You are on page 1of 29

LAPORAN MODUL GAWAT DARURAT

KERACUNAN JAMUR DAN TUMBUHAN TOKSIK

OLEH :

KELOMPOK V
Fasilitator Anggota : dr. Yanti fitri yasa, sp.THT : Mona Ahyar Afriyani Ilham Bakri Antoni (0810070100083) (0810070100202) (0810070100089) (0810070100095)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH PADANG 2010

Kata Pengantar

Penanggulangan penyakit yang tergolong gawat darurat akan dihadapi oleh setiap dokter di PUSKESMAS atau UNIT GAWAT DARURAT (UGD) atau jenis perawatan primer lainya, dimana dokter perlumelakukan sesuatu sesuai kesanggupanya dan kewenangannya sebelum dikirim ke Rumah Sakit yang mempunyai fasilitas lebih lengkap. Maka dirasakan sangat perlu pengetahuan tentang penanggulangan penyakit-penyakit yang yergolong gawat darurat medik. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi kita semua khususnya mahasiswa FKUNBRAH sebagai penambah pengetahuan terutama tentang masalah keracunan jamur dan tumbuhan toksik.

Padang,

februari 2011

penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................... Daftar isi ................................................................................................................ TRIGGER.................................................................................................................. I. II. III. IV. V. PENDAHULUAN................................................................................ RUMUSAN MASALAH...................................................................... TUJUAN............................................................................................... PEMBAHASAN.................................................................................. KERACUNAN TUMBUHAN TOKSIK............................................ i. ii. iii. VI. VII. KERACUNAN KECUBUNG................................................. KERACUNAN SINGKONG.................................................. KERACUNAN JENGKOL.......................................................

2 3 4 5 7 8 9 15 16 19 21 25 26 27

KESIMPULAN..................................................................................... PENUTUP.............................................................................................

Daftar Pustaka........................................................................................................

TRIGGER: Pak Antoni memilki makanan kesukaan yaitu jengkol. Hampir setiap hari pak antoni mengkonsumsi jengkol. Walaupun telah dilarang oleh istrinya, namun pak ali tidak menghiraukannya. Tiga hari kemudian pak ali dibawa ke Rumah Sakit Islam Siti rahmah dengan gejala rasa sakit pada perut, disertai muntah, serangan kolik , nyeri waktu kencing volume air kemih berkurang. Sesampainya di runah sakit dokter jaga langsung menangani pak antoni. Bagaimana penatalaksanaan pada pak ali?

I PENDAHULUAN

Toksikologi merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan sumber, karakteristik dan kandungan racun, gejala dan tanda yang disebabkan racun, dosis fatal, periode fatal dan penatalaksanaan kasus keracunan. Keracunan makanan karena mengkonsumsi tumbuh-tumbuhan yang mengandung racun biasanya tidak menimbulkan akibat yang serius, tapi perlu juga untuk diketahui gejala yang timbul dan tindakan penagnggulangannya. Keracunan biasanya terjadi pada anak-anak karena tidak tahu atau tidak sengaja. Keracunan terjadi disebabkan oleh zat-zat yang terkandung dalam tumbuh-tumbuhan, antar lain bermacam-macam alkaloid, senyawa glikosida, resin, fitotoksin, oksalat dan senyawa sianida. Jamur adalah tumbuhan berinti, berspora, tidak berklorofil berupa sel atau benang-benang bercabang. Berkembang secara seksuil/kawin atau aseksual melalui dinding dari selulosa atau dari kitin atau keduanya. Diagnosa Umum Pada Keracunan Anamnesa Alloanamnesa Autoanamnesa

Pemeriksaan fisik Pada pemeriksaan fisik di upayakan untuk menemukan tanda atau kelainan fungsi autonom (sindrom autonom), yaitu pemeriksaan tekana darah, nadi, ukuran pupil,keringat, air liur dan aktifitas peristaltik khusus.Misalnya pada gejala simpatis akan di temukan bilirium, paranoit, takikardi, hipertensi, hiperpireksia, diavoresis, hiperreflexi, aritmia dan kejang.

Pemeriksaan penunjang Satu-satunya diagnosis pasti keracunan diperoleh melalui analisis laboratorium. Bahan analisis dapat berasal dari bahan cairan lambung, atau urin. Pemeriksaan penyaring yang cepat dan sederhana menggunakan kromatografi lapisan tipis dapat di lakukan pada 90% keracunan umum yang terjadi. Penanganan umum pada keracunan Penanggulngan keracunan a) Menangani racun dan penyebabnya Melalui mulut Mengurangi absorbsi Merangsang muntah Menguras lambung Membersihkan usus

Antidot Meningkatkan eliminasi Diuresis basa Diuresis asam Dosis multipel karbon aktif Dialisis dan hemoperfusi

Melalui hidung Dalam menangani racun yang masuk melalui hidung (inhalasi), tindakan yang segera dilakukan ialah: Memindahkan penderita keracunan dari tempat atau ruangan yang tercema racun Trakeotomi dapat dilakukan jika dipandang perlu Jika menggunakan alat resuscitator dengan tekanan positif, tekanan darah perlu dikontrol terus menerus Kontaminasi kulit Segera siram dengan air untuk mengencerkan atau mengusir racun. Kecepatan dan volume air yang digunakan sangat menentukan kerusakan kulit yang terjadi, terutama jika terkena racun yang bersifat korosif dan bahan-bahan atau racun yang merusak kulit.

Kontaminasi mata Mata yang terkontaminasi atau terkena bahan kimia harus dibilas atau dialiri air selama 15 menit Sengatan dan gigitan binatang berbisa Mengguankan torniket didaerah atau diatas luka gigitan, sampai dapat diberikan antidot yang spesifik terhadap penyebabnya.

b) Mengatasi efek dan gejala keracunan Efek dan gejala keracunan pada manusia dapat timbul setempat (lokal) atau sitemik setelah racun diabsorbsi dan masuk kedalam sirkulasi darah atau keduanya. Faktor-faktor yang mempengaruhi efek dan gejala keracunan pada manusia antara lain: Bentuk dan cara masuk Usia Makanan Kebiasaan Kondisi kesehatan Idiosinkrasi Jumlah racun

Sistem pencernaan makanan Muntah Diare Cairan infus dextrosa 5-10 % dalam larutan garam 0,3-0,5 N sampai dapat diberikan makanan dan minuman melalui mulut Jika perlu obat, dapat diberikan campuran pektin dan kaolin atau atapulgit. Dapat juga diberikan atropin Perut kembung Memasukkan pipa rektal atau kolon dengan panjang 50-70 cm Cairan infus glukosa 5-10 % dalam larutan garam 0,3-0,5 N sampai dapat diberikan makanan dan minuman melalui mulut Obat untuk atasi muntah seperti klorpromazin

Jika perlu diberikan simetikon atau obat yang mengandung simetikon

Kerusakan hati Tindakan penanggulangan pada keadaan gawat darurat: Hentikan penggunaan obat atau kontak dengan bahan kimia Istirahat total Hindari penggunaan obat anetetika dan tindakan bedah

Keracunan akut atau kronik Cegah dehidrasi dan overhidrasi Diet Berikan vitamin sehari 2,5 mg Berikan tranfusi darah jika terjadi anemia berat

II RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi toksikologi? 2. Apa etiologi dari toksikologi ? 3. Apa manifestasi klinis dari keracunan jamur dan tumbuhan toksik? 4. Bagaimana cara mendiagnosa keracunan jamur dan tumbuhan toksik? 5. Bagaimana penatalaksanaan dari keracunan jamur dan tumbuhan toksik ? 6. Bagaimana pencegahan dari keracunan jamur dan tumbuhan toksik ? 7. Bagaiman komplikasi dari keracunan jamur dan tumbuhan toksik ?

III TUJUAN

1. Peserta dapat memahami tentang definisi, etilogi dan manifestasi klinis dari keracunan jamur dan tumbuhan toksik .
2. Peserta dapat memahami cara mendiagosa, penatalaksanaan dan pencegahan dari

keracunan jamur dan tumbuhan toksik . 3. Peserta dapat memahami tentang diagnose banding dan prognosa dari keracunan jamur dan tumbuhan toksik

10

IV PEMBAHASAN

A. KERACUNAN JAMUR

Jamur adalah tumbuhan berinti, berspora, tidak berklorofil berupa sel atau benang-benang bercabang. Berkembang secara seksuil/kawin atau aseksual melalui dinding dari selulosa atau dari kitin atau keduanya. Beberapa jenis jamur yang beracun misalnya: a. Amanita verna

b. Psilocybe sp.

11

c. Coprinus atramenta rius

d. Fleurotus olearius dll.

Cendawan yang tumbuh liar potensial sebagai cendawan beracun. Cendawan yang beracun biasanya mempunyai warna dan bentuk mencolok.cendawan yang beracun, antara lain mengandung: a. Senyawa siklopeptida Senyawa ini stabil terhadap pemanasan, tidak larut dalm air dan tidak rusak jika dipanaskan.

12

Terdapat tiga kelompok senyawa siklopeptida: Phalotoksin (heptapeptida siklik) Amatoksin (oktapeptida siklik) Virosin

Cendawan yang mengandung senyawa siklopeptida, antara lain Amanita phaloides, A. verna, A. virosa, Galerina autumnalis, G. marginata, G. venenata dan Lepiota helveola. 95% dari keracunan karena cendawan beracun yang mengandung senyawa siklopeptida. b. Senyawa monometilhidrazin Senyawa mono metilhidrazinmenghalangi reaksi enzim yang berkaitan dengan pirodoksal posfat.cendawan yang mengandung senyawa ini antara lain Gyromitra ambigua, G. esculenta dan G. infula. c. Senyawa coprine Senyawa coprine adalah AA denagan efek seperti antabuse yang memblokade enzim asetaldehid dehidrogenase sehingga terbentuk asetaldehid dengan segala efeknya. Contonya Coprinus atramentarius. d. Senyawa muskarin Muskarin mempunyai efek kolinergik perifer, tetapi tidak menembus barrier daerah otak karena merupakan senyawa ammonium kuartener. Contohnya Amanita muscaria, A. pantherina, Clitocybe dealbata, C. illudens, Inocybe lacera dan Russula emetic. e. Senyawa asam ibotenat dan muscimol Senyawa ini dan hasil oksida 1-dopa yang berkaitan mempunyain efek antikolinergik. Jika terdapat asam ibotenat bersama-sama dengan muskarin, akan membingungkan diagnose dan terpinya bila kadar tidak berbeda jauh.contohnya anratara lain: Amanita gemmata, A. muscaria dan A. pantherina. f. Senyawa psilobin Psilobin dan psilocin indol mempunyai efek terhadap system saraf puast seperti LSD. Contonhnya psilocybe caerulescens, Gymnopilus aeroginosus dan Panaeolus papillionaceus.

13

Gejala-gejala : 1. Gejala timbul dalam waktu 6 jam Keracunan yang terjadi biasanya tidak serius dengan gejala yang timbul antara lain: mual, muntah, sakit perut, diare, kepala pusing, ataksia, hiperaktif dan tidak toleran terhadap alkohol. Jika mengandung muskarin dapat menimbulkan bradikardia, miosis, banyak keluar ludah dan gejala kolinergic lain. Karena keberadaan muskarin biasa disertai antagonisnya maka dapat timbul gejala antikolinergic. Komplikasi yang dapat terjadi: dehidrasi, hipotensi, dan halusinasi.

2. Gejala klinis timbul setelah 6 jam Keracunan yang terjadi sangat serius bahkan mungkin fatal. Gejala yang timbul antara lain mual, muntah, gastroentritis, sakit perut berat, dan diare yang mengandung darah. Stelah 3-4 hari dapat terjadi ekterus dan gejala gagal hati. Komplikasi yang dapat terjadi kerusakan hati dan gagal ginjal, aritmia jantung, jantung berhenti berfungsi, konfulsi dan pingsan.

Tindakan penanggulangan/penatalaksanaan: 1. Tindakan gawat garurat Jika penderita tidak muntah, usakan untuk muntah antara lain dengan sirup IPECA. Selanjutnya, berikan carbon aktif dalam larutan sorbitol 70 % untuk mengeluarkan racun yang tidak terabsorbsi. Antidot yang dapat digunakan: a. Terhadap keracunan cendawan yang mengandung muskarin berikan ATROPIN 1 mg secara oral atau SC b. Terhadap keracunan cendawan yang mengandung senyawa monometilhidrazin dapat diberikan PIRODOKSIN 25 mg/kg secara IV. c. Terhadap keracunan cendawan Comprinus & Clitocybe yang menimbulkan aritmia jantung diberikan PROPANOLOL dan hindari minuman yang mengandung alkohol.

14

2. Tindakan umum a. Dalam waktu 5-10 hari keseimbangan cairan dan elektrolit perlu dikontrol dan diusahakan tidak terjado hipoglikemia. Pada keracunan yang berat, hati mulai berfungsi setelah 6-8 hari dan selanjutnya sembuh sama sekali. b. Pemberian karbohidrat dalam jumlah besar akan membantu melindungi hati dari kerusakan yang lenih lanjut. Untuk ini diberikan larutan DEXTROSA 5% sebanyak 4-5 L tiap 24 jam secara IV, jika pengeluaran urin lancar. c. Jika sudah dapat diberikan cairan melalui mulut segera diberi saribuah dan larutan glukosa 120 gr/L sampai 4-5 L sehari. 3. Tindakan khusus a. Atasi komplikasi yang dapat timbul, seperti anuri, konvulsi dan demam b. Pemberian diuretika seperti furosemik 0,25-1 mg/kg/hari, untuk meningkatkan pengeluaran urin 3-6 m/kg/hari akan sangat membantu c. Pernafasan perlu diperhatikan dan hindari intubasi, jika tidak perlu. Pencegahan: 1. Hindari jamur yang tumbuh pada kotoran binatang yang bilahnya berwarna coklat/kehitaman 2. Hindari memakan jamur yang bila dipotong mengeluarkan cairan berwarna putih susu 3. Hindari jamur yang tidak enak walaupun tidak selalu 4. Jangan memakan jamur hampir busuk walaupun jamur itu dapat dimakan 5. Jangan memakan jamur yang belum dimasak PROGNOSIS 1. Rapid onset (15 menit- 2 jam setelah menyantap jamur ) Toksin tidak dikenal dan berasal dari banyak genus Penyembuhan cepat dan lengkap. Pada kasus yang serius gejala dapat berakhir hingga 2-3 hari dan memerlukan terapi cairan.

Senyawa Muskarin dari spesies Clitocybe dan Inocyebe Pemulihan sekitar 2 jam.

15

Senyawa Psilocybin Penyembuhan sepenuhnya dan spontan dalam 5-10 jam. Pada dosis toksin yang tinggi, sembuh hingga 24 jam.

Senyawa asam ibotenat dan muskimol Terjadi pergantian periode mengantuk dan bangun selama beberapa jam, kemudian sembuh total.

2. Delayed onset (6 jam- 3 hari setelah menyantap jamur) Gyromitrin hydrazone Sembuh total dalam 2-6 hari, tetapi koreksi asidosis metabolik perlu dilakukan, kematian dapat terjadi akibat gagal hati. Amanitin dari spesies Amanita Phalloides dan famili nya Penyembuhan seolah terjadi beberapa jam setelah gejala timbul dan diikuti oleh periode bebas gejala selam 3-5 hari sebelum timbul ikterus, hilang kekuatan, koma bahkan kematian. Orellanine dari cortinarius orellanus Pada kasus berat: penyembuhan (termasuk pemulihan fungsi ginjal) perlu waktu beberapa bulan. Beberapa kasus berat berujung kematian akibat gagal ginjal. 3. Conditional onset (dalam 72 jam setelah menyantap jamur) Coprine dari coprinus atramentarius Penyembuhan terjadi secara spontan komplit dan hingga beberapa jam setelah timbul gejala.

16

V
KERACUNAN TUMBUHAN TOKSIK

Keracunan makanan karena mengkonsumsi tumbuh-tumbuhan yang mengandung racun biasanya tidak menimbulkan akibat yang serius, tapi perlu juga untuk diketahui gejala yang timbul dan tindakan penagnggulangannya. Keracunan biasanya terjadi pada anak-anak karena tidak tahu atau tidak sengaja. Keracunan terjadi disebabkan oleh zat-zat yang terkandung dalam tumbuh-tumbuhan, antar lain bermacam-macam alkaloid, senyawa glikosida, resin, fitotoksin, oksalat dan senyawa sianida. Senyawa yang potensial dapat menjadi racun ini, mungkin tersebar diselurh bagian tanaman atau terkonsentrasi dalam akar, batang, daun, atau buah. Buah yang masih muda lebih berbahaya daripada buah yang telah masak. Selain itu, musim, habitat, keadaan cuaca, dan tanah juga mempengaruhi kandungan zat yang potensial dapat menjadi racun. Keracunan tumbuhtumbuhan beracun biasanya terjadi melalui mulut. a. Gejala Klinis Tergantung pada jenis tumbuh-tumbuhan, biasanya meyebabkan mual, muntah, sakit kepala, konvulsi, sampai pingsan. b. Tindakan Pencegahan Hindari mengkonsumsi makanan dari tumbuh-tumbuhan yang tidak biasa dimakan atau yang tidak dikenal. c. Tindakan Penanggulangan

1. Usahakan untuk mengenali tumbuh-tumbuhan yang menjadi penyebab keracunan 2. Jika memungkinan, usahakan untuk muntah dan penderita diberi susu. Tidak ada antidote yang dapat digunakan. 3. Atasi uremia dan konvulsi yang terjadi dan berikan karbohidrat, seperti larutan glukosa 5% secara i.v atau gula yang dicampurkan ke dalam sari buah secara oral untuk melindungi hati dan mengatur kadar gula dalam darah.

17

A.

KERACUNAN KECUBUNG Kecubung atau Dhatura merupakan jenis tanaman family N.O.Solanaceae dan dikenal

sebagai apel berduri yang banyak ditemukan di India. Ada dua jenis tanaman ini: 1. Dhatura Alga yang berbunga putih (dhatura yang aman). 2. Dhatura Niger yang berbunga hitam atau ungu (dhatura Kalla). Selain yang tersebut diatas ada jenis lain yang disebut Dhatura Fastramonium, Dhatura Atrox; dan Dhatura Matril; Dhatura Pastreosa; Dhatura Semium. Tanaman ini termasuk golongan tumbuhan beracun yang menyebabkan Delirium seperti Atropin Belladona Lislyscyamus Niger, Cannabis Indica dan kokain. Bunganya sepertilonceng dan buahnya berbentuk spora dengan duri tajam dan bijinya seperti biji cabai berwarna kuning coklat. Semua bagian tanaman ini bersifat racun terutam biji dan buahnya. Zat beracun yang terkandung didalamnya dikenal sebagai Dhaturium, yang terdiri dari Alkaloid, Levohyosyamine, hyosayne atau Skopolamina dan bahan-bahan atropin. Bahan-bahan ini akan bekerja disusunan saraf pusat. Keracunan kecubung jarang terjadi karena pemakaiannya hanya sedikit. I. Sifat Kimia: Atropin mempunyai rumus kimia C17 H23 NO3 yang dijumpai dalam atropin Belladona dan scorpolamine yang mempunyai rumus kimia C17 H21 NO4 yang dijumpai dalam Dhatura Stramo-stramonium. Substansinya berupa Kristal warna putih, dapat larut sebagian dalam air, tetappi bebas dalam alcohol 90%.

II. Cara masuk ke dalam tubuh Umumnya dapat melalui: a. Inhalasi b. Oral c. Parenteral d. Topical

18

III. Gejala dan symptom Gejala timbul sesudah setengah jam setelah mengkonsumsi kecubung. Bahkan lebih cepat bila memakai rebusan bijinya. Keluhan yang pertama timbul: a. Rasa pahit dimulut diikuti mulut dan kerongkorang kering oleh karena inhibisi salivasi. b. Rasa sakit untuk berbicara, disfagia dan rasa haus yang tidak tertahankan. c. Rasa sakit kepala dan rasa perih diperut. d. Keluhan ini berlanjut dengan muka merah akibat dilatasi pupil, kulit, dan fotofopbia. e. Penglihatan kabur, suhu tubuh meningkat, kulit terasa kering dan panas karena terjadi inhibisi sekresi kelenjar keringat dan stimulasi pusat pengatur panas. f. Selanjutnya diikuti rasa ngantuk, jalan sempoyongan, pikiran terganggu, pasien kelelahan dan delirium. g. Keadaan ini disertai halusinasi penglihatan dan delirium dapat berubah jadi stupor dan kejang. h. Penderita dapat meninggal karena paralisis system pernapasan. Gejala yang penting diperhatikan adalah: Mulut dan kerongkongan kering Sulit berbicara Disfagia Dilatasi pembuluh darah kulit Dilatasi pupil Kulit terasa panas dan kering Jalan seperti orang mabuk Delirium

IV. Toksiksitas Dosis fatal yang pasti tidak diketahui, tetapi ada yang menyebutkan sekitar 100-125 biji yang dikonsumsi dapat menyebabkan kematian. Dosis lethal Alkaloid sekitar 60mg pad orang dewas dan 4 mg pada anak-anak. Kematian terjadi biasanya dalam waktu 24 jam.

19

Atropine dan Skopolamine kadang-kadang dapat menyebabkan keracunan terutama pada anak-anak, karena kesalahan dalam menghitung dosis. Oleh karena nya Atropin tidak dianjurkan untuk anak-anak dibawah 4 tahun. Dilaporkan bahwa dosis 500-1000 mg masih belum merupakan dosis fatal dan sebaliknya dosis 10mg pada anak-anak mungkin dapat menyebabkan kematian dan pada orang dewasa 1.5-2 gram. Perbedaan dalam dosis fatal ini, mungkin tergantung dari idiosinkrasi dan kepekaan seseorang. Scopolamine mungkin lebih toksik dari atropin. V. Pengobatan Untuk pengobatan sportif dapat dilakukan: 1. Terlebih dahulu tentukan pernapasan dan gejala vital yaitu takikardi, aritmia, hiperpireksia, hipertensi atau hipotensi. 2. Bila gejala-gejal intoksikasi berat dapat diberikan Phisostigmin salisilat dalam usaha untuk mengembalikan gejala keracunan sentral dan perifer. Phisostigmin dapat berbahaya pad penderita asma, insufisiensi koroner, ulkus peptikum, epilepsy atau destruksi gastrointestinal atau traktus urinarius. Dosis percobaan 0,5 gram pada orang dewasa dan remaja secara i.v atau I.m perlahan-lahan (3-5 menit) Bila tidak ada respon dalam 10 menit, diberikan dosis kedua 1-2 mg. dosis percobaan untuk anak-anak 50mg/kgBB dan 0,5 mg setiap 5 menit sampai diperoleh respon atau dosis kumulatif 2mg sudah dicapai. Bila terjadi gejala yang mengancam dosis 0.5-1.0 mg dapat diulangi. Masa kerja dari 1 dosis berkisa antara 50-60 menit, hingga dosis dapat diulangi beberapa kali, kalo ditemukan tanda-tanda intoksikasi. Phisostigmin dapat menghasilkan efek parasimpatomimetik yang toksik, bila diberikan dalam dosis yang berlebihan. Phenodiazini sekali-sekali jangan digunakan sebagai sedativa , karena mempunyai efek anti kolinergik yang jelas.

20

Untuk sedasi, anti ansietas, dan efek anti konvulsi dapat diberikan diazepam parenteral 5-10mg untuk dewasa, dan 0.04-0.2 mg/KgBB bagi anak-anak. Diazepam diberikan secara i.v secara perlahan. Kumbah lambung dilakukan segera sesudah racun masuk kedalam lambung, jaga keseimbangan cairan dan elektrolit.

B.

KERACUNAN SINGKONG Karena umbinya yang besar maka singkong jenis tertentu (singkong gendruwo) ditanam untuk diambil patinya. Jika singkong jenis ini dimakan dapat menyebabkan keracunan karena mengandung senyawa sianida. Gejala klinis Mual,muntah, diare, sakit perut, kepala pusing, sesak napas, badan lemah, mata melotot, mulut berbusa, kejang dan pingsan. Tindakan pencegahan Hindari mengkonsumsi makanan dari singkong yang mengandung senyawa sianida. Tindakan penanggulangan A. Tindakan gawat darurat (keracuanan akut melalui inhalasi): Pindahkan penderita keruangan yang tidak terkontaminasi. Berikan 1 ampul (0,2 ml) amil nitrit secara inhalasi setiap 5 menit dan hentikan jika tekanan darah sistoloik dibawah 80 mmHg. Berikan pernafasan buatan dengan oksigen 100%.

ANTIDOT: 1. Semua antidot terhadap keracunan sianida bersifat toksik, sehingga perlu dihindari penggunaan yang tidak tepat, terutama pada anak-anak.

21

2. Natrium nitrit Segera berikan larutan natrium nitrit 3% secara IV dengan kecepatan 2,5-5 ml/menit. Hentikan jika tekanan darah sistoloik dibawah 80 mmHg. 3. Natrium tiosulfat Setelah diberikan natrium nitrit, kemudian berikan larutan natrium tiosulfat 25% secara IV dengan kecepatan 2,5-5 ml/menit. 4. Dikolbalt edetat Jika tersedia, berikan 300-600 mgselama gejala keracunan sianida masih terlihat.

B. Tindakan gawat darurat (keracunan akut melalui mulut): Berikan 1 ampul amil nitrit melalui inhalasi tiap 5 menit. Pengurasan lambung dilakukan setelah pemberian antidot nitrit dan tiosulfat, untuk menjaga tekanan darah, berikan oksigen 100%. ANTIDOT Berikan antidot seperti keracunan sianida melalui inhalasi. Setelah pengurasan lambung, atasi gejala keracuanan yang lain. Komplikasi Asidosis metabolik

22

C.

KERACUNAN JENGKOL Diindonesia biji jengkol (pithecolobium lobatum), merupakan makanan yang tidak asing

lagi. Biji jengkol sering digunakan sebagai sayuran dalam kehidupan sehari-hari dan sering dimakan dalam keadaan mentah. Sebagian besar penduduk Indonesia tidak menyadari bahwa biji jengkol dapat menimbulkan keracunan dalam tubuh. Yang menyebabkan keracunan itu adalah asam jengkolat yang terkandung didalamanya. Asam jengkolat merupakan suatu asam amino yang mengandung belerang, dengan rumus kimanya sebagai berikut : S- CH2-CHNH2 CH2 S- CH2CHNH2 Asam jengkolat berhasil diisolasi dari biji jengkol oleh : Van Veen dan Hymen pada tahun 1933. Van Veen dan Hymen menyatakan bahwa timbulnya keracunan jengkol tergantung dari kerentanan tubuh seseorang terhadap asam jengkolat. Bila seseorang memakan jengkol, maka asam jengkolat akan diserap oleh usus dan kemudian masuk kedalam sirkulasi darah, dan dari peredaran darah asam jengkolat akan sampai ke ginjal untuk diekskresikan keluar dari tubuh. Pada orang yang rentan kristal asam kolat dapat bertumpuk didalam tubulus ginjal, ureter dan uretra. Kristal-kristal ini akan menyebabkan obstruksi pada saluran kemih, sehingga akan terjadi oliguri (jumlah urine kurang dari 400cc /400c /24jam, hingga dapat menyebabkan anuri yang dapat menimbulkan gagal ginjal akut. Keluhan umumnya timbul 4-12 jam sesudah memakan jengkol, dan keluhan tercepat terjadi dalam waktu 2 jam dan keluhan terlambat terjadi 36 jam sesudah makan jengkol.

23

Gejala Klinis Gejala-gejala yang timbul akibat keracunan jengkol adalah: Rasa sakit pada perut, kadang-kadang disertai muntah Serangan kolik dan nyeri waktu kencing volume air kemih berkurang dan dapat sampai anuria dan dapat sampai hematuria Nafas dan urin berbau jengkol Gejala yang paling sering adalah dijumapai infiltrat urine pada daerah penis dan scortum, yang meluas sampai ke daerah supra pubik dan regio inguinal

Laboratorium Pada pemeriksaan urine dengan mikroskop akan ditemukan hablur/kristal asam jengkolat berupa jarum runcing dan kadang-kadang bergumpal mmenjadi ikatan atau berupa roset. Hablur ini tidak selalu ditemukan pada urin anak dengan keracunan jengkol, karena hablur akan cepat menghilang bila urin disimpan. Disamping itu akan didapati kadar ureum meninggi terutama bila anuria.

Penatalaksanaan / Terapi

Bila gejala ringan yaitu : muntah, sakit perut, sakit pinggang saja tidak perlu penderita dirawat, nasehati agar banyak minum air putih dan berikan natrium bikarbonat peroral, agar urinnya meningkat hingga kristal asam jengkolat diekskresikan. Bila gejalanya berat seperti oliguria, hematuria, dan tidak minum. Pasien perlu dirawat dan diberi infus natrium bikarbonat dalam larutan dextrose 5%. Natrium bikarbonat untuk orang dewasa 2-5 meq/kgBB. Pemberian natrium bikarbonat untuk membuat urin menjadi alkalis(PH=8) dan bekerja untuk memetralisir kristal asam jengkolat yang terbentuk. Bila pada monitoring dijumpai kegagalan ginjal akut, maka penatalaksanaan gagal ginjal akut mutlak dilaksanakan.

24

Prinsip Penatalaksanaan 1. Konservatif a. Pemberian diuretika Diuretika yang diberikan pada penderita dengan kegagalan ginjal akut adalah furosemid dalam dosis tunggal 200mg i.v dalam waktu 20 menit. Bila terjadi diuresis maka tambahan diuretika tidak bermanfaat. b. Harus diperhatikan keseimbangan cairan dan harus dipertahankan cairan yaitu intake (masukan) sama dengan output (pengeluaran). c. Kontrol elektrolit Keseimbangan elektrolit dipertahankan dengan mengurangi intake kalium untuk mengatasi hiperkalemia. Kalsium glukonat diberikan untuk mengatasi

hiperfosfatemia. d. Berikan nutrisi yang baik Diet mengandung 40gram protein dengan nilai biologik tinggi misalnya telur dan daging dengan 3000 kalori, hingga dapat dicapai keseimbangan nitrogen positif.

2. Dialisis Bila terapi konservatif gagal dengna tidak tercapainya keseimbangan cairan dan elektrolit dan timbul uremia dengang kadar ureum darah lebih 100mg/dL atau kreatinin 8mg/dL maka dilaukakn dialysis. Prognosis Pada umumnya baik, walaupun ada juga penderita yang meninggal sebagai akibat gagal ginjal akut. Komplikasi Komplikasi yang dapat timbul akibat keracunan asam jengkolat adalah gagal ginjal akut, yaitu terjadi pengurangan yang tiba-tiba dari glomerolus filtration rate (GFR), disertai dengan perubahan kemampuan fungsional ginjal untuk mempertahankan ekresi air yang cukup untuk keseimbangan di dalam tubuh.

25

1. Oliguri sampai anuri Akibat oliguri maka terjadi penimbunan air didalam tubuh dan menyebabkan dekompensasi kordis udema paru. 2. Ekresi protein meninggi Dengan demikian kadar ureum, kreatinin dan asam urat meninggi 3. Gangguan ekresi elektrolit antara lain: a. Hiperkalemia, hingga timbul aritmia yang menyebabkan kematian b. Gangguan keseimbangan asam basa hingga timbul asidosis metabolic c. Kalium, fosfat, asam organic meninggi di dalam darah sedangkan kalsium, natrium klorida dan bikarbonat menurun dalam darah. Pencegahan 1. Jangan makan biji jengkol, tetapi cara ini sukar dilaksanakan mengingat tidak mudah mengubah kebiasaan makan seseorang 2. Merebus biji jengkol dengan natrium bikarbonat untuk menghilangkan asam jengkolat, tetapi cara ini masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui bagaimana perbandingan antara banyak biji jengkol dengannatrium bikarbonat dan lama merebusnya.

26

VI KESIMPULAN

Toksikologi merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan sumber, karakteristik dan kandungan racun, gejala dan tanda yang disebabkan racun, dosis fatal, periode fatal dan penatalaksanaan kasus keracunan. Keracunan makanan karena mengkonsumsi tumbuh-tumbuhan yang mengandung racun biasanya tidak menimbulkan akibat yang serius, tapi perlu juga untuk diketahui gejala yang timbul dan tindakan penagnggulangannya. Keracunan biasanya terjadi pada anak-anak karena tidak tahu atau tidak sengaja. Keracunan terjadi disebabkan oleh zat-zat yang terkandung dalam tumbuh-tumbuhan, antar lain bermacam-macam alkaloid, senyawa glikosida, resin, fitotoksin, oksalat dan senyawa sianida.

27

VII PENUTUP

Demikianlah penjelasan singkat tentang keracunan jamur dan tumbuhan toksik, dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa mendapat gambaran umum tentang penanganan pasien yang mengalami keracunan, sehingga pasien bisa mendapat pelayanan yang tepat dan baik.

28

DAFTAR PUSTAKA

Chadha, P, V, 1995, catatan kuliah ilmu forensik dan toksikologi edisi 5, jakarta: widya medika Syarief, nurbama, 2003, toksikologi II, medan: FK USU Sartono, 2002, racun dan keracunan, jakarta: widya medika

29

You might also like