Professional Documents
Culture Documents
+
................................................................. (3.9)
Dimana :
X
a
= jarak perlindungan antara proyeksi perlindungan petir pada bidang dan
batasan dari daerah perlindungan (m)
57
H = ketinggian batas perlindungan (m)
r
s
= jarak sambaran (m)
Kemungkinan besaran arus kurang atau sama dengan 1 dari harga yang di dapat
pada persamaan (3.9.) dan dihitung kemungkinan dari arus I (kA) untuk melebihi
dapat di tuliskan :
P
1
=
2
25
1
1
1
,
_
+
........................................................................ (3.10)
Setelah mendapat harga-harga PI dapat di ketahui kemungkinan arus lebih kecil
atau sama dengan I yang menghasilkan satu kegagalan.
P
IF
= (1 PI ) .......................................................................... (3.11)
Dimana :
PIF = kemungkinan arus lebih kecil dari I ( kA).
PI = kemungkinan melebihi arus I ( kA).
2. Sambaran Yang Diharapkan Pertahun
Untuk menghitung resiko kegagalan perlindungan jumlah sambaran yang
diharapkan akan terjadi pada suatu daerah, perlu diketahui lebih dahulu jumlah
sambaran petir (No), dan persamaan kenaikan pada permukaan yang seperti diberikan
pada persamaan rumus sebagai berikut :
S = a . b + 4 . h . ( a + b ) + 4 . h2 .......................................... (3.12)
Dimana :
a = ukuran lebar pada puncak bangunan (m)
b = ukuran panjang puncak bangunan (m)
h = ketinggian bangunan (m)
Hasil perkalian persamaan (3.12) dengan jumlah sambaran petir (No) dapat
58
ditentukan sambaran yang diharapkan dan dapat dinyatakan sebagai berikut:
N
L
= S . No ............................................................................. (3.13)
Dimana :
N
L
= sambaran yang diharapkan pertahun (sambaran tahunan)
S = penarikan sambaran pada permukaan (m2)
No = jumlah sambaran petir (sambaran tahunan / km2)
Resiko kegagaln perlindungan dari perkalian hasil persamaan (3.11) dan
persamaan (3.12) dapat di ketahui dan dicari nilai resiko kegagalan perlindungan.
Hasil ini dapat dibandingkan untuk setiap tahunnya, seperti diberikan pada
persamaan berikut :
P
fr
= P
IF
. N
L
............................................................................. (3.14)
Dimana :
P
fr
= resiko kegagalan perlindungan
P
IF
= kemungkinan arus lebih kecil dari I (kA)
N
L
= sambaran yang diharapkan pertahun (sambaran tahunan).
L. PT. Filtrona indonesia
Jenis bangunan ini dapat di golongkan pada indeks A dengan nilai 3 dimana
bangunan berisi banyak orang dan berisi cukup penting seperti pada katagori
perkantoran, pabrik gedung atau instansi pemerintahan, menara antenna komunikasi
data, hotel, apartemen. Konstriksi dari bangunannya ini dapat di golongkan ke dalam
indeks katagori B dengan nilai 2 dimana bangunan terbuat dari konstruksi beton
bertulang (rangka dari besi dan atap dari logam). Untuk ketinggian bangunan ini terdiri
dari 2 lantai dengan ketinggian 7 meter lantai dan terdapat . Situasi dan kondisi berdiri
di atas tanah datar dan dapat di golongkan pada indeks D dengan nilai 0. Hari guruh di
Indonesia pertahun menurut BMG untuk daerah Surabay adalah 100 hari pertahun,
59
sehingga dapat di golongkan pada indeks E dengan nilai 6. Berdasarkan indeks-indeks
di atas, maka perkiraan bahaya akibat sambaran petir dapat di hitung dengan
menjumlahkan indeks dan nilai dari indeks adalah dengan :
R = A + B + C + D + E
= 3 + 2 + 8 + 0 + 6 = 19
Berdasarkan pada table, nilai R (perkiraan bahaya) yang besar sehingga
pengamanan gedung ini dibuatkan installasi penangkal Petir sangat di anjurkan.
Installasi penangkal petir harus dapat melindungi semua bagian dari komponen
bangunan termasuk manusia yang ada di dalamnya terhadap bahaya dari kerusakan dan
kematian akibat dari sambaran petir.
A. PT. Filtrona indonesia
Luas bngunan PT Filtrona Indonesia Jl. Brebek Industri I No. 18-20
Sidoarjo 61256 adalah 10.070 m
2.
. Dengan jenis bangunan ini dapat di golongkan
pada indeks A dengan nilai 3 dimana bangunan berisi banyak orang dan berisi cukup
penting seperti pada katagori perkantoran, pabrik gedung atau instansi pemerintahan,
menara antenna komunikasi data, hotel, apartemen. Konstriksi dari bangunannya ini
dapat di golongkan ke dalam indeks katagori B dengan nilai 2 dimana bangunan terbuat
dari konstruksi beton bertulang (rangka dari besi dan atap dari logam). Untuk ketinggian
bangunan ini terdiri dari 2 lantai dengan ketinggian 7 meter lantai dan terdapat . Situasi
dan kondisi berdiri di atas tanah datar dan dapat di golongkan pada indeks D dengan
nilai 0. Hari guruh di Indonesia pertahun menurut BMG untuk daerah Surabay adalah
100 hari pertahun, sehingga dapat di golongkan pada indeks E dengan nilai 6.
Berdasarkan indeks-indeks di atas, maka perkiraan bahaya akibat sambaran petir dapat
di hitung dengan menjumlahkan indeks dan nilai dari indeks adalah dengan :
R = A + B + C + D + E
60
= 3 + 2 + 8 + 0 + 6 = 19
Berdasarkan pada table, nilai R (perkiraan bahaya) yang besar sehingga
pengamanan gedung ini dibuatkan installasi penangkal Petir sangat di anjurkan.
Installasi penangkal petir harus dapat melindungi semua bagian dari komponen
bangunan termasuk manusia yang ada di dalamnya terhadap bahaya dari kerusakan dan
kematian akibat dari sambaran petir.
B. Parameter Petir
Parameter petir menyatakan karateristik atau penggambaran petir itu sendiri.
Parameter-parameter petir cukup banyak, terutama yang berkaitan dengan usaha-
usaha proteksi petir. Selain itu, parameter petir ini juga berguna dalam studi efek
perusakan akibat sambaran petir dan kemungkinan pemanfaatannya. Parameter-
parameter tersebut antara lain adalah kerapatan sambaran (N
L
) dan arus puncak
(Imax).
1. Kerapatan Sambaran Petir (N
L
)
Parameter ini menyatakan banyaknya aktifitas aktifitas sambaran petir ke
bumi dalam rentang waktu satu tahun. Jumlah sambaran kilat itu sebanding
dengan jumlah hari guruh per tahun atau biasa disebut Iso Keraunic Level (IKL).
Menurut T.S. Hutahuruk (1989:160) jumlah sambaran kilat N
L
dapat diperoleh
dengan persamaan 2.1.
N
L
= 0,015 IKL (b + 4 h
1,09
) sambaran per 100 km per tahun2.1
Keterangan :
N
L
= jumlah sambaran petir
IKL = jumlah hari guruh per tahun
b = jarak antar kawat
61
h = tinggi gedung
2. Arus Puncak (I
max
)
Parameter arus puncak ini menentukan jumlah arus maksimal petir yang
menyambar gedung atau menara. Arus puncak ini juga dapat menentukan jarak
sambaran petir (striking distance) yang dinyatakan dengan persamaan 2.2 dan
2.3.
S = 8,0 . I
0,65
( meter).2.2
I
max
= ( )
0.65
2.3
keterangan I
max
dalam kA. (T.S. Hutahuruk : 147)