You are on page 1of 4

Labelling Theory and Criminology : An Assessment

Oleh Charles Wellford University of California Press (Feb. 1975) Teori labeling sebenarnya sudah muncul dalam kajian ilmu sosiologi. Namun sekarang ini terjadi perubahan trend dimana banyak kriminolog yang mulai menyadari pentingnya labeling theory, yang bisa mempengaruhi seorang individu untuk melakukan suatu tindakan criminal. Lemert (1978) dan Schrag (1971) adalah dua dari beberapa ahli yang mengungkapkan asumsi mengenai teori labeling ini. Schrag (1971) mengidentifikasikan beberapa asumsi yang sekiranya bisa membedakan labeling theory dengan teori lainnya. Ada 9 kriteria, yaitu 1. Tidak ada tindakan intrinsik pidana 2. Definisi pidana ditegakkan dalam kepentingan yang kuat 3. Seseorang tidak menjadi kriminal melanggar hukum tetapi hanya dengan penunjukan kriminalitas oleh pihak otoritas 4. Karena faktabahwa setiap orang sesuai dan menyimpang, orang tidak boleh dikotomi (pembagian atas dua kelompok yang saling bertentangan) ke pidana dan non-kriminal kategori 5. Tindakan dari "tertangkap" dimulai label proses dan pengambilan keputusan dalam pidana 6. Sistem peradilan adalah fungsi dari pelaku sebagai lawan karakteristik pelanggaran 7. Usia, sosial ekonomi kelas, dan ras adalah pelaku utama karakteristik yang membangun pitterns dari diferensial peradilan pidana pengambilan keputusan 8. Pidana sistem peradilan didirikan pada sukarela perspektif yang memungkinkan untuk penghukuman dan penolakan pelaku diidentifikasi 9. Pelabelan adalah proses yang menghasilkan, akhirnya, identifikasi dengan menyimpang yang gambar dan subkultur, dan sehingga "penolakan terhadap rejectors" (Schrag 1971: 89-91) Kriteria teori labeling yang diungkapkan Schrag diatas masih bisa berubah dengan asumsi dan pendapatan dari tiap individu untuk hal tersebut. Mungkin saja ketika kita melihat seseorang yang sesuai dengaan kriteria nomer 7, kita akan langsung mencap mereka karena mereka yang berbeda. (contoh: warna kulit orang papua yang lebih gelap dan orang yang mengalami kegelapan kulit Karena sering bermain di luar, kita mungkin akan langsung mencap orang dengan ciri kulit hitam sebagai orang Papua) Lemart, dalam bukunya Social Pathology, menunjukkana adanya hubungan pertalian antara proses stigmatisasi, penyimpangan sekunder dan konsekuensi kehidupan karier

pelaku penyimpangan atau kejahatan. Hipotesis labeling dulunya digunakan para sosiolog untuk menjelaskan fenomena kejahatan yang terjadi, hipotesa ini sangat bergantung pada kep[ercayaan bahwa relasi-relasi social itu dibangun, dimana realitas didefinisikan dan diintrepetasikan sebelum dia menjadi berarti. Definisi ini telah membawa kita pada satu cara dimana cara kita untuk bertindak lebih diperhatikan oleh lingkungan sekitar kita dibandingkan dengan tujuan kita melakukan kegiatan tersebut. Kriminalitas didefinisikan secara social dalam suatu proses yang mendsorong orang banyak memberikan cap pada kelompok minoritas. Banyak hal mereka memaksakan konsekuensi lebih daripada labeling tersebut. Yang diakibatkan dari hal ini adalah ortang yang diberi cap tersebut dianggap cacat dan tidak mungkin bisa perbuat lebih dibandingkan hal yang telah membuat dia dicap tersebut. Teori labeling menekankan pada proses interaksi manusia yang menghasilkan adanya ciri dan penerimaan peranan. Hal ini menimbulkan ekspektasi terhadap apa yang kita lakukan di hadapan orang lain, apakah itu benar ataukah itu salah. Hal ini masing-masing diperkuat dengan label yang diberikan kepada kita dengan peranan yang kita mainkan masingmasing. Oleh karena itu, secasra intrinsic criminal, untuk dipergunakannya teori labeling. Seperti yang diungkapkan Schur (1971:14), beberapa bentuk penyimpangan mungkin benar, lebih terjun dalam proses pelabelan diri daripada analisis kualitatif namun bentuk batas apa yang disebut dengan penyimpangan berbeda karena ada batas budaya dan variasi yang terjadi dalam tiap masyarakat. Oleh karena itu, selama ini kriminolog lebih condong untuk mengatakan labeling theory untuk kasus-kasus pidana atau hukuman yang telah serius. Karena sekali lagi, labeling theory lebih mirip kee fakta sosiologis yang terjadi dalam masyarakat dan para kriminolog lebih condong mengkhususkan diri pada labeling theory yang dikarenakan tindak pidana. Tak jarang muncul banyak kritik dan tanggapan untuk teori ini, slah satu yang sering terdengar adalah mengenai penggunaan teori ini oleh Schur dan Lamert yang hanya untuk meminta pengakuan dari segi ruang lingkup teori yang terbatas ini serta pemberian maksud yang eksplisit dari apa sebenarnya tujuan mereka untuk melakukan hal seperti itu. Asumsi dalam teori ini cukup penting mengingat seperti apa yang ingin dicapai dan dimaksud dalam teori ini namun terjadi banyak transisi dari segi politik dan social budaya karena perbedaan masing-masing tempat asal. Perbedaan reaksi pun terjadi apabila dalam satu masyarakat terjadi suatu bentuk perilaku atau perbuatan yang berbeda. Apakah yang membuat ini berbeda dari asumsi publik dan orang luar? Perbedaan pola piker yang terjadi dan penanaman nilai dan norma yang berbeda dalam tiap l,ingkungan masyarakat bisa mengisyaratkan hal ini terjadi. Berat dari

suatu perbuatan yang dinilai sebagai sebuah perbuatan menyimpang tergantung pada system hierarkis yang ada dalam masyarakat tersebut. Banyak asumsi bermunculan dari ahli teori labeling dengan kriminolog mengenai apa yang perlu dilakukan dan apa saja batas perbedaan dari penyimpangan dan perilaku criminal itu sendiri. Salah sattu contoh asumsi yang dapat saya ambil adalah mengenai perilaku yang dikehendaki untuk tindakan pidana yang masih dianggap penting namun belum teruji kebenarannya.penyimpangan yang terjadi pun dibedakan dua macam yaitu penyimpangan primer yang hanya terjadi sekali dan masyarakat menganggap hal ini tidak akan terulang kembali. Penyimpangan sekunder dimana hal yang menyimpang tersebut dilakukan berulang sehingga menimbulkan labeling terhadap si pelaku. Efek dari [pemberian labeling dari masyarakat terhadap si pelaku penyimpangan ataupun pelaku kejahatan inipun tidak dirasakan langsung, melainkan melalui satu sasaran tidak langsung. Efek yang paling sering dirasakan adalah dalam bidang tindak pidana kenalan remaja. Banyak masyarakat yang tidak menyadsari efek pendidikan, lingkungan atau bahkan pekerjaan nantinya apabila terjadi satu distorsi label untuk si remaja sendiri. Hal yang sudah saya sebutkan diatas mendasari seperti apa stigma hukum oleh Schwartz dan Skolnick (1964) untuk tinjauan dari hukum konsekuensi dari keyakinan untuk tindak pidana berat. Ini adalah di daerah ini yang satu dapat mempertimbangkan unsur-unsur utama teori labeling. Substansi yang terkandung dalam labeling itu sendiri masih belum jelas, dan efek yang ditimbulkan pun bersifat tidak muncul sekejap tapi dalam waktu yang lama. Perilaku dan kepribadian individu terutama dalam melakukan tindak kejahatan atau apakah pelaku sudah sadar apa yang telah ia perbuat itu merugikan orang lain, hal itu tentu saja bisa mengurangi efek dari labeling itu sendiri tapi bagaimana dengan masyarakat di sekitarnya yang masih menganggap mereka salah padahal mereka telah menyadari apa kesalahan mereka? Menurut Lofland (1969), ada empat karakteristik utama untuk penggolongan penyimpangan itu sendiri tempat, waktu, fasilitas, dan pelakunya. Hal ini berbanding lurus dengan konsep sebab-akibat yang dihadapkan kepada pelaku, kompleksitas dalam teori inipun dirasa kurang karena keterkaitan antara empat hal tadi dianggap kurang relevan dengan keadaan sekarang. Label didistribusikan dan label dapat mempengaruhi sikap. Itu asumsi bahwa label diferensial didistribusikan, dan bahwa diferensial pelabelan mempengaruhi perilaku tidak didukung oleh yang ada kriminologi penelitian. Singkatnya, salah satu harus menyimpulkan bahwa untuk gelar bahwa asumsi bisa dianggap sebagai dasar untuk label perspektif, perspektif harus kembali dipertanyakan, dan kriminolog harus didorong untuk

mengeksplorasi cara lain untuk konsep proses kausal dari penciptaan, pelestarian, dan intensifikasi dari pidana dan nakal perilaku-yang paling jelas analisis penentu situasional. Pada saat yang sama kita dapat mengenali nilai potensial dari label. Nama: Aditya Awal Sri L dan Aldy Marzio

You might also like