You are on page 1of 9

BAB.

2 PEMBAHASAN Berdasarkan skripsi yang berjudul Hubungan Merokok Dengan Kejadian Penyakit Tuberculosis (TBC) di Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember, model penyelesaian masalah kesehatan komunitas yang kami anggap sesuai adalah precede and proceed model. Dalam model ini terdapat beberapa poin yang menjadi kajiannya, antara lain: sosial assessment, epidemiological assessment, behavioral and environmental assessment, educational and ecological assessment, administrative and policy assessment, implementation, process evaluation, impact evaluation, impact evaluation, outcome evaluation.

1.

Sosial assessment Pengkajian social mengkaji mengenai pandangan social mengenai suatu

masalah dalam komunitas tersebut, bagaimana komunitas memandang suatu masalah tersebut, karena setiap komunitas akan berbeda dalam mengartikan sesuatu. Kecamatan Pakusari merupakan salah satu kecamatan yang memiliki jumlah penderita TBC kedua terbesar dari 31 kecamatan di Kabupaten Jember yaitu sebesar 85 penderita. Kecamatan Pakusari merupakan penghasil tembakau yang cukup tinggi yaitu sebesar 435,83 ton tembakau tiap tahunnya. Tingginya hasil dan banyaknya petani tembakau berdampak pada banyaknya perokok di kecamatan ini, bagi petani dan para buruh, sampel tembakau dijadikan sebagai uji coba atau tester untuk mengetahui kualitas produksi tembakau yang dihasilkan sehingga berdampak pada tingginya konsumsi rokok bagi petani dan buruh. Banyak orang memulai merokok sebagai wujud kemandirian dan kebanggaan. Seorang mencoba merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Dan sebagian besar penderita TBC mempunyai riwayat kebiasaan merokok. Dalam kajian sosial ini, Sebagian besar perokok yang menderita TBC adalah lakilaki usia produktif (31-40 tahun) yang berprofesi sebagai petani. Adanya perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan yang mengkonsumsi rokok dikarenakan masih berkembangnya anggapan pada masyarakat setempat bahwa apabila laki-laki merokok adalah wajar, sedangkan apabila perempuan merokok dianggap sebagai wanita yang tidak baik. Oleh karena itu, di daerah tersebut yang mengkonsumsi rokok mayoritas adalah laki-laki. Selain itu, pada daerah tersebut, penderita TBC paling banyak berada pada kelompok umur 31-40 tahun atau tergolong usia dewasa tengah yang cenderung memiliki perilaku kesehatan dan gaya hidup yang buruk, serta kurang dalam memperhatikan lingkungannya.

2. Epidemiologi
5

Sebagian besar penduduk yang merokok adalah mengkonsumsi rokok jenis kretek. Rokok kretek mengandung tembakau 60-70% lebih banyak daripada rokok filter. Hal ini berakibat kandungan zat kimia yang terkandung dalam tembakau seperti nikotin dan tar juga semakin banyak sehingga resiko untuk terhirup disaluran pernafasan juga semakin besar. Selain itu, rokok kretek tidak memiliki filter seperti halnya rokok filter sehingga kandungan zat kimia di atas dapat langsung masuk ke dalam saluran pernafasan tanpa adanya penyaringan. Hal inilah yang menyebabkan perokok kretek memiliki resiko lebih besar untuk menderita TBC daripada rokok filter. Selain itu, penularan penyakit TBC juga dapat terjadi dengan kontak langsung dengan penderita, serta keadaan lingkungan yang buruk 3. Perilaku dan lingkungan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Kecamatan Pakusari, bahwa sebagian besar yang merokok adalah berprofesi sebagai petani dan buruh tani. Petani mengaku mendapat ajakan dari teman sesama petani untuk merokok bersama di sawah tempat bekerja, akibatnya kebiasaan merokok menjadi sebuah kebiasaan dikalangan hampir semua petani dan buruh tani di Kecamatan Pakusari. Selain itu sebagian besar petani dan buruh tani selalu menggarap sawahnya dengan tanaman tembakau sekali dalam setahunnya dalam musim kemarau dan disaat panen tembakau para petani dan buruh tani menguji kualitas tembakau dengan merokok hasil tembakau. 4. Status pendidikan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Kecamatan Pakusari, tidak dicantumkan tentang tingkat pendidikannya, yang ada hanyalah karakteristik responden menurut pekerjaan yang digolongkan menjadi 8 golongan pekerjaan yaitu petani, buruh tani, wirswasta, sopir, mekanikbengkel, pedagang, mahasiswa dan tidak bekerja. Dari 8 golongan pekerjaan presentase tertinggi adalah petani. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat pakusari tergolong rendah.
6

5. Kebijakan pemerintah setempat Besarnya angka kejadian TBC pada masyarakat yang merokok di Kecamatan Pakusari salah satunya dipengaruhi oleh tidak adanya peraturan dari pemerintah setempat untuk tidak merokok. Padahal apabila dikaji kembali, pemerintah daerah telah mengeluarkan peraturan daerah No.2 tahun 2005 (pasal 13 ayat 1) tentang pengendalian pencemaran udara dan peraturan gubernur No.75 tahun 2005 tentang kawasan dilarang merokok. Langkah ini diambil untuk mengurangi jumlah perokok baik aktif maupun pasif, dengan tidak merokok disembarang tempat dan menyediakan ruangan khusus bagi perokok. Kebijakan ini dinilai cukup efektif untuk mengurangi prevalensi TBC akibat rokok apabila pemerintah setempat dapat menerapkannya pada masyarakat di Kecamatan Pakusari. 6. Promosi Kesehatan Salah satu peran perawat dalam keperawatan komunitas adalah peran sebagai pelaksana kesehatan yaitu seluruh kegiatan upaya pelayanan kesehatan masyarakat dan puskesmas dalam mencapai tujuan kesehatan melalui kerjasama dengan tim kesehatan lainnya sehingga tercapai keterpaduan dalam sistem pelayanan kesehatan. Upaya promotif berupa peningkatan perilaku hidup bersih sehat (PHBS) dengan tidak merokok, melaksanakan program diet merokok bagi perokok dengan memberikan asuhan keperawatan seperti home care. Dengan demikian masyarakat tidak hanya tahu mengenai bahaya merokok, akan tetapi perilaku merokoknya terus dikontrol secara teratur dengan mengembangkan kesadaran masyarakat untuk tidak dan berhenti merokok.

7. Proses evaluasi

Pengambilan data dibedakan berdasarkan kasus dan kontrol. Pengambilan data kasus adalah penderita TBC yang terdaftar di Puskesmas Kecamatan Pakusari yang tersebar di tujuh desa, sehingga jumlah kasus penderita TBC sebesar 44 responden. Sedangkan pengambilan data kontrol adalah bukan penderita TBC yang juga tersebar di tujuh desa di Kecamatan Pakusari, dengan jumlah kontrol yang diambil sebesar 37 responden. 8. Hasil evaluasi Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan hasil ada hubungan antara merokok dengan kejadian penyakit TBC di Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember. Serta diperoleh nilai OR sebesar 2,836 hal ini berarti seseorang yang merokok memiliki resiko menderita TBC sebesar 2,836 kali lebih besar dibandingkan mereka yang tidak merokok. Hasil penelitian ini juga didukung oleh pendapat Mangoenprasodjo (2005) yang mengatakan bahwa kebiasaan merokok akan membuat seseorang lebih mudah terinfeksi TBC sebesar 2,8 kali daripada mereka yang tidak merokok. Jumlah penderita TBC di Kecamatan Pakusari tergolong tinggi berdasarkan Standart Pelayanan Minimal (SPM) di kecamatan tersebut. Target pencapaian penemuan penderita TBC menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Jember adalah 44 penderita per tahun (Visi Indonesia Sehat 2010), sedangkan di Kecamatan Pakusari hingga triwulan ke-3 saja telah ditemukan sebanyak 48 penderita dari total penduduk sebesar 40.654 jiwa dengan angka Case Detection Rate (CDR) mencapai 109%. Penemu penderita TBC di atas target ini menggambarkan situasi upaya kesehatan dalam penemuan penderita TBC yang cukup baik di Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember. Hal ini tentu tidak lepas dari kinerja tim tenaga kesehatan yang baik dalam penanggulangan penyakit TBC di kecamatan tersebut.

9. Outcome

Upaya promotif dan preventif yaitu berupa peningkatan perilaku hidup bersih sehat (PHBS) dengan tidak merokok, pelaksanaan program diet merokok bagi perokok dengan memberikan asuhan keperawatan seperti keperawatan keluarga. Dengan demikian, masyarakat tidak hanya tahu mengenai bahaya merokok, akan tetapi perilaku merokoknya terus dikontrol secara teratur dengan mengembangkan kesadaran masyarakat untuk tidak dan berhenti merokok. Perlu adanya kebijakan kesehatan yang komprehensif bagi pemerintah, puskesmas, dan masyarakat untuk menekan perilaku merokok di masyarakat. Kebijakan pemerintah daerah misalnya dengan mengeluarkan peraturan larangan merokok di tempat umum, pengisolasian para perokok, dan menyediakan ruangan khusus bagi perokok. Kebijakan puskesmas dapat berupa memberikan perhatian khusus bagi perokok dan mencanangkan program diet merokok bagi perokok khususnya penderita TBC yang merokok. Kebijakan masyarakat misalnya larangan merokok apabila sedang berkumpul dengan keluarga untuk mengurangi perokok pasif, membuka pintu dan jendela ketika merokok, menyediakan waktu-waktu tertentu untuk merokok, dan adanya pembatasan jumlah batang rokok yang boleh dikonsumsi oleh perokok setiap harinya. Berjalannya kebijakan kesehatan di atas diharapkan perilaku merokok di masyarakat akan berkurang. Dengan tidak merokok maka seseorang telah menghilangkan salah satu peluang untuk menderita TBC dan telah turut berpartisipasi dalam program pemerintah untuk tidak merokok serta dalam upaya penanggulangan penyakit TBC dan penyakit lain akibat merokok. Jika kondisi di atas dapat terwujud disemua lapisan masyarakat maka situasi kesehatan masyarakat tersebut dapat berjalan optimal dan akhirnya tentu dapat meningkatkan taraf kesehatan yang lebih baik. Intervensi yang dapat dilakukan: 1. Memberikan vaksin TBC bagi warga yang ada di daerah Pakusari 2. Memastikan imunisasi lengkap untuk balita, wanita hamil, lansia serta golongan yang beresiko
3. Tenaga kesehatan dapat menjangkau seluruh komunitas untuk memberi

pelayanan yang berkualitas dan menyeluruh


9

4. Memanipulasi lingkungan sehingga lebih aman untuk ditinggali, yaitu dengan memastikan kelayakan rumah dan sanitasi
5. Mengetahui tingkat pendidikan serta pemahaman masyarakat mengenai bahaya

merokok yang dapat mengakibatkan penyakit TBC, sehingga promosi kesehatan dapat dilakukan dengan maksimal serta dapat dimengerti dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
6. Melakukan promosi kesehatan sebagai peningkatan pengetahuan secara adekuat

atau terus menerus


7. Mulai melakukan pendekatan kepada masyarakat mengenai sikap dan gaya hidup

yang kurang baik dan menghindarinya sehingga dapat menurunkan angka pasien yang terjangkit TBC
8. Meningkatkan kepedulian keluarga terhadap anggota keluarga yang terjangkit

untuk lebih mengawasi dalam terapi pengobatan sehingga obat yang dikonsumsi lengkap dan tepat waktu
9. Kolaborasi dengan pemerintah daerah untuk memudahkan penyebarluasan

pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau oleh masyarakat 10. Bekerjasama dengan pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan yang menyangkut mata pencaharian masyarakat yang sebagian besar bergantung pada tembakau

10

BAB.3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dalam menyelesaikan suatu masalah yang terdapat dalam suatu komunitas, selain diketahui pokok masalah dengan berbagai pendekatan pengkajian dari berbagai aspek, juga diperlukan kolaborasi dengan berbagai bidang ilmu lain yang juga terkait di dalamnya sehingga penyelesaian masalah yang terjadi dalam masyarakat dapat diselesaikan dengan baik pada semua aspek yang terkandung di dalamnya. Dibutuhkan sutu model penyelesaian masalah yang paling sesuai untuk diterapkan dalam pemecahan masalahnya. Selain itu penyelesaian masalah juga butuh dukungan pemerintah sehingga perawat dapat dengan maksimal menjalankan perannya sebagai manajer masalah yang dialami oleh komunitas yang terdiri dari individu, keluarga dan kelompok masyarakat sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang tidak adaptif. Model preced-proced merupakan model keperawatan yang dapat diterapkan sehingga masalah menjadi terarah dalam penyelesaiannya. Dalam model seperti yang telah diuraikan dengan mengandalkan kolaborasi antara perawat dengan pemerintah daerah untuk membuat kebijakan yang tepat, dianggap dapat menyelesaikan masalah yang terjadi dalam masyarakat. Perawat dapat lebh mudah menjalankan tugasnya jika telah didukung dengan partisipasi pemerintah daerah.

DAFTAR PUSTAKA
11

Anderson, E.T dan Mc. Farlane, J. M. 2000. Community as Patners. Philadelphia : J. B. Lippincott Company. Dochterman, J. M dan Bulechek, G,M. 2004. Nursing Intervention Classification (NIC). Sst. Louis: Mosby Year Book. Moorhead dan Johnson, M. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). Sst. Louis: Mosby Year Book. Stanhope, M and Lancaster, J. 1995. Community Health Nursing: Process And Practice For Promoting Health. Sst. Louis: Mosby Year Book.

12

You might also like