal yang negatif, karena waktunya diisi dengan kegiatan (kerja) 2) Dipandang oranglain sebagai orang yang ulet, kreatif, tidak dipandang sebagai pengaanguuran 3) Kebutuhan hidup terpenuhi sehingga terjadilah kedamaian dalam keluarga 4) Menjadi sosok yang diperhitungkan ( dihargai ) karena bermanfaat ditengahtengah masyarakat, bangsa, negara, sehingga negara menjadi makmur dari orang-orang atau penduduk yang rajin dan giat bekerja. Contoh : kerja keras rasulullah SAW semenjak ia kanak-kanak sampai akhir hayat ia gemar berniaga (berdagang) dengan semangat dan kejujuran

4. Ayat-Ayat Al-Quran yang Membahas Etos Kerja dalam islam A. QS. al-Jumuah Ayat 9-10

Artinya: Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jumat, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu Mengetahui. Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan", dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezki.

Maksudnya: apabila imam Telah naik mimbar dan muazzin Telah azan di hari Jumat, Maka kaum muslimin wajib bersegera memenuhi panggilan muazzin itu dan meninggalakan semua pekerjaannya. (Imam Jalaluddin al-mahalli dan Imam Jalaluddin AL-Suyuthi, 2006:2456) Isi Kandungan Surah al-Jumuah ayat 9-10 yaitu: Maksudnya, apabila imam naik maimbar dan muazzin telah azan di hari jumuat, maka kaum muslimin wajib bersegera memenuhi panggilan muazzin itu dan meninggalkan semua pekerjaannya. Tafsirnya, seruan Allah terhadap orang-orang beriman atau umat Islam yang telah memenuhi syarat-syarat sebagai mukallaf untuk untuk melaksanakan sholat jumuat umat Islam diwajibkan untuk meninggalkan segala pekerjaannya, seperti menuntut ilmu dan jual beli. Umat islam yang memenuhi sruan Allah tersebut tentu akan memperoleh banyak hikmah. Umat Islam yang telah selesai menunaikan sholat diperintahkan Allah untuk berusaha atau bekerja agar memperoleh karunia-Nya, seperti ilmu pengetahuan, harta benda, kesehatan dan lain-lain. Dimana pun dan kapanpun kaum muslimin berada serta apapun yang mereka kerjakan, mereka dituntut oleh agamanya agar selalu mengingat Allah. Mengacu kepada QS al-Jumuah 9-10 umat Islam diperintahkan oleh agamanya agar senantiasa berdisiplin dalam menunaikan ibadah wajib seperti sholat, dan selalu giat berusaha atau bekerja sesuai dengan nilainilai Islam seperti bekerja keras dan belajar secara sungguh-sungguh. (Syamsuri, 2004: 25) Selain berisikan perintah melaksanakan sholat jumuat juga memerintahkan setiap umat Islam untuk berusaha atau bekerja mencari rezeki sebagai karunia Allah SWT. Ayat ini memerintahkan manusia untuk melakukan keseimbangan antara kehidupan di dunia dan mempersiapakan untuk kehidupan di akhirat kelak. Caranya, selain selalu melaksanakan ibadah ritual, juga giat bekerja memenuhi kebutuhan hidup. (Bachrul Ilmy, 2006: 15)
B. Qs. Al-Mujadalah ayat 11

Al Mujaadalah artinya wanita yang membantah, al mujaadilah artinya wanita yang mengajukan gugatan. Surat Al Mujadalah diwahyukan di Madinah, diturunkan setelah surat Al Munafiqun. Surat Al Mujadalah berisi 22 ayat, 3 ruku, awal dari juz 28

Artinya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: Berlapanglapanglah dalam majlis, Maka lapangkanlah niscaya Alloh akan memberi

kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: Berdirilah kamu, Maka berdirilah, niscaya Alloh akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orangorang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Alloh Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. Al Mujadalah 11)

Kandungan Ayat 11 Surat Al Mujadalah: Ayat 11 Surat Al Mujadalah terletak di halaman 434 baris 7 sampai 10. 2 perintah dan 2 janji Alloh: 2 perintah: 1. Berlapang-lapanglah dalam majlis. 2. Berdirilah 2 janji Alloh: 1. Alloh akan memberi kelapangan 2. Alloh akan meninggikan derajat Lafadz Alloh diulang 3 x. Rangkaian Lafadz alladziina aamanuu (orang-orang yang beriman) diulang 2x. Jumlah huruf fa ada 7, huruf ya 10, Asbabun Nuzul (sebab turunnya) ayat 11 surat Al Mujadalah: Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa apabila ada orang yang baru datang ke majlis Rosululloh, para sahabat tidak mau memberikan tempat duduk di sisi Rosululloh. Maka turunlah ayat ini (58:11) sebagai perintah untuk memberikan tempat kepada orang yang baru datang. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Qotadah) Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ayat 11 ini turun pada hari Jumat, di saat pahlawan-pahlawan Badr datang ke tempat pertemuan yg penuh sesak. Orang-orang tidak memberi tempat kpd yg baru datang itu, sehingga terpaksa mereka berdiri. Rosululloh menyuruh berdiri kpd pribumi, dan tamu-tamu itu (Pahlawan Badar) disuruh duduk di tempat mereka. Orang-orang yg disuruh pindah tempat itu merasa tersinggung perasaannya. Ayat ini (ayat 11) turun sbg perintah kpd kaum muminin untuk menaati perintah Rosululloh dan memberikan kesempatan duduk kpd sesama mumin.

C. QS. Al-Qasas ayat 77

Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni'matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

Isi kandungan QS. Al-Qasas ayat 77 diantaranya: 1. Anjuran untuk mencari (pahala) negeri akhirat, 2. Dengan mempergunakan semua anugerah Allah sebagai instrumen, 3. Anjuran untuk tidak melupakan bagian dari kenikmatan di dunia, 4. Anjuran untuk berbuat baik (kepada orang lain), 5. Mengikuti contoh bagaimana Allah telah berbuat baik, 6. Larangan untuk tidak berbuat kerusakan di bumi, 7. Informasi bahwa Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Kandungan pertama ayat itu adalah suatu anjuran untuk mengarahkan orientasi hidup kepada negeri akhirat. Inilah, menurut pemahaman Ibnu, yang dijadikan oleh gurunya Buya Nur, sebagai referensi dalam menggambarkan manusia empat dimensi. Apapun yang dilakukannya di muka bumi, orientasinya adalah negeri akhirat, yaitu dengan selalu ingat bahwa ada Allah yang mengawasi.

D. Hadits tentang Etos Kerja Dari Anas ra. Ia berkata, Rosulullah SAW. Bersabda : wahai Allah aku berlindung kepada-Mu dari sifat lemah, malas, dan penakut. Dan aku berlindung kepada Mu dari siksa kubur, ujian hidup dan ujian mati. (HR. Muslim) Penjelasan Hadits Tentang etos kerja>> Etos kerja ialah suatu sikap jiwa seseorang untuk melaksanakan suatu pekerjaan dengan perhatian yang penuh. Maka pekerjaaan itu akan terlaksana dengan sempurna walaupun banyak kendala yang harus diatasi, baik karena motivasi kebutuhan atau karena tanggung jawab yang tinggi. (http://Ikhsan. Wordpres.com/etos-kerja11/12/09) Secara tektual hadits di atas hanya merupakan doa yang pernah diucapkan Rosululah Saw. Dan dianjurkan agar selalu diucapkan oleh umatnya, yaitu doa agar dijauhkan dari sifat lemah, malas dan pengecut serta dijuahkan dari siksa kubur, ujian hidup dan ujian setelah mati. Namun kalau kita simak secara seksama makna hadits tadi, maka maksud dari hadits tersebut adalah, bila kita selalu meminta dijauhkan dari sikap dan hal-hal yang tidak diinginkan di atas bukan berarti kita pasrah begitu saja. Akan tetapi seharusnya dengan meminta dijauhkan dari sifat lemah, berarti kita hurus berupaya untuk menjadi orang yang kuat, baik rohani maupun jasmani. Dengan meminta dijauhkan dari sifat malas berarti kita harus berupaya menjadi orang yang rajin bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehingga tercapai kesejahtaraan di dunia dan akhirat. Dan dengan meminta dijauhkan dari sifat penakut berarti kita harus berupaya untuk menjadi orang yang berani dalam menjalani hidup ini, karena kita yakin bahwa Allah selalu menolong hamba yang aberada di jalan Nya. (Moh. Matsa, 2004: 118-119)

BAB III PENUTUP Kesimpulan Ethos kerja seorang muslim ialah semangat menapaki jalan lurus, mengharapkan ridha Allah SWT. Etika kerja dalam Islam yang perlu diperhatikan adalah (1) Adanya keterkaitan individu terhadap Allah sehingga menuntut individu untuk bersikap cermat dan bersungguhsungguh dalam bekerja, berusaha keras memperoleh keridhaan Allah dan mempunyai hubungan baik dengan relasinya. (2) Berusaha dengan cara yang halal dalam seluruh jenis pekerjaan. (3) tidak memaksakan seseorang, alat-alat produksi atau binatang dalam bekerja, semua harus dipekerjakan secara professional dan wajar. (4) tidak melakukan pekerjaan yang mendurhakai Allah yang ada kaitannya dengan minuman keras, riba dan hal-hal lain yang diharamkan Allah. (5) Professionalisme dalam setiap pekerjaan.

DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1990, Al-Quran dan Terjemahan, Depag RI. Anonim, 1997, Konsep dan etika kerja dalam Islam, Almadani. Anonim, 1990, Mengangkat Kualitas Hidup Umat, Jakarta : Dirjen BIMAS Islam. KH. Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja, Jakarta : Gema Insani. Quraish Shihab, 1998, Wawasan al-Quran, Jakarta : Mizan. Asnan SyafiI Wagino, Menabur Mutiara Hikmah, Jakarta : Mizan

You might also like