You are on page 1of 9

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB II PEMBAHASAN A. Masalah-Masalah Infertil 1. Masalah air mani 2. Masalah vagina 3. Masalah Serviks 4. Masalah uterus 5. Masalah Tuba 6. Masalah Ovarium 7. Masalah Peritonium B. Asuhan Kebidanan pada Fertilitas C. Manfaat BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Dalam sterilitas adalah istilah yang dipergunakian bagi seseorang yang mutlak tidak mungkin mendapat keturunan misalnya wanita dengan aplasia genetalis adalah pria tanpa testis Infertilitas menyatakan kesuburan yang berkurang . suatu pasangan disebut infertil kalau sang istri tidak hamil salam waktu 1 (satu) tahun setelah kawin tanpa mempraktekkan kontrasepsi (disengaja). Kenyataan idiopatik pada tahap klinik ini dapat dipertegas lagi dengan serangkaian uji imunologik dan uji fertilisasi in vitro (FIV) atau uji fertilisasi in vivo (secara tagit) jika dengan cara terakhir tetap gagal dan analisa sitogenetik dari gamet yang gagal difertilisasi atau sigot yang gagal berkembang menunjukkan hasil yang normal, maka keadaan inilah yang dapat dikatakan sebagai keadaan idiopatik yang sesungguhnya. Infertilisasi adalah ketidakmampuan pasangan suami istri untuk

menghasilkan kehamilan atau untuk membawa kehamilan sampai cukup bulan setelah 12 bulan atau lebih, dan melakukan senggama teratur tanpa menggunakan kontrasepsi. Dan pada kebanyakan kasus, wanitalah yang pertama kali menghubungi tenaga kesehatan, pada kunjungan itu dokter harus mendapatkan informasi tentang riwayat penyakit dan operasi di masa lalu, riwayat menstruasi wanita tersebut, dan perilaku seksual pasangan yang meliputi frekuensi hubungan seksual.

A. Asuhan Kebidanan pada Infertilitas a. Menganjurkan ibu untuk makan makanan bergizi b. Menganjurkan insemnia donor 65% wanita bisa hamil c. Menganjurkan mikro injeksi d. Menganjurkan melakukan hubungan seks sesering mungkin terutama pada saat ovulasi. B. Manfaat a. Makanan yang bergizi membuat organ reproduksi subur yang emungkinkan terjadinya kehamilan b. Menganjurkan melakukan inseminasi karena dianggap dengan melakukan inseminasi 65% wanita itu bisa hamil c. Mengajurkan mikro injeksi d. Menganjurkan hubungan seks sesering mungkin terutama pada saat ovulasi karena pada saat ovulasi itu dapat mudah terjadi pembuahan sehingga memungkinkan seorang wanita itu menjadi hamil.

BAB II PEBAHASAN

A. Masalah-Masalah Infertilitas 1. Masalah Air Mani a. Dirinjau dari volumenya, setelah abstinensi selama 3 hari, volume air mani berkisar antara 2,0 50 ml, volume kurang dari 1 ml atau lebih dari ml biasanya disertai kadar spermatozoa. b. Ditinjau dari Phnya, air mani yang baru diejakulasi Phnya berkisar antara 7,3 7,7 yang bila dibiarkan lebih lama akan meningkat karena penguapan CO2nya, apabila PH lebih dari 8, hal itu mungkin disebabkan peradangan mendadak kelenjar atau saluran genikal sedangkan PH yang kurang dari 7,2 mungkin disebabkan oleh peradangan menahun kelenjar tersebut, sekret kelenjar prostat Phnya lebih rendah dari 7 c. Dilihat dari fruktosanya, fruktosa air mani adalah hasil vesikula saninalis yang menunjukkan adanya rangsangan androgen, fruktosa terdapat pada semua air mani kecuali pada Azoospermia karena tidak terbentuknya kedua vasdeferes, airmaninya tidak berkoagulasi, segera setelah ejakulasi karena vesikula seminalnya pun tidak terbentuk. Kedua duktus ejakulatoriasnya tertutup Keadaan luar biasa dari ejakulasi retrograd, dimana sebagian kecil ejakulat yang tidak mengandung spermatozoa sempat keluar. 2. Masalah Vagina Kemampuan menyampaikan vagina air mani ke dalam vagina sekitar serviks perlu untuk fertilitas, masalah vagina yang dapat menghambat penyampaian ini adalah adanya sumbatan atau peradangan.

Trikomonas vaginalis hebat dapat merupakan masalah, bukan karena antispermisidalnya, melainkan antisanggamanya, karena akan menghambat spermatozoa. 3. Masalah Serviks Sims pada tahun 1868 adalah orang pertama yang menghubungkan serviks dan infertilitas, serviks biasanya mengarah ke bawah belakang, sehingga berhadapan langsung dengan dinding belakang vagina. Kedudukannya yang demikian itu memungkinkannya tergenang dalam air mani yang disampaikan pada forniks posterior. Infertilitas yang berhubungan dengan faktor serviks dapat disebabkan oleh sumbatan kanalis servikalis lendir serviks yang abnormal, malposisi dari serviks atau kombinasinya. Terdapat berbagai kelainan anatomi serviks yang dapat berperan dalam infertilitas, yaitu cacat bawaan (atresia) folip serviks stenosis akibat trauma paradangan (servisitis menahun), sinekia (biasanya bersama dengan sinekia intra uterin) setelah konisasi, dan inseminasi yang tidak adekuat. 4. Masalah Uterus Pada manusia, oksitosin tidak berpengaruh terhadap uterus yang tidak hamil akan tetapi prostaglandin dalam air mani dapat membuat uterus berkontraksi secara ritmik, ternyata prostaglandinlah yang memegang peranan penting dalam transportasi spermatozoa ke dalam uterus dan melewati penyempitan pada batas uterus dengan tuba itu. Ternyata pula uterus sangat sensitif terhadap prostaglandin pada akhir fase proliferasi dan permulaan fase sekresi. Dengan demikian kurangnya prostaglandin dalam air mani dapat merupakan masalah infertilitas. Masalah lain yang dapat mengganggu transportasi spermatozoa melalui uterus ialah distorsi kavum uteri karena sinekia, mioma atau polip peradangan endometrium dan gangguan kontraksi uterus. Kelainan-kelainan tersebut dapat

mengganggu dalam hal implantasi pertumbuhan intrauterin dan nutrisi serta oksigenisasi janin. 5. Masalah Tuba Frekuensi faktor tuba dalam infertilitas sangat bergantung pada populasi yang diselidiki, peranan faktor tuba yang masuk akal ialah 25 50 %. Dengan demikian, dapat dikatakan faktor tuba paling sering ditemukan dalam masalah infertilitas. Oleh karena itulah penilaian patensi tuba dianggap sebagai salah satu pemeriksaan terpenting dalam pengelolaan infertilitas. Pertubasi atau uji rubin, bertujuan memeriksa patensi tuba dengan jalan meniupkan gas CO2 melalui kanula atau kateter foley yang dipasang pada kanalis servikalis, apabila kanalis servikeateri dan salah satu atau kedua tubanya paten maka gas akan mengalir bebas ke dalam kavam peritonei patensi tuba akan dinilai dari catatan tekanan aliran gas sewaktu dilakukan peniupan. Insaflator apapun yang dipakai kalau tekanan gasnya naik dan bertahan sampai 200 mmHg salah satu atau kedua tubanya pastilah paten. Tanda lain yang menyokong patensi tuba ialah terdengarnya pada auskultrasi suprasinafisi tiupan gas masuk ke dalam kavum peritonel seperti bunyi jet atau nyeri bahu segera setelah pasien dipersilahkan duduk sehabis pemeriksaan akibat terjadinya pengumpuan gas di bawah diafragma. 6. Masalah Ovarium Deteksi ovulasi merupakan bagian integral pemeriksaan infertilitas karena kehamilan tidak mungkin terjadi tanpa ovulasi, ovulasi yang jarangpun dapat menyebabkan infertilitas. Siklus haid yang tidak teratur, dengn lama haid yang tidak sama sangat mungkin disebabkan oleh anovulasi amenore hampir selalu disertai kegagalan ovulasi.

Ovulasi kadang-kadang ditandai oleh nyeri perut bawah kiri atau kanan pada kira-kira pertengahan siklus haid ini dianggap sebagai tanda ovulasi yang telah dibuktikan kebenarannya oleh Wharton dan Henriksen dengan jalan laparotomi. Saat-saat ovulasi kadang-kadang disertai keputihan akibat

pengeluaran lendir serviks berlebihan, dan kadang-kadang disertai pulan oleh perdarahan sedikit ketegangan jiwa atau nyeri payudara prahaid seringkali terjadi pada siklus haid yang berovulasi. 7. Masalah Peritonium Laparoskopi diasnoktik telah menjadi bagian integral terakhir pengelolaan infertilitas atau memeriksa masalah peritonium pada umumnya untuk

mendiagnosis kelainan yang samar, khususnya pada istri pasangan infertil yang berumur 30 tahun lebih yang telah mengalami infertilitas selama tiga tahun lebih.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Penanganan pasangan infertil sebagai satu kesatuan biologik perlu dilakukan secara menyeluruh dan sistematik, pemeriksaan yang cermat harus mencakup analisis hormonal dari keadaan ovulasi, karena sering hiperprolaktimea dijumpai sebagai penyebab gangguan ovulasi dan gangguan kematangan endometrium.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Baziad, T.Z. Jacoeb dkk, 1993. Endokrinologi Ginekologi. Edisi I Hanifa Winknjosastro. 2005. Ilmu Kandungan. Edisi ke II

You might also like