You are on page 1of 1

Colonic volvulus Volvulus atau torsio, dapat terjadi di letak manapun pada traktus gastrointestinal.

Namun paling umum terjadi pada daerah caecum , sertacolon sigmoid. Pasien dengan cecal volvulus biasa terjadi saat usia 60 tahunan dan dan banyak terjadi pada pasien dengan underlying disease atau kelainan bawaan yang menyebabkan terjadinya peningkatan mobilitas ceucal. Gambarannya mirip dengan SBO; caecum bisa terpulintir (torsion) secara axial atau membentuk cekungan dengan arah anterior cephalad?, yang disebut dengan cecal bascule. Abdominal radiographs menunjukkan dilatasi menyeleruh, jidney-shaped caecum menyebar ke arah left upper quadrant atau epigastrium. Pengobatan utama untuk ini adalah operasi, karena cecopexy biasanya dibutuhkan untuk mencegah rekurensi. Terdapat laporan dari reduksi cecal volvulus yang berhasil dengan colonoscopy; namun resiko perforasi dengan metode ini tinggi. Namun, sigmoid volvulus mampu untuk mempengaruhi usus yang terdahulu, more debilated patient?, biasanya the instutionalized? Dan mereka dengan gangguan psikiatrik yang menyertai. Gejalanya sama dengan SBO, walaupun muntah jarang terjadi. Diagnosis ditegakkan berdasarkan foto polos abdomen, yang mampu melihat adanya ahaustral sigoid dengan a tapered end pointing toward the right upper quadrant (bent inner tube)??. Pada kasus lainnya, watersoluble atau barium enema dapat dilakukan untuk memastikan diagnosis; tindakan ini mampu menemukan adanya volvulus hingga 5% pada pasien dewasa. Dibandingkan dengan penyebab lain dari bowel obstruction, pengobatan yang penting untuk sigmoid volvulus adalah tindakan nonsurgical dengan reduksi proctosigmoidoscopy . sebuah sigmoidoscope yang bersifat flexible atau rigid dimasukkan ke dalam rectum hingga gambaran lumen spiral terlihat, hal itu merupakan indikasi adanya volvulus. Bersamaan dengan masuknya scope, colon sigmoid secara perlahan diluruskan(dikembalikan ke bentuk semula) hingga torsio secara optimal dapat direduksi; hal ini biasanya disertai dengan pasase kotoran dan flatus. Ada kontroversi yaitu apakah prosedur ini mampu digunakan secara aman apabila terdapat iskemia pada mukosa; 1 faktor yang mempengaruhi adalah tindakan endoscopy pada kondisi iskemia adalah perdiktor yang tidak akurat dalam mengetahui dalamnya ischemic injury pada dinding colon. Beberapa endoscopist meninggalkan rectal tube di baliknya untuk mengurangi resiko rekurensi; namun kegunaan dari hal ini masih belum secara resmi diberitakan. Dari semuanya dapat disimpulkan reduksi endiscopy berhasil pada 60-95 % kasus. Resiko rekurensi antara 40-60%, yang menganjurkan reseksi sigmoid untuk terapi definitive. Mortalty rates berdasarkan adanya gangrene adalah 25-80%

You might also like