You are on page 1of 9

AQIDAH

1. Pengertian Aqidah 1.1 Pengertian Aqidah Secara Bahasa (Etimologi) Aqidah berasal dari kata aqada-yaqidu-aqidan yang berarti simpul, ikatan, dan perjanjian yang kokoh dan kuat. Setelah terbentuk menjadi aqidatan (aqidah) berarti kepercayaan atau keyakinan. Kaitan antara aqdan dengan aqidatan adalah bahwa keyakinan itu tersimpul dan tertambat dengan kokoh dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian. Aqidah merupakan perbuatan hati yaitu kepercayaan hati dan pembenaran terhadap sesuatu. 1.2 Pengertian Aqidah Secara Syara Yaitu beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitabNya, para Rasul-Nya, dan kepada hari Akhir serta kepada qadar, baik yang baik maupun yang buruk (rukun iman). Dalilnya adalah :

QS. Al Kahfi: 110 QS Az Zumar: 65 QS. Az Zumar: 2-3 QS. An Nahl: 36 QS. Al Araf: 59,65,73, 85 [1]

1.3 Pengertian Aqidah Secara Terminologi Menurut Abu Bakar Jabir al Jazairy, Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum (aksioma) oleh manusia berdasarakan akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini kesahihan dan keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.

Menurut Hasan Al-Banna Aqaid (bentuk jamak dari aqidah) adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketenangan jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan.[2] 2. Sumber-sumber Aqidah Aqidah adalah tauqifiyah. Artinya, tidak bisa ditetapkan kecuali dengan dalil syari, tidak ada medan ijtihad dan berpendapat di dalamnya. Karena itulah sumber-sumbernya terbatas kepada apa yang ada di dalam al-Quran dan as-Sunnah. Sebab tidak seorangpun yang lebih mengetahui tentang Allah, tentang apa-apa yang wajib bagi-Nya dan apa yang harus disucikan dari-Nya melainkan Allah sendiri. Dan tidak ada seorangpun sesudah Allah yang mengetahui tentang Allah selain Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam. Oleh karena itu manhaj as-Salafush Shalih dan para pengikutnya dalam mengambil aqidah terbatas pada al-Quran dan as-Sunnah. Akal pikiran tidak menjadi sumber aqidah, tetapi hanya berfungsi memahami nash-nash yang terdapat dalam kedua sumber tersebut.[3] Firman Allah : ...dan kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-quran) sebagai penjelas atas segala sesuatu petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (An-Nahl, 16:89) 3. Istilah-istilah Lain Tentang Aqidah 3.1 Iman Ada yang menyamakan istilah iman dengan aqidah dan ada yang membedakannya. Kalau kita mengikuti definisi iman menurut Jahmiyah dan Asyariyah yang mengatakan bahwa iman hanyalah at-tashdiq (membenarkan dalam hati) maka iman dan aqidah adalah dua istilah yang bersinonim. Sebaliknya jika mengikuti definisi iman menurut ulama salaf (Imam Malik, Ahmad, Syafii) yang mengatakan bahwa iman adalah : sesuatu yang diyakini

dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan anggota tubuh maka iman dan aqidah tentu tidak persis sama. 3.2 Tauhid Tauhid artinya mengesakan ( mengesakan Allah-

Tuhidullah). Ajaran tauhid adalah tema sentral aqidah dan iman, oleh sebab itu 3.3 Ushuluddin Ushuluddin artinya pokok-pokok agama. Aqidah, iman dan tauhid disebut juga ushuluddin karena ajaran aqidah merupakan pokok-pokok ajaran agama Islam. 5. Fiqh Akbar artinya fiqh besar. Istilah ini muncul berdasarkan

pemahaman bahwa tafaqquh fiddin yang diperintahkan Allah dalam surat At-Taubah ayat 122, bukan hanya masalah fiqih, tentu dan lebih utama masalah aqidah. Dikatakah fiqh akbar, adalah untuk membedakannya dengan fiqh dalam masalah hukum .[3] 4. Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah Sistematika Hasan Al-Banna : 4.1 Ilahiyat Pembahasan tentang segala yang berhubungan dengan Allah, seperti wujud Allah, nama-nama dan sifat-sifat Allah. 4.2 Nubuwat Berhubungan dengan Nabi dan Rasul (kitab-kitab Allah, mujizat, karamah) 4.3 Ruhaniyat Berkaitan dengan alam metafisik seperti malaikat, jin, dan iblis.

4.4 Samiyyat Membahas segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat dalil naqli seperti Al-quran dan sunnah, seperti alam barzah, azab kubur dan tanda-tanda kiamat. Disamping sistematika di atas, pembahasan aqidah bisa juga mengikuti sistematika arkanul iman (Rukun Iman), yaitu : Iman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab suci, nabi dan rasul, serta qada dan qadar.[4] 5. Tingkatan Aqidah Tingkatan aqidah seseorang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya tergantung dari dalil, pemahaman, penghayatan juga aktualisasinya. Tingkatan aqidah ini paling tidak ada empat, yaitu : 5.1 Tingkat Taqlid Tingkat taqlid berarti menerima suatu kepercayaan dari orang lain tanpa diketahui alasan-alasannya. Sikap taqlid ini dilarang oleh agama Islam sebagaimana disebutkan dalam al-quran Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,

penglihatan dan hati, semua itu akan diminta pertanggungan jawabnya (QS al-Isra (17) : 36) 5.2 Tingkat Ilmul Yaqin Merupakan suatu keyakinan yang diperoleh berdasarkan ilmu yang bersifat teoritis. Sebagaimana disebutkan dalam QS Attakatsur (102) : 1-5. 5.3 Tingkat Ainul Yaqin Merupakan keyakinan yang diperoleh melalui pengamatan mata kepala secara langsung tanpa perantara. Hal ini disebutkan dalam QS at-takatsur (102) : 6-7.

5.4 Tingkat Haqqul Yaqin Merupakan keyakinan yang diperoleh melalui pengamatan dan penghayatan pengalaman (empiris). Sebagaimana disebutkan dalam QS Al-Waqiah (56) : 88-89. 6. Fungsi dan Peranan Aqidah Fungsi dan peranan aqidah dalam kehidupan manusia antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut : 6.1 Menuntun dan Mengemban Dasar Ketuhanan Yang Dimiliki Manusia Sejak Lahir Sejak lahir manusia telah memiliki keberagaman (fitrah). Aqidah Islam berperan memenuhi kebutuhan fitrah manusia, menuntun dan mengarahkan manusia pada keyakinan yang benar tentang Allah. 6.2 Memberikan Ketenangan dan Ketentraman Jiwa Agama sebagai kebutuhan fitrah akan senantiasa menuntut dan mendorong manusia untuk terus mencarinya. Aqidah memberikan jawaban yang pasti sehingga kebutuhan rohaninya dapat terpenuhi. 6.3 Memberikan Pedoman Hidup Yang Pasti Aqidah memberikan pengetahuan asal dan tujuan hidup manusia sehingga kehidupan manusia akan lebih jelas dan akan lebih bermakna juga mempengaruhinya menjadi lebih baik. Abu Ala Al Maududi menyebutkan pengaruh aqidah tauhid sebagai berikut : 1. Menjauhkan manusia dari pandangan yang sempit dan picik 2. Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan tahu akan harga diri 3. Membentuk manusia jujur dan adil

4. Menghilangkan sifat murung dan putus asa 5. Membentuk pendirian yang teguh, kesabaran, ketabahan dan optimisme 6. Menciptakan hidup damai dan ridha 7. Membentuk manusia menjadi taat,patuh dan disiplin menjalankan perintah dan larangan Allah. 7. Penyimpangan Aqidah dan Cara-Cara Penanggulangannya Sebab-sebab penyimpangan dari aqidah shahihah, yaitu: 1. Kebodohan Terhadap Aqidah Shahihah karena tidak mau mempelajari dan mengajarkannya, atau karena kurangnya perhatian terhadapnya. Sehingga tumbuh generasi yang tidak mengenal aqidah shahihah dan juga tidak mengetahui lawan atau kebalikannya. Akibatnya, mereka

menyakini yang haq sebagai sesuatu yang batil dan yang batil dianggap sebagai yang haq. Sebagaimana yang dikatakan oleh Umar bin Khatab radliyallahu anhu : Sesungguhnya ikatan simpul Islam akan pudar satu demi satu manakala di dalam Islam terdapat orang yang tumbuh tanpa mengenal kejahiliyahan. 2. Taashshub (fanatik) Fanatik kepada sesuatu yang diwarisi dari bapak dan nenek moyangnya, sekalipun hal itu batil, dan mencampakkan apa yang menyalahinya, sekalipun hal itu benar. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 170, yang artinya: Dan apabila dikatakan kepada mereka, ikutilah apa yang telah diturunkan Allah, mereka menjawab, (tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami. (Apakah mereka akan mengikuti juga ), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?

3. Taqlid Buta Dengan mengambil pendapat manusia dalam masalah aqidah tanpa megetahui dalilnya dan tanpa menyelidiki seberapa jauh kebenarannya. 4. Ghuluw (berlebihan) Dalam mencintai para wali dan orang-orang shalih, serta mengangkat mereka di atas derajat yang semestinya, sehingga menyakini pada diri mereka sesuatu yang tidak mampu dilakukan kecuali oleh Allah, baik berupa mendatangkan kemanfaatan maupun meolak kemudharatan. Juga menjadikan para wali itu perantara antara Allah dan makhluk-Nya, sehingga sampai pada tingkat penyembahan para wali tersebut dan bukan menyembah Allah. 5. Ghaflah (lalai) Terhadap perenungan ayat-ayat Allah yang terhampar di jagat raya ini (ayat-ayat kauniyah) dan ayat-ayat Allah yang tertuang dalam kitabNya (ayat-ayat Quraniyah). Di samping itu, juga terbuai dengan hasil teknologi dan kebudayaan, sampai-sampai mengira bahwa itu semua adalah hasil kreasi manusia semata, sehingga mereka mengagung-agungkan manusia dan menisbatkan seluruh kemajuan ini kepada jerih payah dan penemuan manusia semata. Pada umumnya rumah tangga sekarang ini kosong dari

pengarahan yang benar menurut Islam. 7. Enggannya Media Pendidikan dan Media Informasi

Melaksanakan Tugasnya Kurikulum pendidikan kebanyakan tidak memberikan perhatian yang cukup terhadap pendidikan agama Islam, bahkan ada yang tidak peduli sama sekali. Sedangkan media informasi, baik cetak maupun elektronik berubah menjadi sarana penghancur dan perusak, atau paling tidak hanya memfokuskan pada hal-hal yang

bersifat meteri dan hiburan semata. Tidak memperhatikan hal-hal yang dapat meluruskan moral dan menanamkan aqidah serta menangkis aliran-aliran sesat. Cara-cara penanggulangan penyimpangan aqidah adalah dengan : 1. Kembali pada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam untuk mengambil aqidah shahihah. Sebagaimana para Salafush Shalih mengambil aqidah mereka dari keduanya. Tidak akan dapat memperbaiki akhir umat ini kecuali apa yang telah memperbaiki umat terdahulunya. Juga dengan mengkaji aqidah golongan yang sesat dan mengenal syubuhat-syubuhat mereka untuk kita bantah dan kita waspadai, karena siapa yang tidak mngenal keburukan, ia dikhawatirkan terperosok ke dalamnya. 2. Memberi perhatian pada pengajaran aqidah shahihah, aqidah salaf, di berbagai jenjang pendidikan. Memberi jam pelajaran yang cukup serta mengadakan evaluasi yang ketat dalam menyajikan materi ini. 3. Harus ditetapkan kitab-kitab salaf yang bersih sebagai materi pelajaran. Sedangkan kitab-kitab kelompok penyeleweng harus dijauhkan. 4. Menyebar para dai yang meluruskan aqidah umat Islam dengan mengajarkan aqidah salaf serta menjawab dan menolak seluruh aqidah batil.

DAFTAR PUSTAKA
1. Kitab Tauhid 1, Dr. Shalih Bin Fauzan Bin Abdullah Al Fauzan 2. Kuliah Aqidah Islam, Dr. YunaharI lyas, M.Ag.,Lc 3. http://Copyduty.blogspot.com /2011/04/makalah-aqidah.html 4. http:// thesaltasin.wordpress.com 5. Musthofiyah,Ainul,dkk.Mengenal Aqidah.Semarang:IAIN Wali Songo

You might also like