You are on page 1of 5

MAKALAH ULUMUL HADITS

BAB I
PENDAHULUAN
A LATAR BELAKANG
Dengan adanya fungsi hadits terhadap Al-quran, menuntut kita untuk mengkaji secara jeli dan
tepat dalam menggali maksud yang tekandung di dalam alquran. Untuk mengetahui berbagai hal
yang berkaitan dengan kitab suci itu, dibutuhkan perhatian khusus, pencurahan penuh dan
pembahasan secara mendasar. oleh kerena itu dengan hadirnya makalah yanag kami susun ini
diharapkan para pembaca dapat memahami lebih jauh tentang fungsi hadits terhadap Al-quran
agar kita dapat menerapkan dalam kehidupan beragama.
B RUMUSAN MASALAH
A Fungsi Hadits Terhadap Al-Quran
B Kedudukan dan Fungsi Hadts
C Kedudukan Hadist Terhadap Al Quran
D Fungsi Perbandingan Hadits dengan Al-Quran
C TUJUAN PEMBELAJARAN
Maksud dan tujuan kami dalam penyusunan makalah ini adalah untuk mempermudah
mentafsirkan ayat al-quran dalam amalan manusia, dalam situasi dan kondisi tertentu. Artinya
kita sebagai umat muslim harus mengetahui tujuan dan fungsi hadits terhadap al-quran.




BAB II
FUNGSI HADITS TERHADAP AL-QURAN


A KEDUDUKAN DAN PUNGSI HADTS
Kedudukan hadits dalam ajaran Islam menempati posisi yang sangat strategis. Hal itu terjadi
karena Hadits menjadi sumber hukum kedua setelah al-Quran. Baik al-Quran maupun hadits
merupakan wahyu, hanya saja yang pertama wahyu mathluw sedang yang kedua wahy ghair
mathluw. Posisi hadits seperti ini tidak hanya dijelaskan oleh Nabi saw. bahkan juga oleh Allah
swt.
Hadits nabi SAW. Merupakan penafsiran al-quran dalam praktik atau penerapan ajaran islam
secara factual dan ideal. Demikian ini mengingat bahwa pribadi rasulullah merupakan
perwujudan dari al-quran yang ditafsirkan untuk manusia, serta ajaran islam yang dijabarkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam beberapa tempat, penjelasan-penjelasan yang diisyaratkan oleh ayat-ayat al-quran hanya
bersifat mujmal umum atau mutlak misalnya tentang perintah shalat yang diungkapkan secara
mujmal, tidak menerangkan bilangan rakaat, tidak menerangkan cara-caranya maupun syarat
rukunnya.
Banyak hhukum-hukum dalam al-quran yang diantaranya sulit dipahami dan dijalankan bila
tidak diperoleh penjelasan yang diperoleh dari hadits nabi SAW. Oleh sebab itu para sahabat
yang tidak memahami al-quran perlu kembali kepada rasullullah untuk memperoleh penjelasan
yang diperlukan tentang ayat-ayat alquran.
Dengan demikian, maka hadits nabi SAW. Berkedudukan sebagai sumber hokum islam yang
kedua setelah alquran. Hal ini sesuai dengan firman Allah :
.4`4 N7>-47 NOcO- +7ONC 4`4
7Og4+ +Ou44 W-O_4^ _
Apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka
tinggalkanlah
(QS.alhasyir)
Allah memerintahkan kita untuk menaati rasul sebagaimana menaati Allah SWT.
B KEDUDUKAN HADIST TERHADAP AL QURAN
Mempunyai empat fungsi pokok yaitu :
1. Memperkuat dan menetapkan hukum-hukum yang tidak ditentukan dalam al quran(bayan
taqrir) seperti :
W-O+:g[4;_ w;_jO- =}g`
^}u- W-O+:g[4;_-4 [O~
jOO- ^@
Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta.
&nbs_;nbsp; Sehubungan dengan ayat ini Rasulullah SAW. Bersabda;
: . :
: ) (
Perhatikanlah ,akan aku beri tahukan kepadamu sebesar-besarnya dosa besar,sahut kami,baiklah
,rasulullah.Beliau bersabda,menyekutukan Allah dan kedua orang tua.saat itu rasulullah sedang
bersandar,lalu beliau bersabdaawas berkata dusta
(HR.bukhari dan muslim)
2. Memberikan penafsiran tentang ayat-ayat yang bersifat mujmal dan bersifat mutlak(bayan
tafsir). Seperti contoh: dalam alquran perintah shalat hanya disebutkan dengan:
g~ E_OUO- gO7). +;O=-
_O) -=OEN ^O-- 4p-47O~4
@O;E^- W Ep) 4p-47O~ @O;E^-
]~E -41Og;4`^_g
Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan
(dirikanlah pula shalat) subuh[865]. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh
malaikat).ayat Ini menerangkan waktu-waktu shalat yang lima. tergelincir matahari untuk waktu
shalat Zhuhur dan Ashar, gelap malam untuk waktu Magrib dan Isya
Bagaimana cara pelaksanaannya ,kapan waktunya yang tepat shalat Itu harus dilakukan
dan sebagainya tidak terdapat keterangan di dalam alquran. Maka datanglah rasulullah
memberikan penjelasan, mula-mula beliau secara langsung memberikan contoh secara praktis
berupa filiyah cara shalat yang dimaksudkan, kemudian beliau bersabda :

Shalatlah kamu sekalian sebagaimana kamu melihat aku melakukan shalat.
3. Menetapkan hukum aturan-aturan yagn tidak didapati di dalam al-quran (bayan naskhi),
misalnya di dalam masalah pernikahan. Allah menghalalkan persetubuhan dengan cara menikah
dan mengharamkannya lantaran zina. Maka bagaimanakah persetubuhan itu terjadi setelah nikah
yang menyalahi syara ? maka rasulullah bersabda :

siapa saja yang menikah tanpa izin walinya maka nikahnya batal, maka kalau sudah terjadi
persetubuhan sengannya maka dia berhak menerima lantaran persetujuan itu
Rasulullah melarang perkawinan antara laki-laki dengan perempuan yang sepersusuan karena
mereka dianggap senasab.
Begitu pula nabi melarang poligami antara perempuan dengan bibinya, dengan sabdanya :

tidak boleh dikumpulkan antara seorang perempuan dengan saudara bapaknya dan seorang
perempuan denga saudara ibunya
4. Dasar tasyri (syari'at Islam) tidaklah asing bagi kaum muslimin dan tidak diragukan lagi
bahwa As-Sunnah merupakan salah satu sumber hukum Islam disamping Al-Qur'an dan dia
mempunyai cabang-cabang yang sangat luas, hal ini disebabkan karena Al-Qur'an kebanyakan
hanya mencantumkan kaidah-kaidah yang bersifat umum serta hukum-hukum yang sifatnya
global yang mana penjelasannya didapatkan dalam As-Sunnah An-Nabawiyah.
Oleh karena itu As-Sunnah mesti dijadikan landasan dan rujukan serta diberikan inayah
(perhatian) yang sepantasnya untuk digali hukum-hukum yang terkandung di dalamnya. Dan
pembahasan tentang sunnah Nabi Shallallhu alaihi wa sallam merupakan hal yang sangat penting
dalam pembentukan fikrah islamiyah serta upaya untuk mengenal salah satu mashdar syari'at
Islam, apalagi As-Sunnah sejak dulu selalu menjadi sasaran dari serangan-serangan firqah yang
menyimpang dari manhaj yang haq, yang bertujuan untuk memalingkan ummat Islam dari
manhaj Nabawi dan menjadikan mereka ragu terhadap As-Sunnah.
Dalil yang menetapkan tentang kedudukan hadits sebagai dasar tasyri sangat banyak baik
berdasarkan Al-Qur'an, hadits itu sendiri maupun ijma (kesepakatan) para sahabat diantaranya;
C FUNGSI PERBANDINGAN HADITS DENGAN AL-QURAN
Sunnah atau hadits dalam islam merupakan sumber hukum kedua dan kedudukannya setingkat
lebih rendah daripada al-quan.
Al-quran adalah kalamullah yang diwahyukan oleh Allah kepada Nabi Muahammad
Saw.lewat malaikat jibril secara lengkap berupa lafaz dan sanadnya sekaligus, sedangkan lafaz
hadits bukanlah dari Allah melainkan dari redaksi nabi sendiri.
Dari segi kekuatan dallahnya , alquran adalah mutawattir yang qatI, sedangkan hadits
kebanyakan khobar ahad yang hanya memiliki dhalalah dzanni.
Para sahabat mengumpulkan al-quran dalam mushaf dan menyampaikan kepada umat dengan
keadaan aslinya, satu huruf pun tidak berubah atau hilang, sedangkan hadits tidak demikian
keadaannya.







BAB III
PENUTUP
A KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah kami uraikan sebelumnya, kami dapat memetik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
Kedudukan hadits dalam ajaran Islam menempati posisi yang sangat strategis.
Hadits menjadi sumber hukum kedua setelah al-Quran.
1) Memperkuat dan menetapkan hukum-hukum yang tidak ditentukan dalam al quran(bayan
taqrir),
2) Memberikan penafsiran tentang ayat-ayat yang bersifat mujmal dan bersifat mutlak(bayan
tafsir),
3) Menetapkan hukum aturan-aturan yagn tidak didapati di dalam al-quran (bayan naskhi),
4) Dasar tasyri (syari'at Islam).
Al-quran adalah kalamullah yang diwahyukan oleh Allah kepada Nabi Muahammad
Saw.lewat malaikat jibril secara lengkap berupa lafaz dan sanadnya sekaligus, sedangkan lafaz
hadits bukanlah dari Allah melainkan dari redaksi nabi sendiri.
B SARAN
Mengingat manusia tidak luput dari kesalahan, makalah yang kami susun inipun masih banyak
kesalahan dan kekeliruan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dari masyarakat pembaca
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Kepada Dosen pengajar diharapkan bimbingan lebih untuk mengingatkan mutu dan kwalitas
mahasiswa PAI pada khususnya didalam mengembangkan ilmutafsir demi terwujudnya hubungan
mahasiswa dengan masyarakat.





DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Muhammad,Drs,H, Ulumul Hadits, CV Pustaka Setia, Bandung. 2000
Suparta, Munzier, Ilmu Hadist, Jakarta: PT. Raja Grafindo, persada. 2002

You might also like